Professional Documents
Culture Documents
RISMA SIHOMBING
05091002007
INDRALAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah pemrograman linear dengan adanya variabel yang dibatasi dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode simpleks untuk variabel yang dibatasi.
Metode simpleks tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian
disebut tabel simpleks untuk mempermudah perhitungan simpleks. Tabel
simpleks yang telah optimal merupakan dasar untuk melakukan pemrograman
linear parametrik. Pemrograman linear parametrik membutuhkan perhitungan
2. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah dalam
menentukan penyelesaian optimal masalah pemrograman linear yang mencangkup
adanya variabel yang dibatasi dengan menggunakan metode simpleks untuk
variabel yang dibatasi. Selanjutnya adalah dapat melakukan pemrograman linear
parametrik apabila terjadi perubahan nilai parameter sebagai suku tetap tak
negatif dan sebagai koefisien ongkos pada masalah optimalisasi
pemrograman linear dengan adanya variabel yang dibatasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BENTUK BAKU
Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal,
pertama sekali bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku
terlebih dahulu. Bentuk baku dalam metode simpleks tidak hanya mengubah
persamaan kendala ke dalam bentuk sama dengan, tetapi setiap fungsi kendala
harus diwakili oleh satu variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan
status sumber daya pada kondisi sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan
kata lain, variabel keputusan semuanya masih bernilai nol. Dengan demikian,
meskipun fungsi kendala pada bentuk umum pemrograman linier sudah dalam
bentuk persamaan, fungsi kendala tersebut masih harus tetap berubah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku,
yaitu :
1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum, dirubah
menjadi persamaan (=) dengan menambahkan satu variabel slack.
2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum, dirubah
menjadi persamaan (=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.
3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam benttuk umum,ditambahkan satu
artificial variabel (variabel buatan).
Bentuk di atas juga merupakan bentuk umum. Perubahan ke dalam bentuk baku
hanya membutuhkan variabel slack, karena semua fungsi kendala menggunakan
bentuk pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umumnya. Maka bentuk bakunya adalah
sebagai berikut :
Maksimumkan z = 2x1 + 3x2 + 0s1 + 0s2 + 0s3
Kendala :
10 x1 + 5 x2 + s1 = 600
6 x1 + 20 x2 + s2 = 600
8 x1 + 15 x2 + s3 = 600
x1, x2 , s1 , s2 , s3 ≥ 0
s1 , s2 , s3 merupakan variable slack.
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
Langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut :
1. Periksa apakah tabel layak atau tidak. Kelayakan tabel simpleks dilihat
dari solusi (nilai kanan). Jika solusi ada yang bernilai negatif, maka tabel
tidak layak. Tabel yang tidak layak tidak dapat diteruskan untuk
dioptimalkan.
2. Tentukan kolom pivot. Penentuan kolom pivot dilihat dari koefisien fungsi
tujuan (nilai di sebelah kanan baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan.
Jika tujuan maksimisasi, maka kolom pivot adalah kolom dengan
koefisien paling negatif. Jika tujuan minimisasi , maka kolom pivot adalah
kolom dengan koefisien positif terbesar. Jika kolom pivot ditandai dan
ditarik ke atas, maka kita akan mendapatkan variabel keluar. Jika nilai
paling negatif (untuk tujuan maksimisasi) atau positif terbesar (untuk
tujuan minimisasi) lebih dari satu, pilih salah satu secara sembarang.
3. Tentukan baris pivot. Baris pivot ditentukan setelah membagi nilai solusi
dengan nilai kolom pivot yang bersesuaian (nilai yang terletak dalam satu
baris). Dalam hal ini, nilai negatif dan 0 pada kolom pivot tidak
diperhatikan, artinya tidak ikut menjadi pembagi. Baris pivot adalah baris
dengan rasio pembagian terkecil. Jika baris pivot ditandai dan ditarik ke
kiri, maka kita akan mendapatkan variabl keluar. Jika rasio pembagian
terkecil lebih dari satu, pilih salah sau secara sembarang.
4. Tentukan elemen pivot. Elemen pivot merupakan nilai yang terletak pada
perpotongan kolom dan baris pivot.
5. Bentuk tabel simpleks baru. Tabel simpleks baru dibentuk dengan pertama
sekali menghitung nilai baris pivot baru. Baris pivot baru adalah baris
pivot lama dibagi dengan elemen pivot. Baris baru lainnya merupakan
pengurangan nilai kolom pivot baris yang bersangkutan dikali baris pivot
baru dalam satu kolom terhadap baris lamanya yang terletak pada kolom
tersebut.
6. Periksa apakah tabel sudah optimal. Keoptimalan tabel dilihat dari
koefisien fungsi tujuan (nilai pada baris z) dan tergantung dari bentuk
tujuan. Untuk tujuan maksimisasi, tabel sudah optimal jika semua nilai
pada baris z sudah positif atau 0. Pada tujuan minimisasi, tabel sudah
optimal jika semua nilai pada baris z sudah negatif atau 0. Jika belum,
kembali ke langkah no. 2 , jika sudah optimal baca solusi optimalnya.
Kendala :
x1 + x2 + 2x3 + s1 = 2
2x1 + 3x2 + 4x3 + s2 = 3
7x1 + 6x2 + 2x3 + s3 = 8
x1,x2,x3 ,s1 , s2 , s3 ≥ 0
Karena nilai negative terbesar ada pada kolom X2, maka kolom X2 adalah kolom
pivot dan X2 adalah variabel masuk. Rasio pembagian nilai kanan dengan kolom
pivot terkecil adalah 1 bersesuaian dengan baris s 2, maka baris s2 adalah baris
pivot dan s2 adalah varisbel keluar. Elemen pivot adalah 3.
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z -8 -9 -4 0 0 0 0
S1 1 1 2 1 0 0 2 2
S2 2 3 4 0 1 0 3 1
S3 7 6 2 0 0 1 8 8/6
Iterasi 1
Nilai pertama yang kita miliki adalah nilai baris pivot baru (baris x 2). Semua nilai
pada baris s2 pada tabel solusi awal dibagi dengan 3 (elemen pivot).
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z
S1
x2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1
S3
Baris s1 :
1 1 2 1 0 0 2
1 (2/3 1 4/3 0 1/3 0 1)-
1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1
Baris s3 :
7 6 2 0 0 1 8
6 ( 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1)-
3 0 -6 0 -2 1 2
Maka tabel iterasi 1 ditunjukkan tabel di bawah. Selanjutnya kita periksa apakah
tabel sudah optimal atau belum. Karena nilai baris z di bawah variabel x 1 masih
negatif, maka tabel belum optimal. Kolom dan baris pivotnya ditandai pada tabel
di bawah ini :
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z -2 0 8 0 3 0 9 -
S1 1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1 3
X2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 3/2
S3 3 0 -6 0 -2 1 2 2/3
Variabel masuk dengan demikian adalah X1 dan variabel keluar adalah S3 . Hasil
perhitungan iterasi ke 2 adalah sebagai berikut :
Iterasi 2 :
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z 0 0 4 0 5/3 2/3 31/3
S1 0 0 4/3 1 -1/9 -1/9 7/9
X2 0 1 8/3 0 7/9 -2/9 5/9
X1 1 0 -2 0 -2/3 1/3 2/3
Harga bayangan :
Harga bayangan dilihat dari koefisien variable slack atau surplus pada
baris fungsi tujuan.
Koefisien S1 pada baris fungsi tujuan table optimal = 0, dengan demikian
harga bayangan sumber daya pertama adalah 0
Koefisien S2 pada baris fungsi tujuan table optimal = 5/3, dengan demikian
harga bayangan sumber daya kedua adalah 5/3
Koefisien S3 pada baris fungsi tujuan table optimal = 2/3, dengan demikian
harga bayangan sumber daya kedua adalah 2/3.
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi Logistik
Setiap organisasi mengantarkan produk kepada pelanggannya. Secara
sederhana produk tersebut salah satunya digambarkan sebagai barang atau jasa.
Pada perusahaan terdapat operasi-operasi untuk membuat dan mengantarkan
produk tersebut. Operasi-operasi tersebut menggunakan masukan yang
bermacam-macam dan mengubahnya menjadi keluaran yang diinginkan.
Masukan-masukan tersebut diantaranya adalah bahan mentah, komponen,
manusia, peralatan, informasi, uang, dan sumber daya lainnya. Operasi meliputi
manufaktur, pelayanan, transportasi, penjualan, pelatihan, dan masih banyak lagi.
Keluaran yang utama adalah barang dan jasa.
Produk yang dibuat sampai kepada pelanggannya melalui daur seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Operasi-operasi Logistik
Operasi-operasi logistik dibagi dalam tiga area yaitu distribusi pasar,
fabrikasi, dan pengadaan. Operasi logistik dimulai dengan pengiriman awal suatu
material atau komponen dari pemasok dan diselesaikan dengan pengantaran
produk yang sudah diproses ke pelanggan. Proses perpindahan barang dianggap
tidak produktif bila tidak terjadi penambahan nilai produk atau perubahan fisik
barang, misal kemasan atau volume isi. Distribusi pasar adalah perpindahan
produk akhir ke tangan pelanggan. Tujuan utama dari distribusi pasar adalah
untuk membantu peningkatan pendapatan dengan menyediakan strategi yang
dibutuhkan dalam pelayanan pelanggan pada total biaya yang terendah.
Fabrikasi adalah aktivitas yang berhubungan dengan perencanaan, penjadwalan,
dan operasi-operasi pendukung manufaktur lainnya. Membutuhkan jadwal induk
produksi dan performansi penyimpanan, penanganan, transportasi, penyortiran
barang setengah jadi, dan pengurutan komponen-komponen.
Pengadaan adalah aktivitas yang berhubungan dengan mendapatkan
produk atau material dari pemasok luar. Membutuhkan perencanaan sumber
daya, pasokan sumber daya, negoisasi, penempatan pesanan, transportasi,
penerimaan dan inspeksi, penyimpanan dan penanganan, dan jaminan kualitas.
Tujuan utama pengadaan adalah untuk membantu fabrikasi atau menjual kembali
dengan menyediakan pembelian yang tepat waktu pada total harga terendah.
Metode Simpleks
Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam
pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal
menggunakan metode simpleks didasarkan pada teknik eleminasi Gauss Jordan.
Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per satu
dengan cara perhitungan iteratif. Sehingga penentuan solusi optimal dengan
simpleks dilakukan tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi. Iterasi ke-i
hanya tergantung dari iterasi sebelumnya (i-1).
Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal,
pertama sekali bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku
terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat
bentuk baku, yaitu :
1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum, dirubah
menjadi persamaan (=) dengan menambahkan satu variabel slack.
2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum, dirubah
menjadi persamaan (=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.
3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam bentuk umum, ditambahkan
satu artificial variabel (variabel buatan).
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data jumlah keluarga miskin, target
penyaluran subsidi, realisasi penyaluran subsidi, alokasi minyak goreng dari
beberapa agen ke kecamatan-kecamatan di Depok, dan biaya transportasi
distribusi minyak goreng bersubsidi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
tahapan subsidi, jalannya pelaksanaan penyaluran subsidi minyak goreng, dan
keluhan terhadap pelaksanaan subsidi yang telah berjalan.
Analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan
mempelajari rantai pengadaan dan sistem distribusi yang telah berjalan, jaringan
distribusi, dan proses bisnis yang ada. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan
permasalahan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan penyaluran subsidi. Saran
perbaikan dibuat berdasarkan berbagai kesimpulan yang diperoleh dan
diwujudkan dalam bentuk usulan perbaikan, agar dapat diimplementasikan
kemudian sehingga optimalisasinya dapat tercapai.
1. Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kegiatan penyaluran subsidi
minyak goreng bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota Depok antara lain
kurangnya sosialisasi kegiatan subsidi minyak goreng, pendataan keluarga miskin
yang belum tepat, tidak sampainya minyak goreng bersubsidi ke tangan warga
karena lokasi penjualan yang terlalu jauh dari warga, dan alokasi minyak goreng
dari agen yang kurang optimal. Selain itu diketahui bahwa terjadi beberapa kali
proses perpindahan barang yaitu barang yang masuk ke Disperindag kemudian
dibawa ke kantor kecamatan untuk kemudian dibawa ke kantor kelurahan dan
didistribusikan dalam operasi pasar yang dilakukan pada tingkat kelurahan.
Usulan perbaikan agar subsidi minyak goreng optimal dan tepat sasaran
dilakukan dengan meningkatkan sosialisasi kegiatan subsidi minyak goreng
sampai dengan tingkat RT/RW, menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk
pendataan keluarga miskin yaitu menggunakan kriteria BPS, dan titik serah
barang dilakukan di tingkat kecamatan. Dari penelitian yang telah dilakukan juga
dapat disimpulkan bahwa biaya transportasi untuk distribusi minyak goreng dapat
dioptimalkan yaitu menjadi sebesar Rp. 3.463.432.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA