You are on page 1of 19

KONSEP

GOLONGAN 1A ( ALKALI)
Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah Kimia Unsur

Kelompok 12
1. Ramadona Apriyanto (0810923071)
2. Riski Achmad Maulana (0810923075)
3. Rizka Novianti (0810923077)
4. Shabrina Adani Putri (0810923079)
5. Therra Raditya Grafis (0810923081)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
1. Pengertian Golongan IA ( Alkali )

Unsur alkali adalah unsur-unsur golongan 1A dalam tabel unsur, yaitu Li


(litium), Na
(natrium), K ( kalium), Rb (rubidium), Cs ( sesium), dan Fr ( fransium ). Fransium
merupakan zat radioaktif. Semuanya merupakan unsur logam yang lunak ( mudah
diiris dengan pisau ). Pada saat logam dibersihkan, terlihat warna logam putih
mengkilap ( seperti perak ) (Karelsta,2009).
Disebut logam alkali karena oksidanya mudah larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang bersifat basa (alkalis) (Karelsta,2009).
L2O(s) + H2O(l) 2LOH(aq)
LOH(aq) 2L+(aq) + 2 OH-
Semua logam alkali sangat reaktif sehingga di alam tidak pernah diperoleh
dalam
keadaan bebas. Di alam terdapat dalam bentuk senyawa, misalnya (Aditya
dkk,2009) :

1. Unsur-unsur Golongan 1A ( Alkali )


Lithium
Berat jenis lithium hanya sekitar seperdua dari berat jenis air sehingga
llithium mengapung pada permukaan air dan secara perlahan mengeluarkan gas
hidrogen. Logam ini berangsur-angsur bereaksi dan menghilang, membentuk
sebuah larutan tidak berwarna yaitu lithium hidroksida. Reaksi yang terjadi ini
melepaskan panas dengan lambat dan titik lebur lithium masih terlalu tinggi untuk
bisa melebur akibat panas tersebut (Saito,2008)
Natrium
Natrium juga mengapung pada permukaan, tapi panas yang dilepaskan
oleh reaksi cukup untuk meleburkan natrium (natrium memiliki titik lebur yang
lebih rendah dibanding lithium dan reaksi yang terjadi menghasilkan panas lebih
cepat) dan natrium melebur hampir sekaligus membentuk sebuah bulatan perak
kecil yang tersebar di atas permukaan. Ada bekas putih dari natrium hidroksida
yang terlihat dalam air di bawah bulatan-bulatan natrium, tapi bekas-bekas itu
segera terlarut menghasilkan larutan natrium hidroksida yang tidak berwarna.
Natrium bergerak-gerak pada permukaan karena ditekan dari segala arah oleh
hidrogen yang terlepas selama reaksi. Jika natrium terjebak pada pinggir wadah,
maka hidrogen bisa terbakar dan menghasilkan nyala orange. Warna ini
ditimbulkan oleh kontaminasi nyala biru hidrogen oleh senyawa-senyawa
natrium(Saito,2008).
Kalium
Yang terjadi pada kalium agak mirip dengan natrium hanya saja reaksi
berlangsung lebih cepat dan panas yang dilepaskan cukup untuk membakar
hidrogen. Kali ini nyala hidrogen yang normalnya biru dikontaminasi oleh
senyawa-senyawa kalium sehingga berubah menjadi pink kebiru-
biruan(Saito,2008).
Rubidium
Rubidium lebih padat dari air sehingga logam ini tenggelam. Logam ini
bereaksi hebat dan spontan, dan kembali terjadi penyemburan komponen larutan
dari dasar wadah. Reaksi menghasilkan larutan rubidium hidroksida dan
hydrogen(Saito,2008).
Cesium
Cesium meledak saat bersentuhan dengan air, bahkan bisa memecahkan
wadah. Pada reaksi ini terbentuk cesium hidroksida dan hydrogen(Saito,2008).
2. Sifat – Sifat Logam Alkali

1. Sifat Fisis
Sifat – sifat fisis logam alkali cenderung beraturan. Dari atas ke bawah,
jari – jari atom dan massa jenis bertambah, sedankan titik leleh dan titik didih
berkurang. Sementara itu, energi pengionan dan keelektronegatifan berkurang.
Potensial elektrode dari atas ke bawah cenderung bertambah, kecuali litium, yang
mempunya potensial elektroda paling besar(Karelsta,2009).
Bilangan oksidasi logam-logam alkali = +1 ditunjukan oleh konfigurasi
electron ns1 yang mudah melepaskan 1 elektron. Rendahnya energy ionisasi jika
disbanding dengan unsure-unsur logam golongan lain menunjukan bahwa logam
alkali lebih mudah melepaskan daripada unsure logam lainya. Oleh karena itu,
logam alkali lebih reaktif daripada logam yang lain. Mudahnya melepaskan
electron menunjukan mudahnya membentuk ion positif. Akibatnya, kebanyakan
senyawa logam alkali berikatan ion(Antoni,2010)
Keelektronegatifan dipengaruhi oleh jari-jari atom. Pada golongan IA dari
atas ke bawah keelektronegatifan unsur golongan IA semakin menurun seiring
dengan lemahnya tarikan inti terhadap elektron, hal ini dikarenakan jari-jari atom
semakin besar.
Titik lebur maupun titik didih semakin ke bawah Golongan, semakin
berkurang. Jika anda meleburkan logam manapun dari Golongan 1, ikatan
logamnya akan menjadi cukup lemah sehingga atom-atomnya bisa bergerak
bebas, dan kemudian ikatannya menjadi putus apabila logam dididihkan.
Logam-logam alakali mempunyai titik leleh yang rendah dan cukup lunak.
Hal ini disebabkan atom-atom logam alkali mempunyai satu electron valensi
sehingga gaya yang mengikat parikel-partikel terjejal relative lemah. Berbeda
dengan halogen dalam golongan (IA) dari atas ke bawah titik lelehnya makin
rendah. Ini menunjukan bahwa dari atas kebawah kerapatan delakolisasi electron
(ikatan logam) makin rendah sehingga atom-atomnya makin mudah dipisahkan.
Penurunan titik lebur dan titik didih berarti menunjukkan penurunan
kekuatan ikatan logam. Atom-atom dalam sebuah logam dipertahankan oleh gaya
tarik inti terhadap elektron-
elektron yang terdelokalisasi. Ketika atom menjadi lebih besar, inti semakin
menjauh dari
electron - elektron terdelokalisasi tersebut, sehingga gaya tarik berkurang. Ini
berarti bahwa atom - atom lebih mudah terpisah untuk membentuk wujud cair dan
pada akhirnya membentuk wujud gas.

1.      Kecenderungan jari-jari atom


Dari atas ke bawah (Li ke Fr) dalam 1 golongan nomor atom bertambah
besar sehingga jumlah kulit elektron semakin banyak akibatnya jari-jari atom
semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antara inti atom ke kulit terluar
yang terisi elektron semakin jauh sehingga tarik-menarik antara inti atom dengan
elektron terluar semakin lemah(Igo,2009)

2.      Kecenderungan energy ionisasi pertama


Dari atas ke bawah (Li ke Fr) dalam 1 golongan jarak antara inti dengan
elektron terluar semakin meningkat sehingga elektron-elektron tersebut semakin
mudah lepas, akibatnya energy ionisasi menjadi berkurang. Dimana dengan
semakin berkurangnya energy ionisasi maka kereaktifannya juga semakin tinggi
(Igo,2009).

3.      Kecenderungan keelektronegatifan


Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron
dari atom lain dan membentuk ikatan kimia. Dari atas ke bawah (Li ke Fr) dalam
1 golongan unsur-unsur menjadi semakin kurang elektronegatif. Pembentukan
ikatan ionic disebabkan oleh dua atom yang berikatan memiliki selisih
kelektronegatifan yang besar. Logam alkali memilki keelektronegatifan yang
sangat rendah sebab logam ini cenderung membentuk kation (melepaskan
elektron), sedangkan unsur halogen bersifat sangat elektronegatif, sehingga ikatan
yang terjadi antar unsur golongan alkali dan halogen berupa ikatan ionic
(Igo,2009).

Misal pada atom Na dan Cl. Logam Na cenderung melepaskan 1elektron


yang dimilikinya dan membentuk kation menjadi Na+, sedangkan Cl akan
cenderung menarik 1elektron untuk berikatan dengan atom lain dan menjadi Cl-.
Karena sifat keelektronegatifan yang berbeda jauh dan jumlah elektron yang
dilepas dan dibutuhkan sama, maka Na+ dan Cl- saling berikatan melalui ikatan
ionic.
4.      Kecenderungan titik lebur dan titik didih
Dari atas ke bawah (Li ke Fr) dalam 1 golongan titik lebur dan titik didih
cenderung semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan ikatan logam
menjadi semakin menurun, dimana atom-atom lebih mudah terpisah untuk
membentuk wujud cair dan pada akhirnya membentuk wujud gas. Dalam
golongan IA unsur sesium (Cs) dan fransium (Fr) berwujud cair (Igo,2009)

5.      Kecenderungan berat jenis


Dari atas ke bawah (Li ke Fr) dalam 1 golongan berat jenis atau kerapatan
cenderung semakin meningkat (kecuali untuk kalium yang mengalami flaktuasi).
Lithium, Natrium, dan Kalium semuanya terapung diatas air karena ketiga logam
alkali ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil daripada air (Igo,2009).

2. Sifat Kimia
Logam alkali merupakan logam yang paling reaktif. Semakin reaktif
logam, semakin mudah logam itu melepaskan elektron, sehingga energy ionisasi
alkali cenderung rendah. Logam alkali memiliki energi ionisasi yang semakin
rendah dari atas ke bawah. Sehingga kereaktifan logam alkali semakin meningkat
dari atas ke bawah. Hampir semua senyawa logam alkali
bersifat ionik dan mudah larut dalam air(Karelsta,2009).
Kecenderungan Kereaktifan
 Perubahan entalpi untuk reaksi
Perubahan entalpi keseluruhan
Tabel berikut memberikan perkiraan perubahan entalpi untuk masing-
masing unsur yang mengalami reaksi (Aifitri,2009):

Unsur perubahan entalpi (kJ / mol)

Li -222

Na -184

K -196

Rb -195

Cs -203
Terlihat bahwa tidak ada pola sama sekali pada nilai-nilai di atas.. Semua
nilai perubahan entalpi hampir sama, dan menariknya, lithium merupakan logam
yang melepaskan paling banyak panas selama reaksi(Aifitri,2009).

Unsur e. atomisasi EI pertama entalpi hid. total

Li +161 +519 -519 +161

Na +109 +494 -406 +197

K +90 +418 -322 +186

Rb +86 +402 -301 +187

Cs +79 +376 -276 +179


Jadi mengapa tidak ada pola pada nilai-nilai ini? Jika memperhatikan poin-
poin berikut, maka akan menemukan bahwa energi atomisasi, energi ionisasi
pertama, dan entalpi hidrasi semakin ke bawah golongan semakin
berkurang(Aifitri,2009):
 Energi atomisasi merupakan sebuah ukuran kekuatan ikatan logam pada
masing-masing unsur. Energi atomisasi ini berkurang apabila atom-atom
semakin besar dan ikatan logam semakin panjang. Dalam atom-atom yang
lebih besar, elektron-elektron terdelokalisasi lebih jauh jaraknya dari inti
sehingga kurang dipengaruhi oleh gaya tarik inti.
 Energi ionisasi pertama semakin berkurang karena elektron yang
dilepaskan menjadi semakin jauh dari inti. Proton ekstra dalam inti
disekat/terhalang oleh kulit-kulit elektron tambahan.
 Entalpi hidrogen merupakan sebuah ukuran gaya tarik antara ion-ion
logam dengan pasangan-pasangan bebas pada molekul-molekul air.
Apabila ion-ion menjadi lebih besar, maka molekul air menjadi semakin
jauh dari gaya tarik inti. Proton-proton ekstra dalam inti kembali
disekat/terhalang oleh kulit-kulit elektron tambahan.
Jadi yang terjadi adalah bahwa semua faktor-faktor di atas berkurang
dengan laju pengurangan yang berbeda. Inilah yang menyebabkan tidak adanya
pola pada nilai perubahan entalpi(Aifitri,2009)
 Energi aktivasi untuk reaksi
Tabel terakhir di atas dan hanya mencermati input energinya saja, yaitu
energi atomisasi dan energi ionisasi pertama – kedua energi ini perlu disuplai
masing-masing untuk menghasilkan atom-atom logam yang berwujud gas dan
untuk mengionkan logam. Dengan kata lain, kita menghilangkan entalpi hidrasi
dan hanya menjumlahkan kedua input energi yang ada(Aifitri,2009).
Setiap atom logam alkali memiliki satu elektron valensi pada subkulit s
terluarnya. Sewaktu bereaksi, atom logam alkali cenderung melepaskan elektron
valensi tersebut untuk memperoleh konfigurasi elektron gas mulia. Karena hanya
perlu melepaskan satu elektron saja, maka logam alkali termasuk logam yang
sangat reaktif. Dimana semakin ke bawah dalam golongan IA semakin tinggi
kereaktifannya(Aifitri,2009).
e. atomisasi EI pertama Total

Li +161 +519 +680

Na +109 +494 +603

K +90 +418 +508

Rb +86 +402 +488

Cs +79 +376 +455


Sekarang anda bisa melihat bahwa terjadi penurunan konstan semakin ke
bawah Golongan. Semakin ke bawah mulai dari lithium sampai cesium, lebih
sedikit energi yang diperlukan oleh reaksi untuk membentuk ion positif. Energi ini
akan direcovery kemudian (dengan banyak tambahan), tapi harus disuplai terlebih
dahulu. Ini akan terkait dengan energi aktivasi dari reaksi. Semakin rendah energi
aktivasi, semakin cepat reaksi yang terjadi(Aifitri,2009).
Jadi walaupun lithium melepaskan paling banyak panas selama reaksi,
namun pelepasan ini berlangsung relatif lambat – tidak dilepaskan sekaligus
dengan cepat. Disisi lain, cesium memiliki energi aktivitasi yang jauh lebih
rendah, sehingga walaupun tidak melepaskan banyak panas, namun pelepasan ini
berlangsung sangat cepat, itulah sebabnya terjadi ledakan saat berlangsung
reaksi(Aifitri,2009).
Reaksi-reaksi akan lebih mudah terjadi jika energi yang dibutuhkan untuk
membentuk ion-ion positif berkurang. Ini sebagian diakibatkan oleh berkurangnya
energi ionisasi semakin ke bawah Golongan, dan sebagiannya lagi karena
berkurangnya energi atomisasi yang mencerminkan ikatan logam yang semakin
lemah dari lithium ke cesium. Ini menyebabkan energi aktivasi yang lebih rendah,
sehingga reaksi-reaksi berlangsung lebih cepat(Aifitri,2009).
 Sifat metalik (sifat sebagai logam)
Secara kimia, sifat metalik suatu unsur berkaitan dengan kecenderungan
untuk kehilangan elektron. Sifat metalik dari unsur-unsur golongan 1A dari atas
ke bawah (Li ke Fr) cenderung semakin bertambah. Logam alkali sangat reaktif,
mudah bereaksi dengan oksigen, air, asam, halogen(Igo, 2009)
 Sifat atomik dan konfigurasi elaktronnya
            Setiap atom logam alkali memiliki 1 elektron valensi pada subkulit s
terluarnya. Untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil, atom logam alkali
hanya perlu melepas 1 elektron valensinya tersebut. Kemampuan atom logam
alkali untuk melepaskan elektronnya ditunjukan oleh energi ionisasi. Dengan nilai
energi ionisasi yang rendah untuk melepas 1 elektron valensinya, maka logam
alkali merupakan logam yang sangat reaktif( Igo,2009)

(Aditya dkk,2009)
(Aditya dkk,2009)
3. Reaksi Logam Alkali
 Dengan Oksigen
Menghasikan oksida (M2O), peroksida (M2O2), dan superperoksida (MO2)
(Aditya dkk,2009)
Li LiO2
Na Na2O dan Na2O2
K K2O2 dan KO2
Rb RbO2
Cs CsO2
 Dengan Halogen
2M + X2 2MX X = F, Cl, Br, I
(Aditya dkk,2009)
 Dengan Hidrogen
2M + H2 2MH MH= Hibrida
(Aditya dkk,2009)
 Dengan Air
Reaksi ini dahsyat, litium bereaksi lambat logam lainnya menyala
2M + 2H2O 2MOH + H2
(Aditya dkk,2009)
 Dengan Asam Encer
2M + 2H2O 2M+ + H2 (terjadi ledakan)
 Dengan Gas Amonia pada suhu 400ºC
2M + AlCl3 2MNH2 + H2
DAFTAR PUSTAKA

Aditya dkk, 2009, MAKALAH ALKALI,


http://www.scribd.com/doc/24219068/Makalah-Alkali, diakses tanggal
24 Februari 2011
Aifitri,.S,2009,F:\unsur\makalah-kimia-golongan-alkali.html

Antoni ,.G, 2010, http://www.scribd.com/doc/13743595/Golongan-Identifikasi-


unsur, diakses tanggal 24 Februari 2011
Batosai,I.J, 2011, GOLONGAN ALKALI DAN ALKALI TANAH,
http://van88.wordpress.com/golongan-alkali-alkali-tanah/, diakses
tanggal 24 Februari 2011
Igo, 2009, LOGAM ALKALI, http://alkaliigol1.blogspot.com/2009/11/sifat-
karakteristik-warna-nyala-logam.html, diakses tanggal 24 Februari 2011
Karelsta.A,Gin.G, 2009, MAKALAH GOLONGAN IA DAN IIA,
http://www.scribd.com/doc/4618468/ Makalah-Golongan-IA-Dan-
IIA/Pliteknik-Negeri-Bandung, diakses tanggal 24 Februari 2011
Saito, T., 2008, KIMIA LOGAM GOLONGAN UTAMA, http://old.inorg-
phys.chem.itb.ac.id/wp-content/uploads/2007/03/bab-5-kimia-logam-
golongan-utama.pdf, diakses tanggal : 24 Februari 2011
JAWABAN DAN PERTANYAAN
1. Ukuran atom golongan I A dari atas kebawah semakin besar sedangkan
titik lebur dan titik lelehnya semakin kecil, jelaskan!
Penurunan titik lebur dan titik didih berarti menunjukkan penurunan
kekuatan ikatan logam. Atom-atom dalam sebuah logam dipertahankan oleh
gaya tarik inti terhadap elektron-elektron yang terdelokalisasi. Jika
meleburkan logam manapun dari Golongan 1A, ikatan logamnya akan
menjadi cukup lemah sehingga atom-atomnya bisa bergerak bebas, dan
kemudian ikatannya menjadi putus apabila logam dididihkan. Ketika atom
menjadi lebih besar, inti semakin menjauh dari elektron-elektron
terdelokalisasi tersebut, sehingga gaya tarik berkurang. Hal Ini menunjukkan
bahwa atom-atom lebih mudah terpisah untuk membentuk wujud cair dan
pada akhirnya membentuk wujud gas.

2. Jelaskan mengapa garam logam alkali menimbulkan warna nyala saat


dibakar?
Jika suatu atom diberi energi, maka akan mengalami transisi elektron
(eksitasi) dan memancarkan energi radiasi elektromagnetik untuk kembali ke
tingkat dasar (keadaan stabil). Menurut Neils Bohr, besarnya energi yang
dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantitas) dalam bentuk
spektrum emisi. Sebagian anggota spektrum terletak pada daerah sinar tampak
sehingga memberikan warna-warna yang jelas yang khas untuk setiap atom.
Warna nyala yang timbul saat logam alkali dibakar disebabkan logam
alkali memiliki spektrum emisi. Spektrum tersebut dihasilkan bila larutan
garamnya dipanaskan dalam nyala bunsen, atau dengan mengalirkan muatan
listrik pada uapnya. Warna nyala yang dimiliki pada logam alkali saat dibakar:
Li : merah tua
Na : kuning
K : ungu
Rb : merah biru
Cs : biru
3. Mengapa golongan alkali cenderung membentuk ikatan ionic dengan
unsur halogen?
Pembentukan ikatan ionik disebabkan oleh dua atom yang berikatan
memiliki selisih kelektronegatifan yang besar. Logam alkali memilki
keelektronegatifan yang sangat rendah sebab logam ini cenderung membentuk
kation (melepaskan elektron), sedangkan unsur halogen bersifat sangat
elektronegatif, sehingga ikatan yang terjadi antar unsur golongan alkali dan
halogen berupa ikatan ionik.

Misal pada atom Na dan Cl. Logam Na cenderung melepaskan


1elektron yang dimilikinya dan membentuk kation menjadi Na+, sedangkan Cl
akan cenderung menarik 1elektron untuk berikatan dengan atom lain dan
menjadi Cl-. Karena sifat keelektronegatifan yang berbeda jauh dan jumlah
elektron yang dilepas dan dibutuhkan sama, maka Na+ dan Cl- saling berikatan
melalui ikatan ionik
4. Berikut data-data perubahan entalpi golongan alkali :

Unsur perubahan entalpi (kJ / mol)

Li -222

Na -184

K -196

Rb -195

Cs -203
Menurut data di atas, mengapa tidak ada pola pada nilai-nilai entalpi pada
golongan alkali? sedangkan energi atomisasi, energi ionisasi pertama, dan
entalpi hidrasi semakin ke bawah golongan semakin berkurang?

Unsur e. atomisasi EI pertama entalpi hid. total

Li +161 +519 -519 +161

Na +109 +494 -406 +197

K +90 +418 -322 +186

Rb +86 +402 -301 +187

Cs +79 +376 -276 +179

 Energi atomisasi merupakan sebuah ukuran kekuatan ikatan logam pada


masing-masing unsur. Energi atomisasi ini berkurang apabila atom-atom
semakin besar dan ikatan logam semakin panjang. Dalam atom-atom yang
lebih besar, elektron-elektron terdelokalisasi lebih jauh jaraknya dari inti
sehingga kurang dipengaruhi oleh gaya tarik inti.
 Energi ionisasi pertama semakin berkurang karena elektron yang
dilepaskan menjadi semakin jauh dari inti. Proton ekstra dalam inti
disekat/terhalang oleh kulit-kulit elektron tambahan.
 Entalpi hidrogen merupakan sebuah ukuran gaya tarik antara ion-ion
logam dengan pasangan-pasangan bebas pada molekul-molekul air.
Apabila ion-ion menjadi lebih besar, maka molekul air menjadi semakin
jauh dari gaya tarik inti. Proton-proton ekstra dalam inti kembali
disekat/terhalang oleh kulit-kulit elektron tambahan.
Jadi yang terjadi adalah bahwa semua faktor-faktor di atas berkurang
dengan laju pengurangan yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan tidak
adanya pola pada nilai perubahan entalpi

5. Mengapa semakin kebawah dalam golongan 1A, nilai densitas unsur


semakin naik, namun turun pada unsure kalium?
Perlu diketahui bahwa logam-logam pada golongan 1 ini adalah logam-
logam ringan bahkan tiga logam pertama dalam golongan alkali lebih kecil
berat jenisnya daripada air (kurang dari 1 g cm -3). Hal Ini menunjukkan
bahwa tiga logam pertama akan mengapung dalam air, sedangkan yang
lainnya akan tenggelam.
Berat jenis atau kepadatan semakin ke bawah golongan cenderung
semakin meningkat (kecuali untuk kalium yang mengalami fluktuasi). Berikut
adalah datanya:

Semua logam pada Golongan 1 memiliki tatanan atom yang sama


dalam molekulnya, sehingga yang harus dipertimbangkan adalah berapa
banyak atom yang bisa termuat dalam sebuah volume tertentu, dan berapa
massa masing-masing atom. Banyaknya atom yang bisa dimuat tentu saja
tergantung pada volumenya. Volume ini tergantung pada jari-jari atomnya.
Golongan alkali mempunyai kecenderungan semakin ke bawah jari-jari
atom semakin meningkat, sehingga volume atom juga meningkat. Hal Ini
menunjukkan bahwa jumlah atom natrium yang sama banyaknya dengan
jumlah atom lithium tidak bisa dimuat pada volume tertentu yang sama.
Akan tetapi, semakin ke bawah Golongan, massa atom semakin
meningkat.Hal ini menyebabkan bahwa dalam jumlah yang sama, atom
natrium memiliki massa yang lebih berat dibanding atom lithium.
Untuk 1 cm3 natrium akan mengandung lebih sedikit atom dibanding 1
cm3 lithium, meski setiap atom natrium memiliki massa yang lebih berat. Jadi
pada kalium mengalami penurunan densitas dikarenakan berat molekul K
hanya naik sedikit dari litium padahal range berat molekul pada golongan 1A
hampir sama kecuali dari litium ke kalium.

SISTEMATIKA KERJA KELOMPOK

Seluruh anggota mengerjakan bersama-sama


Hari ke 1 : bersama-sama mencari bahan materi yang di butuhkan melalui
internet dan buku
Hari ke 2 : menyusun makalah, setiap anggota menyusun bagian bagian
pada makalah tersebut
Hari ke 3 : mengedit dan mengefixkan makalah yang telah disusun
Hari ke 4 : setiap anggota membuat 2 pertannyaan, di sepakati bersama 5
pertanyaan mana yang akan dimasukkan makalah, dan dibahas
bersama jawaban dari pertanyaan tersebut.

You might also like