You are on page 1of 36

MAKALAH MEKANIKA FLUIDA

Aliran Fluida Incompressible

KELOMPOK V

DITO GUSTIANTO 05061006017


RISMA SIHOMBING 05091002007
FERDY HIRAWAN 05091002025
ANDRI SUTENDI 05091002024
WAHYU TRI AMBARINI 05091002028
APRILLYA EKA RISTIN S. 05091002031
FIRMANSYAH 05091002034
M. SALEH 05091002037
PUSPITA AYU INDAH SARI 05091002043

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2010
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum.Wr.Wb

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha pengasih
lagi maha bijaksana yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Aliran
Fluida Incompressible” ini. Makalah ini kami buat dengan sepenuh
kemampuan yang kami miliki.

Makalah ini dibuat oleh seluruh anggota kelompok V(Lima). Kami


menyelesaikan makalah ini selama 1 minggu dan kami berharap makalah ini
dapat dipertimbangkan dengan baik oleh para pembimbing dan juga semoga
makalah ini bisa berguna dengan baik sesuai dengan fungsinya.

Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan pada semua pihak


yang telah membantu sehingga tersusunnya makalah ini,semoga menjadi
amal kebaikan dan mendapatkan pahala setinggi-tingginya dari Allah SWT.
Amin.

Palembang, 17 November 2010

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Aliran Fluida Kompresibel Dalam Pipa, Aliran dalam pipa Pipa atau
tabung adalah suatu saluran yang tertutup, umumnya mempunyai penampang
sirkular dan digunakan untuk mengalirkan fluida melalui tekanan pompa atau
kipas angin. Bila pipa mengalir dengan terisi penuh maka itu disebabkan oleh
adanya tekanan yang menyebabkan mengalir. Dalam bab ini akan dibahas aliran
dalam pipa yang terkena tekanan. Kehilangan tekanan dalam pipa Fluida yg
mengalir dalam pipa akan mengalami hambatan berupa gesekan dengan dinding
pipa hal ini megakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan.
Walaupun dapat terjadi berbagai jenis kehilangan energy gerak, umunnya
hambatan yang paling utama adalah akibat gesekan tadi. Besarnya hambatan
aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa. Dari hasil
berbagai percobaan diketahui bahwa makin kasar dinding pipa makin besar
terjadinya penurunan /kehilangan tekanan aliran. Jenis gesekan ini dikenal dengan
dengan gesekan aliran dan besarnya tahanan itu sendiri di ukur dengan koefisien
gesekan,f. Pada awalnya percobaab mengenai gesekan aliran dilakukan oleh
Froude yang menyimpulkan bahwa :

1) Besarnya gesekan berbanding lurus dengan pangkat dua dari laju aliran

2) Hambatan karena gesekan bervariasi tergantung kepada kekasaran pipa

2. Tujuan

Untuk mengetahui aliran fluida incompressible serta penerapannya dalam


kehidupan sehari-hari. Dapat menghitung debit aliran fulida incompressible.

3. Perumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang aliran fluida incompressible dalam pipa.
4. Pembatasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang aliran fluida incompressible dalam
pipa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam
fluida akan terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru.
Pemahaman tentang fluida sangat penting untuk dapat menyelesaikan soal-
soal pergerakan fluida melalui pipa, pompa dan peralatan proses atau alat ukur
laju alir pada fluida.
Fluida dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Fluida tak mampu mampat (Incompressible), yaitu : densitas fluida


hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap tekanan
dan suhu. Contoh : Air.

b. Fluida mampu mampat (Compressible), yaitu : fluida yang


apabila diberi gaya tekanan, maka volume dan suhunya akan mengalami
perubahan. Contoh : Gas.

2.1.Laju Alir Fluida dan Alat Ukur Laju Alir

Laju alir fluida dalam pipa dapat diukur secara langsung maupun tidak
langsung. Alat ukur laju alir secara umum disebut dengan flowmeter.
Jenis-jenis flowmeter, diantaranya : piston, oval-gear disk, rotary-vane type,
orifice plate, venturi tube, flow nozzle, pitot tube, elbow, rotarmeter dan
lain-lain. sedangkan untuk mengatur besar kecilnya aliran tersebut digunakan
katup atau Valve. Gambar beberapa contoh Valve. Prinsip kerja setiap pengukur
aliran tersebut didasari oleh prinsip fisika yang sama, yaitu peningkatan
kecepatan menyebabkan penurunan tekanan. Perbedaan antara pengukur aliran
tersebut hanya masalah harga, keakuratan dan seberapa dekat bekerjanya
alat ini mengikuti asumsi-asumsi aliran yang diidealkan.

2.2.Bilangan Reynold dan Jenis Aliran

Angka Reynold mempelajari kondisi dimana suatu jenis aliran


berubah menjadi aliran jenis lain dan menemukan bahwa kecepatan kritis,
dimana aliran laminair berubah menjadi aliran turbulen tergantung dari 4
buah besaran, yaitu : diameter tabung, viscositas, densitas dan kecepatan
linear rata-rata zat cair.
Bilangan Reynold yaitu perbandingan antara inersia dan gaya
gesek. Laju alir dan berat jenis adalah gaya inersia, sedangkan diameter pipa dan
viscositas adalah gaya gesek.

Aliran fluida didalam pipa terbagi menjadi dua,yaitu :

a. Aliran Laminair, adalah aliran fluida yang mengalir secara halus dengan
kecepatan aliran yang rendah disepanjang pipa dan mempunyai profil
kecepatannya berbentuk parabola. Aliran laminair mempunyai angka Reynold
kurang dari 2100.

b. Aliran Turbulen, adalah aliran yang terjadi pada kecepatan tinggi


atau viscositas rendah, aliran akan terpecah menjadi pusaran-pusaran
yang bergerak sepanjang pipa dengan kecepatan rata-rata yang sama. Aliran
turbulen memiliki nilai bilangan Reynold diatas 3000.

2.3.POMPA
Salah satu alat untuk memindah fluida dari suatu tempat
ketempat yang lain disebut pompa. Pompa digunakan dalam sistem aliran
untuk meningkatkan energi mekanik fluida yang mengalir dengan tujuan
mempertahankan aliran. Pada pompa, densitas fluida konstan dan besar.
Perbedaan tekanan biasanya cukup besar. Daya pompa (P) yang diberikan kepada
penggerak pompa dari sumbu luar atau dihitung dari laju aliran massa dan tinggi
tekan yang dibangkitkan pompa (Pf) dan effisiensi pompa (η).

Istilah-istilah yang terdapat pada pompa, antara lain:

a. Disharge head ialah jarak antara pusat pompa kepermukaan cairan paling atas

b. Suction head ialah antara pusat pompa kepermukaan cairan pada posisi
bawah dari atas pusat pompa

c. Suction leaf ialah jarak antara pusat pompa ke permukaan cairan di bawah
pusat pompa

d. Total head ialah jarak total permukaan cairan


Gbr 1 (a),(b). Posisi pompa terhadap tangki dalam aliran fluida

2.4.Menentukan Debit
2.5.Menentukan Kehilangan Tinggi Tekan pada Pipa Lurus

1. Rumus Darcy

1. Rumus Strickler
3.6 Hubungan antara Bilangan Reynold dengan Koefisien Gesek Darcy

Rumus Blassius :

Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena
berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air
juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran
sungai yangs edang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran
mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita
kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu
berlaku hukum ke-2 Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk
memahami perilaku air yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan
dengan kecepatan (laju air) dan kerapatan air dari setiap ruang dan waktu.
Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan mudah untuk dipahami gejala
fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.

Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan waktu dapat
dibedakan menjadi:

a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)

b. Aliran rotational dan aliran irotational


Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik
tertentu setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya
akan selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu
titik tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan
itu berubah/berbeda.

Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki
kedalaman yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang
kecil. Sebagai contoh aliran steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air
memiliki arus yang sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil
dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada
dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak
terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan
tidak mantap (non steady) apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu dan
setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai
fungsi dari waktu.

Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha


menggabungkan diri satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun
aliran secara keseluruhan berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady
ini adalah aliran turbulen, yakni bahwa partikel dalam fluida mengalami
perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu berlangsung
secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen biasanya terjadi pada
kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki
dimensi linear yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak selama
pengalirannya.

Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang
memiliki profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang
tidak memiliki kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan mengalir secara
lambat. Sedangkan air adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan,
sehingga air tidak dapat digolongkan sebagai aliran datar.

Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti


perputaran partikel penyusun air tersebut, sedangkan aliran rotational adalah
aliran yang diikuti perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan
gambaran bahwa untuk aliran rotational dapat diberikan istilah rotasi. Salah satu
cara untuk mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain bila di permukaan air
terapung sebuah tongkat yang melintang selama aliran gerak tongkat tersebut akan
mengalami gerakan yang berputar di samping berpindag secara translasi akibat
aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran yang berupa aliran pusaran,
yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam arah
tegak/transversal.

Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir
maka akan dikenal aliran-aliran sebagai berikut:

a. Aliran viscous dan aliran non viscous

b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan

Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran
fluida pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa
partikel penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri
dengan tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada
aliran dengan kekentalan yang rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada
aliran non viscous.

Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida


yang selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya,
sehingga akan mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan
ini pada umumnya berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih
didekatkan pada pengertian aliran tak termampatkan yakni bahwa selama
pengaliran air tersebut massa jenis air dianggap tetap besarnya.

Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air
dapat dipahami dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam pembahasan
nanti labih ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap

2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak


berotasi)
3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama
pengaliran berlangsung massa jenisnya tetap

4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya


rendah)

Melalui pengertiannya seperti yang telah dikemukakan di atas selanjutnya


akan dikenal aliran stasioner, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas
alir yang tertentu dan partikel penyusun air akan melalui jalur tertentu yang
pernah dilalui oleh pertikel penyusun air di depannya.

Gambar 1. Aliran stasioner

Pada aliran stasioner tersebut garis alirnya digambarkan dalam titik P, Q,


dan R. Hal ini berarti air akan lewat pada titik-titik P, selanjutnya Q dan R. Pada
aliran ini di setiap titik dalam pipa tersebut (titik P, atau titik Q atau titik R) tidak
bekerja gaya, dan beda tekanan pada masing-masing titik dapat ditiadakan. Oleh
sebab itu kecepatan aliran air di titik tertentu adalah sama. Namun demikian
kecepatan aliran pada titik P, titik Q, dan titik R dapat saja berbeda besarnya.
Gambar berikut adalah gambar yang memperlihatkan arus yang streamline dan
turbulen.
Gambar 2. Arus turbulen dan streamline

Garis-garis yang digambarkan dalam tabung 3 ini disebut sebagai garis alir
atau garis alur. Kecepatan titik A, B, dan C akan berbeda-beda.

Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan


ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen
di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada
suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa atau dalam satu tempat mengalirnya
air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang lain.
Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi
memerlukan waktu antara, yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan
diketahuinya kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada
umumnya akan dipengaruhi oleh ukuran pipa, jenis zat cair yang lewat dalam pipa
tersebut.

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang


menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran
turbulen. Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan
aliran, kekentalan, dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan
menentukan besarnya bilangan Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat
dituliskan dalam keempat besaran tersebut sebagai berikut.

Re = (ρ v D)/η

Keterangan:
Re : bilangan Reynold
ρ : massa jenis
η : viscositas/kekentalan
v : kecepatan aliran
D : diameter pipa
Hasil perhitungan berdasarkan eksperimen didapatkan ketentuan bahwa untuk
bilangan Reynold berikut ini:

0 < Re ≤ 2000, aliran disebut laminier

2000 < Re ≤ 3000, aliran disebut transisi antara laminier dan aliran turbulen

Re > 3000, aliran turbulen

Dalam pembahasan aliran air, baik aliran air yang lewat sungai maupun
melalui pipa oleh PAM, istilah debit air banyak dikenal.

Gambar 3. Aliran air lewat pipa.

Debit merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam
suatu tempat atau yang dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satu satuan
waktu tertentu. Satuan debit pada umumnya mengacu pada satuan volume dan
satuan waktu. Apabila Q menyatakan debit air dan v menyatakan volume air,
sedangkan ∆t adalah selang waktu tertentu mengalirnya air tersebut, maka
hubungan antara ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q = V/∆t

V : volume satuannya m3 (MKS) atau cm3 (cgs)

∆t : selang waktu tertentu satuannya second

Satuan Q adalah m3/sec (MKS) dan cm3 (cgs)


Gambar 4. Bak penampung air

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran
air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan
dan berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air
tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan
geraknya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap
partikel penyusun air tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah
diungkapkan di bagian depan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering sulit
dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya debit air yang mengalir pada
sembarang aliran tersebut juga tidak mudah. Oleh sebab itu dalam pembahasan
kita nanti ukuran debit didasarkan pada aliran ideal seperti yang telah
diungkapkan di bagian depan. Gambar 5. Gerak zat cair dalam tabung dari posisi
(a) dan (b)

Lihat gambar di atas, suatu pipa terbuka yang luas penampang ujung kiri adalah
A1 dan mengalir air dengan kecepatan V1, selanjutnya air mengalir melalui pipa
kanan yang memiliki luas penampang A2 dengan kecepatan pengaliran adalah V2,
maka berdasarkan sifat yang telah dikemukakan di depan akan berlaku hukum
kekekalan massa, yakni bahwa selama pengaliran tidak ada fluida yang hilang,
maka selama t detik akan berlaku persamaan:

A1 V1 g t = A2 V2 g t

A1 V1 = A2 V2 = konstan
Persamaan tersebut merupakan persamaan kontinuitas, dan sebagai konsekuensi
aliran semacam ini adalah bahwa lecepatan pengaliran air akan terbesar pada
suatu tempat yang memiliki luas penampang terkecil.

Di sini volume air yang mengalir V = A v t

Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah

Q = (A v t)/t

Q=Av

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air dalam suatu
tabung akan bergantung pada tingginya permukaan air di dalam tabung tersebut
dan luas penampang lubang yang terdapat dalam tabung. Hal ini berarti bahwa
debit air yang mengalir dalam tabung akan bergantung pada ketinggian
permukaan air dalam tabung dan luas penampangnya. Gambar di bawah ini
memperlihatkan bahwa tabung dengan ketinggian permukaan air yang sama
tingginya tetapi luas lubang pengaliran berbeda. Selanjutnya air dibiarkan
mengalir dalam waktu yang sama.

Gambar 6. Peluapan air melalui lubang yang memiliki diameter berbeda.

Dari gambar di atas nampak jelas bahwa banyaknya air yang meluah
melalui lubang tabung yang memiliki luas penampang yang lebih besar akan lebih
banyak dibandingkan dengan tabung yang memiliki luas penampang yang lebih
kecil. Hal ini disebabkan luas penampang lubang pengaliran air berbeda, yakni
lubang yang satu lebih besar dari yang lainnya.

Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, di bawah ini terdapat dua tabung
sama besar, diberikan dua lubang yang sama besarnya dan lubang tersebut berada
pada ketinggian yang sama. Seterusnya pada tabung diisi dengan air yang berbeda
tingginya dan dibiarkan air mengalir melalui lubang tersebut.

Gambar 7. Peluapan air melalui lubang sama tetapi ketinggian air berbeda.

Dari aliran air dalam selang waktu yang bersamaan akan dapat diketahui
bahwa air dalam lubang tabung yang memiliki permukaan yang lebih tinggi akan
memberikan gambaran debit air yang lebih besar daripada tabung yang memiliki
ketinggian permukaan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada permukaan air
yang lebih tinggi gaya berat yang diberikan air semakin besar, sehingga memiliki
kecenderungan tekanan yang lebih besar daripada tabung yang memiliki
ketinggian permukaan air yang lebih rendah. Akibatnya aliran air akan lebih cepat
dari yang lainnya. Dengan demikian akan memiliki debit yang lebih besar dari
lainnya, semakin tinggi permukaan air dalam tabung akan semakin besar
kecepatan air yang keluar dari tabung.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Risma Sihombing
a. Hasil Pengolahan Data Pada Pipa

Contoh Perhitungan :
1. Panjang pipa total adalah Penjumlahan seluruh panjang pipa dan panjang
equivalen
A. Aprillia Eka Ristin Sembiring

Hasil Pengolahan Data Pada Pompa


Contoh Perhitungan :

– Daya pompa

– Tekanan yang diberikan pompa adalah

– Daya pompa adalah hasil kali Wp dan laju aliran massa dibagi factor
konversi, 1 Hp = 550 ft-lbf/det

m = 0,0513 x 3 x 1,84 x 62,37 = 17,66 lb/det

Sehingga daya pompa :


B. Wahyu Tri Ambarini

1. Seorang anak mengisi ember yang memiliki kapasitas 20 liter dengan air
dari sebuah kran seperti gambar berikut!
Jika luas penampang kran dengan diameter D2 adalah 2 cm2 dan kecepatan
aliran air di kran adalah 10 m/s tentukan:
a) Debit air
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember

Pembahasan
Dik :
A2 = 2 cm2 = 2 x 10−4 m2

v2 = 10 m/s

a) Debit air
Q = A2v2 = (2 x 10−4)(10)
Q = 2 x 10−3 m3/s
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember
Data :
V = 20 liter = 20 x 10−3 m3
Q = 2 x 10−3 m3/s
t=V/Q
t = ( 20 x 10−3 m3)/(2 x 10−3 m3/s )
t = 10 sekon
1. Pipa saluran air bawah tanah memiliki bentuk seperti gambar berikut!
Jika luas penampang pipa besar adalah 5 m2 , luas penampang pipa kecil
adalah 2 m2 dan kecepatan aliran air pada pipa besar adalah 15 m/s,
tentukan kecepatan air saat mengalir pada pipa kecil!

Pembahasan :
Persamaan kontinuitas

A1v1 = A2v2

(5)(15) = (2)v2

v2 = 37,5 m/s

3. Apa yang dimaksud dengan Aliran Tak-termampatkan dan berikan


contohnya ?

Pembahasan :

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak


berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll.

A. Puspita Ayu Indah Sari


1. Apa yang membedakan antara aliran fluida termampatkan dan tak
termampatkan?

Pembahasan :

Kalau aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya besaran kerapatan massa dari fluida di sepanjang aliran. Sedangkan
aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya
besaran kerapatan massa dari fluid disepanjang aliran.

2. Tuliskan sifat-sifat dari aliran fluida tak termampatkan ?

Pembahasan :

Sifat dari aliran fluida tak termampatkan adalah fluida bersifat tunak dan tidak
terdapat gesekan.

3. Apa saja contoh dari aliran fluida termampatkan?

Pembahasan :

Contoh dari aliran fluida tak termampatkan adalah air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dan lain-lain.

A. Dito Gustianto
1. Sebuah tabung pitot dipasang pada aliran udara untuk mengukur kecepatan
aliran udara. Tabung dipasang untuk mengukur tekanan stagnasi yang
akan dinyatakan dalam perbedaan ketinggian fluida dalam manometer.
Bila perbedaan ketinggian air raksa dalam manometer adalah 30 mm,
tentukan kecepatan aliran udara tersebut.

Penyelesaian :

Aliran 30 mm

Persamaan dasar :
2
p0 V p V2
+ 0 = +
ρ 2 ρ 2

po p V 2
= +
ρ ρ 2
2(po − p
V=
ρudara

Sedangkan menurut persamaan fluida statis pada air raksa maka :

po - p = ρ HG g h = (SGHG) H20 g h
2(SG HG )ρH2O gh
V=
ρudara
2 10 0 0 kg 9 ,8m m m3
= x13,6 x x x30 mmx x
m3 dt 2 10 0 0 mm 1,23 kg
= 80 ,8 m/ dt

2. Apa yang dimaksud dengan Aliran Tak-termampatkan dan berikan


contohnya?

Pembahasan :

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak


berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll.

3. Sebutkan Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan ?

Pembahasan :

di mana:

v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluid
A. Firmansyah
1. Diketahui air mengalir pada suatu pipa dengan diameter 50 cm dan
pipa berubah beraturan sehingga pada ujung yang lain diameternya
100 cm. Ditanyakan berapakah kecepatan diujung 2 atau v2 ?
2. Sebutkan faktor yang mempengaruhi debit air dalam aliran tak
termampatkan ?

Pembahasan :

Debit air yang mengalir dalam aliran tak termampatkan akan bergantung pada
ketinggian permukaan air dalam tabung dan luas penampangnya.

3. Kapankah alira air dikatakan bersifat ideal ?

Pembahasan :

Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat
dimampatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan.
A. M. Saleh
1. Apa yang dimaksud dengan debit ?
Pembahasan :
Debit merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu
tempat atau yang dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu
tertentu. Satuan debit pada umumnya mengacu pada satuan volume dan satuan
waktu.
2. Apa yang dimaksud dengan aliran stasioner ?
Pembahasan :

Aliran stasioner, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir yang
tertentu dan partikel penyusun air akan melalui jalur tertentu yang pernah dilalui
oleh pertikel penyusun air di depannya.

BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
1. Aliran fluida didalam pipa terbagi menjadi dua,yaitu :
a. Aliran Laminair, adalah aliran fluida yang mengalir secara halus
dengan kecepatan aliran yang rendah disepanjang pipa dan mempunyai
profil kecepatannya berbentuk parabola. Aliran laminair mempunyai
angka Reynold kurang dari 2100.
b. Aliran Turbulen, adalah aliran yang terjadi pada kecepatan
tinggi atau viscositas rendah, aliran akan terpecah menjadi
pusaran-pusaran yang bergerak sepanjang pipa dengan kecepatan
rata-rata yang sama. Aliran turbulen memiliki nilai bilangan Reynold
diatas 3000.

2. Kalau aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa dari fluida di sepanjang aliran.
Sedangkan aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa dari fluid disepanjang aliran.
3. Sifat dari aliran fluida tak termampatkan adalah fluida bersifat tunak dan
tidak terdapat gesekan.

4. Contoh dari aliran fluida tak termampatkan adalah air, berbagai jenis
minyak, emulsi, dan lain-lain.

5. Aliran stasioner, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir
yang tertentu dan partikel penyusun air akan melalui jalur tertentu yang
pernah dilalui oleh pertikel penyusun air di depannya.

b. Saran

Untuk pemakaian aliran dalam pipa sebaiknya diperhitungkan segala


sesuatunya, serta pemilihan bahan untuk pipa juga harus diesuaikan
dengan kegunaan dari pada pipa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Euler,Leonard. 1983. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.

Haliday, D. 1996. Fisika 2. Jakarta : Erlangga.

Raswari. 1986. Teknologi Dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta :


Universitas Indonesia.
Raswari. 1987. Perencanaan Dan Penggambaran Sistem Perpipaan. Universitas
Indonesia : Jakarta.
Resnick, Robert. 1985. Fisika Edisi Ke 3 Jilid 1.Jakarta : Erlangga.

You might also like