Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
BAB 2
AERODINAMIKA SAYAP PESAWAT TERBANG
Dari persamaan :
W = ½ ρ V2 S Cl
Dimana
W = Berat pesawat terbang
ρ = Berat jenis udara pada ketinggian tertentu
V = Kecepatan gerak pesawat terbang
S = Luas sayap = b x c ,
b = span =lebar sayap (jarak antara kedua ujung sayap)
c = chord (panjang sumbu) rata-rata sayap
Cl = Koefisien gaya angkat, yang besarnya tergantung dari sudut serang.
2
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
3
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
Dari karekteristik Cl – α profil sayap, nilai Cl terbesar yang dapat dicapai pada
sudut serang tertentu dapat ditentukan.
Dari persamaan :
2w
Vs =
ρ .S .Cl max
dimana :
Vs = V stall = kecepatan minimum pesawat terbang sebelum dia kehilangan
kemampuan terbangnya
W = berat pesawat saat tinggal landas (TOW)
ρ = Berat jenis udara pada ketinggian tertentu
S = Luasan sayap
Cl max = Koefisien gaya angkat terbesar profil sayap
Agar nilai Vstall dapat cukup rendah, maka Cl max ditingkatkan. High lift
devices yang merupakan sarana tambahan pada sayap untuk dapat meningkatkan
nilai Cl max-nya. Leading edge slats yang berada pada tepi depan sayap pesawat
terbang apabila digeser kedepan dapat menambah Cl-max, tetapi pada nilai α (sudut
serang) yang lebih besar. Trailing edge flaps yang terpasang pada tepi belakang
sayap pesawat terbang apabila diaplikasikan akan meningkatkan nilai Cl pada sudut
serang α yang lebih kecil.
Ada berbagai type dari konstruksi flaps yang dapat dipilih, tergantung
seberapa besar koefisien gaya angkat perlu ditambah, sedangkan hanya ada satu/ dua
type slats saja yang dapat dipilih. Kombinasi dari flaps dan slats saat bersama-sama
diaplikasikan akan memberikan koefisien Cl-max yang terbesar pada nilai sudut
serang α yang tidak jauh beda dengan profil aslinya.
4
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
Untuk mendapatkan nilai Cl-max baik dengan atau tanpa high lift devices,
pesawat terbang tidak lagi pada posisi mendatar (level), tetapi harus mempunyai
sudut positive dengan sumbu horizontal.
Besarnya sudut positive yang perlu dibuat oleh pesawat adalah sudut serang
profile untuk harga Cl-max dikurangi sudut serang tetap (α fix), karena sudut serang
sayaplah yang menjadi batasan. Ini berarti hidung pesawat terbang harus dinaikkan
(nose up) saat pesawat diposisikan agar sayapnya mempunyai sudut serang untuk
nilai Cl-max.
Pada saat sayap menghasilkan gaya angkat, ada perbedaan tekanan antara
bagian bawah dan bagian atas sayap, dimana kecapatan udara diatas sayap lebih
tinggi sehingga tekanan statiknya rendah, sedangkan dibagian bawah sayap
kecepatan aliran udara lebih lambat dan tekanan statiknya pun lebih besar.
5
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
Apabila terjadi gangguan pola aliran udara diatas sayap, kemampunannya untuk
menghasilkan gaya angkatpun akan tereduksi.
Dari persamaan drag pesawat terbang (gaya hambat pesawat terbang yang bergerak
pada kcepatan tertentu).
D = ½ ρ V2 S Cd
Dimana :
D = Hambatan aerodinamika yang harus diatasi oleh gaya dorong mesin
penggerak.
V = Kecepatan terbang pesawat
ρ = Berat jenis udara
S = Luas sayap pesawat terbang
Cd = Koefien drag = Cdz + Cdi = Cdz + (Cl2/πe.Ar)
Cdz = Zero lift drag = Koefisien gaya hambat pesawat saat tidak menghasilkan
gaya angkat (parasite drag).
Cdi = Koefisien gaya hambat pesawat yang tergantung pada besarnya gaya
angkat yang dibangkitkan.
Cl = koefisien gaya angkat pesawat terbang.
e = Faktor efisiensi bentuk sayap pesawat terbang.
Ar = Aspect ratio sayap = b/c rata-rata = span sayap/ chord rata-rata sayap.
Persamaan drag ini menunjukkan bahwa pada saat pesawat menggunakan high lift
devices untuk meningkatkan gaya angkatnya, gaya dorong pesawat harus dapat
mengkompensasi kenaikan hambatan yang terjadi.
6
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
BAB 3
DESCEND DAN LANDING PERFORMANCE
3.1 Descend
Fase terbang descend (menurun/menukik) adalah tahapan terbang yang
mengantarai terbang menjelajah pada ketinggian operasionalnya sampai keketinggian
siap untuk melakukan fase pendaratan.
Fase descend ini terbagi atas dua tahapan yaitu:
W Sin γ
γ
W
γ = descend angle
L cos γ = w
Untuk γ < 5° , maka L ~ W
7
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
Yang perlu harus diperhatikan pada fase descend awal ini adalah kecepatan
vertical pesawat terbang (Vs) tidak melebihi batas aman yang diijinkan oleh
pabriknya. Selain itu arah terbang harus sudah mengikuti panduan dari air traffic
controller (ATC), terutama pada bandara-bandara yang sibuk agar scheduling dari
pesawat-pesawat yang menuju bandara yang sama dapat saling diatur.
Penggunaan trimmer kendali pesawat terbang dilaksanakan untuk menjaga
sudut descend yang tetap, seperti yang ditunjukkan pada artificial horizon pada
control panel. Setting daripada akselerator handle harus dipertahankan tetap agar
mesin tetap beroperasi secara normal. Sementara itu pada tahap descend awal ini
pesawat terbang secara bertahap membuang energi potensial yamh dimilikinya,
kecepatan terbang yang terbaca pada indicator jangan sampai mengalami over speed
(berlebihan)
8
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
speed indicator dan artificial horizon merupakan standart prosedur yang harus benar-
benar dipahami oleh pilot.
Penggunaan sudut serang yang tinggi dengan mengarahkan ujung pesawat
membuat sudut positive dengan bidang datar selain untuk menambah Cl juga akan
memperbesar gaya hambatan pesawat terbang, sehingga terjadi proses perlambatan
terbang secara bertahap. Begitu ketinggian tinggal +/- 100 ft, pesawat harus sedah
siap mendarat dengan semua roda penadaratan (under carriage) sudah dikeluarkan.
Cl
Cl max+ HLD
Cl max
αmax αmax α
9
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
10
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
tinggal landas dan mendarat yang dilakukan akan lebih tinggi dari pesawat-
pesawatuntuk jarak menengah dan jarak jauh (medium haul dan long range).
Dalam hal ini pemilihan sudut nose up yang tepat dan kecepatan touch down yang
benar akan menjamin ketahanan struktur roda-roda pendaratan.
Vapproach
11
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
BAB 4
PENGARUH CUACA TERHADAP PESAWAT TERBANG
P = ρ RT
Karena sebagian besar dari bumi ini adalah air (lautan, sungai dan danau),
serta adanya gerak rotasi bumi dalam melakukan revolusi mengelilingi matahari
sebagai pusat tata surya akan terjadi perubahan-perubahan temperature tekanan
karena radiasi matahari yang diterima oleh bumi ini.
Selain itu perubahan posisi matahari yang selama 6 bulan berada dibelahan bumi
bagian utara dan 6 bulan berikutnya dibelahan bumi selatan, akan menimbulkan
terjadinya perpindaha aliran udara dari daerah yang bertekanan lebih ke yang
bertekanan kurang, serta perubahan musim di bumi tersebut.
Unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi operasional pesawat terbang adalah
hujan dan angin.
12
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
13
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
4.2 Angin
Angin adalah aliran udara yang berpindah dari tempat bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Indonesia yang dibelah oleh khatulistiwa (meridian
nol) karena rotasi bumi pada porosnya mengalami gaya coriolis yang menyebabkan
angin di Indonesia di bagian utara khatulistiwa berbelok kekiri dan sebelah selatan
khatulistiwa berbelok ke kanan (formulasi Buys Ballot)
Ada tiga macam angin yang berpengaruh terhadap kinerja pesawat terbang:
14
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
angin seperti ini cukup mempunyai energi maka imbasnya terhadap dunia
penerbangan harus diwaspadai.
Karena angin-angin ini kekuatannya akan paling terasa apabila dekat dengan
tanah, maka fase-fase terbang final descend; landing dan take off, dapat tidak aman
sehingga pesawat-pesawat terbang biasanya direkomendasikan untuk tidak
malaksanakan fase-fase tersebut dibandara-bandara yang sedang terkena atau
terancam oleh gangguan atmosfer tersebut. Selain itu, angin semacan ini karena
berpindah dengan cepat secara mendatar dari satutempat ke tempat yang lain, friksi
yang dialami akan terus bertambah dengan keberadaan kekasaran permukaan bumi
yang dilaluinya. Akibatnya tingkat turbulensi dari aliran udara sangat tinggi, dan
apabila pesawat terbang melalui aliran udara seperti ini, gangguan terhadap aliran
udara diatas permukaan sayap dapat sangat mengganggu kemampuan sayap
menghasilkan gaya angkat yang optimal. Karena itu fase terbang final descend dan
landing lah yang perlu ditunda sementara, atau dialihkan lokasinya ke bandara yang
lain.
Maka pengamat-pengamat cuaca di bandara-bandara harus mampu
mendeteksi keberadaan angin-angin semacam ini lebih dini, sehingga pesawat-
pesawat terbang yang sedang menuju dan atau yang akan berangkat meninggalkan
bandara – bandara tersebut sudah memperoleh gambaran yang jelas tentang
eksistensi angin tersebut.
15
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
besar, temperature udara masih rendah dan tekanannya pun belum berubah karena
pemanasan matahari ini.
Apabila perbedaan tekanan antara dataran rendah dibawah dan daerah puncak
pegunungan semakin besar, maka akan terjadi aliaran udara unatuk menyeimbangkan
perbedaan tekanan diatas dari bagian puncak pegunungan kedataran rendah
dibawahnya. Apabila lereng pegunungan ini cukup terjal dan berbatu-batu, seperti di
bumi papua, maka aliran udara yang terjadi tersebut seakan-akan seperti jath dari
puncak pegunungan menuju datran dibawahnya sambil bersinggungan dengan
lereng-lereng pegunungan yang terjal tersbut. Hasilnya, angin yang seakan-akan
jatuh ini menjadi sangat turbulen, karena pergeserannya dengan lereng-lereng yang
berbatu. Pesawat-pesawat terbang yang sedang melalui koridor udara antara puncak
pegunungan dan dataran rendah dibawahnya, dapat secara tiba-tiba mengalami
gangguan, karena sayap-sayapnya dalam menghasilkan gaya angkat menjadi
terganggu akibat terpaan angin dengan turbulensi tinggi ini mengganggu pola aliran
udara diatas permukaan sayap. Akibatnya pesawat secara tiba-tiba akan menukik
akibat berkurangnya gaya angkat tersebut. Apabila pilot berusaha untuk memulihkan
kembali posisi terbangnya dengan mengarhkan kendali pesawat ke atas (climb),
dihawatirkan malahan akan mengalami stall, karena pola aliran diatas sayap masih
terganggu oleh angin jatuh ini. Akibat fatalnya pesawat dapat terhempas didaerah
lereng-lereng pegunungan tersebut. Tetapi apabila pilot sudah memahami fenomena
alam diatas, maka dia tidak akan terburu-buru mengantisipasi gerakan menukik
diatas, tetapi yang utama menjauhi lereng pegunungan sebelum akhirnya menanjak
kembali setelah berada didaerah dimana gangguan angin jatuh ini menjadi kecil.
Para pengamat cuaca akan sulit mendeteksi keberadaan angin jatuh ini,
karena cuaca cukup cerah dan visibility udara yang dilalui alur penerbangan cukup
baik. Selain itu, kondisi lereng pegunungan yang ditumbuhi hutan yang cukup luas,
walau tejradi angin jatuh tidak akan menimbulkan turbulensi yang tinggi, karena
sebagin dari aliran aliran udara bagian atas pegunugan akan terserap energinya oleh
hutan-hutan yang ada dilereng tersebut. Memang angin jatuh hanya mudah
terdeteksi, karena deru akustik yang ditimbulkan saat bergeseran dengan kekasaran
lereng pegunungan yang berbatu akan cukup keras. Tetapi siapa yang dapat
memantau kondisi yang demikian.
16
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
4.3 Petir
Pesawat-pesawat terbang yang mutahir saat ini sebagian besar sudah
menggunakan totally fly by wire untuk proses pengendaliannya. Ini berarti, luasan-
luasan pengendali pesawat terbang seperti: elevator (pada horizontal tail); rudder
(pada vertical tail) dan aeleron (pada bagain ujung sayap), semuanya terhubung ke
system kemudi di cockpit pilot dengan system electronic penuh dan tidak diduplikasi
dengan system hydraulic atau pneumatic seperti pada pesawat-pesawat terdahulu.
Karenanya, catu daya listrik (power supply) yang handal dan terjamin penuh harus
ada bahkan mungkin di duplikasi dengan system catu daya lainnya. System
kelistrikan yang dihasilkan oleh oleh APU (auxiliary power unit) perlu diduplikasi
dengan bateray-batery yang terjamin dayanya.
Apabila pesawat terbang melalui daerah udara yang berawan dengan muatan
positif yang tinggi, pesawat mungkin dapat terkena petir akibat adanya loncatan
electron dari awan tersebut ke permukaan bumi, atau bahkan langsung mengenai
pesawat terbang. Walaupun sangat jarang terjadi (kemungkinannya sangat kecil),
tetapi ada pesawat-pesawat terbang yang menagalami kecelakaan fatal karena saat
terkena petir aliran listrik didalam pesawat tersebut mendadak mati, padahal battery
yang menjadi sumber daya emergency-pun kebetulan rusak. Akibatnya pesawat
terbang kehilangan system kendalinya, dan secar tiba-tiba mengalami crash landing
ke darat atau ditching ke laut. Maka apabila system kendali fly by wire pesawat
terbang ingin dipertahankan tanpa duplikasi dengan system kendali hydrolic atau
pneumatic, maka system catu daya listrik baik dari APU maupun battery-batry
emergency harus benar-benar handal dan selau terpelihara baik.
17
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
BAB 5
RINGKASAN
1. Dalam paper ini telah dibahas metode descend dan landing pesawat terbang
yang benar. Sampai sekarang masih banyak pilot dari air lines di Indonesia
kurang mengikuti tahapan-tahapan dari fase terbang terebut dengan tepat,
sehingga sering terjadi pendaratan yang terasakan oleh penumpang asngat
keras.
2. Pemeliharaan berkala pesawat terbang selain memeriksa kondisi-kondisi mesin
maupun rangka pesawat, juga landing gear dan under carriage harus diteliti
pula, terutama bagi pesawat-pesawat terbang yang mempunyai jarak jangkau
yang dekat, sehingga lebih kerap melakukan proses take off dan landing.
3. Sebagai akibat dari global warming dan berkurangnya hujan tropis di Indonesia
ini, stasiun-stasiun meteorology di bandara harus lebih dilengkapi dengan
sarana-sarana yang memadai perlu untuk memprediksi lebih rinci perubahan-
perubahan cuaca yang mungkin terjadi di bandara-bandara tersebut, sehingga
apabila perlu mengadakan penundaan atau pengalihan tujuan terbang, dapat
terlaksana dengan lebih cermat.
4. Fenomena angin jatuh lereng pegunungan perlu untuk dikaji dan dipahami
terutama untuk daerah-daerah seperti papua, agar kecelakaan yang mungkin
terjadi dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan.
18
Descend dan Landing Performance
Serta Pengaruh Cuaca Pada Pesawat Terbang
TENTANG PENULIS
Penulis selain sebagai pimpinan sebuah industri kimia di Surabaya, juga pernah
menjadi konsultan di PT. IPTN sampai dengan 1996, dan dosen luar biasa diberbagai
perguruan tinggi negeri dan swasta sampai sekarang.
19