You are on page 1of 1

Nama : R Ricki J (29)

Kelas : XII IPA 2

Pengaruh Perceraian Orangtua Terhadap Anak

Menurut Dra.Maryam Rudiyanto (dalam Gunarsa, 2006), perceraian yang terjadi antara orang tua
paling dirasakan akibatnya oleh anak. Anak-anak ini akan mengalami masalah emosional,
penyesuaian diri dan dalam mengekspresikan perasaannya.
Bagi anak wanita, melalui ayah ia memperoleh nilai-nilai hubungannya dengan laki-laki di masa yang
akan datang. Apabila ia memiliki gambaran yang buruk tentang ayahnya, tentu ia akan mengalami
gangguan dalam membina hubungan dengan calon suaminya di masa yang akan datang. Sebaliknya,
bila ia menganggap ibunya tidak baik, maka mereka akan kehilangan kepercayaan kepadanya dan
pada semua kaum wanita pada umumnya.
Dra. Maryam Rudiyanto (dalam Gunarsa, 2006) menambahkan bahwa suasana yang
ditimbulkan akibat perceraian akan mempengaruhi rasa aman seorang anak. Anak akan merasakan
kurangnya kasih sayang dan perlindungan dari kedua orang tuanya. Padahal, anak masih masih
memerlukan ayah dan ibu untuk menemani dan memberi perhatian kepadanya.
Kurang lebih setengah dari kasus perceraian dalam keluarga melibatkan anak-anak. Menurut
Seccombe dan Warner (2004), akibat perceraian pada anak dapat dibagi menjadi:

1. Akibat jangka pendek


a) Ikut terlibat dalam konflik antar orangtua. Anak seringkali menjadi senjata untuk menyakiti
pasangan yang lain atau dimanfaatkan untuk memperoleh informasi dari pihak berlawanan. Oleh
karena itu anak tidak akan mengalami masalah emosional dan perilaku bila kedua orangtua saling
mengontrol diri di hadapan anak.
b) Menghadapi rasa kehilangan salah satu orangtua. Biasanya proses perceraian membuat anak
harus tinggal bersama salah satu orangtua saja, umumnya dengan ibu. Akibatnya, waktu untuk
bersama orangtua yang lain menjadi berkurang dan mulai kehilangan figur mereka. Lebih dari 20
persen anak-anak bertemu dengan ayah mereka sekali setahun atau kurang, setengah dari mereka
bertemu dengan ayahnya kurang dari sekali sebulan. Hanya 12 persen dari anak-anak yang
dilaporkan bertemu ayahnya minimal beberapa kali dalam seminggu.
c) Standar hidup berubah. Secara ekonomi, standar hidup menjadi berkurang sehingga berakibat
pada kebutuhan sehari-hari, kegiatan liburan dan gaya hidup yang dijalani sebelumnya sudah tidak
dapat dilakukan lagi.
d) Harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, seperti pindah rumah, pindah sekolah,
meninggalkan lingkungan yang sudah nyaman bagi anak.
2. Akibat jangka panjang
Pada umumnya, 10 tahun setelah peristiwa perceraian, lebih dari sepertiga anak-anak masih merasa
depresi dan memiliki masalah perilaku yang berkaitan dengan problem perceraian orangtua. Tetapi
tidak semua anak-anak yang mengalami perceraian orangtua mengalami hal itu. Ada pula anak-anak
yang mengalami sukses dalam hidup, mampu menyesuaikan diri dengan baik dan hidup bahagia
walaupun orangtua mereka bercerai.
Faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi proses adaptasi. Perceraian biasanya lebih
mempengaruhi anak-anak yang masih muda dan anak laki-laki cenderung lebih rentan dibandingkan
anak perempuan. Anak laki-laki cenderung berprestasi lebih buruk di sekolah dibandingkan anak
perempuan serta memiliki masalah perilaku seperti suka berkelahi, memiliki kecemasan, dan lain
sebagainya. Namun hal itu cenderung terjadi pada anak laki-laki yang minim kontak dengan figur
ayah.

You might also like