Professional Documents
Culture Documents
KRISTEN
Wednesday, 06 December 2006
KEJADIAN 17:15
http://www.gpdi-lippocikarang.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=1315&Itemid=153
Sarai dirubah jadi Sarah. Di Perjanjian Baru begitu kita lahir baru maka kita
mendapat sebutan baru
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Adam bukan gak ada kerjaan,
Dia sibuk mengurusi Taman Eden, Dia punya pekerjaan yang excellent. Walaupun
ada banyak yang mengelilinginya, tetapi dia sendirian. Kesendirian serta
kesepiannya tidak baik untuk perkembangan pribadinya.
Jadi Tuhan menciptakan wanita untuk pria. Lewat pertemanan tsb maka kita
menjadi orang yang lebih baik. Inilah yang dihasilkan dari pernikahan, dan ini
membawa kepada point ke-2.
Kalau Saudara menikah, kita tidak bisa semau gue. Kita kehilangan kebebasan
memilih yang kita inginkan, makan makanan yang kita inginkaN, tidur selama kita
mau, menonton acara TV, menciptakan pekerjaan yang kita tidak sukai, pergi ke
kota lain kalau Saudara memilih untuk bergabung dengan sirkus
berapa banyak Saudara sadar, dengan kata lain Saudara kehilangan kemampuan
untuk semau gue kalau kita tidak ingin membayar harga yang sangat mahal sekali.
Kalau Saudara ingin mempertahankan pernikahan, Saudara harus komit. Dan
komitmen adalah masalah karakter.
Jadi memang pasti ada masalah dan konflik dalam setiap pernikahan. Karena
pernikahan adalah menyatukan dua orang yang sama sekali berbeda, dari dua latar
belakang yang berbeda, dengan berbagai macam kekurangan dalam segi karakter.
Kita tidak sempurna, pasangan kita tidak sempurna.
Tetapi waktu kita belajar untuk saling bisa menerima kekurangan, mengatasi
perbedaan, melewati penderitaan bersama-sama maka Saudara akan diubahkan
makin serupa dengan karakter Kristus.
Jadi di situ ada kesempatan bagi Saudara untuk bertumbuh menjadi orang yang
dikehendaki Tuhan.Tidak semau gue, setia, sabar, mudah mengampuni, penuh
kemurahan hati, empati.Ini benar-benar tempat pemurnian karakter.
Kejadian 2:18
“.....Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
3. Pernikahan membuat kita KOMPLIT
KEJADIAN 1:22-23
21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur,
TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat
itu dengan daging.
22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah
seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.
Waktu Adam melihat Hawa maka dia melihat dia sebagai pasangan yang
memperlengkapi dia.
Yang membuat dia komplit. Begitu juga Adam membuat Hawa komplit. Adam
punya segala-galanya pada waktu itu. Tetapi ada kekosongan di dalam dirinya
yang tidak bisa dipuaskan dengan segala yang dimilikinya. Hawa mengisi
kekosongan tsb dan memuaskan Adam. Tuhan menciptakan istri untuk
membuat para suami komplit.
KEJADIAN 2:24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging
4. Pernikahan adalah PENYATUAN BARU
Saudara meninggalkan hubungan orang tua-anak untuk membangun hubungan
suami-istri.
Jadi pernikahan itu seperti menyatukan dua tanah liat, satu hijau gelap satunya
hijau muda.
Dari dekat memang terlihat bahan tsb dari dua bahan yang berbeda.
Tetapi dari jauh kelihatan hanya satu bahan saja.
Pernikahan adalah penyatuan, dimana dua orang dicampur satu dan tampil seolah
satu pribadi saja.
Jadi waktu Saudara menjadi satu daging, suami-istri, kelihatannya memang satu
tetapi masing-masing membawa identitasnya sendiri-sendiri, kepribadian
masing-masing.Tetapi dalam satu kehidupan ini ada dua kepribadian. Itu
sebabnya wanita bukan barang milik pria tapi partner.
Dalam suatu kesatuan dimana ada keterikatan rohani dan emosional yang begitu
mendalam dimana tidak ada spesies lain yang bisa menandingi, Karena ada
penyatuan roh, penyatuan pikiran, penyatuan emosi.
5. Pernikahan adalah untuk KOMITMEN
Pernikahan adalah komitmen yang
a. monogami.
Artinya 1 suami, 1 istri
Tapi Pak, di Alkitab kan banyak tokoh-tokoh Alkitab yang poligami.
Tetapi sebenarnya pada mulanya tidak begitu Tuhan merancangnya.
Satu daging artinya satu daging!
Pria tidak bisa satu daging dengan wanita lain.
b. setia
satu daging artinya loyal, devotion, komitmen.
Sama seperti kalau tangan kiri saya pergi ke kiri, tidak mungkin tangan kanan saya
katakan, “Aku tidak mau ikut.” Mata juga komit sama hidung. Kaki dengan
kepala. Itu artinya satu daging.
Begitu juga dengan kita dengan pasangan kita. Pasangan kita ada di mana, kita
juga harus di situ. Jadi perzinahan dalam pernikahan itu seperti menusuk pisau
dari belakang. Hal itu akan “membunuh” pernikahan. Jadi pernikahan itu
adalah komitmen yang monogami dan menuntut kesetiaan.
6. Pernikahan adalah untuk KESENANGAN
Bagaimana caranya menjadi satu daging?
Lewat hubungan sex. Jadi sex adalah rancangan Tuhan untuk pasangan yang
SUDAH MENIKAH.
Sex adalah idenya Tuhan.
Bukan idenya Hugh Hefner, Playboy, setan.
Mereka menyelewenkannya, Tetapi pada mulanya itu adalah idenya Tuhan.
Sex adalah alat bagi Saudara untuk menikmati pasangan Saudara.
AMSAL5:18 Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri
masa mudamu:
5:19 rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu
memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya
Tuhan menganggap sex adalah sesuatu yang penting sehingga Dia menulis
sebuah buku “Kidung Agung” Pada jaman dahulu kalau Saudara belum
berumur 18 tahun Saudara tidak boleh membacanya, karena isinya terlalu
terang-terangan. Tetapi sex adalah idenya Tuhan, karena pernikahan adalah
untuk kesenangan Saudara.
7. Pernikahan adalah untuk PROKREASI
Sebagai hasil hubungan sex yang menyenangkan maka suami-istri akan
menghasilkan anak-anak. Prokreasi ditempatkan di nomor 7 karena tujuan
menikah bukan semata-mata untuk mendapatkan keturunan, karena kita bukan
binatang.
Kejadian 1:28
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi.
MAZMUR127:3 Sesungguhnya, anak-anak lelaki (KJV : children) adalah milik
pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
127:4 Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak
pada masa muda.
127:5 Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya
dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara
dengan musuh-musuh di pintu gerbang.
8. Pernikahan adalah untuk KEINTIMAN
Agar pernikahan memuaskan maka perlu keintiman dalam segala aspek
kehidupan.
Ada 5 area :
a. ROHANI
Saudara harus intim roh ke roh.
Saudara harus tahu dari hati ke hati.
Dari hati yang terdalam ke hati yang terdalam.
itu sebabnya keadaan akan menjadi sulit waktu Saudara menikahi orang yang
berbeda iman.
b. EMOSI
Kalau Saudara tidak bisa “merasakan” cinta lagi, maka pernikahan tidak akan
menyenangkan lagi.
Kalau hati Saudara sudah dingin, maka pulang ke rumah di malam hari sudah tidak
menyenangkan lagi.
c. INTELEKTUAL
d. FISIK
e. KEUANGAN
Keintiman adalah berbagi identitas.
Hubungan yang dicampur. Kita melebur jadi satu. Bukan no rekeningmu atau no
rekeningku; tapi rekening kita. Kamarmu, kamarku; tapi kamar kita.
Kendaraanmu, kendaraanku; tapi kendaraan kita.
Di dunia ini –bahkan di antara orang Kristen- banyak orang yang sudah menikah
tapi seperti masih lajang. Apa bedanya? Saudara tidur di ranjang yang
sama Tinggal di rumah yang sama. Tapi hidup masing-masing.
Jadi pernikahan adalah penyatuan emosi, sama seperti terjadi penyatuan tubuh.
Emosi memberi warna dalam kehidupan Saudara. Tapi keintiman emosi perlu
usaha yang lebih besar dari sekedar hubungan sex.
Jadi mungkin waktu masuk pernikahan suami-istri ada di level emosi yang berbeda
tetapi waktu Saudara mulai belajar untuk memahami perasaan pasangan
Saudara maka Saudara menikmati keintiman emosional.
Tapi sebelum hal seperti itu bisa terjadi, “tembok-tembok emosional” harus
diruntuhkan, sehingga Saudara bisa berbagi perasaan. Kalau Saudara
membangun “tembok emosional yang tinggi”, maka memang tidak ada
perasaan buruk yang bisa mengalir tapi juga tidak ada perasaan baik yang bisa
mengalir.
Kalau Saudara membangun tembok, memang Saudara tidak akan terluka tapi
Saudara juga tidak bisa menerima atau mengalami kasih. Jadi apakah Saudara
membangun tembok di dalam kehidupan Saudara? Jika Saudara ingin
memiliki hubungan emosional yang sehat, runtuhkan tembok-tembok tsb.
Maka Saudara bisa menikmati pernikahan yang bahagia
Manusia diciptakan bukan saja sebagai makhluk individu, tetapi juga
sebagai makhluk sosial (Kejadian 2:18; 3:8). Artinya manusia tidak dapat
hidup sendiri, tetapi harus juga bergaul satu dengan yang lain. Pergaulan
juga merupakan alat sosialisasi bagi manusia, yang melaluinya kita
dipersiapkan untuk hidup bermasyarakat. Ternyata, hubungan antar
manusia (human relation) ini sangat menentukan keberhasilan dalam
kehidupan seseorang, baik dalam bidang pekerjaan maupun dalam hidup
berumahtangga. Karena itu penting sekali kita mempelajari seni bergaul
yang baik.
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar kita dapat bergaul
dengan baik di tengah-tengah masyarakat, yaitu :
1. Tinggalkan persoalan sendiri dan pikirkan hal yang menarik perhatian
orang.
4. Belajarlah mengingat nama orang lain (terutama yang telah kita kenal
atau temui).
6. Belajarlah untuk memuji dan memberi penghargaan kepada orang lain
dengan tulus.
7. Berilah kesempatan dan dorongan agar orang lain mau bicara.
10 Selalu memohon kepada Tuhan untuk membentuk hidup kita lebih
baik.
Pada tahap ini teman kencan belum dibatasi dan biasanya sama sekali
belum memikirkan atau membicarakan kemungkinan hidup bersama.
Pada bagian ini biasanya mulai ada perasaan tertentu dari kedua belah
pihak, walaupun kata-kata cinta belum benar-benar terungkap. Salah
satu contohnya, kalau dia belum datang (di sekolah, di gereja atau di
tempat lain), jantung berdebar-debar bila ada tanda-tanda si dia, dsb.
Pada tahap ini teman kencan mulai dibatasi.
Dalam tahap ini kedua pihak sudah saling menyatakan perasaan hatinya
sehingga masing-masing mulai belajar lebih mengenai satu dengan
yang lain secara lebih mendalam. Kemungkinan untuk hidup bersama
sudah mulai dibicarakan. Dan teman kencan dibatasi hanya pada satu
orang saja.
Bila sudah dewasa dan siap untuk menikah. Dianjurkan untuk tidak
berpacaran pada masa remaja atau pubertas, karena pada masa
tersebut seorang masih belum stabil (lebih mudah berubah), sehingga
belum dapat membedakan cinta sejati (yang berisi pengabdian,
pengertian dan tanggungjawab), dan cinta monyet (masih meletup-
letup dan mudah berubah).
Mendapatkan teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah adalah hal
yang sangat penting, karena dalam iman Kristen tidak boleh ada perceraian
(Mat 19:6).
a. Dalam iman. Carilah orang yang sudah lahir baru (II Kor 6:14).
b. Dalam segi fisik. Sebaiknya pria lebih tua sekitar 4 tahun.
d. Dalam segi sosial. Perbedaan status sosial, tingkat ekonomi, adat
kebiasaan, suku atau bangsa perlu menjadi pertimbangan, sebab hal
ini sangat berpotensi untuk menimbulkan masalah yang
memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi satu dengan yang
lain.
Untuk menentukan apakah kita sudah menemukan pasangan yang
sepdan dibutuhkan waktu. Cinta sejati tahan terhadap ujian waktu.
Cinta sejati tidak memudar, bahkan makin bertumbuh seiring dengan
berlalunya waktu.
Efesus 6:1–3 memerintahkan kita agar taat dan hormat terhadap orang
tua. Banyak kita orang-orang muda sering menganggap orang tua
sebagai penghalang bagi keinginan hati kita, padahal Allah seringkali
menyatakan kehendakNya melalui orang tua kita (yang seiman).
Biasanya orang tua memiliki pandangan yang lebih realistis
dibandingkan dengan kita anak-anak muda, apalagi yang sedang jatuh
cinta. Jadi restu orang tua sangat penting bagi kebahagiaan hidup
rumah tangga kita.
2. Pilih waktu dan tempat yang tepat dan layak untuk berpacaran
7. Berpikirlah selalu dengan pikiran yang bersih dan memuliakan Tuhan.
1. Alkitab memandang hubungan seks itu baik hanya dalam konteks
pernikahan (Kej 1:27-28). Karena itu perlu sekali untuk menjaga
kesucian (Ibrani 13:4) selama berpacaran.
Jadi hindarilah tindakan-tindakan seksual pada taraf yang paling dini, agar
kita tidak “hangus terbakar”. Sebaliknya milikilah hubungan pergaulan
muda-mudi yang sehat yang berdasarkan Firman Tuhan.
http://www.gbi-bethel.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=119:pergaulan-muda-mudi-
kristen&catid=8:keluarga&Itemid=64
Nikah Muda=Nikah Dini=Seru!!!
1 01 2009
http://delapan208.wordpress.com/2009/01/01/nikah-mudanikah-diniseru/
Defiinisi
Nikah dalam bahasa Arab berakar kata pada bentuk fiil madhi nan ka ha yang
dalam banyak literatur fikih dipersamakan dengan alwathu, yang berarti
‘menekan’ yang kemudian dalam perkembangannya mengalami sublimisasi
makna menjadi disinonimkan dengan (nuwun sewu) ’jimak atau bersetubuh’. Hal
ini dapat dimaklumi karena, salah satu faktor utama pembentuk sebuah mahligai
pernikahan adalah hubungan sebadan antara suami istri. Karenanya, benar secara
kaidah bahasa, jika penulis menterjemahkan ayat fankihuu maa thaaba lakum
minan nisaai…. (QS 4: 3), dengan Setubuhilah Wanita-wanita yang kamu senangi.
Ada pula yang melontarkan adagium na ka ha sebagai bentuk akronim dari
nikmat, karamah, dan hamasah, karena memang pada kenyataannya, orang yang
sudah menikah dipastikan memperoleh kenikmatan yang luar biasa, kemulyaan
yang lebih dan semangat hidup yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
Dalam bahasa yang sederhana meminjam bahasa slank JTV- akronim nun kaf ha
diterjemahkan dengan (maaf) nang kamar ho ho hi he (baca: sesuai dengan hasil
penafsiran anda).
Dalam konteks yang lain, Al-Quran lebih sering menggunakan kata tazawuj
sebagai khitab yang mengindikasikan arti bahasa pernikahan. Secara leterlijk kata
tazawuj berarti berpasangan yang merujuk pada sebuah mahligai pernikahan yang
tentu saja memasangkan antara laki-laki dan perempuan. Para Fuqaha sepakat,
bahwa yang dimaksud dengan Nikah adalah sebuah akad yang menghalalkan
hubungan sebadan antara seorang laki-laki dan perempuan, dengan syarat dan
rukun tertentu dengan niat ibadah kepada Allah SWT.
Definisi di atas juga direduksi di dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa yang
dimaksud dengan pernikahan adalah akad yang sangat kuat untuk menaati
perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah yang bertujuan untuk
membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Sementara
Negara dalam hukum formalnya menyebut pernikahan sebagai ikatan lahir batin
antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adapun istilah ‘Dini’ dalam ragam bahasa sehari-hari diartikan sebagai ‘awal,
permulaan dan segera’. Kasus yang sama dapat ditemukan dalam istilah ‘Dini
hari’ yang diartikan sebagai waktu-waktu awal dimulainya sebuah hari, waktunya
berkisar antara pukul 00.00 s/d pukul 03.00 (atau tepatnya sampai menjelang
subuh). Dini berarti ‘segera’ dapat kita temukan dalam ragam bahasa untuk
kondisi mendesak dan tergesa-gesa, dalam keadaan bencana atau perang
misalnya. Hector, panglima perang kerajaan Troya di film Troy, saat memberi
komando kepada bawahannya untuk segera mendatangkan bantuan, diucapkan
dengan komando make it sooner, yang berarti lakukan ‘sedini mungkin’, sama
dengan ‘lakukan sesegera mungkin’.
Dus, Pernikahan Dini dapat dimaknai sebagai pernikahan yang dilakukan di awal
batas minimal usia perkawinan menurut parameter tertentu. Atau pernikahan yang
dilakukan segera setelah batas minimal syarat dan rukun serta hal-hal lain yang
memperkenankan seseorang menikah, sudah terpenuhi. Karenanya, untuk
mengetahui kadar kedinian sebuah pernikahan, terlebih dahulu harus ditentukan
parameter minimal seseorang dibolehkan menikah. Parameter itu, lazimnya adalah
umur. Masalahnya, ukuran minimal umur ini antara satu masyarakat dengan yang
lainnya berbeda. Apalagi, meminjam istilah Emile Durkheim, dalam masyarakat
organik dan anorganik. Bisa jadi remaja putri usia 20 tahun disebut nikah dini
oleh masyarakat tertentu, padahal menurut ketentuan BW sudah tidak lagi, bahkan
tergolong pernikahan usang.
Karakteristik Pernikahan
Dari definisi pernikahan di atas, kiranya dapat disimpulkan karakteritik
pernikahan, antara lain:
a) Pernikahan merupakan ibadah yang paling enak
b) Berkait kelindan dengan hubungan sebadan
c) Penyatuan dua keluarga yang berbeda adat dan kebiasaannya
d) Penyatuan hati dua insan dengan banyak perbedaan
e) Mengandung kemuliaan di dalamnya
f) Memiliki dimensi ketertundukan kepada sang khalik dll.
Sejak kasus Syeh Puji yang menikahi Lutfiana Ulfa, gadis 12 tahun
menjadi berita utama diberbagai media beberapa waktu lalu, 'masalah
klasik' ini ramai lagi dibicarakan.
Para ulama menilai pernikahan usia dini tidak menjadi masalah asalkan
kedua pihak sudah mencapai usia baligh. Sementara para sosiolog
menilai masalah itu bertentangan dengan hukum tata negara yang
mengatur soal perkawinan. Para psikolog juga memilih kontra karena
menilai jiwa remaja berusia pra-17 tahun, masih labil dan belum matang.
Secara harfiah, mereka berdua sudah dinilai dewasa dalam Islam karena
sudah berhak mendapat pahala dan dosa. Sementara tujuan pernikahan
dalam Islam sendiri adalah menghindari zina dan meneruskan keturunan.
Tentu menikah diusia muda pun dalam kacamata agama, tidak menjadi
masalah.
Para sosiolog mencermati masalah ini dari sisi kontrol dan peran orang
tua yang minim. Sementara kalangan agamis menentang keras praktek
ini. Anda memilih perspektif yang mana?
http://www.anneahira.com/pernikahan-usia-dini.htm