You are on page 1of 29

1

STATUS PASIEN NEUROLOGI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal masuk : 27 Februari 2011
Dirawat yang ke :I
Tanggal pemeriksaan : 1 Maret 2011

II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan Alloanamnesa tanggal 1 Maret 2011, pukul 08.00 WIB
KELUHAN UTAMA : Kelemahan lengan dan tungkai kiri
KELUHAN TAMBAHAN : Badan terasa lemas dan bicara menjadi pelo
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang dengan keluhan lemah pada lengan dan tungkai kiri sejak 1
hari SMRS. Keluhan tersebut dirasakan tiba-tiba setelah sarapan. Pasien merasa
berat mengangkat lengan dan tungkai kiri disertai bicara menjadi pelo dan sulit
dan badan terasa lemas.
Pasien menyangkal keluhan seperti mual, muntah, sakit kepala, kejang dan
penurunan kesadaran. Pasien juga menyangkal pernah mengalami benturan
dibagian kepala, demam sebelumnya, penglihatan ganda, gangguan pengecapan,
gangguan pendengaran, BAB dan BAK. Pasien mengaku masih dapat merasakan
sentuhan disemua anggota badan.
Pasien juga mengerti saat diajak berbicara, dapat mengeluarkan isi
pikirannya dalam kata-kata dan dapat mengingat kejadiannya dengan baik.
2

Sebelum terjadi keluhan tersebut pasien mengaku sering merasa


kesemutan pada tangan dan kaki tetapi masih dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri. Setelah timbul keluhan lemah pasien hanya berbaring
ditempat tidurnya.
Pasien mengaku keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Pasien memiliki
riwayat hipertensi kurang lebih sejak 5 tahun yang lalu. Pasien rutin kontrol ke
Puskesmas terdekat dan minum obat Captopril 12,5 mg.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Hipertensi : Sejak 5 tahun yang lalu, dikontrol dengan
obat Captopril 12,5 mg
Diabetes melitus : disangkal
Sakit jantung : disangkal
Trauma kepala : disangkal
Sakit kepala sebelumnya : disangkal
Kegemukan : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Ayah pasien juga sebelumnya menderita stroke

RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN :
Tidak ada penyakit bermakna selama masa kelahiran, pertumbuhan dan
perkembangan

III. PEMERIKSAAN
STATUS INTERNUS
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Gizi : Baik
 Tanda vital :
Tekanan darah kanan : 150 / 100mmHg
Tekanan darah kiri : 150 / 100mmHg
3

Nadi kanan : 88 x / menit


Nadi kiri : 88 x / menit
Pernafasan : 24 x /menit
Suhu : 36,5 ºC
 Limfonodi : Tidak teraba membesar
 Jantung : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop(-)
 Paru : Suara napas vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)
 Hepar : Tidak teraba pembesaran
 Lien : Tidak teraba pembesaran
 Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

STATUS PSIKIATRI
 Tingkah laku : pasien lebih banyak diam dan berbicara ketika ditanya
saja
 Perasaan hati : pasien tampak murung
 Orientasi : baik
 Jalan fikiran : baik
 Daya ingat : baik

STATUS NEUROLOGI
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 ( E4M6V5 )
 Sikap tubuh : Berbaring terlentang
 Cara berjalan : Tidak dilakukan
 Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Simetris : Simetris
 Pulsasi a.Temporalis : Teraba
4

 Nyeri tekan : Tidak ada

Leher
 Sikap : Normal
 Gerakan : Bebas tak terbatas
 Vertebrae : Dalam batas normal
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Pulsasi a. Carotis : Teraba

TANDA RANGSANG MENINGEAL


Kanan Kiri
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) (-)
Kernig : (-) (-)
Brudzinsky I : (-) (-)
Brudzinsky II : (-) (-)

NERVI KRANIALIS
Kanan Kiri
N I ( Olfactorius )
 Daya penghidu : Normosmia Normosmia

N II ( Optikus )
 Ketajaman penglihatan : menurun menurun
 Pengenalan warna : baik baik
 Lapang pandang : baik baik
 Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )


5

 Ptosis : (-) (-)


 Strabismus : (-) (-)
 Nistagmus : (-) (-)
 Exopthalmus : (-) (-)
 Enopthalmus : (-) (-)
 Gerakan bola mata :
Lateral : (+) (+)
Medial : (+) (+)
Atas lateral : (+) (+)
Atas medial : (+) (+)
Bawah lateral : (+) (+)
Bawah medial : (+) (+)
Atas : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Gaze : (-) (-)

 Pupil :
Ukuran pupil : Ø 3 mm Ø 3 mm
Bentuk pupil : bulat bulat
Isokor/anisokor : isokor
Posisi : ditengah ditengah
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
Reflek cahaya tidak langsung : tidak dilakukan
Reflek akomodasi/konvergensi: tidak dilakukan

N V ( Trigeminus )
 Menggigit : Baik
 Membuka mulut : simetris
Sensibilitas atas : (+) (+)
6

Tengah : (+)
(+)
Bawah : (+) (+)
 Reflek masseter : (+) (+)
 Reflek zigomatikus : Tidak dilakukan
 Reflek kornea : (+) (+)
 Reflek bersin : Tidak dilakukan
N VII ( Facialis )
Pasif
 Kerutan kulit dahi : Simetris
 Kedipan mata : Simetris
 Lipatan nasolabial : Asimetris, kiri lebih datar
 Sudut mulut : Asimetris, kiri lebih rendah dibanding kanan
Aktif
 Mengerutkan dahi : Simetris
 Mengerutkan alis : Simetris
 Menutup mata : Simetris
 Meringis : Asimetris, tertinggal pada sisi kiri
 Mengembungkan pipi : Asimetris, kanan lebih menggembung
 Gerakan bersiul : Tidak dilakukan
 Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
 Hiperlakrimasi : Tidak ada
 Lidah kering : Tidak ada

N VIII (Vestibulocochlearis)
 Mendengarkan suara gesekan jari tangan : normal normal
 Mendengar detik jam arloji : normal normal
 Test swabach : Tidak dilakukan
 Test rinne : Tidak dilakukan
7

 Test weber : Tidak dilakukan

N IX ( Glossopharyngeus )
 Arcus pharynx : Simetris
 Posisi uvula : Di tengah
 Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
 Reflek muntah : Tidak dilakukan

N X ( Vagus )
 Denyut nadi : Teraba, Reguler
 Arcus pharynx : Simetris
 Bersuara : Normal
 Menelan : Normal

N XI ( Accesorius )
 Memalingkan kepala : Normal
 Sikap bahu : Simetris
 Mengangkat bahu : Simetris

N XII ( Hipoglossus )
 Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
 Kekuatan lidah : Normal
 Atrofi lidah : Tidak ada
 Artikulasi : Pelo
 Tremor lidah : Tidak dada

MOTORIK
 Gerakan : bebas terbatas
8

 Kekuatan 5 5 5 5 1 1 1 1
: 5 5 5 5 4 4 4 4

 Tonus : normotonus hipotonus


 Trofi : eutrofi eutrofi

REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Reflek bicep : (+) (+)
Reflek tricep : (+) (+)
Reflek patella : (+) (+)
Reflek achilles: (+) (+)
Reflek periosteum : (-) (-)

Reflek permukaan
Dinding perut : tidak dilakukan
Cremaster : tidak dilakukan
Spincter ani : tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS
Kanan Kiri
Hoffman tromer : (-) (-)
Babinski : (-) (+)
Chaddok : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schafer : (-) (-)
Rosolimo : (-) (-)
Mendel bechterew : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
9

SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : (+) (+)
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil : (+) (+)

Propioseptif
Posisi : (+) (+)
Vibrasi : Tidak dilakukan
Tekanan dalam : Tidak dilakukan
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Test romberg : tidak dilakukan
Test tandem : tidak dilakukan
Test fukuda : tidak dilakukan
Disdiadokokenesis : tidak dilakukan
Rebound phenomen : tidak dilakukan
Dismetri : tidak dilakukan
Test tunjuk hidung : normal
Test telunjuk-telunjuk : normal
Test tumit lutut : tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinentia : tidak ada kelainan
Retensi : tidak ada kelainan
Anuria : tidak ada kelainan
Defekasi
Inkontinentia : tidak ada kelainan
Retensi : tidak ada kelainan
10

FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : murung
Fungsi kognisi : baik
RESUME
Anamnesa
Pasien wanita usia 61 tahun datang dengan keluhan lengan dan tungkai kiri
tiba-tiba sulit digerakkan 1 hari SMRS. Keluhan dirasakan tiba-tiba setelah pasien
sarapan. Pasien mengeluh bicara menjadi pelo dan sulit. Sebelumnya pasien
mengaku sering merasa kesemutan pada tangan dan kaki. Pasien mengaku
keluhan ini baru pertama kali terjadi. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak
5 tahun, pasien kontrol dengan teratur di Puskesmas dan meminum obat Captopril
12,5 mg.

Pemeriksaan
Status Internis : Dalam batas normal
Keadaan umum : Sakit sedang
Gizi : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah kanan : 150/ 100 mmHg
Tekanan darah kiri : 150/ 100 mmHg
Nadi kanan : 88 x/menit
Nadi kiri : 88 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5°C

Status neurologis
Kesadaran : Compos mentis → GCS : 15 ( E4M6V5 )
Pupil : Isokor, diameter 3 mm/3mm, Reflek cahaya +/+
11

Nervi Cranialis : Parese nervus VII kiri


Parese nervus XII kiri
Rangsang Meningeal : ( - )
Motorik :
 Gerakan : bebas terbatas
 Kekuatan 5 5 5 5 1 1 1 1
: 5 5 5 5 4 4 4 4

 Tonus : normotonus hipotonus


 Trofi : eutrofi eutrofi
 Reflek fisiologis :(+)
 Reflek patologis : babinski ( + ) pada kaki kiri

DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra, parese nervus VII dan XII
sinistra tipe sentral  UMN
Diagnosis topik : Hemisfer cerebri dextra
Diagnosis etiologi : Stroke non Haemoragik,
Faktor resiko : Hipertensi

TERAPI
Penatalaksanaan umum ( 5 B ) :
• Breathing : kelancaran jalan nafas, gigi palsu dilepas
• Blood : Pemantauan tekanan darah, pada tahap awal tidak boleh
diturunkan segera karena dapat memperburuk keadaan kecuali pada
kondisi hipertensi emergency ( sistolik > 220/mmHg dan atau diastolik
>120mmhg)
• Brain : Hindari peningkatan TIK atau suhu tubuh meningkat
• Bladder : Hindari infeksi saluran kemih dan perhatikan
keseimbangan cairan input dan output
12

• Bowel : Perhatikan kebutuhan cairan, kalori, dan hindari


obstipasi
Medikamentosa :
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Citicholin 3 x 250
- Neurobion 5000 2x1 amp
- Captopril 1 x 12,5 mg tab
- Clopidogrel 1 x 75 mg
Non medikamentosa : Mobilisasi bertahap dan Fisiotherapi

PEMERIKSAAN ANJURAN
 Laboratorium:
o Darah : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
o Kimia : Ureum, Kreatinin, Kolesterol, Trigliserida, Gula darah
o Elektrolit : Na, K, Cl, Ca, Mg
 EKG
 Foto thorax
 CT Scan kepala
PROGNOSA
Ad vitam :Dubia ad bonam
Ad fungsionam :Dubia ad bonam
Ad sanam :Dubia ad malam
Ad cosmeticum :Dubia ad malam

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 27-02-2011
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
13

Hemoglobin 12,8 (13-18 g/dl)


Hematokrit 41 (40-52%)
Eritrosit 4,7 (4,3- 6,0juta/uL)
Leukosit 9700 (4800-10800/uL)
Trombosit 256000 (150000-400000/uL)
MCV 87 (80-96fl)
MCH 28 (27-32pg)
MCHC 32 (32-36g/dl)

Kimia
Ureum 35 (20-50 mg/dl)
Kreatinin 1,0 (0,5-1,5 mg/dl)
Natrium 149* (135-145 mEq/L)
Kalium 3,4* (3,5-5,3 mEq/L)
Klorida 104 (97-107 mEq/L)
Glukosa 2 Sewaktu 107
(>140 mg/dl)

Tanggal 28-02-2011
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia
Protein total 6,5 (6-8,5g/dl)
Albumin 3,9 (3,5-5 g/dl)
Globulin 2,6 (2,5-3,5 g/dl)
Cholesterol 216* (<200 mg/dl)
Trigliserida 101 (<160 mg/dl)
Bilirubin Total 1,5 (<1,5 mg/ dl)
SGPT 15 (<40 U/L)
SGOT 27 (<35 U/L)
Gama GT 18 (<55 U/L)
Glukosa Puasa 92 (70-100 mg/dl)
14

Glukosa 2 jam PP 96 (<140 mg/dl)


Alkali Fosfatase 70
(<98 U/L)
Urinalisa
Urin lengkap
pH 7,0 4,6-8
Berat Jenis 1,015 1,010-1,030
Protein +/POSITIF Negatif
Glukosa -/ NEGATIF Negatif
Bilirubin -/NEGATIF Negatif
Eritrosit > 50* < 2/ LPB
Leukosit 4-5-4* < 5/ LPB
Torak -/NEGATIF Negatif
Kristal -/NEGATIF Negatif
Epithel +/POSITIF Positif
Lain-lain -/NEGATIF Negatif

CT-Scan
Tgl 27-02-2011
15

Kesan: - Infark di periventrikel lateral kanan dan kiri

ANALISA KASUS

Definisi dari stroke adalah penyakit serebrovaskular yang mengacu


kepada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Secara praktis,
16

stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya yang bersifat onset mendadak, gejala
klinis baik fokal (seperti paresis, sulit bicara, dll) maupun global (ganguan
kesadaran) dan berkembang cepat.

Diagnosis pada pasien ini adalah :


Diagnosa Klinis : Hemiparese sinistra, parese nervus VII dan XII sinistra
tipe sentral  UMN
Diagnosa Topik : Hemisfer Cerebri Dextra
Diagnosa Etiologi : Stroke Non Hemorragik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


neurologis:

ANAMNESIS
1. Ny. J, 61 tahun datang ke UGD RSPAD dengan keluhan tangan dan kaki
kiri tiba-tiba menjadi lemah. Pasien juga mengeluh bicara menjadi pelo
dan mulut sebelah kiri tertinggal ketika pasien meringis sejak 1 hari
SMRS.

 Definisi Stroke : penyakit serebrovaskular yang mengacu kepada setiap


defisit neurologik yang muncul mendadak yang terjadi akibat pembatasan
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak

2. Keluhan mual, muntah, sakit kepala, kejang dan penurunan kesadaran saat
serangan disangkal
 Tabel Perbedaan Stroke Hemoragik dan stroke non Hemoragik
Gejala Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik
Onset mendadak Mendadak
Saat Onset Sedang aktif Istirahat
Peringatan - +
Nyeri Kepala +++ +-
Kejang + -
17

Muntah + -
Penurunan Kesasaran +++ +-

3. Keluhan kelemahan pada tangan dan kaki kiri baru pertama kali dirasakan.
 Ini menunjukkan bahwa keluhan ini dapat diatasi sesegera mungkin untuk
menyelamatkan daerah penumbra supaya tidak terjadi deficit neurologi
yang luas.

4. Pasien juga memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu,
pasien minum obat Captopril 12,5 mg untuk mengontrol tekanan darah.

 Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifir, dan retina.
Hipertensi berperan penting dalam terjadinya infark dan perdarahan otak
yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat
arteriosklerosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari
pembuluh darah besar. Hipertensisecara langsung dapat menyebabkan
arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma. Hal ini dapat menyebabkan Perdarahan Intra Serebral.
Baik hipertensi sistolik maupun diastolik, keduanya merupakan faktor
terjadinya stroke.

FAKTOR RISIKO STROKE


Faktor Resiko Stroke yang dapat dikontrol :

Faktor resiko medis yang dapat Gaya hidup yang dapat dikontrol
dikontrol
Hipertensi Merokok
Atrial Fibrilasi Alkohol
18

Kolesterol yang tinggi Aktifitas Fisik yang rendah


Diabetes Melitus Obesitas
Aterosklerosis

Faktor Resiko Stroke yang tidak dapat dikontrol :


← - Usia
← - Gender
← - Ras
← - Riwayat Keluarga
← - Riwayat Stroke Sebelumnya atau TIA

 Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi (AF) adalah penyakit gangguan irama jantung dan
merupakan salah satu faktor risiko utama untuk stroke, Pasien dengan
atrial fibrilasi mempunyai resiko 5 kali lebih tingi untuk terkena stroke
daripada yang tidak. Sekitar 15 % penderita AF menderita stroke. AF
disebabkan oleh detak jantung (atrium) yang cepat dan tidak terduga.
AF meningkatkan resiko stroke karena pada pasien AF, darah akan
berkumpul di jantung sehingga mudah terjadi gumpalan dan ketika
gumpalan tersebut menyumbat arteri otak maka akan terjadi stroke
iskemik.

 Kolesterol yang Tinggi


Kolesterol atau plak yang terdapat dalam arteri dapat menghambat
aliran darah normal ke otak dan menyebabkan stroke. Kolesterol tinggi
juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan aterosklerosis,
yang merupakan faktor resiko untuk stroke.

 Diabetes Melitus
19

Faktor resiko untuk terjadinya infark otak, sedangkan peranannya


dalam perdarahan belum jelas. Diduga diabetes mellitus mempercepat
terjadinya proses, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih berat, lebih
tersebar, dan mulai lebih dini.
Infark otak terjadi 2.5 kali lebih banyak pada penderita DM pria dan 4
kali lebih banyak daripada penderita wanita, dibandingkan dengan tidak
menderita DM pada umur dan jenis kelamin yang sama.

 Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penumpukan plak deposito lemak dan sel lainnya
secara progresif di dinding arteri. Hal ini dapat menyumbat arteri dan
menghambat aliran darah ke otak atau bagian tubuh lain, membuat
seseorang lebih berisiko stroke, TIA atau penyakit jantung lainnya.
Banyak faktor risiko stroke juga merupakan faktor risiko untuk
aterosklerosis seperti merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
diabetes, dan riwayat keluarga penyakit jantung dan stroke.
 Merokok
Merokok menggandakan resiko stroke jika dibandingkan dengan bukan
perokok. Merokok mengurangi jumlah oksigen dalam darah,
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan membuat darah lebih
mudah menggumpal. Merokok juga meningkatkan jumlah plak di arteri,
yang dapat menghalangi aliran darah ke otak, menyebabkan stroke.
Merokok meningkatkan resiko untuk semua tipe stroke terutama
perdarahan subarachnoid dan stroke infark.
 Alkohol dan obat-obatan lainnya
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan termasuk kokain, amfetamin,
dan heroin berhubungan dengan peningkatan resiko stroke. Berbagai
obat tersebut menggangu aliran darah, menginduksi vasikulitis,
menyebabkan embolisasi, endokarditis infektif, menganggu agregasi
platelet, dan meningkatkan viskositas darah.
 Obesitas
20

Obesitas dan berat badan yang berlebihan akan membebani sistem


peredaran darah secara keseluruhan dan membuat kolesterol tinggi,
tekanan darah tinggi dan diabetes, yang merupakan faktor resiko stroke.
Menjaga berat badan yang sehat melalui diet, aktivitas fisik dan
perawatan medis lainnya dengan bantuan dokter penting bagi
pencegahan stroke.
 Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik dapat membantu mengurangi risiko stroke. Sebuah
penelitian baru menunjukkan bahwa orang yang latihan 5 kali atau
lebih per minggu memiliki risiko stroke berkurang. Tinggi dan beban
risiko stroke telah diamati dalam Belt Stroke (negara bagian tenggara
Amerika Serikat), daerah yang menawarkan tingkat obesitas lebih
tinggi dibandingkan dengan tempat lain.

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS


1. Status Internus
• Dalam pemeriksaan pasien dapat membuka mata secara
spontan (E4), dapat melakukan gerakan yang diperintahkan (M6),
dan pasien dapat mengerti pembicaraan dan mengekspresikan
pendapatnya (V5), GCS 15  Penurunan kesadaran sering terjadi
pada pasien dengan stroke hemoragik. Kesadaran compos mentis
mengarahkan diagnosis pada stroke non-hemoragik.
• Pada pemeriksaan tanda vital terdapat tekanan darah yang
tinggi yaitu 150/100 mmHg  Hipertensi merupakan faktor risiko
utama untuk penyakit stroke karena berperan penting dalam
terjadinya infark dan perdarahan otak yang terjadi pada pembuluh
darah kecil. Hipertensi mempercepat arteriosklerosis sehingga
mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah besar.
21

• Pada Auskultasi didapatkan BJ I-II reguler, gallop (-),


murmur (-)  sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini
tidak terdapat atrial fibrilasi.

2. Status Neurologi
− Tanda rangsang meningeal pada pasien ini negatif.
 Kaku kuduk sering terjadi pada stroke hemoragik
(Perdarahan Sub-Arachnoid) sehingga pada pasien ini
diagnosis lebih mengarah ke stroke non hemoragik
− Pada pemeriksaan nervi kranialis didapatkan paresis nervi VII
dan XII sinistra. Dimana mulut sebelah kiri tertinggal ketika
pasien meringis.
 Persarafan nervi kranialis umumumnya mendapat
persarafan bilateral dari hemisfer kanan maupun kiri kecuali
nervus VII dan nervus XII.
Nervus VII jika terjadi lesi LMN maka semua dari otot
ipsilateral akan menjadi lemah sedangkan apabila yang
terkena adalah UMN maka hanya pada setengah dari bagian
bawah wajah yang terkena dan kontralateral dari lesi hal ini
dikarenakan sebagian dari nukleus Nervus VII pada bagian
atas wajah mendapat persarafan dari kortikobulbar bilateral
(UMN). Pada pasien ini terjadi kelumpuhan nervus kranialis
VII tipe sentral. Lumpuhnya nervus VII yang ipsilateral
dengan kelumpuhan ekstemitas menunjukkan lesi setinggi
kapsula interna dan lesi terletak kontralateral dengan
kelumpuhannya sehingga pada kasus ini lesi berada di
hemisfer serebri kanan.
22

− Pada pemeriksaan motorik pada pasien ini didapatkan gerakan


pada ekstermitas atas dan bawah kanan bebas, sedangkan
pada bagian kiri terbatas dengan kekuatan motorik pada
tangan kiri 1 dan kaki kiri 4 (seluruh gerakan otot dapat
dilakukan melawan gaya berat dan juga melawan tahanan
ringan dan sedang dari pemeriksa). Tidak terdapat atrofi pada
kedua ekstremitas sinistra maupun dextra. Pada pemeriksaan
juga didapatkan reflex fisiologis (+) dan reflex patologis
babisnki (+) di sebelah kiri.

Karakteristik UMN LMN


Tonus Spastik : lebih nyata pada Flasid
fleksor lengan dan
ekstensor tungkai
Massa Otot Hanya sedikit mengalami Atrofi dapat sangat
disuse atrophy jelas
Refleks Meninggi, reflek patologis Menurun, reflek
positif (+) patologis (-)
Fasikulasi Tidak Ada
23

3. Pemeriksaan Penunjang
Lab: Kolesterol  216 mg/dl (<200 mg/dl)
Kolesterol yang tinggi adalah salah satu faktor resiko terjadinya
gangguan yang dapat menyebabkan stroke
CT Scan kesan : - Infark di periventrikel lateral kanan dan kiri
Pemeriksaan CT Scan adalah untuk menentukan etiologi dan prognosa
pada pasien stroke

DIAGNOSA
1. Diagnosa Klinis
−Hemiparese sinistra tipe UMN  Pada pasien ini didapatkan
kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah kiri. Tidak terdapat
atrofi pada ekstremitas pasien. Refleks fisiologis di kedua tungkai
positif. Reflek patologis babinski pada kaki kiri positif. Hal ini
mengarahkan ke hemiparese tipe UMN
−Parese nervus VII dan XII sinistra tipe sentral  Lesi UMN

2. Diagnosa Topik
 Hemisfer Cerebri dextra  Pada pasien ini terdapat hemiparese sinistra
dan parese nervus VII dan XII sinistra tipe sentral.

3. Diagnosa Etiologi :
 Diagnosa etiologi pada pasien ini ditegakkan melalui pemeriksaan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang dicocokkan pada Algoritma gajah mada, Algoritma
siriraj, dan Djonaedi Stroke Skor serta lewat pemeriksaan penunjang.

• Algoritma Gajah Mada


Penurunan kesadaran (-)
Nyeri Kepala (-)
Refleks Barbinsky (+)
24

Kesan : Stroke Non Hemoragik

• Algoritma Siriraj
Kesadaran (0x2.5) + Muntah (0x2) + nyeri kepala (0x2) + Tekanan
darah (100x10%) + (ateroma 0x-3) -12 = -2
Kesan : Stroke Non Hemoragik
(sss>1 ; stroke hemoragik, sss<-1 ; stroke non hemoragik)

• Djonaedi Stroke Skor


Permulaan serangan : 6.5
Waktu serangan :1
Sakit kepala waktu serangan :0
Muntah :0
Kesadaran :1
Tekanan darah sistolik :1
Tanda Rangsang selaput otak :0
Pupil :5
Fundus Okuli :-
Jumlah = 14,5
Kesan : Stroke non Hemoragik (>20 stroke hemoragik, <20
stroke non hemoragik)

 Pada pemeriksaan CT SCAN kesan yang didapat Infark di periventrikel


lateral kanan dan kiri  memperkuat diagnosa Stroke Non Hemoragik
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah
Penatalaksanaan Umum (5B)
- Breathing : kelancaran jalan nafas, gigi palsu dilepas
- Blood : Pemantauan tekanan darah, pada tahap awal tidak boleh
diturunkan segera karena dapat memperburuk keadaan kecuali pada
25

kondisi hipertensi emergency ( sistolik > 220/mmHg dan atau diastolik


>120 mmHg)
- Brain : Hindari peningkatan TIK atau suhu tubuh meningkat
- Bladder : Hindari infeksi saluran kemih dan perhatikan
keseimbangan cairan input dan output
- Bowel : Perhatikan kebutuhan cairan, kalori, dan hindari
obstipasi
Medikamentosa :
- Infus RL 20 tpm  untuk memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta untuk memasukkan obat melalui vena
- Injeksi Citicholin 3 x 250  obat golongan neuroprotektor yaitu
untuk melindungi sel-sel otak dan meningkatkan aliran darah ke
otak. Dosis pemakaian Citicholin 250-1000 mg/hari IV dibagi
dalam 2-3 kali selama 2-14 hari. Citicholin bekerja memperbaiki
membran sel dengan menambah phospatidylcholine, menghambat
terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin
suatu neurotransmitter untuk fungsi kognitif. Efek samping berupa
reaksi hipersensitif (ruam kulit), insomnia, sakit kepala, pusing,
kejang, mual, anoreksia, diplopia, malaise, nilai fungsi hati
abnormal dan perubahan tekanan darah sementara.
- Neurobion 5000 2x1 amp terapi support yang kandungannya Vit
B1, B6, B12 2x500mg.
- Captopril 1` x 12,5 mg tab  obat anti hipertensi dapat diberikan
pada pasien, untuk menurunkan tekanan darah. Sesuai dengan
tekanan darah pasien ataupun kebiasaan pasien menggunakan obat
hipertensi sesuai dengan riwayat hipertensi. Pada pasien ini, dapat
diberikan captopril 1x12,5 mg sesuai dengan anamnesis tentang
riwayat hipertensi pasien. Captopril bekerja sebagai angiotensin-
converting-enzyme inhibitor. Efek samping berupa hipotensi,
takikardi, nyeri dada, palpitasi, hiperkalemia, proteinuria, batuk,
26

gangguan pengecapan, dan sakit kepala. Kontraindikasi pada


hipersensitifitas dan gangguan ginjal
- Clopidogrel 1 x 75 mg  obat anti platelet agent diberikan untuk
mencegah terjadinya bekuan darah pada penyakit cerebrovaskular.
Pada kasus ini dapat diberikan Clopidogrel 1x75 mg. Bekerja pada
adenosin diphospat (ADP) reseptor pada membran platelet yang
penting pada agregasi platelet. Efek samping berupa neutropenia
berat, thrombotic, thrombocytopenic purpura, perdarah (otak,
pencernaan)
Non medikamentosa : Mobilisasi bertahap dan Fisiotherapi berguna untuk
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah kontraktur sendi

Prognosis pada Pasien ini adalah


• Ad vitam : dubia ad bonam karena pada pemeriksaan tanda
vital, keadaan umum dan kesadaran pasien dalam keadaan stabil.
• Ad fungsionam : dubia karena pada pasien ini ditemukan
adanya infark yang dapat menyebabkan kecacatan, namun dapat pulih
fungsi organ yang terkena bergantung dari fisioterapi yang dijalankan.
• Ad sanam : dubia ad malam karena kelemahan yang terjadi
mendadak mungkin saja menimbulkan kegoncangan jiwa bagi pasien.
Hal ini dapat menjadi baik maupun buruk tergantung kepada kejiwaan
pasien yang mungkin saja panik, sedih, cemas dan marah. Dengan
demikian perlu dilakukan pendekatan psikologik.
• Ad cosmeticum : dubia ad malam karena pada pasien ini mulut
datar pada kiri saat meringis serta tangan dan kaki kiri mengalami
parese.

Mekanisme Kasus
27

Perempuan
Riwayat
61 tahun
hipertensi

Diet tinggi
Teka
lemak
ting

LDL ↑
Terjadi oksidasi
LDL

KESIMPULAN

Platelet menemp
Pd endotel yg ru
28

Pasca stroke dibutuhkan suatu masa pemulihan, namun masa


tersebut tidak dapat dilalui penderita secara sendiri karena dibutuhkan
bantuan dari keluarga dan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu fungsi
keluarga akan sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan, tidak hanya
untuk membantu proses terapi tetapi juga dalam hal memberikan motivasi
agar pasien dapat melanjutkan kehidupannya seperti sediakala dan
bermanfaat kembali bagi lingkungannya. Karena peran keluarga adalah hal
yang paling berarti untuk meningkatkan semangat pasien.
Tujuan rehabilitasi penderita stroke, menurut WHO :
− Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang
terganggu.

− Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan


interpersonal dan aktivitas sosial.

− Dapat melakukan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
29

1. Price, Sylvia.A dan Wilson,Lorraine A. (2005). Patofisilogi : Konsep


Klinis, Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6

2. Mardjono, Mahar, Prof., DR., Prof. Dr. Priguna Sidharta (2009).


Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

3. Budiman.G (2003). Jaras-Jaras Neuroanatomi. Jakarta: Sagung Seto

4. Baerhr.M, Frotscher.M (2007). Diagnosis Topik Neurologi Duss.


Jakarta:EGC

You might also like