You are on page 1of 15

) Herry Prijatama, 2002, Production and Utilization of Synthetic Zeolities from coal fly ash, Ph.D Thesis, Univ.

of. Leeds, UK.

Tabel 2 menunjukan bahwa abu terbang asal PLTU mempunyai kandungan karbon
yang sangat kecil dibandingkan dengan yang dipersyaratkan, sedangkan limbah padat
dari pabrik tekstil mempunyai kandungan karbon yang jauh lebih besar dari yang
dipersyaratkan untuk komponen bahan bangunan yaitu < 5% sehingga perlu
penanganan lebih lanjut yaitu dengan memisahkan batu baranya terlebih dahulu.
Namun dengan kandungan batubara tersebut pada beberapa pabrik tekstil telah terjadi
kerjasama dengan Pabrik semen untuk dimanfaatkan menjadi campuran bahan untuk
semen apabila nilai kalorinya masih > 3000 kcal.

3. Limbah padat batubara untuk beton keramik

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa beton keramik adalah beton
tanpa PC akan tetapi menggunakan zat anorganik yang tidak berbahaya, dengan
keunggulan keunggulan tertentu dibanding beton biasa, sedangkan kelemahan beton
keramik dibanding beton biasa adalah perlunya pemanasan selama 2 x 24 jam pada
suhu sekitar 75o C, meskipun demikian beton keramik dapat mencapai kekuatan maksimumnya selama pemanasan (2 hari) dibanding beton
biasa yang 28 hari untuk mencapai 95% dari kekuatan maksimumnya. Beberapa keunggulan beton keramik dibanding beton biasa disajikan pada Tabel
3 berikut :

Tabel 3

Sifat fisik dan mekanik beton keramik dibanding dengan beton biasa (Tahun 1993)

Sedangkan persyaratan lainnya setelah produk jadi adalah sesuai dengan peruntukannya Fly Ash PLTU Limbah
berdasarkan SNI. Adalah penting untuk mengetahui beberapa komposisi oksida pada Suralaya *) Batubara
limbah padat yang pernah dilakukan (Tabel 2) sehingga pemanfaatannya dapat ditentukan. beberapa
Pabrik
Tabel 2 Textil di
Bandung
Perbandingan komposisi Kimia antara Abu Terbang hasil PLTU dengan Limbah Batubara
Pabrik Tekstil di Kabupaten Bandung dan sekitarnya

Pemanfaatan Limbah Aug 14, '08 10:06 Kepdal No.03/1995


AM
Batubara for everyone
Konsentrasi maks.
Pemanfaatan Limbah Padat Hasil (mg/liter)
Pembakaran Batubara

Untuk Beton Keramik

 
Achmad Sutomo Riadi dan Agus Sofyan
UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI

Abstrak

Beton keramik merupakan Beton tanpa Portland Cement (PC), dengan


memakai abu terbang (fly ash) sebagai salah satu komponen utamanya,
Beton ini lebih ringan 40 sampai 50 % dari beton biasa, namun nilai
kekakuannya (kuat tekannya) 2 sampai 3 kali lebih besar dari beton
dengan PC. Beton keramik ini merupakan paten milik LIPI, dan
dipatenkan untuk pertamakalinya pada Tahun 1993 dan kemudian
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya seperti untuk batako, genting
dan beton pracetak lainnya. Abu terbang (fly ash) merupakan abu hasil
pembakaran batu bara (limbah padat) yang mempunyai ukuran butir 80
% nya adalah -100 #.. dengan komposisi unsur-unsur yang tertentu dapat
dipakai untuk beton keramik secara langsung. Akan tetapi tidak semua
limbah padat hasil pembakaran batubara dapat dipakai langsung untuk
beton keramik dan perlu penanganan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan sehingga tidak mencemari lingkungan dan mendapat nilai
tambah bagi industri pengguna batubara.

A. Pendahuluan

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak menyebabkan banyak pabrik tekstil


dan pabrik-pabrik lainnya, yang semula menggunakan bahan bakar minyak
beralih ke batubara sebagai energi untuk produksinya. Anjuran Pemerintah
untuk menggunakan batubara sebagai energi alternatif, tidak disertai
dengan solusi yang memadai dalam penanganan atau pemanfaatan
limbahnya sehingga menyebabkan masalah baru dalam penggunaan
batubara sebagai energi alternatif.

Faktor lainnya adalah penggunaan kwalitas batubara maupun sistem


tungku yang kurang memadai menjadikan limbah padat hasil pembakaran
masih banyak mengandung batubara yang tidak terbakar yang juga
menimbulkan masalah lingkungan sehingga memerlukan penanganan
khusus. Sebagai contoh diakibatkan dari kurangnya teknologi yang
tersedia untuk memanfaatkan limbah padat batubara menjadi paving blok,
batako dan lainnya relatif masih sangat kecil, di daerah Kabupaten
Bandung dan sekitarnya limbah dari pembakaran batubara baru terserap
sekitar12 % nya saja dari sekitar 500.000 ton pertahun sehingga semakin
lama limbah ini akan semakin menggunung.

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu usaha yang bisa


menjadi alternatif dalam penanganan limbah padat batubara dari pabrik
tekstil. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah padat tersebut
menjadi suatu komoditi yang bermanfaat. Beton keramik merupakan salah
satu alternatif dalam memanfaatkan limbah padat batubara tersebut. Beton
Keramik yang merupakan beton tanpa PC dan menjadi hak paten LIPI
sejak Tahun 1993, dengan keunggulan tertentu dibandingkan beton biasa,
dapat merupakan salah satu alternatif untuk solusi pemanfaatan abu
terbang.

B. Limbah Bakar Batubara

Umumnya hasil pembakaran batubara apabila terbakar sempurna, akan


menghasilkan energi panas, gas-gas (CO, CO2, SO, SO2, uap H2O dan
lainnya), abu terbang (fly ash), dan slag . Dari hasil pembakaran tersebut
yang menimbulkan masalah adalah abu terbang karena sampai saat ini di
Indonesia masih dianggap Limbah B3, sehingga pemanfaatannya
memerlukam ijin dari Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Dalam kenyataannya limbah padat hasil pembakaran batubara banyak
yang masih mengandung batubara yang tidak terbakar ataupun terbakar
sebagian hal ini disebabkan disamping jenis dan kualitas batubara yang
dipakai juga penggunaan tungku yang kurang memadai, sehingga limbah
padat hasil pembakaran batu bara dapat dikategorikan menjadi :

1. Limbah padat hasil pembakaran sempurna ( umunya dari


PLTU) terdiri dari abu terbang dan slag.

2. Limbah padat hasil pembakaran tidak sempurna (Indusri


lainnya seperti tekstil) terdiri dari abu terbang (?) yang masih
mengandung batubara tidak terbakar dan terbakar sebagian, dan
slag (bottom ash) yang juga mengandung batubara..

Secara fisik kedua limbah padat ini mudah dibedakan dari warna dan
kekasarannya, limbah padat abu terbang PLTU warna abu-abu terang atau
kecoklatan dan tingkat kekasarannya jauh lebih halus (80% fraksi
mempunyai ukuran -100#), sedangkan dari industri lainnya seperti pabrik
tekstil warnanya kehitaman dan tingkat kekasarannya lebih kasar ( 45%-
58% fraksi mempunyai ukuran - 7# + 80# sedangkan yang berukuran –
100# hanya sekitar 11 % - 26% saja), sedangkan dari komposisi karbon
dari limbah PLTU mempunyai kandungan karbon dibawah 2 % , dan dari
industri tekstil sekitar 30% sampai 40%.

C. Pemanfaatan Limbah padat batubara.

1. Beberapa Peraturan terkait dalam Pemanfaatan Limbah padat batubara :

a. UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


( Lembaran Negara RI Tahun 1977 No. 68, Tambahan Lembaran Negara
No. 3699).

b. Peraturan Pemerintah RI. No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara RI. No.31, Tambahan
Lembaran Negara No. 3815) yang telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah RI. No. 85 Tahun 1999 (Lembaran Negara RI. Tahun 1999
No. 190, Tambahan Lembaran Negara No.3910).

c. Peraturan Pemerintah RI. No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI.Tahun 1999 No.59,
Tambahan Lembaran Negara RI. No. 3838).

d. Peraturan Presiden RI. No. 63. Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden RI. No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia.

e. Keputusan Kepala Bapedal Nomor: 01/Bapedal/09/1995 tentang Tata


Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 pada Lampiran Butir 2
dan 3.

2. Pemanfaatan limbah padat batubara.

Pemanfaatan limbah padat hasil pembakaran batubara masih sangat kecil,


sebagian besar masih disimpan dan dibuang begitu saja tanpa
memperhatikan lingkungan hidup, sedangkan sebagian kecil dimanfaatkan
sebagai bahan atau campuran untuk pembuatan bahan bangunan seperti
campuran agregat halus untuk beton dan pembuatan batako serta
pembuatan paving block, dalam kondisi khusus limbah padat berkarbon
dapat dipakai untuk pembuatan semen portland (PC).adapun persyaratan
untuk pemanfaatan untuk digunakan sebagai komponen bahan bangunan
adalah komposisi kandungan karbon harus lebih kecil dari 5%, sedangkan
komposisi oksida lainnya didasarkan pada peruntukannya. Khusus untuk
campuran agregat halus beton fraksi berukuran – 100# sekitar 80 % dan
untuk campuran pembuatan semen portland harus mempunyai nilai kalori
diatas 3000 kcal. Adapun syarat setelah menjadi produk adalah seperti
terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Syarat Baku Mutu Produk

Parameter

Arsen
5,0
Boron
500,0
Barium
100,0
Cadmium
1,0
Chromium
5,0
Lead
10,0
Selenium
5,0
Zinc
1,0
Mercury
50.0
Lead
0.2

Unsur Oksida
Bukit Asam
Adaro Rideco
SI O2
75 38,73 30,87 12 – 28

Al2 O3
33 24,66 10,32 10 – 27

Fe2 O3
7 15,55 11,67 <3
Ti O2
- 1,06 0,56 -

Ca O
3 8,99 16,76 18 – 48

Mg O
1,5 2,28 6,56 <1
Na2 O
3,5 1,12 3,15 2 -17

K2 O
0,7 0,97 1,09 <1

P2 O5
- 0,12 0,18 < 0.2

S O3
- - - -

LOI
1,37 1,52 1,13 30 – 40

Sifat-Sifat

Beton Keramik

Setelah 2 hari

Beton Konvensional

Setelah 28 hari

Kuat Tekan, Kg/cm2

600 - 700

200-250

Kuat Lentur, Kg/cm2

100 - 170

< 110

Kuat Tarik , Kg/cm2

60 - 70

< 40

Berat Jenis , Kg/cm3

1.6 – 1.7

> 2.5

Porositas, %

15 - 17
> 20

Erosi oleh

Selama 3 Minggu

Selama 3 Minggu

5 % H2S04

4%

15 %

5 % HCl

1%

4%

Air Laut

0%

0.8 %

Syarat limbah padat untuk beton keramik :

- Kandungan SiO2 limbah > 50%

- Fraksi ukuran – 100# diatas 80 %

- Kandungan unsur Karbon < 3 %

Dari Tabel 2 diatas jelas bahwa yang bisa langsung dipakai adalah abu terbang hasil
batubara asal Bukit asam dari PLTU Suralaya. Sedangkan lainnya memerlukan proses
terlebih dahulu.

D. Proses Pemanfaatan Limbah Padat Batubara.

Proses pemanfaatan limbah secara umum diperlihatkan pada diagram alir sebagai
berikut:
Keterangan : K = Kandungan

Y = Ya

T = Tidak

Gambar 1. Bagan alir pemanfaatan limbah padat batubara

Pemisahan Batu bara pada limbah antara lain dapat dilakukan dengan :

- Floating.test.

- Sluice box .

- Slicing table.

- Jig.

E. Pembuatan Beton keramik dan diversifikasinya.


Beton Keramik dibuat dengan mencampur abu terbang yang memenuhi syarat dengan
zat anorganik yang tidak berbahaya dan dipanaskan pada temperatur sekitar 75o C,
selama 2 hari. Perbandingan campuran antara zat anorganik dengan abu terbang
tergantung dari peruntukannya. Dan apabila diperlukan dapat ditambahkan filler sesuai
dengan kebutuhannya.

Campuran Standar Beton Keramik adalah 1 zat Anorganik dengan 5 abu terbang dalam
perbandingan berat. Pembuatan Beton keramik yang lebih ringan didasarkan pada
campuran standar dengan ditambah material pengisi paembentuk rongga yang juga
kalau diperlukan ditambah bahan pengental dengan konsentrasi 1gram/liter. Ada lima
klas yang dihasilkan dengan sifat fisik dan mekaniknya tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4

Pengembangan desain Campuran, Sifat Fisik Dan Mekanik Beton Keramik.

CAMPURAN

BERAT JENIS

POROSITAS

KUAT TEKAN

KUAT LENTUR

KUAT TARIK

1.63

17

660

150

65

II

1.52

21
580

125

58

III

1.40

25

475

110

40

IV *)

1.31

30

320

75

30

V *)

1.20

34

145

45

18

*) Ditambah bahan pengental dengan konsentrasi 1 gram/liter.

 
Beton Keramik pada Tabel 4 juga dapat difungsikan sebagai semen dengan ditambah agregat pasir dan split dengan perbandingan tertentu dan
menghasilkan beberapa produk seperti pada Tabel 5.

Tabel 5

Desain Campuran dan kekakuan Bahan Bangunan Beton Keramik

Dengan Menggunakan Agregat.

CAMPURAN

BERAT JENIS BK AWAL

KUAT TEKAN BK AWAL

NISBAH BK:AH:AK

BERAT JENIS BK BARU

KUAT TEKAN BK BARU

Ia.

1.63

660

1:0:4

1:0:5

1:2:2

1:2:3

1.90

1.92

1.90

1.93

570
545

490

527

IIa

1.52

580

1:0:4

1:0:5

1:2:2

1:2:3

1 87

1.89

1.89

1.90

458

403

389

405

IIIa

1.40

390

1:0:4

1:0:5
1:2:2

1:2:3

1.84

1.85

1.84

1.87

270

225

220

278

IVa

1.31

230

1:0:4

1:0:5

1:2:2

1:2:3

1.82

1.85

1.84

1.85

172

156
148

156

Va

1.20

132

1:0:4

1:0:5

1:2:2

1:2:3

1.79

1.80

1.81

1.83

135

122

130

120

Dari Tabel 5 tersebut dapat dipilih peruntukannya berdasarkan kuat tekannya baik untuk batako, paving block, genting atau beton pracetak lainnya
walaupun berat jenisnya lebih berat dibanding beton keramik tanpa agregat..

Disamping itu sesuai peruntukannya dapat pula dibuat campuran yang hanya terdiri dari abu terbang dan zat anorganik dengan sedikit material pengisi,
seperti pada Tabel 6.

Tabel 6

Beton Keramik (tanpa agregat) Berdasarkan peruntukannya


Peruntukan

Nisbah z.a : fly ash

Berat Jenis

Kuat Tekan

Batako

1:9

1.95

198

Genting

1:7

1.78

390

Beton Pracetak

1:5

1.65

660

F. Penutup

Dari uraian diatas dengan berbagai alternatip pemanfaatan limbah padat hasil
pembakaran batu bara, pemanfaatannya diharapkan lebih meningkat lagi, sehingga
setidak-tidaknya mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya dan para
pengguna batubara diharapkan mendapat nilai tambah dari pemanfaatan limbahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sutomo R. A., Harryanto G, Sudarsono, (2000,2001,2002), ‘Beton


Keramik
’, Bahan Bangunan Berbasis Mineral dan Limbah Padat Industri, Laporan Teknis, Pusat
Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung.

Giiman, J. J. , (1969) , ‘Micromechanics of Flow in Solids ‘ , Journal of Mechanics


and Physical of Solids. I ,.

Kishida. K, Kataoka T., Yokoyama T., (1985) , ‘Behaviour of Material at High Strain
Rates and Cryogenic Temperature, in Macro and Micro – mechanics of High
Velocity Deformation and Fracture’, IUTAM Symposium.

……………….., ‘ Bahan-Bahan Bangunan Memakai Semen untuk Pemukiman

’, (1985), Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan


Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Tags: makalah penelitian
Prev: Peningkatan Kadar Emas
Next: Peningkatan Kadar Emas dari Tailing

You might also like