You are on page 1of 5

B.

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits


1. Pengertian pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dan anak didik, dimana anak didik diperlakukan seperti orang yang sudah punya
bekal untuk diarahkan dan dibimbing agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang telah dirumuskan
guru sebelum pengajaran dimulai. Guru secara sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu untuk kepentingan pembelajaran.
Pembelajaran ialah suatu kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan pendidik dalam
menstranfer pengetahuan dimana selama proses belajar ini terjadi interaksi langsung maupun tidak
langsung antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan proses belajar
mengajar antara siswa dan guru dalam mencapai suatu tujuan. Pembelajaran berasal dari dua konsep
yang tak terpisahkan yaitu konsep belajar dan mengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam
satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Al-Qur'an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak,
syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah berupa mata pelajaran. Al-Qur'an-Hadis memiliki karakteristik
menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Al-Qur'an-
Hadis di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan
peningkatan dari Al-Qur'an Hadis yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs/SMP. Peningkatan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Qur'an dan Al-
Hadis terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan
tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam perspektif Al-Qur'an dan Al-Hadis sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara
substansial, mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur'an-Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup
dalam kehidupan sehari-hari Adanya mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Aliyah bertujuan
untuk:
a. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur'an dan Hadis
b. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis sebagai
pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan
c. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan Hadis yang dilandasi oleh
dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur'an dan Hadis .

2. Strategi pembelajaran Al-Qur’an Hadits


Istilah strategi berasal dari kata benda dan kata kerja, dalam bahasa Yunani sebagai kata benda
“strategos” merupakan kata gabungan dari strato (militer) dan ogo (memimpin) sedangkan sebagai kata
kerja strategi berarti merencanakan (to plan). Menurut Hardy Hungle dan Ruse mengemukakan strategi
dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan.
Dengan kata lain strategi adalah suatu langkah yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu dengan melalui berbagai pendekatan khusus. Stategi pembelajaran adalah upaya guru dalam
menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Guru dituntut memiliki
kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran seperti menentukan tujuan
pembelajaran yang spesifik, mengadakan penilaian pendahuluan, merencanakan program pengajaran
dan melakukan evaluasi pembelajaran . sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen
pembelajaran tersebut. Jadi strategi pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah suatu langkah yang dilakukan
seseorang untuk mencapai tujuan yang termuat dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan melalui berbagai
pendekatan khusus selama proses kegiatan belajar mengajar.
Dalam usaha memahami strategi pembelajaran perlu kita memahami variable pembelajaran dimana
menurut Reigeluth dan Merill diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a. Kondisi pembelajaran.
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Variabel kondisi pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Tujuan pembelajaran, merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran yang diharapkan. Tujuan
pembelajaran ada yang bersifat umum dan khusus. Dalam hal ini tujuan pembelajaran yang dimaksud
adalah tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di
Madrasah Aliyah.
2) Karakteristik bidang studi, merupakan aspek yang dapat memberikan landasan yang berguna dalam
mendeskripsikan strategi pembelajaran. Karakteristik bidang studi Al-Qur’an Hadits antara lain
menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Karakteristik siswa terkait dengan kualitas individu siswa seperti bakat, gaya belajar dan pengetahuan
awal.
b. Strategi pembelajaran
Merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi
yang berbeda. Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1) Strategi pengorganisasian (organizational strategy) merupakan cara untuk menata isi suatu bidang
studi seperti mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan
isi atau materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan jenis pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
2) Strategi penyampaian (delivery strategy) ialah cara untuk menyampaikan pembelajaran Al-Qur’an
Hadits pada siswa dan untuk menerima serta merespon masukan dari siswa. Dalam strategi ini terdapat
tiga komponen utama yang perlu diperhatikan yaitu:
i. Penggunaan media pembelajaran, yang berbasis pada manusia (pengajar, tutor, bermain peran,
kegiatan kelompok), cetak (buku,modul), visual (peta, gambar, grafik, bagan), audio visual (video, film )
dan berbasis pada komputer.
ii. Interaksi siswa dengan media, media yang digunakan guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
Al-Qur’an Hadits yang telah ditetapkan sehingga mampu merangsang dan menumbuhkan minat belajar
siswa dengan demikian akan tumbuh interaksi antara media pembelajaran dan siswa dalam belajar
sehingga akan menumbuhkan suatu interaksi positif diantara keduanya yang pada akhirnya akan mampu
mempercepat proses pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran.
iii. Bentuk belajar mengajar, pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang efektif harus dilakukan dengan
berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Disini guru harus memiliki kiat
maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan
sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis.
3) Strategi pengelolaan (manajement strategy), ialah cara untuk menata interaksi antara siswa dan
variable strategi pembelajaran lainnya seperti pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Strategi ini memiliki
empat hal yang menjadi kajiannya yaitu penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, pembuatan
catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivasional dan control belajar.
c. Hasil pembelajaran
Ialah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikasi tentang nilai dari penggunaan strategi
pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Strategi hasil pembelajaran dapat dikalisifikasikan menjadi
tiga yaitu ;
1) Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
dan terdapat empat indikator untuk mengekspresikannya yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang
dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alamiah belajar dan tingkat retensi. Efektifitas sendiri
adalah.bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk
memperoleh hasil yang baik. Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar,
kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang ingin dicapai, dapat dikatakan
bahwa makna efektifitas itu berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing,
pendapat itu diakui oleh Chong dan Maginson.
2) Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara keefektifan jumlah waktu yang dipakai
siswa dan jumlah biaya yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Efisiensi sendiri adalah
sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya. Suatu kegiatan
belajar dapat dikatakan efisien apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang
minimal dan dengan usaha tersebut dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi .
3) Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecendrungan siswa untuk tetap dan terus
belajar Al-Qur’an Hadits.

3. Tahap-tahap pembelajaran Al-Qur’an Hadits


a. Tahap Perencanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Perencanaan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis,
merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai
konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain,
baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang dan tidak ada batas waktu untuk
satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Hakekatnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai
apa yang diharapkan terjadi seperti (peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan
bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan
perencanaan harus dinilai.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk merencanakan segala kegiatannya.
  •      
      •  •  
Artinya: ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18).
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri
sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin negara. Allah adalah Maha
Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi inspirasi bagi umat islam terutama para manajer. Karena
pada dasarnya manajer yang harus mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk di
dalamnnya perencanaan. pemimpin adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal
tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama.
Sebelum proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits berlangsung hendaknya seorang guru merencanakan
terlebih dahulu program pembelajaran Al-Qur’an Hadits, membuat persiapan pembelajaran yang
hendak diberikan atau lebih dikenal RP (rencana pembelajaran) atau SP (satuan pembelajaran). Rencana
pembelajaran ini dibuat oleh guru untuk setiap kali pertemuan atau bisa juga untuk 4 dan 5 kali
pertemuan sekaligus. Yang terpenting rencana pembelajaran tersebut harus memuat lima unsur, yaitu
tujuan instruksional, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode dan alat Bantu, serta
Eevaluasi/penilaian.
b. Tahap Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan proses berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar Al-Qur’an Hadits di sekolah yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Artinya
merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran Al-
Qur’an Hadits. Tahapan yang harus ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah:
1) Tahap pra intruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran Al-Qur’an
Hadits meliputi :
- Menanyakan kehadiran siswa
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran Al-Qur’an Hadits yang
belum dikuasai
- Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran Al-Qur’an Hadits yang telah dibahas.
2) Tahap instruksional, yaitu tahap pemberian bahan pelajaran Al-Qur’an Hadits meliputi :
- Menjelaskan tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang harus dicapai.
- Menjelaskan pokok materi Al-Qur’an Hadits yang akan dibahas.
- Membahas pokok materi Al-Qur’an Hadits yang telah ditulis.
- Memberikan contoh konkrit pada setiap pokok materi Al-Qur’an Hadits yang telah dibahas.
- Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa.
- Menyimpulkan hasil bahasan.
3) Tahap evaluasi, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional diantaranya :
- Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran Al-Qur’an Hadits yang
telah disampaikan.
- Akhiri pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.
- Memberi tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang telah
dibahas.
- Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa maka guru harus mengulang pelajaran.

c. Tahap evaluasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits


Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan dengan
melalui kegiatan penilaian atau pengukuran pembelajaran yaitu membandingkan tingkat keberhasilan
pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif.
Evaluasi merupakan langkah akhir dari pembelajaran untuk mengetahui hasil prestasi peserta didik,
tanggung jawab evaluasi pada prinsipnya terletak pada pendidik.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
alat evaluasi, antara lain, kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat
evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Evaluasi
merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik.
Evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain (a) untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, (b) untuk mengetahui efektivitas
metode pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang digunakan, (c) untuk mengetahui kedudukan siswa dalam
kelompoknya, dan (d) untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka
perbaikan.

You might also like