You are on page 1of 5

Konsep Dasar Perilaku

Pengertian perilaku, perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari
yang paling dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Berkenaan dengan obyek
psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari
jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagaisuatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

pandangan tentang perilaku, ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu; 1)
pendekatan neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara
perilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan syaraf) karena perilaku
diatur oleh kegiatan otak dan sistem syaraf, 2) pendekatan behavioristik, pendekatan ini
menitikberatkan pada perilaku yang nampak dan perilaku dapat dibentuk dengan
pembiasaan dan pengukuhan melalui pengkondisian stimulus, 3) pendekatan kognitif,
menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi
mengolah stimulus menjadi perilaku baru, 4) pandangan psikoanalisis, menurut pandangan
ini perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak
disadari, dan 5) pandangan humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh
aspek internal individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna
pada lingkungan.

Jenis-jenis perilaku individu,

1) perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan syaraf,

2) perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,

3) perilaku tampak dan tidak tampak,

4) perilaku sederhana dan kompleks,

5) perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

Mekanisme perilaku : (1) dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah :

W ------ S ------- r -------- O ------- e -------- R ------- W


Keterangan: W = world (lingkungan) e = effector

S = stimulus R = respon

R = receptor W = lingkungan

O = organisme

Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut
dengan perilaku spontan.

Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan


kelas yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas- ngipaskan buku untuk
meredam kegerahannya.

Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi
mahasiswa tersebut (O), secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R)
yang dilakukan mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-
ngipaskan buku.

Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut:

Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa
agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa
yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan
lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih
nyaman dalam mengikuti perkuliahan.

Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan
lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow)

meski di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari
terhadap keadaan sekelilingnya--. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan
lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana
kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan
merupakan (W).
(2) pandangan humanistik, menurut pandangan ini perilaku merupakan siklus dari 1)
dorongan timbul, 2) aktivitas dilakukan, 3) tujuan dihayati, dan 4) kebutuhan
terpenuhi/rasa puas

Dinamika perilaku individu,

(a) pengamatan adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan
sekitar dengan menggunakan alat indera penglihatan, pendengaran, pengecap dan
pembau, kemudian diserap dan kemudian diaplikasikan dan dicerna

(b) persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu
tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum dari persepsi adalah terkait dengan dimensi
ruang dan waktu, terstruktur, menyeluruh dan penuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan
dipengaruhi oleh perhatian selektif, cir-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, dan
pengalaman.

(c) berfikir adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara bagian-
bagian pengetahuan. Berpikir bertujuan untuk membentuk pengertian, membentuk
pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses Berfikir kreatif terdiri dari persiapan , inkubasi,
iluminasi, verifikasi. Jenis berpikir ada 2 yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.

Keragaman Individu dalam Kecakapan

Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual
ability) dan kecakapan potensial (potential ability).

Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar
(achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang. Misalkan,
setelah selesai mengikuti proses perkuliahan (kegiatan tatap muka di kelas), pada akhir
perkuliahan mahasiswa diuji oleh dosen tentang materi yang disampaikannya (tes formatif).
Ketika mahasiswa mampu menjawab dengan baik tentang pertanyaan dosen, maka
kemampuan tersebut merupakan atau kecakapan nyata (achievement).

Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung


dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat
dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi ataukecerdasan) dan
kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes).
Dalam dunia pendidikan, guru lah yang jadi pengamat terhadap peserta didiknnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mungkin akan dihadapkan dengan puluhan atau
bahkan ratusan peserta didiknya, dengan masing-masing karakateristik yang dimilikinya.

Di antara sekian banyak karakteristik yang dimiliki peserta didik, yang penting dan perlu
diketahui guru adalah berkenaan dengan kecakapan dan perilaku peserta didiknya.Dari segi
kecepatan belajar, ada peserta didik yang menunjukkan cepat dalam menangkap pelajaran,
namun sebaliknya ada juga yang sangat lambat. Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami
tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya,--terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya--, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Berhadapan dengan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar dan memiliki ciri-ciri
kepribadian yang positif, guru mungkin akan menganggap seolah-olah tidak ada hambatan.
Namun ketika berhadapan dengan peserta didik yang lambat dalam belajar atau ciri-ciri
kepribadian yang negatif, adakalanya guru dibuat frustrasi. Ujung-ujungnya dia langsung saja
akan menyimpulkan bahwa peserta didiklah yang salah. Peserta didik dianggap kurang rajin,
bodoh, malas, kurang sungguh-sungguh dan sebagainya.

Jika saja guru tersebut dapat memahami tentang keragaman individu, belum tentu dia
akan langsung menarik kesimpulan bahwa peserta didiklah yang salah. Terlebih dahulu
mungkin dia akan mempelajari latar belakang sosio-psikologis peserta didiknya, sehingga akan
diketahui secara akurat kenapa peserta didik itu lambat dalam belajar, selanjutnya dia berusaha
untuk menemukan solusinya dan menetukan tindakan apa yang paling mungkin bisa dilakukan
agar peserta didik tersebut dapat mengembangkan perilaku dan pribadinya secara optimal.

Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri
seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasilbelajar terjadi secara sadar, bersifat terus-
menerus, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasar-kan pada
konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar bagaimana belajar (learning how
to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu:

1. learning to know (belajar mengetahui)


Dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja
melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari
peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia.
2. learning to do (belajar berbuat)
Bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan
kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang
informal
3. learning to be (belajar menjadi dirinya)
Dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus
mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan
membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi
4. learning to live together (belajar hidup bersama)
Dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan
bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau
majemuk secara damai.

You might also like