Professional Documents
Culture Documents
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
Hakikat Manusia
Tuhan menciptakan. mahluk yang mengisi dunia fana ini atas berbagai jenis dan
tingkatkan. Dari berbagai jenis dan tingkat mahluk Tuhan tersebut manusia adalah
mahluk yang paling mulia dan memi¬liki berbagai kelebihan.
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain
memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki
beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan,
menciptakan dan lain lain.
Sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat instingtif dan kemampuan berfikir
sangat rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pada hakikatnya hewan tidak menyadari tugas hidupnya, dan ia melakukan sesuatu
atas dorongan dari dalam jiwanya. Dorongan itu merupakan perintah baginya yang harus
dilaksanakan apabila ia menemui rintangan dari luar, misalnya dihalang-halangi oleh
manusia atau hewan lain, dengan bermacam-macam usaha barulah ia melawan instingnya.
Lain halnya manusia, selain mahluk instingtif manusia juga mampu berfikir (homo
sapiens) mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan
dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religius.
Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan diatas, kemudian timbul
pertanyaan , ”apakah manusia itu ?”.
Beberapa pandangan tentang hakikat manusia disebutkan secara singkat sebagai
berikut:
Pandangan psikoanalitik
Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia
pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis
yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
Sigmund Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari
tiga komponen yakni: ide, ego dan super ego. Masing-masing komponen tersebut
merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan individu.
Dua insting yang paling penting adalah insting seksual dan insting agresi yang
menggerakkan manusia untuk hidup dengan prinsip pemuasan diri. Dengan demikian
fungsi ide adalah mendorong manusia untuk memuaskan kebutuhannya setiap saat
sepanjang hayat tetapi fungsi ide untuk menggerakkan tersebut ternyata tidak dapat
leluasa menjalankan fungsinya karena menghadapi lingkungan yang tidak dapat diterobos
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan yang tidak dapat dilanggar
begitu saja.
Lain halnya dengan ide maka fungsi ego adalah menjembatani tuntutan ide dengan
realitas dunia luar. Dia mengatur dan mengarahkan pemenuhan ide dalam memuaskan
instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi
kepribadian, sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tidak tanpa arah.
Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seeseorang tidak hanya ditentukan oleh
fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang ketiga yakni super ego.
Super ego tumbuh berkat interaksi antara individu dan lingkungannya yang terdiri dari
aturan, nilai, moral, adat istiadat, tradisi , dsb. Dalam hal ini fungsi super ego adalah
mengawasi agar tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan, nilai, moral, adat istiadat,
yang telah meresap pada diri seseorang. Dengan demikian super ego memiliki fungsi
control dari dalam diri individu.
Demikianlah bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interkasi antara ide, ego
dan super ego menduduki peranan perantara antara ide dengan lingkungan dan antara
ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super ego
dapat dilihat dalam kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada dua
ekstrem.
Seseorang yang didominasi idenya tingkah lakunya impulsive, dan seseorang yang
didominasi super egonya cenderung berperilaku moralistik.Dari pandangan yang
tradisional di atas berkembanglah paham baru yang disebut neoanalitik. Paham ini
berpendapat bahwa manusia tidak seperti binatang yang digerakkan oleh tenaga dalam
(innate energy). Tingkah laku manusia itu banyak yang terlepas dan tidak dapat
disangkutkan dari dalam. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menanggapi
berbagai jenis perangsang dan perwujudan diri itu hanya sebagian saja yang dapat
dianggap sebagai hasil tenagan dalam. Pada masa bayi, manusia memang menanggapi dunia
dengan insting-instingnya untuk memenuhi kebutuhannya misalnya lapar,. Namun, tingkah
laku instingtif tersbut makin dewasa makin berkurang dan akhirnya sebagian besar
tingkah laku tersebut didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya.
Kaum neoanalis pada dasarnya masih meyakini adanya komponen ide, ego dan super ego,
namun lebih menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu. Ego tidak
dipandang sebagai fungsi pengarah perwujudan ide saja, melainkan sebagai fungsi pokok
yang bersifat rasional dan tanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial
individu.
Pandangan Humanistik
Pandangan humanistic (Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan freud bahwa
manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control
terhadap nasibnya sendiri. Tokoh humanis (Rogers) berpendapat bahwa manusia itu
memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri ke arah positif, manusia itu
rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
manusia mampu mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri. Jika manusia dalam
keadaan yang memungkinkan dan mempunyai kesempatan untuk berkembang maka akan
mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang maju dan positif, terbebas dari
kecemasan dan menjadi anggota masyarakat yang bertingkah laku secara memuaskan.
Lebih lanjut Rogers mengemukakan bahwa pribadi manusia sebagai aliran atau arus yang
terus mengalir tanpa henti, tidak statis, dan satu kesatuan potensi yang terus-menerus
berubah.
Pandangan Adler (1954) bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh
dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab
social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Lebih dari itu bahwa “individu
melibatkan dirinya dalam bentuk usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri dalam
membantu orang lain dan membuat dunia menjadi lebih baik untuk ditempati”.
Pandangan Behaviouristik
Kaum behavioristik (dalam Hansen, dkk, 1977) pada dasarnya menganggap bahwa
manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-
faktor yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku
manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada
hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hukum-hukum
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
Pancasila menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya yang Tuhan
Yang Maha Esa, manusia menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu
sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya.
Adapun manusia yang kita pahami bukanlah yang luar biasa, melainkan manusia yang
memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan, manusia yang
di samping memiliki kemampuan kemampuan juga mempunyai sifat-sifat keterbatasan
keterbatasan manusia yang disamping mempunyai sifat-sifat yang kurang baik manusia
yang hendak kita pahami bukanlah manusia kita tempatkan di luar batas kemampuan dan
kelayakan manusiawi tadi.
Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah makhluk pribadi dan sekaligus makhluk
sosial. Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk sosial yang
merupakan kesatuan buIat perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi.
Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dalam hidup secara layak diantara
manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang
tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan
usaha mengejar kehidupan yang lebih bank, mustahillah hal itu di kerjakan sendiri oleh
seseorang tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.
Kekuatan manusia pada hakekatnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau
kemampuan jiwanya semata-mata melainkan terletak pada kemampuannya untuk
bekerjasama dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dengan masyarakat itulah
manusia menciptakan kebudayaan , yang pada hakekatnya membedakan manusia dari
segenap mahluk hidup lainnya, yang mengantarkan manusia pada tingkat mutu, martabat
dan harkatnya sebagaimana manusia yang hidup pada masa sekarang dan zaman yang
akan datang.
Kesadaran akan hal-hal tersebut di atas selanjutnya menimbuhkan kesadaran
bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik untuk orang lain
dan masyarakatnya. Semuanya itu melahirkan sikap dasar bahwa untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hubungan soaial antara manusia pribadi
dengan masyarakatnya , manusia perlu mengendalikan diri dari kepentingan merupakan
suatu sikap yang mempunyai arti sangat penting dan merupakan sesuatu yang diharapkan,
yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan dan stabilitas masyarakat.
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
dalam identitas sosial itu. Realita sosial kebersamaan itu tidak hanya terbentuk oleh
individu-individu. Bahkan integritas social itu akan goyah bilamana hak hak individu
diperkosa. Individualitas manusia bukanlah bertentangan dengan wujud sosialitas
manusia. Melainkan individualitas itu dalam perkembangan selanjutnya akan mencapai
kesadaran sosialitasnya. Tiap manusia sadar akan kebutuhan hidup bersama segera
setelah masa kanak-kanak yang egosentris berakhir.Sebaliknya, kesadaran manusia
sebagai mahluk sosial justru harus memberi rasa tanggung jawab untuk mengayomi
individu yang lebih “lemah” daripada wujud sosial yang “besar” dan “kuat". Kehidupan
sosial kebersamaan baik itu bentuk-bentuk non-formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk bentuk formal (institusi/negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.
Asas sosial dalam kodrat manusia, seperti juga asas individualitas adalah potensi
potensi, yang baru menjadi realita karena kondisi kondisi tertentu. Ini berarti bahwa
pelaksanaan kesadaran sosial manusia hanya oleh kondisi itu sendiri. Artinya, jika di
dalam. hidup kebersamaan (sosial) itu individu kehilangan individualitasnya (hak-¬hak
asasi), maka potensi kesadaran sosial manusia menjadi tidak maksimal. Dan jika ada
pelaksanaannya tidak wajar, melainkan karena otoritas, paksaan dari luar. Bukan
didorong oleh hasrat dan motif pengabdian yang alturis. Individualitas manusia dengan
potensi-potensi subjek (prakarsa, rasa, karsa, cipta, karya) takkan berkembang jika
otoritas sosial justru tidak bersifat menunjang realisasi itu.
Esensial manusia sebagai mahluk sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang
siapa dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan itu. Adanya kesadaraan interpedensi dan saling
membutuhkan serta dorongan dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas
sosialitas itu.
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
kata “Tiada hubungan social tanpa hubungan susila, dan tiada hubungan susila tanpa
hubungan social”. Hubungan sosial harus dimaknai dalam makna luas dan hakiki. Yakni
hubungan social horizontal ialah hubungan sesama antar manusia. Dan hubungan social-
vertical yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan. Hubungan sosial vertikal bersifat
transcendental sering disebut hubungan rokhaniah pribadi. Akan tetapi kedua antar
hubungan social tersebut sama sama riel di dalam kehidupan manusia, keduanya pasti
dialami semua manusia. Hubungan sosial sering disebut hubungan religius yang dianggap
hubungan pribadi dan bersifat perseorangan bukan masalah sosial.Hubungan sosial
horisontal ialah hubungan sosial dalam arti biasa, maksimal ialah pada taraf etis atau
kesusilaan (etika, nilai-nilai filsafat, adat-istiadat., hukum). Tetapi yang jelas semua
nilai-nilai itu, atau prinsip pembinaan kesadaran asas normative itu menjadi kewajiban
utama pendidikan. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yang
membedakan hidup manusia dari hidup mahluk-mahluk alamiah yang lain. Rasio dan budi
nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu. Dan bila moralitas ditafsirkan meliputi
nilai-nilai religius, maka rasio budi nurani akan dilengkapi pula dengan kesadaran-
kesadaran supernatural yang super rasional.
Ketiga esensia tersebut di atas dikatakan sebagai satu kesatuan integritas adalah
kodrat hakekat manusia secara potensial artinya oleh kondisi-kondisi lingkungan hidup
manusia potensi-potensi tersebut dapat berkembang menjadi realita (aktualisasi) atau
sebaliknya tidak terlaksana. Inilah sebabnya ada criteria di dalam masyrakat antara
pribadi yang baik, yang ideal, dengan pribadi yang di anggap buruk atau asusila, tingkah
laku yang kurang dikehendaki. (Noor Syam, 1984 : 169-196)
Hakikat dan eksistensi manusia sebagaimana diuraikan pada butir b di atas, masing-
masing dimensinya dapat dikembangkan sehingga dapat membentuk kepribadian manusia
sebagai berikut :
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
mengusahakan anak-anak didik kita menjadi manusia pendukung norma, kaidah dan nilai-
nilai susila dan social yang di junjung tinggi oleh masyarakatnya. Norma, nilai dan kaidah
tersebut harus menjadi milik dan selalu di personifikasikan dalam setiap sepak terjang,
dan tingkah laku tiap pribadi manusia.
Penghayatan personifikasi atas norma, nilai, kaidah-kaidah social ini amat penting
dalam mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat. Sebenarnya aspek
susila kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan aspek kehidupan social.
Karena penghayatan atas norma, nilai dan kaidah social serta pelaksanaannya dalam
tindakan dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh individu dalam hubungannya dengan
atau kehadirannya bersama orang lain. Aspek susila ini tidak saja memerlukan
pengetahuan atas norma, nila, dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan
tetapi juga menuntut dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya
tersebut dalam tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.
Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma, nilai, dan kaidah-
kaidah masyarakat dalam kehidupannya mempunyai dua alasan pokok,yaitu :
Pertama, untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu tidak
dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma, nilai dan kaidah
social yang terdapat dalam masyarakat maka dimanapun ia hidup tidak dapat diterima
oleh masyarakat. Dengan terkucilnya oleh anggota masyarakat yang lain, pribadi
tersebut tidak akan merasa aman. Akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di
masyarakat , padahal setiap individu membutuhkan rasa aman dimana pun dia
berada.akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di masyarakat yang tidak menerimanya
itu dengan demikian selanjutnya dia tidak dapat survive tinggal dimasyarakat tersebut
sehingga ia harus mencari masyarakat lain yang kiranya dapat menerimanya sebagai
anggota dalam masyarakat yang baru. Namun untuk itu, ia juga akan dihadapkan pada
tuntutan dan masyarakat yang sama seperti yang dia alami dalam masyarakat terdahulu
dimana dia pernah tinggal yaitu kemampuan untuk hidup dan bertingkah laku menurut
norma, nilai dan kaidah masyarakat yang berlaku pada masyarakat yang baru, karena
setiap masyarakat masing-masing mempunyai norma, nilai dan kaidah yang harus diikuti
oleh anggotannya.
Kedua, untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat
tidak saja merupakan kumpulan individu, tetapi lebih dari itu, kebersamaan individu
tinggal disuatu tempat yang kita sebut masyarakat telah menghasilkan dalam
perkembangannya aturan-aturan main yang kita sebut norma, nilai, dan kaida-kaidah
social yang harus diikuti oleh anggotanya. Norma, nilai dan kaidah-kaidah tersebut
merupakan hasil persetujuan bersama untuk dilaksanakan dalam kehidupan bersama,
demi untuk mencapai tujuan mereka bersama.Dengan demikian, kelangsungan kehidupan
masyarakat tersebut sangat tergantung pada dapat tidaknya dipertahankan norma, nilai
dan kaidah masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat dapat dikatakan telah
berakhir riwayatnya, apabila tata aturan yang berupa nilai, norma, dan kaidah kehidupan
masyarakatnya telah digantikan seluruhnya dengan tata kehidupan yang lain yang diambil
dari masyarakat lain, dalam hubungan in kita semua telah menyadari bahwa betapa
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
tidak dapat menyeenggararakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan
usaha mengejar kehidupan yang lebih baik, mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh
seseoarang, tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.
Kekuatan manuasia pada ddasarnya tiodak terletak pada kemampuan fisiknya atau
kemampuan jiwanya semata-mata, melainkan terletak pada kemampuannya untuk
bekerjasama dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dalam masyarakat itulah
manusia menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya membedakan manusia dari segenap
mahluk hidup yang lain, dan mengantarkan umat manusia ke tingkat mutu, martabat dan
harkatnya sebagaimana manusia yang hidup pada zaman sekarang dan zaman yang akan
datang.
Kesadaran akan hal-hal yang tersebut di atas selanjutnya menumbuhkan kesadaran,
bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik untuk orang lain
dan masyarakat. Semuanya itu melahirkan sifat dasar, bahwa untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian, dan keseimbanagn dalam hubungan social antar manusia pribadi
dengan masyarakat, manusia perlu mengendalikan diri. Dalam masyarakat Indonesia yang
sangat beranekaragam coraknya, kemauan dan kemampuan mengendalikan diri pada
kepentingan adalah suatu sikap yang mempunyai arti sangat penting dan merupakan
sesuatu yang sangat diharapkan, yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan
dan stabilitas masyarakat. (dalam kaitan ini hendaknya dibaca 36 butir wujud
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, sebagaimana ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No
II/MPR/1978).
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila menegaskan pandangan social yang
berdiri di atas paham keseimbangan tidaklah mengingkari, bahwa masyarakat itu
senantiasa bergerak, berubah, berkembang dan dinamis. Namun demikian, kita
beranggapan, bahwa yang wajar, yang dicari oleh manusia bukanlah perubahan atau
dinamika itu sendiri, melainkan keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk
mencapai tujuan kebahagiaan. Masalah perubahan social itu merupakan tantangan bagi
kita semua, kita pelajari secara teliti dan kita perhatikan sebagai factor yang
mempengaruhi terutama dalam zaman dimana ilmu dan teknologi telah berkembang
sedemikian pesatnya . bagi bangsa Indonesia, tujuan pengembangan masyarakat adalah
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia.dari sejarah umat
manusia secara keseluruhan diketahui bahwa kebudayaan manusia itu tidak sekaligus
jadi, seperti keadaannya sekarang, melainkan melalui proses evolusiyang memakan waktu
ribuan tahun. Demikian pula halnya perkembangan manusia secara perseoranganpun
melalui tahap-tahap yang memakan waktu belasan atau bahkan puluhan tahun sebelum
orang itu menjadi dewasa. Upaya pendidikan memperhatikan tahap-tahap perkembangan
seseorang dalam rangka memberikan pelayanan yang tepat bagi setiap orang yang sedang
menjalani pendidikannya. Demikianlah, berbagai kekhususan masa-masa perkembanagn
tertentu selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi usaha-usaha pendidikan dari
berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Keberadaan manusia seperti disinggung di atas,
membawa dampak yang besar bagi usaha-usaha pendidikan. Dalam kaitan ini, usaha
pendidikan pada dasarnya diarahkan terhadap pengembangan kososialan, dimensi
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
kesusilaan dan dimensi keberagaman berbeda dari mahluk-mahluk lain, manusia sebagai
mahluk yang berderajat lebih tinggi, diperlengkapi dengan berbagai potensi dan susunan
tubuh yang memungkinkan ia berkembang menjadi manusia seutuhnya berkembang dalam
berbagai dimensi secara mantap.
Perkembangan dimensi keindividuan memungkinkan seseorang memperkem-bangkan
segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah pada aspek-aspek
kehidupan yang positif. Minat, bakat, kemampuan dan berbagai fungsi psikis dan biologis
berkembang dalam rangka dimensi keindividualan ini. Perkembangan dimensi keindividuan
memungkinkan seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan
kepribadiannya sendiri. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan orang tersebut
mampu berinteraksi , berkomunikasi, bergaul dan hidup bersama orang lain. Selain
mahluk pribadi manusia adalah mahluk
Dari sejarah umat manusia secara keseluruhan diketahui bahwa kebudayaan
manusia itu tidak sekaligus jadi, seperti keadaan sekarang, melainkan ,melalui proses
evolusi yang memakan waktu ribuan tahun. Demikian pulalah halnya, perkembangan
manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu belasan atau
bahkan puluhan tahun sebelum seseorang menjadi dewasa. Upaya pendidikan
memperhatikan tahap-tahap perkembangan seseorang dalam rangka memberikan
pelayanan yang tepat bagi setiap orang yang sedang menjalani pendidikannya.
Demikianlah, berbagai kekhususan masa-masa perkembangan tertentu selanjutnya
menjadi bahan pertimbangan bagi usaha-usaha pendidikan diberbagai jenjang dan jenis
pendidikan.
Keberadaan manusia seperti disinggung diatas, membawa dampak yang mendasar
bagi usaha-usaha pendidikan. Dalam kaitan ini, usaha pendidikan pada dasarnyadiarahkan
terhadap pengembangan empat dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi keindividualan,
dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan dimensi keberagamaan. Berbeda dari
makhluk-makhluk lain, manusia sebagai makhluk yang berderajat lebih tinggi,
diperlengkapi dengan brbagai potensi dan susunan tubuh yang memungkinkan ia
berkembang menjadi makhluk yang sesuaidg ketinggian derajatnya itu. potensi dan
susunan tubuh ini memungkinkan manusia berkembang menjadi manusia seutuhnya
berkembang dalam berbagai dimensi secara mantap.
Perkembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang memperkem-
bangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah pasa aspek-
aspek kehidupan yang positif. Minat, bakat, kemampuan dan berbagai fungsi psikis dan
biologis berkembang dalam rangka dimensi keindividualan ini. Perkembangan dimensi ini
membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya
sendiri. Perkembangan dimensi keindividualan diimbangi dengan perkembangan dimensi
kesosialan pada diri orang yang bersangkutan. Perkembangan dimensi kesosialan
memungkinkan orang tersebut mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, dan hidup
berasama orang lain. Selain makhluk hidup pribadi manusia adalah makhluk sosial. Aspek
pribadi dan sosial itu saling berinteraksi dan dalam interaksi itulah keduanya saling
bertumbuh, saling mengisi dan saling menentukan makna yang sesungguhnya. Pertemuan
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
DAFTAR PUSTAKA
PENGANTAR PENDIDIKAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
INDRA F. X. ROMPAS
08 312 273
PENGANTAR PENDIDIKAN