You are on page 1of 21

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

NOMOR 25 TAHUN 2007 Negeri perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
TENTANG percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum
PENANAMAN MODAL nasional, khususnya di bidang penanaman modal;
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk
Undang-Undang tentang Penanaman Modal.
Menimbang : Mengingat : Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), ayat (2),
a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dan ayat (5), Pasal 20, serta Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Republik Indonesia Tahun 1945;
Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi
nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi Dengan Persetujuan Bersama
untuk mencapai tujuan bernegara; DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
b. bahwa sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Ketetapan dan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi MEMUTUSKAN :
Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENANAMAN MODAL.
ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi; BAB I
c. bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan KETENTUAN UMUM
mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan Pasal 1
peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang 1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing
d. bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu 2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal
diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional; modal dalam negeri.
e. bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman 3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang- oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal negeri.
Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-
4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang 13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan
melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
negeri dan penanam modal asing.
5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Pasal 2
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi penanaman modal di
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia.
Indonesia. BAB II
6. Penanam modal asing adalah perseorangan warga Negara asing, ASAS DAN TUJUAN
badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan Pasal 3
penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. (1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
7. Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan b. keterbukaan;
uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai c. akuntabilitas;
ekonomis.
d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;
8. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, e. kebersamaan;
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum f. efisiensi berkeadilan;
asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh g. berkelanjutan;
modalnya dimiliki oleh pihak asing. h. berwawasan lingkungan;
9. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara i. kemandirian; dan
Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan j. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. (2) Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:
10. Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau b. menciptakan lapangan kerja;
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
11. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri
perundangundangan. maupun dari luar negeri; dan
h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
12. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara BAB III
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 4
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian perundang-undangan.
nasional; dan
b. mempercepat peningkatan penanaman modal. BAB V
(2) Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat PERLAKUAN TERHADAP PENANAMAN MODAL
(1), Pemerintah: Pasal 6
a. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri (1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam
dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan
kepentingan nasional; penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan perundang-undangan.
berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan (2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan Pasal 7
perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. (1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau
(3) Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-
diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal. undang.
(2) Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau
BAB IV pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BENTUK BADAN USAHA DAN KEDUDUKAN Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan
Pasal 5 berdasarkan harga pasar.
(1). Penanaman modal dalam negeri dapat (3) Jika di antara kedua belah pihak tidak tercapai kesepakatan tentang
dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase.
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2). Penanaman modal asing wajib dalam Pasal 8
bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan (1) Penanam modal dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak
berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali yang diinginkan oleh penanam modal sesuai dengan ketentuan peraturan
ditentukan lain oleh undang-undang. perundangundangan.
(3). Penanam modal dalam negeri dan asing (2) Aset yang tidak termasuk aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas merupakan aset yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai aset yang
dilakukan dengan: dikuasai oleh negara.
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan (3) Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi
terbatas; dalam valuta asing, antara lain terhadap:
b. membeli saham; dan a. modal;
b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain;
c. dana yang diperlukan untuk: a. penyidik atau Menteri Keuangan dapat meminta bank atau
1. pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah lembaga lain untuk menunda hak melakukan transfer dan/atau
jadi, atau barang jadi; atau repatriasi; dan
2. penggantian barang modal dalam rangka melindungi b. pengadilan berwenang menetapkan penundaan hak untuk
kelangsungan hidup penanaman modal; melakukan transfer dan/atau repatriasi berdasarkan gugatan.
d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman (2) Bank atau lembaga lain melaksanakan penetapan penundaan
modal; berdasarkan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; huruf b hingga selesainya seluruh tanggung jawab penanam modal.
f. royalti atau biaya yang harus dibayar;
g. pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja BAB VI
dalam perusahaan penanaman modal; KETENAGAKERJAAN
h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; Pasal 10
i. kompensasi atas kerugian; (1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
j. kompensasi atas pengambilalihan; harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia.
(2) Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga
k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan
yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang peraturan perundang-undangan.
dilakukan di bawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan (3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga
intelektual; dan kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan
l. hasil penjualan aset sebagaimana dimaksud pada ayat ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hak untuk melakukan transfer dan repatriasi sebagaimana dimaksud (4) Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing
pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi
undangan. kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi: peraturan perundang-undangan.
a. kewenangan Pemerintah untuk memberlakukan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaporan Pasal 11
pelaksanaan transfer dana; (1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan untuk
b. hak Pemerintah untuk mendapatkan pajak dan/atau royalti dan/atau diselesaikan secara musyawarah antara perusahaan penanaman modal dan
pendapatan Pemerintah lainnya dari penanaman modal sesuai tenaga kerja.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai
c. pelaksanaan hukum yang melindungi hak kreditor; dan hasil, penyelesaiannya dilakukan melalui upaya mekanisme tripartit.
d. pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian negara. (3) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencapai
hasil, perusahaan penanaman modal dan tenaga kerja menyelesaikan
Pasal 9 perselisihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial.
(1) Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum diselesaikan oleh
penanam modal: BAB VII
BIDANG USAHA
Pasal 12
(1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman BAB IX
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
terbuka dengan persyaratan. PENANAM MODAL
(2) Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah: Pasal 14
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan Setiap penanam modal berhak mendapat:
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
undang-undang. b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
(3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha dijalankannya;
yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, c. hak pelayanan; dan
dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan
hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional peraturan perundang-undangan.
lainnya.
(4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka Pasal 15
dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang Setiap penanam modal berkewajiban:
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
Presiden. b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
(5) Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas usaha penanaman modal; dan
teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Pasal 16
BAB VIII Setiap penanam modal bertanggung jawab:
PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH,
a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
DAN KOPERASI bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pasal 13 b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian
(1) Pe merintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan
terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha ketentuan peraturan perundang-undangan;
mikro, kecil, menengah, dan koperasi. c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
(2) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta
penyebaran informasi yang seluas-luasnya.
e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau
kesejahteraan pekerja; dan peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat
Pasal 17 berupa:
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan
lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang dalam waktu tertentu;
pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
undangan. mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri;
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
BAB X penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu
FASILITAS PENANAMAN MODAL dan persyaratan tertentu;
Pasal 18 d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas
(1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang impor barang modal atau mesin atau
melakukan penanaman modal. peralatan untuk keperluan produksi yang belum
(2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu
diberikan kepada penanaman modal yang : tertentu;
a. melakukan peluasan usaha; atau e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
b. melakukan penanaman modal baru. f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau
ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria daerah atau kawasan tertentu.
berikut ini: (5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan
a. menyerap banyak tenaga kerja; dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan
b. termasuk skala prioritas tinggi; kepada penanaman modal baru yang merupakan industri
c. termasuk pembangunan infrastruktur; pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas,
d. melakukan alih teknologi; memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,
e. melakukan industri pionir; memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, strategis bagi perekonomian nasional.
atau daerah lain yang dianggap perlu; (6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup; melakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; pembebasan bea masuk.
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas
fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai
dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh
Keuangan. puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan
Pasal 19 . . . diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25
- 15 - (dua puluh lima) tahun.
Pasal 19 (2) Hak . . .
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional - 16 -
yang ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 20 dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan
bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan antara lain:
terbatas. a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka
Pasal 21 panjang dan terkait dengan perubahan struktur
Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, perekenomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman
perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk modal yang memerlukan pengembalian modal dalam
memperoleh: jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan
a. hak atas tanah; penanaman modal yang dilakukan;
b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yang
c. fasilitas perizinan impor. luas;
Pasal 22 d. penanaman modal dengan menggunakan hak atas
(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah negara; dan
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa
dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan keadilan masyarakat dan tidak merugikan
dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam kepentingan umum.
modal, berupa: (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan
(sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat,
diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama dan tujuan pemberian hak.
60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang
35 (tiga puluh lima) tahun; diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika
dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah,
puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga merugikan kepentingan umum, menggunakan atau
puluh) tahun; dan memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar dengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan untuk
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
pertanahan. terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan
Pasal 23 e. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali
(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan
keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
huruf b dapat diberikan untuk: bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.
a. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja (4) Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal
asing dalam merealisasikan penanaman modal; asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan
b. penanaman . . . huruf b dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi atas
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman
- 17 - Modal.
b. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja Pasal 24 . . .
asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
mesin, alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan - 18 -
purnajual; dan Pasal 24
c. c alon penanam modal yang akan melakukan Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas
penjajakan penanaman modal. perizinan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
(2) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas c dapat diberikan untuk impor:
keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal a. barang yang selama tidak bertentangan dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ketentuan peraturan perundang-undangan yang
diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi mengatur perdagangan barang;
dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. b. barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap
(3) Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu: keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
a. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal dan moral bangsa;
asing selama 2 (dua) tahun; c. barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke
b. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi Indonesia; dan
penanam modal menjadi izin tinggal tetap dapat d. barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan
dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua) produksi sendiri.
tahun berturut-turut; BAB XI
c. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN
perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan Pasal 25
dengan masa berlaku 1 (satu) tahun diberikan untuk (1) Penanam modal yang melakukan penanaman modal di
jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan Indonesia harus sesuai dengan ketentuan Pasal 5
terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; Undang-Undang ini.
d. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali (2) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal
perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dalam negeri yang berbentuk badan hukum atau tidak
berbadan hukum dilakukan sesuai dengan ketentuan Pemerintah dengan Bank Indonesia, antarinstansi
peraturan perundang-undangan. Pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun
(3) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal antarpemerintah daerah.
asing yang berbentuk perseroan terbatas dilakukan (2) K oordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
(4) Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan (3) Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh seorang kepala
yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
undang-undang. (4) K ep ala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat dan
melalui pelayanan terpadu satu pintu. diberhentikan oleh Presiden.
Pasal 26 . . . Pasal 28 . . .
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
- 19 - - 20 -
Pasal 26 Pasal 28
(1) Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu (1) Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan
penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan penanaman modal, Badan Koordinasi
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai Penanaman Modal mempunyai tugas dan fungsi sebagai
penanaman modal. berikut :
(2) Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga a. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan
atau instansi yang berwenang di bidang penanaman kebijakan di bidang penanaman modal;
modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan b. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan
wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki penanaman modal;
kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat c. menetapkan norma, standar, dan prosedur
atau lembaga atau instansi yang berwenang pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman
mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi modal;
atau kabupaten/kota. d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman
(3) Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan modal di daerah dengan memberdayakan badan
pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud usaha;
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden. e. membuat peta penanaman modal Indonesia;
BAB XII f. mempromosikan penanaman modal;
KOORDINASI DAN PELAKSANAAN g. mengembangkan sektor usaha penanaman modal
KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL melalui pembinaan penanaman modal, antara lain
Pasal 27 meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing,
(1) Pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman modal, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan
baik koordinasi antarinstansi Pemerintah, antarinstansi menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam
lingkup penyelenggaraan penanaman modal; eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan
h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan kegiatan penanaman modal.
konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam (4) P enyelenggaraan penanaman modal yang ruang
modal dalam menjalankan kegiatan penanaman lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah.
modal; (5) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang
i. mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusan
menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar pemerintah provinsi.
wilayah Indonesia; dan (6) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang
j. mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota menjadi
satu pintu. urusan pemerintah kabupaten/kota.
(2) Selain tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam (7) Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman
Pasal 27 ayat (2), Badan Koordinasi Penanaman Modal modal, yang menjadi kewenangan Pemerintah adalah :
bertugas melaksanakan pelayanan penanaman modal a. penanaman modal terkait dengan sumber daya alam
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko
Pasal 29 . . . kerusakan lingkungan yang tinggi;
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com b. penanaman . . .
- 21 - http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
Pasal 29 - 22 -
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan b. penanaman modal pada bidang industri yang
terpadu satu pintu, Badan Koordinasi Penanaman Modal merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;
harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap c. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu
sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai dan penghubung antarwilayah atau ruang lingkupnya
kompetensi dan kewenangan. lintas provinsi;
BAB XIII d. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan
PENYELENGGARAAN URUSAN strategi pertahanan dan keamanan nasional;
PENANAMAN MODAL e. penanaman modal asing dan penanam modal yang
Pasal 30 menggunakan modal asing, yang berasal dari
(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian
kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara
penanaman modal. lain; dan
(2) P emerintah daerah menyelenggarakan urusan f. bidang penanaman modal lain yang menjadi
penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan Pemerintah menurut undang-undang.
urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi (8) Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman
urusan Pemerintah. modal yang menjadi kewenangan Pemerintah
(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Pemerintah
penanaman modal yang merupakan urusan wajib menyelenggarakannya sendiri, melimpahkannya kepada
pemerintah daerah didasarkan pada kriteria gubernur selaku wakil Pemerintah, atau menugasi
pemerintah kabupaten/kota. dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak
(9) Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan
bidang penanaman modal diatur lebih lanjut dengan dilakukan di pengadilan.
Peraturan Pemerintah. (4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal
BAB XIV antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para
KAWASAN EKONOMI KHUSUS pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui
Pasal 31 arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para
(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah pihak.
tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan BAB XVI
ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan SANKSI
kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan Pasal 33
dikembangkan kawasan ekonomi khusus. (1) Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing
(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang melakukan penanaman modal dalam bentuk
penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi perseoran terbatas dilarang membuat perjanjian
khusus. dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa
(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atas nama orang lain.
undang-undang. (2) Dalam . . .
BAB XV . . . http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com - 24 -
- 23 - (2) Dalam hal penanam modal dalam negeri dan
BAB XV penanam modal asing membuat perjanjian dan/atau
PENYELESAIAN SENGKETA pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pasal 32 perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal
(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal demi hukum.
antara Pemerintah dengan penanam modal, para pihak (3) Dalam hal penanam modal yang melaksanakan kegiatan
terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui usaha berdasarkan perjanjian atau kontrak kerja sama
musyawarah dan mufakat. dengan Pemerintah melakukan kejahatan korporasi
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud berupa tindak pidana perpajakan, penggelembungan
pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian sengketa biaya pemulihan, dan bentuk penggelembungan biaya
tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif lainnya untuk memperkecil keuntungan yang
penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan mengakibatkan kerugian negara berdasarkan temuan
ketentuan peraturan perundang-undangan. atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang berwenang
(3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal dan telah mendapat putusan pengadilan yang
antara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, berkekuatan hukum tetap, Pemerintah mengakhiri
para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut perjanjian atau kontrak kerja sama dengan penanam
melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, modal yang bersangkutan.
Pasal 34 peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1
(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
sanksi administratif berupa: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
a. peringatan tertulis; Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6
b. pembatasan kegiatan usaha; Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
penanaman modal; atau Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
penanaman modal. Penanaman Modal Dalam Negeri dinyatakan tetap
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur
diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Undang-Undang ini.
(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau (2) Persetujuan . . .
usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - 26 -
BAB XVII . . . (2) Persetujuan penanaman modal dan izin pelaksanaan
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com yang telah diberikan oleh Pemerintah berdasarkan
- 25 - Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
BAB XVII Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah
KETENTUAN PERALIHAN dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang
Pasal 35 Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1
Perjanjian internasional, baik bilateral, regional, maupun Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
multilateral, dalam bidang penanaman modal yang telah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
disetujui oleh Pemerintah Indonesia sebelum Undang-Undang Penanamana Modal Dalam Negeri sebagaimana telah
ini berlaku, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970
perjanjian tersebut. tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
Pasal 36 Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Rancangan perjanjian internasional, baik bilateral, regional, Negeri dinyatakan tetap berlaku sampai dengan
maupun multilateral, dalam bidang penanaman modal yang berakhirnya persetujuan penanaman modal dan izin
belum disetujui oleh Pemerintah Indonesia pada saat Undang- pelaksanaan tersebut.
Undang ini berlaku wajib disesuaikan dengan ketentuan (3) Permohonan penanaman modal dan permohonan lainnya
Undang-Undang ini. yang berkaitan dengan penanaman modal yang telah
Pasal 37 disampaikan kepada instansi yang berwenang dan pada
(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua ketentuan tanggal disahkannya Undang-Undang ini belum
peraturan perundang-undangan yang merupakan memperoleh persetujuan Pemerintah wajib disesuaikan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
(4) Perusahaan penanaman modal yang telah diberi izin Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
usaha oleh Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2944),
Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Pasal 39
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Semua Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri berkaitan secara langsung dengan penanaman modal wajib
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada
Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang ini.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Pasal 40
Penanaman Modal Dalam Negeri dan, apabila izin usaha Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
tetapnya telah berakhir, dapat diperpanjang berdasarkan diundangkan.
Undang-Undang ini. Agar . . .
BAB XVIII . . . http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com - 28 -
- 27 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
BAB XVIII pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
KETENTUAN PENUTUP dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Pasal 38 Disahkan di Jakarta
Dengan berlakunya Undang-Undang ini: pada tanggal 26 April 2007
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Indonesia Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Diundangkan di Jakarta
Negara Republik Indonesia Nomor 2818) sebagaimana pada tanggal 26 April 2007
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA,
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing HAMID AWALUDIN
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007
46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia NOMOR 67
Nomor 2943); dan http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PENJELASAN
Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara ATAS
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2853) NOMOR 25 TAHUN 2007
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang TENTANG
PENANAMAN MODAL modal yang kondusif sehingga Undang-Undang tentang Penanaman Modal
I. UMUM mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan
Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk
memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain, telah badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta
dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan
Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasari yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman
pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban,
perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal,
nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan
terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan,
ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor tentang penyelesaian sengketa.
XVI Undang-Undang ini mencakupi semua kegiatan penanaman modal
Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga memberikan jaminan
sebagai sumber hukum materiil. Dengan demikian, pengembangan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu,
penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan
menjadi bagian dari kebijakan dasar penanaman modal. koordinasi antarinstansi Pemerintah, antarinstansi Pemerintah dengan
Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian Bank Indonesia, dan antarinstansi Pemerintah dengan pemerintah daerah.
dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan semangat
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau
lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam
pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Pemerintah daerah
masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Oleh karena
antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat diukur dari
dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang kecepatan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal dengan
penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim biaya yang berdaya saing. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi,
usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan peraturan
Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang
penanaman modal akan membaik secara signifikan. terbuka dengan persyaratan, termasuk bidang usaha yang harus
Suasana . . . dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com koperasi.
-2- Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam memulai usaha
Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman di Indonesia diperhatikan oleh Undang-Undang ini sehingga terdapat
Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan yang di dalamnya terdapat
pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu. Dengan sistem itu, mendorong kerja sama internasional lainnya guna memperbesar peluang
sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat pasar regional dan internasional bagi produk barang dan jasa dari
menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Indonesia. Kebijakan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu
Selain pelayanan penanaman modal di daerah, Badan Koordinasi ditempatkan sebagai bagian untuk menarik potensi pasar internasional dan
Penanaman Modal diberi tugas mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan sebagai daya dorong guna meningkatkan daya tarik pertumbuhan suatu
penanaman . . . kawasan atau wilayah ekonomi khusus yang bersifat strategis bagi
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com pengembangan perekonomian nasional. Selain itu, Undang-Undang ini juga
-3- mengatur hak pengalihan aset dan hak untuk melakukan transfer dan
penanam modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal dipimpin oleh repatriasi dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hukum, kewajiban
seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Jabaran fiskal, dan kewajiban sosial yang harus diselesaikan oleh penanam modal.
tugas pokok dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal pada dasarnya Kemungkinan timbulnya sengketa antara penanam modal dan Pemerintah
memperkuat peran badan tersebut guna mengatasi hambatan penanaman juga diantisipasi Undang-Undang ini dengan pengaturan mengenai
modal, meningkatkan kepastian pemberian fasilitas kepada penanam penyelesaian sengketa.
modal, dan memperkuat peran penanam modal. Peningkatan peran Hak . . .
penanaman modal tersebut harus tetap dalam koridor kebijakan http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap memperhatian -4-
kestabilan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus
pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam
nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat,
corporate governance). memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan
Fasilitas penanaman modal diberikan dengan mempertimbangkan tingkat melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung
daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan
dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan negara lain. Pentingnya usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan
kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong pengaturan secara pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong
lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah, ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.
imigrasi, dan fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian, pemberian Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antarbangsa yang semakin
fasilitas penanaman modal tersebut juga diberikan sebagai upaya ketat sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk
mendorong penyerapan tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi menciptakan daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi
dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang lebih perekonomian Indonesia menuju perekonomian global. Perekonomian dunia
menguntungkan kepada penanam modal yang menggunakan barang modal juga diwarnai oleh adanya blok perdagangan, pasar bersama, dan perjanjian
atau mesin atau peralatan produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait perdagangan bebas yang didasarkan atas sinergi kepentingan antarpihak
dengan lokasi penanaman modal di daerah tertinggal dan di daerah dengan atau antarnegara yang mengadakan perjanjian. Hal itu juga terjadi dengan
infrastruktur terbatas yang akan diatur lebih terperinci dalam ketentuan keterlibatan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional yang terkait
peraturan perundang-undangan. dengan penanaman modal, baik secara bilateral, regional maupun
Dengan memperhatikan hal tersebut, Undang-Undang ini juga memberikan multilateral (World Trade Organization/WTO), menimbulkan berbagai
ruang kepada Pemerintah untuk mengambil kebijakan guna mengantisipasi konsekuensi yang harus dihadapi dan ditaati.
berbagai perjanjian internasional yang terjadi dan sekaligus untuk Berbagai pertimbangan di atas dan mengingat hukum penanaman modal
yang telah berlaku selama kurang lebih 40 (empat puluh) tahun semakin terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
mendesak kebutuhan Undang-Undang tentang Penanaman Modal sebagai informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman kegiatan penanaman modal.
Modal Huruf c
Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah asas yang
1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 penyelenggaraan penananam modal harus
Tahun dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Huruf d
Modal Dalam Negeri yang selama ini merupakan dasar hukum bagi Yang dimaksud dengan “asas perlakuan yang sama dan tidak
kegiatan membedakan asal negara” adalah asas perlakuan pelayanan
penanaman modal di Indonesia perlu diganti karena tidak sesuai lagi nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam
perekonomian nasional melalui konstruksi pembangunan hukum nasional negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam
di bidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak kepada modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara
kepentingan nasional. asing lainnya.
II. PASAL DEMI PASAL Huruf e
Pasal 1 Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah asas yang
Cukup jelas. mendorong peran seluruh penanam modal secara bersamasama
Pasal 2 . . . dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com kesejahteraan rakyat.
-5- Huruf f
Pasal 2 Yang dimaksud dengan “asas efisiensi berkeadilan” adalah
Yang dimaksud dengan “penanaman modal di semua sektor di wilayah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan
negara Republik Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk
tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio. mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya
Pasal 3 saing.
Ayat (1) Huruf g . . .
Huruf a http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah asas -6-
dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan Huruf g
peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah asas yang
kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. secara terencana mengupayakan berjalannya proses
Huruf b pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah asas yang kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun yang akan datang. Pasal 5
Huruf h Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “asas berwawasan lingkungan” Pasal 6
adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap Ayat (1)
memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan Cukup jelas.
pemeliharaan lingkungan hidup. Ayat (2)
Huruf i Yang dimaksud dengan “hak istimewa” adalah antara lain hak
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah asas istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah
penanaman modal yang dilakukan dengan tetap perdagangan bebas, pasar bersama (common market), kesatuan
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara
menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya Pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral,
pertumbuhan ekonomi. regional, atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa
Huruf j tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal.
Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan kemajuan dan Pasal 7
kesatuan ekonomi nasional” adalah asas yang berupaya Ayat (1)
menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam Cukup jelas.
kesatuan ekonomi nasional. Ayat (2)
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “harga pasar” adalah harga yang
Cukup jelas. ditentukan menurut cara yang digunakan secara internasional
Pasal 4 oleh penilai independen yang ditunjuk oleh para pihak.
Ayat (1) Ayat (3)
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan “arbitrase” adalah cara penyelesaian suatu
Ayat (2) sengketa perdata di luar pengadilan yang didasarkan pada
Huruf a kesepakatan tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Yang dimaksud dengan “perlakuan yang sama” adalah bahwa Pasal 8
Pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam Ayat (1)
modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, Cukup jelas.
kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundangundangan. Ayat (2)
Huruf b Cukup jelas.
Cukup Jelas. Ayat (3)
Huruf c Cukup jelas.
Cukup Jelas. Ayat (4)
Ayat (3) Cukup jelas.
Cukup Jelas. Ayat (5) . . .
Pasal 5 . . . http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com -8-
-7- Ayat (5)
Huruf a Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 13
Huruf b Ayat (1)
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan “bidang usaha yang dicadangkan” adalah
Huruf c bidang usaha yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil,
Cukup jelas. menengah, dan koperasi agar mampu dan sejajar dengan pelaku
Huruf d ekonomi lainnya.
Dalam hal terjadi kerugian negara, Pemerintah dapat Ayat (2)
melakukan tindakan hukum, antara lain berupa peringatan, Cukup jelas.
pembekuan, pencabutan izin usaha, tuntutan ganti rugi, dan Pasal 14
sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Huruf a
Pasal 9 Yang dimaksud dengan “kepastian hak” adalah jaminan
Cukup jelas. Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh hak
Pasal 10 sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang
Cukup jelas. ditentukan.
Pasal 11 Yang dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah jaminan
Cukup jelas. Pemerintah untuk menempatkan hukum dan ketentuan peraturan
Pasal 12 perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap
Ayat (1) tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.
Bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka Yang dimaksud dengan “kepastian perlindungan” adalah jaminan
dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh perlindungan
disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan standar klasifikasi dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal.
tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di Indonesia, Huruf b
yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Cukup jelas.
Indonesia (KBLI) dan/atau Internasional Standard for Industrial Huruf c
Classification (ISIC). Cukup jelas.
Ayat (2) Huruf d
Yang dimaksud dengan “alat peledak” adalah alat yang digunakan Cukup jelas.
untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Pasal 15
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (4) Huruf b . . .
Cukup jelas. http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
Ayat (5) . . . - 10 -
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com Huruf b
-9- Yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan”
Ayat (5) adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru,
budaya masyarakat setempat. serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
Huruf c Huruf f
Laporan kegiatan penanam modal yang memuat perkembangan Cukup jelas.
penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal Huruf g
disampaikan secara berkala kepada Badan Koordinasi Penanaman Cukup jelas.
Modal dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang Huruf h
penanaman modal. Cukup jelas.
Huruf d Huruf i
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf e Huruf j
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 16 Ayat (4)
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 17 Ayat (5)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan Cukup jelas.
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penanaman modal. Ayat (6)
Pasal 18 Cukup jelas.
Ayat (1) Ayat (7)
Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (2) Pasal 19
Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (3) Pasal 20
Huruf a Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 21
Huruf b Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 22
Huruf c Ayat (1)
Cukup jelas. Huruf a
Huruf d Hak Guna Usaha (HGU) diperoleh dengan cara dapat
Cukup jelas. diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60
Huruf e . . . (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com puluh lima) tahun.
- 11 - Huruf b . . .
Huruf e http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
Yang dimaksud dengan “industri pionir” adalah industri yang - 12 -
Huruf b Ayat (4) . . .
Hak Guna Bangunan (HGB) diperoleh dengan cara dapat http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima - 13 -
puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) Ayat (4)
tahun. Cukup jelas.
Huruf c Pasal 24
Hak Pakai (HP) diperoleh dengan cara dapat diberikan dan Cukup jelas.
diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) Pasal 25
tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) Cukup jelas.
tahun. Pasal 26
Ayat (2) Cukup jelas.
Huruf a Pasal 27
Cukup jelas. Ayat (1)
Huruf b Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (2)
Huruf c Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “area yang luas” adalah luas tanah Ayat (3)
yang diperlukan untuk kegiatan penanaman modal dengan Yang dimaksud dengan bertanggung jawab langsung kepada
mempertimbangkan kepadatan penduduk, bidang usaha, atau Presiden adalah bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal
jenis usaha yang ditentukan dengan peraturan perundangundangan. dalam melaksanakan tugas, menjalankan fungsi, dan
Huruf d menyampaikan tanggung jawabnya langsung kepada Presiden.
Cukup jelas. Pasal 28
Huruf e Ayat (1)
Cukup jelas. Huruf a
Ayat (3) Cukup jelas.
Cukup jelas. Huruf b
Ayat (4) Cukup jelas.
Cukup jelas. Huruf c
Pasal 23 Dalam rangka penetapan norma, standar, dan prosedur
Ayat (1) Badan Koordinasi Penanaman Modal berkoordinasi dengan
Cukup jelas. departemen/instansi terkait.
Ayat (2) Huruf d
Rekomendasi diberikan setelah penanaman modal memenuhi Cukup jelas.
ketentuan penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan Huruf e
ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Cukup jelas.
Ayat (3) Huruf f
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf g . . . Yang . . .
http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
- 14 - - 15 -
Huruf g Yang dimaksud dengan ”penggelembungan biaya pemulihan”
Cukup jelas. adalah biaya yang dikeluarkan di muka oleh penanam modal yang
Huruf h jumlahnya tidak wajar dan kemudian diperhitungkan sebagai
Cukup jelas. biaya pengeluaran kegiatan penanaman modal pada saat
Huruf i penentuan bagi hasil dengan Pemerintah
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan ”temuan oleh pihak pejabat yang
Huruf j berwenang” adalah temuan dengan indikasi unsur pidana
Cukup jelas. berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau
Ayat (2) pihak lainnya yang memiliki kewenangan untuk memeriksa, yang
Cukup jelas. selanjutnya ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Pasal 29 Pasal 34
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 30 Pasal 35
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 31 Pasal 36
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 32 Pasal 37
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 33 Pasal 38
Ayat (1) Cukup jelas.
Tujuan pengaturan ayat ini adalah menghindari terjadinya Pasal 39
perseroan yang secara normatif dimiliki seseorang, tetapi secara Cukup jelas.
materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang Pasal 40
lain. Cukup jelas.
Ayat (2) TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Cukup jelas. NOMOR 4724
Ayat (3) http://syafrianto.blogspot.com http://taxlearning.blogspot.com
Yang dimaksud dengan ”tindak pidana perpajakan” adalah
informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan
pemungutan pajak dengan menyampaikan surat pemberitahuan,
tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada negara dan kejahatan lain yang
diatur dalam undang-undang yang mengatur perpajakan.

You might also like