You are on page 1of 31

oleh Imam Amrulloh (SYA AS 07)

A.Pengertian Hukum Lingkungan


Dalam literature berbahasa inggris hukum lingkungan disebut environmental law.
Orang belanda menyebutnya milieurecht, sedangkan Jerman menyebutnya
umweltrecht, Prancis menamainya droit de environment. Dan Malaysia memberi
nama hukum alam sekitar. Semua istilah berbagai bahasa bermaksud untuk
menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik dan dapat
diterapkan untuk mengatasi pencemaran, pengurasan, dan perusakan
( verontreiniging, uitputting en aantasting ) lingkungan (fisik).
Pengertian hukum lingkungan di sini hanya meliputi lingkungan fisik saja dan tidak
menyangkut lingkungan sosial. Misalnya tidak meliputi pencemaran kebudayaan
Bali oleh turis asing yang membanjiri daerah itu.
Akan tetapi, masalah lingkungan di sini berkaitan dengan gejala sosial, seperti
pertumbuhan penduduk, migrasi, dan tingkah laku sosial dalam memproduksi,
mengonsumsi, dan rekreasi. Jadi, permasalahannya tidak semata-mata menyangkut
ilmu alam, tetapi juga berkaitan dengan gejala sosial.
Hukum lingkungan bertujuan untuk menyelesaikan masalah lingkungan khususnya
yang disebabkan oleh ulah manusia. Kerusakan lingkungan atau menurunnya mutu
lingkungan disebabkan juga oleh bencana alam yang kadang-kadang sangat
dahsyat. Misalnya gempa bumi, Tsunami di Aceh dll.
Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi kaidah-kaidah tentang perilaku
masyarakat yang positif terhadap lingkungannya, langsung atau tidak langsung.
Secara langsung kepada masyarakat hukum lingkungan menyatakan apa yang
dilarang dan apa yang diperbolehkan. Secara tidak langsung kepada warga
masyarakat adalah memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan
kaidah kepada masyarakat.
Jadi, hukum lingkungan mempunyai dua dimensi. Yang pertama adalah ketentuan
tentang tingkah laku masyarakat, semuanya bertujuan supaya anggota masyarakat
diimbau bahkan kalau perlu dipaksa memenuhi hukum lingkungan yang
bertujuannya memecahkan masalah lingkungan. Yang kedua, adalah dimensi yang
memberi hak, kewajiban, dan wewenang badan-badan pemerintah dalam
mengelola lingkungan.
B.Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan
Undang-undang yang telah tercipta adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang
ini pun memerlukan belasan peraturan pelaksanaan yang belum tercipta.
Kemudian keluar pula Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya yang menggantikan Monumenten Ordonnantie yang berlaku sejak masa
colonial.Undang-Undang Benda Cagar Budaya ini merupakan bagian lingkungan
pula dalam arti luas.
Hal-hal yang disebut di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 yang
memerlukan peraturan pelaksanaan yang belum tercipta sampai diubah dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, yaitu sebagai berikut:
1.Peran serta setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban dalam rangka
pengelolaan lingkungan lingkungan hidup (pelaksanaan Pasal 8 UULH).
2.Kewajiban setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha untuk memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan (pelaksanaan Pasal 7).
3.Kebijaksanaan pemerintah untuk menggariskan dan melakukan tindakan untuk
mendorong ditingkatkannya upaya pelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan (pelaksanaan Pasal 8).
4.Hak menguasai dan mengatur oleh Negara, sumber daya alam dan sumber daya
buatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak diatur pendayagunaanya oleh
Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (pelaksanaan Pasal 10).
5.Perlindungan sumber daya alam nonhayati (pelaksanaan Pasal 11).
6.Perlindungan sumber daya buatan (pelaksanaan Pasal 13).
7.Perlindungan cagar budaya (pelaksanaan Pasal 14). Undang-undang cagar
budaya yang dimaksud telah tercipta dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992.
8.Ketentuan tentang baku mutu lingkungan (pelaksanaan Pasal 15).
9.Ketentuan tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran
lingkungan hidup beserta pengawasannya yang dilakukan secara menyeluruh
dan/atau sektoral (pelaksanaan Pasal 17).
10. Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara
terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dipimpin oleh seorang menteri
(pelaksanaan Pasal 18).
11.Tata cara pengaduan oleh penderita, tata penelitian oleh tim tentang bentuk,
jenis, dan besarnya kerugian serta tata cara ganti kerugian (pelaksanaan Pasal 20).
12.Tata cara penetapan dan pembayaran biaya pemulihan lingkungan hidup
(pelaksanaan Pasal 20 ayat 2).
13.Tanggung jawab yang timbul secara mutlak pada perusak dan/atau pencemar
dalam beberapa kegiatan yang menyangkut jenis sumber daya tertentu
(pelaksanaan Pasal 21).
C.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) merupakan ketentuan yang sangat
penting dalam UULH, khususnya dalam penerapan asas pembangunan yang
berkelanjutan (suistainable development). Ketentuan ini tercantum di dalam Pasal
18 UULH, mengenai dampak lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
Ketentuan ini telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal), yang telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahhun 1993
kemudian diubah lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.
Jika Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), yang
diharuskan dibuat jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang diperkirakan
akan memberi dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
Dengan peraturan pemerintah nomor 51 tahun 1993 diubah dan disempurnakanlah
peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL). Kemudian diperbaiki lagi dengan peraturan pemerintah nomor 27 tahun
1999.
Dalam peraturan baru ini diberikan pengertian tentang AMDAL ini, yaitu kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang pengkajian usaha dan/atau kegiatan (pasal 1 butir 1).
Dari pengertian amdal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.Amdal itu suatu hasil kajian.
2.Tidak semua usaha atau kegiatan yang direncanakan memerlukan amdal (hanya
member dampak besar atau penting terhadap lingkungan);
3.Amdal diperlukan untuk pengambilan keputusan, maksudnya apakah ijin usaha
diberikan ataukah tidak kepada pemrakarsa.
Sesudah itu sebagai bagian dari amdal disusunlah andal (Analisis Dampak
Lingkungan) yang merupakan telaahan secara cermat dan mendalam temtang
dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan (pasal 1 butir 4).
Analisis mengenai dampak lingkungan terdiri dari:
1.Kerangka acuan bagi penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan (KA);
2.Analisis Dampak Lingkungan (Andal);
3.Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
4.Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Diambil dari : Blog Prof. Mukono

PENDAHULUAN
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pertama kali dicetuskan berdasarkan atas
ketentuan yang tercantum dalam pasal 16 Undang-undang No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan amanat pasal 16 tersebut
diundangkan pada tanggal 5 Juni 1986 suatu Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).Peraturan pemerintah (PP) No.29/ 1986
tersebut berlaku pada tanggal 5 Juni 1987 yaitu selang satu tahun setelah di tetapkan. Hal tersbut
diperlukan karena masih perlu waktu untuk menyusun kriteria dampak terhadap lingkungan
sosial mengingat definisi lingkungan yang menganut paham holistik yaitu tidak saja mengenai
lingkungan fissik/kimia saja namun meliputi pula lingkungan sosial.
Berdasarkan pengalaman penerapan PP No.29/1986 tersebut dalam deregulasi dan untuk
mencapai efisiensi maka PP No.29/1986 diganti dengan PP No.51/1993 yang di undangkan pada
tanggal 23 Oktober 1993. Perubahan tersebut mengandung suatu cara untuk mempersingkat
lamanya penyusunan AMDAL dengan mengintrodusir penetapan usaha dan/ atau kegiatan yang
wajib AMDAL dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan demikian tidak
diperlukan lagi pembuatan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL). Perubahan tersebut
mengandung pula keharusan pembuatan ANDAL , RKL, dan RPL di buat sekaligus yang berarti
waktu pembuatan dokumen dapat diperpendek. Dalam perubahan tersebut di introdusir pula
pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL. Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh Menteri Sektoral yang
berdasarkan format yang di tentukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Demikian pula
wewenang menyusun AMDAL disederhanakan dan dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian
negara.
Dengan ditetapkannya Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH), maka PP No.51/1993 perlu diganti dengan PP No.27/1999 yang di undangkan
pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian. Perubahan besar yang
terdapat dalam PP No.27 / 19999 adalah di hapuskannya semua Komisi AMDAL Pusat dan
diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat yang ada di Bapedal. Didaerah yaitu provinsi
mempunyai Komisi Penilai Daerah. Apabila penilaian tersebut tidak layak lingkungan maka
instansi yang berwenang boleh menolak permohohan ijin yang di ajukan oleh pemrakarsa. Suatu
hal yang lebih di tekankan dalam PP No.27/1999 adalah keterbukaan informasi dan peran
masyarakat.
Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu perlu
juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena
semua tahu bahwa proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai
dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positip pada recovery ekonomi pada
suatu daerah.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)


Definisi AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.
Dasar hukum AMDAL
Sebagai dasar hukum AMDAL adalah PP No.27/ 1999 yang di dukung oleh paket keputusan
menteri lingkungan hidup tentang jenis usaha dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL dan keputusan kepala BAPEDAL tentang pedoman penentuan dampak besar dan
penting.

Tujuan dan sasaran AMDAL


Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui studi
AMDAL diharapkan usah dan / atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak
positip terhadap lingkungan hidup.
Tanggung jawab pelaksanaan AMDAL
Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses pelaksanaan AMDAL adalah
BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).

Mulainya studi AMDAL


AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sesuai
dengan PP No./ 1999 maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
ijin melakukan usaha dan / atau kegiatan . Oleh karenya AMDAL harus disusun segera setelah
jelas alternatif lokasi usaha dan /atau kegiatan nya serta alternatif teknologi yang akan di
gunakan.
AMDAL dan perijinan.
Agar supaya pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan , pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan rencana usaha atau kegiatan.
Berdasarkan PP no.27/ 1999 suatu ijin untuk melakukan usaha dan/ atau kegiatan baru akan
diberikan bila hasil dari studi AMDAL menyatakan bahwa rencana usaha dan/ atau kegiatan
tersebut layak lingkungan. Ketentuan dalam RKL/ RPL menjadi bagian dari ketentuan ijin.
Pasal 22 PP/ 1999 mengatur bahwa instansi yan bertanggung jawab (Bapedal atau Gubernur)
memberikan keputusan tidak layak lingkungan apabila hasil penilaian Komisi menyimpulkan
tidak layak lingkungan. Keputusan tidak layak lingkungan harus diikuti oleh instansi yang
berwenang menerbitkan ijin usaha. Apabila pejabat yang berwenang menerbitkan ijin usaha tidak
mengikuti keputusan layak lingkungan, maka pejabat yang berwenang tersebut dapat menjadi
obyek gugatan tata usaha negara di PTUN. Sudah saatnya sistem hukum kita memberikan
ancaman sanksi tidak hanya kepada masyarakat umum , tetapi harus berlaku pula bagi pejabat
yang tidak melaksanakan perintah Undang-undang seperti sanksi disiplin ataupun sanksi pidana.
Prosedur penyusunan AMDAL
Secara garis besar proses AMDAL mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1.Mengidentifikasi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan
2.Menguraikan rona lingkungan awal
3.Memprediksi dampak penting
4.Mengevaluasi dampak penting dan merumuskan arahan RKL/RPL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat) rangkaian dokumen yang dilaksanakan secara
berurutan , yaitu:
1.Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Pendekatan Studi AMDAL


Dalam rangka untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan AMDAL, penyusunan
AMDAL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan dapat dilakukan melalui pendekatan studi
AMDAL sebagai berikut:
1.Pendekatan studi AMDAL Kegiatan Tunggal
2.Pendekatan studi AMDAL Kegiatan Terpadu
3.Pendekatan studi AMDAL Kegiatan Dalam Kawasan

Penyusunan AMDAL
Untuk menyusun studi AMDAL pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusun
AMDAL. Anggota penyusun ( minimal koordinator pelaksana) harus bersertifikat penyusun
AMDAL (AMDAL B). Sedangkan anggota penyusun lainnya adalah para ahli di bidangnya yang
sesuai dengan bidang kegiatan yang di studi.
Peran serta masyarakat
Semua kegiatan dan /atau usaha yang wajib AMDAL, maka pemrakarsa wajib mengumumkan
terlebih dulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun AMDAL. Yaitu pelaksanaan
Kep.Kepala BAPEDAL No.08 tahun 2000 tentang Keterlibatan masyarakat dan keterbukaan
informasi dalam proses AMDAL. Dalam jangka waktu 30 hari sejak diumumkan , masyarakat
berhak memberikan saran, pendapat dan tanggapan. Dalam proses pembuatan AMDAL peran
masyarakat tetap diperlukan . Dengan dipertimbangkannya dan dikajinya saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat dalam studi AMDAL. Pada proses penilaian AMDAL dalam KOMISI
PENILAI AMDAL maka saran, pendapat dan tanggapan masyarakat akan menjadi dasar
pertimbangan penetapan kelayakan lingkungan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

PENILAIAN DOKUMEN AMDAL


Penilaian dokumen AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilaian AMDAL Pusat yang
berkedudukan di BAPEDAL untuk menilai dokumen AMDAL dari usaha dan/atau kegiatan
yang bersifat strategis, lokasinya melebihi satu propinsi, berada di wilayah sengketa, berada di
ruang lautan, dan/ atau lokasinya dilintas batas negara RI dengan negara lain.

Penilaian dokumen AMDAL dilakukan untuk beberapa dokumen dan meliputi penilaian
terhadap kelengkapan administrasi dan isi dokumen. Dokumen yang di nilai adalah meliputi:
1.Penilaian dokumen Kerangka Acuan (KA)
2.Penilaian dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Penilaian Kerangka Acuan (KA), meliputi:


1.Kelengkapan administrasi
2.Isi dokumen, yang terdiri dari:
a.Pendahuluan
b.Ruang lingkup studi
c.Metode studi
d.Pelaksanaan studi
e.Daftar pustaka dan lampiran

Penilaian Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), meliputi:


1.Kelengkapan administrasi
2.Isi dokumen, meliputi:
a.Pendahuluan
b.Ruang lingkup studi
c.Metode studi
d.Rencana usaha dan /atau kegiatan
e.Rona lingkungan awal
f.Prakiraan dampak penting
g.Evaluasi dampak penting
h.Daftar pustaka dan lampiran
Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), meliputi:
1.Lingkup RKL
2.Pendekatan RKL
3.Kedalaman RKL
4.Rencana pelaksanaan RKL
5.Daftar pustaka dan lampiran
Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), meliputi:
1.Lingkup RPL
2.Pendekatan RPL
3.Rencana pelaksanaan RPL
4.Daftar pustaka dan lampiran.

KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


(AMDAL) KABUPATEN/ KOTA.

Komisi tersebut di bentuk oleh Bupati/ Walikota. Tugas komisi penilai adalah menilai KA,
ANDAL, RKL, dan RPL. Dalam melaksanakan tugasnya komisi penilai dibantu oleh tim teknis
komisi penilai dan sekretaris komisi penilai.
Susunan keanggotaan komisi penilai terdiri dari ketua biasanya dijabat oleh Ketua Dapedalda
Kabupaten/Kota, sekretaris yang dijabat oleh salah seorang pejabat yang menangani masalah
AMDAL. Sedangkan anggotanya terdiri dari wakil Bapeda, instansi yang bertugas
mengendalikan dampak lingkungan, instasi bidang penanaman modal, instansi bidang
pertanahan, instansi bidang pertahanan, instansi bidang kesehatan, instansi yang terkait dengan
lingkungan kegiatan, dan anggota lain yang di anggap perlu.
Secara garis besar komisi penilai AMDAL dapat terdiri dari unsur-unsur (1) unsur pemerintah;
(2) wakil masyarakat terkena dampak; (3) perguruan tinggi; (4) Pakar dan (5) organisasi
lingkungan.
Ada semacam kerancuan dalam kebijakan AMDAL dimana dokumen tersebut ditempatkan
sebagai sebuah studi kelayakan ilmiah di bidang lingkungan hidup yang menjadi alat bantu bagi
pengambilan keputusan dalam pembangunan. Namun demikian komisi penilai yang bertugas
menilai AMDAL beranggotakan mayoritas wakil dari instansi pemerintah yang mencermikan
heavy bureaucracy , dan wakil-wakil yang melakukan advokasi . Dari komposisi yang ada dapat
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut (1) keputusan kelayakan lingkungan di dominasi oleh
suara suara yang didasarkan pada kepentingan birokrasi; (2).wakil masyarakat maupun LSM
sebagai kekuatan counter balance dapat dengan mudah terkooptasi (captured or coopted) karena
berbagai faktor;
(3) keputusan cukup sulit untuk dicapai karena yang mendominasi adalah bukan pertimbangan
ilmiah obyektif akan tetapi kepentingan pemerintah atau kepentingan masyarakat/ LSM secara
sepihak .
Sebagai seorang pengusaha atau investor , kemana dia harus berkonsultasi jika mereka akan
melaksanakan studi AMDAL ?. Sebaiknya konsultasi dapat dilakukan di 3 (tiga) komisi penilai
AMDAL, yaitu:
1. Komisi Penilai AMDAL Pusat
2. Komisi Penilai AMDAL Propinsi
3. Komisi AMDAL Kabupaten/ Kota. Tergantung dari jenis rencana kegiatan yang akan di
studi AMDAL nya.
EVALUASI PROSES PENILAIAN DOKUMEN AMDAL
Proses dan prosedur penilaian AMDAL secara umum cukup baik yang ditandai dengan
singkatnya waktu penilaian , memang waktu penilaian sangat tergantung dari kualitas KA dan
dokumen AMDAL nya sendiri.

Kemampuan teknis dan obyektifitas dari penilaian


Anggota komisi penilai yang telah memiliki sertifikat kursus AMDAL A, B, dan C cukup baik
secara teknis dan obyektif, lebih profesional serta anggota penilai yang pernah melakukan
penyusunan AMDAL walaupun jumlahnya relatif tidak banyak. Anggota komisi penilai yang
berasal dari institusi sektoral atau dari pemerintah daerah (bukan dari tim penilai tetap) sering
belum banyak menguasai mengenai AMDAL. Penilaian oleh LSM dan wakil dari masyarakat
kadang-kadang kurang obyektif. Tim teknis yang ikut duduk di dalam komisi penilai perlu lebih
memahami peran bidangnya dalam AMDAL.

Evaluasi keterlibatan masyarakat.


Usaha melibatkan masyarakat dalam penilaian AMDAL cukup memadai dengan dilibatkannya
LSM lokal dan Pemerintah daerah (Bappeda), dan tokoh masyarakat.

AMDAL DAN EKONOMI KERAKYATAN


Dengan dilaksanakannya AMDAL yang sesuai dengan aturan, maka akan didapatkan hasil yang
optimal dan akan berpengaruh terhadap kebangkitan ekonomi. Kenapa demikian? Dalam masa
otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah menganut paradigma baru , antara lain:
1. Sumber daya yang ada di daerah merupakan bagian dari sistem penyangga kehidupan
masyarakat, seterusnya masyarakat merupakan sumber daya pembangunan bagi daerah.
2. Kesejahteraan masyarakat merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
kelestarian sumber daya yang ada di daerah.
Dengan demikian maka dalam rangka otonomi daerah, fungsi dan tugas pemerintah daerah
seyogyanya berpegang pada hal-hal tersebut dibawah ini:
1. Pemda menerima de-sentralisasi kewenangan dan kewajiban
2. Pemda meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
3. Pemda melaksanakan program ekonomi kerakyatan
4. Pemda menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya di daerah secara konsisten.
5. Pemda memberikan jaminan kepastian usaha
6. Pemda menetapkan sumberdaya di daerah sebagai sumberdaya kehidupan dan bukan
sumberdaya pendapatan

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI AMDAL DI DAERAH.


Sebagai syarat keberhasilan implementasi AMDAL di daerah adalah:
1.Melaksanakan peraturan/ perundang-undangan yang ada
Contoh:
Sebelum pembuatan dokumen AMDAL pemrakarsa harus melaksanakan Keputusan Kepala
Bapedal 8 tahun/ 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses AMDAL yaitu harus melaksanakan konsultasi masyarakat sebelum pembuatan KA.
Apabila konsultasi masyarakat berjalan dengan baik dan lancar, maka pelaksanaan AMDAL
serta implementasi RKL dan RPL akan berjalan dengan baik dan lancar pula. Hal tersebut akan
berimbas pada kondisi lingkungan baik lingkungan fisik/ kimia, sosial-ekonomi-budaya yang
kondusif sehingga masyarakat terbebas dari dampak negatip dari kegiatan dan masyarakat akan
sehat serta perekonomian akan bangkit.
2.Implementasi AMDAL secara profesional, transparan dan terpadu.
Apabila implementasi memang demikian maka implementasi RKL dan RKL akan baik pula.
Implementai AMDAL, RKL dan RPL yang optimal akan meminimalkan dampak negatip dari
kegiatan yang ada. Dengan demikian akan meningkatkan status kesehatan, penghasilan
masyarakat meningkat dan masyarakat akan sejahtera. Selain itu pihak industri dan/atau kegiatan
dan pihak pemrakarsa akan mendapatkan keuntungan yaitu terbebas dari tuntutan hukum
( karena tidak mencemari lingkungan ) dan terbebas pula dari tuntutan masyarakat ( karena
masyarakat merasa tidak dirugikan ). Hal tersebut akan lebih mudah untuk melakukan
pendekatan sosial-ekonomi-budaya dengan masyarakat di sekitar pabrik/ industri/ kegiatan
berlangsung.

Oleh : Wahyu Hidayat

Legalisasi pendirian pabrik kimia? Jangan pernah lupakan faktor AMDAL. Mungkin teman-
teman sekalian sudah sering sekali mendengar istilah AMDAL, bahkan tahu bahwa istilah ini
merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Namun, tahukah teman-
teman usaha/kegiatan apa saja yang diwajibkan untuk menyusun AMDAL? Siapa saja pihak-
pihak yang terkait dalam penyusunan AMDAL? Dan bagaimana prosedur pengajuan AMDAL?
Bagi yang belum tahu mungkin ulasan di bawah ini bisa membantu.

Apa yang dimaksud dengan AMDAL?

Berdasarkan PP no. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:

1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL)


2. Dokumen analisis dampak lingkungan
3. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
4. Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL)

Siapa pihak-pihak terkait dalam penyusunan AMDAL?

1. Pemrakarsa
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha/kegiatan
yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta
jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL
harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya.
2. Komisi penilai
Komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
3. Masyarakat yang berkepentingan
Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
berdasarkan alasan-alasan seperti kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor
pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses
AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat
pemerhati.

Bagaimana prosedur AMDAL?

Prosedur AMDAL terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

1. Penapisan (screening) wajib AMDAL


Menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Berdasarkan Kepmen LH no 17 tahun 2001, terdapat beberapa rencana usaha dan bidang
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan,
pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan, perhubungan, teknologi satelit, perindustrian,
prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, pengembangan nuklir,
pengelolaan limbah B3, dan rekayasa genetika. Kegiatan yang tidak tercantum dalam
daftar wajib AMDAL, tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung,
termasuk dalam kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.
Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan
resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka
alam, dan lain sebagainya.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib
mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan
tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi
kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan yang
akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya. Apabila dalam 75 hari komisi
penilai tidak menerbitkan hasil penilaian, maka komisi penilai dianggap telah menerima
kerangka acuan.
4. Peyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL,
RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

Bagaimana jika usaha/kegiatan tidak diwajibkan menyusun AMDAL?

Usaha/kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). UKL dan UPL
merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar
untuk menerbitkan izin. melakukan usaha dan atau kegiatan.

Sumber: Situs Kementrian Lingkungan Hidup, Diktat Kuliah Pengelolaan Limbah Industri TK-
ITB

AMDAL & ANDAL


Posted by setanon On 00:33 0 komentar

AMDAL DAN ANDAL

A. Pengertian AMDAL

Analisa dampak lingkungan atau disingkat menjadi Andal sudah dikembangkan oleh beberapa
negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental
Impact Assesment yang kedua-duanya disingkat menjadi EIA.
Di dalam bahasa Indonesia environmental diterjemahkan menjadi lingkungan, analisis pada
permulaannya diterjemahkan menjadi analisa kemudian oleh ahli bahasa disarankan untuk
diterjemahkan menjadi analisis. Terjemahan dan pengertian dari impact agaknya tidak mudah,
karena negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahas nasionalnya pun masih
berbeda-beda mengenai pengertiannya. Beberapa negara seperti Kanada dan Australia, misalnya,
masih ada yang menggunakan istilah effect dengan arti yang sama dan sering pula dengan arti
yang berbeda.Impact pada permulaannya hanya dirubah menjadi impak, tetapi kemudian ada
yang menerjemahkan sebagai pengaruh dan dampak. Kalau diambil dari kamus bahasa maka
istilah impact mempunyai arti sama dengan crashing, collision, effect. Sedangkan dampak
mempunyai arti tubrukan, benturan, pengaruh. Setelah menerima berbagai saran penterjemahan
dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah, khususnya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang kemudian menjadi Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH), menetapkan terjemahannya menjadi Analisis
Dampak Lingkungan yang pada permulaannya menggunakan singkatan A.D.L. : singkatannya
kemudian rubah pula menjadi ‘Andal’.
Analisis dampak lingkungan adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
penting suatu kegiatan yang direncanakan, sedang analisis mengenai dampak lingkungan adalah
hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Analisis mengenai dampak lingkungan atau
Amdal dirumuskan sebagai “status analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang
meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari bangunannya, prosesnya
maupun sistem dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup manusia,
yang meliputi penyusunan PIL, TOR Andal, RKL dan RPL”.

B. Dampak

Impact atau Dampak di sini diartikan ssebagai adanya suatu benturan antar dua kepentingan,
yaitu kepentingan pembangunna proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas
lingkungan yang baik.
Dampak yang diartikan dari benturan dua kepentingan antara kegiatan (proyek pembangunan)
yang akan dijalankan di lingkungan

Gambar No. 1 Terjemahan dan pengertian dari istilah dampak

Dalam perkembanan dianalisis bukanlah hanya dampak negatif saja tetapi juga dampak
positifnya dengan bobot analisis yang sama. Apabila didefinisikan maka dampak ialah setiap
perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Di sini tidak
disebutkan karena adanya proyek, karena sering proyek diartikan sebagai bangunan fisik saja,
sedangkan banyak proyek yang bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada tetapi dampaknya
dapat besar. Misalnya ialah proyek pasar, proyek satelit komunikasi dan lain sebagainya.

a. Pendugaan Dampak

Pendugaan ini digunakan sebagai terjemahan dari assessment. Beberapa ahli di indonesia
menggunakan terjemahan perkiraan atau peramalan. Pendugaan dampak dapat didefinisikan
sebagai aktivitas untuk menduga dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang akibat
suatu aktivitas manusia (proyek). Dampak yang diduga tersebut merupakan perbedaan nilai
lingkungan atau nilai suatu sumberdaya di masa yang akan datang antara lingkungan tanpa
proyek dan lingkugnan dengan proyek.

b. Penyajian Informasi Lingkungan

Penyajian informasi lingkungan atau PIL adalah suatu proses untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya dampak yang akan digunakan untuk menetapkan apakah proyek yang
diusulkan tersebut perlu Andal atau tidak. Perundangan di indonesia menyebutkan bahwa PIL
adalah suatu telaahan secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan; rona
lingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatan tersebut
dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya.

c. Penyajian Evaluasi Lingkungan


Penyajian evaluasi lingkungan atau disingkat menjadi PEL adalah suatu aktivitas penelaahaan
seperti PIL, hanya bedanya PEL dilakukan pada proyek yang sudah berjalan sedang PIL
dilakukan pada proyek yang masih dalam perencanaan.

d. Studi Evaluasi Lingkungan


Istilah studi evaluai lingkungan atau SEL adalah analisis dampak lingkunan yan dilakukan pada
proyek atau aktivitas manusia yang sudah berjalan. Dalam analisis ini rona lingkungan sebelum
proyek berjalan sudah tidak dapat dijumpai.

e. Mengapa Diperlukan Amdal

Mengapa Amdal harus dilakukan ? pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan dua macam cara
sebagai berikut :
1) Amdal harus dilakukan untuk proyek yang akan dibangun karena undang-undang dan
peraturan pemerintah menghendaki demikian. Apabila pemilik atau pemrakarsa proyek tidak
melakukannya, maka akan melanggar undang-undang dan besar kemungkinannya perizinan
untuk membangun proyek tersebut tidak akan didapat, atau akan meghadapi pengadilan yang
dapat memberikan sanksi-sanksi yang tidak ringan. Jawaban pertama ini sering dapat merupakan
cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan kualitas
lingkungan atau pemilik proyek yang hanya mementingkan keuntungan proyeknya sebesar
mungkin tanpa menghiraukan dampak sampingan yang timbul. Tanpa adanya undang-undang,
peraturan pemerintah, pedoman-pedoman, baku mutu-baku mutu maka dasar hukum dari
pelaksanaan Amdal ini tidak ada.
2) Amdal harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyekproyek
pembangunan. Jawaban kedua ini merupakan jawaban ini merupakan jawaban yang ideal, tetapi
kesadaran mengenai masalah ini tidak mudah ditanamkan pada setiap orang teurtama para
pemrakarsa proyek.

Pada awalnya kebudayaan manusia perubahan pada lingkungan oleh aktivitas manusia masih
dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alamiah, tetapi aktivitas manusia makin
lama makin menimbulkan banyak perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan yang sudah terjadi sering masih dapat ditoleransi oleh manusia karena
dianggap tidak menimbulkan kerugian pada manusia secara jelas dan berarti. Tetapi perubahan
yang makin besar akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesejahteraannya dan bahkan keselamatan dirinya. Pada saat inilah manusia
mulai berpikir dan meninjau kembali semua aktivitasnya dan berusaha untuk menghindari
aktivitas yang menimbulkan dampak sampingan yang tidak dikehendaki atau ingin mengetahui
dampak apa yang akan merugikan dari aktivitasnya, kemudian akan mencarikan usaha untuk
menghindari timbulnya dampak yang tak disukai tersebut agar kesejahteraan dan kehidupannya
tidak terancam. Keadaan terakhir inilah sebenarnya manusia lalu melakukan Amdal. Secara
skematis hubungan tersebut disajikan dalam gambar No. 2
Untuk menghindari timbulnya dampak lingkungan yang tidak dapat ditoleransi maka perlu
disiapkan rencana pengendalian dampak negatif yang akan terjadi. Untuk dapat merencanakan
pengendalian dampak negatif tentu harus diketahui dampak negatif apa yang akan terjadi dan
untuk mengetahui dampak yang akan terjadi maka perlu dilakukan pendugaan dampak
lingkungan. Langkah ini disebut pendugaan dampak lingkungan atau environmental impact
assessment dan pendugaan ini merupakan proses dalam Amdal. Maka dari itulah Amdal
dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup.

Gambar No. 2: Skema hubungan antara tujuan aktivitas manusia dengan dampak pada
lingkungan.

C. Siapa yang harus melakukan Amdal


Dengan dasar filosofi bahwa si penyebab timbulnya pencemar yang harus membayar maka
pemrakarsa proyek haruslah membiayai atau menyelenggarakan Amdal. Kalau dilihat bahwa
Amdal merupakan bagian dari perencanaan suatu proyek maka juga jela bahwa harus dibiayai
oleh pemilik proyek.
Begitu pula dalam mengendalikan dampak haruslah sampai batas-batas tertentu yang ditetapkan
oleh pemerintah dalam bentuk Baku Mutu, dan merupakan tanggungjawab yang harus dibiayai
oleh pemrakarsa proyek, karena dirasakan kurang adil kalau masyarakat disekitar proyek harus
membayar akibat adanya dampak negatif proyek tersebut. Misalnya mengeluarkan biaya
tambahan untuk kesehatannya yang diakibatkan proyek, juga kenyamanannya, keselamatannya
bahkan rusaknya sumberdaya alam yang diolahnya. Sebenarnya dengan adanya proyek tersebut
masyarakat juga mendapat keuntungan atau dampak positif, seperti sumber pekerjaan baru,
fasilitas-fasilitas baru yang dapat ikut dinikmati, sehingga masyarakatnyapun harus ikut
mengelola lingkungannya tetapi dampak positif yang didapat sering jauh lebih kecil dari dampak
negatifnya. Apabila proyek tersebut kurang mampu atau terbatas kemampuannya maka
pemerintah pusat ataupun pemerintah haruslah ikut campur secara aktif untuk mengurangi
dampak negatif tersebut.
Tanggung jawab pemilik proyek untuk menyelenggarakan Amdal bukan berarti bahwa
pemrakarsa proyek tersebut harus melakukannya sendiri. Pemilik proyek dapat menyerahkan
pelaksanaan studi Amdal-nya kepada konsultan swasta atau pihak lain atas dasar saran dari
pemerintah.
Di negara-negara berkembang yang biasanya belum memiliki konsultan swasta yang mampu
melaksanakan Amdal dengan baik, maka sering pekerjaan ini dipercayakan kepada universitas,
karena biasanya di universitaslah terkumpul ahli-ahli berbagai bidang yang dapat melaksanakan
Amdal. Dapat pula dibentuk suatu tim gabungan dari berbagai instansi termasuk staf dari pemilik
proyek. Bagaimanapun bentuk tim Amdal, mereka melakukan Amdal untuk atau atas nama
pemilik proyek, dan pemilik proyeklah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan isi dari
laporan dan penyebaran laporannya.
Sebenarnya apabilal pemilik proyek itupun merasa mampu melaksanakannya sendiri, maka dapat
melaksanakan sendiri sepanjang persyaratan pelaksanaan Amdal dipenuhi. Misalnya tim harus
terdiri dari ahli-ahli multidisiplin yang lengkap diperlukan. Apabila pemilik proyek tidak tahu
kepada siapa harus menyerahkan pekerjaan Amdal dipenuhi. Misalnya tim harus terdiri dari ahli-
ahli multidisiplin yang lengkap diperlukan. Apabila pemilik proyek tidak tahu kepada siapa
harus menyerahkan pekerjaan Amdal tersebut maka dapat menanyakannya pada instansi
pemerintah yang berwenang. Apabila peranan konsultan Amdal swasta makin baik dan
berkembang maka peranan universitas akan makin berkurang.
Di Kanada Amdal dapat pula dilakukan oleh staf dari kantor menteri lingkungan, staf dari
departemen yang membidangi proyek tersebut atau suatu kelompok khusus untuk menangani
Amdal suatu proyek di samping menyerahkan kepada konsultan swasta atau dikerjakan oleh
pemilik proyek sendiri (Ministry of the Environment, Ontario, 1973).
Amdal bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses Amdal
yang lebih besar dan lebih penting sehingga Amdal dapat dikatakan merupakan bagian dari :
a. Pengelolaan lingkungan
b. Pemantauan lingkungan
c. Pengelolaan proyek
d. Pengambil keputusan
e. Dokumen yang penting
f. Dan lain sebagainya

C. Peranan Andal Dalam Pengelolaan Lingkungan

Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila telah dapat disusun rencana
pengelolaan lingkungan, sedang rencana pengelolaan lingkungan dapat disusun apabila telah
diketahui dampak lingkungan yang akan terjadi akibat dari proyek-proyek pembangunan yang
akan dibangun.
Pendugaan dampak lingkungan yang digunakan sebagai dasar pengelolaan dapat berbeda dengan
kenyataan dampak yang terjadi setelah proyek berjalan, sehingga program pengelolaan
lingkungan sudah tidak sesuai atau mungkin tak mampu menghindarkan rusaknya lingkungan.
Perbedaan dari dampak yang diduga dan dampak yang terjadi dapat disebabkan oleh :
a. Penyusun laporan Andal kurang tepat atau kurang baik di dalam melakukan pendugaan dan
biasanya juga disebabkan pula oleh tidak cermatnya para evaluator dari berbagai instansi
pemerintah yang terlibat, sehingga konsep atau draft laporan Amdal yang tidak baik sudah
disetujui menjadi laporan akhir.
b. Pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai dengan apa yang telah tertulis di dalam
laporan Andal yang telah diterima pemerintah terutama saran-saran dan pedoman di dalam
mengendalikan dampak negatif. Misalnya di dalam laporan Andal jelas bahwa proyek harus
membangun pengelolaan air limbah (water treatment plant), tetapi kenyataannya tidak dilakukan
atau, walaupun dilakukan, tidak bekerja dengan baik, dan kalaupun diketahui dibiarkan saja.
Contoh lain misalnya alat penyerap debu (dust absorber) yang harus diganti atau dibersihkan tiap
dua tahun sekali tetapi sudah lima tahun tidak juga diganti. Hal lain yang dapat terjadi ialah
proses yang terjadi di dalam mesinnya. Pada laporan Andalnya dikatakan hanya akan membuang
suatu bahan kimia pencemar 0,1 ppm, tetapi kenyataannya telah membuang sampai 5 ppm pada
hal Baku Mutu menunjukkan maksimum emisi hanya 0,5 ppm. Kesalahan ini dapat terjadi
karena mesin masih dalam taraf percobaan atau karena kesalahan dalam pengoperasian mesinnya
atua memang mesin yang dipakai tersebut tidak mampu mengurangi limbah yang mengandung 5
ppm.

Gambar No. 3 : Peranan Andal dalam pengelolaan lingkungan

Untuk menghindari kegagalan pengelolaan lingkungan ini maka pemantauan haruslah dilakukan
sedini mungkin, sejak awal dari pembangunan, secara terus menerus dengan frekwensi yang
teratur, apabila diperlukan sejak pra-pembangunan. Hasil dari pemantauan kemudian digunakan
untuk memperbaiki rencana pengelolaan lingkungan kalau memang hasil pemantauan tidak
sesuai dengan pendugaan dalam Andal. Hasil pemantauan juga dapat digunakan untuk
memperbaiki pendugaan atau untuk melakukan pendugaan ulang. Secara skematis hubungan
hasil Andal, pemantauan dan pengelolaan disajikan dalam gambar No. 4.
Gambar No. 4 : Hubungan hasil Andal, pemantauan dampak dan pengelolaan lingkungan

Apabila suatu Andal tidak diikuti pemantauan dan aktivitas pengelolaan lingkungan, maka Andal
ini berdiri sendiri, kurang atau tidak banyak bermanfaat di dalam menjaga kualitas lingkungan
dari kemunduran atau kerusakan.

c. Peranan Andal dalam pengelolaan proyek


Untuk dapat mengetahui di mana dan sejauh mana peranan Andal, RKL dan RPL di dalam
pengelolaan proyek terlebih dahulu harus diketahui fase-fase dari pengelolaan proyek. Pada
umumnya fase-fase dapat dibagi sebagai berikut :
a. Fase identifikasi;
b. Fase studi kelayakan;
c. Fase desain kerekayasaan (engineering design) atau disebut juga sebagai fase rancangan;
d. Fase pembangunan proyek;
e. Fase proyek berjalan atau fase proyek beroperasi;
f. Fase proyek telah berhenti beroperasi atau pasca operasi (post operation).
Terdapat perbedaan pengertian arti ‘proyek’ yang sering digunakan di dalam Andal dan di dalam
teknik pembangunan proyek. Di dalam Andal proyek diartikan sebagai suatu aktivitas manusia
didalam bentuk yang sering disebut sebagai suatu proyek pembangunan ekonomi, sehingga
mulai rencana, pembangunan fisik sampai proyek pembangunan berjalan dapat disebut sebagai
proyek, bahkan sering aktivitas manusia yang tidak banyak memerlukan bangunan fisik dapat
disebut sebagai suatu proyek, misalnya suatu pasar. Jadi proyek yang ditekankan di dalam Andal
adalah aktivitas manusianya. Di dalam bidang teknik pembangunan sering proyek diartikan
sebagai proses pembangunan fisiknya, sehingga apabila pembangunan fisiknya telah selesai
proyek tersebut dianggap selesai dan tidak ada lagi, sehingga setelah suatu pabrik mulai
beroperasi maka tidak lagi disebut sebagai proyek.
Kalau dilihat bahwa Andal merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan
untuk mendapatkan perizinan selain studi kelayakan teknis dan studi kelayakan ekonomis,
seharusnya Andal dilaksanakan bersama-sama, sehingga dari ketiga studi kelayakan tersebut
dapat saling memberikan masukan sehingga dapat dilakukan optimas untuk mendapatkan
keadaan yang optimum bagi proyek tersebut, terutama dampak lingkungan dapat dikendalikan
melalui pendekatan teknis atau dapat disebut sebagai penekanan dampak negatif dengan
engineering approach, pendekatan ini biasanya akan dapat menghasilkan biaya pengelolaan
dampak yang murah. Hubungan tersebut disajikan dalam gambar No. 5
Gambar No. 5 : Pengendalian dampak lingkungan dengan pendekatan teknis (engineering
approach)
.
e. Peranan Andal Bagi Pengambil Keputusan
Salah satu tugas dari pemerintah dalam mengarahkan dan mengawasi pembangunan adalah
menghindarkan akibat-akibat yang merugikan dan tidak diinginkan, yaitu terjadinya dampak
negatif dari proyek pembangunan pada lingkungan hidup dan sumberdaya alam disamping
menghindarkan pula terjadinya perselisihan yang dapat timbul antara proyek dengan proyek
pembangunan lainnya.
Sejak awal perencanaan suatu proyek, pemerintah sudah menghendaki diadakan studi penyajian
informasi lingkungan atau PIL. PIL merupakan suatu alat pemerintah untuk memutuskan apakah
proyek yang diusulkan ini perlu Andal atau tidak. Dengan mempelajari laporan PIL, pemerintah
sebagai pengambil keputusan menilai apakah proyek yang diusulkan ini potensial menimbulkan
dampak yang besar atau tidak. Kalau dianggap berpotensi besar untuk menimbulkan dampak
terutama yang negatif, maka pengambil keputusan akan mengharuskan pemilik proyek
melakukan Andal. Sebaliknya apabila dianggap tidak akan menimbulkan dampak yang berarti,
maka pemilik proyek tersebut tidak perlu melakukan Andal dan dapat mulai membangun
proyeknya dengan diberikan pedoman pengelolaan dan pemantauannya.
Keputusan yang dapat diambil ialah :
a. Proyek tidak boleh dibangun;
b. Proyek boleh dibangun sesuai dengan usulan (tanpa persyaratan);
c. Proyek boleh dibangun tetapi dengan saran-saran tertentu yang harus diikuti pemilik proyek
(dengan syarat);
Dengan mempelajari Andal, pengambil keputusan mencoba melihat :
a. Apakah akan ada dampak pada kualitas lingkungan hidup yang melampaui toleransi yang
sudah ditetapkan;
b. Apakah akan menimbulkan dampak pada proyek lain sehingga dapat menimbulkan
pertentangan;
c. Apakah akan timbul dampak negatif yang tidak akan dapat ditoleransi masyarakat serta
membahayakan keselamatan masyarakat;
d. Sejauhmana pengaruhnya pada pengaturan lingkungan yang lebih luas.
Dan masih banyak lagi pertimbangan yang akan digunakan dan biasanya tiap negara mempunyai
urutan prioritas di dalam menggunakan pertimbangan. Kalau dibuat suatu skema maka akan
berbentuk seperti pada gambar No. 7.
Dalam pengawasan proyek laporan Andal merupakan alat untuk memberikan penilaian dan
keputusan yaitu dengan membandingkan hasil pemantauan dengan apa yang telah tertulis di
dalam laporan Andal. Hasil dari Andal-Andal berbagai proyek yang telah dan akan dibangun
juga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memutuskan tindakan pengaturan proyek-proyek
dan pengelolaan lingkungan hidup. Model skematis dari pengaturan lingkugnan tersebut dapat
dilihat di dalam gambar No. 8.

f. Kegunaan Andal bagi berbagai pihak


Pembagian kegunaan dalam bentuk lain juga dapat disusun berdasarkan pihak yang mendapatkan
kegunaannya, sebagai berikut :
a. Kegunaan bagi pemerintah;
b. Kegunaan bagi pemilik proyek;
c. Kegunaan bagi pemilik modal;
d. Kegunaan bagi masyarakat;
e. Kegunaan lainnya.

Kegunaan bagi pemerintah

Beberapa keuntungan penting bagi pemerintah telah dibahas di bagian depan. Secara singkat
dapat dirumuskan lagi bahwa keuntungan adanya. Andal bagi pemerintah adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebut tidak rusak (khusus
untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
b. Mencegah rusaknya sumberdaya alam lain yang berada di luar lokasi proyek baik yang diolah
proyek lain, diolah masyarakat ataupun yang belum diolah;
c. Menghindarkan perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air, pencemaran
udara, kebisingan dan lain sebagainya sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan
keselamatan masyarakat;
d. Menghindarkan pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul khususnya dengan
masyarakat dan proyek-proyek lain;
e. Sesuai dengan rencana pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak
mengganggu proyek lain;
f. Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat umum;
g. Sebagai alat pengambil keputusan umum;
h. Dan lain sebagainya.

Kegunaan bagi pemilik proyek

Keuntungan yang diutarakan disini sering kurang dipercaya oleh pemilik proyek yang
menganggap Andal hanya sebagai beban biaya bagi proyek saja. Keuntungan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Untuk melindungi proyek yang melanggar undang-undang atau peraturan-peraturan yang
berlaku;
b. Untuk melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu dampak negatif yang
sebenarnya tidak dilakukan;
c. Untuk melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang akan datang;
d. Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi di masa yang akan datang;
e. Sebagai sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk
informasi sosial-ekonomi dan sosial-budaya;
f. Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek;
g. Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan proyeknya, untuk dapat
menemukan kelemahan dan kekurangan kalau ada untuk segera dipersiapkan
penyempurnaannya.
h. Untuk menemukan keadaan lingkungan yang membahayakan proyeknya (misalnya banjir,
tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya) dan mencari keadaan lingkungan yang berguna
dan menunjang proyek;
i. Dan lain sebagainya.
Kegunaan bagi pemilik modal
Untuk membangun proyek biasanya modalnya dipinjam dari bank baik bank nasional atau bank
internasional seperti bank dunia (world bank) atau bank pembangunan asia (asia development
bank). Untuk bank internasional biasanya setiap permintaan pinjaman diminta menyertakan
laporan Andal. Bank nasionalpun akan memintakan Andal pula terutama untuk proyek-proyek
yang besar, maka tentu harus ada manfaatnya bagi pemilik modal. Keuntungan tersebut biasanya
dirumuskan sebagai berikut :
a. Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan pada proyek dapat mencapai tujuan
dari bank dalam membantu pembangunan atau pemilik modal yang memberikan pinjaman;
b. Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar kembali oleh proyek
sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang;
c. Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misinya;
d. Pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal;
e. Menghindari duplikasi dari proyek-proyek lain yang tidak perlu;
f. Dan lain sebagainya
Kegunaan bagi masyarakat.
a. Dapat mengetahui rencana pembanguna di daerahnya, hingga dapat mempersipkan dir di
dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan.
b. Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek di bangun hingga dapat
memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungka dirinya dan menghindarkan diri dari
kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut;
c. Turut serta dalam pembangunna di daerah sejak dari awal, khususnya di dalam memberikan
masukan informasi-informasi ataupun ikut langsung di dalam membangun dan menjalankan
proyek;
d. Pemahaman hal ihwal mengenai proyek secara jelas akan ikut menghindarkan timbulnya
kesalah-pahaman, hingga dapat menggalang kerjasama yang saling menguntungkan;
e. Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan proyek tersebut khususnya hak
dan kewajibannya di dalam ikut menjaga dan mengelola kualitas lingkungan;
f. Dan lain sebagainya.
Kegunaan lainnya
Kegunaan lain ini, umumnya dinikmati oleh ilmuwan dan peneliti, diantaranya adalah.
a. Kegunaan di dalam analisis, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan;
b. Kegunaan di dalam penelitian;
c. Kegunaan di dalam meningkatkan keterampilan di dalam penelitian dan meningkakan
pengetahuan;
d. Tumbuhnya konsultan Andal swasta yang baik.

PROSEDUR AMDAL.
Sumber : Diinterprestasikan dari peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Amdal

DEFINISI AMDAL
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan pentng suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Dasar-dasar hukum Amdal


1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
2. PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal
3. Keputusan menteri negara lingkungan hidup No. 17 Tahun 2001 tentang jenis rencana usha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.
4. Keputusan Kepala BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup)

Tujuan dan sasaran Amdal


Untuk menjamin suatu usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat berjalan secara
berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Melalui studi Amdal diharapkan kegiatan
pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara efisien,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup.

Kegiatan wajib Amdal


Studi Amdal hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan yang pada umumnya terdapat pada rencana-rencana kegiatan berskala besar,
kompleks serta berlokasi di daerah yang memiliki lingkungan sesitif.
Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal adalah
mengacu kepada keputusan menteri lingkungan hidup nomor : 17 tahun 2001 tentangjenis usaha
an/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.

Kapan studi Amdal dimulai


Sesuai dengan PP 27 Tahun 1999, Amdal merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Oleh karena itu Amdal harus disusun segera setelah jelas alternatif lokasi usaha dan/atau
kegiatannya serta alternatif teknologi yang akan digunakan.

Amdal dan perijinan


Menurut PP 27 Tahun 1999 ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan baru akan diberikan bila
hasil dari studi amlda menyatakan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak
lingkungan.
Ketentuan dalam berbagai persyaratan dalam dokumen RKL (rencana pengelolaan lingkungan)
dan RPL (rencana pemantauan lingkungan) wajib dicantumkan sebagai ketentuan ijin.

Prosedur penyusunan Amdal


Proses Amdal mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
1. mengindentifikasi dampak dari rencana usaha dan/atau kegaitan;
2. menguraikan rona lingkungan awal;
3. memprediksi dampak besar dan penting;
4. mengevaluasi dampak besar dan penting, merumuskan arahan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.

Dokumen Amdal
1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan hidup (KA-ANDAL);
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL);
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Prosedur UKL-UPL
Gambar
Garis koordinas

Sumber : Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 86 tahun 2002 tentang pedoman
pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan hidup
Perkiraan Dampak Terhadap Lingkungan Berupa Fisik Dan Non Fisik Baik Positif Maupun
Negatif

Dampak penting ditentukan oleh :


1. Besarnya wilayah penyebaran dampak (berapa hektar)
2. Luas wilayah penyebaran berlangsung (contoh proyek under pass 1 tahun)
3. Intensitas dampak (berapa dokumen daerah)
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak tersebut.
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak.

Dasar penetapan dampak


1. Melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan.
2. Pengukuran/perhitungan dampak yang akan terjadi komponen lingkungan.
3. Penggabungan beberapa komponen lingkungan yang sangat berkaitan kemudian dianalisis dan
digunakan untuk menetapkan refleksi dari dampak komponen-komponen sebagai indikator
menjadi gambaran perubahan lingkungan.

Andal mencakup :
1. Batas wilayah yang terkena harus diseleksi semua wilayah __________.
2. Rona awal (sebelum kegiatan) kerusakan daerah lingkungan.
3. Rona kegiatan yang akan di usulkan
4. Perkiraan dampak yang mungkin timbul
5. Evaluasi dari berbagai dampak dan alternatir tindakan pengendalian
6. Tata cara prosedur monitoring evaluasi.

Beberapa elemen/komponen lingkungan yang dipertimbangkan :


· Partikel-partikel
· Sulfur dioksida
· Hidrokarbon
· Nitrogen oksida
· Karbon dioksida
· Zat-zat beracun
· Bau
AIR :
· Temperatur
· PH
· Variasi aliran
· Pengaruh pasang surut
· Organic carbon
· Bahan beracun
· Kehidupan akuatik
· Dll

Lahan :
· Pola tataguna tanah
· Erosi tanah
· Stabilitas lahan
· Bencana alam

Ekologi
· Spesies dan populasi hewan
· Spesies yang terancam
· Vegetasi

Beberapa metoda Andal yang terkenal


1. Metoda Leopolo
Dikenal sebagai matriks leopold atau intrik interaksi dari leopold matriks ini dikenal sejak tahun
1971 dengan mengetengahkan 100 (seratus) macam aktivitas dari suatu proyek dengan 88
(delapan puluh delapan) komponen lingkungan.
2. Metoda matriks dampak dari moore (1973)
Metoda ini memperlihatkan dampak lingkungan dilihat dari sudut dampak pada kelompok-
kelompok yang sudah atau sedang dimanfaatkan oleh manusia atau dapat digambarkan pula
sebagai proyek-proyek pembangunan manusia lainnya.
3. Metoda sorenson (1971) merupakan analisa network yang pertama disusun untuk digunakan
pada proyek pengerukan dasar laut.
4. Metoda Mac Harg (1968) yang dikenal dengan metda overlya atau teknik overlay. Sesuai
dengan namanya maka metoda ini menggunakan berbagai peta yang digambarkan dalam lembar-
lembar transparansi.
5. Metoda fishe anri davies (1973) dikenal sebagai matriks dari fisiter dan davies. Kekhususan
metoda ini ialah tiga macam matrik yang disusun secara bertahap.
· Tahap pertama : Matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek dibangun disebut
keadaan lingkungan (Env. baseline).
· Tahap dua : Matriks dampak lingkugnan (Env. Compatibility matrix).
· Tahap ketiga : Matriks keputusan (decision matrix)

Gambar

Evaluasi dampak penting


Rekapitulasi evaluasi dampak penting pembangunan jalan Tol Serpong-Jakarta

Jenis dampak yang timbul Sumber dampak Besaran dampak Derajat dampak penting
(2) (-) (4) (5)
Pra kontruksi meningkatnnya harga tanah dan spekulasi tanah.Perubahan pemilikan tanah dan
bangunan keresahan dan persi masyarakat Pembebasan tanah & bangunanPembesaran tanah &
bangunanPembebasan tanah & bangunan BesarSedangBesar Lebih pentingCukup pentingSangat
penting
KontruksiMeningkatnya pencemaran udara dan kebisinganGangguan arus lalu lintasGangguan
prasarana dan sarana umumGangguan estetitika lahanPerubahan pola aliran dan pencemaran air
permukaanMeningkatknya kegiatan perekonomian Pengangkutan material bangunanPenyiapan
tanah dasar, krasi fisik & operasi base campPengangkutan materi bangunanPengangkutan
material bangunanPenyiapan tanah dasarPenyiapan tanah dasasrPenyiapan tanah dasarHobilisasi
tenaga kerjaPenyiapan tanah dasar & konset fisik
BesarSedangBesarSedangKecilSedangSedangSedang Kecil PentingCukup pentingPentingCukup
pentingKurang pentingKurang pentingCukup pentingCukup pentingKurang penting

Tabel
(2) (3) (4) (5)
Proses konstruksiMeningkatnya pencemaran bisinganPerubahan tata ruang dan tata guna
tanahPerubahan administrasi pemerintahan dan kependudukanMeningkatnya kegiatan
perekonomian masyarakatPerubahan tatanan sosial masyarakatPerubahan sistim transportasi &
arus lalu lintasMeningkatkan frekuensi kecelakaan lalu lintas Pengoperasian jalanPengoperasian
jalan tolPengoperasian jalan tolPengoperasian jalan tolPengoperasian jalan tolPengoperasian
jalan tolPengoperasian jalan tol BesarBesasrSedangSedangSedangBesarKecil Sangat
pentingPentingCukup pentingCukup pentingCukup pentingSangat pentingCukup penting

Matrik interaksi

Matrik interaksi dampak pembangunan jalan tol serpong-jakarta


Momen kegiatan pasc
Momen lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fisik kimiaKlim mikroFasiltas udaraKebisinganTopografi/bent alamAliran air permukaanErosi
permukaanFasilitas airTata ruang dan tata tanahKondisi lalu lintasFlora Flora & fauna daratFlora
dan faura airEkonomi danStruktur pendudukEndapatan/mata pencaharianKegiatan
ekonomiTatanan sosialNilai tanahPola kehidupan masyarakatPersepsi masyarakatPrasaraana dan
sarana --------------xxx- ------x---xxx-xxx- -x-----x---x---xxx -x-x-x------------ -x-----x---------x
xxxxxx--x--------x -x-x-x------------ -------x----xx---- -x------x--------- -x----xx--x-xx-xx-

Keterangan :
Kegiatan survai dan pengukuran lapangan
Pembebasan tanah, bangunan dan tanaman
Mobilisasi alat-alat besar dan tenaga kerja
Pengoperasian base camp dan batching plant
Pengangkutan material bangunan
Penyiapan tanah dasar, penggalian dan penimbunan tanah
Konstruksi, badan jalan, perkotaan dan bangunan pelengkap
Pengaturan lalu lintas
Penghijauan dan pertamanan
Pengoperasian jalan tol
Pemeliharaan jalan tol
An : x = Ada dampak
- = tidak ada dampak

Latar belakang:
- Analisa mengenai dampak lingkungan lahir dengan diundangkanya undang- undang tentang
lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu National Environmental Policy Act (NEPA), pada
tahun 1969
- Amdal merupakan suatu reaksi masyarakat terhadap kerusakan lingkungan yang disebabka oleh
aktivitas manusia yang terutama disebabkan oleh pembangunan dan penggunaan teknologi yang
berlebihan dan terkesan mengabaikan lingkungan.

Pengertian Amdal dan Andal:


- Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang
dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan.
- Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan,
- Selanjutnya AMDAL dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari
suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluais dan pendugaan dampak proyek dari bangunanya,
prosesnya maupun system dari proyek terhadaplingungan yang berlanjut ke lingkungan hidup.

Mengapa diperlukan AMDAL?


- AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek- proyek
pembangunan.
- AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang akan dibangun karna undang- undang dan
peraturan pemerintah menghenakinya.

Siapa yang harus melakukan AMDAL?


- Dengan dasar bahwa penybab timbulnya pencemaran lingkungan adalah kegiatan suatu proyek,
maka harus dilakukan AMDAL dan pembiayaan adalah pemilik proyek.
- Tangung jawab pemilik proyek untuk menyelenggarakan AMDAL bukan berarti harus
melakukan sendiri, pemilik proyek dapat menyerahkan studi AMDAL keada konsultanatau pihak
lain atas dasar saran dari pemerintah.

Konsep AMDAL
- Secara formal berasal dari undang- undang (NEPA)
- Dalam UU ini AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventive
terhadap lingkngan yang mungkin akan ditimbulkan ole suatu aktivitas pembangunan yang
sedang direncanakan.
- Juga didasarkan pada konsep ekologi yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup dan
lingkunganya.
- AMDAL merupakn bagianilmu ekologi pembangunan yang mempelajari hubungan timbale
balik anatara pembangunan dan lingkungan.

Peraturan perundangan mengenai AMDAL


- UU No.4 Tahub 1982 Pasal 16 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
- Pelaksanaan diatur dengan PP No. 29 tahun 1986 selanjutnya diganti dengan PP No. 51 tahun
1993
- UU No. 23 Thun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Arti Dampak
- Dampak adalah suatu prubahan yang terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas.
Aktivitas dapat bersifat alami maupun yang dilakukan oleh manusia.
- Dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan
oleh aktivitas pembangunan.
- Dampak juga dapat diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan, yaitu
kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan
yang baik.

Usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting
- Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
- Eksploitasi SDA baik yang diperbaharui maupun yang tidak
- Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
SDA/ perlindngan cagar budaya
- Proses kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,pencemaran, dan
kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan SDA dalam pemanfaatannya
- Introduksi jenis tumbuhan, hewan, dan jenis jasad renik
- Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
- Penerapan tenologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruh
lingkungan hidup
- Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan
- Jumlah manusia yang aakn terkena dampak
- Luas wilayah persebaran dampak
- Intensitas dan lamannya dampak berlangsung
- Banyaknya komponen lainya yang terkena dampak
- Sifat komulatif dampak
- Berbalik atatu tidak berbaliknya dampak

Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia dan mahluk lainya
Komponen Lingkungan Hidup:
1. Lingkungan fisik(anorganik) ,lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis:
tanah, udara, air, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.
2. Lingkungan biologi(organic), segala sesuatu yang bersifat biotis
3. Lingkungan social, interaksi manusia dengan lingkungan
4. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional, berupa lembaga-
lembaga masyarakat

Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup :


- Tercapainya keselarasan, keserasian, da keseimbangan antara manusia dan lingkungn hidup.
- Terwujudnya manusia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan
melindungi dan membina lingkungan hidup.
- Terjaminya kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
- Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
- Terkendalinya pemanfaatn sumbar daya secara bijaksana.
- Terlindungnya Negara terhadap dampak usaha dan atau kegiatan diluar wilayah Negara yang
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

MATERI AMDAL

Permasalahan Lingkungan

Berbagai masalah lingkungan


Permasalahan lingkungan didunia akhir- akhir ini ada 4:
- Pemanasan global
- Kerusakan ozon
- Keanekaragaman hayati
- Masalah perairan

Permasalah lingkungan di dunia berkembang


Setiap Negara mempunyai permasalahan lingkungan yang berbeda- beda
Secara umum permasalahan lingkungan di Negara berkembang yaitu:
o Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi daya recover- nya
o Pemanfaatan yang melebihi daya dukungnya
o Pencemaran lingkungan air, daratan, atsmosfer
o Masalah pertambahan penduduk yang menambah beban yang ditanggung lingkungan

Pertambahan yang cepat di Negara yang sedang membangun ini menyebabkan beberapa
permasaahan lingkungan, yaitu:
- Proses urbanisasi akan terjadi sehingga menyebabkan persoalan udara,air, dan tanah diwilayah
perkotaan serta limbah dan kepadatan lalu lintas
- Tekanan penduduk terhadap lahan akan semakin tinggi, akibatnya akan terjadi erosai dan
sedimentasi
- Tekanan penduduk terhadap lingkungan hutan/lindung menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan
Persoalan nilai lingkungan hidup
- Menjadi debat mengenai ekonomi lingkungan karma lingkungan mempunyai nilai ekonomi
- Para ekonom dituntut untuk memperhitungkan bagaimana nilai suatu lingkungan dan berapa
nilai lingkungan seandainya terjadi kerusakan
- Sebagai contoh adalah nilai kebakaran hutan akibat tekanan penduduk untuk kegiatan
pertanian, perkebunan, dan kegiatan penggunaan lainnya

Masalah lingkungan kegiatan pembangunan


- Menurut keputusan Menteri LH No. 17/2001 secara garis besar permasalahan lingkungan hidup
bervariasi menurut sector dan besaran kegiatan proyeknya
- Meliputi bidang Ketahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan,
perhubungan, teknologi satelit, perindustrian, prasarana wilayah, energi, dan sumber daya
mineral, pariwisata, pengembangan nuklir, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun(B3), bidang rekayasa genetika
- Bidang kesehatan dan keamanan: aktivitas militer dengan skala yang berpotensi menimbulkan
resiko lingkungan dengan terjadinya ledakan serta keresahan social, misal: pangkalan militer
- Pertanian: kegiatan petanian dalam kawasan budidaya kehutanan dan non- kawasan budidaya
kehuatanan
- Kehutanan: pemanenan pohon dengan diameter tertentu berotensi merubah struktur dan
komposisi tegakan satwa liar dan habitatnya
- Periakanan: kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas air
penurunan stabilitas garis pantai, potensi konflik social dan potensi limbah cair dan padat yang
ditimbulkan
- Kesehatan: berpotensi menimbulkan dampak penting dalam bentuk limbah B3/ radioaktf dan
potensi penularan penyakit, missal pembanguna rumah sakit
- Pehubungan: berpotensi menimbulkan dampak beruoa emisi, gangguan lalu- lintas, kebisingan,
getaran, gangguan pandangan, ekologi dan dampak social, misal pembangunan stasiun KA,
pelabuahan, relakmasi dan bandara udara
- Teknologi satelit: memerlukan lokasi khusus dan teknologi canggih, tertutup bagi masyarakat,
misal pembangunan fasilitas peluncuran satelit
- Perindustrian: semua kegiatan industri dan besaranya seperti: industri semen, pupuk, besi, dll
- Prasarana wilayah: pembangunan waduk, DAS, pembanguna rawa/ reklamasi
rawa,pembangunan pengaman pantai, pembanguna kanal, jalan tol, perumahan dalam skala besar
- Energi dan sumber daya mineral: dampak penting terhadap lingkungan seperti merubah
bentang alam, ekologi dan hidrologi, misal kegiatan pertambangan, ketenag listrikan, minyak
dan gas bumi
- Pariwisata: berpotensi menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas, aksebilitas lalu
lintas, pembebasan lahan dan sampah. Misal: taman rekreasi, kawasan wisata, hotel, lapangan
golf
- Pengembangan nuklir: berpotensi dampak pengoprasian, keamanan konstruksi, beresiko tinggi,
dampak radiasi pasca operasi dan transportasi penyimpana pembuangan nuklir
- Pengelolaan limbah bahan bebahaya dan beracun(B3): semua kgiatan yang bersifat jasa
layanan, komersial, menetap dan mengelola berbagai jenids dan sifat limbah B3
- Bidang rekyasa genetika: intrduksidan budidaya produk bioteknologi hasil rekayasa genetika

Sumber : http://gie713.blogspot.com/

You might also like