You are on page 1of 6

Persiapan Menjelang Pernikahan

Oleh: Iin Mil Indriawan


Source URL: http://blog.unikom.ac.id/v/11P/

Oleh: Cahyadi Takariawan

Persiapan melakukan apapun adalah awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah
pernikahan, momen besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan. Momen
besar bagi mempelai laki-laki karena ia akan bertambah amanah dari tanggung jawab atas dirinya
sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga. Bermula dari istri dan nantinya anak-
anak. Ia akan menerima limpahan perwalian seorang perempuan dari ayah atau wali yang lain. Bagi
seorang perempuan momen besar itu lebih luar biasa lagi. Ia akan mempersilahkan seorang laki-laki
yang tadinya bukan apa-apanya, untuk memimpin dirinya. Kerelaan luar biasa.
Untuk sebuah peristiwa bersejarah itulah laki-laki dan perempuan muslim hendaknya memiliki
kesiapan diri secara moral- spiritual, konsepsional, f isik dan material.
a. Persiapan Moral dan Spiritual
Kesiapan secara spiritual ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah
tangga. Tidak ada rasa gamang atau keraguan tatkala memutuskan untuk menikah, dengan segala
konsekuensi atau resiko yang akan dihadapi paska pernikahan.
Jika anda seorang laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai qawwam dalam
rumah tangga, untuk berf ungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya dari
pernikahan. Ada kesiapan dalam diri anda untuk menanggung segala beban-beban yang disebabkan
oleh karena posisi anda sebagai suami dan bapak.
Jika anda seorang perempuan ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi
PDFmyURL.com
seorang mitra yang bernama suami. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritasnya atas dirinya
sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami nantinya.
Sebelum memutuskan untuk menikah, persiapkan diri dari segi moral amat signif ikan. Ingatlah
pernyataan Allah bahwa wanita-wanita yang beriman adalah untuk laki -laki yang beriman dan
wanita-wanita yang pezina adalah untuk laki-laki yang pezina. Yang keji hanya akan layak
mendapatkan yang keji.
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau permpuan
yang musyrik; dan perempuan yang berzoina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki yang musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin" (An Nur : 3).
Bagaimana mungkin ada di antara anda yang berani memutuskan untuk berzina, sedangkan
pasangan bagi orang yang berzina hanyalah pezina pula ? Na'udzubillahi min dzalik . Perhatikan
ungkapan ayat berikut :
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur : 26).
Jika anda ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik. Jika ingin mendapatkan isteri
yang shalihah, jadikan diri anda shalih terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut
isteri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin
anda berharap isteri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?
Jika ingin memiliki suami yang setia, jadikan diri anda wanita yang setia. Jika ingin memiliki
isteri yang suci, jadikan diri anda lakai-laki yang suci. Jika ingin mendapatkan pasangan hidup yang
menjaga kehormatan diri, jadikan diri anda orang yang menjaga kehormatan diri. Mulailah dari diri
anda sendiri, ibda’ binafsika.
Adapun cara mempersiapkan moralitas adalah dengan meningkatkan pengetahuan agama
dan pembinaan diri secara kontinu melalui f orum ta’lim, training, berguru secara khusus, membaca,
silaturahim dan banyak wasilah lain. Bersamaan dengan itu jadilah diri cinta beramal shalih, dan
ihsan. Tidak lupa senantiasa bergabung dengan lingkungan yang baik. Semoga Allah memudahkan
langkah usaha itu dan membimbing kita menjadi pribadi taqwa, yang merupakan status tertinggi
seorang hamba.
Persiapan spiritual ini bisa anda lakukan dengan berbagai tuntunan ibadah baik yang wajib maupun
yang disunnahkan. Berdoa kepada Allah senantiasa agar mendapatkan kekuatan dan kemantapan
hati dalam meniti hidup sehingga tidak melenceng dari keenaran. Istighf ar, mohon ampunan kepada
Allah, merupakan cara untuk melakukan evaluasi atas kelemahan diri.
Lebih penting lagi adalah upaya kolektif untuk senantiasa berada dalam kebaikan. Ada upaya secara
bersama-sama dari komunitas kaum muslimin untuk mencapai kematangan diri sesuai dengan
arahan Islam
b. Persiapan Konsepsional
Kesiapan konsepsional ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan pernik-
pernik pernikahan serta kerumahtanggaan. Kadang dijumpai di kalangan masyarakat kita, mereka
menikah tanpa mengetahui aturan Islam tentang pernikahan dan kerumahtanggaan. Wajar kalau
kemudian dalam hidup berumah tangga terjadi berbagai bentuk kegiatan yang tidak berseusaian
dengan sunnah kenabian disebabkan oleh ketidakmengertian.
Seseorang ibu rumah tangga bertanya kepada saya tentang doa hubungan suami isteri, padahal ia
telah menikah sembilan tahun yang lalu, dan anaknya sekarang sudah berusia delapan tahun.
Contoh kecil ini menunjukkan betapa msyarakat kita tidak begitu mempedulikan ajaran Islam tatkala
mereka melaksanakan pernikahan. Jika ibu tersebut hanyalah merupakan salah satu sampel dari
sekian banyak masyarakat kita, maka berpa banyak lagi yang sesungguhny memiliki masalah
serupa, hanya tidak diungkapkan.
Ada juga pengantin baru yang bertanya kepada saya sebulan setelah pernikahannya,
bagaimana caranya mandi besar. Saya tanyakan kepada dia, lalu apa yang anda lakukan selama ini
? Dia menjawab, yang penting mandi saja, apa adanya. Hanya dia masih beruntung bahwa
pertanyaannya baru terlambat satu bulan, jika dibandungkan dengan ibu di atas yang terlambat
sembilan tahun menanyakannya.
Masih sangat banyak kita menyaksikan masyarakat kita melakukan sesuatu tanpa landasan
pengetahuan. Betapa pembagian peran dalam rumah tangga juga masih banyak yang semata-mata
bercorak kultural, tanpa mengetauhuoi bagaimana sesungguhnya Islam telah memberikan aturan
dan rambu-rambu bagi laki-laki dan perempuan. Kita melihat suami yang atas nama kepemimpinan
melakukan penindasan dan kekerasan terhadap isterinya.
Kita menjumpai seorang isteri atas nama mengejar prestasi ia bekerja pagi sampai malam
dan bersaing dengan suami. Kita menyaksikan betapa anak-anak dalam beberapa kelur\arga lebih
banyak berinteraksi dengan pembantu rumah tangga dibandingkan dengan orang tua. Kita juga
mendapatkan f enomena bahwa pendidikan anak lebih banyak dopercayakan kepada stasiun televisi
swasta dan playstation, karena kesuibukan orang tua mereka.
Ada f enomena di beberapa kalnagan masyarakat kita, mereka tidak memperhatikan f aktor
PDFmyURL.com
Ada f enomena di beberapa kalnagan masyarakat kita, mereka tidak memperhatikan f aktor
kesucian rumah tangga. Berbagai jenis najis tidak dibersihkan dengan tatacara yang sesuai dengan
ketentuan f ikih, sehingga dalam kebersihan rumah tersebut tidak terkandung kesub\cian. Di antara
penyebab itu semuanya adalah minimnya ilmu mengenai hukum pernikahan dan kekeluargaan.
Mereka menikah karena dorongan instinktif , keinginan syahwat karena dorongan usia
deqwasa. Sayangnya kemudian tidak ditindaklanjuti dengan mempersiapkan diri secara
konsep[sional, sehingga dalam melaksanakan pernikahan merekapun tamopak tidak memiliki
pengetahuan. Ada kejadian, seorang laki-laki diminta mengucapkan kalimat syahadat oleh petugas
KUA yang menikahkannya, ia minta dituntun karena sudah lupa.
Beberapa f enomena lain di zama kita sekarang banyak terjadoi pernikahan antaragama,
atas nama kebebasan emnjalankan jkehdiupan beragama. Beberapa kalngan artis melakukannya
secara bangga dan terbuka, df an bahkan ketika salah seorang muslimah yang menjadi artis
menikah dengan seorang laki-laki nonmuslim, ia mengatakan ketika dikonf irmasi, "Saya tidak
mengetahui bahwa menikah antar agama itu tidak doibolehkan dalam Islam."
Sekanp-akan pernikahan hanyalah peristiwa hidup pada umumnya, seperti makan, tuidur,
mandi dan seteruysnya. Seakan-akan begitu mudah mereka melaksanakan itu tanpa ada beban
bahwa itu adalah sebuah amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan df ihadapan Allah
Ta;'ala. Namun apabila pengakuan artis muslimah tadi benarm, maka ini semakinmmenbhguatkan
kesimpuilan betapa m,inimnya kesiapan konsepsional ketika melaksnakan pernikahan.
Seorang laki-laki dan perempuan harus mengetahui dengan baik dan benar posisi dan peran
masing-masing pihak dalam konteks rumah tangga. Apa hak dan kewajiban masing-masing pihak
dan juga bersama. Bagaimana tata cara pergaulan suami isteri dalam rumah tangga. Berbagai
pengetahuan yang menyebabkannya kebaikan sebuah keluarga perlu dimengerti sehingga belajar
dan menyiapkan diri secara konsepsional merupakan suatu keharusan untuk dimiliki.
Hal ini agar kehidupan rumah tangganya nanti tidak berjalan menurut kebanyakan orang
yang telah melakukan. Biasanya begitulah masyarakat hidup berkeluarga, lalku akhirnya para
pemuyda yang melajksanakan pernikahanpun jkuga memnbgikuti kebiasaan yang telah ada di
masyarajkatnya. Dengan bekal ilmu atau konsepsi yang memadai, dihgarapkan mereka bisa
berinteraksi secara Islami, sesuai aturan Islam, bukan semata-mata meneruskan tradisi.
Islam amat menghargai ilmu, karena keimanan seseorang pun dituntut diletakkan di atas
landasan keilmuan. Allah Ta'ala telah berf irman :
"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohon
ampunlah bagi dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan" (Muhammad : 19).
Ungkapan ayat di atas diawali dengan kata kerja perintah fa'lam yaitu berupa al amru bil
'ilmi, perintah untuk mengilmui atau mengetahui, baru kemudian kata kerja perintah wastaghfir yaitu
perintah untuk melakukan istighf ar. Dalam susunan kalimat seperti ini terkandung sebuah
pengertian, bahwa perintah untuk mengetahui lebih didahulukan dibandinglkan dengan perintah
untuk beramal.
Islam mengharagi amal yang dibanun di atas landasan ilmu, sebagaimana Islam menghargai
ilmu yang dilanjutkan dengan amal. Oleh karena itu, mmenjadi tuntutan dalam melaksanakan
pernikahan adalah mengilmui terlebih dahulu berbagai macam aturan dan etika yang mengatur sejak
sebelum, pada saat dan setelah terjhadinya akd nikah.
Cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan persiapan konsepsional adalah dengan
banyak belajar, baik mengikuti kejian, ta'lim, pembekalan pernikahan, atau dengan membaca buku-
buku dan mendengarkan ceramah melalui media elektronik. Amat banyak cara yang bisa dilakukan
untuk membekali, yang diperlukan hanaylah niat dan kemauan.
Apalagi ketika Umar bin Khathab memesankan kepada kaum laki-laki, "Ajari isterimu
kandungan surat An Nur", maka semakin menguatkan alasan bagi kaum laki-laki untuk banyak
membekali diri agar mampu mengajarkan isi surat An Nur kepada isterinya. Bukan hanya
mengajarkan, namun ia adalah pihak yang menuntun dan mencontohkan pertama kali aplikasi dari isi
surat An Nur.
c. Persiapan Fisik
Kesiapan f isik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan
mampu melaksanakan f ungsi diri sebagai suami atau isteri dengan optimal. Apanila di antara
indikator kemampuan yang dituntut dalam pelaksanaan pernikahan adalah kemampuan melakuikan
jimak, maka kesehatan yang dituntut pada laki-laki dan perempuan salah satunya menyangkut
kemampuan berhubungan suami isteri secara wajar.
Hal lain yang amat penting dalam konteks kesehatan ini adalah pada sisi kesehatan reproduksi.
Bahwa laki-laki dan perempuan ini akan mampu melakukan f ungsi reproduksi dengan baik. Mereka
berdua dipastikan tidak mandul, sehingga nantinya akan memiliki ketrunan, sebagai salh satu tujuan
dari pernikahan. Rasulullah saw menganjurkan agar menikahi wanita yang penyayang lagi banyak
anakbya.
Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ahlinya merupakan salah satu langkah yang bisa
ditempuh menjelang pernikahan. Masing-masing pihak juga bisa mendeteksi dalam dirinya sendiri

PDFmyURL.com
adanya penyakit tertentu yang dirasakan selama ini. Hendaknya masing-masing bisa terbuka
menyampaikan riwayat kesehatan dirinya kepada calon pasangannya untuk menjadi bahan
perttimbangan memutusakan terjadinya pernikahan atau tidak.
Laki-laki dan perempuan muslim hendaklah rajin melaksanakan olah raga sebagai bagian dari
penjagaan kesehatan dan kebugaran dirinya. Untuk menggapai keharmonisan keluarga, dua kata
inim, yaitui sehat dan bugar, amat diperlukan. Kita tidak hanya membutuhkan kesehatan, namun juga
kebugaran. Orang yang tidak sakit adalah orang yang sehat. Akan tetapi orang yang sehat ini
mungkin saja dia mengalami gejala mudah lelah, cepat mengantuk, tidak energik, lambat dalam
berbuat dan lain sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan kebugaran agar badan, bukan saja kesehatan, agar bisa energik,
tidak malas-malasan, tidak mudah lelah, dan vitalitas tinggi. Hidup teratur, makan seimbang dan
bergizi, culkup[ istirahat, olah raga teratur merpakan langkah-langkah untuk menuju kesehatan dan
kebugaran f isik.
Kita bisa merasakan betapa mahal sebuah kesehatan apabila kita jatuh sakit. Berapa
banyak uang dihabiskan di Rumah Sakit untuk menyembuhkan penyakit. Juytaan, puiluhan bahkan
aratusan juta terbuang untuk mendapatkan status sehat setelah sakit. Oleh karena itu lebih murah
biaya penjagaan daripada biaya pengobatan setelah terkena penyakit.
Maka, jagalah kesehatan dan kebugaran anda.
d. Persiapan Finansial
Islam tidak menghendaki kita berpikiran materialistis, bahwa orientasi dalam kehiduopan hanyalah
materi. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa materi merupakan salah satu sarana ibadah kepada
Allah. Masyarakat Indonesia tidak akan bisa menunaikan haji aopabila tidak memiliki cukup dana
untuk berangkat ke tanah suci, serta biaya menetap maupun pulangnya.
Jangankan haji yang jaraknya jauh, sedangkan shalat tidak akan sah apabila tedak mengenakan
pakaian yang menutup aurat, dan seseorang tidak memiliki pakaian kalau ia tidak memiliki harta
untuk mendapatkannya. Lebih mendasar dari itu, kita tidak bisa melaksanakan ibadah, apabila tidak
makan. Untuk bisa makan dengan cukup, sudah pasti diperlukan sejumlah materi.
Islam meletakkan, kewajoiban ekonomi akibat dari pernikahan adalah di tangan suami. Para suami
berkeqwajiban menudeiakan kehidup[an bagi isteri, sejak dari kewbutuhan konsumsi, pakaian,
tampat rtinggal, kesehatan dan juga pendidikan dan transportasi., Seluruh biaya kehidupan menjadi
kewajiban suami untuk memikulnya.
Bukan berarti isteri tidak boleh bekerja produktif . Hanya saja opada pihak isteroi bukan merupakan
sebuah kewajiban untuk produktif di bidang ekonomi. Dengan demikian letajk kewajiban suami dan
isteri dalam konteks materi ini berbeda. Suami wajib bekerja mencari naf kah untuk menghidupi isteri
dan anak-anaknya, sedangkan isteri berkewajoiban mengelolan keuangan daklam rumah tangga.
Adapun persiapan material sebelum pernikahan dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak laki-laki
untuk menaf kahi dan kesiapan perempuan untuk mengelola keuangan keluarga. Bukan berapa
tersedianya dana untuk bisa melaksanakan pernikahan. Sebab apabila kita berhitung kelewat
matematis, kita tidak akan bisa mencari jumlah minimal kebutuhan uang untuk hidup berkeluarga.
Seorang laki-laki harus memiliki kesiapan untuk menaf kahi keluarganya, sehingga sebelum menikah
ia sudah jharus mengetahui pintu-pintu rizqi yang akan mengantarkan dia kepada pemenuhan
kewajiabn ini. Sebelum menikah ia sudah memiliki pandangan dan rencana untuk melakukan tindakan
ekonomi tertentu, baik berusaha wiraswasta, menjadi pegawai swasta ataupun negeri, dan usaha-
usaha lkainnya yang hgalal.
Mengenai berapa penghasilan yang didapatkan dari usaha tersebut, jangan dijadikan tolok ukur
utama untuk menilai kesiapan menikah, sebab hal itu akan membuat ketertipuan. Seorang yang
pada saat menjelang pernikahan gajinya sangat besar, biosa saja bulan depan sudah mengalami
kebangkrutan karena di PHK dari poerusahaannya. Dan berapa banyaknya pengusaha yang kini
sukses, dulunya ketika muda memulai usaha dari nol, sehingga melaksanakan pernikahan dalam
keadaan tidak memiliki harta benda.
Setiap muslim hendaknya dia memiliki optimisme yang tinggi untuk bisa mendapatkan karunia dari
Allah berupa rizqi. Selama mereka mau berusaha, melakukan sesuatu untuk kehidupan, jalan-jalan
kemudahan itu akan datang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berf irman :
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu itu
(sumber) penghidupan” (Al A’raf : 10).
Pernah suatu ketika Rasulullah saw ditanya seseorang, “Ya Rasulullah, pekerjaan apa yang terbaik
?” Maka beliau menjawab, “Pekerjaan yang terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya
sendiri dan semua penjual beli yang baik” (HR. Ahmad, Baihaqi dan lain-lain).
Adaslah sebuah perbuaytan yang tercela, bahwa seseorang berusia produktif tidak mau melakukan
sesuatu untuk menghaisilkan nadf kah. Khalif ah Umar bin Khathab ra pernah berkata, ”Jangan
sekali-kali seseorang di antara kamu hanya duduk-duduk saja dan tidak berusaha untuk mencari
rizki dan hanya berdoa : ‘ Ya Allah berilah hamba rizki !’ Tahukah kamu, dan semua telah tahu bahwa
langit itu tak akan menurunkan hujan berupa emas atau perak". Amat keras sindiran khalif ah Umar
terseburt mengenai orang-orang yang malas bekerja, dan hanya berdoa saja tanpa mau berusaha.
PDFmyURL.com
terseburt mengenai orang-orang yang malas bekerja, dan hanya berdoa saja tanpa mau berusaha.
Demikian pula Ibnu Mas’ud ra pernah berkata, “Saya benar-benar benci kalau melihat orang hanya
menganggur saja, tak berusaha untuk kepentingan dan urusan keduniaannya dan tidak pula
berusaha untuk akhirat.” Suatu ketika Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Bagaimana
pendapat anda mengenai seseorang yang hanya duduk di rumah atau di masjid dan dia berkata :
‘Saya tidak mengerjakan sesuatu apapun, sehingga rizkiku akan datang nanti dengan sendirinya.’
Imam Ahmad menjawab, “Orang tersebut sangat bodoh dan tak mengerti ilmu agama sama sekali.
Apakah orang yang demikian itu tak mendengar sabda nabi :‘Sesungguhnya Allah telah menjadikan
rizkiku terletak di bawah tombakku.” Juga apakah orang tersebut tidak mendengar sabda Rasulullah
saw ketika beliau menyebutkan perihal cara burung mencari kehidupannya, dan mengatakian
:‘Berangkat pagi-pagi dengan perut kosong dan pulang sore-sore dengan perut kenyang’ (riwayat
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Yang penting adalah etos kerja dari pihak laki-laki untuk berusaha mencari naf kah dengan seluruh
kemampuan yang dimilikinya. Islam sangat menghargai etrois kerja dan mengecam para pemalas
yang tidak mau bekerja produktif . Kendatipun kaum perempuan tidak mendapatkan beban kewajiban
material, akan tetapi bukasn berarti tidak boleh bekerja produktif . Dalam kehidupan sekarang,
dimana kebutuhan hidup semakin banyak, maka banyak dijumpai suami dan isteri sama-sama
bekerja, sejak mereka belum berumah tangga. Hal seperti ini tidaklah tercela selama mereka berdua
saling meridhai dan memilih pekerjaan halal serta sesuai f itrah masing-masing pihak.
Bahlkan untuk kaum wanita, ada hal yang juga perlu dipertimbangkan untuk kehidupan saat ini,
dimana pemerintahan tidak mengaplikasikan syariat Islam. Apabila suami meninggal terlebih dahulu,
atau terjadi perceraian, dimana anak-anak mengikuti sang ibu, sementara anakj-anak ini
memmerlukan biaya sekolah dan kuliah, siapakah yang akan membiayai mereka apabila suaminya
mangkir tidak mau memberikan biaya bagi anak-anaknya?
Dalam pemerintahan Islam, mereka yang tidak mampu seperti ini mendapatkan jaminan kehidupan
dari baitul mal negara. Untuk konteks sekaranmg di Indonesia, penyelesaian masalah itu mungkin
bisa dilakukan dengan ta'awun dari orang-orang kaya untuk membiayai hidup janda dengan anak-
anaknya. Tetapi jika ta'awun tersebut belum bisa terwujud, sementara janda ini tidak memiliki
kerabat atau saudara yang mempu mencukupi hidup[ mereka, maka jalan yang paling mungkin
adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi janda tersebut.
e. Persiapan Sosial
Menikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial di tengah masyarakat. Jika
sewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak ibunya, sehingga sering belum
diperhitungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai
keluarga tersendiri.
Membiasakan diri terlibat dalam kegiatan kemsyarakat merupakan cara melakukan persiapan
sosial. Apabila laki-laki dan perempuan muslim telah mencapai usia dewasa hendaknya mereka
mengambil peran sosial di tengah masyarakat sebagai bagian utuh dari cara mereka belajar
berinteraksi dalam kemajemukan masyarakat. Jika sebelum menikah tidak terbiasa melakukan
interaksi sosial, biasanya muncul kekagetan ketika telah berumah tangga dengan sejumlah tuntutan
sosial yang ada.
Islam adalah agama yang senantiasa menyuruh kita memeiliki kepedulian dan keterlibatan
soisial. Allah telah berf irman :
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatu. Dan berbuat
baiklah terhadap kedua orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguihnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri"
(An Nisa : 36).
Perintah menyembah Allah, larangan berlalku syirik, dihubungkan kemudian dengan perintah
berlaku sosial secara baik. Berbuat kebajikan dalam kehidupan masyarakat yang sempit dan luas,
sejak dari kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan lain sebagainya. Tetangga yang dekat dan
yang jauh bisa dimaknai dalam konteks jarak, atauopun dalam konteks kekerabatan.
Abu Dzar berkata, bahwa Rasulullah saw telah berpesan kepada dirinya, "Hai Abu Dzar, jika
engkau memasak maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikan tetanggamu" (riwayat Muslim).
Demikian juga Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah saw memberikan nasihat
kepada para wanita, "Hai para wanita muslimah, janganlah kalian merasa rendah diri jika akan
memberi hadiah kepada tetangga, walaupun hanya dengan kikil (ujung kaki) kambing" (riwayat
Bukhari dan Muslim).
Hal ini menunjukkan bahwa Islam amat mengharagai keserasian dan kerukunan hidup
bertetangga. Memberikan perhatian, mengirimkan hadiah, adalah salah satu contoh bagaimana
Islam mengajarkan interaksi positif bersama mereka. Oleh karena itu, belajar berinteraksi dengan
realitas kehidupan masyarakat merupakan salah satu l;angkah yuang perlu diambil oleh laki-laki dan
perempuan agar nantinya tidak canggung ketika telah hidup berumah tangga dan bermasyarakat.

PDFmyURL.com
Apalagi bagi mahasiswa dan mahasiswi yanbg terbiasa hidup di kos selama mereka kuliah.
Selama tinggal di lingkungan kos, mereka adalah pihak yang terisolir dari masyarakat. Ketika ada
acara-acara sosial kemasyarakatan mereka tidak pernah dilibatkan, karena dianggap sebagai tamu
terhormat oleh masyarakat. Dalam batas tertentu, mahsiswa dengan menara gading kampusnya,
telah diletakkan pada posisi untauchable oleh masyarakat.
Tatkala melaksanakan rapat RT para mahasiswa tidak diundang, demikian juga ketika ada
jadual ronda, kerja bakti dan lain sebagainya, mereka cenderung tidak dilibatkan. Sebagaimana juga
ketika ada arisan ibu-ibu, pertemuan dasawisma, pertemuan PKK dan lain sebagainya acara kaum
wanita, para mahasiswi yang tinggal di lingkungan itu tidak pernah dilibatkan. Dampaknya selama
empat atau l;ima tahun mereka kos, terisolir dari kehidupan masyarakat dis ekitarnya. Mereka hanya
mengenal dunia kampus dengan segala macam aktivitas dan isealismenya.
Begita mereka menikah dan tinggal di sebuah lingkungan m masyarakat, mereka sudah
dihitung sebagai keluarga mandiri yang,m mendapoatkan tuntutan peran yang utuh dalam
masyarakat sebagaimanba keluarga yang lainnya. Kadang ada asemacca,m kejutan tertentu pada
mereka karena selama ini tidak terbiasa dengan ronda, arisan atau rapat tingkat RT, bahkan acara
sosial lainnya seperti melayat orang meninggal, menghadiri pesta pernikahan atau aqiqah tetangga
dan lain sebagainya.
Sangat diperlukan pembelajaran dari awal dalam konteks sosial;, agar tidak terjadi
kekagetan dalam mengarungi hidup berumah tangga. kadang-kadang dalam hidup bermasyarakat
diperlukan "ilmu basa-basi", agar mampu mensosialisasikan diri di tengah komunitas masyarakat
luas. Perlu wajah sosial, murah senyum, mudah mendahulkui menyapa oirang, dan lain sebagainya
yang merupakan bagian dari bumbu-bumbu hidup dengan baik bersama tetangga dan lingkungan
terdekat.

e-mail: takariawan@yahoo.com
hp: 0811286933

PDFmyURL.com

You might also like