You are on page 1of 3

Hubungan Manusia dengan Tuhan dan Alam Semesta

Lihatlah fakta kehidupan sekarang ini. Kita merasakan cuaca alam, suhu serta musim tidak dapat
selaras lagi bahkan diprediksi sekalipun dihitung oleh kecanggihan alat - alat buatan para
ilmuwan. Banyak hal kehidupan manusia pun tidak sejalan oleh keinginan sebagian besar
manusia. Ambil contoh; terjadinya konfrontasi antara anak dengan orang tua, perceraian suami
istri, konfrontasi rakyat dengan pemerintah, buruh dengan pengusaha, dan lain - lain, hal ini
menandakan bahwa sendi - sendi kehidupan mengalami ketidak-harmonisan atau disebut
disharmoni.

Adalah buah pertanggungjawaban manusia akibat perbuatan di masa kemarin, di masa yang
lalu, dan kini berbuah bencana, mungkin hingga masa yang akan datang.

Global Warming yang ramai didiskusikan dan dikhawatirkan orang seantero dunia adalah bukti
nyata akibat buah perbuatan manusia. Berabad - abad lamanya manusia merampas hak - hak
alam. Penebangan hutan untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, ekplorasi air, mineral,
tambang, gas dan minyak bumi, ekplorasi hasil laut serta karang dan pasirnya yang digunakan
manusia untuk hajat hidup menjadikan alam raya dengan segala sumber dayanya menjadi
gersang dan rusak. Tak terkecuali udara ikut menjadi akibat dari kerakusan manusia ( lapisan
ozon yang rusak akibat asap knalpot kendaraan dan uap produksi industri sebagai salah satu
sumber panasnya suhu udara di bumi ). Pemanasan global yang sedang berproses
menghancurkan peradaban tata ruang bumi masih dianggap ‘biasa saja’ oleh sebagian
masyarakat dunia. Di negara kita Indonesia; pemakaian kendaraan bermotor semakin meningkat
hingga menambah jumlah pembangunan pom - pom bensin, ini menandakan bahwa tiada upaya
pemerintah dan masyarakat untuk berkesadaran mengurangi efek polusi udara yang semakin
parah. Banyaknya bencana alam baik yang terjadi di udara, darat dan laut adalah akibat
kerusakan universal yang kita lakukan!.

Karena sebab manusia yang berlaku tidak adil terhadap sistem alam semesta, akibatnya alam
menjadi murka terhadap manusia, maka keadaan alam menjadi tidak harmonis. Alam semesta
tidak lagi mau kompromi dengan manusia, dan bummmm !!!... terjadilah bencana - bencana
sporadis dan silih berganti. Bencana - bencana yang ditimbulkan oleh alam, bukanlah kesalahan
alam dan Tuhan Sang Pencipta, akan tetapi buah dari kesalahan manusia. Dari sikap para
manusianya baik dari para pemimpin dan pejabat yang selalu kemaruk dan korup, rakyatnya
yang malas belajar dari kesalahan, tidak mau berubah menjadi cerdas dan berkualitas, senangnya
membelanjakan uang ke mall - mall, malas untuk berpikir dan merenungkan apa yang terjadi di
sekeliling. Maka ketika terjadi bencana alam di lingkungannya ( misalnya banjir ), mereka cuma
terheran - heran dan bersungut - sungut. Masya Allah.....

Hidup adalah tanggung jawab. Ini seperti yang diterangkan dalam kitab suci Al-Quran surat
Al-Muddassir ayat 38 bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia ada sebab ada pula
akibatnya.  
“ Tiap - tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. ”
 
Dari kejelasan Firman Allah di atas, saya sekedar menggaris bawahi dan memberi sepercik
ingatan bahwa akibat perbuatan - perbuatan kita yang terus - menerus tidak jujur, jorok, nafsu,
egoistis, malas, tidak disiplin, kurang toleran, memaksakan kehendak, inilah yang kita lihat;
carut marut.

Semua sistem, semua peraturan, semua hukum, kaidah - kaidah kehidupan serasa tak berarti lagi.
Akibatnya Tuhan melalui alam semesta yang diciptakan-Nya meminta pertanggung jawaban
manusia agar segera mengubah akal dan perilakunya, jika saja kita masih pekak, masa bodoh,
EGP, tidak mustahil kita semua akan musnah digulung bencana. Naudzubillah....

Firman Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 :


“Bagi manusia ada (malaikat) mengikutinya bergantian di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain-Nya. “

Hubungan manusia sesama mahluk

Manusia Makhluk Sosial dan Pendidik

Sejak zaman dahulu kala, manusia selalu menginginkan kemajuan dalam kehidupan. Kemajuan
itu dapat diraih dengan menerapkan pendidikan bagi para masyarakatnya. Oleh karena itu,
pendidikan selalu menjadi perhatian utama dalam memajukan suatu komunitas dan masyarakat.

Menurut pandangan Islam, sejarah masyarakat dimulai sejak Adam dan hawa diturunkan ke
bumi. Mereka menjadi keluarga terkecil pertamakali yang menghuni bumi. Dalam proses itulah
proses pendidikan manusia dimulai.

Menurut M Arifin, dasar minimal dari usaha mempertahankan hidup manusia terletak pada
orientasi manusi ke arah tiga hubungan,[1] yaitu:

1. Hubungan manusia dengan Yang Maha Pencipta yaitu Allah Tuhan sekalian alam
2. Hubungan dengan sesama manusia. Dalam keluarga Adam, hubungan tersebut masih
terbatas pada hubungan antar anggota keluarga
3. Hubungan dengan alam sekitar yang terdiri dari berbagai unsure kehidupan. Seperti
tumbuhan, binatang dan sumberdaya alamiyah yang ada

Pendapat ini dapat diterima karena memang sampai sekarang, interaksi manusia relefan dengan
ketiga arah hubungan di atas. Dalam literatur yang lain, ketiga konsep tersebut sering
digambarkan dalam hubungan manusia secara vertical dan horizontal.
Hubungan vertical yaitu hubungan manusia dengan Tuhan yang menciptakannya. Hal ini dapat
digambarkan dengan kelemahan manusia dan keinginan untuk mengabdi kepada yang lebih
agung. Manusia yang lemah memerlukan pelindung dan tempat mengadu segala permasalahan.
Terkadang memang permasalahan yang tidak pelik mudah dan dapat diselesaikan oleh manusia
sendiri. Namun, tak jarang persoalan himpitan hidup, rasa putus asa, hilangnya harapan dan lain
sebagainya tak mungkin diselesaikan sendiri. Maka ia butuh sesuatu yang sempurna, yaitu
Tuhan. Tempat mengadu segala persoalan hidup. Tanpa-Nya, manusia bisa jadi kehilangan arah
dan tujuan hidup.

Hubungan horizontal yaitu hubungan antar sesama manusia. Antara seorang dengan yang lainya.
Unit terkecil dalam hubungan antar manusia adalah keluarga, kemudia masyarakat baru sesama
penduduk negri serta mendunia. Hubungan sesame perlu dijaga karna manusia adalah makhluk
social.

Dalam buku At-Tarbiyyah wa Ta’lim karya Mahmud Yunus, beliau menuliskan manusia adalah
makhluk social. Maksud dari makhluk social adalah manusia tak dapat hidup sendiri tapi pastilah
memerlukan bantuan orang lain.[2]

Melalui proses hubungan ini, manusia mengembangkan proses kehidupan dan membangun
kebudayaan. Proses inilah yang mendorong manusia kea rah kemajuan hidup sejalan dengan
tuntutan yang semakin meningkat.

Sebagai makhluk yang paling mulia, Allah memberikan kepada manusia berbagai kemampuan
yang bersifat jasmaniyah dan rohaniyah. Dan jalan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tersebut adalah dengan pendidikan.

You might also like