Professional Documents
Culture Documents
KONVEKSI PAKSA
OLEH :
Pada benda padat perpindahan kalor yang terjadi pasti berupa konduksi,
sedangkan pada fluida perpindahan kalor dapat berupa konduksi ataupun konveksi
tergantung ada-tidaknya gerakan fluida. Jika tidak terdapat gerakan fluida maka yang
terjadi adalah proses perpindahan kalor konduksi, sedangkan jika terdapat gerakan
fluida maka dikatakan terjadi proses perpindahan kalor konveksi.
Gambar 1 Menunjukkan perpindahan kalor yang dapat terjadi dari suatu permukaan
yang panas ke udara sekitarnya.
Gambar 1 Perpindahan kalor yang mungkin terjadi dari permukaan panas ke udara
sekitarnya
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa
ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa
dengan
Ts = temperatur permukaan, °C
T∞ = temperatur fluida, °C
1 Bilangan Nuselt
Perpindahan kalor yang terjadi pada suatu lapisan fluida terjadi melalui proses
konduksi dan konveksi. Bilangan Nusselt menyatakan perbandingan antara
perpindahan kalor konveksi pada suatu lapisan fluida dibandingkan dengan
perpindahan kalor konduksi pada lapisan fluida tersebut.
hD
N Nu=
k
Dimana;
D = panjang karakteristik
k = konduktivitas bahan
Semakin besar nilai bilangan Nusselt maka konveksi yang terjadi semakin
efektif. Bilangan Nusselt yang bernilai 1 menunjukkan bahwa perpindahan kalor yang
terjadi pada lapisan fluida tersebut hanya melalui konduksi.
2 Bilangan Reynolds
Suatu aliran fluida dapat berupa aliran laminar, turbulen, ataupun transisi.
Pada aliran laminar molekul molekul fluida mengalir mengikuti garis-garis aliran
secara teratur. Aliran turbulen terjadi saat molekul-molekul fluida mengalir secara
acak tanpa mengikuti garis aliran. Aliran transisi adalah aliran yang berada di
antara kondisi laminar dan turbulen, biasanya pada kondisi ini aliran berubah-ubah
antara transien dan turbulen sebelum benar-benar memasuki daerah turbulen penuh.
Gambar 3 menunjukkan perbedaan antara aliran laminar dan turbulen pada percobaan
menggunakan jejak tinta. Pada aliran laminar maka jejak tinta berbentuk lurus dan
teratur, sedangkan pada aliran turbulen aliran tinta menyebar secara acak
Gambar 3 Aliran laminar dan turbulen pada percobaan menggunakan jejak tinta
Dv ρ
N Re=
Dimana; μ
D = diameter
v = laju alir
ρ = densitas
µ = viskositas
Nilai bilangan Reynolds yang kecil (< 2100) menunjukkan aliran bersifat
laminar sedangkan nilai yang besar menunjukkan aliran turbulen(> 4000). Nilai
bilangan Reynolds saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan Reynolds kritis yang
nilainya berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya
3 Bilangan Prandtl
Cp adalah kalor spesifik fluida, dan k adalah konduktivitas termal, dan µ adalah
viskositas
Nilai bilangan Prandtl berkisar pada nilai 0.01 untuk logam cair, 1 untuk gas,
10 untuk air, dan 10000 untuk minyak berat. Difusivitas kalor akan berlangsung
dengan cepat pada logam cair (Pr << 1) dan berlangsung lambat pada minyak (Pr >>
1). Pada umumnya nilai bilangan Prandtl ditentukan menggunakan tabel sifat zat.
Tabel 5-1 menunjukkan rentang nilai bilangan Prandtl untuk beberapa jenis fluida.
Perpindahan kalor konveksi aliran dalam pipa merupakan peristiwa perpindahan kalor
yang paling banyak dijumpai di industry proses kimia karena pemanasan atau
pendinginan fluida banyak melibatkan aliran dalam pipa, (HE, coil, boiler,
evaporator, dll). Karena sifat aliran dalam piupa bisa laminar atau turbulent, maka
pada kedua rezim tersebut persamaan yang digunakan berbeda.
Dimana NRe < 2100, dapat digunakan persamaan Sieder dan Tate
1 0 , 14
h D D μb
k (
N Nu = a =1 ,86 N Re N Pr
L )( )
3
μw
Dimana;
hD
N Nu= Bilangan Nusselt
k
cp μ
N Pr= Bilangan Prandtl
k
Dv ρ
N Re= Bilangan Reynold
μ
D = diameter pipa
L = panjang pipa
Sifat fisis dihitung pada suhu bulk, kecuali µ w yang dievaluasi pada suhu dinding
(wall)
(T w −T bi )+(T w −T bo )
q=ha AΔT a =h a A
2
Dimana;
Tbi = Suhu bulk in
Berikut ini ditampilkan rata-rata untuk aliran laminar pada berbagai penampang
saluran
Untuk NRe >6000 ; 0,7 < NPr < 16000 dan L/D > 60
0 , 14
h D μb
N Nu = L =0 , 027 N 0,8 N
k Re
Pr
1
3
( )
μw
Dimana;
hD
N Nu= Bilangan Nusselt
k
cp μ
N Pr= Bilangan Prandtl
k
Dv ρ Bilangan Reynold
N Re=
μ
Konveksi paksa melintasi permukaan rata
Pada bagian ini dibahas tentang perpindahan kalor dan gaya hambat (drag
force) yang terjadi saat fluida melintasi suatu permukaan rata. Bilangan Nusselt rata-
rata untuk aliran melintasi plat rata dapat dinyatakan dengan persamaan umum
Aliran Turbulent
Pada aliran turbulen koefisien gesek rata-rata adalah
Tabel Bilangan Nusselt rata-rata untuk berbagai penampang saluran pada aliran
laminar
Konveksi Paksa Pada Aliran Melintang Berkas Pipa
Aliran melintang berkas pipa sering kali terjadi pada penukar kalor jenis
kondenser dan evaporator. Pada perangkat penukar kalor tersebut suatu fluida
mengalir pada beberapa buah pipasedangkan fluida lainnya melintang tegak
lurus pipa. Pada kasus seperti ini perhitungan tidak dapat dilakukan dengan
menghitung untuk satu pipa kemudian mengalikannya dengan jumlah pipa.
Hal ini dikarenakan polaaliran sangat dipengaruhi oleh pipa-pipa tersebut
sebagai suatu kesatuan.
Contoh Gambar Susunan berkas pipa segaris dan berselang-seling
Berkas pipa biasanya mempunyai susunan segaris (in-line) atau berselang-
seling (staggered) pada arah aliran (Gambar diatas). Panjang karakteristik yang
digunakan adalah diameter luar D. Susunan pipa ditentukan oleh sela (pitch),
yaitu sela transversal ST, sela longitudinal SL, dan sela diagonal SD. Untuk
menghitung sela diagonal digunakan persamaan
dengan F adalah faktor koreksi yang nilainya bergantung pada jumlah pipa
pada berkas seperti tercantum pada Tabel dibawah ini. Begitu nilai bilangan
Nusselt telah dihitung maka nilai koefisien konveksi segera dapat dihitung.
Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi maka selisih temperature
yang digunakan adalah selisih temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)