Professional Documents
Culture Documents
EKONOMI DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita sudah sama – sama tahu betapa praktek korupsi sudah lahir sejak jaman
dahulu. Seiring berjalannya waktu, korupsi juga banyak kita temui dalam berbagai aspek
kehidupan. Saya perlu menegaskan dulu bahwa pemahaman kita terhadap korupsi harus
menyeluruh dan bukan sekedar korupsi dalam konteks korupsi finansial. Korupsi, luas
cakupannya.
Bila demikian maka pelajarpun, sepertinya sudah lihai dengan cara
menerapkan korupsi di dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka ingin cepat
mendapatkan kepuasan dan hasil yang menggembirakan, tidak ragu-ragu, bahkan tidak
malu untuk melakukan budaya korupsi seperti korupsi waktu dan juga korupsi nilai.
Menghalalkan segala cara, itulah moral yang dianut oleh manusia jaman sekarang yang
katanya jaman yang sudah beradab.
Makna korupsi itu sendiri adalah penyelewengan kekuasaan dan pengabaian
atau penyisihan atas suatu standar yang seharusnya ditegakkan. Menurut Kuper&Kuper,
korupsi dalam arti politik yaitu penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah atau
politisi bagi keuntungan mereka sendiri. Akibat perilaku para birokrasi, dan akhirnya
membudaya. Melalui latar belakang demikian, memang kita harus sering mengkaji
problematika korupsi ini.
Ada sebuah lembaga semacam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di
Hongkong bernama Independent Commission Against Corruption (ICAC), yaitu suatu
lembaga pemberantas korupsi. Tokoh yang bernama Peter Wiliams sebagai komisioner
mengatakan bahwa, anak-anak dan para pemuda harus dididik dengan sikap mental yang
tepat terhadap korupsi. Ini sangat diperlukan agar para generasi tidak tumbuh persis
dengan generasi pendahulunya yang korup. Para pemimpin KPK juga harus memahami
akan hal tersebut untuk memahami aspek historisitas pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sebab, pernyataan Wiliams itu menyiratkan bahwa pemahaman historisitas
dan kontekskualitas tentang model pemberantasan korupsi di Hongkong yang bisa jadi di
terapkan di Indonesia dengan melihat akar sejarah pemberantasan korupsi di negeri ini.
Jika dilihat dari sisi latar belakang dan sejarahnya. Acuan tentang kejahatan korupsi yang
paling klasik adalah premis dari Lord Action, power tend to corrup, absolute power
corrupt absolutely (kekuasaan cenderung korup, kekuasaan tak terbatas pasti korup).
Itulah sebabnya kenapa para pelajar dan kaum muda perlu menyadari betapa rentannya
kekuasaan untuk korupsi.
Kita harus bangun bangsa ini dengan baik dan bebas dari praktek korupsi. Karena melalui
cara itulah negeri ini dapat terbebas dari keterpurukan, kemiskinan, dan keterbelakangan
sepertinya yang terjadi di era reformasi ini. Namun tak hanya birokrat saja yang harus
mendukung komitmen anti korupsi, tetapi seluruh masyarakat juga harus berpartisipasi
demi membangun Indonesia baru yang benar-benar bebas dari korupsi.
Ke depan menurut saya, memberantas korupsi harus ditingkatkan melalui
beberapa strategi antara lain: membangun lembaga – lembaga yang mendukung upaya
pencegahan korupsi, memberikan pendidikan, baik secara konteks formal maupun sosial
kepada masyarakat, pendekatan religi dan seterusnya.
Khusus bagi generasi muda, harus sejak dini untuk belajar menghindari
praktek korupsi karena budaya korupsi ini menjerumuskan bangsa ini ke arah degradasi
moral yang luar biasa berbahaya. Seperti belajar untuk tidak mengkorupsi waktu. Sekilas
ini memang sepele tetapi inilah salah satu akar lahirnya ketidakjujuran manusia yang
kemudian terbiasa korupsi setelah dewasa. Oleh sebab itu, harapan terakhir adalah
jangan membuat rakyat terlalu berharap dengan mimpi yang hanya dijanjikan. Namun
bukti nyata yang sangat dibutuhkan.
Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik
hukum institusi Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-undang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Secara parsial, dapat disimpulkan pemerintah dan bangsa
Indonesia serius melawan dan memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Tebang
pilih. Begitu kira-kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terhadap gerak
pemerintah dalam menangani kasus korupsi akhir-akhir ini.
Gaung pemberantasan korupsi seakan menjadi senjata ampuh untuk
dibubuhkan dalam teks pidato para pejabat Negara, bicara seolah ia bersih, anti korupsi.
Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun tidak mau kalah, mengambil manfaat dari
kampanye anti korupsi di Indonesia. Pembahasan mengenai strategi pemberantasan
korupsi dilakakukan dibanyak ruang seminar, booming anti korupsi, begitulah tepatnya.
Meanstream perlawanan terhadap korupsi juga dijewantahkan melalui pembentukan
lembaga Adhoc, Komisi Anti Korupsi (KPK).
Celah kelemahan hukum selalu menjadi senjata ampuh para pelaku korupsi
untuk menghindar dari tuntutan hukum. Kasus Korupsi mantan Presiden Soeharto, contoh
kasus yang paling anyar yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Perspektif
politik selalu mendominasi kasus-kasus hukum di negeri sahabat Republik BBM ini.
Padahal penyelesaiaan kasus-kasus korupsi besar seperti kasus korupsi Soeharto dan
kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu menstimulus
program pembangunan ekonomi di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek korupsi tersebut?
3. Bagaimana tanggapan remaja terhadap korupsi?
C. TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengaruh korupsi pada pembangunan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek korupsi
tersebut.
3. Mendeskripsikan tanggapan remaja terhadap korupsi.
D. MANFAAT
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. bagi KPK atu pemerintah, agar dapat mengurangi korupsi dan mengetahui
dampak korupsi bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
2. bagi calon pemimpin, agar tidak terjerumus untuk melakukan tindak korupsi.
3. Bagi anak bangsa, agar belajar untuk disiplin dan tidak untuk membiasakan
korupsi dalam kesehariannya.
4. Bagi penulis, dapat mengetahui desskripsi dari akibat korupsi.
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kaliambe, Sragen, Januari 2009.
B. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. diambil dari data-data lewat internet.
2. pada bagian pengambilan info dari remaja dilakukan melalui wawancara.
C. Cara menganalisis data
Analisis data pada
D. KESIMPULAN
Merangkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksanakan
rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang teramat sulit. Dibutuhkan
kecerdasan dan keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi
yang menjadi penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi nan
paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah yang tidak
pernah kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah tersebut tidak pernah
tepat sasaran ibarat “ yang sakit kepala, kok yang diobati tangan “. Pemberantasan
korupsi seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik
simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi
dan membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor
korupsi di Indonesia. Tidak mudah memang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Bacaan Akhiar Salmi, Paper 2006, “Memahami UU tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi”, MPKP, FE,UI.
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang sedang giat dalam melaksanakan reformasi
pembangunan sangat membutuhkan suatu kondisi yang dapat mendukung terciptanya
tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Salah satu kondisi tersebut adalah penegakan supremasi hukum yang
merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan dan berhasilnya pelaksanaan
pembangunan nasional sesuai dengan jiwa reformasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut perlu ditingkatkan usaha-usaha untuk memelihara ketertiban, keamanan,
kedamaian dan kepastian hukum yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.
Tindak pidana korupsi merupakan suatu fenomena kejahatan yang
menggerogoti dan menghambat pelaksanaan pembangunan, sehingga
penanggulangan dan pemberantasannya harus benar-benar diprioritaskan. Sumber
kejahatan korupsi banyak dijumpai dalam masyarakat modern dewasa ini, sehingga
korupsi justru berkembang dengan cepat baik kualitas maupun kuantitasnya.
Sekalipun penanggulangan tindak pidana korupsi diprioritaskan, namun diakui
bahwa tindak pidana korupsi termasuk jenis perkara yang sulit penaggulangan
maupun pemberantasannya.
Perbuatan korupsi dapat saja mempunyai dua motif sekaligus, yakni korupsi
yang sepintas lalu hanya mendapatkan uang tetapi sesungguhnya sudah
dipersiapkan untuk kepentingan politik, demikian pula korupsi yang
kelihatannya hanya merugikan di bidang perekonomian tetapi dapat juga
misalnya dipergunakan untuk mempengaruhi jalannya pemilihan umum agar
mengalami kegagalan melalui manipulasi suara (Bambang Purnomo, 1983 :
14).
Dalam pembuktian pada perkara tindak pidana biasa terdakwa tidak dibebani
kewajiban untuk melakukan pembuktian, sehingga pembuktian mutlak diletakkan
dalam tangan Penuntut Umum. Pengertian semacam ini berpokok pada azas dari
hukum pidana yaitu azas praduga tak bersalah, di mana terdakwa belum dapat
dianggap bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap.
Adanya perbedaan antara proses pembuktian dalam perkara tindak pidana
korupsi dengan tindak pidana lainnya, menarik minat Penulis untuk meneliti tentang
hal tersebut dan menuliskan hasilnya dalam karya ilmiah berjudul :
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PROSES
PEMBUKTIANNYA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI
JAKARTA SELATAN
B. Identifikasi Masalah
Pembuktian adalah bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan
perkara pidana. Pengertian pembuktian adalah “meyakinkan hakim tentang
kebenaran suatu dalil atau peristiwa yang dikemukakan di muka persidangan”
(Sudikno Mertokusumo, 1985 : 110).
Menurut Bambang Purnomo :
Hukum pembuktian adalah keseluruhan aturan hukum atau peraturan
perundang-undangan mengenai kegiatan untuk merekontruksikan suatu
kenyataan yang benar dari setiap kejadian masa lalu yang relevan dengan
persangkaan terhadap orang yang diduga melakukan perbuatan pidana dan
pengesahan setiap sarana bukti menurut ketentuan hukum yang berlaku untuk
kepentingan dalam perkara pidana (Bambang Purnomo, 1986 : 38).
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat memberikan hasil yang akurat, diberikan batasan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Proses pembuktian perkara korupsi pada sidang pengadilan.
2. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses pembuktian perkara korupsi di
pengadilan.
3. Kedua masalah di atas diteliti dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Langkah-langkah apa yang harus ditempuh oleh para penegak hukum dalam
melakukan pembuktian perkara korupsi di pengadilan?
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses pembuktian perkara
korupsi di pengadilan?