You are on page 1of 13

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

KROMATOGRAFI

Oleh :

Nama : Astri Diani P


NRP : 093020068
No Meja : 1 (satu)
Kelompok : IV (empat)
Tanggal : 27 Oktober 2010
Asissten : Annisa Khaira W

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2010
I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang


Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan


Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian
dan pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik,
metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan
pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode
kromatografi tidak dapat dikelompokan dengan hanya meninjau
satu macam sifat, artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom
seperti destilasi, ekstraksi pelarut, penukar ion kedalam satu
gelas (Khopkar, 2008).
Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu
campuran. Dalam kromatografi, komponen-komponen
terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam.
Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran serap pada permukaan
partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau
terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan
atau di dalam pori. Ini adalah sorpsi (penyerapan). Laju
perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di dalam kolom
atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan
dengan bagian-bagian molekul tersebut di antara fase bergerak
dan fase diam. Jika ada perbedaan penahanan secara selektif,
maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom
dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing
penyerapan. Jika pemisahan terjadi, masing-masing komponen
keluar dari kolom pada interval waktu yang berbeda, mengingat
bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena migrasi secara
diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong tidak selektif
berupa aliran fase bergerak (Khopkar, 2008).
Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam
banyak keadaan lebih cepat dan efektif dari pada sebelumnya
dan banyak pemisahan, dapat berhasil yang tidak akan dapat
diusahakan dengan teknik lain., pendobrakan yang tidak ada
bandingnya dalam biokimia mendapatkan pengertian dan fungsi
enzim dan protein yang lain telah berasal secara langsung dari
penggunaan kromatografi dalam penelitian biologik
(Underwood, 1999).

1.2. Tujuan Percobaan


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai Rf
(Rate of Flow) suatu zat yaitu perbandingan jarak gerak zat
terlarut dengan gerak zat pelarut suatu zat dengan menggunakan
teknik kromatografi lapis tipis.

1.3. Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan metode
pemisahan dimana teknik pemisahannya berdasarkan perbedaan
kecepatan gerak komponen pada absorban kertas dibawah
pengaruh pelarutan yang bergerak.
II BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini membahas mengenai: (1) Bahan yang digunakan,


(2) Alat yang digunakan dan (3) Metode percobaan.

2.1. Bahan-bahan yang Digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri
dari Eluen, Poncean 4R, Poncean Red, dan Tartrazine.

2.2. Alat Yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari
kromatogram, pipet, keras saring, pensil, penggaris.
2.3. Metode Percobaan

Zat Warna
Dicelupkan ke dalam
oven selama 30 menit

Dihitung Jaraknya

Gambar 15. Metode Kromatografi


III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai :(1) Hasil pengamatan,


dan (2) Pembahasan.

3.1. Hasil Pengamatan


Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

Tabel 16. Hasil Pengamatan Kromatografi


Tartazin Poncean 4R Poncean Red
a=6 a = 6.3 a=7
b=8 b=8 b=8
(Sumber : Kelompok IV, 2010)

Maka berdasarkan rumus yang ada pada lampiran diperoleh:


Rf (Tartrazin) = 0,75
Rf (Poncean 4R) = 0,7875
Rf (Poncean Red) = 0,875

3.2. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam
medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat. (Anonymous, 2008)
Hal yang penting dalam pengukuran atau penentuan pada
kromatografi cair, adalah kita pertama-tama meneliti proses
distribusi fasa sebagai bentuk biasa yang terlihat dalam
kromatografi cair. Jika dibayangkan adanya suatu zat padat
dengan permukaan yang bersih dan kering, lalu jika sekarang
permukaan ini dialiri suatu fluida atau gas, cairan murni atau
larutan, biasanya ada kecenderungan dari molekul gas, pelarut
atau zat terlarut untuk mengadakan interaksi dengan permukaan
tadi. Jika zat padat adalah terbagi atau sangat berpori, atau
dengan kata lain zat mempunyai luas permukaan besar, maka
besarnya adsorpsi akan setara. Sebagai contoh, jika suatu
adsorben yang baik dimasukkan ke dalam bejana yang berisi
gas, penurunan tekanan sebagai akibat penarikan molekul gas
pada permukaan mudah diukur (Underwood, 1999).
Dalam hal adsorpsi ion pada permukaan zat padat yang
ionik, gaya yang terlibat jelas adalah gaya elektrostatik. Dalam
hal-hal lain, gaya Vander waals (dipol-dipol, terinduksi dan gaya
London) adalah yang bertanggung jawab atas adsoprpsi.
Bermacam ukuran kolom dapat dipergunakan, pertimbangan
utama adalah kesanggupannya untuk menerima contoh secara
tampak pembebanan yang terlalu besar kepada fasa stasioner
(Underwood, 1999).
Bermacam-macam ukuran kolom dapat dipergunakan,
penimbangan utama adalah kesanggupannya untuk menerima
contoh secara tampak pembebanan yang terlalu besar kepada
fasa stasioner. Tidaklah luar biasa bagi proses elusi kromatografi
untuk memerlukan beberapa jam. Kadang-kadang secara
kebetulan ternyata tidak satupun fase bergerak cukup cocok
untuk elusi bagi kita semua unsur dari contoh pada adsorpsi
misalnya suatu pelarut nonpolar mungkin cukup ideal untuk elusi
dari zat-zat terlarut dari yang kurang polar, sedang zat terlarut
yang lebih polar kemudian yang mungkin menunjukkan suatu
retensi yang panjang dan tak berurutan (Khopkar, 2008).
Hubungan antara konstitusi kimiawi suatu senyawa dan
sifat-sifatnya pada kolom kromatografi tergantung pada apakah
operasi yang terjadi: adsorpsi, partisi atau penukar ion. Sebagian
besar pemisahan organik adalah benar-benar adsorpsi. Menurut
Tswett, makin tinggi kandungan ikatan rangkap dan gugus
hidroksil suatu molekul, maka akan lebih kuat teradsorpsi.
Aldehid misalkan teradsorpsi kurang kuat dibandingkan alkohol
dimana mengandung gugus OH-, yang menyebabkan adsorpsi
lebih kuat. Demikian juga ester mengadsorpsi lebih kuat dari
pada hidrokarbon. Urutan-urutan kekuatan adsorpsinya adalah
asam, basa → alkohol → aldehid, keton → ester yang
tersubtitusi, dengan → hidrokarbon tidak jenuh → hidrokarbon
jenuh. Ikatan hidrokarbon menurunkan kemampuan adsorpsi.
Misalkan: 2-hidroksi-anthriqinon teradsorpsi lebih kuat
dibandingkan tetrahidroksi-anthriqinon karena untuk tetrahidroksi-
anthriqinon terjadi ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen mempunyai
pengaruh terhadap tenaga elusi pelarutnya. Ikatan rangkap
terkonyugasi mempunyai pengaruh terhadap kekuatan adsorpsi,
tetapi untuk senyawa sangat polar, adanya satu atau lebih ikatan
rangkap tidaklah menambah kemampuan teradsorpsi. Demikian
juga bentuk permukaan adsorben dapat menyebabkan
perbedaan kemampuan mengadsorpsi. Jadi adsorpsi suatu
senyawa organik merupakan fungsi dari struktur kimianya, sifat
permukaan adsorben dan pelarutnya.
Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom
dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerakan lapisan vertikal
searah gerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk
melaksanakan pemisahan yang dilakukan pada temperatur
kamar, sampai permukaan pelarut mencapai tinggi 15-18 cm.
waktu yang diperlukan antara 20-40 menit. Semua teknik yang
digunakan untuk kromatografi kertas dapat dipakai juga untuk
kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada
kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya
pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada
kromatografi lapisan ini, dengan menggunakan lapisan yang
sudah dicelupkan lebih dahulu pada perafin, minyak silikon,
polietilen glikol dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah
CH3COOH atau asetonitril. Kadangkala untuk RRPC, waktu yang
diperlukan cukup lama.
Zat-zat berwarna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga
digunakan reagent penyemprot untuk melihat bercak suatu zat.
Asam kromat sering digunakan untuk zat organik. Untuk
menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan
pada bagian tepi saja. Bagian yang lainnya dapat diperoleh
kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan pergerakan
setelah pemisahan selesai (Khopkar, 2008).
Untuk analisis kuantitatif dapat dipergunakan plot
fotodensitometer. Analisisnya dapat dilakukan dengan
spektrofotometer UV, sinar tampak, IR atau fluorosens atau
dengan reaksi kalorimeter dengan reagent kromogenik.
Aplikasi KLT sangatlah luas. Senywa-senyawa yang tidak
mudah menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat
dianalisis dengan KLT. Ia dapat pula untuk memeriksa adanya
zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia forensik menggunakan
KLT untuk bermacam pemisahan. Pemisahan berguna dari
plasticiser, antioksidan, tinta dan formulasi zat pewarna dapat
ditentukan dengan KLT. Pemakaiannya meluas dalam pemisahan
anorganik (Khopkar, 2008).
IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Kesimpulan dan


(2) Saran.

4.1. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa zat (sampel)
dengan memberikan karakteristik warna tertentu dengan Rate of
Flow (Rf) yang berbeda .dari masing-masing zat.
a1 (Tartrazin) = 6 cm, a2 (Poncean 4R) = 6.3 cm,
a3 (Poncean Red) = 7 cm dan b = 8 cm. Maka berdasarkan rumus
yang ada pada lampiran diperolehRf1 = 0,75, Rf2 = 0,7875, dan Rf3
= 0,875.

4.2. Saran
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan ini
adalah ketelitian, terutama dalam pencatatan volume akhir titrasi
agar tidak keliru dalam melakukan perhitungan. Selain itu, dalam
menggunakan peralatan yang dipakai juga harus berhati-hati,
jangan sampai rusak apalagi pecah karena peralatan yang
digunakan jumlahnya sedikit disamping harganya yang cukup
mahal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Kromatografi.


http://id.wikipedia.org/kromatografi. akses : 27 OKtober
2010.

Khopkar, (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik . Cetakan


Pertama. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.

Underwood, (1999). Analisis kimia Kuantitatif. Penerbit PT


Erlangga: Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Tartazine
Diketahui : a = 6 cm, b = 8 cm
Ditanya : Rf
Jawab :

a 6
Rf = b = 8 = 0,75

2. Poncean 4R
Diketahui : a = 6.3 cm, b = 8 cm
Ditanya : Rf
Jawab :

a 6.3
Rf = b = 8 = 0,7875

3. Poncean Red
Diketahui : a = 7 cm, b = 8 cm
Ditanya : Rf
Jawab :

a 7
Rf = b = 8 = 0,875

You might also like