You are on page 1of 30

PELAKSANAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

CATATAN SIPIL KOTA PALEMBANG TAHUN 2009

Kata metodologi : Pelaksanaan

Variabel penelitian: Pelaksanaan pendaftaran penduduk

Tabel pengamatan penelitian

Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2003 – 2008

Jumlah Penduduk
Kecamatan
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1.  Ilir Barat II 60.761 62.032 63.264 64.708 65.923 66.923
2.  Gandus 48.502 49.015 50.078 51.182 52.125 53.288
3.  Seberang Ulu I 142.587 146.403 149.135 152.607 155.521 160.233
4.  Kertapati 74.738 76.417 77.978 79.736 81.225 82.220
5.  Seberang Ulu II 82.902 85.109 86.889 88.833 90.482 91.500
6.  Plaju 76.996 79.155 80.749 82.581 84.129 85.125
7.  Ilir Barat I 106.727 109.952 112.099 114.668 116.833 118.090
8.  Bukit Kecil 45.408 45.865 46.789 47.850 48.748 49.524
9.  Ilir Timur I 75.448 77.450 78.674 80.599 82.191 84.300
10. Kemuning 80.246 81.865 83.423 85.351 86.973 88.909
11. Ilir Timur II 154.864 157.602 160.818 164.449 167.522 168.317
12. Kalidoni 86.418 87.718 89.617 91.596 93.281 94.321
13. Sako 90.229 90.263 92.214 94.251 95.986 96.124
14. Sukarami 161.609 163.705 167.066 170.828 174.015 178.174
TOTAL 1.287.435 1.312.551 1.338.797 1.369.239 1.394.954 1.417.047

   (Sumber: Diolah dari PDA 2004, PDA 2005, PDA 2006, PDA 2007, PDA 2008,PDA 2009)

Pengamatan:

1.417.047 - 1.287.435
6

= 22602

Range Hasil Pengamatan


1287435---1310037 Sangat rendah
1310038---1332640
1332640---1355242
1355243---1377845 Rendah
1377846---1417047 Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

1.1 Latar Belakang Masalah1

Dari variabel x yang terdiri dari dimensi Sumber Daya, Komunikasi, Disposisi atau
Pelaksana, Struktur Birokrasi

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Sumber Daya?

Dalam upaya mewujudkan tertib administrasi negara, pemerintah perlu membuat


suatu kebijakan sebagai pelaksana atas tercapainya suatu tujuan lembaga administrasi dari
pada berpegang teguh pada ketentuan hukum untuk menyelengarakan tugas-tugas pelayanan
kepentingan umum. Tugas-tugas pelayanan publik ini termasuk pula dalam bidang kearsipan
kependudukan. Dalam bidang ini diperlukan suatu kebijakan publik guna melakukan
pendokumentasian kependudukan. Hal ini dilakukan sebagai suatu langkah pendataan Warga
Negara Indonesia. Di dalam Pasal 26 (1) UUD 1945 (Amandemen) disebutkan bahwa yang
menjadi Warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara.
Berdasarkan pasal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi
Warga Negara Indonesia harus disahkan dengan bukti-bukti tertentu berdasarkan Undang-
Undang. Hal ini dilakukan sebagai suatu tertib administrasi pendaftaran kependudukan dan
pencatatan sipil sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang
mengisyaratkan bahwa tujuan dari Negara Indonesia yakni melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Perlindungan yang dimaksud merupakan
perlindungan kepastian hukum bahwa seseorang tersebut merupakan Warga Negara
Indonesia yang mempunyai hak mendapat perlindungan hukum dari negara seperti yang
tercantum dalam Pasal 28D (1) UUD 1945 (Amandemen). Di Indonesia, salah satu alat bukti
kependudukan yakni Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP merupakan alat bukti yang dapat
digunakan untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan sebagai penduduk Indonesia,
namun KTP tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Warga Negara
1
Latar Belakang : Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik kesenjangan teoritis maupun
kesenjangan praktis yang melatrbelakangi masalah yang diteliti (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005 :33)
Indonesia. Dalam Pasal 26 ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945 Amandemen perubahan kedua
menyebutkan bahwa adanya pembedaan Warga Negara dengan penduduk.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Komunikasi?

Warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara. Sedangkan penduduk adalah
Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Status sebagai
Warga Negara dapat dibuktikan dengan adanya pengadministrasian penduduk yang
bersangkutan. Pengadministrasian ini dilakukan dengan penerbitan akta-akta kependudukan
seperti akta kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian, akta pengakuan,
pengesahan, dan pengangkatan anak. Proses penerbitan akta-akta ini menjadi kewenangan
dari Kantor Catatan Sipil. Akta digunakan sebagai bukti seseorang dalam bidang publik
maupun bidang keperdataan. Sebagai contoh pada saat seseorang melakukan pendaftaran
sekolah. Hal yang menjadi bukti utama yakni akta kelahiran. Dalam prosedur pelayanan
administrasi kependudukan tersebut, Kantor Catatan Sipil berpedoman pada suatu
ketentuan/kebijakan publik yang mengatur pelaksanaan prosedur pelayanan publik tersebut.
Kebijakan publik merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak
(pemerintahan, organisasi) pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi Disposisi atau pelaksana ?


Tujuan utama dari kebijakan publik yaitu dapat memberikan batasanbatasan dalam
bidang yang dikaji supaya pelaksanaanya sesuai dengan apa yang menjadi target dari
kebijakan publik yang bersangkutan. Dalam mencapai tujuan utama tersebut diperlukan 2
(dua) tindakan, yakni tindakan regulatif dan tindakan alokatif. Tindakan regulatif adalah
tindakan yang dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap standar atau prosedur tertentu.
Sedangkan tindakan alokatif adalah tindakan yang membutuhkan masukan berupa uang,
waktu, personil dan alat. Peraturan kebijakan dalam bahasa Belanda – selain dinamakan
beleidsregels – juga diberi nama ‘pseudowetgeving’ atau ‘spiegelrecht’. Aturan ini hanya
mengatur kegiatan administrasi negara, tetapi karena sifat tugas administrasi negara
menyangkut pihak luar, secara tidak langsung akan mengenai juga masyarakat umum. Aturan
kebijakan timbul dari prinsip kebebasan bertindak yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan
pemerintahan yang dibenarkan secara hukum. Aturan kebijakan dibuat karena tidak dapat
diatur dengan peraturan biasa, baik karena jabatanya tidak berwenang, maupun tidak lagi
menyangkut materi muatan suatu peraturan. Aturan kebijakan lebih bertolak pada aspek
pencapaian tujuan atau manfaat dari pada dasar pembenaran hukum. Bentuk-bentuk aturan
kebijakan beraneka ragam seperti surat edaran, juklak, juknis, pedoman, keputusan, bahkan
disebut Peraturan.

Bagaimana seharusnya dan realitas dari dimensi dimensi Struktur Birokrasi?

Dalam peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, kebijakan publik yang


terkait dengan administrasi negara yakni peraturan-peraturan pelaksana lainya, seperti
Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan Instruksi Menteri. Peraturan pelaksana yang
terkait dengan bidang pendaftaran kependudukan dan pencatatan sipil yakni Undang-undang
republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya aktaakta Catatan Sipil semakin
meningkat, namun seirama dengan itu permasalahan yang muncul kepermukaan juga
semakin komplek. Pada satu sisi penyelenggaraan Catatan Sipil harus melayani masyarakat
yang semakin majemuk latar belakang primordialnya, yang pada giliranya juga membiaskan
perbenturan aspirasi dan kepentingan yang berbeda.

Undang-undang republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi


Kependudukan ini berisikan berbagai aturan-aturan dalam bidang pencatatan sipil. Hal
tersebut antara lain mengenai Ketentuan Umum Pencatatan Sipil, Register Pejabat Pencatatan
Sipil, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Blangko Dokumen Kependudukan,
Penatausahaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Pelaporan, Ketentuan lain-lain,
Pendanaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup. Dengan mendasarkan substansi
kebijakan publik, seperti Undang-undang republik indonesia Nomor 23 tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan untuk diimplementasikan di lembaga administrasi negara seperti
Kantor Catatan Sipil, maka perlu kiranya dikaji sejauh mana pelaksanaan pendaftaran
penduduk di kota Palembang dan apa pengaruhnya terhadap sistem tata kerja yang berlaku di
Kantor Catatan Sipil Kota Palembang dan hambatan serta pendukung dari proses
implementasi Peraturan Daerah tersebut di Kantor Catatan Sipil Kota Palembang. Adapun
harapan peneliti atas penelitian ini adalah agar setiap pihak dapat mengetahui sejauh mana
pelaksanan pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Citatan Sipil Kota
Palembang. Dari paparan diatas maka ada masalah variabel Pelaksanaan(Implementasi)
dilihat dari dimensi Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi atau pelaksana dan struktur birokrasi

1.2 Kerangka teori2


Judul penelitian pelaksanaan pendaftaran penduduk di dinas kependudukan dan catatan sipil
kota palembang tahun 2009 dan variabel penelitian pelaksanaan pendaftaran penduduk
diambil dari mata kuliah Analisis Proses Kebijakan Publik dengan sub bahasan Implementasi
(Pelaksanaan) (Drs. AG Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan
Aplikasi), Pustaka Pelajar, 2005)

Konsep dari variabel penelitian

Pelaksanaan (Implementasi)

Implementasi sebagai proses dalam kebijakan publik

Dalam studi kebijakan publik, implementasi bukanlah sekedar mekanisme penjabaran


keputusan politik melalui struktur birokrasi melainkan lebih dari sebuah siapa yang
memperoleh apa dari sebuah kebijakan.

Van Meter dan Horn (1978:70) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai beriku:

“policy implementation encompasses those actions by publikc and private individuals (and
groups) that are directed at the achievement of goals and objectivies set forth in prior policy
decisions”

Itu artinya bahwa kebijakan tersebuat merupakan sbeuah tindakan dari individu baik
pemerintah maupun swasta pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Ada beberapa syarat agar implementasi kebijakan sempurna menurut Brian W. Hoogwood
dan Lewisn A.Gun (1978) yaitu:

1. Kondisi Eksternal
2. Sumber Daya
3. Perpaduan Sumber-sumber yang Diperlukan Benar-benar Ada
4. Hubungan Kausial

2
Kerangka Teori menurut Uma Sakaran (dalam Hapsary,2006:11) diartikan sebagai model konseuptual mengenai
bagaimana teoriberhubungan dengan berbagai factor/variable yang telah dikenal.(diidentifikasi)ebagai masalah penting.
5. Hubungan Kausial Langsung
6. Hubungan saling Ketergantungan harus Kecil
7. Kepahaman dan Kesepakatan
8. Tugas yang dirinci dan ditempatkan pada urutan yang tepat
9. Komunikasi da Koordinasi yang sempurna
10. Pihak-pihak Memilik Wewenang Kekuatan

Peraturan Daerah adalah produk dari sebuah kebijakan publik.

Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir (1988,66) pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah
semacam jawaban terhadapt suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang
terarah. James E. Anderson (1978,33), memberikan rumusan kebiajkan sebagai perilaku dari
sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam bidang
kegiatan tertentu.

Kegiatan pertama dalam pembuatan kebijakan adalah merumuskan kebijakan, kegiatan ini
demikian pentingnya karena mempunyai pengaruh terhadap fase atau proses berikutnya.
Merumuskan masalah kebijakan berarti memberikan arti atau menterjemahkan problem
kebijakan secara tepat.

Adapun proses dari kebjakan publik itu sendiri digambarkan sebagai berikut:

1. Masalah
2. Issue Kebijakan
3. Analisa Kebijakan
4. Perumusan Kebijakan
5. Produk Kebijakan
6. Implementasi Kebijakan
7. Evaluasi Kebijakan
8. Rekomendasi.

Sebuah peraturan dapat dikatakan baik apabila impelemntasi nya juga baik. Pada prinsipnya
implementasi adalah bagaimnaa kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan sesuai yang
diharapkan.

Model-Model Implementasi
Model-model Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi Sistem Rasional (Top-Down)

Menurut Parsons (2006), model implementasi inilah yang paling pertama muncul.
Pendekatan top down memiliki pandangan tentang hubungan kebijakan implementasi seperti
yang tercakup dalam Emile karya Rousseau : “Segala sesuatu adalah baik jika diserahkan ke
tangan Sang Pencipta. Segala sesuatu adalah buruk di tangan manusia”.

Masih menurut Parsons (2006), model rasional ini berisi gagasan bahwa implementasi adalah
menjadikan orang melakukan apa-apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan tahapan
dalam sebuah sistem. 

Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam Ratmono (2008), berpendapat bahwa implementasi
top down adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan mendasar. Beberapa ahli yang
mengembangkan model implementasi kebijakan dengan perspektif top down adalah sebagai
berikut : 

1. Van Meter dan Van Horn

Menurut Meter dan Horn (1975) dalam Nugroho (2008), implementasi kebijakan berjalan
secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik. Beberapa
variable yang mempengaruhi kebijakan public adalah sebagai berikut : 

1. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi 


2. Karakteristik agen pelaksana/implementor
3. Kondisi ekonomi, social dan politik 
4. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor

2. George Edward III 

Menurut Edward III (1980) dalam Yousa (2007), salah satu pendekatan studi implementasi
adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang dikemukakan sebagai berikut,
yaitu : 
1. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ? 
2. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi
kebijakan?
Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III, mengusulkan 4
(empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan,
yaitu :
1. Communication (komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk
menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas.
Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke
bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas
informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam
menyampaikan informasi 
2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi kebijakan
memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif
bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-
sumber dimaksud adalah : 

a. staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk melaksanakan kebijakan 
b. informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi 
c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan 
d. wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan. 

3. Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap implementor


dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor
bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung
dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya 

4. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali melibatkan


beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan
koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan
implementasi. 

3. Mazmanian dan Sabatier 


Mazmanian dan Sabatier (1983), mendefinisikan implementasi sebagai upaya melaksanakan
keputusan kebijakan, sebagaimana pendapat mereka : 

“Implementation is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated in a


statute but wich can also take the form of important executives orders or court decision.
Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and, in a vaiety of ways,
‘structures’ the implementation process”. 

Menurut model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan ke dalam tiga variable, yaitu
(Nugroho, 2008) : 
a. Variabel independen : yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan
dengan indicator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek dan
perubahan seperti apa yang dikehendaki. 
b. Variabel intervening : yaitu variable kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan
proses implementasi dengan indicator kejelasan dan konsistensi tujuan
c. Variabel dependen : yaitu variable-variabel yang mempengaruhi proses implementasi
yang berkenaan dengan indicator kondisi social ekonomi dan teknologi, dukungan
public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi dan
komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana
5. Model Grindle 

Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994), implementasi kebijakan ditentukan oleh isi
kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan
oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. 

Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut : 


1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan 
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan 
3. Derajat perubahan yang diinginkan
4. Kedudukan pembuat kebijakan 
5. Pelaksana program 
6. Sumber daya yang dikerahkan 

Sementara itu, konteks implementasinya adalah : 


1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 
2. Karakteristik lembaga dan penguasa 
3. Kepatuhan dan daya tanggap

Model Grindle ini lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan, khususnya yang
menyangkut dengan implementor, sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara
para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

Implementasi Kebijakan Bottom Up

Model implementasi dengan pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model
pendekatan rasional (top down). Parsons (2006), mengemukakan bahwa yang benar-benar
penting dalam implementasi adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana
kebijakan. Model bottom up adalah model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi
dan pembentukan consensus. Masih menurut Parsons (2006), model pendekatan bottom up
menekankan pada fakta bahwa implementasi di lapangan memberikan keleluasaan dalam
penerapan kebijakan. 

Ahli kebijakan yang lebih memfokuskan model implementasi kebijakan dalam persfektif
bottom up adalah Adam Smith. Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001), implementasi
kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith ini memamndang proses
implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari persfekti perubahan social dan politik,
dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau
perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran. 

Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variable, yaitu :
1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan
dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk
melaksanakannya 
2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat
mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus
kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan, maka
diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan yang telah
dirumuskan
3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung
jawab dalam implementasi kebijakan. 
4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang
mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan
politik.

Teori Kependudukan

Berdasarkan beberapa catatan kependudukan dunia, sejak tahun 1650 laju pertumbuhan
penduduk dunia meningkat dengan cepat, terutama di negara-negara eropa, USA, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan, dalam 2 abad jumlah penduduk bertambah 3 kali lipat.
Misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumalah 113 juta jiwa dan pada tahun 1850
menjadi 325 juta jiwa.

Untuk Asia dan Afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduk menkadi 2 kali
lipat, misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk 430 juta dan pada tahun 1859 menjadi 844
juta jiwa.

Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk


menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dana
kekurangan pangan. Sehingga muncullah para ahli kependudukan yang membedakan dalam 3
kelompok aliran, yaitu :

A.  ALIRAN MALTHUSIAN (Thomas Robert Malthus)

Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :

 Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian
dari permukaan bumi.
 Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk (deret ukur)

Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2 cara :
1.  Preventif Checks (pengekangan diri)

* Moral restraint (pengekangan diri)

- mengekang nafsu seks

- tunda kawin

* Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)

- pengguguran kandungan

- homoseksual

2.  Positive Checks (lewat proses kelahiran)

*  Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)

- bunuh anak-anak

- bunuh orang cacat

- bunuh orang tua

*  Misery (kemelaratan)

- Epidemi

- bencana alam

- peperangan

- kekurangan makanan

Kritik terhadap teori Malthus

Malthus tidak memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :

 kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah
lain sehingga distribusi makana dapat berjalan
 kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
 Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
 fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk
dinaikkan.

B.  ALIRAN MARXIST (Karl & F. Angel)

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan).

Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap
bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis)

Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk
yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

(kedua aliran ini memiliki pendukung yang sama banyak)

negara2 yang mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti
USA, Inggrism Prancis, Australia, Canada, dll

Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara


berekon0mi Sosialist seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.

C.  ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran
Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi
jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat
kontrasepsi.

Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan
bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan
makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan
makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

1.3 Sikap peneliti


Dalam membanguan konsep penelitian ini sikap penelti berdasarkan dimensi diatas maka
diperoleh bahwa variabel x penelitian ini adalah Pelaksanaan (Implementasi).

1.4. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kaulitatif. Sifat dari pendekatan


deskriptif bukan untuk mengeneralisasikan data yang terkumpul, melainkan hanya untuk
memberikan gambaran secara factual, sistematis,a kurat dan berusaha untuk emahami dan
emnafsirkan peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perpektif
peneliti. Penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi atas kebijakan-kebijakan
yang dilaksanakan pemerintah dalam hal ini berkenaan tentang persya ratan dan tata cara
pengangkatan sekretaris desa menjadi pegawai negeri sipil.
1.4.1. Definisi Konsep. Menurut Singarimbun (1995:33), konsep ini merupakan istilah dan
definisi yang digunakan untuk mebgambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok,
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

a. Implementasi kebijakan adalah tahap pengambilan kebijakan antara


pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi orang-orang yang
dipengaruhi kebijakan tersebut. Jika kebijakan tidak dapat menyelesaikan
masalah maka kebijakan tersebut akan gagal sebab implementasi kebijakan
pada prinsipnya adalah tata cara agar sebuah kebiuajkan dapat mencapai
tujuannya.
b. sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang mengatur
seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada
umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian, yaitu
pertama pendaftaran penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga
pengelolaan informasinya.
c. pendaftaran penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data
penduduk beserta perubahannya, perkawinan, perceraian, kematian, dan
mutasi penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk
kependudukan sementara, kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan akta
pencatatan penduduk serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.
d. Implementasi (Pelaksanaan) pendaftaran penduduk merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan
kegiatan pendaftaran penduduk dengan menggunakan sistem informasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1.4.2 Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya
mengukur variable. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk
pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (masri Singarimbun, metode
penelitian survei, hlm 46).

Variabel Penelitian : Peraturan Daerah No 25 Tahun 2008

Variabel Defenisi Variabel Variabel pengaruh Skala


terpengaruh
a.Pelaksanaan Serangkaian 1. Sumber 1.Tingkat Pendidikan 1. –SD
(Implementasi) kegiatan yang daya -SMP
Pendaftaran dilakukan -SMA
Penduduk oleh 2.Kewenangan 2. –Besar
pemerintah -Sedang
dalam -Kecil
melaksanakan 3.Fasilitas atau sarana 3. –baik
kegiatan prasarana yang -Sedang
pendaftaran tersedia -tidak baik
penduduk
dengan 4.Informasi atau alur 4. -baik
menggunakan penyampaian -sedang
sistem peraturan baru -tidak baik
informasi
administrasi
kependudukan
untuk
mencapai
tujuan yang
telah
ditetapkan
2. 1.Aktifitas 1. –lancar
Komunikasi Komunikasi internal -sedang
dan eksternal pada -tidak lancar
Organisasi pelaksana

2.Proses penyampaian 2. -lancar


peraturan pada tingkat -sedang
Kecamatan -tidak lancar

3.Disposisi 1.Tanggapanpimpinan 1. –baik


atau sikap dan staf -sedang
pelaksana DISDUKCAPIL -tidak baik
terhadap kegiatan
Perda No 25 Tahun
2008

-Pengetahuan, 2.-baik
pemahaman, dan -sedang
pendalaman -tidak baik
implementator

-Kepatutan agen -baik


pelaksana terhadap -sedang
sanksi -tidak baik
4.Struktur -SOP/ prosedur atau -baik
Birokratik mekanisme kerja -sedang
-tidak baik
-proses penyiapan -baik
dan berkas pencatatan -sedang
sipil -tidak baik

-Fragmentasi atau -baik


penyebaran tanggung -sedang
jawab -tidak baik

Preposisi Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk di Kota Palembang tahun 2009


1. Komunikasi
Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab
untuk mengimplementasikan keputusan harus mengetahui bahwa apa yang harus mereka
lakukan. Perintah-perintah untuk mengimplementasikan kebijakan harus disampaikan
kepada orang-orang yang tepat secara jelas, akurat dan konsisten. Ketentuan pelaksanaan
persyaratan dan tata cara pendaftaran dan pencatatan sipil (studi kasus di dinas
kependudukan dan catatan sipil kota palembang), membutuhkan komunikasi yang harus
jelas agar tercapainya tujuan yang diamanatkan dari kebijakan tersebut dengan kondisi
yang begitu panjang sampai tingkat pemerintahan desa. Bagaimana bentuk sosialisasi,
pemahaman implementator, serta koordinasi antar instansi yang dilakukan merupakan
bentuk komunikasi dalam tercapainya tujuan dari pp tersebut. ((Drs. AG Subarsono
Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka Pelajar,
2005,hal 87)

2. Sumber daya
jika orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan kekurangan sumber
daya untuk bekerja efektif, maka implementasi tidak akan efektif. Sumber daya yang penting
meliputi: jumlah staf yang memadai dan dengan keahlian yang diperlukan; informasi yang
relevan dan memadai tentang bagaimana mengimplementasikan kebijakan dan kepatuhan
pihak lain yang terlibat dalam implementasi; wewenang untuk menjamin bahwa kebijakan-
kebijakan dijalankan sesuai tujuan; fasilitas (meliputi gedung, peralatan, tanah dan suplai)
untuk menyediakan jasa.
a. Staf
sumber daya yang paling penting dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf,
tidak hanya dilihat dari jumlahnya, tetapi juga melihat kemampuannya untuk menjalankan
tugas.
b. Informasi
informasi adalah sumber daya kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi ini
memiliki dua bentuk. Pertama adalah informasi mengenai bagaimana menjalankan kebijakan.
Pelaksanaan perlu mengetahui apa yang harus dilakukan ketika mereka diberikan arahan-
arahan untuk bertindak. Bentuk kedua adalah data tentang kepatuhan pihak lain terhadap
aturan-aturan dan regulasi pemenrintah. Pelaksana harus tahu apakah orang lain yang terlibat
dalam implementasi kebijakan patuh dengan hukum.
c. Wewenang
sumber daya lain dalam implementasi adalah wewenang. Wewenang bervariasi dari
program ke program dan memiliki berbagai bentuk seperti: mengeluarkan perintah kepada
pejabat lain; menarik dana dari program, menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada
yuridiksi pemerintah yang lebih rendah, dll. Terkadang beberapa badan kekurangan
wewenang untuk mengimplementasikan kebijakan dengan tepat. Karena kurangnya
wewenang tersebut, maka pejabat membutuhkan koordinasi dengan pelaksana lain jika
mereka ingin mengimplenmentasikan program dengan sukses.
d. Fasilitas
Fasilitas fisik juga sumber daya penting dalam implementasi. sumber daya sangat penting,
tanpa sumber daya kebijakan tertulis tidak sama dengan kebijakan praktek ((Drs. AG
Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka
Pelajar, 2005,hal 87)

3. Karakter (disposisi)
Karakter atau sikap pelaksana (implementator) adalah faktor penting ketiga dalam
pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan publik. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam pembahasan disposisi:
a. Dampak disposisi
b. Menyusun staf birokrasi
c. Insentif
(Drs. AG Subarsono Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi),
Pustaka Pelajar, 2005,hal 87)

4. Struktur birokratif
Implementasi dapat terganggu akibat kekurangan dalam struktur birokratif. Para
pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang dilakukan dan memiliki keiginan dan
sumber daya yang cukup untuk melakukannya, tetapi mereka masih memiliki hambatan
implementasi oleh struktur iorganisasi tempat mereka bekerja. ((Drs. AG Subarsono
Msi,MA, Analisis Kebiajkan Publik(Konsep, Teori, dan Aplikasi), Pustaka Pelajar,
2005,hal 87)

Dari proposisi diatas maka ditemukan hubungan asismetris dimana satu variabel
mempengaruhi variabel lain yaittu Hubungan Asimetris dan Variabel, Hubungan disposis
dan respon, Ciri individu dan tingkah laku.
1.4.3. Data dan Sumber Data

 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung di lapangan
oleh peneliti. Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung di
lapangan.

 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari riset kepustakaan dan dokumen, buku-
buku, arsip, lapaoran, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4.4.Teknik Pengumpulan Data

 Studi Kepustakaan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari buku-
buku, laporan-laporan baik di kantor pemerintah daerah maupun kantor kecamatan,
arsip yang menjadi dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
 Wawancara
Wawancara menurut Singarimbun dan Effendi,1989 hal 192, merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi dengan bertatap muka secara langsung.

Dalam penelitian wawancara peneliti memilih sekdes dan pegawai pada isntansi
terkait dalam hal ini Badan Pemberdayaan masyarakat Desa, Badan kepagawaian
daerah dan pemerintah kecamatan. Wawancara merupakan suatu metode atau cara
yang digunakan peneliti dalam proses pengumpulan data dengan bertatap muka secara
langsung atau bisa menggunakan telepon sebagai alat komunikasi dengan
memberikan pertanyaan kepada informan.

 Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung secara sistematis terhadap


fenomena yang diteliti.

1.4.5 Populasi dan Sampel


Sugiono (2000:7) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek, subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian kali ini yang menjadi
populasi adalah pegawai DISDUKCAPIL Kota Palembang .

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono,2005:9) jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah lima
sampel.

1.4.6. Teknik Analisis Data

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisia
kualitatif dalam bentuk data-data berupa informasi, uraian dan kata-kata (data kualitatif) yang
diperoleh dilakuakn pemaparan serta interpretasi secara mendalam untuk diklasifikasikan,
dianalisis dan diabstraksikan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.
Penentuan ini dilakukan berdasarkan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Dalam teknik analisis data ini, saya menggunakan teknik analisis data menggunakan
skala pengukuran ordinal atau skala yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan
respondennya dari tingkatan ”paling rendah” ketingkatan ”paling tinggi” menurut suatu
atribut tertentu (menurut Singarimbun dan Effendi, 1989, hal 102).

1. Berdasarkan rumusan masalah I, data yang diperoleh dari lapangan akan


dikelompokkan, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendaftaran penduduk di
Kota Palembang tergolong tidak baik, biasa-biasa/sedang, baik, sangat baik.
2. Berdasarkan rumusan masalah II, data yang diperoleh dari lapangan akan
dikelompokkan, untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang terjadi dalam
pelaksanaan pendaftaran penduduk di Kota Palembang tergolong sedikit, sedang,
banyak.

1.5 Hasil Pengamatan


Dari data yang didapatkan di Dinas Kependuduakan dan Catatan Sipil Kota Palembang,

berikut ini adalah jumlah penduduk Kota Palembang berdasarkan wilayah, mempunyai

KTP,agama, dan status

250000

200000

150000

100000

50000

0
II I II I I II ai o g i il s ti u r g
r at ulu ulu arat mur ur am Sak nin idon kec ndu apa Plaj eba ran
a g b ti m r u l it a t L o
b n ng Ilir lir ti ka m Ka uk G Ker g b
Ilir bera era I Ilir Su Ke B A lan ang
t
Se Seb m
a
Se

Jumlah Kota Penduduk berdasarkan wilayah Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Berdasarkan kepemilikan KTP


Belum mempunyai KTP Sudah Mempunyai KTP Usia Wajib Usia Belum

17% 19%

22%

42%
Berdasarkan Status
Kawin Cerai hidup Cerai mati belum kawin

42%

54%

3% 1%

Ketiga data tersebut dapat menunjukan kepadatan penduduk Kota Palembang. Sampai
saat pada tahun 2010, sesuai dengan data yang didapat peneliti di DISDUKACAPIL
Palembang jumlah penduduk yang telah terdaftar sebanyak 1.611.067 Jiwa.
Fitri Agustina selaku staf operator SIAK menerangkan mengenai bagaimaan proses
dilakukanya pemutakhiran data pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Palembang. “Data disajikan baik atas dasar azas de facto maupun de jure. Saat
ini proses pendaftaran ini diulang kembali dan sedang berjalan di lapangan. Setelah
operasi pendaftaran penduduk terselesaikan, maka proses berikutnya adalah melakukan
evaluasi dan validasi dengan komputer menuju dihasilkannya database kependudukan
yang lengkap, akurat, dan mutakhir berdasarkan SIAK.”
Prosedur yang tidak kalah penting dalam pemutakhiran data penduduk yaitu
melaksanakan administrasi tentang perubahan jumlah penduduk yang dikenal dengan
program LAMPID, yaitu merekam kejadian lahir, mati, pindah, dan datang. Proses ini cukup
sulit ditinjau dari program komputernya maupun enforcement-nya di lapangan. Untuk itu
dalam uji coba perlu dicarikan modus yang feasible dan mudah dikerjakan oleh aparat
Kelurahan dan tidak memberatkan penduduk di wilayah yang dicakup.
Tahap penyempurnaan penerapan program LAMPID ini memerlukan pembahasan
teknis yang mendalam karena selama ini pelaporan mutasi penduduk ini selalu tidak lengkap
dan frekuensi pelaporannya terlalu memberatkan aparat kelurahan dan penduduk. Perlu
dilakukan evaluasi ulang antara beban yang mereka tanggung dengan manfaat data yang
dihasilkan. Sekarang ini terlalu banyak peraturan dan keharusan yang membebani aparat dan
penduduk, tetapi data mutasi penduduk berdasarkan registrasi ini tidak pernah akurat dan
lengkap karena kurang feasible prosesnya di kelurahan.
Itje Aprisah, Amd selaku staf operator SIAK juga menerangkan bahwa “pelaporan
data penduduk menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, golongan umur, alamat
(baik secara parallel maupun bertingkat) dapat dilakukan setiap saat (dalam hitungan
detik) dengan tingkat validitas diatas 95%. Data base yang dimiliki merupakan data hidup
dimana data penduduk setiap hari berubah sesuai dengan mutasi penduduk (Lahir, Mati,
Pindah, Datang) yang terjadi”

Program pendaftara penduduk ini tentunya tidak begitu saja berjalan secara mulus,
masih ada ditemui beberapa kendala yang menghambat berjalannya proses ataupun prosedur
pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang. Dari
pengamatan langsung di lapangan maka ada beberapa kendala yang sering di jumpai di
lapangan diantaranya yaitu:
1. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti prosedur penerbitan kartu
kependudukan dan  akta-akta catatan sipil
2. Banyak warga masyarakat yang memiliki KTP dan KK ganda,Banyak tamu
yang menginap lebih dari 1 x 24 jam tapi tidak melapor,
3. Warga masyarakat masih banyak yang belum sadar akan arti penting dan
manfaat akta catatan sipil.
Dalam menanggulangi kendala-kendala tersebut maka ada beberapa upaya dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang untuk mengatasi hambatan tersebut seperti
yang di katakan Drs. Dalludin selaku Kasi Monitoring dan Evaluasi yaitu
1. Memasang gambar alur penerbitan akta-akta kependudukan dan catatan sipil di Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
2. Membuka line telepon bagi masyarakat umum.
3. Adanya pengajuan SMS (0812-714-4000).
4. Diadakan Pendataan KTP atau KK, Dipasang pasang pengumuman tamu menginap 
1x 24 jam wajib  lapor di setiap desa atau kelurahan.
5. Diadakan sosialisasi dan berbagai penyuluhan mengenai arti penting dan manfaat
pendaftaran penduduk.

Pengamatan Dokumentasi
Gbr.2. Antrian warga untuk mendapatkan blanko pendaftaran penduduk(Doc:Sam)

Gbr.3. Warga mengisi blanko pendaftaran penduduk di dalam DISDUKCAPIL Palembang.

Doc(Sam)
Gbr.4. Warga mengisi balanko pendaftaran di depan kantor DISDUKCAPIL Palembang

Doc.(Sam)

Dari data yang didapatkan di Dinas Kependuduakan dan Catatan Sipil Kota Palembang,

berikut ini adalah jumlah penduduk Kota Palembang berdasarkan wilayah, mempunyai

KTP,agama, dan status


250000

200000

150000

100000

50000

0
I I II t I r I r II ai ko ng ni cil us ati ar ng
tI u ju
ara g ul ulu ara mu mu ram Sa uni lido it ke and tap Pla Leb ora
b n ng Ilir b lir ti ir ti uka m Ka uk G Ker g b
Ilir bera era I Il S Ke B A lan ang
Se Seb at
m
Se

Jumlah Kota Penduduk berdasarka wilayah


Sumber: DISDUKCAPIL Palembang

Berdasarkan kepemilikan KTP


Belum mempunyai KTP Sudah Mempunyai KTP Usia Wajib Usia Belum

17% 19%

22%

42%
Berdasarkan Status
Kawin Cerai hidup Cerai mati belum kawin

42%

54%

3% 1%

Ketiga data tersebut dapat menunjukan kepadatan penduduk Kota Palembang. Sampai
saat pada tahun 2010, sesuai dengan data yang didapat peneliti di DISDUKACAPIL
Palembang jumlah penduduk yang telah terdaftar sebanyak 1.611.067 Jiwa.
Fitri Agustina selaku staf operator SIAK menerangkan mengenai bagaimaan proses
dilakukanya pemutakhiran data pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Palembang. “Data disajikan baik atas dasar azas de facto maupun de jure. Saat
ini proses pendaftaran ini diulang kembali dan sedang berjalan di lapangan. Setelah
operasi pendaftaran penduduk terselesaikan, maka proses berikutnya adalah melakukan
evaluasi dan validasi dengan komputer menuju dihasilkannya database kependudukan
yang lengkap, akurat, dan mutakhir berdasarkan SIAK.”
Prosedur yang tidak kalah penting dalam pemutakhiran data penduduk yaitu
melaksanakan administrasi tentang perubahan jumlah penduduk yang dikenal dengan
program LAMPID, yaitu merekam kejadian lahir, mati, pindah, dan datang. Proses ini cukup
sulit ditinjau dari program komputernya maupun enforcement-nya di lapangan. Untuk itu
dalam uji coba perlu dicarikan modus yang feasible dan mudah dikerjakan oleh aparat
Kelurahan dan tidak memberatkan penduduk di wilayah yang dicakup.
Tahap penyempurnaan penerapan program LAMPID ini memerlukan pembahasan
teknis yang mendalam karena selama ini pelaporan mutasi penduduk ini selalu tidak lengkap
dan frekuensi pelaporannya terlalu memberatkan aparat kelurahan dan penduduk. Perlu
dilakukan evaluasi ulang antara beban yang mereka tanggung dengan manfaat data yang
dihasilkan. Sekarang ini terlalu banyak peraturan dan keharusan yang membebani aparat dan
penduduk, tetapi data mutasi penduduk berdasarkan registrasi ini tidak pernah akurat dan
lengkap karena kurang feasible prosesnya di kelurahan.
Itje Aprisah, Amd selaku staf operator SIAK juga menerangkan bahwa “pelaporan
data penduduk menurut jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, golongan umur, alamat
(baik secara parallel maupun bertingkat) dapat dilakukan setiap saat (dalam hitungan
detik) dengan tingkat validitas diatas 95%. Data base yang dimiliki merupakan data hidup
dimana data penduduk setiap hari berubah sesuai dengan mutasi penduduk (Lahir, Mati,
Pindah, Datang) yang terjadi”

Program pendaftara penduduk ini tentunya tidak begitu saja berjalan secara mulus,
masih ada ditemui beberapa kendala yang menghambat berjalannya proses ataupun prosedur
pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang. Dari
pengamatan langsung di lapangan maka ada beberapa kendala yang sering di jumpai di
lapangan diantaranya yaitu:
4. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti prosedur penerbitan kartu
kependudukan dan  akta-akta catatan sipil
5. Banyak warga masyarakat yang memiliki KTP dan KK ganda,Banyak tamu
yang menginap lebih dari 1 x 24 jam tapi tidak melapor,
6. Warga masyarakat masih banyak yang belum sadar akan arti penting dan
manfaat akta catatan sipil.
Dalam menanggulangi kendala-kendala tersebut maka ada beberapa upaya dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang untuk mengatasi hambatan tersebut seperti
yang di katakan Drs. Dalludin selaku Kasi Monitoring dan Evaluasi yaitu
6. Memasang gambar alur penerbitan akta-akta kependudukan dan catatan sipil di Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
7. Membuka line telepon bagi masyarakat umum.
8. Adanya pengajuan SMS (0812-714-4000).
9. Diadakan Pendataan KTP atau KK, Dipasang pasang pengumuman tamu menginap 
1x 24 jam wajib  lapor di setiap desa atau kelurahan.
10. Diadakan sosialisasi dan berbagai penyuluhan mengenai arti penting dan manfaat
pendaftaran penduduk.

1.7 Kesimpulan
Penerbitan dokumen kependudukan di Kabupaten Ogan Ilir mengalami peningkatan
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang semakin
kompleks akan adanya KTP untuk berbagai persyaratan administrasi. Pelaksanaan
pendaftaran penduduk sudah bisa dikatakan baik. Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang diposisikan sesuai dengan keahlian dan
latar belakang pendidikan. Hal ini sangat mendukung keberhasilan pelayanan pendaftaran
penduduk serta beralanya prosedur pendaftaran penduduk. Walaupun sebenarnya masih ada
faktor-faktor penghambat yang membuat pendaftaran penduduk di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Palembang kurang berjalan lancar. Akan tetapi dari pihak Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang telah mengupayakan berbagai cara agar
faktor-faktor penghambat pendaftaran penduduk tersebut dapat diatasi.

1.8 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka ada beberapa saran
yang diajukan penulis dalam hal pelaksanaan pendaftaran penduduk di kota Palembang dapat
berjalan dengan lebih baik. Saran tersebut:

-Pada operator komputer harus lebih teliti dalam input data, agar tidak terjadi
kesalahan pemasukan data ketika menyesuaikan dengan formulir yang telah diisi oleh
penduduk.

-Peningkatan jumlah penerbitan dokumen kependudukan sudah cukup baik,


kedepnanya diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi agar tercapai tujuan adanya sistem
informasi administrasi kependudukan dan proses pembuatan KTP dan KK

Daftar Pustaka
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM Press

Nugroho, Riant. Dwijowito. Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi).


Jakarta : Gramedia

Simangarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaif dan R &d. Bandung: Alfabet

Undang-undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Sumber lain:

http://adminduk.depdagri.go.id/index.php?action=download&file=adm.pdf.

http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang

http://disdukcapil.palembang.go.id/

disdukcapil.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-6-5.ppt

http://dodynurandriyan.blogspot.com/2009/04/sistem-administrasi-kependudukan.html

You might also like