Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. Dampak yang di timbulkan akibat bencana alam baik secara langsung
maupun tidak langsung, jangka pendek atau jangka panjang dengan
adanya korban manusia, hilangnya harta benda, kerusakan fasilitas
umum maupun kerugian material lainnya akan sangat berpengaruh
kepada kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Perlu adanya ketanggap segeraan dari berbagai pihak yang terkait
dalam penanganan bencana alam yang selama ini terkesan lamban dan
kurang terkoordinir dalam merespon bencana yang terjadi.
c. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam penanggulangan
bencana alam, mengingat sebagaian besar masyarakat di wilayah
Kabupaten Ponorogo masih belum mengerti dan memahami dalam
penanganannya.
d. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang bahwa Polri
bertugas untuk melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan
menegakkan hukum perlu mengambil langkah-langkah yang cepat dan
tepat guna mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam yang
terjadi.
e. Dengan demikian maka perlu adanya suatu prosedur yang mengatur
kegiatan terhadap seluruh fungsi maupun unsur yang terkait agar tidak
terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
alam.
3. Dasar
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana Alam
d. Surat Telegram Kapolda Jatim Nomor : STR / 109 / I / 2008 / Biro Ops
tanggal 30 Januari 2008 tentang petunjuk dan arahan guna antisipasi
bencana alam di wilayah Jawa Timur.
4. Tata urut
I. PENDAHULUAN
II. TUGAS POKOK
III. AZAS - AZAS
IV. HAKEKAT ANCAMAN
V. PELAKSANAAN PENGAMANAN
VI. KONSIGNES
VII. KOMANDO PENGENDALIAN
VIII. PENUTUP
b. Unsur pelaksana
1) Satintelkam Polres Ponorogo
2) Satreskrim Polres Ponorogo
3) Satsamapta Polres Ponorogo
4) Satlantas Polres Ponorogo
5) Bagbinamitra Polres Ponorogo
6) Polsek / ta / tif Jajaran Polres Ponorogo
a. Unsur pendukung
1) Subbaglog Polres Ponorogo
2) Urtelematika Polres Ponorogo
3) Urdokkes Polres Ponorogo
4) Unit P3D Polres Ponorogo
a. Unsur BKO
1) Brimob Kompi C Madiun sebanyak 1 ssk
2) Polresta Madiun sebanyak 1 ssk
3) Polres Madiun sebanyak 1 ssk
4) Polres Magetan sebanyak 1 ssk
5) Polres Ngawi sebanyak 1 ssk
6) Polres Pacitan sebanyak 1 ssk
7) Perlibatan dari unsur TNI disesuaikan dengan kebutuhan
e. Unsur bantuan instansi samping / potensi masyarakat
1) Pemkab Ponorogo
2) Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo
3) Dinas Perhubungan Kab. Ponorogo
4) Satkorlak Pemkab Ponorogo
5) Satpol PP Pemkab Ponorogo
6) Satpam
/7. Linmas……
7) Linmas
4
1. Tingkatan situasi
a. Situasi aman
1) masyarakat bebas dari tekanan ancaman keresahan dan
ketakutan
2) masyarakat dalam jalankan kehidupan dan penghidupan
berjalan tertib dan tentram
3) tidak bersifat konflik yang bersifat laten
4) administrasi pemerintahan dan pembangunan berfungsi dengan
baik dan normal
b. Situasi rawan
1) keadaan rawan apabila konflik telah tinggalkan stadium laten
2) timbul keresahan sosial yang menghambat pelaksanaan
administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
c. Situasi gawat
1) Konfik telah berkembang dari keresahan sosial menjadi
ketegangan sosial.
2) Terjadi aksi secara fisik dan pembulatan yang mengganggu
stabilitas keamanan
d. Situasi krisis
1) Terjadi gangguan gawat / darurat yang mengancam stabilitas
nasional
2) Terjadi konfik terbuka dan tindakan anarkhis yang tidak dapat
diatasi dengan penanggulangan berdasarkan ketentuan / prosedur
biasa.
1. Sasaran
a. Orang
1) Elemen masyarakat / kelompok / LSM dan mahasiswa yang
melakukan unras
2) elemen masyarakat / kelompok / LSM dan mahasiswa yang
tidak mau unras
/3) Pejabat …..
6
3) pejabat pemerintah
4) para provokator yang pengaruhi elemen masyarakat /
kelompok / LSM dan mahasiswa yang lakukan unras
5) tokoh – tokoh politik dan pendukung pro dan kontra
6) masyarakat umum yang menerima dampak unras
b. Barang
1) Perjalanan yang digunakan oleh demonstran
2) Kendaraan yang di gunakan untuk mobilitas demonstran
3) Selebaran / spanduk yang digunakan untuk memprovokasi
masa
4) Kendaraan umum yang menerima dampak akibat adanya
unras
c. Tempat
1) Kantor Pemda dan Proyek-proyek Vital
2) Kantor DPRD
3) Kampus
4) Tempat-tempat yang digunakan sebagai transit (Aloon-aloon,
Kantor kesekretariatan ormas/LSM, Lapangan-lapangan, toko-toko
dan perusahaan-perusahaan).
5) Route yang di lewati unras.
1. Parameter (berkaitan dengan pasal 9(2) UU No.9 tahun 1998) batas luar dari
tempat tertutup atau terlindungi (bandara, daerah basis TNI, Kantor
Pemerintahan dan Obyek Vital lainnya). Dengan ketentuan:
a. Kantor pusat pemerintahan 100m dari pagar luar.
b. Daerah militer / basis militer 150 m dari pagar luar.
c. Obyek vital (sesuai kondisi lapangan) 300 s/d 500 m dari pagar luar.
d. Yellow line garis batas (warna kuning) yang tidak boleh dilewati oleh
pengunjuk rasa dalam melakukan giat penyampaian pendapat di muka
umum (unjuk rasa).
V. PELAKSANAAN PAM
1. Metode
a. Terbuka : turjagawali
b. Tertutup : lidik, pam, gal
2. Cara bertindak
7
a. Kegiatan negosiasi
1) Negosiasi
a) Sebelum pelaksanaan
(1) Negosiasi ini dilakukan terhadap :
(a) Korlap
(b) Penyandang dana
(c) Aktor intelektual
(d) Pejabat terkait
(e) Pejabat sasaran unras
(2) Tujuannya :
(a) Mengurangi jumlah massa
(b) Aspirasi dapat disalurkan dengan baik
(c) Cegah suasana panas sejak dini
(d) Cegah pengerahan massa yang lebih
banyak
3) Selama perjalanan :
a) Tertib berlalu lintas
b) Tertib diatas kendaraan
c) Tidak anarkis selama perjalanan
b. Kegiatan penyekatan
1) Menempatkan paket kekuatan ditiap titik sekat
8
/2) Membatasi……
2) Membatasi gerakan massa dan meluasnya huru hara dengan
cara menyekat di titik – titik sekat ( accses control ) yang
ditentukan agar massa dari luar security area tidak dapat masuk
ke daerah pengamanan sentra – sentra (internal security area )
3) Riksa / razia terhadap orang - orang yang tidak
berkepentingan dari daerah pam
4) Keluarkan orang - orang yang tidak berkepentingan dari
daerah pam
5) Mengidentifikasi pelaku huru - hara
6) Menolong korban huru hara
7) Mengatur dan mengalihkan arus lalu lintas
8) Kekuatan personil pengamanan di tiap titik sekat disesuaikan
kondisi dan situasi lapangan
(a) Patroli
(b) Sambang
(c) Penjagaan bila perlu
b) Rawan
(1) Kuat personil
1 sst personil gabungan pamka dan pamtup
c) Gawat
(1) Kuat personil
(a) 1 sst pamka
(b) 2 unit pamtup
(c) Tambahan perkuatan tergantung
perkembangan situasi
d) Krisis
(1) Kuat personil
(a) 2 sst pamka
(b) 3 unit pamtup
(c) Tambahan perkuatan tergantung
perkembangan situasi
V. KONSIGNES
1. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) penanggulangan bencana alam
diberlakukan setelah ada pernyataan dari Kapolres selaku Kasatgas Pam Res
setelah mendapat persetujuan satuan atas dan berkoordinasi dengan
Muspida setempat.
2. Seluruh personil yang terlibat dalam penanggulangan bencana alam
berada di bawah kendali Kapolres selaku Kasatgas Pam Res.
3. Penanggulangan bencana alam berakhir setelah ada pernyataan
Kapolres setelah mendapat persetujuan satuan atas dan berkoordinasi
dengan Muspida.
VIII. PENUTUP
12
PENANGGUN
GJAWAB PAM
KAPOLRES
PONOROGO
14
KOORDINATOR
WAKIL
PAM
PENANGGUNG
KABAGOPS
JAWAB PAM
POLRES
WAKA POLRES
PONOROGO
PONOROGO
1. Koordinator Pam
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan penanggulangan bencana alam.
b. Melaksanakan kegiatan pullahjianta
c. Memberikan saran / masukan kepada penanggung jawab pengamanan
d. Melaksanakan tugas administrasi terkait pelaksanaan penanggulangan bencana alam.
3. Pengendali Fungsi
a. Menyiapkan dukungan pers sesuai dgn permintaan & kemampuan masing – masing satuan.
b. Mengantisipasi perlibatan personel kepada setiap eskalasi keamanan
c. Membuat perkiraan keadaan secara terus menerus agar didapat rumusan dukungan terbaik
d. Siapkan bantuan sesuai dengan permintaan & kemampuan masing – masing satuan
/4. Kasatgas Pam......
4. Kasatgas Pam
a. Memelihara Kesiapan & Kesamaptaan Pasukan Serta Kelengkapannya
b. Pengendalian Pasukan Agar Tetap Bertindak Secara Profesional & Proporsional
c. Memahami Psikologi Dan Komunikasi Massa
d. Melaporkan Kepada Satuan Atas Setiap Perkembangan Situasi