You are on page 1of 13

Investasi Jerman Terhadap Pembangunan di Vietnam

Disusun oleh :

Adila Alin Almanar (23078) Panji Saputra (22679)

Bayu Prajanto (22611) Rizky Maulana (22635)

I Gusti Ngurah P (22608)

Lalik (22578)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA

2009
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sejak tahun 1980-an, perekonomian Vietnam mengalami pergeseran di mana hubungan


kerjasama ekonomi Vietnam menjadi lebih terbuka dan Vietnam cenderung menerapkan sistem
ekonomi berorientasi pasar. Perubahan ini disebabkan oleh adanya pandangan dari generasi baru
di Vietnam yang menganggap bahwa perlu adanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
untuk mencapai keamanan nasional. Hal ini pada akhirnya membuat Vietnam membuka diri
untuk mengadakan kerjasama dengan negara-negara Barat dan beranggapan bahwa mereka harus
meniru sistem pembangunan ekonomi yang diterapkan di negara-negara Barat.

Dengan lebih dari 80 juta penduduk dan perekonomian yang telah tumbuh setiap tahun
dengan rata-rata 7 persen selama satu dekade terakhir, Vietnam dengan cepat menjadi salah satu
kunci politik dan pelaku ekonomi di Asia Tenggara.1 Namun demikian, negara ini masih saja
menghadapi permasalahan mendasar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, seperti
kemiskinan pedesaan, degradasi lingkungan, kesehatan masyarakat, berbagai perubahan
struktural sosial, ekonomi, dan politik yang menyertai pertumbuhan dan liberalisasi. Dalam
peningkatan pembangunan ekonomi di Vietnam, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
melakukan kerjasama dengan Jerman.

Setelah penyatuan kembali Jerman pada tahun 1990, pengembangan kerjasama antara
Vietnam dengan Republik Federal Jerman adalah perkembangan alami yang dekat dan hubungan
produktif antara Vietnam dengan Republik Demokratik Jerman (GDR). Beberapa program kerja
sama antara Jerman modern dengan Vietnam adalah kelanjutan program yang telah
diperkenalkan oleh negara Jerman sebelum adanya penyatuan pada tahun 1990. Untuk saat ini,
proyek-proyek baru lainnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembangunan Vietnam dan
kepentingan kedua negara.
1

www.gtz.de/en/weltweit/asian-pacific/620.htm
Vietnam mendukung tujuan-tujuan ambisius untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah
Jerman memberikan bantuan melalui GTZ (Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit). GTZ
adalah lembaga resmi pemerintah Jerman dalam bidang kerjasama internasional. Pemerintah
Jerman memberikan bantuan dengan melaksanakan beberapa proyek dan program-program pada
reformasi ekonomi makro, kecil dan menengah.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah motivasi dibalik investasi yang dilakukan oleh Jerman terhadap pembangunan di
Vietnam?

2. Bagaimanakah Jerman memandang Vietnam sebagai mitra dalam kerjasama


ekonominya?

I.3 Landasan Teori

Dalam makalah ini, kami menggunakan landasan teori mengenai FDI (Foreign Direct
Investment) atau investasi langsung luar negeri. FDI adalah salah satu ciri penting dari sistem
ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat sebuah perusahaan dari suatu negara
menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara
ini, perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan
perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik sebagian atau
seluruhnya.2 Caranya yaitu dengan membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau
menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana, atau membeli sahamnya
sekurang-kurangnya 10%.
2

http://id.shvoong.com/business-management/management/1658616-foreign-direct-
investment/
Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya pembelian atau
konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan, atau konstruksi peralatan
atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal
(reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang
antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai
investasi langsung. Kini, mulai muncul corak-corak baru dalam FDI, seperti pemberian lisensi
atas penggunaan teknologi tinggi.
Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah
perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama (joint ventures) dan
aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint ventures yang melibatkan tiga pihak
atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau 'syndicates') dan biasanya dibentuk untuk proyek
tertentu seperti konstruksi skala luas atau proyek pekerjaan umum yang melibatkan dan
membutuhkan berbagai jenis keahlian dan sumberdaya. Istilah FDI biasanya tidak mencakup
investasi asing di bursa saham.
BAB II

PEMBAHASAN

Di Uni Eropa (EU), Jerman adalah mitra dagang terbesar bagi Vietnam. Pada tahun 2006,
hubungan kerjasama ekonomi perdagangan kedua negara ini mencapai EUR 3.3 miliar dan
meningkat pada tahun 2007, terutama impor produk pertanian seperti lada, beras, kopi, dan
makanan laut dari Vietnam. Baru-baru ini, proporsi produk industri seperti pakaian, sepatu, dan
lain-lain yang diimpor dari Vietnam telah meningkat di Jerman. Duta Besar Jerman yang baru
mengatakan bahwa barang-barang Vietnam cukup kompetitif di pasar Jerman.
Investasi langsung dari Jerman ke Vietnam juga mengalami peningkatan. Namun, kedua
belah pihak tidak mengambil keuntungan penuh dari potensi yang mereka miliki. Duta Besar
Jerman mengatakan bahwa untuk mengintensifkan kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan,
dan investasi, kedua negara perlu untuk memenuhi tugas-tugas mereka, seperti memperbaiki
lingkungan hukum untuk membuat investor merasa yakin sehingga lebih banyak lagi investor
Jerman yang akan datang ke Vietnam.
Duta Besar Jerman mengatakan bahwa investor Jerman tidak berpikir bahwa Vietnam
merupakan tujuan bisnis yang kurang penting jika dibandingkan dengan tetangga raksasanya,
China. Para investor Jerman mempertimbangkan Vietnam sebagai tujuan yang penting untuk
investasi. Melihat dari sisi bisnis, pertimbangan Jerman untuk berinvestasi di Vietnam adalah
mengenai pandangan Jerman terhadap Vietnam bahwa Vietnam pangsa pasar baru yang belum
banyak tersentuh oleh dunia internasional. Sehingga hal ini menjadikan investor Jerman untuk
berinvestasi di Vietnam.
Untuk membuktikan kecenderungan ini, Duta Besar Jerman membentuk kesepakatan
antara Jerman dengan Vietnam untuk mendirikan zona ilmu pengetahuan dan teknologi atau
kerja sama di bidang pembuatan kapal dan melengkapi pelabuhan dengan Vietnam Shipbuilding
Industry Group (Vinashin).
Kerjasama pembangunan
Sejak mengenal kebijakan ekonomi berorientasi pasar, pertengahan tahun
80-an, Republik Vietnam mencatat tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar delapan
persen. Ini membuat Vietnam menarik, juga bagi perusahan Jerman. Sementara ini,
tercatat 280 perusahaan Jerman beroperasi di negara tersebut. Dibandingkan
dengan negara lain, tingkat kehadiran Jerman di Vietnam tergolong kecil, kata
Thomas Speeger dari Asosiasi Bisnis Jerman di Ho-Chi-Minh-City, dulu bernama
Saigon. Speeger mengatakan, "Ada perusahaan multinasional besar seperti
Siemens, DaimlerChrysler, Metro Cash & Carry. Juga ada banyak perusahan
menengah, sebagian besar bergerak di bidang ekspor, misalnya untuk mebel dan
barang-barang keramik. Banyak pula perusahaan kecil yang bergerak di bidang
piranti lunak, juga pariwisata.“

Jerman adalah mitra dagang terbesar Vietnam di Uni Eropa dengan neraca
perdagangan lebih dari tiga miliar Dollar Amerika. Volume investasi perusahaan
Jerman di tahun-tahun lalu menunjukkan kenaikan tetap. Juli tahun lalu, investasi
langsung dari Jerman melampaui angka 400 juta Dollar. Halangan birokratis dan
kurangnya infrastruktur, termasuk dalam faktor yang membuat ragu perusahan
Jerman di Vietnam.

Bernd Baunack, wakil perusahaan ekspedisi Kühne + Nagel mengatakan,


"Pelabuhan di Vietnam sudah mencapai batas kapasitasnya. Arus masuk kontainer
diperkirakan meningkat 20 persen setiap tahun. Itu berarti, dalam lima tahun kita
membutuhkan dua kali lipat kapasitas pelabuhan yang sekarang. Masalah kedua
adalah sarana dan prasarana di daerah. Hanya ada satu jalur kereta api dari Ho-Chi-
Minh ke Hanoi. Transportasi dengan kereta, seperti yang kita kenal di Eropa, tidak
ada di sini. Vietnam juga dituntut untuk membangun infrastruktur di daerah."

Vietnam adalah mitra penting Jerman dalam kerjasama di bidang


pembangunan. Sejak 1990, pemerintah Jerman telah memberikan Vietnam hampir
USD 1 miliar dalam pendanaan untuk sektor ini. Jerman merupakan Negara donor
terbesar di antara Negara-negara anggota Uni Eropa saat ini Perancis, Jerman,
Belgia dan Inggris Raya untuk investasi di Vietnam.
Jerman telah menjanjikan total USD 117 juta dalam kerjasama pembangunan
untuk tahun 2008 dan 2009, USD 22 juta untuk Kerjasama Teknis dan EUR 95 juta
untuk Kerjasama Keuangan. Kerjasama pembangunan Jerman-Vietnam akan fokus
pada tiga bidang utama, yaitu:

•Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan mengenai teknis dan pelatihan


kejuruan

• Kebijakan lingkungan, konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan mengenai sumber


daya alam, termasuk pengolahan limbah dan pembuangan sampah
• Meningkatkan kesehatan, khususnya di daerah pedesaan
Negosiasi antar pemerintah berikutnya pada kerjasama pembangunan bilateral, akan
diadakan di Jerman pada tahun 2010. Pada tanggal 26 Februari 2009, Sekretaris Negara
Parlemen di Kementerian Federal Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Karin Kortmann dan
Menteri Konstruksi Vietnam Nguyen Hong Quan membuka Forum Pembangunan Perkotaan
Berkelanjutan yang dilaksanakan selama dua hari. Kemudian kedua negara ini akan mengadakan
Konferensi Pengelolaan Hutan Lestari pada 2010.3

www.sudf-vietnam.org
Hubungan ekonomi
Jerman tetap menjadi mitra dagang paling penting bagi Vietnam di kawasan Uni Eropa
pada tahun 2008, perdagangan ini senilai USD 3,4 miliar. Ekspor utama Vietnam ke Jerman
adalah sepatu dan pakaian. Jerman merupakan pasar ekspor terbesar kedua di seluruh dunia
untuk kopi dan lada hitam dari Vietnam.
Kepentingan tertentu untuk perusahaan-perusahaan Jerman adalah kenyataan bahwa
Vietnam berusaha untuk menjadi negara industri pada tahun 2020, ini merupakan sebuah upaya
praktis yang tercermin di negara berkembang dengan mempercepat pemenuhan kebutuhan mesin
dan peralatan. Mengingat cepatnya pertumbuhan kualitas kesadaran di Vietnam secara
keseluruhan dan reputasi yang sangat baik bahwa produk buatan Jerman termasuk produksi
industrinya dapat membantu untuk melakukan perkembangan di Vietnam.
Pada Juli 2006, sebuah bisnis baru dan hukum investasi disahkan, hal ini telah
memperbaiki kondisi secara keseluruhan untuk kegiatan para pengusaha dan investor asing.
Vietnam bergabung ke dalam World Trade Organization (WTO) pada 11 Januari 2007. Hal ini
kemudian telah lebih meningkatkan daya tarik pasar Vietnam, Sekarang terdapat 150 perusahaan
yang diselenggarakan dalam Asosiasi Bisnis Jerman di Vietnam. Sejak tahun 1997 Forum
Kebijakan Ekonomi Jerman-Vietnam telah melakukan pertemuan tahunan secara bergantian baik
di Jerman maupun di Vietnam. Pertemuan ketujuh diadakan di Berlin pada tanggal 6 Maret 2008
hal in bertepatan dengan kedatangan Menteri Dung di Jerman.
Melihat jumlah ekspor Vietnam ke Jerman pada lima bulan pertama tahun ini turun 8,9
persen dibanding tahun-tahun sebelumnya, hingga USD 737,66 juta, angka ini bedasarkan data
dari pusat informasi di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Vietnam. Selama periode ini,
jumlah mayoritas ekspor Vietnam mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun lalu. Ekspor sayuran dan buah-buahan di Vietnam telah menghasilkan USD
2,05 juta, ini berarti turun 24,4 %, kemudian ekspor produk kayu menjadi dari USD 39 juta,
turun 40 % .
Namun, ekspor barang Vietnam lainnya mengalami kenaikan. Terutama, ekspor mete
yang meningkat 68 %, sedangkan di sector garmen dan tekstil, jumlah ekspor USD 146.05 juta,
naik 3,3 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor makanan laut
mencapai USD 75,73 juta, naik 2,01 %. Perdagangan antara Vietnam dan Jerman yang dua arah,
pada tahun 2008 mencapai hampir USD 5 miliar, meningkat 25% dari tahun ke tahun, hal ini
diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri Vietnam.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perubahan orientasi ekonomi Vietnam sejak tahun 1980-an telah membuat Vietnam lebih
terbuka dalam melakukan kerjasama ekonomi. Hal ini membuat Vietnam dengan cepat tumbuh
menjadi pelaku ekonomi dan berperan penting dalam perekonomian di Asia Tenggara. Hubungan
kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh Vietnam juga dilakukan dengan negara-negara Barat,
tidak terkecuali Jerman.

Kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi antara Vietnam dengan Jerman
telah mengalami peningkatan yang pesat sejak tahun 2007. Hal ini terlihat dengan adanya
peningkatan produk-produk pertanian dan industri Vietnam yang diekspor ke Jerman. Selain itu,
investasi langsung yang dilakukan oleh Jerman ke Vietnam juga tumbuh pesat, di mana para
investor Jerman beranggapan bahwa Vietnam merupakan pangsa pasar yang belum banyak
tersentuh oleh para pelaku ekonomi dunia, serta tujuan yang penting bagi investasi. Sementara
itu, kerjasama pembangunan antara Jerman dengan Vietnam telah diproiritaskan pada tiga
bidang: pembangunan ekonomi mengenai teknis dan pelatihan kejuruan, kebijakan lingkungan,
konservasi, dan sumber daya alam, serta masalah kesehatan.

Dalam kerjasama ekonomi, Jerman merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi produk
pertanian Vietnam. Usaha dari Vietnam untuk menjadi negara industri pada tahun 2010 telah
membuat Jerman melakukan peningkatan kerjasama ekonomi untuk mempercepat pemenuhan
kebutuhan mesin dan peralatan Vietnam.
DAFTAR PUSTAKA

- www.gtz.de/en/weltweit/asian-pacific/620.htm

- www.id.shvoong.com/business-management

- www.sudf-vietnam.org

You might also like