You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan tugas pembuatan laporan seni budaya ini dilaksanakan dalam
rangka peningkatan kreativitas serta pengetahuan tentang seni dan budaya bagi
siswa/siswi sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam mencapai tujuan relevansi
pendidikan yang bermutu.
Harapan utama dibuat tugas laporan seni budaya ini yaitu agar siswa/siswi
lebih meningkatkan pengetahuan tentang kebudayaan-kebudayaan seni terutama
karya seni jaman dahulu. Seperti kesenian tradisional, untuk mendeteksi
perkembangan para siswa/siswi ini yaitu dengan cara membuat laporan seni budaya
ini, jika laporan ini dibuat dengan benar, maka kemungkinan besar siswa/siswi
tersebut memepunyai pengetahuan dankreatifitas lebih.

1.2 Maksud dan Tujuan


Untuk lebih meningkatkan kemampuan serta kreativitas para siswa/siswi dan
menambah pengetahuan tentang seni, baik seni modern maupun tradisional. Serta
untuk memenuhi tugas ujian akhir sekolah mata pelajaran Seni Budaya.

1
BAB II
URAIAN UMUM

2.1 Sejarah Wayang Kulit


WAYANG salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling
menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran,
seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni
perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga
merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan,pemahaman filsafat, serta
hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan
budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-
abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang
populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu
Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak
mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah
asli Indonesia.
Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis
masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa
dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan
seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi
khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para
budayawan Indonesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk memperkuat konsep filsafat
bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar
jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.
Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche
Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan
keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang
dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat
bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah
Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.

2
BAB III
PENJELASAN PENGAMATAN

3.1 Wayang kulit


adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang
berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa, . Wayang kulit
dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh
wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan
tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di
balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya
disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang
berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan
akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan
Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa
juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7
November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita
narasi dan warisan yang indah dan berharga. Wayang kulit lebih populer di Jawa
bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa
Barat.

3.2 Cara pembuatan


Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses memjadi
kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit
lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi
berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat
terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil,
besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.
Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran
yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-
bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan
siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau
3
sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna
kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya
umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang ditempel atau
bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang
menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lebih lama
dibandingkan dengan yang bront.

3.3 Filosofi wayang kulit


Seni pewayangan yang merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki
Dalang adalah suatu bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni
rupa) dengan menampilkan tokoh wayangnya yang diiringi dengan gending/irama
gamelan, diwarnai dialog (antawacana), menyajikan lakon dan pitutur/petunjuk hidup
manusia dalam falsafah.
Seni pewayangan dapat digelar dalam bentuk Wayang Kulit Purwa, dilatar-
belakangi layar/kelir dengan pokok cerita yang sumbernya dari Mahabharata dan
Ramayana, berasal dari India. Namun ada juga pagelaran wayang kulit purwa dengan
lakon cerita yang di petik dari ajaran Budha, seperti cerita yang berkaitan dengan
upacara ruwatan (pensucian diri manusia). Pagelaran wayang kulit purwa biasanya
memakan waktu semalam suntuk.
Semasa Sri Susuhunan X di Solo didirikan tempat pementasan Wayang Orang,
yaitu di Sriwedari yang merupakan bentuk pewayangan panggung dengan pemainnya
terdiri dari orang-orang yang memerankan tokoh-tokoh wayang. Baik cerita maupun
dialognya dilakukan oleh masing-masing pemain itu sendiri. Pagelaran ini
diselenggarakan rutin setiap malam. Bentuk variasi wayang lainnya yaitu wayang
Golek yang wayangnya terdiri dari boneka kayu.
Seniman cina yang berada di Solo juga kadang menggelar wayang golek cina
yang disebut Wayang Potehi. Dengan cerita dari negeri Cina serta iringan musiknya
khas cina.
Ada juga Wayang Beber yang dalam bentuknya merupakan lembaran kain
yang dilukis dan diceritakan oleh sang Dalang, yang ceritanya berkisar mengenai
Keraton Kediri, Ngurawan, Singasari (lakon Panji).
Wayang Klitik adalah jenis pewayangan yang media tokohnya terbuat dari
kayu, ceritanya diambil dari babat Majapahit akhir (cerita Dhamarwulan).
Dulu terkadang “wong Jowo” memanfaatkan waktu senggangnya membuat wayang
4
dari rumput, disebut Wayang Rumput. Orang jawa mempunyai jenis kesenian
tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini dan mampu menyentuh hati
sanubari dan menggetarkan jiwa, yaitu seni pewayangan. Selain sebagai alat
komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa
merupakan sibolisme pandangan-pandangan hidup orang jawa mengenai hal-hal
kehidupan.
Dalam wayang seolah-olah orang jawa tidak hanya berhadapan dengan teori-
teori umum tentang manusia, melainkan model-model hidup dan kelakuan manusia
digambarkan secara konkrit. Pada hakekatnya seni pewayangan mengandung
konsepsi yang dapat dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok
sosial tetentu.Konsepsi-konsepsi tersebut tersusun menjadi nilai nilai budaya yang
tersirat dan tergambar dalam alur cerita-ceritanya, baik dalam sikap pandangan
terhadap hakekat hidup, asal dan tujuan hidup, hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan lingkungannya serta hubungan manusia jawa dengan
manusia lain.Pertunjukkan wayang terutama wayang kulit sering dikaitkan dengan
upacara adat: perkawinan, selamatan kelahiran bayi, pindahan rumah, sunatan, dll,
dan biasanya disajikan dalam cerita-cerita yang memaknai hajatan dimaksud,
misalnya dalam hajatan perkawinan cerita yang diambil “Parto Krama” (perkawinan
Arjuna), hajatan kelahiran ditampilkan cerita Abimanyu lahir, pembersihan desa
mengambil cerita “Murwa Kala/Ruwatan”

5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah saya menguaraikan bab demi bab tentang sejarah wayang kulit
Cirebon, saya menyimpulkan bahwa wayang kulit Cirebon dapat memberikan sejarah
yang bernilai tinggi serta meningkatkan seni maupun budaya di Kota Cirebon.

4.2 Saran
Bagi para siswa/siswi marilah kita lebih meningkatkan ilmu tentang nilai seni
dan nilai kebudayaan tradisional mapun modern untuk menjadi lebih baik.

6
LAMPIRAN - LAMPIRAN

You might also like