Professional Documents
Culture Documents
HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas kehendak-Nya
Adapun maksud dan tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori dan Isu-Isu Pembangunan pada Jurusan
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memenuhi kriteria
tugas.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran tentang membina sistem politik yang sesuai dengan keperluan-
keperluan mendasar dari masyarakat dan negara telah lama dipikirkan di Indonesia.
Banyak dari pemikiran mengenai sistem politik tersebut secara langsung atau pun
tidak langsung akan melihat ke sistem politik di negara- negara lain baik yang maju
pembaharuan dilakukan agar terciptanya politik ideal untuk Indonesia. Banyak hal
Pada saat ditinggalkan oleh Pemerintahan Orde Baru sejak Mei 1998,
persoalan demokratisasi adalah isu utama kehidupan politik nasional. Sistem politik
disintegrasi. Kurang tepatnya pengelolaan konflik sosial politik dan tidak meratanya
pemerintahan, menjadi cikal bakal rasa ketidakadilan dan perasaan diabaikan bagi
seolah-olah berkembang dalam sistem dan aparatur pemerintah, telah menjadi bibit
ISI
pemerintah atas masyarakat, terlebih bila didukung oleh sistem politik dan partai
kesejahteraan masyarakat.1
melalui tahapan yang cukup sistematis, baik di bidang ekonomi maupun di bidang
politik.2
Ekonomi.
1
Djoko Yuniarto, Djoko’s site, Modernisasi dan Pembangunan Politik
http://djokoyuniarto.multiply.com/journal/item/7/Modernisasi_dan_Pembangunan_Politik, ditulis 1
Maret 2011, diakses 1 Maret 2011
2
AFK Organsky, 1985, dikutip dari Djoko Yuniarto, Djoko’s site, Modernisasi dan Pembangunan
Politik http://djokoyuniarto.multiply.com/journal/item/7/Modernisasi_dan_Pembangunan_Politik,
ditulis 1 Maret 2011, diakses 1 Maret 2011
3
Lucian W Pye, dikutip dari Juwono Sudarsono, Pembangunan Politik dan Pembaharuan Politik.
1981
Para ahli ekonomi menunjukkan betapa kondisi- kondisi sosial dan
Industri.
adalah apakah yang merupakan bentuk dan apakah yang merupakan isi
menghadapi kesulitan dalam membedakan apa yang ‘barat’ dan apa yang
‘modern’.
pembinaan bangsa.
falsafah kolonial yang sedikit liberal. Sebab, kita dapat perhatikan dari
4
Agus Haryadi dikutip dari Djoko Yuniarto, Djoko’s site, Modernisasi dan Pembangunan Politik
http://djokoyuniarto.multiply.com/journal/item/7/Modernisasi_dan_Pembangunan_Politik, ditulis 1
Maret 2011, diakses 1 Maret 2011
sejarah pengaruh barat terhadap sebagian dunia, salah satu teema pokok
sikap yang berbeda- beda. Sementara ini banyak orang yang berpengang
ataupun yang diinginkan dan untuk tujuan apakah tujuan perubahan sosial
yang meluas demi memenangkan peserta Pemilu tertentu. Kondisi seperti ini
jelas memerlukan sistem politik yang kuat dan kepempinan yang bersih, agar
kelompok utama.
Pertama, tuntasnya amandemen (I, II, II, dan IV) UUD 1945 yang
politik, pemilu, dan susunan kedudukan MPR dan DPR, yang menjadi dasar
pelaksanaan Pemilu 1999. Ketiga, terciptanya format hubungan pusat-daerah
Amat sering terjadi kekerasan dilakukan terhadap kelompok lain yang tidak
politik yang demokratis dan praktek hukum yangb berkeadilan justru sangat
diperlukan pada saat seperti sekarang ini, ternyata secara bersamaan terjadi
hukum. Perasaan diperlakukan tidak adil dan sikap-sikap sinis dan pesimisme
hukum Indonesia.
Masyarakat (LSM) yang pada masa lalu kurang diakui peranannya, dewasa
ini mulai menunjukkan peran yang baik dalam memberdayakan sektor
ini.
dan komprehensif
kebijakan daerah
perbaikan proses politik, peningkatan peran hubungan luar negeri, serta peningkatan
terhadap konstitusi.
Mendorong perumusan yang lebih tuntas dan dapat diterima semua pihak
5
Jhosin Kogoya. BIDANG PEMBANGUNAN POLITIK & KONDISI UMUM
http://yosin.wordpress.com/2009/06/23/pembangunan-politik-dan-kondisi-umum/, diakses 1 Maret
2011
Mendukung percepatan bagi dibentuknya pelembagaan proses rekonsiliasi
kolektif) serta antara kepentingan dengan ideologi. Konflik politik yang muncul
pemikiran, sistem dan mekanisme yang lama sebagai konsepsi konsolidasi awal
Isu yang signifikan dalam perdebatan dan konflik yaitu mengenai peran
militer-sipil dalam perubahan politik Indonesia juga mengenai modal politik dari
institusi, badan atau lembaga yang ada dimana ketika awal kehadirannya
merupakan basis massa dari golkar dalam upaya menciptakan mobilitas politik
tentu saja bermuara pada kepentingan tarik ulur tentang “suksesi” dalam partai
6
Ignes Kleden, Simpul demokrasi’s blog, Politik Indonesia, Antara Demokrasi dan Sentralisme
Politik. http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/wacana-demokrasi/1306-politik-
indonesia-antara-demokrasi-dan-sentralisme-politik-.html
pasca Soeharto dari vested interest tiga pilar penyanggah golkar, antara ABRI,
Masa reformasi membawa pada dua arus utama dari konflik. Pertama pada
tarikan pada konflik kepentingan dari perebutan kekuasaan dan arus kedua adalah
ketegangan ideologis yang sangat kentara pada gerakan atas Islamic state dari
nasionalists state.
Indonesia.
merupakan organisasi yang memiliki peran dan fungsi memobilisasi rakyat atas
konflik dan pola hubungan dalam partai politik ini bisa tercermati dalam pemilu
1999, yaitu realita penolakan terhadap Habibie juga Megawati Soekarnoputri dari
memanfaatkan isue “haram” presiden wanita. Gerakan “asal bukan” Habibie atau
Megawati yang akhirnya melahirkan bangunan aliansi partai-partai Islam
(PAN,PPP,PBB, dan Partai Keadilan) yang dikenal kala itu sebagai kelompok
“Poros Tengah”.
Bangunan aliansi yang dilakukan poros tengah yang kemudian menyeret PKB
(Gus Dur) menjadi Presiden Republik Indonesia setelah Habibie. Namun dalam
perjalanannya, keakraban Amien Rais (sebagai pemimpin poros tengah) dan Gus
dilakukan masing-masing.
Pada keterberaian ini pula yang meruntuhkan legitimasi politik Gus Dur
sebagai Presiden, walaupun disisi lain, terdapat berbagai kepentingan politik yang
Orde Baru, termasuk kepentingan modal asing atau negara lain (seperti Amerika
Serikat, Uni Eropa) yang terusik atas beberapa kebijakan ekonomi nasional yang
dilakukan Kabinet Gus Dur serta dari kelompok kepentingan ideologis yang
Indonesia , apakah presidensil atau parlementer? Dalam kasus Gus Dur, sistem
presidensil versi UUD 1945 terbukti rentan, dan bisa terdeviasi pada sistem
parlementer.
Tidaklah menjadi aneh jika dimasa Megawati (pasca Gus Dur) dalam pidato
Padahal tanpa komisi konstitusi independent akan menjadi kesulitan untuk dapat
rakyat untuk mengadopsi “bikameral’ (terdiri dari DPR dan DPD) dan tetap
“unikameral” seperti berlaku sebelum reformasi (terdiri dari DPR, Utusan Daerah
dan Utusan Golongan). Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau tetap melalui
MPR.
penerapan Syariat Islam dan Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP) sejak SU MPR
1989 kerap menuntut agar pemberlakuan asas tunmggal bagi organisasi sosial
politik dicabut. Hebatnya dalam SUT MPR 2000, beberapa Fraksi MPR meminta
dalam Pancasila.
Di era reformasi hingga saat ini aliran-aliran lama muncul kembali walau
dalam kemasan baru, PDIP mewakili abangan dan non Islam, Golkar wujud dari
Islam modern (luar Jawa) PKB sebagai Islam tradisionalis, PPP wakil dari kaum
menjadi sangat mendalam, mereka terbelah menjadi dua kelompok besar yakni
Islam dan non Islam. Dari dua kelompok besar tersebut dilihat pada kepentingan
Disinilah yang sampai saat ini menjadi masalah tersendiri bagi proses
Jika dilacak lebih jauh, di Indonesia pola perseteruan ideologis yang tercermin
yang oleh Feith meupakan perebutan pengaruh sosial politik dari lima ideologi
(kecuali komunisme).
sejarah “politik” seperti sidang BPUPKI dan gerakan perjuangan Darul Islam atau
Tentara Islam Indonesia .Juga beberapa konflik baru yang muncul dari
awal sebagai dasar pecermatan. Pertama perlu ada dasar empiris untuk memahami
tentang kekuatan-kekuatan nyata –seperti ABRI— dalam pertarungan kekuasaan
Kedua, adanya norma-norma yang menjadi dasar penilaian dari realitas politik
yang telah dan sedang berlangsung di Indonesia . Apakah gerakan pembaruan dan
politik praktis, hal ini melihat perbedaan yang muncul dari hubungan antara
norma politik merupakan muatan yang berisi norma-norma yang bersifat tetap
Dari tiga kriteria , maka muatan reformasi dapat diposisikan selalu sarat
diskursus politik yang lebih terfokus pada persoalan penggantian dan posisi elite
dinamika politik masa reformasi adalah lebih merupakan politik kesempatan (the
masa sekarang sedang kemungkinan adalah kesempatan yang dapat dan masih
II.5 Pilkada
Pembangunan politik menjadi penting karena bukan hanya sekadar jalannya proses
demokrasi, namun akan bermuara pada naiknya kualitas hidup rakyat dalam segala
Era reformasi berusaha membuat cara yang lebih baik, yaitu gubernur,
bupati/walikota dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pilkada. Cara pemilihan
semacam ini diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang lebih sesuai dengan
harapan rakyat karena rakyat dapat langsung melihat, menilai dan memilih pemimpin
pengalaman tentu masih kurang. Rakyat baru 1 (satu) kali memilih pemimpinnya di
tingkat nasional untuk presiden, provinsi untuk gubernur dan kabupaten/kota untuk
bupati/walikota, maka Pilkada yang ada perlu diberi kesempatan untuk berkembang.
Biarlah pola Pilkada sekarang tetap berjalan, tentunya dengan pembenahan-
Pada dasarnya Pilkada punya peluang besar untuk berkembang dengan baik, karena
pemilihan langsung seorang pemimpin oleh rakyat telah dikenal berpuluh tahun di
PENUTUP
Demokrasi yang pada awalnya mempunyai konsep yang bagus dan dapat
perlu. Kurangnya pemahaman dari elit politik tentang demokrasi juga patut menjadi
pekerjaan bersama, artinya para elit politik dalam pemerintahan dapat mengetahui arti
dari demokrasi yang sebenarnya sehingga mereka dapat memberikan contoh kepada
Pembangunan yang dilakukan juga haruslah merata agar dapat meminimalisir akibat
Kleden, Ignes. 2008. Simpul demokrasi’s blog, Politik Indonesia, Antara Demokrasi
dan Sentralisme Politik. http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-
demokrasi/wacana-demokrasi/1306-politik-indonesia-antara-demokrasi-dan-
sentralisme-politik-.html