You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia kognitif masa anak anak awal adalah kreatif, bebas, dan penuh
imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang kadang berwarna hijau, dan
langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, dan manusia seperti
kecebong. Imajinasi anak terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang
dunia semakin meningkat.
Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan
kognitif tahap praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak
mencapai 2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta
keyakinan pada hal hal yang magis terbentuk.
Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia
berbicara dan berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia
yang sangat dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk
mereka berselancar dan belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga
lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak
dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif
anak untuk diekspresikan dengan efektif.
Berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan
kreatif anak, serta membuat anak lebih produktif karena potensi dan kemampuan
imajinatif anak merupakan proses awal tumbuhkembang daya cipta dalam diri
anak yang bisa jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat
untuk perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu, kajian mengenai imajinasi
pada anak diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat akan
pentingnya imajinasi dalam perkembangan kognitif seorang anak.

1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar
memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Sebuah imajinasi lahir
dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang
bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran dan
gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif. Kemampuan
imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat
untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya
kepada orang lain.
Masalah yang dikaji dalam makalah ini dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik usia anak?
2. Apakah definisi dari imajinasi?
3. Bagaimana perkembangan imajinasi pada anak?
4. Apakah manfaat dari imajinasi yang dimiliki oleh anak?
5. Bagaimana cara mengembangankan imajinasi pada anak?

C. Tujuan Pembahasan
Secara umum makalah dibuat untuk mengetahui gambaran umum
mengenai perkembangan imajinasi pada anak. Secara khusus tujuan penulisan
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang karakteristik usia anak
2. Mengetahui definisi dari imajinasi
3. Mengetahui perkembangan imajinasi pada anak
4. Mengetahui manfaat imajinasi pada anak
5. Mengetahui cara mengembangkan imajinasi pada anak
D. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penyusunan makalah
ialah studi literatur. Dalam studi literatur tersebut diungkapkan konsep-konsep
baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan
dengan kebutuhan pembahasan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks dan
hasil-hasil penelitian. Selain itu data diperoleh secara online dengan bantuan
search engine.

E. Sistematika Penulisan Makalah


Laporan ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Membahas tentang latar belakang, Identifikasi dan
Rumusan Masalah, Tujuan Pembahasan, Metode Pemecahan Masalah
dan Sistematika Penulisan Makalah.
BAB II PERKEMBANGAN IMAJINASI PADA ANAK: berisikan tentang
Karakteristik Usia Anak, Definisi Imajinasi, Perkembangan Imajinasi
pada Anak, Manfaat Imajinasi pada Anak dan Cara Mengembangkan
Imajinasi pada Anak.
BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI: berisi simpulan dan rekomendasi
dari makalah ini.

3
BAB II
PERKEMBANGAN IMAJINASI PADA ANAK

A. Karakteristik Usia Anak


Anak-anak lahir dalam kondisi pikiran kosong, tetapi memiliki potensi luar
biasa untuk dikembangkan. Sehingga apa pun yang akan diajarkan kepada anak
akan sepenuhnya diserap secara tuntas, tanpa mempedulikan latar belakang
keluarga yang melahirkannya. Dengan demikian semua anak, yang baru lahir
mempunyai potensi yang sama untuk menjadi pribadi yang sempurna, tergantung
proses pendidikan yang diberikannya. Seperti yang dikatakan oleh pakar
pendidikan anak dari Italia, Dr Alexis Carrel (1947), yang mengungkapkan bahwa
masa kanak-kanak merupakan masa yang paling kaya. Masa ini seyogianya
didayagunakan dengan sebaik-baiknya. Tugas pendidik adalah memanfaatkan
masa-masa awal kanak-kanak ini tanpa menyia-nyiakannya.
Menurut Maria Montessori, dalam bukunya The Absorbent Mind, 2008,
masa kanak-kanak disebut sebagai periode emas pendidikan. Pada periode inilah
semua kehidupan pribadi seseorang anak manusia dimulai, dibentuk, dan
diarahkan. Seorang anak akan mampu menjadi pribadi dengan kemampuan,
keterampilan (skill), dan pengetahuan apa pun sesuai yang diinginkan, jika pada
periode pendidikan awal dilakukan dengan tepat dan benar. Maria Montessori
membagi perkembangan pribadi anak sampai menjelang dewasa, dalam tiga tahap
perkembangan, yaitu usia 0-6, 16-12, dan 12-18 tahun. Semua periode ini
merupakan matarantai yang tidak putus dan saling terkait. Jika pendidikan pada
periode awal mengalami kegagalan, bukan tidak mungkin pada periode
selanjutnya juga mengalami kegagalan. Periode pertama (0-6 tahun) merupakan
periode paling sensitif, masa peka, sekaligus usia emas anak dalam menjalani
proses pendidikan.
Jika seorang dewasa mempelajari sesuatu dengan kesadaran, mengenai apa
yang dibutuhkan, diinginkan, dan dicita-citakan, maka mentalitas orang dewasa
itu akan menular kepada anak-anaknya. Dengan kata lain, apapun yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh orang tuanya, maka mentalitas bawah sadar (pikiran
bawah sadar) anak akan mengadopsinya dengan daya serap yang sangat tinggi dan
ketuntasan yang paripurna. Kita menyebut mentalitas orang dewasa dengan
berpikir sadar, sementara mentalitas anak justru sebaliknya, yakni mentalitas tak
sadar (bawah sadar). Para ahli pendidikan, menyatakan perbedaan antara daya
serap kondisi sadar dan bawah sadar, adalah 20 % berbanding 80%. Artinya
dalam kondisi bawah sadar manusia mampu menyerap informasi lebih banyak,
yakni 80 % dibanding dalam kondisi sadar, yang hanya 20 % saja. Dari kondisi
ini, kecerdasan anak akan menghasilkan kemajuan yang mengagumkan, anak
menyerap impresi-impresi pengetahuan dari luar dirinya bukan dengan pikirannya
namun dengan hidupnya itu sendiri.
Fase anak memiliki tugas-tugas perkembangan sebagaimana terdapat
pada fase lain dalam kehidupan. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan
sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai
dengan usia atau fase perkembangannya. Syamsu Yusuf (2005:69)
mengemukakan tugas-tugas perkembangan pada usia anak pada masa sekolah
pada usia 6-12 tahun, yaitu:
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
9. Mengembangkan sikap yang positif terhdap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
Dalam proses perkembangannya, seorang anak akan mengalami 3 (tiga)
masa krisis yang harus dilewati, yaitu : Pertama, krisis oral sensorik (mulut).
Krisis ini terjadi saat bayi pada masa menyusui. Pelajaran yang dilewati adalah
tumbuhnya dasar rasa percaya diri pada seorang anak. Seorang anak yang

5
memperoleh asupan ASI secara teratur akan memiliki dasar kepercayaan diri yang
kuat. Perasaan (afektif) percaya diri anak akan melemah, jika si anak sering
mendapati kekecewaan, misalnya kebutuhan ASI yang tidak terpenuhi. Jika krisis
ini tidak mampu dilewati akan tumbuh perilaku-perilaku sepeti sinis, tidak
percaya diri, pesimistis, selalu kecewa, tidak terbuka, dan selalu merasa gagal atau
bersalah.
Kedua, krisis anal maskular (dubur) yang berlangsung pada usia 2 hingga
3 tahun. Pada masa ini anak belajar mengontrol tubuh mereka, khususnya
kebersihan dan mobilitas. Latihan membuang ''hajat'' dan membersihkannya
merupakan aktivitas yang sering ditemui. Namun lebih dari itu anak belajar
berlari, memeluk orang tua, dan mempertahankan mainannya. Kegagalan
melewati krisis ini hanya akan menjadikan seorang anak yang memiliki
kepribadian seperti robot, malu-malu, peragu, penakut, selalu merasa salah, dan
setiap kali itu pula meminta maaf.
Ketiga, krisis genital lokomotor yang berlangsung antara usia 3 hingga 6
tahun. Pada tahapan ini, anak mulai memahami fisiknya, anak mulai bertanya
mengapa mereka berbeda dengan lawan jenisnya. Kegagalan dalam melewati fase
ini bisa berakibat fatal dalam pertumbuhan psikologisnya terutama yang terkait
dengan kehidupan seksual. Seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak
peka pada bidang seks, takut impoten, memikirkan yang bukan-bukan, dan kadang
banyak omong namun tidak berisi. Kegagalan dalam melewati krisis ini bisa jadi
gagal dalam melewati krisis berikutnya, yakni krisis atensi, keremajaan, dan
kedewasaan muda di usia 18 tahun.
Ketiga krisis ini mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilewati oleh
seorang anak manusia secara alami. Dengan demikian, seorang anak akan tumbuh
menjadi pribadi dengan kemampuan mental yang luar biasa, pribadi yang
memiliki inisiatif, penuh ide baru, optimistis, dinamis, ambisius, senang dengan
hal-hal baru, produktif, dan segala predikat positif lainnya. Dengan kata lain,
krisis ini menjadi sunatullah yang harus dilewati dengan baik, yang akan
mengantarkan seorang anak menjadi pribadi yang paripurna.
B. Definisi Imajinasi
Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra
mental dan ide. Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses
membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi
persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang
dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai
menggambarkan atau gambaran atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan
dengan imajinasi produktif atau konstruktif.
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh mata pikiran.
Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu
memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah
perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.

C. Perkembangan Imajinasi pada Anak


Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan
berbicara. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat
dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana bagi mereka untuk
belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Oleh karena
itu, yuk bantu kembangkan potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk
diekspresikan dengan efektif.
Imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong
semua kekuatan yang bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam
merangsang pemikiran dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada
tindakan kreatif. Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas
otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi
merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka
membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya, dan bercerita membagi
ide-ide imajinatifnya kepada sekitarnya. Hal ini sangat wajar karena seiring
pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap rangsangan. Di
benaknya muncul banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan
banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya

7
membuat anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya.
Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan
bentuk kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari
tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang
didengarnya. Namun, imajinasi juga dapat muncul secara murni dan orisinil dari
dalam benaknya. Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola
imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kecerdasan kreatifnya, membuatnya lebih produktif karena potensi dan
kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuh kembangnya daya
cipta dalam diri anak yang dapat menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan
bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya.

D. Manfaat Imajinasi pada Anak


Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan tumbuh kembang dan
kreativitas dalam diri anak. Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi
perkembangan dan kepribadian anak.
1. Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.
Menurut Dorothy Singer, seorang profesor psikologi dari Yale
University, anak-anak yang aktif berimajinasi cenderung lebih cerdas dan
mudah bersosialisasi saat berada di sekolah. Dengan berimajinasi, anak
melibatkan kapasitas otaknya, sehingga kecerdasan otak lebih terasah. Dalam
berimajinasi, tentu saja ia sering kali memainkan peran sebagai tokoh tertentu
yang tidak selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari, ia lebih mudah
berkomunikasi, memerankan perannya sebagai anak, teman bahkan ibu atau
guru. Ia juga memiliki banyak cerita berkaitan dengan imajinasinya yang akan
semakin memudahkannya berceloteh, ngobrol dengan teman dan lingkungan
sosialnya. Semua ini bisa membuat anak lebih mudah memecahkan suatu
persoalan karena ia akan memiliki sudut pandang yang berbeda atas suatu
masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan imajinatifnya.
2. Mahir menganalisa, aktif dan berpikir kreatif.
Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan kreatif. Imajinasi akan
menstimulasi gerak tubuh, emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan
sebuah tindakan kreatif. Dalam kondisi tertentu, semua yang dilakukannya,
dilihatnya dan didengarnya akan dianalisanya, sehingga dengan berimajinasi ia
lebih mahir menganalisa kejadian, sesuatu atau masalah yang
dihadapinya.Dapat dikatakan, imajinasi membuat anak lebih kreatif dalam
berpikir dan bertindak. Ia akan mencoba menganalisa sesuatu dengan
kemampuan imajinatifnya itu, menuntun dan merunutnya dengan logika apa
saja yang bisa dan mungkin terjadi. Di masa depan, kemampuan ini sangat
membantu karena permasalahan hidup akan semakin kompleks dan heterogen.
3. Memperkaya pengetahuan anak.
Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak semakin bermunculan dan
berkembang. Hal ini akan semakin mengasah dan mendorong rasa
keingintahuannya. Keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk
mencari, menggali lebih dalam dan berkesperimen untuk memuaskan
keingintahuannya tersebut. Semakin banyak yang digali dan dicoba, semakin
kaya pula pengetahuannya. Proses menggali dan mencari ini bisa dilakukannya
melalui kegiatan bermain dan ragam permainan, membaca atau bertanya
langsung.
4. Lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing.
Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak merasa nyaman. Ketika
ada dukungan dan dorongan untuk mengekspresikannya, ia akan merasa
percaya diri. Kepercayaan diri ini akan membuatnya lebih siap dan mampu
bersaing di lingkungannya karena secara tidak langsung keterlibatan emosi,
gerak tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi membekalinya kesiapan
mental untuk bersaing. Keberanian dan kesiapan bersaing, tidak selalu
berdampak negatif karena kesiapan ini justru bisa membuatnya semakin
mandiri dalam melakukan aktivitasnya, tanpa harus selalu tergantung kepada
orang tuanya.
5. Memunculkan bakat anak.

9
Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan
memunculkan bakatnya yang mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri
universal yang khusus, pembawaan yang luar biasa sejak lahir yang dapat
berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh lingkungan. Berimajinasi
bisa membuat anak menemukan arti kenyamanan yang bermuara pada
bakatnya, sehingga yang muncul dari imajinasinya tersebut adalah bakatnya
sendiri. Penting kita ketahui bahwa dalam imajinasi itu ada dua hal bermakan
yakni inovasi dan kreasi. Kedua hal bisa optimal dengan peran bakat, minat
serta dukungan lingkungan (suasana) yang menyenangkan.

E. Cara Mengembangkan Imajinasi pada Anak


Sebagai orang terdekat yang memiliki ikatan batin kuat dengan anak,
orang tua merupakan “pemeran” yang sangat dibutuhkan dalam mengasah dan
mengembangkan imajinasi anak secara optimal, sehingga manfaat imajinasi
tersebut menjadi energi yang bersinergi terhadap kecerdasan, perkembangan dan
kepribadiannya.
Pertama, orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan aktif terhadap
imajinasi anak. Aktif berarti memberikan respon yang baik, menstimulasinya
dengan pertanyaan-pertanyaan kreatif dan mendorongnya untuk berekspresi baik
secara verbal maupun non verbal. Orang tua bisa saja mengarahkan anak untuk
menuliskan imajinasinya dalam diary atau menulisnya dalam bentuk sebuah karya
tulis jika anak sudah mampu baca-tulis.
Kedua, ajak anak kita bermain karena bermain merupakan dunianya.
Biarkan anak bebas menentukan pilihan dan melakukan permainan tertentu sesuai
keinginannya, asalkan sesuai dengan kemampuan berpikir serta fisiknya. Bermain
peran bisa menjadi pilihan tepat, orang tua bisa lebih cermat memberikan pilihan
peran bagi mereka. Permainan peran membantu perkembangan emosi anak dan
memudahkan mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Gunakan alat bantu
yang tidak membahayakan anak, seperti kartu, mobil-mobilan atau boneka untuk
membantu mereka bermain peran. Misalnya, anak berperan sebagai ayah dan ibu
memerankan boneka sebagai anaknya. Pendampingan dan kebebasan akan
mengeratkan ikatan batin dan membuat anak merasa lebih dihargai dan percaya
diri.
Ketiga, orang tua jangan terlalu banyak melarang anak , termasuk
melarangnya menangis dan tertawa di saat yang tepat karena larangan bisa saja
menghambat imajinasi dan membatasi kreativitasnya Berikan pernyataan yang
bersifat anjuran agar anak merasa termotivasi. Pernyataan yang bersifat anjuran
akan memberi motivasi positif pada anak. Misalnya, menyatakan “Ade bisa jatuh
kalau lompat seperti Spiderman karena Ade belum kuat. Mendingan Ade bantu
Ibu, kan Spiderman suka menolong orang.” lebih baik daripada menyatakan
“Jangan lompat, nanti kaki kamu patah!”.
Keempat, perdengarkan musik yang sesuai dengan ritme jantung dan
denyut nadi, bacakan buku cerita, komik atau dongeng, serta dampingi anak
bermain komputer dan belajar menulis karena semua hal tersebut akan
merangsang dan membantu mengembangkan imajinasi anak.
Kelima, ciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi
anak. Seperti halnya belajar dan menerapkan metode mendidik, suasana nyaman
dan menyenangkan akan membuat imajinasinya berkembang. Perhatikan pula
letak benda-benda yang bisa membahayakan anak, seperti gunting, pisau, atau
barang yang mudah pecah. Imajinasi dan kreativitas anak seringkali tidak terduga,
sehingga orang tua patut mengantisipasinya sejak awal.
Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam
permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati),
imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang
dengan baik, menjadi sebuah ide dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut
merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh
anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadian anak.

BAB III

11
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Imajinasi anak merupakan sarana untuk anak berselancar dan belajar
memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Kemampuan
imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat
untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya
kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu
membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala
“mencengangkan”. Orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan
menstimulasi tumbuh kembang potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk
diekspresikan dengan efektif.
Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam
permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati),
imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang
dengan baik, menjadi sebuah ide dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut
merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh
anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadian anak. Pada
intinya, dalam perkembangan kognitif seorang anak imajinasi memiliki peranan
yang sangat penting. Tanpa imajinasi, seorang anak mustahil bisa menjadi
seseorang yang kreatif.

B. Rekomendasi
Imajinasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan
kognitif seorang anak. Oleh karena itu, imajinasi ini perlu ditumbuhkembangkan
pada diri anak sejak dini. Adapun beberapa upaya-upaya rekomendasi yang dapat
dilakukan oleh orang tua maupun guru untuk membantu anak dalam
mengembangkan imajinasinya.
1. Biarkan anak sedikit “berantakan”. Sifat kreatif harus dibiarkan untuk
berfokus pada kreasi, bukan diganggu dengan keinginan agar
semuanya rapi. Cara yang mudah adalah menyiapkan tempat mereka
berkreasi sehingga mereka bebas mengotori.
2. Berikan anak kebebasan. kreativitas membutuhkan sebanyak mungkin
kebebasan dalam berkarya. Tidak ada cara yang salah dalam mereka
menggambar, melukis atau mewarnai. Mengarahkan dan memberi
saran terlalu banyak pada anak saat ia berkreasi dapat menghambat
kreativitasnya.
3. Jangan mengkritik. Proses dan hasil karya anak hanya perlu
menyenangkan dirinya sendiri, bukan orang tua maupun orang lain.
4. Lihat lebih jauh dari cuma coretan saja. Temukan hal-hal yang bisa
dipuji dalam setiap karya kreatif anak.
5. Koleksi karya-karyanya. Tingkatkan rasa keberhasilan anak dengan
menggantungkan gambar-gambar atau karya-karyanya disekitar
rumah.
6. Bercerita. Jangan terlalu bergantung pada buku-buku cerita anak saja,
orang tua atau guru juga bisa bercerita padanya dengan menciptakan
karakter-karakter sendiri. Libatkan anak dengan meminta anak untuk
membantu menyelesaikan masalah dari karakter-karakter tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asosisasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2008). Penataan Pendidikan


Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur
Pendidikan Formal. Bandung : Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan
Amru, Nabiel. (2010). Imajinasi [Online]. Tersedia di: http://nabiel-
amru.blogspot.com/2010/12/imajinasi.html [30 Desember 2010].
Hidayati, Nia. (2010). Mengembangkan Imajinasi Anak [Online]. Tersedia di:
http://niahidayati.net/mengembangkan-imajinasi-anak.html [30 Desember
2010].

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kartadinata, Sunaryo. Ahman. dan Nani M. Sugandi. (2002). Bimbingan di
Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana Anggota IKAPI.
Patricia, Claudine. (2005). Imajinasi dan Perkembangan Anak [Online]. Tersedia
di: http://www.semipalar.net/tulisan/tulisan07.html [30 Desember 2010]
Purwanto, Eko. (2010). Pengembangan Imajinasi dan Masa Krisis Anak [Online].
Tersedia di: http://www.adicita.com/artikel/detail/id/119/Pengembangan-
Imajinasi-dan-Masa-Krisis-Anak [30 Desember 2010].
Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

You might also like