You are on page 1of 16

TUGAS PERANCANGAN ALAT PENUKAR PANAS

KONVEKSI PAKSA

OLEH :

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
Konveksi paksa

Pada benda padat perpindahan kalor yang terjadi pasti berupa konduksi,
sedangkan pada fluida perpindahan kalor dapat berupa konduksi ataupun konveksi
tergantung ada-tidaknya gerakan fluida. Jika tidak terdapat gerakan fluida maka yang
terjadi adalah proses perpindahan kalor konduksi, sedangkan jika terdapat gerakan
fluida maka dikatakan terjadi proses perpindahan kalor konveksi.

Berdasarkan sumber gerakan fluida konveksi dibagi lagi menjadi konveksi


paksa dan konveksi bebas. Konveksi paksa terjadi jika gerakan fluida disebabkan
oleh suatu sumber gerak eksternal, misalnya pompa, fan, atau juga angin. Pada
konveksi bebas gerakan fluida disebabkan oleh perbedaan bobot molekul fluida
akibat perbedaan temperatur. Molekul fluida yang lebih tinggi temperaturnya
mempunyai bobot lebih ringan sehingga akan cenderung naik, dan digantikan oleh
molekul fluida lainnya yang bertemperatur lebih rendah dan tentunya bobot yang
lebih berat.

Gambar 1 Menunjukkan perpindahan kalor yang dapat terjadi dari suatu permukaan
yang panas ke udara sekitarnya.
Gambar 1 Perpindahan kalor yang mungkin terjadi dari permukaan panas ke udara
sekitarnya

Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa
ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 2 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa

Berdasarkan hukum pendinginan Newton laju perpindahan kalor konveksi


dinyatakan dengan Persamaan

atau dalam bentuk fluks kalor

dengan

h = koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2.°C

A = luas permukaan perpindahan kalor, W/m2.°C

Ts = temperatur permukaan, °C

T∞ = temperatur fluida, °C

 Bilangan Tak Berdimensi Pada Konveksi Paksa


Untuk mengurangi jumlah variabel yang terlibat dalam perhitungan, maka
sering digunakan bilangan tak berdimensi yang merupakan kombinasi dari beberapa
variabel.

1 Bilangan Nuselt

Perpindahan kalor yang terjadi pada suatu lapisan fluida terjadi melalui proses
konduksi dan konveksi. Bilangan Nusselt menyatakan perbandingan antara
perpindahan kalor konveksi pada suatu lapisan fluida dibandingkan dengan
perpindahan kalor konduksi pada lapisan fluida tersebut.
hD
N Nu=
k

Dimana;

h = koefisien perpindahan panas konveksi

D = panjang karakteristik

k = konduktivitas bahan

Semakin besar nilai bilangan Nusselt maka konveksi yang terjadi semakin
efektif. Bilangan Nusselt yang bernilai 1 menunjukkan bahwa perpindahan kalor yang
terjadi pada lapisan fluida tersebut hanya melalui konduksi.

2 Bilangan Reynolds

Suatu aliran fluida dapat berupa aliran laminar, turbulen, ataupun transisi.
Pada aliran laminar molekul molekul fluida mengalir mengikuti garis-garis aliran
secara teratur. Aliran turbulen terjadi saat molekul-molekul fluida mengalir secara
acak tanpa mengikuti garis aliran. Aliran transisi adalah aliran yang berada di
antara kondisi laminar dan turbulen, biasanya pada kondisi ini aliran berubah-ubah
antara transien dan turbulen sebelum benar-benar memasuki daerah turbulen penuh.
Gambar 3 menunjukkan perbedaan antara aliran laminar dan turbulen pada percobaan
menggunakan jejak tinta. Pada aliran laminar maka jejak tinta berbentuk lurus dan
teratur, sedangkan pada aliran turbulen aliran tinta menyebar secara acak

Gambar 3 Aliran laminar dan turbulen pada percobaan menggunakan jejak tinta

Untuk membedakan antara aliran laminar, transisi, dan turbulen maka


digunakan bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynolds, yang merupakan
perbandingan antara gaya inersia dengan gaya viskos

Jadi, rumus bilangan reynold adalah

Dv ρ
N Re=
Dimana; μ

D = diameter

v = laju alir

ρ = densitas

µ = viskositas

Nilai bilangan Reynolds yang kecil (< 2100) menunjukkan aliran bersifat
laminar sedangkan nilai yang besar menunjukkan aliran turbulen(> 4000). Nilai
bilangan Reynolds saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan Reynolds kritis yang
nilainya berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya

3 Bilangan Prandtl

Bilangan tak berdimensi selanjutnya adalah Bilangan Prandtl yang merupakan


perbandingan antara ketebalan lapis batas kecepatan dengan ketebalan lapis batas
termal.

Bilangan Prandtl dinyatakan dengan persamaan

Cp adalah kalor spesifik fluida, dan k adalah konduktivitas termal, dan µ adalah
viskositas

Nilai bilangan Prandtl berkisar pada nilai 0.01 untuk logam cair, 1 untuk gas,
10 untuk air, dan 10000 untuk minyak berat. Difusivitas kalor akan berlangsung
dengan cepat pada logam cair (Pr << 1) dan berlangsung lambat pada minyak (Pr >>
1). Pada umumnya nilai bilangan Prandtl ditentukan menggunakan tabel sifat zat.
Tabel 5-1 menunjukkan rentang nilai bilangan Prandtl untuk beberapa jenis fluida.

Perpindahan kalor konveksi aliran dalam pipa merupakan peristiwa perpindahan kalor
yang paling banyak dijumpai di industry proses kimia karena pemanasan atau
pendinginan fluida banyak melibatkan aliran dalam pipa, (HE, coil, boiler,
evaporator, dll). Karena sifat aliran dalam piupa bisa laminar atau turbulent, maka
pada kedua rezim tersebut persamaan yang digunakan berbeda.

Konveksi Paksa Dalam Pipa dengan Aliran Laminar

Dimana NRe < 2100, dapat digunakan persamaan Sieder dan Tate

1 0 , 14
h D D μb
k (
N Nu = a =1 ,86 N Re N Pr
L )( )
3
μw

Dimana;
hD
N Nu= Bilangan Nusselt
k

cp μ
N Pr= Bilangan Prandtl
k
Dv ρ
N Re= Bilangan Reynold
μ

D = diameter pipa

L = panjang pipa

µb = viskositas fluida pada suhu rata rata

µw = viskositas fluida pada suhu dinding

Sifat fisis dihitung pada suhu bulk, kecuali µ w yang dievaluasi pada suhu dinding
(wall)

Untuk perhitungan kecepatan transfer :

(T w −T bi )+(T w −T bo )
q=ha AΔT a =h a A
2

Dimana;
Tbi = Suhu bulk in

Tbo = Suhu bulk out

Berikut ini ditampilkan rata-rata untuk aliran laminar pada berbagai penampang
saluran

Konveksi Paksa Dalam Pipa dengan Aliran turbulent

Untuk NRe >6000 ; 0,7 < NPr < 16000 dan L/D > 60
0 , 14
h D μb
N Nu = L =0 , 027 N 0,8 N
k Re
Pr
1
3
( )
μw
Dimana;
hD
N Nu= Bilangan Nusselt
k

cp μ
N Pr= Bilangan Prandtl
k
Dv ρ Bilangan Reynold
N Re=
μ
 Konveksi paksa melintasi permukaan rata
Pada bagian ini dibahas tentang perpindahan kalor dan gaya hambat (drag
force) yang terjadi saat fluida melintasi suatu permukaan rata. Bilangan Nusselt rata-
rata untuk aliran melintasi plat rata dapat dinyatakan dengan persamaan umum

Contoh Gambar Aliran melintasi permukaan rata


Temperatur fluida pada lapis batas termal mempunyai nilai yang bervariasi
dari Ts pada permukaan hingga T∞ pada sisi luar lapis batas. Karena sifat fluida juga
bervariasi terhadap temperatur, maka untuk penentuan sifat-sifat fluida pada
perhitungan didasarkan pada temperatur film Tf, yaitu
 Aliran Laminar
Koefisien gesek rata-rata untuk aliran laminar adalah

Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran laminar adalah

 Aliran Turbulent
Pada aliran turbulen koefisien gesek rata-rata adalah

sedangkan bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran turbulen adalah

 Kombinasi Aliran Laminar dan Turbulent


Seringkali pada aliran melintasi plat rata, panjang plat melebihi panjang kritis
sehingga aliran telahturbulen namun masih belum cukup panjang untuk dapat
mengabaikan aliran laminar. Pada kasus ini maka digunakan persamaan
koefisien gesek rata-rata

serta bilangan Nusselt rata-rata

 Aliran Melintang dan Bola


Secara praktis sering ditemui aliran melintang silinder dan bola, misalnya
pada penukar kalor jenis aliran silang.
Contoh Gambar Pola aliran melintang silinder atau bola
Untuk Re < 2´105maka aliran yang terjadi adalah laminar Re > 2´105
aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Bilangan Nusselt rata-rata untuk
aliran melintang silinder ditentukan menggunakan persamaan Churchill
Bernstein

Untuk aliran melintang bola digunakan persamaan Whitaker

Selain menggunakan persamaan diatas , Zhukaskas dan Jacob juga


mengusulkan alternatif persamaan yang lebih sederhana untuk aliran
melintang silinder yaitu

C dan m adalah konstanta yang nilainya dapat dilihat pada Tabel


dibawah untuk berbagai macam bentuk penampang silinder selain lingkaran.

Tabel Bilangan Nusselt rata-rata untuk berbagai penampang saluran pada aliran
laminar
 Konveksi Paksa Pada Aliran Melintang Berkas Pipa
Aliran melintang berkas pipa sering kali terjadi pada penukar kalor jenis
kondenser dan evaporator. Pada perangkat penukar kalor tersebut suatu fluida
mengalir pada beberapa buah pipasedangkan fluida lainnya melintang tegak
lurus pipa. Pada kasus seperti ini perhitungan tidak dapat dilakukan dengan
menghitung untuk satu pipa kemudian mengalikannya dengan jumlah pipa.
Hal ini dikarenakan polaaliran sangat dipengaruhi oleh pipa-pipa tersebut
sebagai suatu kesatuan.
Contoh Gambar Susunan berkas pipa segaris dan berselang-seling
Berkas pipa biasanya mempunyai susunan segaris (in-line) atau berselang-
seling (staggered) pada arah aliran (Gambar diatas). Panjang karakteristik yang
digunakan adalah diameter luar D. Susunan pipa ditentukan oleh sela (pitch),
yaitu sela transversal ST, sela longitudinal SL, dan sela diagonal SD. Untuk
menghitung sela diagonal digunakan persamaan

Dalam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata digunakan persamaan umum


hasil eksperimen yang diusulkan oleh Zukauskas

dengan C, m, dan n adalah konstanta yang tergantung pada nilai bilangan


Reynolds. Tabel dibawah ini menunjukkan beberapa nilai konstanta untuk
nilai bilangan Prandtl 0.7 < Pr < 500, nilai bilangan Reynolds 0 < ReD <2´106,
serta jumlah pipa dalam berkas arah lognitudinal NL > 16. Semua sifat fluida
ditentukan pada temperatur rata-rata fluida
Tabel Bilangan Nusselt rata-rata untuk NL>16 dan 0.7 < Pr < 500

dengan Ti dan To adalah temperatur fluida sebelum dan setelah melewati


berkas pipa. Untuk jumlah pipa dalam berkas kurang dari 16 maka digunakan
persamaan koreksi

dengan F adalah faktor koreksi yang nilainya bergantung pada jumlah pipa
pada berkas seperti tercantum pada Tabel dibawah ini. Begitu nilai bilangan
Nusselt telah dihitung maka nilai koefisien konveksi segera dapat dihitung.
Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi maka selisih temperature
yang digunakan adalah selisih temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)

Temperatur keluar Te dapat dihitung dengan persamaan

dengan s A = NpDL adalah luas permukaan perpindahan kalor dan

adalah laju aliran massa fluida. N adalah jumlah total pipa


pada berkas, NT jumlah pipa pada bidang transversal, L panjang berkas pipa, dan
V kecepatan fluida sebelum melewati berkas pipa. Laju aliran perpindahan
kalor konveksi dapat dihitung menggunakan persamaan
Faktor koreksi dalam perhitungan bilangan Nusselt rata-rata untuk Nu<16 dan
ReD>1000

You might also like