Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci: metode latihan, lari cepat, hasil belajar lari 100 meter
Lari, lompat dan lempar merupakan pola gerak dasar yang mewarnai
sebagian besar cabang olahraga. Ketiga pola gerak dasar tersebut berasal
dari cabang olahraga atletik, yang disebut pula sebagai induk dari seluruh
cabang olahraga.
Pada lari jarak pendek dibutuhkan kemampuan suplai energi yang
menyebabkan anggota tubuh bergerak cepat dan maksimal dalam
melakukan gerakan dengan penguasaan teknis gerakan yang lebih
kompleks dibandingkan gerakan lari jarak jauh. Gerakan lari jarak
pendek memperhitungkan setiap langkah yang dilakukan mulai dari start
sampai gerakan tubuh menyentuh garis finish.
143
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
144
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
Yang termasuk dalam lari jarak pendek ini adalah lari 100 meter,
200 meter, dan 400 meter utnuk perlombaan yang dilakukan pada
gelanggang terbuka. Sedangkan untuk perlombaan yang dilakukan pada
gelanggang tertutup terdapat beberapa nomor lain yang dilombakan,
yaitu lari 50 meter dan 60 meter. Termasuk yang memerlukan
pengembangan kecepatan berlari secara maksimal dalam jarak pendek
adalah lari gawang 60 meter, 100 meter, 110 meter dan 400 meter.
Oleh karena itu lari 100 meter dapat dinyatakan sebagai rangkaian
gerak kaki dan anggota tubuh dalam usaha memindahkan tubuh pada
jarak 100 meter dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan inti dan amat
diperlukan agar dapat dengan segera memindahkan tubuh atau
menggerakkan anggota tubuh dan satu posisi ke posisi lainnya.
Kecepatan adalah perubahan posisi benda pada arahnya dalam satu
satuan waktu (Masnun, 1987). Sejalan dengan hal tersebut, Harsono
(1988) menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh
suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan menurut
Nossek (1982) kecepatan adalah suatu kualitas bersyarat yang
memungkinkan seseorang bereaksi dengan cepat, jika dirangsang untuk
melakukan gerak secepat mungkin. Kecepatan adalah penbandingan
antara tempat dan waktu (Bompa, 1983).
Kecepatan dalam melakukan suatu gerak ditentukan oleh berbagai
faktor. Sifat motoris yang mempengaruhi kecepatan terdiri atas: (1)
tenaga otot, (2) Koordinasi, (3) viskositas otot, (4) kecepatan reaksi, (5)
kecepatan kontraksi, (6) ciri antropometris, dan (7) stamina an aerob
umum (Jonath, Haag dan Krampel, 1987).
Tenaga otot memegang penanan penting dalam kecepatan, dan bagi
para pelari pemula yang sedang menjalankan latihan, pengarahan tenaga
secara terarah akan sangat membantu meningkatkan prestasi. Tenaga otot
merupakan gaya internal yang akan mengatasi adanya gaya eksternal
(gravitasi, hambatan udara) sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan gerak.
Dalam lari 100 meter dibutuhkan pengerahan kemampuan
145
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
146
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
147
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
148
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
149
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
150
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
waktu pemulihan 1–2 menit, (4) perbandingan waktu kerja dan waktu
istirahat = 1 : 5 s.d 1 : 10 (5) jumlah ulangan 5-15 kali (Pyke, 1980).
Singkatnya waktu pelaksanaan bagian lari cepat adalah untuk
menampilkan kecepatan maksimal tanpa mengakibatkan kelelahan.
Istirahat yang lama dapat mentolerir agar tetap pulih pada pelaksanaan
set berikutnya. Jonath, Haag dan Krampel (1987) menyebutnya dengan
istirahat penuh, yang ditandai dengan menurunnya denyut nadi sampai
hampir tenang.
DAYA LEDAK
Dalam nomor lari 100 meter, tungkai merupakan alat gerak utama
untuk menunjang dalam usaha memindahkan tubuh mulai dan start
sampai finish dalam waktu sesingkat mungkin. Radcliffe dan Fanentinos
(1986) menyatakan bahwa kelompok otot tungkai merupakan daya gerak
utama dalam cabang olahraga yang melibatkan gerakan kaki.
Untuk dapat melakukan gerak, diperlukan adanya energi mekanik
yang diperoleh sebagai hasil proses pembentukan energi melalui proses
kimia dalam tubuh. Terjadinya gerakan disebabkan berkontraksinya otot
atau sekelompok otot dalam mengatasi hambatan atau beban. Beban
tersebut dapat berupa berat tubuh sendiri seperti halnya dalam lari 100
meter, atau benda diluar tubuh yang digunakan dalam aktifitas olahraga
tersebut, misalnya raket dalam tennis dan pemukul dalam softball.
Fox dan Mathews (1981) menyatakan bahwa daya ledak adalah
besarnya usaha yang dilakukan dalam satu satuan waktu. Kirkendall,
Gruben dan Johnson (1980) mengemukakan bahwa daya ledak adalah
hasil usaha dalam satuan unit waktu, yang dilakukan ketika kontraksi otot
memindahkan benda pada ruang atau jarak tententu. Wilmore dan Costill
(1988) menyatakan bahwa daya ledak adalah hasil dan tenaga dan
kecepatan dan hal tersebut lebih penting daripada unsur kekuatan. Harre
(1982) mengemukakan bahwa daya ledak adalah kemampuan mengatasi
hambatan dalam Kecepatan kontraksi otot yang tinggi.
Dick (1978) mengemukakan bahwa daya ledak merupakan unsur
yang amat penting untuk nomor-nomor yang lari cepat, lari gawang,
nomor-nomor lompat dan lempar pada cabang olahraga atletik.
Daya ledak setiap orang dapat dibentuk dengan dominan berasal dan
kekuatan (strength doininated) atau dominan berasal dan kecepatan
(speed dominated) (Kreighbaum dan Barthels, 1985). Contoh daya ledak
151
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
yang dominan dan unsur kekuatan adalah daya ledak yang dimiliki oleh
para pengangkat besi (lifter), dan daya ledak yang berasal dan kecepatan
adalah daya ledak yang dimiliki oleh para penolak peluru, pelempar,
pelompat, pelari atau perenang.
Berpijak dan pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa unsur
daya ledak merupakan unsur yang amat menentukan dalam penampilan
olahraga, terutama pada cabang-cabang olahraga yang mengerahkan
tenaga secara cepat.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
faktorial 2X2. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Jakarta dengan subjek 40 orang mahasiswa semester I
yang terbagi menjadi empat kelompok
Variabel bebas yang dimanipulasi dalam penelitian ini adalah
metode latihan, yang terdiri dari: (a) metode latihan percepatan lari cepat
dan (b) metode latihan lari cepat. Variabel bebas yang dikendali
(atributif) adalah kemampuan daya ledak otot tungkai, yang terdiri dan
(a) kemampuan daya ledak otot tungkai kuat dan (b) kemampuan daya
ledak otot tungkai lemah. Sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar
lari 100 meter, yang diukur dengan kecepatan dalam menempuh jarak
100 meter.
Penetapan perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan
secara acak, sehingga diperoleh kelompok yang diberikan metode latihan
percepatan lari cepat dan metode latihan lari cepat disajikan pada Tabel 2
berikut:
Tabel 2. Pengelompokan sampel & Perlakuan eksperimen
Metode latihan (A)
Percepatan
Lari cepat
lari cepat Jumlah
Kemampuan daya (A2)
(A1)
ledak otot tungkai (B)
Kuat (B1) 10 10 20
Lemah (B2) 10 10 20
Jumlah 20 20 40
152
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
HASIL
Data yang dikumpulkan dan diolah adalah data yang dipeoleh dari
nilai tes lari 100 meter yang didapat oleh peserta sebagai hasil perlakuan
selama 24 kali pertemuan. Perlakuan yang dilaksanakan adalah metode
latihan percepatan lari cepat dan metode latihan lari cepat. Hasil belajar
lari 100 meter yang tercatat dalam satuan ukuran waktu dikonversikan
menjadi nilai sesuai dengan acuan yang diterbitkan oleh international
amateur athletic federation (IAAF). Selanjutnya harga-harga n, X dan s
untuk setiap perlakuan terangkum pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Data hasil penelitian
Kemampuan daya Metode latihan
ledak otot tungkai Percepatan Lari Cepat
n = 10 n = 10
Kuat X 1 = 501,5 X 2 = 381,7
s = 70,301 s = 70,549
n = 10 n = 10
Lemah X 3 = 342,5 X 4 = 421,1
s = 78,047 s = 63,856
n = 20 n = 20
Jumlah X = 422,0 X = 401,4
s = 108,992 s = 68,539
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang diberikan metode latihan percepatan lari cepat menunjukkan bahwa
skor terendah 201 dan tertinggi 629, harga rata-rata 422, simpangan baku
108,92 modus dan 457,5 dan 457,5, median 428,16.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat menunjukkan skor terendah
283, tertinggi 504, harga rata-rata 401,4, simpangan baku 68,539, modus
sebesar 353,83 dan 479,8 serta median sebesar 391,5.
153
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat menunjukkan skor terendah
283, tertinggi 629, harga rata-rata 442,0, simpangan baku 89,22, modus
sebesar 456,5 dan median sebesar 428,5.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat menunjukkan skor terendah
201, tertinggi 494, harga rata-rata 381,60, simpangan baku 115,16,
modus sebesar 317,5 dan median sebesar 385,2.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat menunjukkan skor terendah
388, tertinggi 629, harga rata-rata 501,5, simpangan baku 70,301, modus
sebesar 377,5 dan median sebesar 487,5.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat dan memiliki kemampuan daya
ledak otot tungkai kuat menunjukkan skor terendah 283, tertinggi 504,
harga rata-rata 381,7; simpangan baku 70,549, modus sebesar 351,5 dan
median sebesar 374,5.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan percepatan lari cepat pada kemampuan
daya ledak otot tungkai lemah menunjukkan skor terendah 201, tertinggi
418, harga rata-rata 342,5, simpangan baku 78,047, modus sebesar 389,5
dan median sebesar 365,5.
Data yang diperoleh dari hasil belajar lari 100 meter pada kelompok
yang melakukan metode latihan lari cepat pada kemampuan daya ledak
otot tungkai lemah menunjukkan skor terendah 337, tertinggi 494, harga
rata-rata 421,7, simpangan baku 63,856, modus sebesar 355,7 dan 372,5
median sebesar 432,5.
PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa metode
latihan percepatan lari cepat dan metode latihan lari cepat tidak
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan hasil belajar
lari 100 meter. Hal tersebut menyatakan bahwa kedua metode tersebut
sama-sama mempunyai pengaruh untuk digunakan dalam meningkatkan
kecepatan pada nomor lari 100 meter.
Dilihat dan pengembangan sumber energi yang dikerahkan pada
saat aktifitas dilakukan, kedua metode latihan tersebut memperlihatkan
154
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
perbedaan yang dapat terlihat pada teori yang dikemukakan oleh Fox
(1984). Perbedaan pengembangan energi tersebut terletak pada gabungan
sistem asam laktat (LA) dan sistem oksigen (02) sebesar 1 persen (metode
latihan percepatan lari cepat sebesar 5%, metode latihan lari cepat
sebesar 6% serta pengembangan energi pada sistem Oksigen sebesar 1%
(Metode Latihan Percepatan Lari Cepat sebesar 5% dan Metode Latihan
Lari Cepat sebesar 4%). Perbedaan yang ada akan mempengaruhi pada
unsur daya tahan an-aerobik dalam pengembangan kecepatan dan daya
tahan aerobik.
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tanpa
memperhatikan penggunaan kedua bentuk metode latihan, kemampuan
daya ledak otot tungkai kuat memberikan pengaruh yang berbeda jika
dibandingkan dengan kemampuan daya ledak otot tungkai lemah
terhadap hasil belajar lari 100 meter.
Kemampuan daya ledak merupakan gabungan antara faktor
kekuatan otot tungkai dan kecepatan melakukan kontraksi sehingga dapat
menghasilkan kemampuan memindahkan/merubah posisi tubuh pada
keadaan yang diinginkan. Dengan melihat adanya tiga faktor yang
mempengaruhi kemampuan daya ledak otot tungkai (kekuatan, kecepatan
dan berat tubuh), maka tidak selalu dikatakan bahwa yang memiliki
kemampuan daya ledak otot tungkai adalah yang memiliki lingkar
tungkai (tungkai atas dan betis) yang besar. Dengan demikian potensi
kemampuan daya ledak otot tungkai dipengaruhi oleh kualitas otot dan
bobot berat tubuh seseorang. Kemampuan daya ledak otot tungkai yang
kuat akan menghasilkan kemampuan memindahkan atau merubah posisi
tubuh ke tempat lain dalam waktu yang lebih cepat.
Penguian hipotesis ketiga memperlihatkan adanya interaksi antara
metode latihan peningkatan hasil belajar lari 100 meter dengan
kemampuan daya ledak otot tungkai. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
metode latihan akan memberikan hasil yang berbeda jika kemampuan
daya ledak otot tungkai (kuat dan lemah) merupakan fakton yang
diperhitungkan.
Dalam satu set pengulangan latihan dalam metode latihan
percepatan lari cepat menempuh lintasan lebih panjang jika dibandingkan
dengan satu set pengulangan latihan dalam metode latihan lari cepat.
Panjang lintasan yang ditempuh dalam setiap set dilakukan dengan
155
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
156
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada kenangka berpikir dan
hasil pengujian hipotesis, kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian
ini adalah:
Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode latihan percepatan lari
cepat dengan metode latihan lari cepat secara keseluruhan terhadap hasil
belajar lari 100 meter. Tanpa mempertimbangkan kemampuan daya ledak
otot tungkai mahasiswa yang kuat dan lemah, metode latihan percepatan
lari cepat tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan
metode latihan lari cepat. Dengan demikian kedua metode latihan
tersebut memberikan pengaruh yang sama bila dilaksanakan tanpa
melihat karaktenistik daya ledak otot tungkai.
Terdapat perbedaan pengaruh antara kemampuan daya ledak otot
tungkai kuat dengan kemampuan daya ledak otot tungkai lemah secara
keseluruhan terhadap hasil belajar lari 100 meter. Tanpa
mempertimbangkan bentuk metode latihan yang digunakan, kemampuan
daya ledak otot tungkai kuat memberikan pengaruh yang lebih baik
dibandingkan kemampuan daya ledak otot tungkai lemah.
Terdapat intenaksi antara metode latihan dan kemampuan daya
ledak otot tungkai terhadap hasil belajar lari 100 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Sastra Hudaya.
Bompa, Tudor O. 1983. Theory and Methodology Of Training. IOWA:
Kendall/Hunt Publishing Company.
157
Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter (Taufik Yudi Mulyanto)
(publishers) Ltd.
Dyson, Geoffrey. 1981. The Mechanics Of Athletics. London: Hodder
and Stoughton.
Falls, Harold B. 1968. Exercise Physiology. New York: Academic Press.
Fox, Edward L. 1984. Sport Physiology. Holt W.B. Saunders Company.
Fox, Edward L., dan Mathews, Donald K., 1981. The Physiological
Bases Of Physical Education And Atheltics. New York: Saunders
Publishing Company.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.
Jakarta: P2LPTK, Depdikbud.
Harre D. 1982. Principles Of Sport Training Introduction To Theory
And Method Of Training. Berlin: Sportverslag.
Hornby, A.S. 1986. Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Curent
English. New York: Oxford University Press,
Jonath V., Haag E., dan Krampel,R. 1987. Atletik. Terjemahan Soeparno.
Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.
Kirkendall, Don R., Gruber, Joseph J., Johnson Robert E. 1980.
Measurement and Evaluation For Physical Education. Dubuque,
Iowa: Wm C. Brown Company Publishers
Kreighbaum, Ellen dan Barthels, Katherine M. 1985. Biomechanics, A
Qualitative Approach For Studying Human Movement.
Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.
Masnun, Dadang. 1987. Kinesiologi. Jakarta: FPOK-IKIP Jakarta.
Mc Ardle, William D., Katch, Frank I., dan Katon, Victor I. (1986).
Exercise Physiology. Philadelphia: Lea & Fibiger.
Nossek, Josef. 1982. General Theory Of Training. Lagos: National
Institute for Sport.
Pasaribu dan Simanungkalit. 1982. Pendidikan Nasional, Tinjauan
Pedagogik Teoritis. Bandung: Tarsito.
158
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.7, No.3, September 2005: 143-159
159