You are on page 1of 63

A.

Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mengalami

kemajuan yang cukup pesat. Wawasan dan pengetahuan manusia makin hari makin

berkembang, sehingga menyebabkan adanya pergeseran nilai dari peradaban manusia

itu sendiri. Memang pada dasarnya setiap perubahan mempunyai arti nilai yang

berlainan, baik itu yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif. Hanya

saja kita sebagai manusia harus lebih arif dan bijaksana dalam mengambil makna dari

adanya perubahan tersebut.

Sebagai orang teknik terutama orang yang berkecimpung dalam bidang

permesinan, tentu menginginkan adanya tambahan wawasan dan pengetahuan dasar

yang perlu dipelajari, karena dapat dijadikan sebagai sarana penunjang dalam

mempelajari ilmu permesinan lebih jauh. Pengetahuan tentang logam perlu dipelajari

karena berhubungan dengan pemakaian logam pada berbagai keperluan.

Logam banyak dipergunakan oleh manusia, karena mempunyai sifat-sifat

yang tidak dipunyai oleh unsur lain seperti sifat kuat, liat, keras, mengkilap,

penghantar listrik dan penghantar panas yang baik juga logam mempunyai titik cair

yang cukup tinggi. Pemakaian logam di bidang teknik pada umumnya tidak tunggal.

Hal ini bermaksud agar peralatan dari logam berkemampuan baik.

Seperti halnya dalam pelapisan dudukan gagang telepon umum di PT. Pindad

Persero Bandung, baja dilapisi kembali permukaannya dengan tembaga, nikel dan

khrom. Tujuan pemaduan tersebut selain untuk menambah kekuatan juga keindahan,
2

agar tidak mudah korosi. Korosi terjadi selain disebabkan oleh reaksi kimia biasa,

juga disebabkan oleh proses elektrokimia.

Di negara yang sudah maju, masalah korosi telah mendapat perhatian yang

serius sehingga dibentuk lembaga-lembaga yang menangani secara sungguh-sungguh.

Fakta membuktikan bahwa kerugian yang diakibatkan korosi sangatlah besar, sebagai

contoh seperti berikut.

 Kerugian korosi di USA pada tahun 1978 : $ 70.000.000.000

(uhlig)

 Kerugian korosi di Australia pada tahun 1972 : $ 700.000.000 (uhlig)

 Kerugian korosi di Inggris pada tahun 1956 : $ 1.000.000.000

(uhlig)

 Di Indonesia pada tahun 1992 diperkirakan : $ 1.000.000.000

(Indicor)

Dengan melihat bahaya dan kerugian akibat korosi yang begitu besar,

mendorong manusia untuk mencari berbagai cara agar dapat mengurangi terjadinya

korosi tersebut. Salah satu upaya untuk umur pakai peralatan dari logam terhadap

pengaruh korosi, diantaranya adalah dengan pelapisan. Untuk mengetahui lebih lanjut

bagaimana cara pelapisan logam sebagai proteksi terhadap korosi, maka menulis

merasa perlu mengkaji lebih jauh melalui skripsi ini.


3

Mekanisme terjadinya Korosi

Mekanisme terjadinya korosi ditinjau dari aspek material adalah adanya

ragam jenis material yang menyatu dalam ukuran mikro atau makro. Keadaan

struktur mikro, tidak lepas dari historis metalurgi mengenai cara pembentukan dan

perubahannya. Karena itulah proses-proses pembentukan dan pengerjaan logam

merupakan faktor yang menentukan.

Korosi adalah suatu peristiwa di mana reaksi terjadi di antara logam dengan

lingkungannya. Reaksi tersebut dengan mudah terjadi karena tingkat keadaan yang

sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang di peroleh

dari reaksi adalah bentuk dan keadaan logam tersebut cocok dengan lingkungan

tersebut.

Reaksi anoda adalah reaksi utama untuk korosi. Akan tetapi, berbagai
reaksi katoda mendapat perhatian khusus karena reaksi yang menyerap
elektron (katodik) selalu serentak dengan reaksi korosi anodik
(menghasilkan elektron). Reaksi yang paling dominan tergantung pada
variabel lingkungan elektrolit, seperti suhu dan konsentrasi.

(Djapri, 1989: 490)

Gambar 2.1 menggambarkan mekanisme pembentukkan karat besi. Besi

mempunyai potensial elektroda sebesar – 0,44 Volt dalam Table 2.1 bila membentuk

Fe2+ dan akan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ elektron-elektronnya dapat

digunakan. Pembentukan hidroksil adalah reaksi katodik, jadi menggunakan elektron

oleh karena itu terjadi reaksi di dalam air yang diperkaya oksigen.
4

Tabel 2.1

Potensial Elektroda (25oC; larutan mol)

Potensial Elektroda yang Potensial elektroda


digunakan oleh ahli yang digunakan oleh
Reaksi setengah elektrokimia dan ahli ahli Kimia fisika dan
korosi* ahli termodinamika*
(Volt)

Au→ Au3+ + 3e- + 1,50 - 1,50


2H2O →O2 +4H+ + 1,23 Katodi - 1,23
+ 4e- + 1,20 k - 1,20
Pt →Pt4+ + 4e- + 0,80 (mulia - 0,80
Ag→ Ag+ + e- + 0,77 ) - 0,77
Fe2+ →Fe 3++ e- + 0,40 - 0,40
4(OH)- → O2 + + 0,34 - 0,34
2H2O + 4e- 0,000 0,000
Cu →Cu2+ + 2e- - 0,13 + 0,13
H2 →2H= + 2e- - 0,14 Refere + 0,14
Pb →Pb2+ + 2e- - 0,25 ns + 0,25
Sn →Sn2+ + 2e- - 0,44 + 0,44
Ni →Ni2+ + 2e- - 0,74 + 0,74
Fe →Fe2+ + 2e- -0,76 + 0,76
Cr →Cr 2++ 2e- - 1,66 + 1,66
Zn →Zn2+ + 2e- - 2,36 + 2,36
Al →Al 3++ 3e- - 2,71 + 2,71
Mg →Mg2+ + 2e- - 2,92 + 2,92
Na →Na+ + e- - 2,96 + 2,96
5

K →K ++ e- Anodi
Li →Li ++ e- k
(Aktif)

(Djapri, Sriati,1989: 489)

Anoda (-) : Fe(s) Fe2+ (aq) + 2e-

Katoda (+) : 2 H2O(l) + O2 (g) + 4e- 4(OH-)

Pengendapan 2Fe (s) + 2H2O(l) + O2(g) 2Fe2+(aq) + 4OH- (aq)

Hasil akhir 2Fe(OH-)2 (aq), tidak terlarut dalam air oleh karena itu mengendap

disebut karat dan akan terbentuk pada besi dengan adanya elektrolit.

Dari tabel di bawah makin ke bawah kedudukannya makin kurang mulia atau

logam berada di bawah menjadi anoda (larut) di banding yang ada di atas. Makin jauh

perbedaan kedudukan kedua logam dalam deret ini makin besar sifat aktifitasnya.

Tabel 2.2

Deret Galvanik Beberapa Paduan

Katodik Grafit
Perak
Baja 12 % Ni, 18 % Cr, 3 %
Mo - P
Baja 20 % Ni, 25 % Cr - P
Baja 23 – 30 % Cr – P
Baja 14 % Ni, 23 % Cr – P
Baja 8 % Ni, 18 % Cr – P
Baja 7 % Ni, 17 % Cr – P
6

Baja 16 – 18 % Cr – P
Baja 12 – 14 % Cr – P
Baja 80 % Ni, 20 % Cr – P
Inconel – P
60 % Ni, 15 % Cr – P
Nikel – P
Logam monel
Tembaga – nikel
Nikel – perak
Perunggu
Tembaga
Kuningan
80 % Ni, 20 % Cr – A
Inconel – A
60 % Ni, 15 % Cr – A
Nikel – A
Timah putih
Timah hitam
Timah patri. Pb – Sn
Baja 12 % Ni, 18 % Cr, 3 %
Mo – A
Baja 20 % Ni, 25 % Cr - A
Baja 14 % Ni, 23 % Cr - A
Baja 8 % Ni, 18 % Cr - A
Baja 7 % Ni, 17 % Cr - A
Ni – resist
Baja 23 – 30 % Cr - A
Baja 16 - 18 % Cr - A
Baja 12 - 14 % Cr - A
Baja 4 - 6 % Cr – A
Besi cor
Baja tembaga
Baja karbon
7

Paduan aluminium 2017 – T


Kadmium
Aluminium, 1100
Seng
Anodik Paduan magnesium
Magnesium

(Djafri, 1989: 505)

B. Faktor-faktor Terjadinya Korosi

Di tinjau dari mekanisme korosi dari sudut elektrokimia, pada prinsipnya

korosi terjadi karena,

a. Adanya ketidakhomogenan baik dalam jenis maupun mikro


termasuk ketidakhomogenan dalam beban fisik dan kimia (tegangan,
suhu, konsentrasi oksigen dan sebagainya)
b. Adanya kontak
c. Adanya larutan, air atau embun yang mengandung garam
sebagai elektrolit.
(Wahyudin, 1994: 6)

Marsudi dalam “Hand Out Teknik Pelapisan” meninjau dari segi material

faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah:

a. Homogenitas fisik dan kimia

b. Nilai elektro potensial di dalam larutan

c. Kemampuan membentuk lapisan pelindung

d. Hidrogen- over voltage

e. Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2,

NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi.


8

C. Sistem Proteksi Korosi

Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan

dengan jenis peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-

prinsip pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif


b. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak
berbahaya lagi
c. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara :
1). Pelapisan dengan cat (organic coating)
2). pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding
3). pelapisan anorganik
4). pembalutan (wrapping)
d. Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan
terhadap jenis korosi tertentu
e. penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor)
f. perlindungan katodik dan perlindungan anodik
(Widharto, 1999: 97)

Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif),

hiasan (dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan

panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan

sebagainya.

Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan cat

(coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-jenis

proses pelapisan logam sering digunakan antara lain.

1. Elektroplating

Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu

pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain

yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah
9

proses mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi

melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-reduksi.

Jenis-jenis proses pelapisan listrik menurut Hartomo dalam bukunya

“Mengenal Pelapisan Logam (Elektroplating),(1999), di kenal antara lain:

1). pelapisan cadmium

2). pelapisan seng

3). pelapisan tembaga

4). pelapisan nikel

5). pelapisan khrom

6). pelapisan timah

7). pelapian timbal

8). pelapisan perak

9). pelapisan emas

10). pelapisan rodium

11). pelapisan kuningan

12). pelapisan brons

13). pelapisan logam pada plastik

Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada

penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian

bahan yang lebih murah.

2. Galvanisasi

Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating,

hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi
10

penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi.

Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi

yang akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih

kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut

galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam

yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses

pencelupan panas (hot dipping).

3. Semprotan Logam (Metal spray)

Menurut Ir. Wahyudin dalam “Metal Spray “ (metallizing proces, Puslitbang

Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi

(metallizing proces), di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu

permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni

ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan diatomisasikan oleh udara tekan

membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan

benda kerja membentuk lapisan logam padat.

Walaupun banyak mengatakan lapisan ini termasuk lapisan difusi

tetapi adhesi yang diperoleh lebih banyak disebabkan ikatan mekanis dari

interdifusi, karenanya pada kebanyakan yang mempunyai kekasaran tertentu akan

lebih baik. Kelebihan cara ini adalah dapat dilakukan pada struktur logam yang

telah selesai difabrikasi. Kadang-kadang pori-pori pada pelapisan ini di isi dengan

resin termoplastik untuk mengikat daya anti karat.

Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat

membuat logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira


11

200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan

logam yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting.

Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena

semprotan gas panas yang terbakar (misalnya Oxy- acetylene) atau dengan busur

listrik (electric arc). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.

4. Sementasi (cementation)

Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi

ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu

tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan

logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan

mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan

mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan

regangan yang inert.

5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)

Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah

sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif

memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis

inhibitor, yaitu:

a. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor)

b. Inhibitor katodik (catodic inhibitor)

c. Inhibitor organis (organic inhibitor)

d. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)

e. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor)


12

Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah.

a. injeksi terus menerus

b. pemasokan secara setakar-setakar (batch)

c. cara pengecatan (squeeze treatment)

d. valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)

e. pelapisan (coating)

Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga

dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini.

a. Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor

b. Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai

gerakan agitasi

c. Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak

terkelupas, sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan

lain-lain.

d. Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi

dan menghasilkan produk yang dapat merusak

e. Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat

yang berlebihan

f. Pengaruh beracun

g. Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses

adsorpsi atau terlalu mudah atau lambat larut

Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari

serangan korosi, diantaranya yaitu:


13

a. Memperpanjang usia pakai peralatan


b. Mencegah penghentian pabrik (shut down)
c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan
d. Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer)
e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive
appearance)
(Widharto,1999: 139)

D. Proses Elektrolisa

Elektrolisa adalah suatu proses di mana reaksi kimia terjadi pada elektroda

yang tercelup dalam elektrolit, ketika tegangan diterapkan pada elektroda itu.

Elektroda yang hanya mentransfer elektron ke atau dari larutan, seperti platina

disebut elektroda inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia

memasuki elektroda. Selama proses elektrolisa terjadi reduksi pada katoda dan

oksidasi pada anoda.

Prinsip dasar elektrolisis berlawanan dengan sel elektrokimia, yaitu sebagai

berikut.

a. Proses elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi kimia


b. Merupakan reaksi tidak spontan karena melibatkan energi listrik
dari luar
c. Reaksi berlangsung di dalam sel elektrolisa, yang terdiri dari satu
jenis larutan atau leburan elektrolit dan memiliki dua macam
elektroda, yaitu:
 Elektroda (-) : elektroda yang dihubungkan dengan kutub
negatif (-) sumber arus listrik
 Elektroda (+) : elektroda yang dihubungkan dengan
kutub positif (+) sumber arus listrik.
(Kuswati,2000: 111)

Penggunaan elektrolisis dalam industri diantaranya untuk pelapisan logam

yang disebut penyepuhan (elektroplating), misalnya penyepuhan sendok yang dilapisi


14

perak, aksesoris mobil atau sepeda motor dari logam dan sebagainya. Tujuan

pelapisan ini sebagai pelindung (protektif) dan hiasan/ keindahan (dekoratif). Prinsip

penyepuhan logam adalah sebagai berikut.

 Katoda : logam yang akan disepuh

 Anoda : logam penyepuh

 Elektrolit : larutan garam yang mengandung ion logam penyepuh

Gejala yang terjadi selama elektrolisis dapat dipelajari dalam sel elektrolisis, seperti

pada gambar 2.3.

keterangan gambar:

 Elektron bergerak dari kutub (-) sumber arus listrik ke katoda,

pada katoda terjadi reaksi reduksi

 Di anoda terjadi reaksi oksidasi dan elektron mengalir menuju

ke sumber arus listrik

 Ion (+) bergerak menuju ke kutub (-) dan ion (-) bergerak

menuju ke kutub (+), molekul pelarut bebas tempatnya ada di anoda

maupun katoda

1. Hukum Faraday

Hukum faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan sel volta. Hukum

ini digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel elektrolisis dalam pemeriksaan

kimia. Sehubungan dengan pemeriksaan kimia, Faraday (1833) sampai saat ini

merupakan basis utama pemahaman elektrokimia, yaitu:

(1) Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding


dengan banyaknya arus yang mengalir.
15

(2) Jumlah aneka bahan berbeda yang dibebaskan oleh sejumlah


tertentu listrik sebanding dengan berat ekivalen kimianya.
(Hartomo, 2000: 3)

Berat zat hasil elektrolisis baik yang terbentuk di katoda maupun yang

terbentuk di anoda dapat dirumuskan dengan hukum Faraday

W = e . F
(Surakiti, 1989: 224)

di mana W = massa zat hasil elektrolisa (gram)

e = massa ekivalen zat hasil elektrolisa

F = jumlah arus listrik faraday

Massa ekivalen (e) suatu zat adalah massa atom dibagi valensi

Ar Ar = massa atom
e = v = valensi
v

I X t
F = I = arus dalam ampere
96,500 t = detik
i.t = muatan dalam satuan coulumb

Ar X I.t
W =
V 96,500
(Surakiti, 1989: 225)

Pada reaksi elektrolisa dapat dihasilkan gas yang merupakan molekul sehingga Ar

dalam rumus dapat diganti dengan Mr.

Mr X I.t
W =
V 96,500
(Surakiti, 1989: 225)
16

E. Pengaruh Suhu, PH, Pengotor dan agitasi

1. Pengaruh Suhu

Pada proses elektroplating, pengaruh suhu sangat menentukan hasil pelapisan.

jika temperatur sangat tinggi pada waktu proses akan didapat hasil pada umumnya

lunak, sedangkan bila temperatur sangat rendah didapat hasil kehitam-hitaman

dan berpowder, terbakar pada current density yang normal, terjadi bunga karang

pada anoda (kristalisasi).

2. Pengaruh PH

Pengaruh pH bila tinggi (terlalu basa) akan menyebabkan hasil lapisan salah

satunya adalaah poros dan pitting (bintik deposit), sedangkan bila pH rendah

(terlalu asam) mengakibatkan hasil pelapisan yang lunak.

3. Pengaruh Pengotor

Pengotor yang sangat mempengaruhi pengendapan pada proses elektroplating

adalah pengotor metalik (Fe, Cu, Ag, Pb, dll). Pada umumnya bila kadar pengotor

sudah melebihi batas akan memberikan pengaruh pada thowing power dan hasil

dari lapisan akan didapatkan retak-retak karena terlalu keras serta di daerah

tertentu akan terjadi current density menjadi rendah, ini akan menghasilkan

lapisan yang buram.

4. Pengaruh Agitasi

Proses agitasi umumnya selalu digunakan pada proses elektoplating, karena

proses agitasi ini memberikan distribusi ion yang homogen. Dengan demikian
17

pengaruh agitasi akan memberikan hasil pelapisan yang merata dan tidak akan

terjadi pitting in mechanically agitated solution.

F. Klasifikasi Logam Pelapisan

Berbagai macam pelapisan logam yang digunakan untuk plating, karena

banyak sekali maka Hartomo dalam bukunya “Mengenal Pelapisan Logam

(Elektroplating), )1999), mengelompokkan logam tersebut pada lima kelompok yaitu

pelapisan “tumbal”, pelapisan protektif dan dekoratif, pelapisan logam rekayasa,

logam-logam jarang pakaiserts berbsgsi jenis logam campuran atau paduan (alloy).

1. Pelapisan Tumbal

Pelapisan “Tumbal” dipergunakan untuk melindungi logam basis. Prosesnya

disebut pelapisan anodik (relatif terhadap substrat seng dan kadnium biasanya

digunakan untuk melindungi besi atau baja di buat lapisan serat tetapi tidak awet

kadnium lebih murah, lebih mudah disolder, tahan atmosfer garam, korosi tidak

mekar dan mudah dikontrol dibanding dengan seng.

Seng biasanya untuk pelapisan baja secara galvanis atau tumbal disebut juga

hot-dipping (celup panas). Selain itu seng juga bisa di elektroplating dengan

semprot dan sebagainya.

2. Pelapisan Protektif-Dekoratif

Pelapisan protektif-dekoratif dimaksudkan agar logam yang dilapisi selain

melindungi juga agar penampilan logam tersebut lebih indah, memikat serta

menarik. Proses protektif dekoratif lebih dikenal dengan istilah vernikel,


18

verkhrom dan semacamnya. Di dunia pelapisan yang sangat populer adalah

tembaga, nikel dan khrom, ketiga logam ini merupakan finishing elektroplating

standar. Jadi walaupun fisik dan kimianya beda tapi dijadikan satu kelompok.

Ketiga logam ini bertujuan proteksi-dekorasi, tembaga sebagai lapis dasar

sebelum vernikel atau verchrom tetapi ada juga dipakai sebagai elektrotyping

serta elektroforming (tahan aus dan korosi). Khrom dimanfaatkan untuk “hard-

chrom plating” (memperoleh kekerasan dahsyat, Nikel di pakai untuk berbagai

bidang teknik dan rekayasa karena tahan korosi dan tahan aus.

3. Pelapisan Rekayasa

Logam rekayasa adalah diantaranya emas, perak, platina, timah, timbal.

Pengelompokkan ini didasarkan pada seni keindahan di samping fisik dan

kimianya. Kelompok Platina (rutenium, rhodium, paladium, osmium, iridium,

platina, hanya rhodium untuk dekoratif). Selain timah dan timbal logam tersebut

adalah logam mulia.

Penggunaan emas dalam industri cenderung meningkat sehingga

memunculkan masalah karena harganya mahal dan kerepotan menangani

regenerasi resinnya.

4. Logam Jarang Pakai

Kelompok logam yang jarang pakai ada dua, yaitu:

a. Logam-logam walau kelihatan penting dalam banyak hal, untuk finishing

elektroplating misalnya besi (Fe) karena mudah terkorosi, kobalt karena

harganya mahal, termasuk logam mulia, indium juga harganya mahal.


19

Logam-logam di atas mudah dilapiskan dari larutan berair dengan elektro-

deposit baik.

b. Logam-logam yang memang sukar atau jarang diplating dari larutan biasa,

berair, karena termodinamika, potensial elektroda terlalu negatif, over

potensial hidrogen, mekanisme reaksinya, misalnya molibdium dan

wolfram.

5. Plating Paduan atau Cammpuran (Alloy)

Kebanyakan logam, kecuali tembaga dipergunakan dalam bentuk paduan pada

industri penghantar listrik. Alloy tembaga-timah-seng sudah banyak dipraktekkan

dalam elektroplating. Keunggulan dari platingalloy seperti sifat baik, lebih tahan

korosi, warna dan daya pikat dekoratif unggul, sifat magnetik piawai, memberi

lakuan panas, warna kuningan dapat menyaingi emas, ketahanan korosi lebih

unggul di banding tembaganya sendiri dan lebih keras.

Alloy Nikel-posfor dan Nikel-Wolfram lebih bagus dari “ hard-Chrom” lebih

efisien dan daya lontar lebih besar pada prosesnya.

G. Pelapis-pelapis Dekoratif dan Protektif

Hasil pelapisan vernikel dan verchrom lebih awet, lebih indah, lebih memikat

dan berkilauan, yang biasa dipakai adalah tembaga, nikel serta khrom.

1. Tembaga (Cu)

Tembaga mempunyai sifat ulet, lunak, liat, tidak terlalu teroksidasi oleh

udara. Tembaga mempunyai dua macam senyawa yaitu


20

a. Kupri atau tembaga, hanya larut air bila terkompleks oleh logam seperti,

sianida, amonia, khlorida atau asetonitril.

b. Senyawa tembaga, stabil dalam larutan berair.

Karena bersifat mulia (elektroplating), tembaga mudah diendapkan dengan

deret gaya derek listrik lebih tinggi seperti besi, atau seng.

Alloy utama ialah perunggu (dengan Seng) dan kuningan (timah) Aluminium-

kuningan, tembaga-berilium. Plating tembaga mudah, yang penting terjadi

deposif-celup pada logam yang kurang mulia, reaksinya.

Cu²+ + M Cuº + M²+

(Hartomo, 1999: 50)

Caranya dengan mengurangi aktivasinya, mengkomplekskan misalnya memakai

sianida. Setelah diplat dipindahkan pada bak yang lebih baik, lebih cepat hasilnya

lebih cerah.

Bak plating tembaga yang terkenal ialah jenis sianida (modifikasi), asam

(sulfat atau fluoborat) serta bak kompleks pirifospat. Ciri-ciri operasi bak sianida

dapat di lihat pada tabel di bawah.Tabel 2.3

Ciri Operasi Sianida Tembaga

(Hartomo, 1999: 51)

2. Nikel

Tabel 2.4
Bak Plating WATTS

Nikel Sulfat WATTS (%M)


Nikel sulfat 0,46
Nikel khlorida 0,10
Nikel total sebagai logam 0,31
Asam borat 0,13
Anti-pit 30% (ml/l) 0,5
Suhu ºC 60
PH 3-4
Rapat arus (A/m²) 500
21

(Hartomo, 1999: 52)

Strike Rochelle Efisiensi


Tinggi
Rapat arus ktoda (A/m²) 100-300 150-600 100-1000
Rapat arus anoda 100 300 500
Suhu ºC 50-63 55-70 63-82
Tebal (mikron) 2,5 13 25 lebih

Nikel bersifat ferromagnetik jika di atas 353ºC bersifat paramagnetik. Nikel

mempunyai kekerasan dan kekuatan sedang, keuletan dan keliatan baik termal

dan daya hantar baik.

Nikel merupakan logam plating paling peka terhadap aditif bak platingnya.

Senyawa nikel dijadikan katalis dan elektroplating. Watts, (1916). Menemukan

formulasi bak plating yang baik dan sampai sekarang masih digunakan dengan

perbaikan aditif, konsentrasi dan komposisi anodanya.

3. Khrom

Sifat mekanis khrom sangat peka terhadap pengotor, riwayat lakuan

mekanisme, ukuran butiran, kondisi permukaan, khrom relatif inert dalam

berbagai kondisi lingkungan.

Tabel 2.5
22

Bak Plating Khrom

Dasar Bak Plating Khrom Bak Encer (% M)


Asam khromat 0,98
Sulfat 0,02
Nisabah CrO3 100
SO4²¯

(Hartomo, 1999: 58)

Khrom merupakan finishing bagi sistem plating protektif-dekoratif nikel atau

tembaga-nikel, warnanya putih kebiruan dan cemerlang, tahan noda, tahan aus

dan goresan, dan lebih melindungi substrat. Ada dua jenis bak plating asam

khromat yaitu.

a. konvensional, dengan ion katalis (dapat encer atau pekat tergantung

garapan, waktu dan ekonomi)

b. katalis tercampur, katalis juga berkandungan fluorida atau fluosilikat

G. Tahapan Proses Pelapisan

Menurut Marsudi dalam “Hand Out Teknik Pelapisan”, prosedur pengerjaan

pelapisan adalah sebagai berikut.

1. Alat-alat yang digunakan

a. trapo slide regulator

b. Rectivier

c. amplere meter
23

d. kabel-kabel dan penjepit

e. tempat-tempat larutan dari bahan plastik atau gelas

2. Larutan Pencuci

Menurut Marsudi dalam Hand Out Teknik Pelapisan, mengklasifikasikan

jenis larutan sesuai dengan kebutuhan proses pelapisan.

a. larutan pencuci lemak (degreasing)

Tujuannya untuk menghilangkan zat-zat organik (misalnya, oli yang melapisi

permukaan logam yang akan di pickling) larutan yang di pakai yaitu, MC –

101 AP sebanyak 10 gr/liter, dengan temperatur 55oC.

3. Larutan pencuci asam (Pickling)

Tujuannya untuk menghilangkan karat-karat yang terjadi pada permukaan

logam yang akan dilapisi.

1) Untuk logam besi

a) larutan yang digunakan yaitu asam klorida (HCl) 15 %,

b) waktu pencucian selama 5 sampai 10 menit tergantung

ketebalan karatnya

2) Untuk logam-logam seperti kuningan, tembaga, bronz dan sejenisnya

a) larutan yang di pakai merupakan campuran dari

 asam sulfat (H2SO4) : 30 gr/l

 asam nitrat (HNO3) : 15 gr/l

 asam khlorida (HCl) : 1 gr/l

 air (H2O) : 54 ml/l


24

b) waktu pencucian 15 sampai 60 detik tergantung dari

kondisi bendanya.

4. Pelaksanaan pelapisan

Pelaksanaan praktek pelapisan menurut Masudi dalam buku Petunjuk Praktek

Pelapisan menerangkan sebagai berikut.

a. Bahan atau benda kerja yang akan dilapisi dibersihkan dari kotoran

b. Bahan yang telah bersih di cuci dengan pencucian lemak selama 10

sampai 2 menit

c. Setelah pencucian lemak selesai bilas dengan air bersih sampai larutan

lemak lepas

d. Lanjutkan dengan pencucian asam selama 3 sampai 5 menit

e. Kemudian bilas kembali dengan air bersih sampai larutan asam lepas

f. Pelaksanaan pelapisan zincate (aluminium), pelapisan ini dilakukan

bila benda kerja terbuat dari aluminium dan paduannya dengan urutan

kerja sebagai berikut.

1) Atur temperatur larutan zincate agar tidak melebihi temperatur

25ºC sampai 35ºC

2) Benda kerja yang akan dilapisi masukan ke dalam larutan lapis

zincate selama 30 sampai 60 detik

3) Setelah waktu pelapisan 30 sampai 69 detik angkat dan bilas

dengan bersih hingga zincate terlepas

4) Kemudian lanjutkan ke proses pelapisan tembaga

g. Pelaksanaan pelapisan tembaga (Cu)


25

1) Panaskan dan atur temperatur larutan pelapis tembaga 30ºC sampai

55ºC

2) Kemudian masukan benda kerja ke dalam larutan pelapis tembaga

3) Hubungkan elektroda anoda dan katoda ke sumber arus searah

(rectifier) di mana benda kerja pada katoda sedangkan pelapis pada

anoda

4) Atur besar rapat arus sesuai dengan luas permukaan benda kerja

yang akan dilapisi

5) Setelah siap maka stop kontak dari sumber listrik (rectifier) atau

arus listrik dihidupkan

6) Selang waktu 5 menit benda kerja diangkat dan langsung di bilas

dengan air bersih hingga larutan lapis tembaga lepas

7) Kemudian lanjutkan ke proses pelapisan nikel

h. Pelaksanaan pelapisan Nikel

1) Sebelum benda kerja dimasukkan ke dalam larutan pelapisan nikel,

larutan terlebih dahulu dipanaskan dengan temperatur 50ºC sampai

55ºC

2) Benda kerja yang dilapisi tembaga dan sudah bersih, dimasukkan

ke dalam larutan pelapis nikel di mana benda kerja pada elektroda

katoda (negatif)

3) Langkah-langkah selanjutnya sama dengan pada proses pelapisan

tembaga, seperti mengatur rapatan arus dan lainnya


26

4) Setelah 5 menit benda kerja di angkat dan langsung di bilas hingga

larutan nikel lepas

5) Kemudian dilanjutkan ke proses pelapisan khrom

i. Pelaksanaan pelapisan khrom

1) Sama dengan pelapisan nikel yaitu mengatur temperatur 50ºC

sampai 55ºC

2) Masukkan benda kerja yang sudah dibilas ke dalam larutan khrom

pada elektroda negatif (katoda)

3) Atur rapatan arus yang dibutuhkan dan lainya

4) Setelah 2 detik benda kerja diangkat dan langsung dibilas hingga

larutan dekoratif lepas lalu dikeringkan.

5. Proses Pelapisan Cu – Ni - Cr

Pelapisan logam dengan menggunakan lapis Cu – Ni - Cr, langkah prosesnya

di lihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 2.1

Proses Pelapisan Cu-Ni-Cr

Jika diperlukan
(diampelas)

Pekerjaan mekanis Cuci lemak (degreasing)

Bilas

Cuci Asam (Pickling)


27

Bahan Alumunium

Bilas Lapisan Zincate

Lapisan Tembaga Bilas

Bilas

Lapisan Nikel

Bilas

Lapisan Krom

Bilas

Pengeringan

(Marsudi, 2000: 5)
6. Elektrolit yang digunakan

a. Komposisi larutan pada pelapisan Zincate

1) Zinc Iksid (ZnO) : 97,5 gr/liter

2) Ferri Clorid (FeCl) : 525 gr/liter

3) Caustik Soda (NaOH) : 1 gr/liter

4) Rocelle salt [NaK(C4H4O6)] : 10 gr/liter

b. Komposisi larutan pada pelapisan tembaga dasar (Strike)

1) NaCN : 80 gr/l

2) Cu(CN)2 : 53 gr/l
28

3) Liquid CU-60 : 2 ml/liter

c. Komposisi larutan Pada pelapisan Nikel kilap (Bright)

1) NiSO4 : 250 gr/liter

2) NiCl2 : 50 gr/liter

3) H3BO3 : 40 gr/liter

4) Brigtener MU : 2 ml/liter

5) Brigtener Mnt : 2 ml/liter

d. Komposisi larutan pada Pelapisan Khrom

1) CrO3 : 250 gr/liter

2) H2SO4 : 2,5 gr/liter

3) Chrom Mist : seperlunya

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam hal ini menggunakan penelitian deskriptif.

Metode deskriptif adalah metode yang hakekatnya didasarkan pada faktor yang ada

atau fenomena yang memang secara empiris hidup dalam penurunannya. Pelaksanaan

metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga adanya analisis

interprestasi data.

Tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat, mengenai fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diselidiki. Metode

tersebut sesuai dengan objek yang di teliti dalam penelitian ini yaitu proses pelapisan
29

logam (elektroplating) pada pelapisan dudukan gagang telpon umum di PT. Pindad

Persero.

B. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah proses pelapisan

logam (Elektroplating ) pada pelapisan dudukan gagang telpon umum.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur pengambilan data ini terbagi atas beberapa tahap, yaitu sebagai

berikut.

1. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan ini, penulis malaksanakan kegiatan ini yang meliputi :

survey tempat dan objek penelitian, pemilihan judul, mengadakan studi,,

menyusun poposal penelitian dan menyiapkan instrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini penulis mengumpulkan data dari observasi

langsung dan wawancara melalui konsultasi dengan pihak yang lebih mengerti

tentang proses elektroplating. Setelah data terkumpul dilakukan penyusunan dan

penganalisaan data.

3. Tahap pelaporan
30

Pada tahap ini, penulis mengadakan penyempurnaan data yang telah disusun

dan dianalisis, setelah sempurna dilanjutkan dengan penyusunan dan penulisan

laporan hasil dari penelitian yang dilakukan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

pengamatan (observasi), wawancara baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur

yang disertai dengan pencatatan survey lapangan. Adapun penjabarannya sebagai

berikut.

1. Teknik pengamatan (observasi)

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi

langsungyaitu pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang

diselidiki. Jadi Observasi ini menitikberatkan pada hasil survey lapangan, aplikasi

studi dokumen untuk mengumpulkan data. Hasil survey dapat pula digunakan

untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena sosial tertentu.

Adapun yang diamati dalam penelitian ini adalah proses pelapisan (elektro-

plating) pada pelapisan dudukan gagang telepon umum sampai pemeriksaannya.

2. Teknik wawancara (interview)

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan

responden interaksi dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik

penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dan

non struktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara menyiapkan


31

instrumen dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau ditanggapi oleh

responden, sedangkan wawancara non struktur adalah dengan melakukan

wawancara secara bebas, tidak terencana dan bersifat spontan.

Teknik wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan pertanyaan

yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang telah di susun terlebih

dahulu sebelum wawancara. Wawancara ini ditujukan kepada Kedepum. Divsin

bertempat di kantor kepala. Sedangkan wawancara non struktur dilakukan di

lapangan saat observasi langsung, secara spontan tanpa menyusun pertanyaan

karena kebanyakan hal yang ditanyakan berhubungan dengan proses kerja

dilapangan atau praktek lapangan. Data hasil wawancara digunakan sebagai data

penunjang untuk skripsi ini.

E. SUMBER DATA

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini berasal dari bebarapa

pihak, diantaranya.

1. Ketua departement diklat PT. Pindad Persero

2. Ketua departement umum Divsi PT. Pindad Persero

3. Ketua departement umum QA PT. Pindad Persero

4. Ketua departement umum QM PT. Pindad Persero

5. Ketua pusat QA PT. Pindad Persero

6. Ketua pusat QM PT. Pindad Persero

7. Pembimbing lapangan, PT Pindad Persero Bandung


32

8. Perpustakaan PT. Pindad Persero

9. Semua staf dan karyawan pada workshop departement produksi

plating.di PT. Pindad Persero.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini selain mengadakan observasi dan wawancara, untuk

penganalisaan data diperlukan pemahaman terhadap proses pelapisan sampai

pemeriksaan dan pengujian yang menjadi populasi penelitian. Secara teknis data yang

didapatkan di seleksi sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan. Untuk

menghitung berat endapan maka digunakan konsep Faraday di mana :

W = e . F

(Surakiti, 1989: 224)

Ar X I.t
W =
V 96,500
(Surakiti, 1989: 225)

dan perhitungan untuk uji mutu secara analisis kimia atau stripping, yaitu tebal rata-

rata di hitung dari:

Berat jenis
Volume =
Berat total benda

Volume
Tebal =
luas permukaan
(PT. Pindad Persero)
33

Dari data hasil analisis kemudian diinterprestasikan hingga menjadi suatu

kesimpulan. Dengan demikian untuk menganalisis data dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Menyusun hasil observasi dan wawancara

2. Melakukan perhitungan berat endapan dan uji ketebalan

3. Melakukan editing

4. Mengklasifikasikan data atau koding, koding adalah usaha

mengklasifikasikan jawaban hasil wawancara menurut jenisnya

5. Mengkaitkan data yang telah diklasipikasikan dengan teori yang di pakai

6. Mendeskripsikan data-data hasil penelitian yang telah diolah dan disusun,

digunakan untuk penulisan laporan skripsi.

A. PROSES PRA PELAPISAN

Bahan dasar dudukan gagang telepon umum, yaitu baja ST 37 yang unsur

paduannya < 0,33 % C, Si ≈ 0,13 %, S ≤ 0,02 %, F ≈ 0,18 % dan Mn < 0,1 %.

Langkah-langkah pada proses pra pelapisan ini, sebagai berikut.

1. Benda kerja yang akan dilapisi terlebih dahulu di ampelas permukaan

pinggirnya agar tidak runcing atau tajam

2. Setelah selesai diampelas, kemudian benda kerja dirotofinishing dengan

menggunakan media type C-10-DS selama kurang lebih 2 jam

3. Setelah selesai dirotofinishing, kemudian benda kerja dimasukkan kedalam

mesin Blasting dengan tingkat kehalusan (gread) 10, dan dengan bantuan
34

kompresor semua permukaan benda kerja disemprot untuk dibersihkan dari

segala macam kotoran baik yang berbentuk terak ataupun karat

4. Setelah disemprot, kemudian benda kerja disikat dengan menggunakan sikat

kawat. Tujuan adalah untuk memperbaiki permukaan supaya tidak terlalu

kasar.

5. Benda kerja siap untuk dilapisi.

B. PROSES PELAPISAN

Tahapan proses pelapisan Tembaga – Nikel – Chrom adalah sebagai berikut.

1. Solvent degrasing

Pada proses ini benda kerja direndam di dalam cairan TCE (Tri Cloro Etilen)

atau dalam wash bensin selama 1 sampai dengan 2 menit. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan lemak dari proses machining atau dari proses penyimpanan.

2. Elektro degreasing

Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan lemak yang masih

menempel pada benda kerja dengan menggunakan proses elektrolisa. Media yang

digunakan adalah Metal Cleaner dengan komposisi 60 – 120 gr/liter air,

temperatur 60oC dan voltage 5 – 6 volt.

3. Pembilasan dengan air mengalir


35

Beralih dari tahap pengerjaan satu ke tahap berikut, atau setelah pencucian,

karena masih ada bahan terdahulu menempel permukaan substrat bahan yang

dielektroplating maka perlu dilakukan pembilasan. Bila tidak dilakukan

pembilasan maka kotoran yang masih menempel pada benda kerja bekas proses

sebelumnya akan terbawa pada proses berikutnya sehingga akan menjadi

pengotor yang akan mempengaruhi pada hasil pelapisan berikutnya.

4. Proses pickling (celup)

Pada proses ini benda kerja dicelup pada larutan HCl 15% volume + korosiv,

pada suhu kamar selama 1 - 15 menit. Tujuan dari proses ini adalah untuk

menghilangkan karat yang menempel pada benda kerja. Proses ini memerlukan

waktu antara 1 - 15 menit. Hal ini disesuaikan dengan luasnya bahan yang

terkena karat, selama luas bahan yang terkena karat maka semakin lama waktu

diperlukan untuk membersihkannya dan begitu sebaliknya.

5. Pembilasan dengan air mengalir

Tujuannya sama dengan di atas.

6. Proses cianida diffing

Pada proses cianida diffing, benda kerja di celup dalam larutan Natrium

Cianida (NaCN) 15 gr/liter selama 1 - 5 menit, pada suhu kamar. Tujuannya

adalah untuk mengaktifkan permukaan yang akan dilapisi dan untuk

menyesuaikan kondisi pada larutan intinya.

7. Pembilasan dengan air mengalir

Tujuannya sama dengan di atas.

8. Proses Cuperplating
36

Tujuannya adalah untuk melapisi benda kerja dengan tembaga. Pada pelapisan

ini yang bertindak sebagai anoda adalah tembaga murni dan katodanya adalah

benda kerja sendiri.

Tabel 4.1

Bak Cuper plating

No. Bahan-bahan Ukuran


1. CuCN 22 gr/liter
2. Na(CN)2 33 gr/liter
3. NaOH 15 gr/liter
4. Temperatur 30 – 50oC
5. Arus yang dipakai 1 – 1,5 Amp/dm2
6. Voltage 6 volt
7. pH 12 – 12,6 (basa)
8. Waktu proses berlangsung 5 – 15 menit
9. Luas katoda dan anoda 1: 2

Bahan imbuh, tapi sangat dirahasiahkan komposisinya.

1. Nisol 1206

2. Nisol 1207

3. Anti fitting

9. Pembilasan dengan air mengalir


37

Tujuannya sama dengan di atas.

10. Proses acidiving

Proses acidiving bertujuan untuk mengaktifkan permukaan. Bila tidak di

lakukan maka kemungkinan akan terjadi pecah hasil pelapisan, karena

teroksidasi dengan udara luar. Media yang dipakai dalam proses ini adalah

asam sulfat (H2SO4) 250 gr/liter pada temperatur 40oC dengan waktu 30 detik

sampai dengan 1 menit.

11. Pembilasan dengan air mengalir

Tujuannya sama dengan di atas.

12. Proses Nikel-plating

Proses ini bertujuan untuk melapisi benda kerja dengan Nikel. Adapun media

yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2

Bak Nikel-plating

No. Bahan-bahan Ukuran


1. NiSO4 300 – 375 gr/liter
2. NiCl 60 – 90 gr/liter
3. H3BO3 41 – 45 gr/liter
4. Wetting agent 5 – 10 cc/liter
5. Brightening Nikel 2,5 – 5 cc/liter
6. Temperatur yang digunakan 66 – 71oC
7. pH laruta 4 – 4,2 (bersifat asam)
8. CD (Current Density) 6 – 8 Amp/dm2
9. Luas katoda dan anoda 1 : 1
38

Waktu yang digunakan untuk pelapisan nikel ini tergantung dari ketebalan

benda kerja yang akan dilapisi. Pengadukan atau agitasi dilakukan dengan

memakai blower udara.

13. Pembilasan dengan air mengalir

Tujuannya sama dengan di atas.

14. Proses Acidiving

Proses ini bertujuan sama seperti di atas yaitu untuk mengaktifkan permukaan

agar tidak terjadi pecah hasil lapisan. Media yang digunakan biasa berupa

larutan HCl 15% atau larutan H2SO4 250 gr/liter. Untuk HCl temperaturnya

berada pada suhu kamar, sedangkan H2SO4 temperaturnya 40oC. Waktu yang

diperlukan untuk proses acidiving ini berkisar antara 20 detik – 1 menit.

15. Pembilasan dengan air mengalir

Tujuannya sama dengan di atas.

16. Proses pelapisan khrom

Proses pelapisan krom bertujuan untuk melapisi benda kerja yang sudah di

vernikel dengan lapisan khom (verchrom).

Tabel 4.3

Bak Pelapisan Krom

No. Bahan-bahan Ukuran


1. CrO3 250 – 350 gr/liter
2. H2SO4 1 : 100
3. Temperatur 45 – 60 C
4. Ampere (CD) 40 – 55 Amp/dm
39

5. Waktu yang digunakan 1 – 5 Menit


6. Luas katoda dan anoda 1 : 1

17. Pembilasan dengan air mengalir (2X)

Tujuannya sama dengan di atas.

18. Pencelupan dengan air panas

Tujuannya adalah untuk mengeringkan benda kerja dan untuk menghilangkan

tegangan-tegangan sisa dari pelapisan. Temperatur air tersebut berkisar antara 98

– 100oC. Waktu yang diperlukan 30 detik sampai dengan 1 menit.

19. Pengeringan

Pengeringan ini biasanya dimasukkan ke dalam oven atau biasa juga di lap.

20. Pemeriksaan

Proses pemeriksaan hasil lapisan dapat dilakukan secara visual (QA) atau

dapat dilakukan dengan mesin (QM).

C. JENIS PELAPIS

Jenis pelapis yang di pakai untuk pelapisan dudukan gagang telepon dengan

menggunakan proses pelapisan Tembaga - Nikel – Krom adalah sebagai berikut.

1. Proses pelapisan tembaga

Jenis pelapis yang digunakan adalah cuper murni yang bertindak sebagai

anoda (+) dan benda kerja (dudukan gagang telepon ) sebagaii katoda (-). Proses

cuper-platirng ini diperlukan sebagai proses pelapisan dasar dan bertujuan untuk
40

menambah kekuatan hasil pelapisan. Sebenarnya proses ini biasa saja tidak

dilakukan atau diabaikan seandainya kita hanya memikirkan kepentingan

dekoratif saja tanpa memikirkan kekuatan (umur pakai) dari benda kerja tersebut.

2. Proses pelapisan Nikel

Untuk proses pelapisan nikel, pelapis yang digunakan adalah nikel murni

yang bertindak sebagai anoda (+) dan dudukan gagang telepon sebagai katoda (-).

3. Proses pelapisan krom

Pada proses pelapisan krom pelapis yang digunakan adalah krom murni

yang merupakan anoda (+) dan benda kerja sebagai katoda (-).

D. PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan pada proses pelapisan untuk dudukan gagang telepon

ini secara garis besar dijabarkan sebagai berikut.

1. Bak-bak Elektrolit atau bak plating

Susunan bak-bak elektrolit sesuai dengan urutan proses pelapisan Tembaga -

Nikel – Krom di atas. Kandungan bak plating tujuannya, sebagai berikut.

a. Sebagai sumber logam yang dideposisi

b. Membentuk kompleks dengan ion logam deposisinya

c. Menyediakan sarana hantaran listrik

d. Metabilitas larutan (terhadap hidrolisis), Buffer (stabilitsasi keasaman

/pH)

e. Mengubah atau mengatur bentuk fisik deposit


41

f. Membantu pelarutan anoda mengatur sifat-sifat lain larutan atau

depositnya

Kapasitas bak-bak plating yang dipergunakan untuk pelapisan dudukan

gagang telepon di PT. Pindad Persero adalah sebagai berikut.

a. Bak plating untuk tembaga berkapasitas 700 liter

b. Bak palting untuk proses Nikel berkapasitas 700 liter

c. Bak plating untuk Krom berkapasitas 3000 liter

d. Bak plating untuk pembilasan berkapasitas 500 liter

2. Troli

Troli ini berfungsi sebagai alat Bantu untuk memindahkan benda kerja dari

tahap pengerjaan satu ke tahap pengerjaan berikutnya. Dengan kata lain

memindahkan benda kerja dari bak satu ke bak lainnya selama proses pelapisan

berlangsung.

3. Rectivier

Rectivier berfungsi sebagai penyearah arus dari arus bolak-balik (AC) di ubah

menjadi arus searah (DC).

4. Kabel-kabel

Kabel-kabel ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik.

5. Alat pegang atau penjepit

Alat penjepit ini berfungsi memegang atau menjepit benda kerja yang akan

dilapisi.
42

E. PEMERIKSAAN HASIL PELAPISAN

Pemeriksaan hasil lapisan dapat dilakukan secara visual (QA) maupun secara

mesin (QM).

1. Pemeriksaan Pengamatan (Visual)

Tujuan pemeriksaan ini untuk memeriksa cacat permukaan lapisan, baik cacat

permukaan maupun cacat tebal lapisan. Pada pemeriksaan tebal lapisan digunakan

mikromete khusus dengan skala 0,0001. Sebelum dilakukan pengukuran, maka di

hitung tebal rata-rata yang harus dihasilkan dengan menggunakan rumus yang

telah ditentukan.

2. Pemeriksaan Ultrasonik

Pemeriksaan ultrasonik bertujuan untuk mendeteksi adanya cacat pada benda,

mengukur tebal pelapisan, meneliti struktur dari hasil pelapisan. Pemeriksaan ini

diperlukan agar kualitas lapisan baik sesuai pesanan. Prinsip kerja dari

pemeriksaan ini yaitu, dudukan gagang telepon diberi suatu rambatan gelombang

ultrasonik dengan frekwensi kurang lebih 10.000 cps sampai 20.000 cps,

menggunakan alat yang dapat mengirim dan menerima suara, yang di sebut

Proba. Cacat yang ditimbulkan dari lapisan di terima proba kemudian ditunjukkan

dengan kertas pencatat. Jika dari pemeriksaan ultrasonik terdapat tanda-tanda

kerusakan maka di periksa lebih lanjut dengan pemeriksaan sinar X.


43

Gambar 4.1 pemeriksaan Ultrasonik


(PT. Pindad Persero Bandung)

3. Pemeriksaan Sinar X

Pemeriksaan sinar X diperlukan untuk memeriksa lebih teliti letak kerusakan

yang di maksud pada pemeriksaan ultrasonik. Prinsip kerja sinar X yaitu,

dudukan gagang telepon umum difoto, dari hasil pmeriksaan yang berupa film

akan terlihat letak cacat.


44

Gambar . Pemeriksaan Sinar X


(PT. Pindad Persero Bandung)

Pada pemeriksaan sinar X daerah radius kurang lebih 10 – 15 m harus

dikosongkan dari manusia, kecuali pekerja khusus. Foto sinar X ini bentuknya

portable sehingga dapat di pindah-pindah.

Jika sudah ditemukan letak cacat maka dilakukan perbaikkan pada hasil

pelapisan tersebut sesuai kadar cacat pada tiap benda.

C. Perhitungan

Dalam perhitungan ini, di hitung berat endapan pelapis rata-rata dan tebal

lapisan rata-rata. Nilai-nilai farameter di ambil nilai tengahnya saja misalnya pada

cuper-plating, misalnya rapat arus 1 – 5 Amp/dm2, maka diambil 3 Amp/dm2.

Perhitungan luas permukaan benda terdapat pada Lampiran V.

1. Pelapisan Cuper (Cu)

• Rapat arus = 1,25 Amp/dm2

• Waktu = 10 menit = 600 detik

• Berat atom Cu = 63,54

• Valensi = 2
45

• Beret jenis Cu = 8,94 gr/dm3

Berat endapan cuper (Cu).

W = e x F

Ar
e =
v
63,54
= = 31,77
2

I . t
F =
96,500

1,25 x 600
=
96,500
= 0,00777 C/dm2

Berat endapan Cu tiap dm.

W = e x F

= 31,77 x 0,00777

= 0,2468 gram

Berat endapan total.

Wtot = A x w

Wtot = 0,7518 X 0,2468

= 0,1855 gram

Tebal pelapisan

Berat
Volume =
46

Berat jenis

0,1855
=
8,94
= 0,02075 dm2

Volume
Tebal pelapisan =
Luas permukaan
0,02075
=
0,7518
= 0,0276 dm

2. Pelapisan Nikel (Ni)

• Rapat arus = 7 Amp/dm2

• Waktu = 15 menit = 900 detik

• Berat atom Ni = 58,71

• Valensi = 2

• Berat jenis Ni = 8,9 gr/dm3

Berat endapan Nikel (Ni)

W = e . F

Ar
e =
V

58,81
= = 29,405
2

i x t
F =
96,500
47

7 x 900
=
96,500

= 0,06528 C/dm2

Berat endapan Ni tiap dm,yaitu.

W = e x F

= 29,405 x 0,06528

= 1,9196 gram

Berat endapan total

Wtot = 0,7518 x 1,9196

= 1,4432 gram

Tebal pelapisan Nikel (Ni).

Berat
Volume =
Berat jenis

1,4432
= = 0,1622 dm3
8,9

volume
Tebal pelapisan =
Luas pemukaan

0,1622
=
0,7518

= 0,2157 dm

3. Pelapisan Chrom (Cr)


48

• Rapat arus = 47,5 Amp/dm2

• Waktu = 3 menit = 180 detik

• Berat atom Cr = 54,938

• Valensi = 2

• Berat jenis Cr = 7,19 gr/dm3

Berat endapan Crom (Cr).


W = e x F
Ar
e =
V
54,938
= = 27,469
2

I x t
F =
96,500

47,5 x 180
=
96,500

= 0,0886 C/dm2
Berat endapan krom, yaitu.

W = 27,469 x 0,0886

= 2,4338 gram

Berat endapan total.

Wtot = 0,7518 x 2,4338

= 1,8297 gram

Tebal pelapisan chrom (Cr).

Berat
Volume =
49

Berat jenis

1,8297
= = 0,2545 dm3
7,19

volume
Tebal pelapisan =
Luas permukaan

0,2545
= = 0,3385 dm
0,7518

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap

sistem proteksi korosi pada pelapisan dudukan gagang telepon umum dengan proses

pelapisan logam (elektro-plating), maka di peroleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut.

1. Proses pelapisan yang digunakan pada pelapisan dudukan gagang telepon

umum di PT. Pindad Persero Bandung menggunakan pelapisan Cu – Ni – Cr.

Dengan tembaga sebagai pelapis dasar yang dimaksudkan untuk menambah

kekuatan daya lekat pelapisan juga sebagai penampah sifat konduktif dari

logam yang dilapisi.


50

2. Dalam pelaksanaan proses pelapisan antara di lapangan dan teori terdapat

perbedaan, misalnya perbedaan jenis dan komposisi larutan, tahapan proses,

waktu, arus, temperatur, pH, perbandingan katoda dan anoda. Hal ini

berkaitan dengan faktor ekonomis, luas permukaan benda, kekuatan pelapisan,

daya hantar, biaya, kualitas pelapisan.

3. Kekuatan sifat pelapis pada suatu logam bisa dipengaruhi oleh adhesi antara

lapisan, kebersihan permukaan benda, internal stress, kekerasan dan porositas

lapisan, kelengkapan tahapan proses pelapisan, jenis elektrolit, jenis pelapis

dan jenis paduan.

B. Saran

Setelah melalui proses yang panjang dimulai dari awal penelitian hingga akhir

penelitian, maka kiranya penulis ingin memberikan saran-saran yang berhubungan

dengan kejadian selama penelitian.

1. Untuk memperoleh hasil pelapisan yang berkualitas perlu adanya kontrol yang

baik terhadap tahapan proses pembuatannya.

2. Pada proses pemeriksaan cacat dan tebal hasil pelapisan diambil sample dari tiap

produksi untuk mengurangi biaya.

3. Keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan dengan baik terhadap

pelaksanaan proses pelapisan.

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR

1. Apa saja yang di produksi oleh PT Pindad Persero selama ini?


51

2. Apakah produksi yang dibuat semuanya sudah memenuhi standart

internasional?

3. Proses pelapisan yang dilakukan pada apa saja?

4. Pada pelapisan dudukan gagang telepon umum menggunakan proses

apa?

5. Berapa kapasitas produksi pelapisan gagang telepon ini?

6. Apa bahan dasar dari gagang dudukan gagang telepon tersebut?

7. Berapa ukuran, diameter, tebal, panjang dari dudukan gagang telepon

ini?

8. Bagaimana proses pelapisan pada dudukan gagang telepon ini!

9. Bagaimana proses awal sebelum pelapisan!

10.Bagaimana proses pelapisan Tembaga - Nikel – Chrom!

11.Apa tujuan dari solvent degreasing, elektro degreasing, pickling,

pembilasan, cianida diffing, cuperplating !

12.Jenis elektrolit dan bahan imbuh apa saja yang digunakan pada proses

pelapisan dudukan gagang telepon ini!

13.Bagaimanakah jenis pelapis pada proses pelapisan dudukan gagang

telepon !

14.Apa saja kondisi operasi yang harus diperhatikan ?


52

15.Berapa temperatur, waktu, arus yang diperlukan dalam proses

pelapisan ini?

16.Apa saja peralatan yang digunakan pada pelapisan ini?

17. Bagaimana dengan mesin (engineering) untuk proses elektro-plating

ini?

18.Bagaimana proses pemeriksaan atau uji mutu dari hasil pelapisan?

LAMPIRAN II

DIAGRAM PROSES PELAPISAN DUDUKAN GAGANG TELPON SECARA

ELEKTRO-PLATING
53

DIAGRAM PROSES AWAL PELAPISAN

BENDA KERJA

PROSES AMPELAS

PROSES ROTOFINISHING

PROSES BLASTING

PROSES PENYIKATAN

SIAP DILAPISI

(PT. Pindad Persero, 1997)

LAMPIRAN III

DIAGRAM PROSES PELAPISAN

BENDA KERJA
54

SOLVEN DEGRADASING

ELEKTRO DEGRADASING

PEMBILASAN

PICKLING

PEMBILASAN

CIANIDA DIFFING

PEMBILASAN

CUPER PLATING

PEMBILASAN

ACIDIVING

PEMBILASAN

NIKEL PLATING
55

PEMBILASAN

ACIDIVING

PEMBILASAN

CHROM PLATING

PEMBILASAN 2*

PENCELUPAN DENGAN AIR PANAS

PENGERINGAN

PEMERIKSAAN

(PT. Pindad Persero, 1997)

LAMPIRAN V

PERHITUNGAN LUAS PERMUKAAN BENDA KERJA

A. Komponen I

1. Luas lingkaran = µ/4 ( D22 – D12)

(depan + blk) = 3,14 (742 - 482) = 2490,02 mm2


56

2. Luas segi empat = 2 (15 x 13) = 390 mm2

(depan + blk)

3. Luas segi empat = 5 x 13 = 65 mm2

(bawah)

4. Luas sehi empat = 2 ( 5 x 15 ) = 150 mm2

(kiri + kanan)

5. Luas selimut K1 = µ x D1 x L

= 3,14 x 74 x 5 = 753,6 mm2

6. Luas selimut K2 = µ x D2 x L

= 3,14 x 74 x 5 = 1161,8 mm2

** Luas komponen I = (2490,02 + 390 + 65 + 150 + 753,6 + 1161,8)

mm2

= 5010,42 mm2

B. Komponen II

1. Luas segi empat = 2 x 96 x 8 = 1536 mm2

(depan + belakang)

 luas segi tiga a = 0,5 x 18 x 3 = 27 mm2


57

 - Luas segitiga b = 0,5 x 3 x 3 = 4,5 mm2

 - Luas segitiga c = 0,5 x 34 x 3 = 51 mm2

 - Luas segitiga d = 0,5 x 3 x 3 = 4,5 mm2

 - Luas lingkaran a = 3,14/4 x 52 = 19,625 mm2

 - Luas lingkaran b = 3,14 x 22 = 12,26 mm2

* Luas segi empat (dp + blk) – (luas segitiga + luas lingkaran)

= (1536) – (27 + 4,5 + 51 + 4,5 + 19,625 + 12,56)

= 1416,815 mm2

2. Luas segi empat = 2 x 5 x 96 = 960 mm2

(atas = bawah)

3. Luas segi empat = 5x8 = 40 mm2

(samping)

** Luas komponen II = ( 1416,815 + 960 + 40 )

= 2416,815 mm2

*** Luas seluruh = luas komponen I + luas komponen II

= 5101, 42 + 2416, 815

= 7518, 235 mm2

= 0, 7518235 dm2 = 0, 7518 dm2


58

luas ini akan dipakai dalam perhitungan berat endapan dan tebal

pelapisan.

LAMPIRAN VI

SKEMA

PROSES PELAPISAN

Benda celup dalam bilas dengan cuci dalam lar. Bilas dengan
kerja larutan degreasing air bersih pickling sesuai air bersih
dengan jenis logamnya.

\-
- + Ampere + -
59

Trafo Rectifier

Proses Pelapisan

Keringkan bilas dengan air bersih

(PT. PINDAD PERSERO, 1997)


LAMPIRAN IV
60

ULTRASONIC FLAW DETECTOR

A. Normal Probe

Layar CRT
100%
d2
50%

d2 : ditunjukkan masing-masing pada layar 0 1 2 3 4 5


CRT, Tidak terdapat cacat.

B. Cacat memanjang

Layar CRT
100%
d2
d1
61

50%

Gelombang ultrasonic di terima dan 0 1 2 3 4 5


dipantulkan kembali, maka terjadi
cacat memanjang.

C. Cacat sebagian

Layar CRT
100%

d2 d1
50%

0 1 2 3 4 5

D. Cacat sebagian

Layar CRT
100%

d1 d2
50%

0 1 2 3 4 5

E. Cacat tidak beraturan


62

Layar CRT
100%

50%

0 1 2 3 4 5

ANGLE GLOBE

100%
63

d
t S1 S2
50%

0 1 2 3 4 5

100%

50%

0 1 2 3 4 5

You might also like