You are on page 1of 10

BAHAN AJAR MATERI PROFESI KEPENDIDIKAN

LAYANAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING


(SEJARAH BIMBINGAN KONSELING DI INDONESIA DAN DUNIA)

SEJARAH di Indonesia
Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat
mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara
lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal
ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.

Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa
dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar
menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.

Dekade 60-an
1960 BK masuk ke setting sekolah, hasil dari konferensi IKIP / FKIP
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
1963 Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
1964 Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
1968 Lahirnya kurikulum 1968
Keadaan dia tas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.

Dekade 70-an
1971 PPSP (proyek Perintis Sekolah Pembangunan), BP/BK mulai dikembangkan
1975 BP/BK lahirnya kurikulum SMA. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan
1978 Program PGSLP dan PGSLA
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas
sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada
pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
 Pemerataan kesempatan belajar, 
 Mutu, 
 Relevansi, dan 
 Efisiensi. 

Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional.
Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana
bimbingan dan konseling.

Dekade 80-an
1989 :Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989
dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Azmi el-Hasbi, M.Pd
MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (kan tetapi
pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung
misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka)
Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi
tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah
satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya.
Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa
dalam kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi
guru mata pelajaran yang berhalangan hadir.
Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi
para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak
memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok.
Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program
pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya,
Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan
fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang
diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.Kondisi-kondisi seperti di atas,
nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.

Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam
dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai
dengan menuju lepas landas.

Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:


Penyempurnaan kurikulum
Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
Penataan perguruan tinggi
Pelaksnaan wajib belajar
Pembukaan universitas teruka
Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional

Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas
formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang
berorientasi Indonesia, dsb.

DEKADE 90-an
Sampai 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya
lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP.
Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah
Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK
Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru
Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai
jelas.
1995 SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yang
menyangkut bimbingan dan konseling adalah :
1. Istilah “bimbingan dan penyuluhan” secara resmi diganti menjadi “bimbingan
dan konseling.”
2. Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu
guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling
tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru.
3. Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut;
minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam.
4. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang jelas :
a. Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya.
b. Bidang bimbingan : bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir
c. Jenis layanan : layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
d. Kegiatan pendukung : instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan
rumah dan alih tangan kasus. Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang
kemudian disebut “BK Pola-17”
5. Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap :
a. Perencanaan kegiatan
b. Pelaksanaan kegiatan
c. Penilaian hasil kegiatan
d. Analisis hasil penilaiane.
6. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerja
sekolah. Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelas
yang sudah lama berlangsung sebelumnya

SEJARAH BIMBINGAN KONSELING DI DUNIA


DEKADE 20-an
2011 Perkembangan BK semakin mantap
SEJARAH INTERNASIONAL
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi
industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah
negeri.
Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.

Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite
tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-
kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan
tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu
yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli
Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.

Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American


Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang
bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi
secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan
tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
 Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual
dan pasaran kerja
 Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar
meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri
dan memecahkan masalahnya sendiri.
 Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada
upaya profesionalisasi konselor
 Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada
tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam
proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya
terpusat pada individu.

Di Amerika Serikat
 Bimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational
bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the
father of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan
agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang
ada pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga
memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.
Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul
“Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang
mewarnai sejarah bimbingan diantaranya :
1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan
manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau
Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang
tidak dapat bekerja dengan baik.
2. Agama
Pada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan
yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran kesehatan mental
Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit
jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa,
pengobatan, dan pencegahannya, karna ada suatu kesadaran bahwa penyakit
ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ii
mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-
anak muda.
4. Perubahan dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan
IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa
mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini
mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan
kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan
berhasil.
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan
diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami
siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau
memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai
teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK)


I. Pengertian secara Umum
Dalam bahasa Inggris "counseling" dikaitkan dengan kata "counsel" yang di artikan
sebagai berikut:
a. Nasehat (to obtain counsel)
b. Anjuran (to give counsel)
c. Pembicaraan (to take counsel)
d. Dengan demikian konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, anjuran dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran
Maka konseling dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam
literatur-literatur bimbingan dan konseling antara lain:
1. C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang
melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih,
dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan
sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental
klien.
2. Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses
dimana orang yang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang
lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan
lingkungannya.
3. Devision of 17 of The American Psychologocal Association (APA)
merumuskan definisi konseling sebagai bekerja dengan individu atau kelompok yang
berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, pendidikan dan vokasional.
4. Menurut Williamson, konseling diartikan sebagai suatu proses personalisasi
dan individualisasi untuk membnatu seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di
sekolah. Ciri-ciri prilaku sebagai warga negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta
kebiasaan dan semua kebiasaan lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap dan
kepercayaan yang dapat membantu dirinya selaku mahluk yang dapat menyesuaikan diri
secara normal.
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
1. Bimbingan dan konseling di bidang vokasional (vocational Guidance and
Counseling) yaitu bimbingan dan penyuluhan yang berhubungan dengan
masalah jabatan atau pekerjaan yang perlu di pilih oleh murid sesuai dengan
bakat dan kemampuan masing-masing untuk masa sekarang dan yang akan
datang.
2. Bimbingsn dan konseling dalam bidang kependidikan (Educational Guidance and
Counseling) yaitu pemberian bimbingan yang menyangkut tentang
pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan di pilih
3. Bimbingan dan konseling dalam kehidupan keagamaan (Religious Counseling)
bertujuan untuk membantu pemecehan problema perseorangan dengan melalui
keimanan menurut agamanya.

C. Sasaran Bimbingan dan Konseling


1. Pelayanan yang membantu siswa agar dapat lebih memahami tentang dirinya sendiri,
terhadap bakat serta kemungkinan perkembangannya agar dapat dengan mudah
mengungkapkan perasaan tertekan dan harapan ke alam sadarnya, serta melihat
hal tersebut tanpa distorsi
2. Pelayanan yang membantu kepada pertumbuhan hidup sosial dan ketrampilannya ke
arah sikap dan perasaan senang hidup bermasyarakat
3. Pelayanan terhadap kebutuhan siswa di bidang kesehetan mental dan fisik, keuangan
dalam bentuk koperasi, pinjam meminjam, beasiswa, Student Employment
Services (bagian urusan penemoatan kerja) adalah penting artinya bagi
perkembangan studi mereka lebih lanjut

Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli
dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya :
bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan
pergaulan bebas (free sex).

4. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor
dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi
atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room,
dan karyawisata.
5. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
6. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
7. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode
dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
8. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
9. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang
tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
10. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
11. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah
tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-
kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)
sesuai dengan minat konseli

Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan,
baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan
lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa
yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya
menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang
sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut,
bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang
positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja
sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam
mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan
menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus
dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli
untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi
juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan


oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan,
yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang
diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran
pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
(konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu
mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-
ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam
kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa
lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk
ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-
kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan
demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan lain-lain.

Azmi el-Hasbi, M.Pd


MATERI AJAR MATA KULIAH
PROFESI KEPENDIDIKAN

You might also like