Professional Documents
Culture Documents
Di bidang Pediatri dalam menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan-kesulitan,
terutama bila ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak baru lahir, dan juga yang masih bayi.
Alasannya ialah karena organ-organ pada penderita ini masih belum berfungsi secara sempurna,
antara lain hepar, ginjal dan susunan saraf pusat. Tambahan lagi, distribusi cairan tubuh berbeda
pada saat kecil daripada orang dewasa.
Oleh karena fungsi hepar anak yang baru lahir belum sebagaimana semestinya, maka konjungsi
dengan asam glukuronat hampir tidak terjadi. Cadangan glycine untuk konjungsi sangat terbatas,
tetapi kemampuan konjungsi dengan cara asetilasi dan sulfatasi sudah ada.
Fungsi ginjal anak yang baru lahir juga belum sempurna. Ini disebabkan jaringan ginjal masih
mengalami diferensiasi yang mengakibatkan berkurangnya filtrasi glomerulus. Baru pada umur satu
tahun si anak menghasilkan urin dengan konsentrasi seperti orang dewasa, sampai umur satu tahun
ini si anak membutuhkan empat sampai enam kali air di banding dengan orang dewasa bila
diperhitungkan persatuan berat badan.
Susunan Saraf Pusat (SSP) pun belum berkembang sempurna pada anak baru lahir. Biar pun
besarnya otak seorang anak umur satu tahun lebih mencapai 2/3 dari besar otak orang dewasa
tetapi koordinasi SSP dengan susunan saraf autonomik masih belum sempurna.
Mengenai cairan tubuh total, anak yang baru lahir mempunyai 29,7% lebih cairan tubuh dari orang
dewasa, bila dihitung per satuan berat badan. Pada umur 6 bulan seluruh cairan tubuh masih 20,7%
lebih tinggi, dan anak sampai umur 7 tahun pun masih mempunyai 5.5% lebih cairan tubuh.
Faktor-faktor di atas (di samping faktor-faktor endogen dan eksogen lainnya) menyebabkan respon
terhadap obat dengan orang berbeda pada anak dengan orang dewasa.
Parameter-parameter perbedaan anak dengan dewasa adalah sebagai berikut :
1. Pola ADME (Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi)
a. Perbedaan absorbsi (penyerapan) oleh karena perbedaan relatif dari “kepadatan” sel
b. Perbedaan distribusi oleh karena presentase cairan ekstraseluler dan cairan tubuh total relatif
lebih tinggi
c. Perbedaan metabolisme oleh karena proses enzimatik yang belum sempurna
d. Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus dan atau tubuli belum berkembang secara lengkap
2. Sensitivitas intrinsik yang berlainan terhadap bahan obat
3. Redistribusi dari zat-zat endogen
Di dalam praktek sehari-hari untuk terapi banyak sekali rumus-rumus yang dipakai sebagai
pendekatan untuk menghitung dosis obat untuk anak. Banyaknya rumus-rumus yang dipakai (lebih
dari 30) adalah merupakan suatu bukti, bahwa pada hakekatnya tidak satupun cara perhitungan
dapat disebut atau dinyatakan memuaskan untuk dipakai bagi semua obat. Mungkin ada preferensi
salah satu rumus untuk obat tertentu, tergantung pada distribusi utama dari obat.
Kalau disumsikan kalkulasi/perhitungan suatu obat untuk seorang anak baru lahir :
berdasarkan LPT 100 mg/m2 dan (LPT = luar permukaan tubuh)
berdasarkan BB 100 mg/kg (BB = berat badan)
maka konsentrasi obat akan mencapai persentase yang berbeda dalam cairan ekstra sellular, intra
sellular dan cairan tubuh seluruhnya.
DOSIS OBAT
TeoriY, dosis obat diukur dr Miligram per Kilogram berat badan pasien (mg/kg).
Contoh :
INH (isoniazid) obat TBC (tuberculosis) diberikan kpd anak dgn dosis antara 5-10 mg.
Bila berat badan anak 10 kg, maka dosisY brkisar 50-100 mg, atw bisa diambil dosis tengahY
75 mg.
Contoh :
1. Sirup mesti diminum 3 x sehari 0,5 cc.
Namun dlm pipet takaran tdk trcantum ukuran tsb.
Atau dipipet yg tertulis malah 2,5 ml & 5 ml
Solusi trbaik utk alat takar obat cair adlh Gelas Takar, yg memiliki ukuran takar dari 2,5 ml -
10 ml.
Sebab, sendok takar sirop hanya memiliki 2 ukuran, yaitu 2,5 ml & 5 ml
Apotik wajib mmberikan pipet sesuai dgn dosis obat yg diresepkan dokter agar bs dipakai
kalangan awam.
Jika ukuran pipet tdk sesuai, boleh ditukar.
Bila yg dikonsumsi adlh obat keras, keadaan ginjal & lever terganggu/tdk sehat akan
menyebabkan keracunan dan over dosis; krn obat tsb tdk bisa dinetralkan oleh ginjal & lever
~¤§{Semoga Bermanfaat}§¤~
Narasumber :
Darmawan Budi Setyanto, MD
RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Majalah Nakita
10 September 2005
Ketika si buah hati Anda sedang sakit tentu kita akan sangat sedih dan
berusaha terbaik agar si buah hati cepat sembuh. Ketika kita akan memberi obat pada balita,
tentu kita akan merasakan betapa repotnya. Karena bayi tidak bisa meminum obat dengan
langsung seperti halnya pada orang dewasa. Sering kali dia akan melakukan aksi-aksi
penolakan terhadap obat itu seperti menutup mulut, berontak, atau bahkan memuntahkan
kembali obat yang sudah masuk ke mulutnya. Adakalanya obatnya berupa sirup yang terasa
manis dan terkadang berasa buah. Nah pasti orang tua harus ekstra sabar didalam memberi
obat pada balita. Tips memberi obat pada balita yang ada dibawah ini mungkin bisa
dicoba:
Bila menggunakan sendok, letakkan sendok yang telah disterilkan dan diisi obat pada
bibir bagian bawah. Angkat sedikit sendoknya agar obat mengalir ke dalam mulutnya.
Bila menggunakan pipet, isilah pipet dengan sejumlah obat yang sesuai dengan
petunjuk dokter. Letakkan pipet obat di sudut mulut bayi dan keluarkan obat
perlahan-lahan.
- Pemberian obat tetes untuk hidung, mata, dan telinga pada bayi juga perlu kiat khusus:
Sebelum obat tetes tersebut diberikan, ada baiknya hal-hal berikut ini diperhatikan:
a. Rendam obat tetes dengan posisi tegak dalam tabung berisi air suam-suam kuku selama
beberapa menit, agar ketika diteteskan dan masuk ke lubang hidung atau telinga, anak tidak
terlalu kaget.
b. Jangan sentuhkan obat tetes ke hidung, telinga, atau mata agar bakteri tidak berpindah ke
dalam botol obat.
c. Perhatikan batas waktu pemakaian obat itu. Obat kadaluwarsa akan memperburuk
peradangan atau kondisi bayi yang diobati.
2. Memberikan obat pada anak-anak:
- Mintalah anak menutup lubang hidung saat meminum obat agar rasa obat tak terlalu keras.
- Campurlah obat, terutama yang berupa tablet, dengan sirup atau madu agar tak terasa pahit.
- Jangan larutkan obat dengan air di gelas karena ada kemungkinan obat mengendap dan tak
terminum si anak.
- Mintalah anak untuk menggosok gigi setelah meminum obat yang manis agar tidak
menempel di gigi.
Photo: coliccalm.com
Sumber: Majalah jelita
Tags: anak, balita, bayi, hidung, mata, Memberi, obat, orang tua, Pada, sakit, telinga, tetes,
tips
Related Articles
Seperti kita ketahui banyaknya manfaat jika anak kita berani dan
mandiri (baca di artikel sebelumnya), dan tapi bagaimana caranya agar anak berani dan
mandiri? di tulisan ini kita coba membahas kiat melatih anak berani dan mandiri.
Sebelumnya kita perlu memahami bahwa untuk melatih berani dan mandiri itu harus berjalan
secara simultan, dan orang tua sebagai pelatih harus menyadari juga bahwa semuanya itu
tidak bisa instan, memerlukan proses dan waktu. Nah apa yang harus dilakukan untuk
melatih tersebut;
3. Memberi contoh
Anak akan selalu mencontoh, hal ini juga berlaku ketika kita ingin anak berani dan mandiri.
Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang
baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya
tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Misal kita ingin anak belajar
berenang sedangkan orang tua-nya sendiri takut masuk air, hal ini tentu akan menghasilkan
sesuatu yang maksimal. Dengan memberi contoh yang konkret kepada anak, anak akan
memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum
bisa memberi contoh yang konkret kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan
“ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak
langsung.
4. Jangan memaksa
Semua yang kita lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan
waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa
si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak
untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk
menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan
mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar
jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian
si anak akan turun/down.
Related Articles