Professional Documents
Culture Documents
http://smpn2lem.blogspot.com/2011/01/hakikat-micro-teaching.html
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan
teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang
dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan
memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar
tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru
secara akurat. J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro
adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah
tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa
sebanyak tiga sampai sepuluh orang.bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya
memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek.pengajaran berlangsung dalam bentuk
sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk mikro. membahas tentang
pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro dan
efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman penelitian. Normal 0 false false false EN-
US X-NONE AR-SA
Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan kegiatan yang sangat vital bagi
setiap mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi tuntutan agar dapat menempatkan
kediriannya utuh dan professional di bidang keguruan. Mereka beranggapan bahwa asal lulus
pasti dapat mengajar, karena sudah belajar dan memiliki banyak teori yang berkaitan dengan
cara-cara mengajar.
Tetapi kenyataan banyak masalah yang yang timbul saling bertautan satu sama lain,
baik segi tempat, waktu praktik maupun aspek-aspek yang berasal dari diri mahasiswa atau
siswa praktikan. Latihan praktik mengajar yang dilakukan secara langsung dalam real class
room, akan banyak ditemukan permasalahan baru yang tidak mungkin dapat dipecahkan
secara cepat dan tepat pada saat di depan kelas juga.
Calon guru yang melakukan real class room teaching akan berdampak cukup
signifikan memenuhi maksud proses belajar mengajar. Dengan demikian, calon guru harus
langsung di depan kelas berhadapan dengan 30 siswa atau lebih, untuk menyampaikan pesan
atau misi satuan pelajaran yang padat dan kompleks, maka akan dirasakan sebagai beban
yang berat. Sebab pada hakikatnya ia sendiri baru belajar untuk mengajar.
Dilihat dari aspek historis bahwa Pengajaran mikro mulai di kembangkan di Universitas
Stanford pada tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru
yang lebih efektif.Dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar, perbuatan
mengajar yang kompleks itu dipecapecah menjadi sejumlah keterampilan agar mudah
dipelajari. Disamping itu diteliti pula cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan
efektif, dan disertai pertanyaan-pertanya an sebagai reinforcement.
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada satu tempat yang sangat penting,
karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang
diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaan. Belajar
merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang
bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak
dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan
mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah ,sebabnya seperti telah ditekankan
di muka bahwa dalam melaksanakan interaksiu belajar mengajar perlu adanya beberapa
keterampilan mengajar. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru,
sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini
adalah dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Tetapi satu hal yang
lebih penting ialah kemampuan guru dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan
terciptanya hal tersebut memiliki kemampuan untuk :
a. Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memiliki hakikat dan harga
diri sebagai manusia.
b. Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa.
e. Aktivitas siswa yang bersifat negatif dalam arti mengganggu berlangsungnya proses belajar
mengajar perlu segera dihentikan. Siswa yang bermain sendiri atau mengganggu teman
yang lain atau berusaha menarik perhatian kelas, penting untuk mendapatkan perhatian
guru. Ucapan yang dapat digunakan misalnya: tenang! Perhatikan kemari!, jangan ramai!,
dan lain sebagainya.
Dasar Pemikiran
a. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman yang
mendalam ter-hadap hal-hal yang bersifat filo-sofis, konseptual, dan skill
b. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
d. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara otomatis
menghadapi berbagai problema yang ada dalam kelas tersebut. Persoalan administrasi, tempat
praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara bersamaan melahirkan situasi
baru yang belum pernah ditemui oleh mahasiswa di meja atau di ruang sekolah sehari-
harinya.
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang
nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini
dengan karakteristik sebagai berikut :
g. pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan
berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
k. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu
tertentu.
Tujuan umum Micro Teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional زAdapun tujuan khusus
Micro Teaching sebagai berikut :
Hasil penelitian yang di laksanakan oleh para pengarang tentang pengajaran mikro pada
lembaga pendidikan guru di Amerika Serikat sesungguhnya memberikan input baru terhadap
perkembangan ilmu kependidikan dan keguruan pada umumnya.pengaruh tersebut dapat
dapat kita lihat dalam perhatian para ahli kependidikan ternyata bertambah meningkat dalam
usaha menemukan suatu system yang lebih efisien dan efektif dalam rangka pendidikan guru
dan penerapan teknologi baru dalam teknologi pendidikan.
Mengenai kompetensi guru ini, ada barbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program
S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil
kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai
bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau
sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Sebelu guru tampil di depan kelas untuk
mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan-bahan
apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan yang dapat mendukung jalannya proses
belajar-mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi
pelajaran secara dinamis. Untuk mengajar satu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas,
yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh
karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang
memadai untuk pengajaran” dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Mengatur
tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendisain dan mengatur ruang kelas
sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu.
Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat
meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Disamping
itu pula, kelas juga harus dalam keadaan bersih.
1. Konsep
pengajaran mikro ( Mikro Teaching ) adalah suatu situasi pengajaran yang di laksanakan
dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 mennit dengan
jjumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang ( Cooper dan Allen, 1971, h. I ). Bentuk
pengajaran yang sederhana, di mana calon guru/guru berada dalam suatu lingkungan kelas
yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarrkan hanya satu konsep dengan menggunakan
satu atau dua keterampilan mengajar.
2. Program
1. Konsep
Intership adalah suatu tahap persiapan professional di mana seorang siswa yang hampir
menyelesaikan studinya secara formal bekerja di lapangan di bawah supervisi seorang
administrator ( practicing administrator ) yang kompeten dan seorang professional school
representative selama jangka waktu ( block of time ) dengan maksud mengembangkan
kompetensi dan melaksanakan tanggung jawab kependidikan ( Davies, 1962, h. 2 ).
2. Program
1. Konsep
2. Proggram
1. Konsep
A Systematic Teacher Training Model ( Cage et al. 1977 ).pokok pikiran yang melandaasi
model ini ialah, bahwa belajar dan mengajar merupakaan fungsi-fungsi manusia yang
fundamental, yang beraneka ragam bentuknya, yang berkembang sepanjang masa. Setiap
masa hanya ada satu cara yang digunakan untuk mellatih guru guna memajukan mengajar
dan belajar yang dianggap sebagai suatu cara yang teerbaik.
2. Program
Sesuai dengan pendekatan sistem yang mendassari program sistematik dalam konteks
pendidikan guru dan proses belajar mengajar, maka isi program latihan tidak perlu sama.
Tiap sekolah dapat memiliki program yang berbeda-beda sesuai dangan tujuan, kebutuhan
sekolah, dan lembaga pendidikan guru : ( 2003: 1-176)