You are on page 1of 3

c 


      c  


Dilaporkan oleh NOVINA EKA S. (F34070122)

Kawasan wisata Batu, Malang, Jawa Timur, terkenal oleh berbagai tanaman buahnya. Mulai dari
apel sampai nangka dapat ditemukan disini. Suhu udara yang cukup rendah membuat tanaman buah
mudah dibudidayakan. Tidak puas itu, penduduk sekitar terus berusaha memberikan nilai tambah pada
buah-buahan yang dihasilkan. Buah diolah dengan berbagai cara menjadi minuman, keripik, ataupun
dodol.

Ternyata keanekaragaman produk olahan buah tersebut menarik minat para wisatawan, baik turis
domestik maupun mancanegara. Perubahan ini memberikan dampak baik bagi penduduk sekitar, timbulah
usaha penyewaan villa, kolam renang air panas, dan kios-kios cinderamata. Berbagai barang dan
panganan khas daerah setempat, selalu laris terjual. Suhu udara yang dingin, menjadi peluang bisnis
tersendiri untuk penduduk. Hampir di setiap kios, selain menyediakan produk-produk di atas, juga
menjual sweater rajutan dan topi penghangat kepala. Agar tetap menggambarkan ciri khas setempat,
sweater ini ditulisi identitas daerah.

Pembuatan sweater dilakukan oleh penduduk sekitar juga. Mereka membeli benang baru dan
kemudian menyulamnya menjadi sweater. Terkadang banyak terdapat sweater yang gagal dibuat atau
cacat. Tidak ada penanganan khusus dari industri pembuat sweater terhadap produk gagal itu. Peluang ini
dilihat oleh salah satu warga senior di lingkungan tersebut. Beliau mengumpulkan benang-benag bekas
dan sweater rajutan yang cacat untuk diolah kembali.

Setiap akhir bulan, di daerah ini diadakan pasar loak yang menjual barang-barang bekas dari
setiap penginapan atau tempat wisata. Barang yang dijual biasanya barang pecah belah, sprei, alat-alat
elektronik, sampai sweater bekas. Ibu Hadi, sang pemilik ide, juga mengambil benang rajutan dari
sweater yang dijual di pasar ini.

Tahapan pertama yang dilakukan adalah mengurai kembali sweater bekas menjadi gulungan
benang. Tidak semua sweater dapat diurai kembali, sangat sulit mengurai benang dari sweater yang robek
dibagian tengahnya. Benang yang seharusnya terangkai rapi menjadi putus ditengah, sulit untuk
menemukan dimana lanjutan benang yang terputus itu. Sweater yang dirajut dengan benang aneka warna
juga memerlukan perhatian khusus benang dengan warna yang berbeda harus digulung ke dalam
gulungan yang berbeda juga.

O    

    

Ibu Hadi dengan sedikit keterampilannya merajut mengubah benang-benang bekas ini menjadi
kerjinan yang bernilai tinggi. Produk yang beliau hasilkan berupa tas tangan, taplak meja, sarung bantal,
dan lainnya. Beliau mengakui bahwa produk buatannya belum pernah dijual. Selama ini kegiatan
mengubah sweater bekas menjadi rajutan hanya untuk mengisi waktu luang saja. Proses pengerjaanya pun
santai, tidak dikejar waktu, jika ingin maka ia lakukan, jika sedang malas maka tunda saja dulu. Ternyata
ilmu merajut dari bahan bekas sudah beliau tularkan kepada tiga orang asisten rumah tangga yang bekerja
disana. Tidak hanya Bu Hadi, asistennya juga belum pernah berusaha menjual produk tersebut.

Berdasarkan pengalaman Bu Hadi, lama pembuatan satu buah rajutan tergantung dari
kerumitannya. Jika mudah maka waktunya sebentar, waktu lama dibutuhkan untuk rajutan yang rumit.
Belum ada waktu yang pasti untuk pembuatan masing-masing produk, karena Bu Hadi sendiri hanya
sekedar iseng. Pembuatan yang memakan waktu paling lama adalah tas tangan, meskipun ukurannya
kecil, tetapi harus cukup tebal dan indah.jadi rajutan dilakukan berulang dan ditambah dengan berbagai
hiasan.

O  
  
  
Produk yang juga sering dibuat dan digunakan oleh Bu Hadi adalah taplak meja dan sarung bantal. Cukup
mudah pembuatannya, sehingga ukuran dan bentuknya juga beraneka ragam.

O      
 

Bentuk produk yang indah dan menawan sangat menarik perhatian masyarakat, terlebih lagi produk-
produk ini dihasilkan dari daur ulan barang bekas. Biaya produksi yang diperlukan tidak tinggi tetapi hasil
akhirnya sangat tinggi. Sangat baik jika usaha ini dikembangkan, limbah termanfaatkan, untung juga
ditangan.

O  
  
 

You might also like