You are on page 1of 10

SYIRKAH (KERJASAMA)

A. Pengertian dan Hukum Syirkah


Secara bahasa kata syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) dan
persekutuan. Yang dimaksud dengan percampuran disini adalah seseorang
mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga sulit untuk dibedakan.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh
ulama:
1. Menurut ulama Hanafiyah

Artinya: akad antara dua orangyang berserikat pada pokok harta (modal)
dan keuntungan.
2. Menurut ulama malikiyah

Artinya: izin untuk bertindak secara hokum bagi dua orang yang
bekerjasama terhadap harta mereka
3. Manurut hasby Assidiqy

Artinya: akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk saling
tolong menolong dalam satu usaha dan membagi keuntungannya.
Ijika diperhatikan dari tiga definisi di atas sesungguhnya perbedaan hanya
bersifat redaksional saja namun secara esensial prinsionya sama yaitu bentruk
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dengan konsekuensi
keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bahagia.
Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab
keberadaannya diperkuat oleh al-Qur’an, hadits dan ijma para Ulama. Dalam al-
Qur’an terdapat ayat-ayat yangmengisyaratkan pentingnya syirkah diantaranya
terdapat dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 12.

Dalam surat shad ayat 24

1
Sedangakan dalam hadis Rasulullah bersabda:
Artinya: “Aku adalah orang ketiga dari dua hambaku yang belerjasama
selama keduanya tidak berkhianat. Jika salah satunya berkhianat maka aku akan
keluar dari kaduanya dan penggantinya adalah syeitan”. (HR. Abu Dawud)
Berdasarkan sumber hokum diatas maka secara ijma para ulma sepakat
bahwa hukum syirkah itu adalah boleh.
B. Rukun dan syarat syirkah
Rukun syirkah alah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung.
Ada perbedaan pendapat terkait dengan rukun syirkah. Menurut ulama hanafiyah
rukun syirkah hanya ada dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan
perserikatan) dan qabul (ungkapan penerimaan perserikatan). Istilah ijab Kabul
sering disebut dengan serah terima. Contoh lafadz ijab qabul, seseorang berkata
kepada partnernya “ Aku bersyirkah untuk urusan ini” partnernya menjawab
“telah aku terima”. Jika ada yang menambahkan selain ijab qabul dalam rukun
syirkah seperti adanya kedua orang yang berakad dan objek akad menurut
hanafiyah itu bukan termasuk rukun tapi termasuk syarat.sedangkan menurut
Abdurrahman Al-Jaziri rukun syirkah meliputi dua irang yang berserikat, shigot,
obyek akad syirkah baik itu berupa harta maupun kerja. Sedangkan menurut
jumhur Ulama rukun syirkah sama dengan apa yang diungkapkan oleh al-jaziri di
atas.
Jika dikaitkan dengan pengertian rukun yang sesungguhnya maka
sebenarnya pendpaat al-jaziri atau jumhur uama lebih tepat sebab didalamnya
terdapat unsure-unsur penting bagi terlaksananyasyirkah yaitu dua orang yang
berserikat dan obyek syirkah. Sedangkan pendapat Hanafiyah yang membatasi
rukun syirkah pada ijab dan qabul saja masih bersifat umum karena ijab dan qabul
berlaku untuk semua transaksi.
Sedangkan syarat syirkah merupakan perkara penting yang harus ada
sebelum dilaksanakannya syirkah. Jika syarat tidak terwujud maka transaksi
syirkah batal.
Menurut hanafiyah syarat-syarat syirkah terbagi menjadi empat bagian:

2
1. syarat yang berkaitan dengan semua bentuk syirkah baik harta
maupun lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat: pertama
berkaitan dengan benda yang diakadkan (ditransaksikan) harus
berupa benda yang dapat diterima sebagai perwakilan. Kedua
yang berkaitan dengan keuntungan, pembagiannya harus jelas
dan disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya setengah,
sepetiga dan sebagainya.
2. syarat yang terkait dengan harta (maal). Dlaam hal ini ada syarat
yang harus dipenuhi, yaitu pertama modal yang dijadikan objek
akad syirkah adalah dari alat pemayaran yang sah (nuqud)
seperti riyal, rupiah, dolar. Kedua, adanya pokok harta (modal)
ketika akad berlangsung baik jumlahnya sama atau berbeda.
3. syarat yang terkait dengan syirkah mufawadhah yaitu: pertama,
modal pokok harus sama. Dua, orang yang bersyirkah adalah
ahli kafalah. Tiga, objek akad disyaratkan disyaratkan syirkah
umum, yaitu semua macam jual beli atau perdaganya.
Selain syarat-syarat diatas juga ada syarat lain yang perlu dipenuhi sdalam syirkah
menurut Idris Ahmad, syarat tersebut meliputi:
1. mengungkapkan kata yang menunjukkan izin anggota yang berserikat kepada
pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2. anggota serikat saling mempercayai. Sebab masing-masing mereka adalah wakil
dari yang lainya.
3. mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik
berbentuk mata uang atau yang lainya.
malikiyah menambahkan bahwa orang yang melaksankan akad syirkah disyaratkan
merdeka, balig dan pintar (rusyd).
B. Macam-Macam Syirkah
Para ulama Fikih membagi syirkah menjadi dua macam:
1. Syirkah amlak (perserikatan dalam kepemilikan)
2. syirkah al-uqud ( perserikatan berdasarkan aqad)

3
1. syirkah amlak
menurut sayyid sabiq yang dimaksud dengan syirkah amlak adalah bila lebih dari satu
orang memiliki suatu jenis barang tanpa aqad baik yang bersifat ikhtiari atau jabari.
Artinya barang tersebut dimiliki oleh dua orang atau lebih tanpa didahului oleh aqad.
Hak kepemilikan tanpa akad itu bias disebabkan oleh dua sebab:
a. ikhtiari atau disebut (syirkah amlak ihktiari) yaitu perserikatan yang muncul
akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang sepakat membeli
satu barang atau keduanya menerima hadiah, wasiat atau wakaf dari orang lain
maka benda-benda tersebut menjadi harta serikat (bersama) bagi mereka berdua.
b. Jabari (syirkah amlak jabari) yaitu perserikatan yang muncul secara paksa (bukan
keinginan orang yang berserikat) artinya hak milikbagi mereka berdua atau lebih
tanpa dikehendaki oleh mereka. Seperti harta warisan yang mereka terima dari
bapaknya yang sduah wafat. Harta warisan tersebut menjadfi hak milik bersama
bagi mereka yang memiliki hak warisan.
Hukum syirkah amlak
Menurut para fuqoha hukum kepemilikan syirkah amlak disesuaikan dengan hak
masing-masing yaitu bersifat sendiri-sendirir secara hukum. Artinya seseorang tidak
berhak untuk menggunakan atau menguasai milik mitranya tanpa izin dari yang
bersangkutan. Karena masing-masing mempunyai hak yang sama. Hukum yang
terkait syirkah amlak ini secara luas diabahas dalam fiqih bab wasiat, waris, hibah
dan wasiat.
2. syirkah ‘uqud
yang dimaksud dengan syirkah ‘uqud adalah dua orang atau lebih melakukan aqad
untuk bekerjasama (berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya kerjasama ini
didahului oleh transaksi salam penenaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungannya.
- pembagian syirkah uqud dan hukumnya
a. syirkah inan yaitu penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak
selalu sama jumloahnya. Boleh satu pihak memiliki modal yang lebih besar dari
pihak lain. Demikian halnya dengan beban tanggung jawab dan kerja, boleh satu
piihak bertanggungjawab penuh sedangkan pihak lain tidak. Keuntungan dibagi

4
dua sesuai prosesntase yang telah disepakati. Jika mengalami kerugian maka
resiko ditanggung bersama dilihat dari prosesntase modal. Sesuai dengan keidah:

artinya: keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung sesuai dengan
modal masing-masing.
Para ulama fiqih sepakat nbahwa bentuk perserikatan ini hukumnya boleh.
3. syirkah al-mufawwadhah yaitu perserikatan ini hukumnya boleh. Kerjasama yang
mereka lakukan baik kualitas dan kuantiats nya hrus sama dan keuntungan dibagi
rata. Dalam syirkah mufawadhah ini masing-masing pihak harus sama-sama
bekerja. Hal terepnting dalam syirkah ini adalah modal, kerja, maupun
keuntungan merupakan hak dan kewajiaban yang sama. Apabila berbeda bukan
lagi disebut mufawadhah tapi berubah menjadi al- inan. Menurut sayyid sabiq ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi:
4. 1. jumlah modal masing-masing sama, jika berbeda maka tidak sah
5. memiliki kewenangan bertindak yang sama. Maka tidak sah syirkah antara anak
kecil dengan orang dewasa
6. agama yang sama. Maka tidak sah syirkah antara muslim dengan non muslim
7. masing-masing pihak dapat bertindak menjadi penjamin bagi yang lain atas apa
yang diebli dan dijual.
Menurut ulama hanafiyah dan zaidiyah bahwa masing-masing pihak boleh bertindak
melakukan transaksi jika mendapat persetujuan dari pihak lain, jika tidak maka tidak
sah. Mereka meperkuat pendapatnya dengan hadis:

Artinya: jika kamu melaksanakan mufawadhah maka lakukanlah dengan xcara yang
baik dan lakukanlah mufawwadhah karena aqad seperti ini membawa berkah (HR.
Ibnu majah)
Akan tetaqpi ulama malikiyah tidak membolehkan bentuk perserikatan mufawadhah
yang dipahami oleh hanafiyah dan zaidiyah di atas. Menurut malikiyah, mufawadhah
dinyatakan sah jika masing-masing pihak yang berserikat dapat bertindak hukum
secara mutlak dan mandiri terhadap modal kerja tanpa izin dan musyawarah dengan
mitra serikatnya baik mitra itu berada di tempat maupun sedang diluar kota. Jika tidak

5
bebas melakukan transaksi namanya syirkah inan bukan mufawadhah. Sedangkan
ulama syafi’iyahdan hanabilah senda dengan malikiyah. Menurut syafi’iyah
mufawadhah yang dipahami oleh hanafiah dan zaidiyah sulit untuk menentukan
prinsip kesamaan modal, kerja dan keuntungan dalam perserikatan itu disamping
tidak ada dalil yang kuat, hadis yang dikemukakan oleh hanafiyah dan zaidiyah
lemah.
b. syirkah al-‘Abdan yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan. Artinya perserkatan dua orang atau lebih
untuk menerima suatu pekerjaan seperti tukang besi, kuli angkut, tukang jahit,
tukang celup, tukang service elektronik dan sebagainya. Syirkah abdan (fisik)
juga disebut syirkah amal (kerja), syirkah shana’I (para tukang) dan syirkah
taqabbul (penerimaan).
Tentang huku-nya ulama malikiyah, hanafiyah hanabilah, zahidiyah
memperbolehkan syirkah abdan ini. Karena tujuannya syirkah ini mencari
keuntungan dengan modal pekerjaan secara bersama.
c. syirkah al-wujuh yaitu perserikatan tanpa modal artinya dua orang atau lebih
membeli suatu barang tanpa modal, yang terjadi adalah hanya berpegang kepada
nama baik dan kepercayaan para pedagang terhdap mereka. Dengan catatan
keuntungan untuk mereka. Syirkah ini adalah syirkah tanggungjawab yang tanpa
kerja dan modal. Artinya dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama
sekali dapam melakukan pembelian dengan kredit dan menjualnya dengan harga
tunai. Syirkah semacam ini sekarang mirip dengan makelar. Mereka berserikat
membeli barang dengan kredit kemudian di jual dengan cara tunai dan
keuntungannya dibagi bersama. Menurut syafi’iyah, malikiyah, zahiriyah dan
syi’ah imamiyah syirkah semacam ini hukumnya bathil karena modal dan kerja
tidak jelas. Sedangkan dalam syirkah harus ada modal dan kerja. Sedangkan
menurut ulama hanafiyah, hanabilah,m zahidiyah hukumnya boleh karena masih
berbentuk suatu pekerjaan dan masing-masing pihak dapat bertindak sebagai
wakil disamping itu mereka beralasan syirkah ini telah banyak dilakukan oleh
umat islam dan tidak ada ulama yang menentangnya.

6
d. Syirkah mudharabah yaitu persetujuan antara pemilik modal dengan seornag
pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam suatu perdagangan
tertentuyang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
Sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal saja. Menurut hanabilah
mudharabah dapat dikatakan sebagai syirkah jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. pihak-pihak yang berserikat cakap dalam bertindak sebagai wakil
b. modlanya berbentuk uang tunai
c. jumlah modal jelas
d. diserahkan langsung kepada pekerja (pengelola) dengan itu setelah akaq
disetujui
e. pembagian keuntungan diambil dari hasil perserikatan itu bukan dari harta
yang lain.
Tapi menurut jumhur ulama (Hanafiyah, Malikiyah, syafi’iyyah, Zahiriyah, dan syi’ah
imamiyah) tidak memasukkan transaksi mudharabah sebagai salah satu bentyuk
perserikatan, karena mudharabah menurut mereka merupakan akasd tersendiri
dalambentuk kerjasama yang lain yang tidak dinamakan dengan perserikatan.
Hikmah Syirkah
Manusia tidak dapat hidup sendirian, pasti membutuhkan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan. Ajaran islam mengajarkan agar kita menjalin kerjasama dengan siapapun
terutama dalam bidang ekonomi dangan prinsip saling tolong menolong dan saling
menguntungkan, tidak menipu dan tidak merugikan. Tanpa kerjasma maka kita sulit
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Syirkah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama
yang saling menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa
harta atau pekerjaan. Oleh karena itu islam menganjurkan umtanya untuk bekerjasama
kepada siapa saja dengan tetap memegang prinsip sebagaimana tersebut di atas. Maka
hikmah yang dapat kita ambil dari syirkah adalah adanya tolong menolong, saling
membanatu dalam kebaikan, menjauhi sifat egoisme, menumbuhkan saling prcaya,
menyadari kelemahan dan kekurangan dan menimbulkan keberkahan dalam usaha jika
tidak berkhianat dan lain sebagainya. Allah swt berfirman dalam surat al-Maidah ayat 2:

7
Rasulullah bersabda:
Artinya: Allah akan menolong dua orang yang berserikat selama mereka tidak saling
berkhianat.
JI’ALAH (MENGUPAH)
a. pengerian dan hukum ji’alah
kata ji’alah secara bahasa berarti mengupah. Secara syara’ sebagaimana dikemukakan
oleh sayyid sabiq.

Artinya
: sebuah aqad untuk mendapatkan materi (upah) yang diduga kuat dapat diperoleh.
Istilah ji’alah dalam kehidupan sehari-hari diartikan oleh para fuqoha adalah memberi
upah kepada orang lain yang dpat menemukan barangnya yang hilang atau mengobati
orang yang sakit atau menggali sumur sampai memancarkan air atau seseorang menag
dalam sebuah kompetisi. Jadi ji’alah bukan hanya terbratas pada barang yang hilang
namun bias pada setiap pekerjaan yang bias menguntungkan seseorang.
Kata ji’alah bias dibaca ja’alah. Pada zaman RAsulullah ji’alah sudah dipraktekkan.
Dlam sahih bukhari dan muslim terdapat hadis yang menceriktakan tentang seorang
badui tang disengat kemudian dijampi oleh seorang sahabat dengan upah bayaran
beberapa ekor kambing.
b. landasan hukumnya
jumhur fuqoha sepakat bahwa hukum jialah mubah. Hal ini didasari karena
jialah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jialah merupaka akad yang
sangat manusiawi. Karena seseorang dalam hidupnya tidak mampu untuk
memenuhi semua pekerjaan dan keinginannya kecuali jika ia memberikan
upah kepada oramh lain untuk membantunya. Contoh orang yang kehilangan
dompet amka sangat sukar jika ia mencari sendiri dompetnya yang hilang
tanpa bantuan dari orang lain. Maka ia meminta kepad orang lain untu
mencarinya dengan iming-iming upah dari pekerjaannya itu.
Dalam hal lain yang masih termasuk jialaah, Rasulullah
membolehkanmemberikan upah atas pengobatan yang menggunakan bacaan
Al-Qur’an dengan surat al-fatihah.

8
Dalam al-qur’an dengan tegas Allah membolehkan memberikan upah kepada
orang lain yang telah berjasa menemukan barang yang hilang. Hal itu
ditegaskan dalam al-qur’an surat Yusuf ayat 72

C. pelaksaan jialah
teknis pelaksanaan jialah bias dilakukan dengan dua cara. Pertama bias ditentukan
orangnya mislanya si Budi. Maka si Budi dengan sendirinya berusaha mencari barang
yang hilang. Kedua bias secara umum artinya orang yang diberi pekerjaan mencari
barang bukan satu orang tapi bersift umum yaitu siapa saja. Mislanya seseorang
berkata: “Siapa saja yang mengembalikan binatangku yang hilang maka aku akan
berikan imbalan sekian”.
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa salam jialah tidak disyaratkan datang dari si
pemilik barang yang hilang. Siapa saja yang mengatakan “siapa yang dat
mengembalikan barang yang hilang kepunyaan si fulan maka ia akan ku berikan upah
sekian”. Kemudian ada orang yang mengembalikan barang tersebut baik dia
mendengar berita itu dari yang mengataka tadi ataupun berita itu disampaikan oleh
orang lain ketelinganya maka ia berhak menerima jialah(upah). Hal tersebut dapat
dibenarkan karena dalam jialah tidak disyaratkan kehadiran dua pihak yang berakad
namun disyaratkan besar jumlah upah yang harus diterima artinya ia harus tahu berpa
jumlah upah yang harus ia terima artinya ia harus tahu berapa jumlah yang akan ia
terima jika berhasil mengembalikan barang karena hal inisama dengan sewa-
menyewa. Kalau upah yang akan diberikan itu majhul (tidak diketahui) maka
hukumnya fasid (rusak). Bagaimna jika orang yangmengembalikan barang yang
hilang itu jumlahnya bukan satu orang. Maka upahnya dibagi rata karena merka
semua sama-sama bekerja meskipun kualitas kerjanya tidak sama.
D. Rukunnya
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam jialah:
1. lafadz. Lafadz itu mengandung arti izin kepada yang akan bekerja dan tidak
ditentukan waktunya. Jika mengerjakan jialah tanpa seijin orang yang menyuruh
(yang punya barang) maka baginya tidak berhak memperolh imbalan jikabarang
itu ditemukan.

9
2. orang yang menjanjikan memberikan upah. Bias berupoa ornag yang kehilangan
barang atau orang lain.
3. pekerjaan (mencari barang yang hilang)
4. upah harus jelas, sudah ditentukan dan diketahui oleh seseorang sebelum
melaksanakanpekerjaan (menemukan barang).
E. Pembatalan jialah
Pembatalan jialah dapat dilakukan oeh kedua belah pihak (orang yang kehilangan
barang dengan orang yang dijanjikan jialah atau orang yang mencari barang) sebelum
bekerja. Jika pembatalan datang dari orang yang bekerja mencari barang maka ia
tidak medapatkan upah sekalipun ia sudah bekerja. Tapi jika yang mebatalkan itu
pihak yang menjanjikan upah maka yang bekerja berhak menuntut upah sebanyak
pekerjaan yang sudah dilakukan.
F. Hikmahnya
Jialah merupakan pemberian penghargaan kepada orang lain berupa materi karena
orang itu telah bekerja dan membantu mengambalikan sesi=uatu yang berharga. Baik
itu berupa matri (barang yang hilang) atau mengembalikan kesehatan atau membantu
seseorang menghaal al-Qur’an. Hikmah yang dapat dipetik adalah dengan jialah dapat
memperkuat persaudaraan dan persahabatan, menanamkan sikap saling menghargai
dan akhirnya tercipta sebuah kounitas yang saling tolong menolong dan bahu
membantu. Dengan jialah akan terbangun sebuah semangat dalam melakukan sesuatu
bagi para pekerja.
Terkait dengan jialah sebagai sebuah pekerjaan yang baik, islam mengajarkan bahwa
Allah selalu menjanjikan balasan surga bagi mereka yang mau melaksanakan
perintahNya seseorang akan memperoleh pahala dari pekerjaan baik yang ia kerjakan.
Allah berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7

10

You might also like