Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
kendala, terutama bila dilihat dari beberapa indikator SDM yaitu AKI (Angka
Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi), AKABA (Angka Kematian Balita) dan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat digunakan
sebagai salah satu indikator pembangunan bidang kesehatan dan sebagai bagian dari
Manusia) khususnya indikator kesehatan ibu dimana pada saat ini masih sangat
Salah satu hasil dari sasaran dalam pencapaian MDGs (Millenium Development
Goals) atau Sasaran Pembangunan Milenium adalah menurunnya AKI dan AKB
a. Menurunnya AKI 2/3 dari pencapaian di tahun 1990 menjadi 102 per
1
b. Menurunnya AKB 2/3 dari pencapaian di tahun 1990 menjadi 23
Indonesia telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Penurunan AKI tersebut
diikuti dengan peningkatan indikator terhadap AKI yaitu pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, meningkat dari 38,5% pada tahun 1992 menjadi 73,4% pada tahun
beberapa kenyataan yang cukup menyedihkan dimana AKI kita tetap masih yang
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita
muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur
untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007, AKI di
Jawa Barat sebanyak 788 kasus terlapor dan di Kota Cimahi sebanyak 10 kasus
terlapor. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, AKB di Jawa
Barat 39 per 1000 kelahiran hidup dan di Kota Cimahi sebanyak 60 kasus terlapor.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa AKI dan AKB masih tinggi.
Sebagian besar kematian ibu dan bayi dapat dicegah walaupun dengan teknologi
dan sumber daya yang terbatas. Pelayanan kesehatan maternal yang bermutu sangat
2
diperlukan untuk mencegah kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta
bayi. Untuk itu diperlukan pelayanan kesehatan yang benar-benar berfungsi dan
eklampsi dan infeksi dan partus lama. Pendarahan merupakan faktor terbesar
penyebab kematian ibu. Penyebab tidak langsung dan mendasar yang mempengaruhi
AKI dan AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan
2. Ibu hamil dan bersalin dengan 4 Terlalu (Hamil atau bersalin terlalu
muda dan tua umurnya, terlalu banyak anaknya dan terlalu dekat jarak
kehamilan/persalinannya).
rendah.
5. Kondisi ibu dan bayi yang tidak sehat, dengan penyakit akibat
6. Adanya 3 Terlambat :
3
• Terlambat mengetahui tanda bahaya dan memutuskan rujukan.
Adapun Penyebab mendasar yang dapat mempengaruhi AKI dan AKB adalah : 7
bayi.
pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar Safe Motherhood ,
yaitu :9
2. Pelayanan antenatal
Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga, yaitu memastikan bahwa
memberikan pertolongan yang aman dan bersih serta memberikan pelayanan nifas
kepada ibu dan bayi. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar
4
persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri.
didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu
hamil.9
paraji (dukun bayi) karena tingginya kepercayaan, keberadaannya yang dekat dan
biaya yang murah.10 Kepercayaan masyarakat terutama ibu hamil terhadap paraji
persalinan, disamping itu tradisi nenek moyang yang masih dipegang erat oleh
masyarakat serta sistem sosiokultural yang ada di daerah tersebut dimana dukun bayi
biasanya berasal dari daerah sekitar tempat tinggal ibu hamil dan mereka telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem organisasi sosial dan sistem
Berdasarkan data dari laporan tahunan Puskesmas Cimahi Selatan tahun 2009,
target LINAKES yang sudah ditetapkan adalah 87,5 %. Hal ini menunjukkan adanya
(LINAKES) dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Cimahi Selatan.
5
Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan upaya-upaya yang telah
Masyarakat.
6
1.4 Manfaat Pengamatan
tenaga kesehatan.
Puskesmas Cimahi Selatan adalah masih adanya tenaga non kesehatan (paraji/dukun
7
masih adanya ibu bersalin yang memilih ditolong oleh paraji karena masalah biaya
ataupun karena sosial budaya, kemitraan paraji dengan bidan belum berjalan dengan
baik, dan program RW siaga belum terlaksana dengan optimal, belum lengkapnya
pelaporan data jumlah ibu bersalin di rumah sakit, dokter praktek swasta atau bidan
CAKUPAN PERSALINAN
TENAGA KESEHATAN
BUMIL
Ketersediaan - Pengetahuan /
- Bidan
bahan habis pendidikan
Puskesmas pakai - Sosial budaya
Bidan praktek - Kepercayaan
swasta Ketersediaan pada paraji
peralatan
APBD Konseling
- Konseling
Tarif persalinan Pencatatan &
- Sistem
bidan mahal pelaporan
pencatatan & Pertolongan
TABULIN &
pelaporan persalinan
DASOLIN
- Prosedur Pertemuan antar
pertolongan bidan
persalinan Kemitraan
- Pertemuan antar bidan dan
bidan paraji
- Kemitraan bidan Kunjungan
dan paraji rumah
- Kunjungan Program RW
rumah siaga
- Program RW
siaga
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan di antara ibu, bayi dan anak adalah memberikan pemeliharaan dalam
waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini mungkin. Penurunan angka
kematian ibu maternal, bayi dan anak balita serta penurunan angka kelahiran
ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah.
NKKBS.
9
paguyuban 10 keluarga, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
keluarganya.
kegiatan tersendiri untuk program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu :
10
2.2 Pemantauan Pelayanan KIA11
para penguasa wilayah sehingga dapat diketahui serta mendapatkan bantuan yang
diperlukan. Salah satu alat pemantauan sederhana yang dikembangkan untuk KIA
KIA. Data yang dikumpulkan mulai tingkat Puskesmas yang kemudian dilaporkan
tingginya.
AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar Safe
Motherhood , yaitu :
2. Pelayanan antenatal
bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan
1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan, dan menentukan jumlah anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada
lagi kehamilan yang tidak diinginkan sehingga angka aborsi akan berkurang.
yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB termasuk
prevalence rate) di Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini
khusus.
Pelayanan Antenatal
kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang
tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat ditangani bila ada pelayanan
tingkat pelayanan dasar oleh bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila
komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar,
maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu melakukan
secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan penting
secara manual, dan aspirasi vakum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta
keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang
meliputi:
PBB di New York pada bulan September tahun 2000 telah mendeklarasikan suatu
oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 Kepala Pemerintahan, Kepala Negara
Milenium ini telah menjadi salah satu acuan penting yang ingin dicapai dalam
hingga separuhnya.
a. Target 3: pada tahun 2015 semua anak Indonesia baik laki-laki maupun
3)
dan menengah.
bawah 5 tahun hingga dua per tiganya (dari kondisi tahun 1990).
a. Target 6: pada tahun 2015 dapat menurunkan tingkat kematian ibu dalam
proses melahirkan hingga tiga per empatnya (dari kondisi tahun 1990).
Indonesia.
b. Target 10: Mengurangi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada
sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada
internasional.
umum ke-22).
kaum muda.
berkembang.
g. Target 18: Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya
Semua target MDGs yang ingin dicapai merupakan tanggung jawab seluruh
target MDG ke-4 yaitu pada tahun 2015 dapat menurunkan angka kematian anak
-anak usia di bawah 5 tahun (balita) hingga dua per tiganya (dari kondisi tahun
1990), tidak akan dapat dicapai melalui upaya 1 kelompok saja (misal sektor
Kesehatan saja) tetapi banyak sektor lain harus berperan, misalnya sektor ekonomi
kesakitan dan kematian, sektor pendidikan untuk mengentaskan buta aksara yang
menjadi penyebab ketidaktahuan masyarakat, dsb. Contoh lain target MDG 5 tidak
akan tercapai apabila target MDG 1, 2, 3 dan 6 tidak tercapai. Sebenarnya semua
target MDGs saling terkait, bila ingin mencapai semua target MDGs semua sektor
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan
1. Hipotermia
2. Asfiksia
1. Keluarga berencana
5. Penatalaksanaan komplikasi
1. Mempersiapkan kelahiran
persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
bayi
persalinan
dan nifas.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
3. Pencegahan infeksi
5. Rujukan
2.6 Pelayanan Pertolongan Persalinan
atau petugas kesehatan lainnya yang telah memperoleh pelatihan tehnis untuk
kematian bagi ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan , dimana prinsip pelayanan
didasarkan pada:
Terlambat (3T)”
3. Berat badan.
bidan dirumah. Kehamilan dengan resiko tinggi ditolong oleh dokter umum,
yang baik.
meningkatkan pelayanannya.
3. Palpasi abdominal.
6. Persiapan persalinan.
berlangsung.
Mengenali secara tepat tanda gawat janin pada kala II yang lama
terjadi yaitu :
2. Eklamsia
3. Partus lama/macet
5. Retensio placenta
8. Sepsis puerpueralis
9. Asfiksia neonatorum
Program Kemitraan paraji dan bidan merupakan salah satu program sebagai
kesehatan.
Kemitraan paraji dan bidan sendiri adalah suatu bentuk kerjasama bidan dan
dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa
nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun
Keberhasilan dari kegiatan kemitraan paraji dan bidan adalah ditandai dengan
adanya kesepakatan antara bidan dan paraji dimana paraji akan selalu merujuk
setiap ibu hamil dan bersalin yang datang. serta akan membantu bidan dalam
merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara bidan sepakat untuk
3. Saling menghubungi.
4. Saling mendekati.
7. Saling menghargai.
posyandu.
bidan.
atas.
puskesmas/bidan.
3) mengalami perdarahan
badan tinggi
5) penyakit menahun
puskesmas/Rumah Sakit
D. Peran paraji dalam pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
2.9.1 Definisi17
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
pentingnya kesehatan.
bayi dan anak menuju penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Ibu.
masyarakat.
perilaku hidup bersih dan sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
keluarga di desa.
masalah.
serta siap bekerja sama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan
tersebut.
5. Pelaksanaan Kegiatan :
(kadarzi).
Tabel 2.1
Strata Desa Siaga
STRATA
No. KRITERIA INDIKATOR 1 2 3
1. Adanya Forum Masyarakat Desa √ √ √
2. Adanya sarana/fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan √ √ √
sistem rujukannya
3. Adanya UKBM yang dikembangkan √ √ √
4. Adanya sistem pengamatan penyakit dan faktor resiko √ √ √
berbasis masyarakat (surveilans berbasis masyarakat)
5. Adanya sistem kesiap-siagaan penanggulangan kegawat- √* √
daruratan dan bencana berbasis masyarakat
6. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan √* √
sehat
7. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS √* √
8. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya Kadarzi √* √
Keterangan :
Strata Pratama : memenuhi 4 indikator minimal (indikator 1 sampai dengan 4)
Strata Madya : memenuhi 4 indikator minimal 2 indikator tambahan (*)
Strata Utama : memenuhi 8 indikator (1 sampai 8)
dan bentuk.
mempunyai dokter.
minimal :
minimal:
melalui :
Contoh :
Sehat (PHBS)
PHBS.
(Kadarzi)
Suatu desa dikatakan mempunyai upaya menciptakan dan terwujudnya
Kadarzi.
bahwa ada ibu hamil yang normal atau beresiko yang sewaktu-waktu
membutuhkan pertolongan.
a. Bendera
b. Stiker
jam.
3. Sistem Dana
atau oleh ibu hamil (Tabulin) yang keduanya digunakan untuk biaya
pengurus.
atau Bank.
bawah.
4. Sistem transportasi
Sistem yang dikembangkan untuk mengantar ibu hamil yang akan
c. Ambulan Puskesmas
d. Becak 19
1.Indikator Masukan
perlengkapannya.
2.Indikator Proses
3.Indikator Keluaran
4.Indikator Dampak
1. Bagi masyarakat :
tengah masyarakat.
dan lain-lain.
pemerintah.
masyarakat.
penanganan persalinan.
kesehatan.
1. Data primer
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan petugas
2. Data sekunder
Cimahi Selatan.
permukaan laut dan memiliki wilayah kerja seluas 773,576 Ha yang terdiri dari 2
Bandung
yaitu :
a. Memiliki wilayah kerja seluas 773,576 Ha dengan skala 5 (<30 km) yang
beban ringan.
d. Dilalui jalan nasional dan jalan tol, sehingga mobilitas penduduk tinggi
sanitasi yang kurang baik disertai mobilitas penduduk yang juga cukup
tinggi
Tabel 4.1
Tipologi Wilayah
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
Tabel 4.2
Kondisi Keterjangkauan
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
a. Keadaan Penduduk
Tabel 4.3
Gambaran Wilayah dan Kependudukan
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
KELURAHAN LUAS JUMLAH JUMLAH KEPADATAN
WILAYAH PENDUDUK KK PENDUDUK
(Ha) (Ha)
Kel. Utama 380,163 43.711 13.571 141,84
Kel. Leuwi Gajah 393,413 47.106 12.942 119,14
LUAS WILAYAH 773,576 90.817 26.513
BINAAN
PUSKESMAS
Sumber Data : Profil Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2009
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Penduduk
(Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan)
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
PENDIDIKAN KELURAHAN
YANG Kel. Utama Kel. Leuwi
DITAMATKAN Gajah
Jumlah % Jumlah %
Strata III 13 0,03 25 0,05
Strata I 70 0,16 196 0,42
D IV / S 1 696 1,59 2552 5,42
Akademi / D II / D 716 1,64 1841 3,91
III
DI 320 0,73 555 1,18
SLTA /Sederajat 12.193 27,89 13950 29,61
SLTP / Sederajat 11.643 26,64 8938 18,97
SD / Sederajat 7637 17,47 8278 17,57
Tidak / Belum 3678 8,41 4286 9,10
Tamat SD /
Sederajat
pendidikan terakhir terbanyaknya adalah SLTA, maka pada daerah ini penyuluhan
Tabel 4.6
Mata Pencaharian Penduduk
Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009
Standar Beban
Kemampuan Kerja
NO Jenis Tenaga Jumlah Kekurangan
Teknis Kel Kota DTP (Tugas
Rangkap)
1 Kepala Puskesmas Dokter 1 1 1 1 Cukup
2 Tata Usaha SKM 1 1 1 2 Lebih
D2/D3/Perawa
3 RR/Perencanaan/EV 1 1 1 1 Cukup
t
4 Bendahara SMEA/SMA 1 2 1 1 Kurang √
5 Bagian Kartu Pekarya 1 1 1 1 Cukup
6 Poliklinik Umum dr. Umum 1 2 1 3 Lebih √
Perawat 1 1 1 2 Lebih √
4.5.2 Sasaran
Sasaran pengamatan ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
4.5.3 Pembahasan
tenaga kesehatan baik itu di Puskesmas maupun pada bidan serta dokter swasta
(rumah sakit) dan tenaga kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Cimahi Selatan.
Dari data di atas, bila dihitung angka cakupan pertolongan persalinan oleh
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kota Cimahi didapatkan nilai sebagai berikut:
sasaran)
= 84,35 %
= 84,35 % - 87,5 %
belum memenuhi target (87,5 %), masih ada masyarakat yang memilih
pertolongan oleh dukun paraji (3,45 %) dikarenakan masih adanya paraji yang
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah paraji yang melakukan
pertolongan persalinan secara aktif berjumlah 10 orang. Hal ini menjadi suatu
masalah atau hambatan yang dihadapi oleh petugas puskesmas dalam upaya
a. Tenaga (man)
Tenaga yang tersedia yaitu empat orang bidan pengelola program KIA-
Kesehatan.
KIA, padahal kegiatan KIA itu banyak. Selain itu, saat pelaksanaan dari
jumlahnya kurang.
yaitu 4 orang dan pelatihan PONED, yaitu 3 orang. Hal ini menunjukkan
tugas rangkap.
b. Dana (money)
berasal dari dana lokasi umum Puskesmas (Dinas Kesehatan) dari APBD
DASOLIN.
dengan tarif persalinan di paraji ada yang sebesar Rp 400.000,- maka tarif
lebih ringan. Tetapi untuk ibu hamil yang tidak mampu ada pelayanan
pelaksanaan RW Siaga.
c. Peralatan (machine)
partus Kit, resusitasi Kit, dan tersedianya ruang PONED di Puskesmas Cimahi
Selatan.
Jadi, dari segi jumlah sudah mencukupi, tetapi ada beberapa alat yang
d. Material
obat-obatan uterotonika, infusion set, transfusion set, dan sarung tangan yang
Jadi, dalam hal material, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
sudah mencukupi.
e. Metode
yang sedang hamil mengenai bagaimana proses persalinan yang aman dan
dan bidan praktek swasta belum berjalan rutin. Hal itu disebabkan adanya
kesibukan dari bidan swastanya sendiri dan juga karena ada acara lain di
kegiatan kemitraan antara bidan dan paraji atau karena paraji mungkin
pendataan dan pelaporan ibu hamil dan ibu bersalin setiap bulannya
bidan puskesmas kepada ibu hamil resiko tinggi disesuaikan dengan jam
kerja puskesmas. Pada saat kunjungan rumah, kepada ibu hamil dan
swasta.
7) Menerima persalinan normal di Puskesmas Cimahi Selatan selama
Selatan.
8) Program RW siaga
rutin.
f. Market (Sasaran)
Sasaran dari program ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah
SLTA (28,75%). Walaupun strata pendidikan terbanyak itu SLTA, tetapi jumlah
itu baru + 1/4 dari seluruh jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cimahi
Selatan.
Berdasarkan Tabel 4.6, persentase mata pencaharian yang terbanyak, yaitu
buruh pabrik (61,02%). Hal ini menunjukkan strata ekonomi penduduk di wilayah
Berdasarkan data diatas, strata pendidikan dan ekonomi yang rendah bisa
mengakibatkan masih banyaknya ibu hamil memilih bersalin di paraji. Selain itu,
Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, seharusnya ibu hamil dapat bersalin di
g. Waktu
Cimahi Selatan dalam bentuk pelayanan 24 jam (on call). Kegiatan ini
tetapi dalam pelaksanaannya tidak berjalan satu bulan sekali. Hal ini
5.1 Kesimpulan
Cimahi Selatan tahun 2009 (84,35 %) berada di bawah target SPM Kota
dengan cakupan yaitu 3,15 % dan dapat dikatakan program tersebut belum
berjalan rutin.
g. Pendataan dan pelaporan dari bidan praktek swasta dan paraji belum
berjalan optimal.
untuk memperoleh alat baru untuk menggantikan alat yang sudah tidak
layak pakai.
paraji dapat berjalan rutin dan terjalin kerjasama yang baik, sehingga
dengan bidan.
kepada ibu hamil yang dilakukan secara rutin dan menggunakan bahasa