You are on page 1of 359

Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita Jilid 1


oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pengantar Dr. Yusuf Qardhawi


(Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3)

Bab. I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENULISAN BUKU


B. EMA PENULISAN
C. METODE PENULISAN BUKU
D. HASIL-HASIL KAJIAN
1. Karakteristik Wanita
2. Pakaian dan Perhiasan
3. Keterlibatan Wanita dalam Kehidupan Sosial
4. Keluarga
5. Bidang Seksual
E. APAKAH BUKU INI MENGAJAK PADA PETUNJUK?
F. ANTARA PERINGATAN ALLAH DAN RASUL-NYA DENGAN
PERINGATAN KAWAN-KAWAN
1. Aisyah Menolak Pandangan Umar dan Ibnu Umar
2. Aisyah dan Ummu Salamah Menolak Pandangan Abu Hurairah dan al-
Fadhal bin Abbas
3. Aisyah Menentang Pandangan Abdullah bin Amru
4. Aisyah Menentang Pandangan Ibnu Abbas
5. Ibnu Umar Menentang Pandangan Ibnu Abbas
6. Ibnu Abbas Menentang Pendapat Zaid bin Tsabit
7. Imran bin Hushain Menentang Pendapat Umar ibnul Khattab
8. Ali bin Abi Thalib Menentang Pendapat Utsman bin Affan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (1 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

9. Ibnu Abbas Menentang Pendapat Ibnuz Zubair


G. UCAPAN TERIMA KASIH
H. DOA DAN PERMOHONAN MAAF
I. HIMBAUAN KEPADA PEMBACA

Bab. II. KARAKTERISTIK WANITA DALAM AL-QUR'AN

Pasal 1. Sebagian Karakteristik Wanita

A. PENDAHULUAN
B. LAKI-LAKI DAN WANITA DARI ASAL YANG SAMA
C. TANGGUNG JAWAB KEMANUSIAAN SEORANG WANITA
D. PEMBEBASAN WANITA DARI KEZALIMAN JAHILIAH
E. PEMBEBASAN WANITA DARI PENGHARAMAN HAL YANG
BAIK
F. WANITA DIJADIKAN HARTA WARIS DAN BENDA, SERTA
PENYEMPITAN KEBEBASAN DALAM PERKAWINAN
G. BURUKNYA HUBUNGAN KEKELUARGAAN AKIBAT
PERKAWINAN
H. PENEGASAN TENTANG KARAKTERISTIK WANITA
I. KEMANDIRIAN DAN KEMERDEKAAN WANITA UNTUK
MEMILIH ANTARA IMAN DAN KUFUR
J. KEDUDUKAN WANITA DALAM KELUARGA
1. Wanita adalah Ketenteraman bagi Laki-laki
2. Kepemimpinan di Tangan Laki-laki
3. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban Istri
4. Berdandan dan Melemah ketika Perdebatan adalah Bagian
dari Ciri Wanita
5. Pengaturan Poligami
6. Pengaturan Talak
7. Hak Wanita yang Ditalak dan Janda
a. Hak Kembali kepada Suami Sesudah Ditalak
b. Hak Menyusui Anak dari Suami yang Menalaknya
c. Hak Menentukan Penyapihan Anaknya dengan
Bermusyawarah Bersama Suami yang Menalaknya
d. Hak Berdandan dan Menerima Peminang setelah
Berakhir Masa 'Iddahnya
e. Persamaan Suami dengan Istri dalam Hal Bebas dari
Tuduhan dan Kekuatan Sumpah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (2 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

K. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MASALAH WARISAN


1. Penetapan Prinsip Keikutsertaan
2. Bagian Anak Laki laki dan Perempuan
3. Bagian Bapak dan Ibu
4. Bagian Suami dan Istri
5. Bagian Saudara Laki-laki dan Saudara Perempuan
L. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEWAJIBAN
BERHIJRAH DARI NEGERI KUFUR (JIKA DIA BUKAN DARI
KALANGAN TERTINDAS)
M. KEIKUTSERTAAN WANITA BERHIJRAH KE MADINAH
N. KEIKUTSERTAAN WANITA MEMBA'IAT RASULULLAH SAW.
O. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM TOLONG-MENOLONG
DAN AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR
P. BERSAMA KAUM LAKI-LAKI MENGHADAPI KESULITAN
DAN BENCANA
Q. MENYERTAI SUAMI DALAM BERMUBAHALAH
R. TANGGUNG JAWAB WANITA MENYANGKUT MASALAH
PIDANA
S. WANITA BERHAK MENJADI SAKSI DAN KESAKSIANNYA
SETENGAH DARI KESAKSIAN LAKI-LAKI
T. MENJAGA CITRA DAN MARTABAT (NAMA BAIK) WANITA
U. DAHSYATNYA FITNAH YANG TERJADI ANTARA LAKI-
LAKI DAN WANITA
V. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
DAN BERTEMU DENGAN KAUM LAKI-LAKI
1. Pada Zaman Ibrahim a.s.
2. Pada Zaman Musa a.s.
3. Pada Zaman Sulaiman a.s.
4. Pada Zaman Muhammad saw.
W. ETIKA BERTEMU DENGAN KAUM LAKI LAKI
1. Menahan Pandangan
2. Menutup Seluruh Tubuh Selain Wajah dan Kedua Telapak
Tangan
3. Tenang dan Terhormat dalam Gerak-Gerik
4. Serius dan Sopan dalam Berbicara

Pasal 2. Sikap-sikap yang Baik dalam Al-Qur'an

A. IBU MUSA DAN KEPATUHANNYA TERHADAP PERINTAH

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (3 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

ALLAH
B. SAUDARA PEREMPUAN MUSA A.S. DAN KEHEBATAN
SIASATNYA
C. GADIS KOTA MADYAN DAN KEKUATAN FIRASATNYA
D. ISTRI FIR'AUN ADALAH PERUMPAMAAN DALAM
KEIMANAN
E. ISTRI IMRAN MENAZARKAN BAYI YANG ADA DALAM
RAHIMNYA UNTUK KEPENTINGAN AGAMA ALLAH
F. KHAULAH BINTI TSA'LABAH MENGAJUKAN GUGATAN
KEPADA RASULULLAH SAW.
G. KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH WANITA
1. Balqis Ratu Saba'
a. Memimpin Kerajaan yang Luas dan Kaya
b. Suka Bermusyawarah dengan Para Petinggi Negara
c. Memahami Risiko yang Terjadi dan Kebijaksanaan
Politiknya
d. Cepat Tanggap Terhadap Kebenaran
2. Maryam Putri Imran
a. Dinazarkan kepada Allah ketika Masih dalam Perut
Ibunya
b. Allah Menerimanya dengan Baik
c. Maryam Mengandung Nabi Isa Tanpa Bapak Sebagai
Tanda (Kebesaran Allah) Bagi Manusia
d. Tuduhan Bohong Kaum Yahudi terhadap Maryam
yang Suci
e. Allah SWT Memilih Maryam atas Segala Wanita di
Dunia
f. Allah SWT Menjadikan Maryam sebagai Teladan
(dalam perjalanan hidup dan kemuliaan sifat-sifatnya)

Bab. III. KARAKTERISTIK WANITA DALAM KITAB SHAHIH


BUKHARI DAN MUSLIM

Pasal 1. Beberapa Karakteristik Wanita Muslimah

A. KEMANDIRIAN KARAKTER WANITA


1. Bersama Laki-laki Wanita Menerima Seruan Allah Sejak Hari
Pertama
2. Wanita yang Lebih Dahulu Beriman daripada Suaminya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (4 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

3. Wanita yang Mengajak Kaumnya Beriman


B. HAK WANITA MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN
PENGAJARAN (SAMPAI KE TINGKAT YANG BISA
MEMBANTUNYA MENUNAIKAN TANGGUNG JAWAB)
C. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MERIWAYATKAN
SUNNAH DAN MENGAJARKANNYA
D. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEGIATAN IBADAH
YANG DILAKUKAN SECARA BERJAMAAH
1. Shalat Fardu
2. Shalat Gerhana
3. Shalat Jenazah
4. I'tikaf
5. Haji
E. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM PERAYAAN UMUM
1. Pesta Perkawinan
2. Pesta Hari Raya
3. Pesta Penyambutan
F. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MELAYANI
MASYARAKAT (DENGAN MENGIKUTI BERBAGAI MACAM
KEGIATAN SOSIAL)
1. Bekerjasama dalam Perayaan
2. Menyediakan Tempat dan Makanan bagi Para Tamu
3. Berkiprah dalam Pelayanan Masyarakat
G. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MENJAGA
MASYARAKAT DAN MELURUSKAN JALANNYA (DENGAN
MENGIKUTI KEGIATAN POLITIK)
1. Meninggalkan Kampung Halaman untuk Menjauhkan Diri
dari Masyarakat Kafir
2. Usaha Memilih Pengganti Penguasa (untuk menjaga
keamanan negara pada saat negara mengalami krisis)
3. Menentang Penguasa yang Zalim
H. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM ANGKATAN
BERSENJATA (DENGAN MENGlKUTI KEGIATAN YANG
SESUAI DENGAN KODRATNYA)
1. Bekerja dalam Bidang Konsumsi, Kesehatan, dan Transportasi
2. Bekerja di Bagian Belakang Garis Pertempuran dalam Bidang
Konsumsi dan Perawatan
I. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEGIATAN PROFESI
(YANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN TANGGUNG
JAWAB KELUARGA)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (5 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

1. Bekerja dalam Bidang Pertanian


2. Bekerja dalam Bidang Peternakan
3. Bekerja dalam Bidang Perawatan
J. KEDUDUKAN WANITA DI TENGAH KELUARGA (ISTRI
SALEHAH ADALAH PERHIASAN DUNIA YANG TERBAIK)
K. HAK WANITA UNTUK MEMILIH PASANGAN
L. TANGGUNG JAWAB SUAMI DAN ISTRI DALAM KELUARGA
1. Tanggung Jawab Laki-laki
2. Tanggung Jawab Wanita
M. KERJASAMA SUAMI DENGAN ISTRI (AGAR TANGGUNG
JAWAB TERTUNAIKAN)
1. Kerjasama dalam Memimpin (melalui introspeksi dan
musyawarah)
2. Kerjasama dalam Memberi Nafkah
3. Kerjasama dalam Mengasuh dan Mendidik Anak anak
4. Kerjasama dalam Menangani Urusan Rumah Tangga
5. Hak Wanita Meminta Cerai kepada Suami
N. KEMULIAAN ALLAH UNTUK WANITA
1. Kemuliaan Allah untuk Wanita Sebagai Istri
a. Khadijah binti Khuwailid
b. Aisyah binti Abu Bakar
2. Kemuliaan Allah kepada Fathimah binti Rasulullah saw.
sebagai Anak Perempuan
O. KEMULIAAN YANG DIBERIKAN RASULULLAH SAW.
KEPADA WANITA
1. Ibunda Nabi saw.
2. Istri Nabi saw.
3. Putri Nabi saw.
4. Cucu Wanita Nabi saw.
5. Ibu Pengasuh Nabi saw.
6. Kaum Wanita Secara Umum
P. ISLAM MENGANJURKAN PENJAGAAN TERHADAP WANITA
SEBAIK MUNGKIN
1. Menjaga Ibu
2. Menjaga Saudara Wanita
3. Menjaga Istri
4. Menjaga Anak Perempuan
5. Menjaga Budak Perempuan
Q. MENYEBUTKAN NAMA WANITA

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (6 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

R. MENYEBUTKAN RUPA ATAU BENTUK WANITA


S. MENYEBUTKAN BERBAGAI KISAH NYATA WANITA

Pasal 2. Beberapa Sikap Mulia Wanita

A. BERKORBAN DI JALAN ALLAH


B. SANGAT MENDAMBAKAN KESEMPURNAAN
C. SENANG BERIBADAH
D. BERSEDEKAH DAN BERINFAK
E. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA (SELAGI MEREKA
HIDUP DAN SETELAH MEREKA WAFAT)
F. PENUH TAWAKAL KEPADA ALLAH
G. SABAR DALAM MENGHADAPI COBAAN
H. KONSISTEN MENJAGA KEHORMATAN DIRI
I. CEPAT MENGAKUI DOSA ATAU KESALAHAN
J. MINTA DIRAJAM DEMI MENYUCIKAN DIRI

Pasal 3. Kekuatan Pribadi Muslimah serta Kesadarannya akan Hak


dan Kewajiban

A. KAUM WANITA MENUNTUT KESEMPATAN BELAJAR


B. ASMA BINTI SYAKL MENGESAMPINGKAN RASA MALU
C. SUBAI'AH BINTI AL HARITS BERUSAHA MENEMUKAN
KEYAKINAN
D. SEORANG WANITA KHATS'AM MEMIKIRKAN HUKUM
MENGHAJIKAN BAPAKNYA
E. SEORANG WANITA MEMPERTAHANKAN HAK PEMILIHAN
SUAMI
1. Khansa binti Khidam Mengadu karena Dikawinkan Padahal
Dia Tidak Suka
2. Barirah Mempertahankan Haknya Meskipun Ada Syafaat
Nabi saw.
3. Seorang Wanita Memilih Laki-laki yang Paling Mulia dan
Menawarkan Diri kepadanya
F. SEORANG WANITA MEMPERTAHANKAN HAK BERPISAH
DENGAN SUAMINYA
1. Istri Tsabit bin Qais Mempertahankan Hak Perceraian
2. Atikah binti Zaid Mempertahankan Hak Menghadiri Shalat
Jamaah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (7 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

G. SEORANG WANITA BERKARYA UNTUK MENDAPATKAN


UANG
1. Zainab binti Jahsy Berkarya dengan Keterampilan Tangannya
Sendiri dan Bersedekah
2. Zainab Istri Ibnu Mas'ud Berusaha Sendiri serta Menafkahi
Suami dan Anak Yatim
H. KAUM WANITA MENGHADIRI PERTEMUAN UMUM DI
MASJID
1. Ummu Kaltsum binti Abu Mu'ith Berhijrah untuk
Menyelamatkan Agama
2. Ummu Haram Memohon Mati Syahid Bersama Pasukan
Marinir
3. Ummu Hani Melindungi Prajurit dan Mengadukan
Pencegahan oleh Saudara Laki-lakinya
4. Hindun binti Utbah Mengucapkan Selamat kepada Rasulullah
saw. Setelah Dia Masuk Islam
5. Ummu Aiman Gelisah dan Sedih karena Putusnya Wahyu
dengan Wafatnya Nabi saw.
6. Zainab binti al-Muhajir Berdialog dengan Abu Bakar
7. Hafshah binti Umar Menyadarkan Abdullah bin Umar
8. Ummu Ya'qub Berdialog dengan Abdullah bin Mas'ud
9. Ummu Darda Menentang Beberapa Perilaku Khalifah Abdul
Malik bin Marwan

Pasal 4. Pasal Keempat. Kepribadian Wanita

A. SARAH ISTRI IBRAHIM A.S.


1. Kecantikan yang Luar Biasa
2. Tenang Menghadapi Cobaan
3. Penuh Tawakal kepada Allah
4. Pintar dan Memahami Risiko yang Dihadapi
5. Allah Memuliakan Sarah
6. Ikut Menerima Tamu dan Berita Gembira dari Para Malaikat
B. HAJAR IBU ISMAIL A.S.
1. Penuh Tawakal Kepada Allah
2. Tetap Tenang Meskipun Berada di Daerah Terpencil
3. Allah Memuliakan Hajar
4. Menggeluti Kehidupan dan Arif dalam Berbuat
C. KHADIJAH BINTI KHUWALID ISTRI RASULULLAH SAW.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (8 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

1. Bergaul Baik dengan Suami


2. Sangat Cerdas dan Tawakal
3. Penuh Kasih Sayang dan Perhatian terhadap Suami
4. Melahirkan Keturunan yang Saleh
5. Rasulullah saw. sangat Mencintai Khadijah r.a.
6. Rasulullah saw. Memuliakan Khadijah r.a.
7. Rasulullah saw. Senantiasa Mengingat Khadijah r.a.
8. Allah Memuliakan Khadijah r.a.
D. FATHIMAH AZ-ZAHRA PUTRI RASULULLAH SAW.
1. Penuh Perhatian terhadap Ayah
2. Menikah dengan Ali bin Abu Thalib
3. Sabar dan Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga
4. Kemarahan Rasulullah saw. dalam Membela Fathimah
5. Rasulullah saw. Memuliakan Fathimah, Suami, dan Kedua
Putranya
6. Mirip Fathimah dan Putranya
7. Allah Memuliakan Fathimah
E. AISYAH UMMUL MUKMININ
1. Lingkungan Khusus Tempat Aisyah r.a. Dibesarkan
2. Allah Memilih Aisyah r.a. sebagai Istri Rasulullah saw.
3. Resepsi Perkawinan Aisyah r.a.
4. Kedudukan Aisyah r.a. dalam Bidang Keilmuan
a. Antusias Menuntut Ilmu
b. Bukti atau Dalil tentang Ilmu Aisyah r.a.
c. Majelis Taklim di Rumah Aisyah r.a.
d. Tanggapan Aisyah r.a. terhadap Para Sahabat
5. Sikap Rendah Hati dan Tanggung Jawab Ilmiah Aisyah r.a.
6. Minat Aisyah untuk Mencapai Ketinggian Derajat
a. Sebelum Ayat Hijab Diturunkan
b. Setelah Ayat Hijab Diturunkan
7. Penuturan Aisyah r.a. tentang Kelebihan Keluarga Rasulullah
saw.
8. Sifat Zuhud dan Pemurah Aisyah r.a.
9. Sifat Wara Aisyah r.a.
10. Keberanian Aisyah
11. Benar dalam Meriwayatkan Hadits
12. Ujian Berat dan Kasus Berita Bohong
13. Kemuliaan dari Allah untuk Aisyah r.a.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (9 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

14. Kemuliaan dari Rasulullah saw. untuk Aisyah r.a.


15. Kemuliaan dari Para Sahabat untuk Aisyah r.a.
F. UMMU SALAMAH UMMUL MUKMININ
1. Ummu Salamah Hijrah ke Habasyah
2. Rasulullah saw. Memuliakan Suami Ummu Salamah (Abu
Salamah)
3. Bersabar Demi Mematuhi Perintah Rasulullah saw.
4. Kesetiaan Ummu Salamah kepada Suaminya (Abu Salamah)
5. Perkawinan Ummu Salamah dengan Rasulullah saw.
6. Kepedulian Ummu Salamah terhadap Masalah Umum dan
Keseriusannya dalam Mendengarkan Pidato Pemimpin Islam
7. Keberanian Ummu Salamah
8. Ummu Salamah Penuh Perhatian terhadap Anak-anaknya
9. Ummu Salamah Memiliki Akal Cerdas dan Saran yang
Bermanfaat
10. Ummu Salamah Meriwayatkan Hadits
G. ZAINAB BINTI JAHSYI UMMUL MUKMININ
1. Perkawinan Zainab dengan Rasulullah saw. Berdasarkan
Perintah Allah SWT
2. Sangat Rajin Mengerjakan Shalat Istikharah
3. Keistimewaan Walimah Perkawinan Zainab
4. Ayat Hijab Turun pada Pagi Hari Walimah Perkawinan Zainab
5. Kedudukan Zainab di Sisi Rasulullah saw.
6. Memiliki Banyak Keutamaan
7. Kebanggaan Diri Zainab atas Istri istri Nabi saw.
8. Paling Cepat Menyusul Nabi saw.
H. UMMU SULAIM AL-GHUMAISHA BINTI MILHAN
1. Perkawinan Ummu Sulaim Sangat Istimewa
2. Keutamaan Suami Ummu Sulaim
3. Penuh Perhatian dan Kesabaran terhadap Suami
4. Perhatian Rasulullah saw. terhadap Ummu Sulaim
5. Perhatian Ummu Sulaim dan Keluarganya terhadap Rasulullah
saw.
6. Cerdas dan Penuh Tawakkal kepada Allah
7. Ikut Berbai'at dan Menepati Janji
8. Memiliki Sifat Malu yang Positif
9. Ikut Serta dalam Berjihad
I. ASMA BINTI ABU BAKAR PEMlLIK DUA IKAT PINGGANG
1. Sejak Kecil Peduli terhadap Masalah Umum

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (10 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

2.
Berkembang dengan Baik
Perkawinan Asma dengan Pendukung Setia Rasulullah saw.
3.
Hijrah dan Melahirkan Anak Pertama bagi Kaum Muhajirin
4.
Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga
5.
6.
Bergaul Harmonis dengan Suami
Sifat Wara' dan Keinginannya untuk Melaksanakan Syari'at
7.
Allah
8. Pengorbanan Asma pada Jalan Allah
9. Rajin Beribadah dan Menuntut Ilmu
10. Ilmu dan Kealiman Asma
11. Keberanian dan Ketegasan Asma dalam Memberikan
Penjelasan
J. ASMA BINTI UMAIS ISTRI TIGA SAHABAT YANG DIJAMIN
MASUK SURGA
1. Masuk Islam Sejak Dini dan Hijrah ke Habasyah
2. Keberanian Moralitas
3. Melaksanakan Haji ketika Hamil Tua
4. Penuh Perhatian terhadap Anak dan Suami
5. Kesaksian Rasulullah saw. terhadap Asma
K. UMMU ATHIYYAH AL-ANSHARIYYAH
1. Ikut Berbai'at
2. Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga Rasulullah saw.
3. Ikut Berjihad
4. Memahami Sunnah
5. Dalam Kesedihan Tetap Mematuhi Syariat
6. Memuliakan Rasulullah saw. dengan Kalimat Khusus
L. FATHIMAH BINTI QAIS
1. Menikah Atas Saran Rasulullah saw.
2. Memahami Al-Qur'an dan Sunnah serta Memprotes Pendapat
Beberapa Tokoh
3. Pemurah kepada Tamu
4. Peduli terhadap Urusan Umat Islam

Pasal 5. Salah Paham atas Hadits-hadits Sahih tentang Karakter Wanita

A. HADITS PERTAMA
B. HADITS KEDUA
1. Pengertian Umum
2. Pengertian Khusus

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (11 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

C. HADITS KETIGA
1. Pengertian Khusus Hadits
D. HADITS KEEMPAT

Pasal 6. Beberapa Komentar tentang Kepribadian Wanita Muslimah

A. KEBEBASAN KEPRIBADIAN WANITA


B. URGENSI MEMELIHARA KEKHUSUSAN KEPRIBADIAN
WANITA
C. FAKTOR PENUNJANG PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
WANITA
1. Pelurusan atas Persepsi tentang Kepribadian Wanita
Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah
2. Melaksanakan Kewajiban Agama
3. Menggunakan Hak yang Ditetapkan Syariat
D. ETIKA PERGAULAN LAKI-LAKI DENGAN WANITA MUSLIM
1. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Istri
2. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Anak Perempuan
3. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Wanita Muslimah
4. Teladan Nabi saw. dalam memperlakukan Wanita Nonmuslim
5. Wanita dan Pencapaian Kesempurnaan

(sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/index.html (12 of 12)12/12/2005 7:51:31


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Tentang Pengarang
Penulis buku ini, Profesor Abdul Halim Muhammad Abu Syuqqah, adalah seorang tokoh
yang belum begitu dikenal di kalangan cendekiawan. Sebab, beliau belum banyak
membuat tulisan yang membuat beliau dikenal orang atau dengan kata lain, belum banyak
menurunkan tulisan yang dapat mempublikasikan siapa dirinya kepada orang lain. Tulisan
beliau masih terbatas dalam bentuk artikel-artikel yang dimuat dalam beberapa majalah
Islam. Padahal sebenarnya beliau banyak menulis dan merekam buah pikirannya dalam
berbagai bidang. Tulisan-tulisan beliau mengandung ide-ide yang cemerlang dan teori-teori
reformasi yang unggul. Hanya saja, ide-ide beliau sering seperti mutiara yang masih
berserakan di sana sini dan belum ditata dalam satu ikatan. Beliau masih terus mengulur-
ulur waktu sehingga menemukan tali pengikat yang diidam-idamkan.

Di samping itu sikap hati-hati dalam menyusun buku ini --sikap pelan dan hati-hati
disenangi oleh Allah dan Rasul-Nya menurut nash yang sahih-- membuat beliau membaca
berulangkali pemikiran yang telah dituangkan ke dalam bentuk tulisan, dan
mendiskusikannya dengan teman-teman dekat beliau, sehingga beliau betul-betul yakin
akan kebenaran yang ditulis. Mungkin juga beliau melakukan ralat dan perbaikan sehingga
beliau betul-betul merasa mantap dan puas dengan tulisannya.

Meskipun Prof. Abdul Halim yang juga dijuluki Abu Abdurrahman ini tidak begitu dikenal
di kalangan luas, kalangan yang mengenalnya merasa kagum dan mengakui
kemampuannya dalam berpikir secara tenang dan mendalam; pandangannya yang kritis,
reformis, dan berani mengemukakan apa yang diyakininya benar; sampai pada kejujuran
dan sikap istiqamahnya sehingga lahir dan batinnya tetap seirama.

Saya tegaskan di sini bahwa saya sudah mengenalnya secara baik sejak seperempat abad
silam, ketika kami sama-sama bekerja di kementerian pendidikan di Qatar. Sejauh yang
saya tahu, beliau selalu berbicara jujur, benar, bersih, sopan, halus, jenius, dan kritis. Di
dalam pergaulan hidup, saya mengenalnya sebagai seorang muslim yang sangat konsisten

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Syuqqah.html (1 of 4)12/12/2005 7:51:33


Kebebasan Wanita

pada ajaran Islam serta senantiasa mempelajari hukum dan ajaran agama untuk diterapkan
pada diri dan keluarganya. Beliau tidak belajar untuk pandai beretorika atau membangga-
banggakan kehebatan dan kepintaran yang dimiliki, tetapi untuk dijadikan petunjuk dalam
kehidupannya.

Kekonsistenan beliau tidak didasarkan pada Islam mazhab tertentu dari mazhab-mazhab
yang lazim diikuti atau Islam suatu periode dari periode-periode sejarah terdahulu, dan
bukan pula Islam suatu negara dari negara-negara Islam yang dikenal. Akan tetapi, Islam
beliau adalah Islam Al Qur'an dan Sunnah semata. Karena itulah dia sangat hati-hati dalam
membuat tulisan agar jangan berdasarkan pada pendapat ulama ini atau ulama itu. Sebab
ulama mana pun di dunia ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya, bagaimana pun
kehebatan ilmu pengetahuan dan fatwanya.

Saya mengenalnya sebagai seorang pendidik yang didukung bakat, studi, dan pengalaman.
Beliau pernah menjadi guru sekolah lanjutan atas dan direktur sebuah SLTA di Doha.
Karena itu, tidak mengherankan jika pada diri beliau sering terlihat semangat seorang
pendidik yang senantiasa berupaya memberi dan mengajar dengan berbagai cara dan
metode yang sangat menarik.

Saya juga mengenalnya sebagai seorang pemburu kebenaran yang ikhlas dalam
mencarinya, tidak pernah merasa jemu dan bosan untuk mengetahui rahasianya, serta teliti
dalam membaca dan mengkaji. Sifat tekun dan teliti serta berpikir dan mengamati
merupakan beberapa keistimewaan yang cukup menonjol dan ciri yang sangat kentara
dalam seluruh kehidupannya. Beliau tidak suka terburu-buru membuat keputusan dan
kesimpulan, serta tidak suka meniru-niru. Keputusan dibuat melalui kajian yang teliti dan
pemikiran yang mendalam. Setelah itu baru beliau menyusun catatan tentang pokok-pokok
pikiran yang masih berserakan untuk dihimpun dan disusun secara rapi.

Beliau juga seorang yang sederhana dan rendah hati. Apabila diberi nasihat, beliau tidak
cukup sekadar menerima. Lebih dari itu, beliau meminta nasihat lebih banyak dan lebih
banyak lagi dari orang yang beliau percayai ilmu dan pendapatnya, sehingga beliau yakin
betul dengan hasil yang disimpulkan. Beliau senantiasa lapang dada dalam menerima
pendapat lain, tidak acuh bila menemukan suatu kebenaran. Beliau menampakkan wajah
yang ceria, siap beradu pendapat, menghapuskan atau menambahkan, mendiskusikan dan
memperbaiki, hingga beliau sampai kepada suatu kesimpulan yang betul-betul mantap.

Beliau selalu mendambakan perbaikan, tidak berhenti kalau sudah mengenal jenis
penyakit, tetapi senantiasa berusaha menentukan obat dan menjelaskan cara perawatannya.

Beliau selalu mendukung semangat kemudahan dan keluwesan dalam menyampaikan


dakwah Islam, khususnya mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan keluarga dan
masyarakat. Beliau pun tidak mengada-ada mencari kemudahan dalam syariat Allah.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Syuqqah.html (2 of 4)12/12/2005 7:51:33


Kebebasan Wanita

Beliau hanya mengikuti saja kemana arah syariat itu berjalan. Hal itu tidaklah aneh sebab
memberikan kemudahan merupakan roh dan darah daging syariat Islam.

Beliau tumbuh dan berkembang dalam gerakan Ikhwanul Muslimin sejak usia remaja serta
dekat dengan pendiri dan pembina pertamanya, Imam Hasan al-Banna. Beliau menyatu
dengan aturan khusus Ikhwanul Muslimin yang pada saat itu menghimpun pemuda-
pemuda pilihan serta pernah masuk penjara karena terlibat di dalam salah satu kasus
Ikhwanul Muslimin. Melalui hubungan tersebut beliau berhasil memetik berbagai
pengalaman. Dakwah sangat berpengaruh terhadap pola berpikir, kecenderungan, dan
tindak tanduknya. Setelah matang dan mapan, beliau membuat catatan-catatan yang jeli
dan kritis terhadap apa yang telah beliau alami, tidak takut atau bakhil menyebutkan dan
menjelaskannya, apalagi mengenai aturan khusus Ikhwanul Muslimin serta
perkembangannya.

Sejak edisi pertama majalah Al-Muslim al-Mu'ashir --dalam kelahiran majalah ini, peran
dan jasa beliau sangat besar, bahkan beliaulah yang memiliki ide dan menghimbau untuk
menerbitkannya-- telah kita lihat pembicaraan beliau yang sangat menarik dan berani
mengenai krisis pemikiran muslim modern. Melalui hal itu terungkaplah kemampuan
beliau dalam menyelami, menganalisis, dan mengkritik, sekaligus juga tentang kedalaman
pemahaman beliau terhadap agama dan kehidupan serta keberanian dalam menentang apa
yang beliau yakini salah, meskipun akhirnya beliau dikenal orang sebagai seorang tokoh
yang kontroversial.

Pada edisi berikutnya beliau menurunkan tulisan mengenai krisis akhlak muslim modern .
Kedua tulisan tersebut membuktikan bahwa beliau adalah seorang yang memiliki kejelian
berpikir, kecermelangan pemikiran, dan jiwa yang kritis. Beliau hidup pada zamannya
sekaligus mengenal seluk beluknya dan menghadapinya dengan hati seorang mukmin,
pemikiran seorang peneliti, dan kemauan seorang reformis, jauh dari asal bunyi dan taklid
buta.

(sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Syuqqah.html (3 of 4)12/12/2005 7:51:33


Kebebasan Wanita

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Syuqqah.html (4 of 4)12/12/2005 7:51:33


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pengantar Dr. Yusuf Qardhawi (1/3)


Dilihat dari hitungan banyaknya, jumlah wanita mencapai separuh dari jumlah masyarakat
dunia. Namun, dilihat dari pengaruhnya terhadap suami, anak-anak, dan lingkungan jumlah
tersebut lebih dari separuh jumlah masyarakat dunia. Seorang pujangga berkata:

Seorang ibu ibarat sekolah ...


apabila kamu siapkan dengan baik...
berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya

Begitu juga, orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan
pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan: "Di balik keberhasilan
setiap pembesar ada wanita!"

Di sisi lain, banyak kita lihat para filosof yang menganggap wanita sebagai sumber atau
biang terjadinya berbagai bentuk bencana dan tindak kriminalitas di dunia. Bahkan, jika
terjadi musibah atau tindak kriminal, ada yang mengatakan: "Coba periksa kaum
wanitanya!"

Manusia, baik dahulu maupun sekarang, terbagi menjadi dua kelompok. Pertama,
kelompok yang pro dan berbaik sangka terhadap wanita. Kedua, kelompok yang menjadi
musuh wanita. Karena itu, seorang pujangga pernah berkata:

Kaum wanita itu bagaikan minyak kesturi...


yang diciptakan untuk kita ...
setiap kita tentu senang mencium aromanya
Tetapi ada pula pujangga yang berkata:
Kaum wanita itu bagaikan setan ...
yang diciptakan untuk kita...
kita berlindung kepada Allah dari kejahatan setan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (1 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

Kita menemukan sebagian filosof mendukung keberadaan wanita, menyanjung, serta


menyebut-nyebut kelebihan dan keutamaannya dalam keluarga atau masyarakat. Namun,
ada juga mereka yang melihat kaum wanita lewat kacamata hitam pekat sehingga wanita
dilihat bagaikan kuman penyakit dan kejahatan di dunia. Bahkan orang-orang yang
pesimistis menganggap bahwa ilmu yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang sesat
dan meluruskan orang yang bengkok dianggap tidak berguna bagi kaum wanita. Ada di
antara mereka yang berpendapat bahwa wanita hanya cukup belajar menulis. Menurut
mereka, bagaimana pun ular dapat menularkan racun. Lebih dari itu, mereka memikulkan
ke atas pundak wanita beban penderitaan yang telah dan akan dialami umat manusia sejak
Adam diciptakan sampai kiamat nanti. Menurut keyakinan mereka wanitalah yang telah
merayu Adam agar memakan buah (pohon yang ada di surga) dan melanggar apa yang
ditetapkan Allah, sehingga Adam beserta anak cucunya dikeluarkan dari surga dan
diturunkan ke bumi hingga mereka merasakan pahit getirnya kehidupan.

Di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama --kitab suci penganut Kristen dan Yahudi-- mereka
membenarkan dalil-dalil tuduhan tersebut yang dibebankan ke atas pundak kaum wanita.
Namun, apabila penelusuran kita sudah sampai pada Islam, kita akan menemukan bahwa
Islam mengangkat harkat dan martabat wanita dengan memandangnya sebagai anak, istri,
ibu, dan anggota masyarakat. Dengan demikian, Islam memandang wanita sebagai seorang
manusia.

Wanita diberi tugas dan kewajiban seperti halnya laki-laki; Kepadanya disampaikan
perintah dan larangan Allah seperti halnya kepada laki-laki, kepadanya diberikan pahala
atau siksaan seperti halnya kepada laki-laki. Pertama kali, tugas dari Allah dikeluarkan dan
disampaikan kepada laki-laki dan wanita secara bersamaan (ketika keduanya diperintah
untuk menetap di surga). Kepada mereka berdua Allah berfirman:

"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang zalim." (al-Baqarah: 35)

Di dalam Al-Qur'an --begitu juga di dalam Taurat-- tidak ditemukan nash yang
mengatakan bahwa wanita harus bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan
oleh Adam. Sebenarnya, Adamlah penanggung jawab utamanya, sementara wanita hanya
sebagai pengikut. Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka dia
lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang
kuat." (Thaha: 115)

"... dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (2 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya


petunjuk." (Thaha: 121-122)

Dalam pandangan Islam, wanita bukanlah musuh atau lawan kaum laki-laki. Sebaliknya,
wanita adalah pelengkap laki-laki dan laki-laki adalah pelengkap wanita. Wanita adalah
bagian dari laki-laki dan laki-laki adalah bagian dari wanita. Karena itulah Al-Qur'an
mengatakan: "... sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain ..." (Ali Imran:
195) Rasulullah saw. pun bersabda: "Sebenarnya wanita adalah saudara kandung laki-laki."
Di dalam Islam tidak pernah dibayangkan adanya pengurangan atas hak wanita atau
penzaliman atas wanita demi kepentingan kaum laki-laki sebab Islam adalah syariat Allah
SWT yang diturunkan untuk laki-laki dan wanita sekaligus.

Akan tetapi, ada beberapa pemikiran keliru mengenai wanita menyusup ke dalam benak
sekelompok umat Islam sehingga mereka senantiasa memiliki persepsi negatif terhadap
watak dan peran wanita.

Persepsi tersebut diiringi dengan perlakuan yang tidak baik terhadap kaum wanita.
Karenanya, mereka digolongkan sebagai kaum yang telah melangkahi hukum-hukum
Allah. Mereka digolongkan ke dalam kaum yang menzalimi diri wanita sekaligus dirinya
sendiri. Hal itu sering terjadi pada zaman keterbelakangan ketika umat Islam sudah jauh
dari tuntunan Nabi saw, sikap pertengahan Islam, serta manhaj generasi salaf yang mudah
dan seimbang.

Pada masa sekarang ini, di tengah-tengah kita, akan kita temukan penyakit ganas yang
melanda alam pemikiran manusia. Banyak kasus atau peristiwa yang dipecahkan tidak
didasarkan pada jalan tengah yang di dalam terminologi Islam dikatakan sebagai ash-shirat
al-mustaqim. Lazimnya, sebagian besar masyarakat mengambil keputusan dengan ekstrem
atau berlebih-lebihan, bahkan ada pula kecenderungan pada penyia-nyiaan. Padahal, kita
sendiri sering membaca firman Allah berikut ini:

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat
pertengahan (yang adil dan pilihan) ..." (al-Baqarah: 143)

Selain itu, kita juga sering mendengar kata mutiara yang mengatakan: "Sebaik-baik urusan
adalah yang pertengahan." Ali r.a. juga pernah mengatakan: "Hendaklah kalian mengambil
model atau contoh yang pertengahan. Yang terlanjur hendaklah surut dan yang tertinggal
hendaklah menyusul."

Kasus wanita dalam masyarakat kita --yang dikenal dengan sebutan masyarakat Islam--
menjadi contoh yang gamblang tentang sikap keterlaluan dan berlebihan, atau
menyepelekan dan menyia-nyiakan wanita. Orang-orang yang menyepelekan hak wanita
memandang wanita dengan sikap angkuh dan pandangan hina. Menurut mereka, wanita

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (3 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

ibarat jerat setan dan perangkap iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Wanita
dianggap makhluk yang kurang akal dan agama serta tidak mempunyai keahlian apa pun.
Wanita dianggap budak atau setengah budak oleh laki-laki, dikawini untuk melampiaskan
keinginan kaum laki-laki, tubuhnya dimiliki dengan bayaran uang, serta bisa diceraikan
kapan pun diinginkan. Wanita tidak memiliki wewenang untuk menolak dan tidak berhak
menuntut imbalan atau ganti rugi. Bahkan sebagian orang menganggapnya seperti sandal
yang bisa dipakai atau dilepaskan kapan pun diinginkan.

Jika seorang wanita menikah dan tidak senang kepada suami, dia tidak bisa benci atau lari.
Yang dapat dia lakukan hanyalah sabar meneguk derita dan pahitnya kehidupan, sampai
suami berkenan menalak atau dia meminta diceraikan (khuluk). Di luar itu, wanita tidak
mempunyai jalan atau cara untuk lepas dari neraka perbudakan laki-laki. Ada lagi kalangan
masyarakat yang kembali ke zaman jahiliah sebelum datangnya Islam. Anak-anak wanita
tidak diberi hak untuk mendapatkan warisan. Seluruh harta peninggalan ditetapkan sebagai
barang jual-beli bagi anak-anak laki-laki, sementara anak-anak wanita tidak diberi bagian
sedikit pun. Mereka mengurung anak-anak perempuan di dalam rumah, tidak boleh keluar
untuk belajar atau bekerja, tidak boleh mengikuti kegiatan yang bermanfaat untuk
masyarakat, apapun jenisnya, sehingga sebagian mereka berpandangan bahwa wanita yang
baik atau salehah tidak keluar rumahnya kecuali dua kali, yaitu dari rumah orang tuanya ke
rumah suaminya dan dari rumah suaminya ke liang kubur. Padahal Al-Qur'an hanya
menjadikan "pengurungan wanita dalam rumah" sebagai hukuman bagi wanita yang
melakukan perbuatan zina dengan kesaksian empat orang laki-laki dari kaum muslimin.
Hal itu diterapkan sebelum syariat menetapkan had (hukuman) bagi perbuatan zina yang
sudah dikenal sekarang ini. Mengenai pengurungan wanita yang melakukan zina itu Al-
Qur'an menyebutkan:

"Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah


ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian
apabila mereka telah memberikan kesaksian, maka kurunglah mereka
(wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemai ajalnya atau Allah
memberi jalan yang lain kepadanya." (an-Nisa': 15)

Mereka melarang wanita keluar rumah untuk menuntut ilmu dan mendalami agama dengan
alasan ada orang tua atau suaminya yang berhak dan berkewajiban mendidik serta
memberikan pelajaran. Akibatnya, mereka menghambat wanita dari pancaran nur ilmu
pengetahuan dan memaksanya tetap hidup dalam kegelapan dan kebodohan. Padahal,
orang tua dan suaminya pun tidak dapat mengajarinya, sebab mereka masih membutuhkan
pengajar. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki sesuatu dapat memberi?
Sudah banyak wanita yang sesat karena yang membimbingnya adalah orang-orang yang
buta! Di sisi lain, mereka paham bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim dan
muslimah. Sesungguhnya, istri-istri Nabi saw. serta istri-istri para sahabat dan generasi
salaf telah sampai ke satu posisi terhormat dalam bidang ilmu, fiqih, dan periwayatan
hadits, di samping mengenal syair, sastra, dan retorika berbicara. Pernah saya temukan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (4 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

salah seorang ulama kita berkata: "Seorang ulama wanita yang dipercaya dan salehah,
fulanah binti fulan, menceritakan kepadaku." Karimah binti Ahmad al-Marwaziyyah
adalah seorang wanita periwayat sahih Bukhari. Buku riwayatnya dijadikan salah satu
buku pegangan yang dipercaya dan sering disebut-sebut oleh Hafizh Ibnu Hajar al-
Asqalani dalam kitab Fathul Bari. Hingga ke masalah masjid, mereka melarang wanita
pergi, baik untuk shalat maupun menghadiri pengajian. Padahal mereka tahu bahwa kaum
wanita ikut shalat berjamaah pada zaman Nabi saw., bahkan untuk shalat isya dan subuh.
Nabi saw. mengatakan dengan tegas dalam sabda beliau: "Janganlah kalian melarang
hamba-hamba wanita Allah ke masjid-masjid Allah." (HR Muslim) Anehnya, sampai saat
ini, wanita masih diharamkan menikmati hak yang sama dimiliki wanita pemeluk agama
lain selain Islam. Wanita Yahudi, misalnya, mereka boleh pergi ke sinagog, wanita Nasrani
boleh pergi ke gereja, dan wanita Budha atau Hindu boleh pergi ke biara mereka. Hanya
wanita muslimah saja yang dilarang pergi ke masjid.

Mereka melarang wanita mengikuti bapak atau suaminya untuk melakukan berbagai
macam aktivitas kehidupan yang sebenarnya sanggup dia lakukan dan diperbolehkan oleh
agama. Padahal, hal itu didukung oleh riwayat sahih yang mengatakan bahwa sebagian istri
para sahabat pernah melakukannya, seperti Asma yang dijuluki sebagai wanita pemilik dua
ikat pinggang dengan suaminya Zubair ibnul Awwam.

Lebih jelasnya, hal itu diceritakan dalam Al-Qur'an berkaitan dengan dua anak gadis
seorang laki-laki tua dalam surat al-Qashash ketika keduanya menggembala dan memberi
minum kambingnya. Kedua gadis itu berbicara dengan Musa a.s. dan begitu pula
sebaliknya. Salah satu dari dua gadis itu dengan berterus terang dan berani berkata kepada
bapakaya sebagaimana tercantum dalam ayat berikut ini:

"... Ya bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orangyang kuat lagi dapat dipercaya." (al-Qashash: 26)

Perkataan ringkas gadis itu telah dijadikan dasar bagi laki-laki untuk memilih berbagai
pekerjaan.

Dalam melakukan pengurungan wanita di rumah, mereka sering menyandarkan keputusan


pada nash-nash yang mutasyabihat (kalimat yang mengandung beberapa arti, penj.) dan
meninggalkan nash-nash yang muhkamat (tegas dan jelas maksudnya). Sebagai contoh kita
lihat mereka berargumentasi dengan ayat-ayat yang terdapat dalam surat al-Ahzab
mengenai istri-istri Nabi saw, yaitu:

"Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (5 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

perkataan yang baik ..." (al-Ahzab: 32-33)

"... Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka (istri-istri


Nabi), maka mintalah dari belakang tabir..." (al-Ahzab: 53)

Mereka pun kadang-kadang mengekang hak wanita dalam memilih pasangan hidupnya,
atau setidaknya hak untuk mengatakan setuju atau tidak, ketika wali wanita
memperkenalkan calon suaminya. Bahkan, kita menemukan kaum bapak yang
mengawinkan anak gadisnya tanpa restunya, tanpa musyawarah atau memperhatikan
pendapatnya; meskipun sekadar menduga-duga pendapatnya!

Namun, sungguh disayangkan, banyak masalah yang disebutkan dalam pendapat Syafi'i,
Maliki, dan sebagian besar pengikut Hanbali didasarkan pada dalil-dalil yang tidak layak
didiskusikan dan tidak akan tegar menghadapi argumentasi-argumentasi lawannya,
sehingga ditolak oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah atau muridnya, Imam Ibnul Qayyim.

Betapa berlebihannya mereka melindas hak wanita. Mereka mengutip hadits-hadits sahih,
tetapi tidak meletakkannya pada tempatnya, serta menjadikan hadits-hadits tersebut
sebagai dalil walaupun maksudnya tidak sesuai. Sebagai contoh, hadits yang sering mereka
jadikan pegangan untuk meloloskan pendapat mereka mengenai wanita adalah hadits yang
menggambarkan wamta sebagai makhluk kurang akal dan kurang agama. Begitu juga
dengan hadits: "Kalau aku ingin memerintahkan seseorang supaya sujud kepada yang lain,
maka pastilah aku perintah wanita supaya sujud kepada suaminya."

Tidak cukup sampai di situ, mereka bahkan mengemukakan hadits-hadits yang tidak jelas
ujungpangkalnya, tidak jelas asal dan sanadnya, sangat lemah, atau hadits palsu dan
berdusta terhadap Rasulullah saw., seperti hadits yang mengatakan bahwa Nabi saw.
bertanya kepada putrinya, Fathimah az-Zahra: "Apa yang paling baik untuk wanita?"
Fathimah berkata: "Bila wanita tidak melihat laki-laki dan laki-laki pun tidak melihatnya."
Lalu beliau mencium Fathimah seraya berkata: "Sebagian manusia adalah satu keturunan
dengan bagian yang lain." Hadits tersebut sangat lemah. Nilainya tidak sepadan sama
sekali dengan harga tinta yang dipergunakan untuk menulisnya. Atau seperti hadits:
"Bermusyawarahlah dengan mereka (perempuan) kemudian tentanglah pendapat mereka."
Hadits ini sama sekali tidak ada dasarnya sebab bertentangan dengan prinsip musyawarah
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an untuk orang tua dalam soal menghentikan
bayinya menyusu:

"... Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawarahan, maka tidak ada dosa atas keduanya ..." (al-
Baqarah: 233)

Hadits tersebut bertentangan dengan riwayat-riwayat yang sahih dari sunnah dan sirah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (6 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

(sejarah) kehidupan Rasulullah saw. Beliau pernah bermusyawarah dengan istri beliau,
Ummu Salamah, ketika terjadi Perang Hudaibiyah. Nabi saw. mengambil pendapat Ummu
Salamah yang dipandang lebih baik dan lebih tepat. Hal itu pun tergambar dalam riwayat
mereka dari Ali bin Abi Thalib r.a. yang berbunyi:

"Wanita itu jelek keseluruhannya, dan yang lebih jeleknya lagi pada diri
wanita itu bahwa dia harus memiliki kejelekan tersebut."

Ketidakbenaran riwayat ini telah saya jelaskan dalam tulisan-tulisan saya terdahulu (lihat
buku Fatawa Mu'ashirah). Atau seperti yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab
Mustadrak-nya dan dengan sanadnya: "Dan janganlah kalian suruh wanita tinggal dalam
kamar dan jangan kalian ajarkan kepada mereka menulis!"

Hadits ini telah divonis oleh para kritikus hadits sebagai hadits maudhu' (palsu)
sebagaimana yang dikatakan oleh Hafizh adz-Dzahabi ketika beliau mengulas riwayat al-
Hakim ini.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar1.html (7 of 7)12/12/2005 7:51:35


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pengantar Dr. Yusuf Qardhawi (2/3)


Ketika membaca buku Muhadharutul Udaba' karangan ar-Raghib al-Ashfahani, saya
menemukan keterangan bahwa beliau menyediakan bab khusus mengenai anak perempuan
dengan judul Fa'idatu Mautiha wa Tamanihi (Manfaat Kematian Anak Perempuan dan
Mendambakan Kematiannya). Beliau memulai pembahasan dengan perkataan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: "Sebaik-baik mertua/ipar adalah kubur," dan "Menguburkan
anak-anak perempuan merupakan salah satu kemuliaan." Kedua hadits tersebut tergolong
pada sebagian dari hadits-hadits maudhu' dan mendustakan Rasulullah saw. Pada dasarnya,
buku-buku sastra tidak dapat dijadikan sumber pengambilan hadits-hadits Nabi saw. Hanya
saja, sebagian orang tidak mampu melakukan evaluasi atau penilaian terhadap sumber
rujukan, sekaligus tidak mampu membedakan satu riwayat dengan yang lainnya. Mereka
mengira bahwa semua yang terdapat dalam buku adalah keterangan yang dapat dipercaya.
Apalagi jika ternyata penulisnya adalah orang yang ternama dan populer dalam dunia ilmu
pengetahuan dan pemikiran seperti halnya ar-Raghib al-Ashfahani. Beliau adalah penulis
buku Mufradatul Qur'an, Ad-Dzrari'ah ila Makarimisy Syariah, dan lain-lain. Namun, ada
yang mereka lupakan bahwa seseorang itu dapat saja menjadi figur dalam salah satu
bidang ilmu pengetahuan, tetapi dalam bidang yang lain dia buta atau semibuta. Banyak di
antara mereka yang tidak memperhatikan hal itu, sebagaimana telah diingatkan oleh Imam
al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Al-Munqidz minadh Dhalal (Penyelamat dari
Kesesatan).

Mereka yang berhaluan keras menjadikan kehidupan wanita bagaikan penjara yang tidak
tembus ke dalamnya walaupun seberkas cahaya. Karena itulah, wanita tidak boleh keluar
rumah, pergi ke masjid, tidak dianjurkan berbicara dengan kaum laki-laki --meskipun
dengan cara yang sopan. Muka dan telapak tangannya adalah aurat, begitu pula suara dan
pembicaraannya. Bahkan sampai pada pelarangan menggunakan pakaian putih yang biasa
dilakukan oleh wanita-wanita Mesir sejak dahulu ketika mereka menunaikan ibadah haji
dan umrah. Ketika ditanyakan alasan pelarangannya, mereka menjawab bahwa perbuatan
tersebut menyerupai laki-laki! Padahal, dalam soal berpakaian, Allah memberikan
kelonggaran bagi wanita dalam hal yang tidak diperbolehkan bagi kaum laki-laki, misalnya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (1 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

pengharaman memakai perhiasan emas dan mengenakan pakaian yang terbuat dari sutera
bagi kaum laki-laki.

Kebalikan dari mereka yang menyia-nyiakan, menyepelekan, dan mempecundangi hak


wanita, kita temukan pula kelompok lain yang berlebihan dalam urusan wanita, sehingga
melangkahi hukum Allah serta melampaui garis fitrah dan akhlak mulia yang telah
ditetapkan agama. Jika kelompok pertama tadi menjadi tawanan tradisi Timur yang
diwarisi turun-temurun, maka kelompok kedua ini menjadi tawanan tradisi Barat.

Saya melihat kelompok kedua ini ingin mengikis semua bentuk perbedaan antara laki-laki
dan wanita sebab keduanya sama-sama manusia, hanya yang satu dilahirkan sebagai laki-
laki dan yang satu lagi sebagai wanita. Menurut mereka, mengapa harus ada perbedaan
antara keduanya? Mereka telah lupa bahwa Allah menciptakan kedua insan dengan
perbedaan dalam struktur fisik untuk suatu tujuan yang sangat besar dan mulia. Mereka
memiliki misi dalam kehidupan ini yang sesuai dengan tabiat dan keahlian masing-masing.
Menjadi ibu dengan segala ciri, kelebihan, dan beban deritanya merupakan inti misi kaum
wanita. Inilah yang membuat wanita lebih banyak tinggal di rumah dibandingkan dengan
kaum laki-laki.

Kalau memang sudah diciptakan dalam bentuk yang berbeda dari segi ciptaannya, hal itu
tidak boleh kita abaikan, terutama dalam merancang pendidikan dan pekerjaan bagi wanita,
dan hal seperti itu telah mendapat perhatian dari ilmu modern pada zaman sekarang ini.
Kita lihat, sebagian orang secara membabi buta menolak nash-nash sahih yang sudah
mapan tanpa penjelasan, seperti yang dilakukan oleh seorang satrawan wanita terkenal.
Ketika menyampaikan ceramah di Qatar, dia menolak mentah-mentah hadits: "Tidak akan
berhasil suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita." Padahal
hadits itu adalah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitabnya dan diterima
secara bulat oleh para ulama dan tidak ada yang mempermasalahkannya sejak beberapa
abad yang silam. Lebih aneh lagi, salah seorang penulis menolak hadits ini dan
menganggapnya sebagai hadits bohong dan palsu, sebab menurut pandangannya hadits ini
berlawanan dengan hadits sahih yang berbunyi: "Ambillah separuh agamamu dari wanita
yang pipinya merah ini (maksudnya Aisyah r.a.)"

Bayangkan bagaimana dia menolak hadits sahih yang telah diterima secara bulat demi
mempertahankan suatu hadits bohong dan batil yang tidak ada nilai dan bobotnya menurut
neraca ilmu pengetahuan! Ada pula kita temukan orang yang ingin mengharamkan apa
yang dihalalkan Allah bagi laki-laki, yaitu kawin kepada lebih dari seorang wanita bagi
orang yang berkeinginan untuk itu atau merasa dirinya mampu dan yakin bahwa dia akan
bisa berbuat adil. Mereka menyalahi apa yang sudah tetap dalam Al Qur'an dan perbuatan
Rasulullah saw. beserta para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Begitu juga perbuatan
generasi salaf pada zaman-zaman keemasan umat Islam, serta generasi khalaf (berikutnya)
di berbagai belahan dunia dan berbagai masa, atau dalam semua mazhab umat sampai
masa sekarang ini.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (2 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

Bahkan adapula yang menghimbau agar diciptakan sistem yang membagi-bagikan harta
warisan kepada wanita sama dengan bagian saudara laki-lakinya, menolak bagian laki-laki
dua kali lipat bagian perempuan, serta secara terang-terangan menyalahi nash Kitabullah,
Sunnah Rasulullah saw., dan Ijma' para ulama, baik dari segi fiqih maupun dalam bentuk
perbuatan selama empat belas abad. Yang lebih mengherankan lagi, arus pemikiran
tersebut telah melanda orang yang mengaku sebagai ahli agama. Mereka membuat keadaan
menyimpang dari jalan yang benar. Mereka berbicara dengan mengatasnamakan Islam
melalui pers dan media massa, lalu mereka berbicara mengenai Allah tanpa didasari ilmu
pengetahuan yang benar. Di antara mereka itu ada yang tidak tahu atau berpura-pura tidak
tahu mengenai hadits-hadits yang sahih dan jelas, dengan tujuan agar mereka dapat
mengeluarkan fatwa yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh syariat Allah dan
melegitimasi keadaan yang sedang berlaku, atau guna menghalalkan kebijakan-kebijakan
penguasa yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Karena itu, Anda
lihat mereka diam saja ketika muncul undang-undang yang memperbolehkan zina dan
mereka ikut-ikutan menentang poligami.

Kita juga menemukan ulama yang memfatwakan bolehnya wanita memakai rambut palsu,
padahal ada riwayat hadits sahih dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Aisyah, Asma, dan
Mu'awiyah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Allah melaknat wanita yang
menyambung dan minta disambung rambutnya." Perbuatan menyambung rambut ini
disebut oleh Rasulullah saw. sebagai pemalsuan, sebab si pelaku telah memalsukan
keadaan yang sebenarnya, dan beliau mengisyaratkan bahwa yang demikian itu adalah
perbuatan orang-orang Yahudi.

Serupa dengan itu orang yang memfatwakan bahwa pakaian yang memperlihatkan kedua
siku dan betis atau rambut, atau pakaian tipis yang menerawang atau menampilkan bentuk
dan lekuk-lekuk tubuh --seperti pakaian budaya bangsa Barat yang menyusup ke dalam
masyarakat Islam--hanyalah dosa kecil yang bisa dihapuskan dengan melakukan shalat
atau ibadah lainnya. Bodoh sekali orang yang berkata begitu. Sebab, Nabi saw. sendiri
memasukkan wanita-wanita seperti itu ke dalam kelompok penghuni neraka yang
"berpakaian telanjang". Beliau pun memutuskan bahwa mereka tidak akan masuk surga
bahkan tidak bisa mencium bau surga, padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak yang
sangat jauh. Wanita-wanita yang berpakaian telanjang adalah wanita yang pakaiannya
tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan agama. Artinya mereka memakai pakaian
yang masih menerawang dan menampilkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh, atau tidak
menutupi bagian-bagian tubuh yang harus ditutupi. Jika dikatakan bahwa yang mereka
lakukan itu hanya dosa kecil, tentu Nabi saw. tidak memutuskan mereka masuk neraka
atau mengharamkan mereka dari surga walaupun sekadar mencium baunya.

Sekarang katakanlah kita menerima bahwa memakai pakaian yang tidak menutup aurat itu
hanyalah dosa kecil. Apakah mungkin mereka tidak tahu bahwa berketerusan melakukan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (3 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

dosa kecil akan mengantarkan pelakunya pada dosa besar sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh ulama, sehingga mereka berkata: "Tidak ada dosa yang kecil kalau
dilakukan secara terus-menerus dan tidak ada dosa yang besar jika disertai dengan
istighfar." Yang tepat dikatakan adalah bahwa sebagian besar dari orang-orang yang
bersikap ekstrem dan berlebihan dalam meniru Barat adalah sebagai reaksi terhadap orang-
orang yang bersikap ekstrem dan keterlaluan dalam meniru Timur, atau dengan kata lain
mereka menjadi tawanan zaman kuno dan zaman modern. Sementara yang dituntut dari
kita hanyalah tunduk dan patuh kepada petunjuk dan bimbingan Dinulhaq yang dibawa
oleh Nabi kita, Muhammad saw. Karena itu, yang harus diambil adalah sikap yang
mencerminkan sifat atau karakter pertengahan Islam yang tidak keterlaluan dan tidak pula
menyepelekan suatu masalah, tidak melebihi dan tidak pula mengurangi. Itulah yang
diisyaratkan Allah SWT dalam firman-Nya:

"Supaya kamu jangan melampaui batas dalam neraca itu. Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (ar-
Rahman: 8-9)

Buku yang saya antarkan untuk pembaca sekarang ini dapat menjelaskan karakter
pertengahan Islam tersebut dan menampilkan sikap Islam yang sebenarnya mengenai
masalah yang sangat penting ini. Dalam masyarakat Islam masih bercampur aduk antara
yang hak dan yang batil, jelasnya mengenai masalah wanita serta perannya dalam rumah
tangga, masyarakat, dan kehidupan.

Penulis buku ini mulai menekuni masalah wanita muslimah sejak bertahun-tahun, ketika
dia banyak sekali menemukan nash-nash yang berlawanan dengan sikap sebagian besar
kaum muslimin yang keras dan kaku mengenai wanita. Semakin dalam kajian yang dia
lakukan terhadap masalah ini, semakin bertambah kuat keyakinannya mengenai keluasan
pandangan Islam terhadap wanita, kedudukan, dan peranan pentingnya di tengah keluarga
dan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Beliau semakin serius menangani masalah ini karena melihat sikap berlebihan dari
sekelompok umat Islam dan sebagian para da'i dalam mengenali kaum wanita. Hal-hal itu
menyebabkan kaum laki-laki dan wanita semakin jauh dari tuntunan Islam. Itu sama
artinya dengan menyerahkan kepada orang-orang sekuler dan antiagama senjata yang dapat
mereka gunakan untuk menghalangi para da'i dalam memecahkan berbagai problem
kehidupan secara islami.

Dalam kajian ini, penulis buku ini tidak berpegang pada ucapan si fulan atau orang
tertentu, tetapi membiarkan nash-nash berbicara dan menentukan hukum sendiri. Karena
itu, banyak terdapat nash dalam buku ini yang secara sengaja dikemukakan begitu saja,
sehingga nash itu sendiri dengan bahasa dan gayanya akan menjelaskan, menegaskan, dan
menentukan nilai dan maksud yang dituju. Beliau tidak menukil/menyadur ucapan para

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (4 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

ulama atau para pensyarah kecuali dalam batas yang wajar untuk sekadar menjelaskan hal-
hal yang kurang jelas, samar-samar, atau ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai
nash tersebut.

Kita benar-benar sedang menekuni suatu kajian ilmiah yang dapat dipercaya karena
didukung oleh nash-nash yang sahih, diambil dari sumber-sumber yang paling dipercaya
dan betul-betul dikuasai oleh penulisnya. Beliau mengorbankan waktu, tenaga, pikiran,
hati, ilmu, dan pengalaman sehingga membuahkan keberhasilan sampai ke tingkat yang
begitu matang. Bahkan pada kenyataannya kita sedang menghadapi sebuah ensiklopedia
yang sarat dengan masalah-masalah penting mengenai wanita muslimah, baik menyangkut
kepribadian dan kedudukannya, pakaian dan perhiasannya, perannya di tengah keluarga
dan masyarakat, pertemuannya dengan kaum laki-laki, hingga pada keterlibatannya dalam
kehidupan sosial dan politik menurut pandangan nash-nash Al-Qur'an, hadits, dan
pemahaman ulama salaf terhadap nash-nash yang me-nyangkut masalah wanita tersebut.

Penulis buku ini, Profesor Abdul Halim Muhammad Abu Syuqqah, adalah seorang tokoh
yang belum begitu dikenal di kalangan cendekiawan. Sebab, beliau belum banyak
membuat tulisan yang membuat beliau dikenal orang atau dengan kata lain, belum banyak
menurunkan tulisan yang dapat mempublikasikan siapa dirinya kepada orang lain. Tulisan
beliau masih terbatas dalam bentuk artikel-artikel yang dimuat dalam beberapa majalah
Islam. Padahal sebenarnya beliau banyak menulis dan merekam buah pikirannya dalam
berbagai bidang. Tulisan-tulisan beliau mengandung ide-ide yang cemerlang dan teori-teori
reformasi yang unggul. Hanya saja, ide-ide beliau sering seperti mutiara yang masih
berserakan di sana sini dan belum ditata dalam satu ikatan. Beliau masih terus mengulur-
ulur waktu sehingga menemukan tali pengikat yang diidam-idamkan.

Di samping itu sikap hati-hati dalam menyusun buku ini --sikap pelan dan hati-hati
disenangi oleh Allah dan Rasul-Nya menurut nash yang sahih-- membuat beliau membaca
berulangkali pemikiran yang telah dituangkan ke dalam bentuk tulisan, dan
mendiskusikannya dengan teman-teman dekat beliau, sehingga beliau betul-betul yakin
akan kebenaran yang ditulis. Mungkin juga beliau melakukan ralat dan perbaikan sehingga
beliau betul-betul merasa mantap dan puas dengan tulisannya.

Meskipun Prof. Abdul Halim yang juga dijuluki Abu Abdurrahman ini tidak begitu dikenal
di kalangan luas, kalangan yang mengenalnya merasa kagum dan mengakui
kemampuannya dalam berpikir secara tenang dan mendalam; pandangannya yang kritis,
reformis, dan berani mengemukakan apa yang diyakininya benar; sampai pada kejujuran
dan sikap istiqamahnya sehingga lahir dan batinnya tetap seirama.

Saya tegaskan di sini bahwa saya sudah mengenalnya secara baik sejak seperempat abad
silam, ketika kami sama-sama bekerja di kementerian pendidikan di Qatar. Sejauh yang
saya tahu, beliau selalu berbicara jujur, benar, bersih, sopan, halus, jenius, dan kritis. Di

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (5 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

dalam pergaulan hidup, saya mengenalnya sebagai seorang muslim yang sangat konsisten
pada ajaran Islam serta senantiasa mempelajari hukum dan ajaran agama untuk diterapkan
pada diri dan keluarganya. Beliau tidak belajar untuk pandai beretorika atau membangga-
banggakan kehebatan dan kepintaran yang dimiliki, tetapi untuk dijadikan petunjuk dalam
kehidupannya.

Kekonsistenan beliau tidak didasarkan pada Islam mazhab tertentu dari mazhab-mazhab
yang lazim diikuti atau Islam suatu periode dari periode-periode sejarah terdahulu, dan
bukan pula Islam suatu negara dari negara-negara Islam yang dikenal. Akan tetapi, Islam
beliau adalah Islam Al Qur'an dan Sunnah semata. Karena itulah dia sangat hati-hati dalam
membuat tulisan agar jangan berdasarkan pada pendapat ulama ini atau ulama itu. Sebab
ulama mana pun di dunia ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya, bagaimana pun
kehebatan ilmu pengetahuan dan fatwanya.

Saya mengenalnya sebagai seorang pendidik yang didukung bakat, studi, dan pengalaman.
Beliau pernah menjadi guru sekolah lanjutan atas dan direktur sebuah SLTA di Doha.
Karena itu, tidak mengherankan jika pada diri beliau sering terlihat semangat seorang
pendidik yang senantiasa berupaya memberi dan mengajar dengan berbagai cara dan
metode yang sangat menarik.

Saya juga mengenalnya sebagai seorang pemburu kebenaran yang ikhlas dalam
mencarinya, tidak pernah merasa jemu dan bosan untuk mengetahui rahasianya, serta teliti
dalam membaca dan mengkaji. Sifat tekun dan teliti serta berpikir dan mengamati
merupakan beberapa keistimewaan yang cukup menonjol dan ciri yang sangat kentara
dalam seluruh kehidupannya. Beliau tidak suka terburu-buru membuat keputusan dan
kesimpulan, serta tidak suka meniru-niru. Keputusan dibuat melalui kajian yang teliti dan
pemikiran yang mendalam. Setelah itu baru beliau menyusun catatan tentang pokok-pokok
pikiran yang masih berserakan untuk dihimpun dan disusun secara rapi.

Beliau juga seorang yang sederhana dan rendah hati. Apabila diberi nasihat, beliau tidak
cukup sekadar menerima. Lebih dari itu, beliau meminta nasihat lebih banyak dan lebih
banyak lagi dari orang yang beliau percayai ilmu dan pendapatnya, sehingga beliau yakin
betul dengan hasil yang disimpulkan. Beliau senantiasa lapang dada dalam menerima
pendapat lain, tidak acuh bila menemukan suatu kebenaran. Beliau menampakkan wajah
yang ceria, siap beradu pendapat, menghapuskan atau menambahkan, mendiskusikan dan
memperbaiki, hingga beliau sampai kepada suatu kesimpulan yang betul-betul mantap.

Beliau selalu mendambakan perbaikan, tidak berhenti kalau sudah mengenal jenis
penyakit, tetapi senantiasa berusaha menentukan obat dan menjelaskan cara perawatannya.

Beliau selalu mendukung semangat kemudahan dan keluwesan dalam menyampaikan


dakwah Islam, khususnya mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan keluarga dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (6 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

masyarakat. Beliau pun tidak mengada-ada mencari kemudahan dalam syariat Allah.
Beliau hanya mengikuti saja kemana arah syariat itu berjalan. Hal itu tidaklah aneh sebab
memberikan kemudahan merupakan roh dan darah daging syariat Islam.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar2.html (7 of 7)12/12/2005 7:51:38


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pengantar Dr. Yusuf Qardhawi (3/3)


Beliau tumbuh dan berkembang dalam gerakan Ikhwanul Muslimin sejak usia remaja serta
dekat dengan pendiri dan pembina pertamanya, Imam Hasan al-Banna. Beliau menyatu
dengan aturan khusus Ikhwanul Muslimin yang pada saat itu menghimpun pemuda-
pemuda pilihan serta pernah masuk penjara karena terlibat di dalam salah satu kasus
Ikhwanul Muslimin. Melalui hubungan tersebut beliau berhasil memetik berbagai
pengalaman. Dakwah sangat berpengaruh terhadap pola berpikir, kecenderungan, dan
tindak tanduknya. Setelah matang dan mapan, beliau membuat catatan-catatan yang jeli
dan kritis terhadap apa yang telah beliau alami, tidak takut atau bakhil menyebutkan dan
menjelaskannya, apalagi mengenai aturan khusus Ikhwanul Muslimin serta
perkembangannya.

Sejak edisi pertama majalah Al-Muslim al-Mu'ashir --dalam kelahiran majalah ini, peran
dan jasa beliau sangat besar, bahkan beliaulah yang memiliki ide dan menghimbau untuk
menerbitkannya-- telah kita lihat pembicaraan beliau yang sangat menarik dan berani
mengenai krisis pemikiran muslim modern. Melalui hal itu terungkaplah kemampuan
beliau dalam menyelami, menganalisis, dan mengkritik, sekaligus juga tentang kedalaman
pemahaman beliau terhadap agama dan kehidupan serta keberanian dalam menentang apa
yang beliau yakini salah, meskipun akhirnya beliau dikenal orang sebagai seorang tokoh
yang kontroversial.

Pada edisi berikutnya beliau menurunkan tulisan mengenai krisis akhlak muslim modern .
Kedua tulisan tersebut membuktikan bahwa beliau adalah seorang yang memiliki kejelian
berpikir, kecermelangan pemikiran, dan jiwa yang kritis. Beliau hidup pada zamannya
sekaligus mengenal seluk beluknya dan menghadapinya dengan hati seorang mukmin,
pemikiran seorang peneliti, dan kemauan seorang reformis, jauh dari asal bunyi dan taklid
buta.

Orang yang membaca tulisan beliau boleh saja tidak sependapat dengannya. Saya sendiri

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (1 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

pernah menentang pendapat beliau dalam edisi lanjutan majalah tersebut. Namun
demikian, Anda pasti tetap salut dan hormat pada pemikiran dan keikhlasannya.

Buku ini berjalan ke arah memberi kemudahan serta menghilangkan kesulitan dan beban
dari pundak wanita muslimah. Bagaimanapun, trend yang melanda umat Islam selama
berabad-abad cenderung menunjukkan sikap keras, kaku, dan berburuk sangka terhadap
wanita. Tampaknya, sikap keras tersebut terjadi karena dua hal. Pertama, karena
ketidaktahuan orang mengenai nash-nash syariat yang mengandung dalil tentang
kemudahan dan menentang sikap mempersulit, khususnya nash-nash Sunnah Nabi saw.
yang sahih. Sementara, nash-nash Al-Qur'an sudah dimaklumi oleh semua orang dan
sunnah-sunnah hanya tampil dalam beberapa kitab saja. Sedangkan di dalam berbagai
dawawin (buku-buku besar) yang menghimpun berbagai hadits, sanad, dan bagian-
bagiannya, hal-hal seperti itu terlupakan. Orang sibuk membaca kitab-kitab mazhab fiqih
saja sehingga tidak sempat lagi menggali kitab-kitab besar yang sarat dengan sunnah.
Akibatnya, banyak Anda lihat kaum muslimin tidak mempedulikan hadits-hadits sahih;
mereka hanya mengambil dalil dari hadits-hadits dha'if atau maudhu'.

Kedua, tidak memahami dengan baik nash-nash yang sudah mereka ketahui, misalnya
dengan meletakkan tidak pada tempatnya, ceroboh dalam meng-istinbath hukum darinya,
mengartikannya secara kasar, memisahkannya dari sababulwurud (sebab muncul)-nya satu
hadits, memisahkannya dari pembicaraan sebelumnya atau dengan konteks pembicaraan,
serta mengucilkannya dari hukum-hukum Islam yang lazim dan tujuannya yang
menyeluruh sehingga tidak ada kesinkronan antara satu dengan yang lainnya.

Mengenai masalah ini cukup banyak contoh. Dalam hal ini, kita tidak memiliki lahan yang
cukup luas untuk menyebutkannya satu persatu. Penulis buku kita ini jeli sekali melihat
kedua faktor tadi untuk kemudian beliau mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kedua
masalah berikut. Pertama, mencari nash-nash yang muhkamat, khususnya dari hadits-
hadits Nabi saw. Kemudian mengumpulkan nash-nash yang mencerminkan roh Islam ini
dan sikapnya terhadap kaum wanita. Jumlah nash-nash tersebut sangat banyak dan
dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Anda dapat membaca topik-topik pembahasan
dan bagian-bagian yang menghimpun hadits-hadits yang banyak sekali. Anda akan
merasakan betapa banyak dan jelasnya maksud nash-nash tersebut. Dalam hal ini, dapat
saya sebutkan kepada para pembaca beberapa tema dari buku ini sebagai contoh tentang
kekuatan pribadi muslimah dan kesadarannya pada tanggung jawab:

● Kaum wanita menuntut Rasulullah saw. supaya memberikan kesempatan belajar


yang lebih luas lagi bagi mereka.
● Kaum wanita memenuhi undangan untuk menghadiri pertemuan umum di masjid.
● Zainab binti Jahsy melakukan pekerjaan dengan tangan sendiri dan bersedekah.
● Zainab --istri Mas'ud-- bekerja dengan tangan sendiri dan memberi nafkah (belanja)
untuk suami dan anak-anak yatim yang dipeliharanya.
● Ummu Athiyyah ikut bersama suaminya dalam enam kali peperangan.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (2 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

● Ummu Haram mendambakan mati syahid bersama pasukan marinir.


● Ummu Hani melindungi pelarian perang dan menyesalkan ketidaksetujuan saudara
laki-lakinya.
● Hafshah binti Umar meralat kesalahan Abdullah bin Umar.
● Asma binti Syakl mengenyampingkan rasa malu demi mendalami agama.
● Atikah binti Zaid, istri Umar ibnul Khattab, mempertahankan haknya terhadap
kesaksian jamaah.
● Ummu Kaltsum binti Uqbah --seorang gadis remaja-- berpisah dengan keluarganya
dan ikut hijrah guna menyelamatkan agamanya.
● Seorang wanita mempertahankan haknya dalam memilih suami.
● Seorang wanita mempertahankan haknya untuk berpisah dengan suaminya.
● Subai'ah binti al-Harits mengetahui cara mencari kebenaran hingga sampai ke
tingkat yakin.
● Ummu ad-Darda menyangkal pendapat Abdul malik bin Marwan.
● Seorang wanita dari Kabilah al-Khats'amiyyah --masih gadis remaja-- bersusah
payah menghajikan bapaknya.
● Hindun binti Utbah mengucapkan selamat kepada Rasulullah saw. setelah dia
masuk Islam.
● Zainab binti al-Muhajir berdialog dengan Abu Bakar Siddiq.
● Ummu Ya'qub berdialog dengan Abdullah bin Mas'ud.

Pola dan langkah-langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan buku ini adalah
membaca sebanyak mungkin buku-buku Sunnah sebab di dalamnya terdapat banyak sekali
khazanah ilmiah yang tidak patut diabaikan. Beliau membacanya dengan tekun dan
menyelidikinya secermat mungkin sehingga beliau berhasil mengumpulkan nash yang
banyak sekali jumlahnya. Akan tetapi, dalam tahap ini, kepada pembaca beliau
memutuskan untuk menyuguhkan khazanah yang diambil dari kitab Shahih Bukhari dan
Muslim saja. Sekarang beliau mempersembahkan kepada kita mutiara-mutiara Nabawi
berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) Nabi saw.

Pada bagian tertentu, beliau seringkali menyuguhkan nash-nash tersebut tanpa


mengomentarinya karena nash-nash itu berbicara sendiri untuk menyampaikan maksud
kepada manusia yang satu sama lainnya saling menjelaskan. Akan tetapi, jika beliau
mengomentari nash tersebut dengan menarik kesimpulan, menerangkan, menguatkan, atau
menerapkannya dalam realita kehidupan, maka beliau menampakkan keluasan wawasan
dalam menyampaikan apa yang beliau inginkan.

Untuk pembaca budiman, dalam hal ini, cukup saya tunjukkan satu contoh tentang
komentar penulis untuk dibaca dengan tenang dan teliti bab penutup yang sarat dengan
kandungan nash mengenai keterlibatan wanita bersama kaum laki-laki dalam kehidupan
sosial. Beliau berbicara mengenai gejala-gejala sosial baru yang memaksa terjadinya
pertemuan wanita dengan laki-laki pada masa sekarang ini. Masalah-masalah tersebut
dibicarakan oleh seseorang yang berpengalaman dan memahami kondisi zaman serta

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (3 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

perubahan masyarakatnya. Dapat saya katakan bahwa orang yang tidak memahami gejala-
gejala sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat kita, tidak mungkin memiliki
kesimpulan yang benar mengenai kasus-kasus wanita, meskipun dia hapal di luar kepala
berbagai macam nash. Kata Imam Ibnul Qayyim --semoga Allah mencurahkan rahmat
kepadanya-- seorang ahlu fiqih haruslah mampu mengawinkan kewajiban dengan
kenyataan.

Adapun masalah kedua yang mendapat perhatian dari penulis adalah menjawab
pemahaman-pemahaman keliru yang menyebabkan nash melenceng dari jalurnya, baik
secara sengaja ataupun tidak. Kemudian, beliau menarik kesimpulan/hukum yang benar
dari nash tersebut, misalnya pendapat beliau mengenai firman Allah yang berbunyi: "Dan
hendaklah kamu (perempuan) tetap di rumahmu" dan hadits yang menggambarkan wanita
sebagai makhluk yang kurang akal dan agama.

Pada dasarnya, ayat di atas beserta ayat yang sebelum dan sesudahnya ditujukan kepada
istri-istri Nabi saw. Perintah untuk tetap di rumah hanya diperuntukkan bagi istri-istri Nabi
saw., diperkuat dengan dalil yang bahwa Umar ibnul Khattab terus melarang mereka pergi
haji, dan baru diizinkan pergi haji ketika Umar menunaikan hajinya yang terakhir.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Firman Allah tentang hendaknya kamu (perempuan) tetap
di rumahmu, sebenarnya ditujukan kepada istri-istri Nabi saw." Pada bagian lain Hafizh
Ibnu Hajar berkata: "Aisyah dan orang-orang yang sependapat dengannya memahami
targhib (dorongan) untuk melaksanakan haji yang terdapat dalam sabda Nabi saw.: 'Jihad
yang paling baik dan paling indah bagi kalian adalah menunaikan haji.' Dengan demikian,
diperbolehkan menunaikan haji berulangkali, dan hadits ini mengkhususkan keumuman
sabda Nabi saw. yang berbunyi: 'Ini, dan munculnya hambatan.' Pada ayat: 'Dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu,' itu pada mulanya, seolah-olah Umar mengambil sikap tawaqquf
(berdiam diri). Namun, kemudian setelah mengetahui kekuatan dasar/alasan Aisyah,
akhirnya Umar mengizinkan mereka (istri-istri Nabi saw.) melaksanakan haji pada akhir
masa pemerintahan beliau. "

Jika kita katakan bahwa ayat tersebut ditujukan kepada semua wanita muslimah, coba kita
perhatikan nash-nash Sunnah --yang berfungsi menjelaskan Al-Qur'an-- agar kita dapat
melihat bagaimana wanita-wanita kaum muslimin pada zaman Nabi saw. menerapkan
perintah untuk tetap tinggal di rumah. Mengapa perintah ini tidak menghalangi mereka
keluar rumah untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial? Kami telah menyebutkan
ratusan nash yang bersumber dari kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Nash-nash tersebut
menegaskan keterlibatan wanita dalam berbagai bidang kehidupan.

Dalam menjelaskan hadits, penulis berkata: "Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata bahwa
pada hari raya Fitri atau Adha Rasulullah saw. pergi ke lapangan yang dikhususkan sebagai
tempat penyelenggaraan shalat 'id, lalu beliau melewati jamaah wanita dan bersabda:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (4 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

'Wahai kaum wanita, aku tidak melihat orang-orang yang kurang akal dan agama mampu
melumpuhkan hati seorang laki-laki yang tegas melebihi salah seorang dari kalian'" (HR
Muslim)

Kita dapat menguraikan hadits di atas dari tiga sisi. Akan tetapi, di sini kami hanya
membahas sisi yang pertama. Hadits Nabi saw. di atas masih memerlukan kajian dan
penelitian, baik dari segi momentum dikeluarkannya hadits tersebut atau dari segi kepada
siapa hadits tersebut ditujukan maupun dari segi bentuk dan susunan katanya. Hal itu perlu
sekali dilakukan guna mengetahui relevansinya dengan karakteristik wanita. Dari segi
momentum, hadits di atas disampaikan ketika Nabi saw. memberikan saran dan nasihat
kepada kaum wanita setelah shalat hari raya. Mungkinkah Rasulullah saw. sebagai seorang
yang berakhlak mulia memejamkan mata ketika menghadapi persoalan wanita, kemudian
menjatuhkan martabat mereka dan merendahkan nilai kepribadian mereka pada saat yang
penuh dengan suka cita itu? Dari segi kepada siapa hadits itu ditujukan, sudah jelas.
Mereka adalah jamaah wanita kota Madinah yang mayoritas kaum Anshar. Mereka
digambarkan oleh Umar dalam ucapannya sebagai berikut: "Tatkala kami sampai di
Madinah, kami temukan bahwa kaum yang lebih dominan adalah kaum wanitanya. Lalu
wanita-wanita kami meniru adab dan perilaku orang-orang Anshar." Hal itu menjelaskan
mengapa Rasulullah saw. mengatakan: "... Aku tidak pernah melihat orang-orang yang
kurang akal dan agama mampu melumpuhkan hati seorang laki-laki yang tegas melebihi
salah seorang dari kalian?"

Dari segi bentuk dan susunan nash, kata-kata di dalam hadits tersebut tidak berbentuk
taqriri (ketetapan) kaidah umum atau hukum umum, tetapi lebih bersifat ungkapan rasa
kagum Rasulullah saw. terhadap kontradiksi yang terjadi, yaitu mengenai lebih
dominannya kaum wanita --padahal mereka adalah makhluk yang lemah-- atas kaum laki-
laki yang memiliki sikap tegas. Artinya, kekaguman Rasulullah saw. terhadap hikmah/
kebijaksanaan Allah SWT adalah karena Allah meletakkan kekuatan di tempat yang kita
duga lemah dan dia memperlihatkan kelemahan di tempat yang kita duga kuat! Karena itu
kita patut bertanya, bukankah kata-kata hadits yang terdapat dalam nasihat Nabi saw. itu
mengandung sentuhan atau sindiran halus terhadap kaum wanita? Bukankah itu merupakan
permulaan yang apik pada satu bagian dari bagian-bagian nasihat Nabi saw.? Seolah-olah
beliau ingin mengatakan: "Wahai kaum wanita, kalau kalian diberi kekuatan oleh Allah
untuk melumpuhkan hati kaum laki-laki yang bersifat tegas, meskipun kalian lemah, maka
takutlah kepada Allah, dan jangan kalian pergunakan kekuatan kalian itu kecuali untuk hal-
hal yang baik dan bermanfaat."

Demikianlah permasalahannya, dan kalimat "yang kurang akal dan agama" disampaikan
hanya satu kali dengan tujuan menarik perhatian sekaligus merupakan pendahuluan yang
apik-dan halus dalam menyampaikan nasihat, khususnya terhadap kaum wanita. Artinya,
hal itu tidak pernah disampaikan secara khusus dalam bentuk taqriri, baik di hadapan kaum
wanita maupun kaum laki-laki.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (5 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

Penulis berupaya mendiskusikan beberapa masalah fundamental dan sangat penting yang
ada kaitannya dengan topik di atas. Masalah-masalah tersebut sering dipakai oleh banyak
ulama untuk mempersempit ruang gerak wanita. Tentu saja, hal itu berbeda dengan apa
yang diterapkan oleh Nabi saw., diantaranya, seperti dalam masalah saddudz dzari'ah
(pencegahan sebelum terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan).

Sebagai penutup, saya katakan bahwa buku yang berisikan nash-nash yang kuat, pendapat-
pendapat yang benar, bukti-bukti yang hidup, pemahaman yang cemerlang, dan ulasan-
ulasan yang padat telah menambah khazanah kepustakaan Islam, di samping bobot dan
orisinilitas yang terkandung di dalamnya.

Pada beberapa bagian buku ini mungkin terdapat hal-hal yang berbeda dengan pendapat
sebagian orang akibat pengaruh budaya dan lingkungan. Hal itu sesuai dengan ketentuan
sunnatullah terhadap manusia. Namun demikian, semangat dan esensi buku ini dalam
menjelaskan sikap Islam terhadap wanita berdasarkan nash-nash yang muhkamat dan
petunjuk umum pada masa kenabian tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Saya berdoa kepada Allah semoga para pembaca buku ini dapat memetik manfaat darinya,
sementara penulisnya diberi ganjaran yang setimpal atas jasa, jerih payah, dan tenaga yang
telah dikorbankan selama bertahun-tahun demi terwujudnya buku ini. Semoga Allah
menunjuki kita semua jalan yang benar!

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pengantar3.html (6 of 6)12/12/2005 7:51:40


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Bab. I PENDAHULUAN
Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orangyang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keaduan beragama Islam." (Ali Imran: 102)

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahlm. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu." (an-Nisa': 1)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar." (al-Ahzab: 70-71)

Buku ini merupakan buah karya hamba Allah yang lemah, yang berusaha membahas topik
permasalahan yang sangat besar dan penting. Hanya Allah --sebelum dan sesudahnya--
tempat kita meminta pertolongan dan kepada-Nya juga penulis bertawakal serta berserah
diri.

A. LATAR BELAKANG PENULISAN BUKU

Telah sekian tahun penulis bertekad melakukan kajian yang mendalam tentang Sirah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (1 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

Nabawiyyah (Sejarah Kehidupan Nabi saw.) berdasarkan buku-buku Sunnah agar kita
memiliki pegangan yang lebih kuat dan mantap. Bagaimana pun, kisah atau sejarah
kehidupan Nabi saw. belum mendapatkan perhatian yang cukup sehingga banyak sanad
yang belum ditahqiq (diteliti). Akibatnya, masih sangat sulit untuk menentukan mana yang
sahih dan mana yang dhaif. Faktor yang mendorong penulis melakukan pekerjaan ini
adalah kenyataan bahwa Sirah Nabawiyyah yang mengetengahkan kehidupan Rasulullah
mengandung banyak sekali perkataan, perbuatan, dan taqrir (ketetapan) yang masuk ke
dalam kategori Sunnah, sehingga dapat ditiru oleh kaum muslimin dalam kehidupan
mereka. Karena itu, sirah harus diketengahkan kepada kaum muslimin dengan dalil yang
lebih kuat sehingga mereka dapat mengikuti petunjuknya dengan perasaan tenang dan
mantap melalui keabsahan dalil-dalil yang dijadikan pegangan. Perlu juga penulis sebutkan
di sini bahwa kecenderungan untuk mempelajari sirah melalui kitab-kitab Sunnah
merupakan akibat hubungan penulis dengan seorang yang alim dan ahli hadits, Syekh
Nashiruddin al-Albani. Penulis pernah belajar kepada beliau dan merasakan bahwa masa
tersebut merupakan masa yang indah dan penuh berkah. Penulis memulainya dengan
mempelajari kitab Shahih Muslim beserta Syarah Imam an-Nawawi. Namun, ketika
menguraikan dan mengelompokkan hadits-hadits tersebut, penulis sempat dikejutkan oleh
beberapa hadits yang bersifat praktis dan operasional serta berkaitan dengan masalah
wanita dan hubungannya dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan. Yang
mengejutkan itu adalah bahwa hadits-hadits tersebut bertolak belakang sama sekali dengan
apa yang penulis pahami dan praktekkan selama ini, bahkan dengan apa yang dipahami
dan dipraktekkan oleh berbagai kelompok keagamaan yang pernah berhubungan dengan
mereka. Mereka terdiri atas berbagai aliran, seperti organisasi asy-Syari'ah, Ikhwanul
Muslimun, kelompok Sufi, kelompok Salaf, Partai Pembebasan Islam, dan lain-lain.
Bahkan, hadits-hadits tersebut --karena vital dan pentingnya-- telah menarik penulis untuk
membenahi persepsi mengenai karakteristik wanita muslimah dan sejauh mana
keterlibatannya dalam berbagai bidang kehidupan pada zaman kerasulan Muhammad saw.

Di sini penulis kemukakan kepada pembaca apa yang diisyaratkan oleh beberapa hadits
dengan harapan pembaca akan menemukan sesuatu yang baru, sekaligus tertarik, untuk
kemudian melakukan peninjauan kembali terhadap kenyataan yang sedang kita hadapi
sesuai dengan tuntunan hadits-hadits tersebut, seperti:

● Wanita muslimah menghadiri shalat isya dan subuh di masjid Rasulullah saw.
● Wanita muslimah menghadiri shalat Jum'at dan menghapal surat Qaaf langsung dari
mulut Rasulullah saw. sendiri.
● Wanita muslimah menghadiri shalat gerhana, meskipun waktunya panjang, bersama
Rasulullah saw.
● Wanita muslimah beri'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan di
masjid Rasulullah saw.
● Wanita muslimah mengunjungi suaminya, yaitu Rasulullah saw., yang sedang
beri'tikaf di masjid.
● Wanita muslimah memenuhi undangan ke pertemuan umum di masjid yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (2 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

disampaikan oleh muazin Rasulullah saw.


● Wanita muslimah menuntut Rasulullah saw. memberikan pelajaran khusus bagi
mereka, sebab kesempatan di masjid lebih banyak dikuasai oleh kaum laki-laki.
● Wanita muslimah mendatangi Rasulullah saw. untuk meminta fatwa tentang
berbagai masalah, baik yang bersifat pribadi ataupun umum.
● Wanita muslimah menyuruh kaum laki-laki berbuat ma'ruf dan melarang mereka
dari perbuatan munkar.
● Wanita muslimah menerima tamu, di antara mereka terdapat Rasulullah saw., dan
menghidangkan makanan kepada mereka.
● Wanita muslimah menyediakan rumahnya untuk para tamu yang berasal dari
kalangan muhajirin gelombang pertama.
● Wanita muslimah duduk bersama suaminya dan ikut santap malam bersama
tamunya.
● Wanita muslimah melayani tamu laki-laki dalam suatu resepsi perkawinan dan
menyuguhkan minuman segar kepada Rasulullah.
● Wanita muslimah ikut dalam beberapa peperangan Rasulullah saw., bertugas
memberi minum para pasukan yang kehausan, mengobati yang terluka, serta
mengangkut yang terbunuh dan terluka ke Madinah
● Wanita muslimah memohon kepada Rasulullah saw. untuk mendoakan agar dirinya
dapat mati syahid bersama pasukan marinir pertama, dan permohonannya itu
dikabulkan oleh Rasulullah saw.
● Wanita muslimah menghadiri shalat 'id bersama Rasulullah saw. dan kaum wanita
mendapatkan wejangan khusus dari Rasulullah saw. seusai khotbah 'id.
● Wanita muslimah diperintahkan oleh Rasulullah saw. --meskipun masih gadis
remaja dan dalam pingitan-- supaya keluar menghadiri shalat 'id agar dapat
menyaksikan suatu pertemuan yang baik dan mengikuti doa orang-orang mukmin.
● Wanita muslimah diperintahkan oleh Rasulullah saw. --meskipun dalam keadaan
haid-- supaya keluar menghadiri shalat 'id, tetapi agak menjauh dari mushalla
(tempat shalat). Tempat mereka adalah di belakang jamaah serta ikut bertakhir dan
berdoa bersama mereka.

Karena kuatnya tarikan tersebut, penulis mengubah haluan pengkajian dari proyek
penulisan Sirah Nabawiyyah pada proyek pengkajian wanita muslimah pada masa
kenabian. Kondisi wanita muslimah pada masa kenabian memberikan gambaran yang jelas
sekali tentang udara kebebasan yang dapat dihirup kaum wanita. Yang mendorong penulis
mengerjakan proyek baru ini adalah bahaya besar yang pernah dan masih penulis rasakan,
yaitu dominasi visi dan persepsi yang bertolak belakang dengan ajaran agama mengenai
emansipasi wanita. Apalagi, sikap yang bertolak belakang dengan ajaran agama itu sudah
sangat kental terdapat dalam jiwa beberapa kelompok umat Islam yang taat beragama dan
antusias sekali menegakkan syariat Islam, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Mengatakan yang hak itu hak dalam soal wanita sama
pentingnya dengan mengatakan yang hak itu adalah hak dalam aspek mana pun dari aspek-
aspek syariat karena kedua-duanya sama-sama memperjuangkan agama Allah. Namun

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (3 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

demikian, masalah wanita memiliki urgensi tersendiri karena beberapa pertimbangan


berikut:

1. Bagi seorang muslim, wanita adalah ibu, saudara perempuan, istri, atau anak
perempuan. Jika keempat status itu dihimpun oleh seorang wanita, maka manusia
manakah yang lebih mulia daripadanya?
2. Wanita muslimah paling sering dijadikan mangsa oleh dua jenis jahiliah: jahiliah
abad keempat belas hijrah, yaitu jahiliah dalam sikap yang berlebihan, keras, dan
taklid buta yang dimiliki oleh kaum bapak, dan jahiliah abad kedua puluh masehi,
yaitu jahiliah yang memamerkan aurat, melakukan seks bebas, dan taklid buta
terhadap Barat. Kedua jenis jahiliah tersebut tidak sesuai sama sekali dengan syariat
Allah.
3. Rasulullah saw. bersabda: "Wanita itu adalah saudara kandung pria." (HR Abu
Daud)1 Menolong wanita muslimah berarti menolong insan muslim dengan kedua
belah pihaknya, yaitu yang teraniaya dengan menyadarkan dan membersihkannya
serta yang menganiaya dengan mengembalikannya ke jalan yang benar dan tidak
berbuat aniaya lagi, sebagai pelaksanaan terhadap perintah Nabi saw. yang
berbunyi: "Bantulah saudaramu yang menganiaya atau yang teraniaya." Para
sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, yang ini kami bantu karena dia teraniaya.
Tetapi bagaimana kami membantunya kalau dia yang menganiaya?" Rasulullah
saw. menjawab: "Kalian tahan tangannya."2 Dan menurut satu riwayat: "Kamu
cegah dia dari berbuat aniaya, itulah pertolongan kepadanya."3
4. Wanita adalah setengah masyarakat. Jika kaum wanita tidak berfungsi berarti
separuh kehidupan manusia tidak berfungsi dengan melahirkan generasi mukmin
mujahid yang cemerlang atau tidak berfungsi dari berpartisipasi dalam membangun
masyarakat, baik dalam bidang sosial maupun politik. Namun, hal itu tidak
menafikan tidak berfungsinya "setengah yang lain" (kaum laki-laki) sampai ke
tingkat yang cukup memprihatinkan. Dengan begitu, membebaskan wanita
muslimah sama artinya dengan membebaskan setengah masyarakat muslim, dan
wanita tidak dapat bebas kecuali bersamaan dengan bebasnya kaum laki-laki.
Selanjutnya kedua kelompok tersebut tidak akan pernah bebas kecuali dengan
mengikuti petunjuk Allah.
5. Di balik semua itu, Allah telah memberikan perasaan yang halus kepada wanita
sehingga mereka senang beragama asalkan saja mendapatkan pengarahan yang baik
dan bijaksana. Hal ini mengingatkan penulis pada kata-kata dua orang ulama masa
kini yang karyanya pernah penulis baca. Ulama pertama4 berkata: "Mereka (wanita)
paling siap mempelajari agama, memiliki akhlak yang baik dan berbuat kebajikan.
Mereka paling siap mendengar dan mengikuti asalkan saja mereka menemukan
pembimbing, laki-laki maupun wanita, yang bijaksana dan saleh serta dapat
menunjukkan kebenaran dan dengan kebenaran itu dia melakukan
perubahanperubahan terhadap wanita." Sementara ulama kedua5 berkata: "Ketika
saya bergelut dengan tugas memberikan fatwa melalui radio dan televisi selama
bertahun-tahun, saya mendapatkan sejumlah catatan penting. Sekian ribu surat yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (4 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

saya terima itu berasal dari berbagai negara dan dari berbagai kelompok manusia,
yang masih remaja dan sudah tua atau dari kalangan laki-laki dan wanita. Surat-
surat tersebut bersifat pribadi dan umum. Di antara catatan-catatan penting tersebut,
yang pertama, adalah agama dalam masyarakat kita masih berada di garis terdepan
dalam soal memberikan pengarahan dan pengaruh. Kedua, bahwa wanita secara
umum lebih peduli terhadap agama dibandingkan dengan laki-laki. Tampaknya, apa
yang dikaruniakan Allah kepada wanita berupa perasaan yang halus, sifat santun,
dan rasa kasih sayang telah membuatnya lebih dekat kepada fitrah/naluri
keagamaan dibandingkan dengan kaum laki-laki. Karena itu, tidak heran jika
kepedulian wanita terhadap agama lebih besar dan rasa takutnya akan 'hisab' yang
jelek lebih kuat. Masih banyak kita lihat wanita yang sebelumnya suka buka-
bukaan, kemudian sadar atas kemauan sendiri dan kembali menutup aurat serta
mengikuti etika Islam, meskipun berbagai upaya dan cara dilakukan oleh musuh-
musuh Islam untuk merusak mereka, baik di dalam maupun di luar negeri. Juga
tidak aneh jika kita melihat banyak gadis remaja dan kaum ibu yang memakai
pakaian gaya Barat modern (yang bertentangan dengan tuntunan agama), tetapi
mereka tetap rajin melakukan shalat, puasa, haji, umrah, dan rukun-rukun Islam
lainnya. Artinya adalah bahwa benih-benih agama yang ada di dalam dada mereka
belumlah mati. Rasa keterpautan dan perhatian pada agama, meskipun sedikit,
masih hidup sehingga membuatnya tetap konsisten, tumbuh dan berkembang,
kemudian berbuah dan menghasilkan dalam waktu dekat dengan izin Tuhannya.
Dengan demikian, dia dapat bebas dari bayang-bayang kehancuran yang senantiasa
menghantui hidupnya."

Tidak heran jika kedua orang ulama yang mulia itu berkata demikian sebab nash-nash
petunjuk Nabi saw. membuktikan apa yang mereka katakan itu. Sebagai contoh adalah
Aisyah r.a.. Dia senang dan mendambakan sekali agar dirinya boleh ikut berjihad, sehingga
dia berkata: "Wahai Rasulullah, kami melihat jihad itu adalah amalan yang paling afdal,
apakah kami boleh ikut berjihad?" (HR Bukhari)6 Selain itu ada Ummu Haram yang ingin
mati syahid bersama pasukan marinir. Dia berkata: "Wahai Rasulullah, tolonglah doakan
semoga Allah menjadikanku bersama mereka." Lalu Rasulullah saw. mendoakannya." (HR
Bukhari)7 Lihat pula seorang wanita yang bekerja dengan tangannya sendiri, kemudian
bersedekah dengan hasil usahanya itu. "Adalah Zainab binti Jahasy orang yang paling
takwa kepada Allah, paling suka menyambung silaturrahim, paling banyak bersedekah,
dan paling suka mengorbankan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang dengan pekerjaan
itu dia dapat bersedekah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT." (HR Muslim)8

Ada pula sejumlah wanita yang meminta dan mengharapkan diberi kesempatan yang lebih
luas lagi untuk menimba ilmu pengetahuan dari Nabi saw. Sejumlah wanita berkata kepada
Nabi saw.: "Kami dikalahkan oleh kaum laki-laki dalam merebut kesempatanmu. Karena
itu tolonglah engkau sediakan harimu untuk kami." (HR Bukhari dan Muslim)9 Ada lagi
sejumlah wanita yang bersedekah dan berkorban lebih banyak daripada kaum laki-laki.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (5 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

Rasulullah saw. bersabda:

"Bersedekahlah, bersedekahlah kalian (kaum laki-laki), sebab yang sudah


banyak bersedekah adalah dari kalangan wanita." (HR Muslim)10

Sebelum masuk Islam, wanita Quraisy adalah orang yang sangat lembut hatinya dan sangat
senang mendengarkan Kalamullah. "Dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa Abu Bakar
membangun sebuah masjid di pekarangan rumahnya. Dia melaksanakan shalat dan
membaca Al-Qur'an di masjid tersebut. Lalu datang berduyun-duyun ke tempat itu wanita-
wanita Quraisy bersama anak-anak mereka karena mereka kagum dengan apa yang dibaca
Abu Bakar dan mereka memperhatikan Abu Bakar. Kejadian itu membuat para pemuka
Quraisy takut dan berkata: "Kami khawatir ia memperdaya istri dan anak-anak kami." (HR
Bukhari)11

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Kejadian itu membuat para pemuka Quraisy takut. Artinya
mereka mengkhawatirkan orang-orang kafir karena mereka mengetahui kelembutan hati
para istri dan pemuda-pemuda mereka yang mengkhianatinya cenderung pada agama
Islam. "12

Masih berkaitan dengan masalah motivasi, perhatian penulis terhadap gagasan ini semakin
bertambah setiap membaca tulisan dan artikel atau mendengarkan ceramah tentang wanita
dalam Islam. Pendapat saya sering berbenturan dengan pendapat para ulama yang mulia,
baik yang terdahulu maupun yang sekarang, yang tidak sejalan dengan apa yang terdapat
dalam buku-buku Sunnah yang berisi nash-nash sahih dan tegas (sharih).

Saya akan mengemukakan dua contoh saja mengenai pendapat ulama terdahulu. Sebuah
riwayat yang datang dari Ikrimah dan asy-Sya'bi dalam kitab ath-Thabari mengatakan
tentang diharamkannya paman dan bibi melihat perhiasan wanita kemenakannya. Dalam
membahas masalah ini mereka disamakan dengan kalangan asing (ajnabi). Hadits ini
dikutip turun-temurun oleh para penulis umumnya dan mufassir (ahli tafsir) khususnya
selama berabad-abad hingga sekarang ini, tanpa meneliti matan riwayat tersebut atau
sejauh mana sejalannya dengan Sunnah, juga tanpa memperhatikan apa yang menyebabkan
datangnya riwayat ini.

Dari segi matan, ada hadits --yang berfungsi untuk menjelaskan Kitabullah-- yang
menyebutkan bahwa paman dan bibi sama haknya dengan mahram-mahram lain
sebagaimana yang tercantum dalam ayat berikut:

"... dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)


tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (6 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau putra
putra saudara lelaki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka atau
wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-
pelayan laki-lakiyang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita ..." (an-Nuur: 31)

Hadits yang dimaksud adalah hadits Aisyah r.a. berikut ini:

"Aflah, saudara Abul Qu'ais, minta izin (untuk bertemu denganku) setelah
diturunkannya ayat hijab. Aku berkata: 'Aku tidak bisa memberi izin
kepadanya sampai aku minta izin pada Nabi saw. tentang dia. Sesungguhnya
saudaranya Abul Qu'ais bukanlah dia yang menyusukanku. Akan tetapi yang
menyusukanku adalah istri Abul Qu'ais.' Kemudian Nabi saw. datang
kepadaku, lalu aku katakan padanya: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Aflah, saudara Abul Qu'ais minta izin untuk bertemu denganku. Tetapi aku
enggan memberikan izin kepadanya sebelum aku minta izin terlebih dahulu
kepadamu.' Lalu Rasulullah saw. berkata: 'Apa yang menghalangimu
sehingga kamu tidak mengizinkan masuk pamanmu sendiri?' Aku jawab:
'Wahai Rasulullah, lelaki itu, bukan dia yang menyusukanku. Akan tetapi
yang menyusukanku adalah istri Abul Qu'ais. 'Lantas Rasulullah saw.
bersabda: 'Izinkanlah dia masuk, sebab dia itu adalah pamanmu, dan hal itu
tidak jadi masalah bagimu.'" (HR Bukhari dan Muslim)13

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dengan mengetengahkan hadits ini, seolah-olah Bukhari
ingin menjawab pendapat orang yang tidak senang ketika seorang wanita melepaskan
kerudungnya di depan paman atau saudara laki-laki dari ibu (khal). Seperti riwayat yang
dikeluarkan oleh ath-Thabari melalui Daud bin Abu Hindun dari Ikrimah dan asy-Sya'bi.
Kepada mereka berdua ada yang bertanya: "Mengapa tidak disebutkan paman dan saudara
laki-laki dari ibu (khal) dalam ayat tersebut?" Kedua ulama ini menjawab: "Sebab paman
dan khal bisa menjodohkan keponakan perempuannya itu dengan anak-anak laki-lakinya."
Karena itulah Ikrimah dan asy-Sya'bi tidak senang jika seorang perempuan melepaskan
kerudungnya di hadapan paman atau khalnya. Hadits Aisyah tentang kisah Aflah di atas
dapat menjawab pendapat Ikrimah dan asy-Sya'bi ini. Inilah di antara ketelitian yang
terdapat dalam bab-bab Shahih Bukhari."14

Al-Hafizh ibnu Hajar juga berkata: "Kalau ada yang bertanya, mengapa dalam ayat
tersebut tidak disebutkan paman dan khal?" Jawabannya: "Penyebutan paman dan khal
tersebut cukup dalam bentuk isyarat saja. Sebab paman sama kedudukannya dengan bapak
dan khal sama kedudukannya dengan ibu." Adapula yang mengatakan karena paman dan
khal dapat menjodohkan keponakan perempuannya itu dengan anak-anak laki-lakinya
sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah dan asy-Sya'bi. Tetapi pendapat ini dibantah
oleh jumhur ulama.15

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (7 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

Sementara itu, asy-Syaukani berkata: "Tidak disebutkan paman dan khal karena kedudukan
mereka sama dengan kedua orang tua."16 Sedangkan pelarangan lebih disebabkan oleh
kekhawatiran paman dan khal akan menceritakan kondisi keponakannya kepada anak laki-
lakinya untuk kemudian menjodohkan mereka. Kalau kita pikirkan secara cermat,
alasannya terasa lemah sekali. Sebab atas dasar motivasi apa paman dan khal menceritakan
keponakan perempuannya kepada anak laki-lakinya --kalau hal itu benar-benar mereka
lakukan-- selain mendorong mereka untuk kawin? Jika memang itu yang dikhawatirkan,
mengapa larangan itu hanya berlaku untuk paman dan khal dari pihak bapak, sementara
bibi dari ayah dan ibu tidak? Bahkan, mengapa paman dan khal dari pihak bapak termasuk
ke dalam larangan sementara perempuan lain yang tidak memiliki hubungan darah sama
sekali tidak dilarang? Kami kira orang yang memiliki hubungan darah pasti memiliki lebih
besar kepeduliannya dalam menjaga kehormatan kaum keluarganya. Mengapa
berprasangka buruk semacam itu? Mengapa harus berperasaan yang bukan-bukan terhadap
kaum keluarga? Selain itu, mengapa harus menyalahi dalil aqli dan naqli? Rasa hormat
macam apa lagi yang masih tersisa dalam hati seorang keponakan terhadap paman dan
bibinya jika dia sudah khawatir bahwa paman dan bibinya itu akan menghancurkan
kehormatannya?

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pendahuluan.html (8 of 8)12/12/2005 7:51:43


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 1

1 Shahih Al-Jami' ash-Shaghir, hadits no. 2329.

2 Bukhari, Kitab: Perbuatan-perbuatan zalim, Bab: Tolonglah saudaramu baik yang


menganiaya ataupun yang teraniaya, jilid 6, hlm. 23.

3 Bukhari, Kitab: Paksaan, Bab: Sumpah seseorang kepada temannya karena takut dibunuh
atau seumpamanya, jilid 15, hlm. 358. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan,
dan etika, Bab: Membantu saudara yang menganiaya atau teraniaya, jilid 8, hlm. 19.

4 Dia adalah Syekh Abdullah bin Zaid al-Mahmud, Kepala pengadilan agama dan Kantor
Urusan Agama Qatar. Ucapan tersebut kami kutip dari desertasi beliau yang berjudul Al-
Akhlaq al-Hamidah li al-Mar'ah Mu'ashirah.

5 Dr. Yusuf Qardhawi. Ucapan ini dikutip dari: Mukadimah buku beliau yang berjudul
Fatawa Mu'asshirah.

6 Shahih Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Keutamaan Jihad, jilid 6, hlm. 344.

7 Ibid.

8 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Aisyah r.a. jilid 7,
hlm. 136.

9 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Apakah untuk kaum wanita disediakan waktu khusus untuk
belajar? jilid 1, hlm. 206. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan dan etika,
Bab: Keutamaan orang yang kematian anak lalu ia merasa sedih karenanya, jilid 8, hlm. 39.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (1 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

10 Muslim, Kitab: Dua hari raya, jilid 3, hlm. 20.

11 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Hijrah Nabi saw. dan para sahabat beliau ke Madinah
jilid 8, hlm. 233.

12 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 233.

13 Bukhari, Kitab: Tafsir surat al-Ahzab, Bab: Ayat 54-55 jilid 10, hlm. 151. Muslim,
Kitab: Persusuan, Bab: Keharaman persusuan dari jalur lelaki, jilid 4, hlm. 163.

14 Fathul Bari, jilid 10, hlm. 151.

15 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 258.

16 Fathul Qadir, jind 4, hlm. 298.

17 Al-Mabsuth, ash-Sarakhsi, jilid 1, hlm. 145-146.

18 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Haji Nabi saw., jilid 4, hlm. 42.

19 Bukhari, Kitab: Mohon izin, Bab: Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta izin dan
memberikan salam kepada penghuninya," Jilid 13, hlm. 245. Muslim, Kitab: Haji, Bab:
Menghajikan orang yang tidak mampu disebabkan sakit-sakitan terus atau tua renta dan
semisalnya, jilid 4, hlm. 10.

20 Lihat pasal mengenai keterlibatan wanita dalam kehidupan sosial dan pertemuannya
dengan kaum laki-laki.

21 Majma' az-Zawaid, Kitab: Nikah, Bab: Apa yang baik bagi wanita. jilid 4, hlm. 255.

22 Ihya' Ulumiddin, Kitab: Nikah, Bab III mengenai adab bergaul dan bagaimana cara
lelaki berlindung dari bahaya cemburu.

23 Lihat pasal keterlibatan wanita dalam kehidupan sosial dan pertemuannya dengan kaum
laki-laki. Tentang keterlibatan wanita di masjid.

24 Pembicaraan mengenai hadits ini terdapat dalam pasal selanjutnya.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (2 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

25 Pasal selanjutnya.

26 I'lam al-Mawaqqi'in, jilid 3, hlm. 284.

27 Adab ath-Thalab, oleh asy-Syaukani.

28 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian, jilid 7, hlm. 445.

29 Hadits ini terdapat dalam buku Misykat al-Mashabih, jilid 1, hlm 82, no. 248.
Muhaqqiq, Syekh Nashiruddin al-Albani menyebutkan bahwa Hafizh al-Aila'iy
mensahihkan beberapa jalur hadits ini.

30 Shahih Al-Jami'ash-Shaghir, hadits no. 1870.

31 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 123.

32 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Wanita haid menjauhi mushalla, jilid 3, hlm. 22.
Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, Bab: Diperbolehkannya wanita pergi ke mushalla
pada dua hari raya, jilid 3, hlm 20.

33 Shahih Sunan Ibnu Majah, Mukaddimah bab: "Orang-orang yang telah mencapai ilmu",
hadits no. 187.

34 Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu'allaq, Kitab: Ilmu Bab: Keluar menuntut ilmu,
jilid 1, hlm. 183. Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Diriwayatkan oleh Bukhari dalam buku
Al-'Adab al-Mufrad, sedangkan Ahmad dan Abu Ya'la dalam kitab musnad mereka."

35 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Seorang lelaki mengajar budak perempuan dan keluarganya,
jilid 1, hlm. 200.

36 Atsar ini terdapat dalam Fathul Bari. Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Diriwayatkan oleh ad-
Danmi dengan sanad yang sahih", jilid 1, hlm. 202.

37 Shahih Al-Jami'ash-Shaghir, hadits no. 2329.

38 Muslim, Kitab: Ilmu, Bab: Barangsiapa yang mensunnahkan kebajikan atau keburukan
dan barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk atau kesesatan, jilid 8, hlm. 62.

39 Al-Muwaththa', Kitab: Qadar, Bab: Larangan membicarakan masalah qadar, jilid 2,


hlm. 899. Lihat Shahih Al-Jami' ash-Shaghir, no. 2934.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (3 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

40 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Tamattu, qiran, dan haji ifrad bagi orang yang tidak
membawa hewan sembelihan, jilid 4, hlm. 175.

41 Majma' az-Zawaid, Kitab: Ilmu, Bab: Mengenai orang yang menghalalkan yang haram,
mengharamkan yang halal atau meninggalkan Sunnah. Hafizh al-Haitsami berkata:
"Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab Al-Aswath. Semua rijalnya sahih."

42 Bukhari, Kitab: Minuman, Bab: Minum sambil berdiri, jilid 12, hlm. 183.

43 Fathul Bari, jilid 12, hlm. 178.

44 Bukhari, Kitab: Berpegang teguh pada Kitab dan Sunnah, Bab: Sabda Nabi saw.:
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kalian", jilid 17, hlm. 63.
Muslim, Kitab: Ilmu, Bab: Mengikuti jejak-jejak orang Yahudi dan Nasrani, jilid 8, hlm.
57.

45 Lihat Silsilah al-Hadits ash-Shahihah, no. 168.

46 Pendahuluan buku mengenai hijab wanita Muslimah, karangan al-Albani.

47 Bukhari, Kitab: Menyadarkan orang-orang yang murtad supaya bertobat, Bab: Apabila
orang kafir dzimmi mengumpat Nabi saw., jilid 15, hlm. 308. Muslim, Kitab: Salam Bab:
Larangan memulai mengucapkan salam kepada Ahli Kitab dan cara menjawab salam
mereka, jilid 7, hlm. 4.

48 Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan dan etika, Bab: Keutamaan lemah
lembut/ramah, jilid 8, hlm. 22.

49 Bukhari, Kitab: Berpegang teguh pada Kitab dan Sunnah, jilid 17, hlm. 55.

50 Fathul Bari, jilid 17, hlm. 55.

51 Bukhari, Kitab: Mandi, Bab: Orang yang memakai wewangian kemudian dia mandi,
lalu bau wanginya masih tertinggal, jilid 1, hlm. 396. Muslim, Kitab: Haji, Bab:
Wewangian bagi orang yang ingin berihram, jilid 4, hlm. 12.

52 Fathul Bari, jilid 4, hlm 140-141.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (4 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

53 ibid

54 Bukhari, Kitab: Puasa, Bab: Orang puasa yang bangun pada pagi harinya dalam
keadaan berjunub, jilid 5, hlm. 45. Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Sahnya puasa orang yang
sudah terbit fajar sementara dia masih dalam keadaan berjunub, jilid 3, hlm. 137.

55 Muslim, Kitab: Haid, Bab: Hukum rambut wanita yang dipintal, jilid 1, hlm. 179.

56 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Orang yang mengalungkan kalung pada hewan
sembelihannya dengan tangannya sendiri, jilid 4, hlm. 293.

57 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Thawaf dan sa'i yang harus dilakukan oleh orang yang
berihram dengan niat haji sesampainya di Mekah, jilid 4, hlm 53.

58 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Apabila wanita kedatangan haid setelah melakukan thawaf
Ifadhah, jilid 4, hlm. 336. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Kewajiban melakukan thawaf Wada,
dan gugurnya kewajiban thawaf Wada' bagi wanita haid, jilid 4, hlm. 93. Nash hadits
Shafiyyah adalah riwayat Muslim.

59 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Haji tamattu pada masa Nabi saw., jilid 4, hlm. 177. Muslim,
Kitab: Haji, Bab: Boleh hukumnya bertamattu, jilid 4, hlm. 48.

60 Bukhari, Kitab: Haji, Bab Haji tamattu, qiran, dan ifrad, jilid 4, hlm. 176. Muslim,
Kitab: Haji, Bab: Boleh bertamattu, jilid 4, hlm. 46.

61 Muslim, Kitab Haji, Bab: Mengenai haji tamattu, jilid 4, hlm. 55.

62 Jami' al-Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih, oleh Ibnu Abdilbarr, hlm. 324.

63 Muslim, Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Doa dalam shalat malam, jilid 2, hlm. 185.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (5 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/1kaki.html (6 of 6)12/12/2005 7:51:45


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dalam satu referensi dari abad kelima yang mengulas hadits Aisyah berbunyi:

"Mereka (kaum wanita) pulang dari menunaikan shalat bersama Rasulullah


saw. dan mereka berselubung dengan kerudung. Mereka tidak bisa dikenali
karena sangat gelapnya malam hari."

disebutkan hal berikut ini:

"Yang lazim, Nabi saw. menunggu hari agak terang (untuk melakukan shalat
subuh). Kalau pada suatu waktu sudah tetap waktu melakukannya ketika hari
masih gelap disebabkan alasan bepergian (safar). Atau mungkin hal itu
dilakukan ketika ikutnya kaum wanita melaksanakan shalat berjamaah. Tapi
kemudian hal ini sudah dinasakh dengan keluarnya perintah supaya kaum
wanita menetap di rumah."17

Hal itu berarti bahwa kalimat [kalimat Arab] telah menasakh sabda nabi saw. yang
berbunyi [kalimat Arab]. Sedangkan wanita-wanita muslimin tetap saja menghadiri shalat
jamaah di masjid setelah turunnya ayat ini sampai wafatnya Rasulullah saw. Dalil-dalil
mengenai masalah ini banyak sekali, dan insya Allah akan saya sebutkan dalam
pembahasan selanjutnya.

Contoh-contoh yang terjadi pada zaman sekarang pun cukup banyak. Untuk itu, akan saya
sebutkan sebagiannya tanpa menyebutkan nama pengarang atau penulisnya, agar tulisan ini
tidak merusak nama para tokoh dan ulama terpandang. Kepada mereka saya pernah
belajar; saya pun tetap menghormati dan merasa bangga terhadap mereka. Tujuan saya
menjelaskan masalah ini adalah untuk membuktikan bahwa setiap manusia, betapapun
tinggi kedudukannya, dapat dipegang ucapannya bisa juga ditinggal. Sedikit sekali orang
yang tidak pernah berbuat salah. Karena itulah kita diharuskan kembali kepada Sunnah
Nabi saw. Hanya dengan Sunnah beliau kita memperoleh petunjuk dan dengan Sunnahnya
pula kita mengoreksi kesalahankesalahan para tokoh.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (1 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Seorang pengarang ternama, ketika menjawab pendapat orang yang memperbolehkan


wanita membuka wajah berkata: "Sebelum mengatasi masalah hijab (maksudnya
memperbolehkan wanita membuka wajah) Anda harus menghimpun kekuatan dan
kekuasaan yang dapat melindas setiap kejahatan yang muncul, sehingga apabila ada dalam
masyarakat dua mata yang melotot ke arah seorang perempuan yang keluar dari rumahnya
dengan wajah terbuka, maka hendaknya pada waktu yang sama sudah ada tujuh puluh
tangan yang siap mencongkel kedua bola mata itu dari tempatnya."

Bayangkan, betapa dahsyatnya ancaman itu jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan
oleh Rasulullah saw. ketika beliau melihat seorang pemuda yang memandang seorang
gadis remaja, kemudian pemuda itu mengulangi lagi pandangannya!

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: "... ketika dalam perjalanan, Rasulullah
saw. melewati beberapa orang wanita yang sedang menunggang unta. Lalu
al-Fadhal memandangi mereka. Rasulullah saw. segera meletakkan
tangannya ke muka al-Fadhal, lalu al-Fadhal memalingkan wajahnya ke arah
lain. Kemudian al-Fadhal kembali memandangi wanita-wanita itu. Dari arah
lain Rasulullah saw. kembali meletakkan tangannya ke muka al-Fadhal
sehingga al-Fadhal mengalihkan pandangannya." (HR Muslim)18

Dari Abdullah bin Abbas, dia berkata: "Seorang wanita cantik dari Kabilah
Khats'am datang kepada Rasulullah saw. untuk meminta fatwa. Lantas al-
Fadhal memandang wanita itu dan dia kagum terhadap kecantikannya. Nabi
saw. menoleh dan pada saat itu al-Fadhal masih memandangi wanita itu.
Nabi saw. segera memegang leher al-Fadhal dari belakang dan memutar
mukanya sehingga tidak melihat lagi ke arah wanita itu." (HR Bukhari dan
Muslim)19

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. terhadap Fadhal bin Abbas ketika dia
mengulangi pandangannya? Bukankah Rasulullah saw. hanya memutar wajah Fadhal ke
arah yang lain? Ketika itu Fadhal masih remaja belia. Dia adalah anak paman Rasulullah
saw. Rasulullah saw. berjalan ditemani Fadhal, bahkan Fadhal berboncengan bersama
Rasulullah saw. di atas unta. Rasulullah saw. tidak pernah menghukum dengan
mencongkel matanya atau memberinya pelajaran dengan satu atau beberapa kali pukulan.

Seorang ulama terkenal berkata: "Telah tetap bahwa muka bukanlah aurat yang wajib
ditutup. Namun demikian kita harus mengaitkan masalah ini dengan perhiasan yang tidak
berada di muka dan kedua telapak tangan yang merupakan bagian dari kecantikan."
Padahal pengarang tersebut, pada beberapa lembar sebelum pernyataanya, telah
mengemukakan beberapa hadits sahih yang menerangkan bolehnya terlihat beberapa jenis
perhiasan seperti celak di kedua mata dan inai/pacar pada kedua telapak tangan.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (2 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Seorang dosen berkata: "Islam memandang ikhtilat (perbauran antara laki-laki dan wanita)
sebagai bahaya besar dan cara mengatasinya hanyalah dengan perkawinan. Dengan
demikian, masyarakat Islam adalah masyarakat perseorangan, bukan masyarakat bersama
dan kami tegaskan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat tunggal, bukan masyarakat
pasangan. Kaum laki-laki mempunyai masyarakatnya tersendiri, begitu juga kaum wanita.
Islam memang membolehkan wanita menghadiri shalat 'id, shalat jamaah, dan ikut pergi
berperang dalam keadaan sangat mendesak. Akan tetapi, hal itu sampai di batas ini saja."

Dari pendapat dosen tersebut, penulis berharap --jika yang dimaksudkannya adalah
menentang ikhtilath yang urakan dan tidak mengindahkan ketentuan agama saja-- agar dia
menjelaskan bahwa Islam membolehkan wanita terlibat dalam kehidupan sosial dan
bertemu dengan kaum laki-laki dalam batas-batas serta aturan-aturan yang menjamin
murni dan benarnya partisipasi wanita, bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.
Hal itulah yang tercantum di dalam banyak nash Sunnah yang sebagiannya sudah
disebutkan dalam pembukaan buku ini. Diperkirakan, terdapat lebih dari 300 buah nash
dengan sumber kitab Shahih Bukhari dan Muslim yang menerangkan keterlibatan kaum
wanita dalam bebagai bidang kehidupan bersamaan dengan kehadiran kaum laki-laki."20

Seorang pengarang pernah mengemukakan hadits berikut ini: "Rasulullah saw. bertanya
kepada putrinya, Fathimah r:a.: 'Apa yang terbaik untuk wanita?' Fathimah menjawab:
'Jika wanita tidak melihat laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya.' Nabi saw. merangkul
putrinya seraya berkata: 'Sebagian manusia adalah satu keturunan dengan sebagian yang
lain.' Pengarang tersebut berkata: 'Hadits ini diriwayatkan oleh perawi yang empat. At-
Tirmidzi berkata: "Hadits ini hasan dan sahih."' Pengarang tersebut mengatakan bahwa
hadits ini merupakan dalil tentang wajibnya wanita menetap di rumah.

Namun, hadits tersebut lemah sekali. Meskipun seringkali disampaikan oleh para khatib
serta sering ditemukan dalam lembaran-lembaran buku dan majalah, kita tidak
menemukannya sama sekali dalam buku-buku perawi yang empat itu. Perawi hadits ini
sebenarnya adalah al-Bazzar, dan ini pun masih dipertikaikan para ulama. Al-Hafizh al-
Haitsami mengatakan dalam bukunya Majma'uz Zawa'id: "Hadits ini diriwayatkan oleh al-
Bazzar, dan di antara sanadnya ada orang yang tidak saya kenal."21 Sementara Al-Hafizh
al-'Iraqi berkata ketika mengeluarkan hadits ini dalam kitab Ihya' Ulumiddin:
"Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ad-Daruquthni dalam kitab Al-Ifrad dari hadits Ali
dengan sanad yang lemah."22

Demikian jika kita melihat hadits tersebut dari segi sanad. Adapun dari segi matan (isi),
hadits tersebut jelas sekali bertentangan dengan manhaj (pola) yang dicontohkan oleh
sahabiyah pada zaman Nabi saw. Ketika itu mereka berperan aktif dalam kehidupan sosial
dan bertemu dengan kaum laki-laki dalam berbagai kesempatan sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (3 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Seorang pengarang berkata: "Al-Haitsami mengemukakan beberapa hadits dalam kitab


Majma'uz Zawa'id yang secara keseluruhan derajatnya lemah. Akan tetapi karena
terkumpul banyak maka statusnya naik menjadi hasan li ghairihi (hadits dhaif yang naik
tingkatnya menjadi hasan karena diperkuat oleh hadits lain yang sama maksudnya). Hadits-
hadits tersebut menerangkan bahwa hanya wanita-wanita tua yang ikut shalat bersama
Rasulullah saw., sementara yang muda tidak."

Demikianlah, mereka berpegang pada hadits-hadits lemah untuk menguatkan pendapat


yang ingin menjauhkan wanita muda dari masjid. Sebaliknya, hadits-hadits sahih yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menegaskan kehadiran wanita-wanita remaja di
masjid, seperti Asma binti Abu Bakar, Atikah binti Zaid (istri Umar bin Khattab) Fatimah
binti Qais, Ummul Fadhal, Zainab (istri Ibnu Mas'ud), ar-Ruba'i binti Mu'awwidz, dan
banyak lagi yang lainnya."23

Dalam sebuah majalah Islam terdapat pertanyaan pembaca: "Kami adalah sekelompok
mahasiswa muslim yang berdomisili di salah satu negara Eropa. Kami berusaha
melaksanakan syariat Islam terhadap diri kami sedapat mungkin. Di antara kami ada yang
sudah menikah. Istrinya memakai hijab seperti yang dianjurkan agama. Akan tetapi dia
merasa sendiri dan terasing, sebab di sini tidak ada wanita lain yang memakai hijab atau
yang dapat berbahasa Arab. Pertanyaan kami adalah sejauh mana istri kawan kami itu
boleh berbaur --didampingi suaminya tentunya dan bukan berkhalwat-- dengan mahasiswa-
mahasiswa lainnya." Pertanyaan itu dijawab oleh seorang dosen sebagai berikut: "Ikhtilath
(berbaurnya laki-laki dengan wanita) pada dasarnya dilarang oleh Islam karena sabda Nabi
saw. mengatakan:

"Ingat, kaum laki-laki tidak dibenarkan masuk/bertemu dengan kaum


wanita. Tetapi diperbolehkan sebagai pengecualian dalam keadaan terpaksa
menurut syariat. Tetapi hanya dalam batas terpaksa. "

Bayangkan, fatwanya pertama kali menetapkan dengan tegas bahwa Islam melarang
ikhtilath antara laki-laki dan wanita, tetapi kemudian memperbolehkannya dalam keadaan
terpaksa. Padahal Al-Qur'an dan Sunnah telah menjelaskan bahwa pertemuan antara laki-
laki dan wanita --yang mereka namakan ikhtilath-- pada dasarnya boleh-boleh saja. Sunnah
Nabi saw. telah menetapkan keikutsertaan seorang wanita bersama suaminya dalam
menerima dan melayani tamu di samping pertemuan wanita dengan laki-laki dalam
berbagai bidang kehidupan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Jika Pembuat syariat
Yang Maha Bijaksana telah menetapkan aturan tentang keterlibatan wanita agar segala
sesuatunya berjalan dengan baik dan benar, Dia juga telah membuat ketentuan dan aturan
mengenai perkawinan, makan, minum, atau jual beli agar semuanya berjalan dengan baik
dan benar pula. Adapun hadits yang dikemukakan oleh dosen kita yang mengeluarkan
fatwa tersebut maksudnya adalah larangan bertemu dengan wanita dalam bentuk
berkhalwat.24

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (4 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Inilah beberapa buah contoh yang sering dibicarakan oleh para ulama dan penulis yang
didorong oleh keinginan untuk menjelaskan hukum-hukum agama. Selain itu, ada lagi
contoh lain dari para penulis yang kebarat-baratan dan membuka front permusuhan
terhadap agama. Dengan gigihnya mereka melecehkan hukum-hukum agama atau yang
mereka anggap sebagai hukum agama, padahal yang mereka duga itu sama sekali tidak ada
hubungannya dengan agama. Teman saya bercerita bahwa setiap dia mengemukakan
pandangannya untuk menjelaskan hukum agama yang berkaitan dengan salah satu kasus
sosial atau politik, teman lainnya --seorang dosen di sebuah universitas terkenal-- berkata:
"Inilah sudut pandang Anda sebagai akibat dari latar belakang keilmuan dan pendalaman
Anda terhadap pemikiran-pemikiran Barat modern. Dalam hal ini tidak ada penggambaran
tentang hakikat hukum agama sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an, As-Sunnah,
atau buku-buku fiqih dengan dalil. Banyak sekali ulama Islam yang mengatakan sesuatu
berbeda sekali dengan apa yang Anda katakan itu."

Menurut pandangan saya, kita harus memberikan keterangan yang jelas sekali kepada
orang-orang yang berpemikiran aneh, yang keanehan pemikirannya itu diantaranya
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para ulama dan penulis
terkemuka. Karena itu, dengan metode yang digunakan dalam buku ini, saya berharap,
kiranya dapat memudahkan bagi dosen-dosen seperti dalam kasus tadi dalam upaya
mendalami hukum-hukum syariat dari sumber-sumbernya yang asli, bukan dari pendapat
manusia yang bisa benar serta mendekatkan dan menjauhkan manusia dari syariat yang
penuh toleransi atau kemudahan.

B. TEMA PENULISAN

Pada dasarnya, buku ini merupakan kajian sosial yang bernuansa fiqih mengenai wanita
pada zaman kerasulan. Saya mengupayakan agar buku ini memuat semua nash yang
mengindikasikan wanita, dari dekat ataupun jauh, dalam hal kehidupannya, baik yang
bersifat pribadi maupun umum. Selain itu juga mengindikasikan sifat hubungan sosial
wanita dan keanekaragaman kegiatannya. Karena agama Islam mengatur kehidupan
perseorangan --laki-laki ataupun wanita-- seperti halnya mengatur tatanan masyarakat,
penggabungan antara kajian sosial dan kajian fiqih serta keterkaitan kegiatan sosial dengan
dalil-dalil fiqihnya akan menjadi faktor yang sangat membantu dalam penyelidikan yang
menyeluruh terhadap perilaku seorang individu muslim. Bagaimanapun, ciri-ciri kajian
sosial tidak hanya berpegang pada dalil-dalil dan nash-nash yang qath'i, tetapi juga
mengambil nash-nash dan dalil-dalil yang tingkatannya zhanni dengan pertimbangan
bahwa penetapan realita sejarah baru bisa terlaksana jika dua dalil tersebut diambil
sekaligus. Jika hukum fiqih membutuhkan dalil yang qath'i atau yang rajih untuk
menetapkannya, maka dalil yang mungkin dipakai sebagai dalil sudah cukup untuk
menguatkannya. Artinya suatu dalil yang dimungkinkan itu dapat dijadikan dalil
pendukung bagi dalil asli yang qath'i atau rajih. Pembaca dapat memperhatikan bahwa
beberapa nash yang dijadikan dalil untuk sesuatu perkara bersifat dimungkinkan.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (5 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Sementara kaidah mengatakan bahwa apabila maksud suatu nash yang dijadikan dalil
bersifat dimungkinkan (muhtamal), maka hal itu tidak dapat dijadikan dalil. Karena itu,
yang dapat dijadikan pegangan untuk menetapkan hukum hanyalah nash-nash yang dalil/
maksudnya adalah yang qath'i atau rajih. Sedangkan nash-nash yang lain dari itu hanya
dapat dijadikan pelengkap kajian sosial.

Sesungguhnya setiap perbuatan dari perbuatan-perbuatan orang yang mukallaf


mengandung sisi substansi dan formalitas. Sisi substansial tercermin dalam berbagai
bentuk penerapan yang dipengaruhi oleh lingkungan, situasi, tempat, dan waktu sehingga
sisi ini sangat perlu dipahami. Sesuatu yang mubah harus senantiasa berada dalam
kemubahannya; dan sesuatu yang haram, harus terus berada dalam keharamannya. Adapun
bentuk-bentuk penerapan yang substantif ini, seperti yang telah kita katakan, terus
berkembang. Meskipun terjadi berbagai macam perubahan, semuanya tetap berpegang
pada hukum yang substantif tersebut. Pengetahuan atas perbedaan masalah ini penting
sekali dan membantu kita dalam menerima dan mengetahui bentuk-bentuk penerapan baru,
misalnya dalam masalah pendidikan wanita, tugas wanita, atau kegiatannya dalam bidang
sosial dan politik. Semua permasalahan itu mengandung substansi yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah saw. yang mulia. Namun, apakah bentuk-bentuk penerapan yang berlaku
pada zaman Nabi saw. mengandung pewajiban bahwa kita harus terpaku pada bentuk
penerapan seperti itu dan tidak boleh melangkahinya? Ataukah kita harus
mempertimbangkan faktor-faktor baru yang berpengaruh, maksudnya gejala-gejala sosial
baru, lalu bentuk-bentuk penerapannya kita format ulang berdasarkan gejala-gejala baru
tersebut?

Dalam hal ini, penulis sudah berusaha memantau gejala-gejala sosial baru yang
berpengaruh terhadap kegiatan wanita dan hubungannya, baik dalam keluarga atau dalam
bidang profesi, sosial dan politik. Begitu juga gejala-gejala yang berpengaruh terhadap
pakaian wanita dan perhiasannya. Semua itu dimaskudkan agar wanita muslimah dapat
menyesuaikan diri secara benar dan dapat bermasyarakat secara modern sambil tetap
berpijak pada substansi yang telah digariskan agama. Dengan demikian dia senantiasa
konsisten terhadap perintah Allah.

Adapun tujuan kajian sosial yang bernuansa fiqih ini --dan yang menerangkan dengan jelas
sekali bagaimana keikutsertaan wanita dalam kehidupan sosial pada zaman kerasulan--
adalah dalam rangka ikut ambil bagian memberikan gambaran agar wanita-wanita
muslimah modern dapat mengikuti langkah-langkah atau aktivitas wanita-wanita zaman
kerasulan dengan pedoman petunjuk Nabi saw.

Tujuan tersebut mengalihkan perhatian penulis pada sebuah masalah besar dan penting
yang menuntut kerjasama serta pengorbanan kalangan ulama dan cendekiawan, yaitu
masalah emansipasi atau pembebasan pemikiran muslim modern. Dalam arti
membebaskannya dari belenggu raksasa, ukuran-ukuran palsu, dan pemikiran-pemikiran
rusak yang telah menguasainya selama beberapa kurun waktu sehingga dia menjadi lemah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (6 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

dan cacat. Jika pemikiran umat Islam modern sudah bebas dari semua belenggu tersebut,
segala aktivitas dan pekerjaannya senantiasa sesuai dengan pancaran hidayah Ilahi.
Pembebasan pemikiran umat Islam merupakan jalan satu- satunya menuju kebebasan yang
sempurna dan murni bagi wanita dan laki-laki muslim secara sekaligus. Bahkan, hal
tersebut merupakan jalan satu-satunya menuju restrukturisasi masyarakat secara
keseluruhan berdasarkan sendi yang benar dan kuat. Akal atau pikiran adalah pengarah/
motor bagi gerakan manusia. Jika pemikiran atau akal seseorang bebas dan mendapat
petunjuk, dia akan bergerak dengan bebas ke arah yang benar berdasarkan petunjuk dan
arahan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Masalah ini merupakan induk dari segala permasalahan. Setiap cacat yang terjadi akan
menimbulkan kerusakan yang fatal terhadap pola berpikir seorang muslim yang pada
gilirannya akan menimbulkan kerusakan umum yang meliputi semua aspek kehidupan.

C. METODE PENULISAN BUKU

Metode yang dipakai dalam penulisan buku ini diawali dengan membaca secara cermat
nash-nash Al-Qur'an dan nash-nash hadits yang sahih. Mulai terbetik dalam pikiran untuk
mengikuti pola seperti itu sejak saya menggali hadits-hadits sahih Muslim ketika
melaksanakan proyek pengkajian Sirah Nabawiyah melalui buku-buku Sunnah seperti
yang telah saya sebutkan sebelum ini. Saya memulainya dari Shahih Bukhari dengan
mempelajari nash-nash yang berkaitan dengan wanita mengenai setiap aspek dari berbagai
aspek kehidupannya, kemudian Shahih Muslim, dan diteruskan dengan mempelajari kitab-
kitab sunnah yang banyak beredar, sehingga saya menamatkan sebanyak empat belas kitab,
yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-
Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, Muwaththa Malik, Zawa'id Shahih Ibnu Hibban, Musnad
Ahmad, Mu'jam ath-Thabrani yang tebal, sedang, dan tipis, Musnad al-Bazzar, serta
Musnad Abu Ya'la. Enam buku yang disebutkan terakhir penulis telaah dalam kitab
Majma'uz Zawa'id Wa Manba'ul Fawa'id, yaitu satu kitab yang di dalamnya al-Hafizh al-
Haitsami mengumpulkan nash-nash tambahan yang tidak terdapat dalam enam buku
pertama, (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa'i, dan Ibnu
Majah).

Pembacaan nash Sunnah secara cermat tidak berarti merupakan batasan cukup untuk tidak
membaca nash-nash Kitabullah sebab Kalamullah Ta'ala merupakan sumber pertama yang
mempunyai keagungan dan kebesaran, serta memiliki kepadatan kandungan yang membuat
setiap orang tertegun untuk memikirkan makna setiap ayatnya. Setelah keseluruhan ayat
tersebut saya telaah, rasanya tidak hanya cukup satu kali untuk membacanya. Karena itu,
saya ulang dan ulang lagi sehingga hasilnya, alhamdulillah, cukup baik.

Tekad saya pertama kali adalah agar buku ini mencakup nash-nash yang bersumber dari
Kitabullah dan buku-buku Sunnah Rasulullah saw. sebagaimana yang telah saya isyaratkan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (7 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

sebelumnya. Berdasarkan pemikiran itu, saya membuat beberapa pasal. Namun, kemudian
saya memutuskan untuk tahap pertama ini cukup dengan nash-nash dari Kitabullah, Shahih
Bukhari, dan Shahih Muslim saja, karena beberapa pertimbangan berikut:

1. Faktor waktu; alangkah baiknya jika bisa segera mempersembahkan topik penting
seperti ini kepada umat. Walaupun menyegera, saya ingat bahwa untuk
menghasilkan karya yang memuaskan tentu dibutuhkan tenaga dan waktu yang
berlipat ganda, karena sanad hadits-hadits itu pun harus diteliti.
2. Faktor memberi kemudahan bagi pembaca dengan pertimbangan bahwa satu jilid
untuk setiap pembahasan dari pembahasan-pembahasan yang ada dalam satu buku
tentu lebih ringan daripada beberapa jilid.
3. Faktor penghargaan dan kepercayaan terhadap apa yang terdapat dalam kitab
Shahih Bukhari dan Muslim. Kedua kitab tersebut mendapat tempat khusus dalam
hati setiap insan muslim, karena keduanya mengandung hadits-hadits sahih dan
tidak memuat hadits-hadits dha'if. Kedua kitab tersebut merupakan kitab paling
dipercaya setelah Kitabullah. Dengan demikian, pembaca dapat meyakini
sepenuhnya kesahihan nash-nash yang dimuat dalam buku ini.

Singkatnya, saya mengambil keputusan untuk menerbitkan buku ini dalam dua tahap.
Tahap pertama --hasilnya seperti yang ada di tangan para pembaca sekarang-- terbatas
pada nash-nash tertentu yang bersumber dari Kitabullah serta kitab Shahih Bukhari dan
Muslim. Kadang-kadang pembahasan ini keluar juga dari kedua kitab sahih tersebut, tetapi
dalam masalah-masalah yang sangat terbatas, misalnya jika dalil-dalil penjelasan untuk
masalah tertentu tidak ditemukan di dalam kedua kitab sahih tersebut. Dan kadang-kadang
saya juga menyebutkan beberapa alasan yang bersumber dari luar kedua kitab sahih
tersebut dengan tujuan untuk lebih memperjelas keterangan. Bersamaan dengan itu saya
upayakan sedapat mungkin untuk mengkaji pendapat-pendapat ulama yang pakar dalam
bidangnya untuk mengetahui sejauh mana keabsahan sanad nash-nash yang dikutip. Saya
lebih mendahulukan nash riwayat Bukhari dalam kondisi riwayat kedua imam hadits ini.
Dan dalam kondisi yang terbilang jarang, penulis memilih nash riwayat Muslim karena
saya lihat maksudnya yang lebih jelas. Dalam kondisi seperti ini saya tegaskan bahwa
riwayat tersebut dikeluarkan oleh Muslim.

Pada tahap kedua --insya Allah-- nash-nash dari Kitabullah akan mengambil porsi lebih
besar dibandingkan nash-nash dari kitab-kitab Sunnah yang asli. Saya memohon kepada
Allah semoga karya ini benar-benar ikhlas karena-Nya, diterima di sisi-Nya, dan
bermanfaat bagi pembaca. Allah adalah sebaik-baik tempat memohon dan menyampaikan
keinginan.

Konsep umum dari buku ini adalah mengetengahkan nash-nash yang dapat dijadikan dalil
bagi topik-topik pembahasan sebagai mana telah saya sebutkan sebelumnya. Maksud dan
tujuan nash-nash tersebut jelas sekali karena secara umum merupakan nash-nash yang
bersifat praktis dan operasional sehingga kita tidak perlu bersusah payah membuang energi

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (8 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

untuk menyimpulkan maksudnya. Setiap orang yang mempunyai sedikit latar belakang
ilmu syariat pasti mampu memahami maksudnya. Meskipun demikian, kadang-kadang
saya tetap berusaha menyebutkan pendapat beberapa ahli fiqih yang secara umum saya
saring dari keterangan al-Hafizh Ibnu Hajar terhadap Shahih Bukhari (Fathul Bari) yang
benar-benar merupakan enskilopedia hadits dan fiqih. Pengutipan pendapat dan ucapan
para ulama itu bertujuan untuk menetapkan bahwa dalil nash yang saya pahami dan yang
merupakan dasar pengelompokan tematis bukanlah sesuatu yang aneh. Hal itu sudah biasa
dilakukan oleh ulama-ulama besar sebelumnya.

Sehubungan dengan pengutipan pendapat-pendapat ulama tersebut, perlu pula dijelaskan


bahwa saya hanya mengutip pendapat satu dari sekian banyak ulama untuk lebih
menegaskan pendapat saya mengenai dalil suatu nash. Saya tidak mengutip pendapat
semua ulama, baik yang bersifat pro ataupun kontra karena hal itu hanya akan menambah
panjangnya permasalahan serta berlawanan dengan konsep penulisan yang saya pilih untuk
buku ini. Bahkan tidak mustahii juga hal seperti itu menggiring saya pada konsep lain yang
mengarah pada studi perbandingan terhadap pendapat-pendapat ulama, kemudian memilih
mana yang lebih kuat dari pendapat-pendapat tersebut. Hal seperti itu menuntut
dilakukannya kajian fiqih yang mendalam, bukan kajian sosial yang menghimpun nash-
nash yang bersumber dari Kitabullah serta Shahih Bukhari dan Muslim. Barangsiapa yang
ingin mengetahui lebih luas perbedaan pendapat ahli fiqih, silakan melihat kitab-kitab
syarah dan buku-buku fiqih yang tebal. Kemudian perlu pula diketahui bahwa hampir tidak
ditemukan suatu masalah dalam fiqih yang tidak diwarnai oleh perbedaan pendapat ulama.
Soal perbedaan pendapat mengenai masalah-masalah furu' sudah merupakan perkara yang
lazim dan sudah diakui. Tapi yang penting menurut konsep buku ini adalah menciptakan
rasa tenteram bagi pikiran dan hati seorang muslim, yaitu dengan membaca dalil-dalil
syariat dalam nashnya yang asli serta menguatkan. Pendapat yang didukung oleh nash-nash
syariat adalah pendapat yang bisa dijadikan pegangan dalam kondisi terjadinya perbedaan
pendapat.

Alhamdulillah, dengan mengikuti konsep ini telah berhasil diwujudkan semacam


pengelompokan tematis terhadap nash-nash yang berkaitan dengan wanita dalam Al-
Qur'an serta kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Saya menganggap buku ini sebagai
langkah konkret dalam dakwah ke arah pengelompokan baru terhadap nash-nash Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi saw. sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan umat Islam yang terus
berkembang. Di antara kebutuhan tersebut adalah bidang humaniora, seperti ilmu jiwa,
sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik. Begitu pula halnya dengan kasus-kasus dan aneka
problematika modern seperti kasus-kasus wanita, kesetiakawanan sosial, konsep
pembaruan, dan perubahan. Yang lebih penting daripada semua itu adalah pola berpikir
muslim. Masalah ini pantas sekali didukung dan mendapat perhatian khusus, sebab hal ini
menuju karya sistematis baru yang membantu terwujudnya apa yang dinamakan ijtihad
yang dibutuhkan dalam bidang fiqih dan pembaruan yang didambakan untuk kepentingan
agama yang dibawa oleh Rasulullah saw.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (9 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Berkat karunia Allah, akhir-akhir ini, usaha pengelompokan tematis terhadap nash-nash Al-
Qur'an dan Sunnah banyak mendapat perhatian kalangan ulama. Juga merupakan karunia
Allah bagi umat Islam bahwa Dia telah memberikan jaminan akan memelihara Kitab-Nya
sebagaimana memelihara Sunnah Nabi-Nya yang merupakan penjelasan bagi Kitabullah
yang telah dan akan terus dipelihara pada derajat yang paling tinggi sesuai dengan
perlindungan yang diberikan Allah kepadanya, sebagaimana firman-Nya ini:

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya." (al-Hijr: 9)

maka Sunnah dengan izin Allah SWT dijaga oleh kaum muslimin dengan penuh perhatian
dan mereka korbankan segala tenaga untuk menjaga kemurniannya. Allah mengaruniai
mereka ilmu yang sistematis sehingga menjamin terpeliharanya keabsahan sanadnya
sepanjang masa. Karunia yang diperuntukkan bagi umat Islam ini sungguh merupakan
hikmah yang luar biasa dari Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Jika
dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya, kitab-kitab mereka telah mengalami
perubahan dan penggantian. Kemudian Sunnatullah menghendaki untuk memilih nabi baru
atau menurunkan kitab baru guna meluruskan kembali ajaran-ajaran petunjuk Ilahi. Setelah
umat Islam memikul misi agama penutup dan tidak ada lagi nabi setelah Muhammad saw.,
lantas Allah memelihara pokok-pokok agama ini sehingga manusia kembali kepadanya
setiap saat sampai hari kiamat. Hal itu dilakukan jika mereka berminat mengikuti petunjuk
Allah yang nyata dan tidak menganggap masalah agama sebagai benda pusaka yang
diwarisi secara turun- temurun oleh anak cucu dari orang tua dan nenek moyang mereka
sebagaimana adanya serta iidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh umat-umat
terdahulu:

"... Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu


agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk
dengan (mengikuti) jejak mereka." (az-Zukhruf: 22)

Saya kira, umat Islam yang menghargai sepenuhnya karunia Allah berupa pemberian
jaminan pemeliharaan pokok-pokok agama mereka, pantas sekali untuk kembali setiap saat
pada pokok-pokok agamanya, serta menjadikannya sebagai pedoman dan acuan hukum
karena Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya) dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (an-Nisa': 59)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (10 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Saya berharap kiranya segala tenaga yang dikorbankan melalui buku ini dengan izin Allah
dapat membantu umat Islam dalam mengembalikan masalah-masalah wanita pada
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tema.html (11 of 11)12/12/2005 7:51:48


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Jika mengikuti petunjuk Nabi saw. itu merupakan sesuatu yang dituntut dan keharusan
dalam upaya meluruskan jalan hidup kita dalam semua aspeknya, dalam aspek keterlibatan
wanita dalam kehidupan sosial lebih dituntut dan diharuskan lagi mengingat petunjuk Nabi
saw. dalam bidang ini seolah-olah mengalami sedikit perubahan yang cukup mendasar,
atau bahkan cukup parah. Penerapan konkret terhadap keterlibatan wanita pada zaman
Nabi saw. merupakan sunnah yang pantas diikuti dan teladan indah yang patut ditiru.
Ironisnya sunnah-sunnah yang sebetulnya patut ditiru dan contoh-contoh yang pantas
diteladani dalam bentuk penerapan-penerapan baru, mengingat perkembangan dan
pertumbuhan masyarakat serta karena dorongan dan arahan ajaran agama yang mulia,
justru dalam penerapan konkretnya sekarang ini semakin lemah dan memudar, bahkan
dapat dikatakan hampir sirna sama sekali. Sementara nash-nash yang bercerita tentang
sunnah tersebut tinggal di dalam buku-buku agama sebagai goresan tinta belaka. Sinarnya
--sebagaimana yang diinginkan oleh Pembuat syariat-- sudah tidak ada. Tanda-tandanya
sudah terkikis atau tertutup di hadapan akal dan hati manusia karena kabut tebal dari
penafsiran dan pendapat para tokoh serta ulama. Hal ini didukung oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut:

a. Sisa adat dan tradisi jahiliah, baik jahiliah bangsa Arab maupun jahiliah bangsa-bangsa
lain yang masuk ke dalam Islam. Kemudian adat dan tradisi jahiliah yang sudah melekat di
dalam otak, hati, dan perilaku mereka tetap terbawa sepanjang masa.

b. Munculnya aliran-aliran ekstremis dan sikap berlebihan di kalangan sebagian umat


Islam, seperti sikap ekstrem mereka mengenai masalah mencegah keburukan terhadap
godaan wanita. Saya telah menyediakan pasal khusus untuk menjelaskan sikap mereka
yang berlebihan dalam menerapkan kaidah pencegahan atas keburukan (saddu dzari'ah)
tersebut.25

c. Ijtihad-ijtihad yang salah atau marjuhah (kurang kuat) yang disampaikan oleh sebagian
ulama salaf --dan sedikit sekali orang yang tidak pernah berbuat salah. Pengaruh ijtihad
tersebut semakin besar dan dampaknya semakin jauh karena telah diwarisi secara turun-
temurun selama berabad-abad akibat kejumudan dalam berpikir dan taklid buta. Semoga

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (1 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

Allah SWT mencurahkan rahmatNya kepada Syekh Islam Ibnu Taimiyyah yang
mengatakan: "Sesungguhnya tidak seorang pun dari para ulama, baik dari generasi pertama
maupun yang berikutnya, kecuali mempunyai perkataan-perkataan dan perbuatan-
perbuatan yang tidak berlandaskan pada sunnah .... Ini adalah suatu masalah yang luas dan
tidak ada tepinya. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi martabatnya. Selain itu, kita
tidak perlu mengikuti perkataan dan perbuatan mereka yang keliru tersebut. Sebab Allah
SWT sudah berfirman: 'Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya).'"Mujahid, al-Hukum
bin Utaibah, Malik, dan lainnya berkata: "Tidak seorang pun dari makhluk Allah ini
kecuali ucapannya dapat dipegang dan dapat pula ditinggalkan kecuali Nabi saw."26
Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat-Nya kepada asy-Syaukani yang mengatakan:
"Fanatik (kepada seorang imam) dengan menjadikan setiap pendapat yang dia keluarkan
dan ijtihad yang dia riwayatkan sebagai pegangan bagimu dan bagi semua hamba, maka
jika kamu lakukan seperti itu, berarti kamu telah menjadikan imam itu sebagai pembuat
syariat, bukan pelaksana. Atau sebagai pemberi tugas (mukallif), bukan sebagai orang yang
diberi tugas (mukallaf)."27 Apapun kesalahan dan penyimpangannya, sungguh merupakan
karunia dan rahmat Allah bagi kaum muslimin bahwa di tengah-tengah mereka masih
terdapat orang-orang yang adil dan melaksanakan perintah Allah. Mengenai hal ini
Rasulullah saw. bersabda:

"Senantiasa dari umatku terdapat suatu umat yang menegakkan agama


Allah, tidak akan memberi mudharat kepada mereka orang yang
mengecewakan mereka atau yang menentang mereka, sehingga perkara
Allah (kiamat) datang, sedangkan mereka tetap dalam keadaan
demikian." (HR Bukhari)28

"Ilmu (agama) ini diemban dalam setiap generasi khalaf (belakangan) oleh
orang-orang adil yang menyingkirkan penyimpangan orang-orang yang
berlebihan, pemalsuan orang-orang yang suka berbuat batil, dan pentakwilan
orang-orang jahil." (HR al-Baihaqqi)29

"Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini di permulaan setiap seratus


tahun orang yang memperbarui agamanya." (HR Abu Daud)30

d. Penelitian sanad-sanad hadits oleh Bukhari dan orang-orang yang setelahnya terjadi
setelah imam yang empat membangun mahzab fiqih mereka. Oleh karena itu, para ulama
mengatakan tentang keharusan mengoreksi pendapat para imam dengan hadits yang sahih.
Akan tetapi, sebagian besar pengikut mereka tidak mengoreksinya dengan timbangan
tersebut. Mereka telah melanggar wasiat para imam dan menyalahi ketentuan hadits.

Imam asy-Syafi'i telah berkata dengan jelas: "Diriwayatkan sebuah hadits yang isinya
bahwa kaum wanita dibiarkan menghadiri dua hari raya. Kalau hal ini benar, aku pasti

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (2 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

mengatakannya." Mengomentari ucapan asy-Syafi'i ini, al-Baihaqqi berkata: "Hal itu


benar. Hadits itu diriwayatkan oleh kedua orang syekh hadits --yaitu hadits Ummu
Athiyyah-- lalu asy-Syafi'i mengatakannya."31 Hadits Ummu Athiyyah tersebut berbunyi
sebagai berikut: "Kami diperintahkan supaya keluar (pada hari raya), hingga kami
mengeluarkan wanita haid, gadis belia, dan gadis-gadis pingitan. Adapun wanita haid,
hadir bersama jamaah muslimin dan mengikuti khotbah mereka, tetapi mereka agak
menjauh dari mushalla (tempat shalat)." (HR Bukhari dan Muslim)32

Hal-hal yang membuat saya semakin bersemangat untuk melanjutkan pekerjaan ini adalah
sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:

"Semoga Allah memberikan cahaya bagi orang yang mendengarkan


ucapanku, lalu menyampaikannya. Boleh jadi pengemban fiqih bukan ahli
fiqih dan boleh jadi seorang membawa fiqih kepada orang yang lebih ahli
daripadanya." (HR Ibnu Majah)33

Dari penulisan buku ini saya berharap telah menyampaikan ucapan Rasulullah saw. kepada
para ahli fiqih dan orang-orang yang lebih ahli dalam bidang ini. Selain itu, saya berharap
semoga Allah memasukkan saya ke dalam kelompok orang-orang yang diberi kabar
gembira sebagaimana dalam hadits tersebut.

Jika kita lihat orang-orang saleh dahulu kala, mereka mengembara berhari-hari dan
bermalam-malam untuk memperoleh sebuah hadits. Contohnya dapat kita lihat dalam
kisah Jabir bin Abdullah --salah seorang sahabat-- yang melakukan perjalanan selama satu
bulan ke tempat Abdullah bin Anis untuk mendapatkan sebuah hadits.34 Juga dalam kisah
Amir asy-Sya'bi --salah seorang tabi'in-- yang berkata kepada seseorang dari Kabilah
Khurasan setelah mengajarkan kepadanya satu hadits Rasulullah saw.: "Kami
memberikannya padamu tanpa apa-apa, padahal dia sudah berkendaraan ke Madinah untuk
mendapatkannya."35 Contoh lain adalah perkataan Bisir bin Ubaidillah: "Aku
berkendaraan dari kota ke kota untuk mendapatkan sebuah hadits."36

Saya mengharapkan cucuran rahmat Allah, semoga Dia memberikan kemudahan bagi
kaum muslimin dalam membaca dan memahami hadits-hadits yang terdapat dalam buku
ini karena hadits-hadits tersebut besar sekali manfaatnya dalam kehidupan mereka.

D. HASIL-HASIL KAJIAN

1. Karakteristik Wanita

● Wanita Muslimah pada zaman Nabi saw. memahami karakteristiknya sebagaimana


yang telah digariskan oleh agama Islam yang murni sehingga dia melalui berbagai

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (3 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

bidang kehidupannya dengan dasar pemahaman tersebut.


● Karakteristik wanita tersimpul dalam sabda Rasulullah saw. yang menetapkan dasar-
dasar persamaan antara laki-laki dan wanita dengan sedikit kekhususan dalam
beberapa bidang. Sabda Rasulullah saw. yang dimaksud adalah: "Sebenarnya
wanita itu adalah saudara kandung laki-laki." (HR Abu Daud)37
● Hadits yang mengatakan bahwa wanita itu "kurang akal dan agama" adalah hadits
sahih yang dipahami dan diterapkan secara keliru oleh banyak orang, sehingga
mereka menghapus karakteristik wanita yang telah digariskan oleh Allah SWT
dalam Kitab-Nya dan diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam Sunnahnya.

2. Pakaian dan Perhiasan

● Membuka wajah sudah umum dilakukan pada zaman Nabi saw. Kondisi seperti ini
merupakan kondisi awalnya. Adapun memakai cadar, sehingga yang terlihat hanya
kedua bola mata, merupakan salah satu tradisi atau mode/cara berdandan yang
menjadi trend pada sebagian wanita sebelum dan sesudah kedatangan Islam.
● Berdandan secara wajar pada muka, kedua telapak tangan, dan pakaian
diperbolehkan agama dalam batas-batas yang pantas dilakukan oleh seorang wanita
mukminat.
● Tidak pernah diwajibkan mengikuti satu mode tertentu dalam berpakaian. Yang
diwajibkan adalah menutupi badan. Tidaklah berdosa mengikuti beberapa mode
sesuai dengan kondisi cuaca dan lingkungan sosial.
● Kriteria-kriteria di atas membantu wanita untuk lebih bebas bergerak dan
memudahkannya dalam mengikuti kegiatan sosial.

3. Keterlibatan Wanita dalam Kehidupan Sosial

● Sudah tetap/jelas bahwa menetap di rumah dan memakai hijab merupakan


kekhususan untuk istri-istri Nabi saw. sebagaimana juga sudah tetap/jelas bahwa
sahabat-sahabat wanita (shahabiyat) yang mulia tidak mengikuti perbuatan istri-istri
Rasulullah saw. tersebut.
● Wanita ikut dalam kehidupan sosial dan seringkali bertemu dengan kaum laki-laki
dalam semua bidang kehidupan, baik yang bersifat umum maupun khusus, guna
memenuhi tuntutan dan kebutuhan hidup yang serius dan untuk memberi
kemudahan bagi semua orang mukmin, baik laki-laki maupun wanita.
● Keterlibatan ini tidak ada syaratnya selain beberapa tuntunan dan aturan yang mulia
dan sifatnya memelihara, bukan menghambat.
● Wanita terlibat dalam bidang sosial, politik, dan profesi sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan hidup pada masa kerasulan. Dalam bidang sosial misalnya, wanita
muslimah terlibat dalam beberapa bidang seperti kebudayaan, pendidikan, jasa/
pelayanan sosial, dan hiburan yang bersih. Dalam bidang politik, wanita muslimah
memiliki keyakinan yang berbeda dengan keyakinan masyarakat dan pihak
penguasa. Wanita muslimah menghadapi tekanan dan siksaan, kemudian dia

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (4 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

berhijrah untuk membela dan menyelamatkan keyakinannya itu. Di samping itu,


wanita muslimah mempunyai perhatian dan rasa peduli terhadap urusan masyarakat
umum, mengemukakan pendapat dalam berbagai isu politik, dan kadang-kadang
bersikap oposisi dalam bidang politik. Sementara dalam bidang profesi, wanita ikut
terlibat dalam bidang pertanian, peternakan, kerajinan tangan, administrasi,
perawatan, pengobatan, kebersihan, dan pelayanan rumah tangga. Kegiatan tersebut
membantu wanita mewujudkan dua hal. Pertama, mewujudkan kehidupan yang
layak bagi diri dan keluarganya dalam keadaan suaminya sudah tiada, lemah, atau
miskin. Kedua, mencapai kehidupan yang lebih mulia dan terhormat, sebab dengan
hasil usahanya itu dia mampu bersedekah di jalan Allah.

Mengingat semakin seriusnya kondisi sosial pada masa kita sekarang yang menuntut
semakin ditingkatkannya partisipasi wanita dalam bidang sosial, politik, dan profesi, maka
kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang telah digariskan syariat haruslah menjadi pengatur
kondisi tersebut sampai akhir zaman.

Di antara hasil dari keterlibatan dalam kehidupan sosial tersebut adalah timbulnya
kesadaran wanita, semakin matangnya cara berpikir, dan mampunya wanita melaksanakan
berbagai kegiatan yang bermanfaat.

4. Keluarga

a. Menegaskan bahwa wanita berhak memilih suami dan berhak meminta cerai jika dia
memang tidak menyukai suaminya, walaupun dia tidak dirugikan oleh suaminya dengan
syarat dia mengembalikan apa yang dia ambil dari suaminya dengan ketetapan dari suami
atau hakim setelah dibuktikan bahwa dia benar-benar sudah tidak menyukai suaminya.

b. Berbagai tanggung jawab pasangan suami istri dan melakukan kerjasama yang baik
demi sempurnanya pelaksanaan tanggung jawab tersebut.

c. Hak suami istri sama. Allah SWT berfirman:

"... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada istrinya ..." (al-Baqarah: 228)

Derajat atau tingkatan yang dimaksud adalah kepemimpinan suami dalam rumah
tangganya atau kelebihan mengalahnya suaminya dari beberapa hak yang harus dia
peroleh. Di antara hak-hak tersebut adalah hak dicintai, hak disayangi dan dikasihani, hak
berdandan dan menikmati hubungan seksual, serta hak untuk bersama-sama dalam
kesibukan dan kesusahan seperti yang dialami oleh setiap pihak.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (5 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

d. Syariat telah menentukan syarat-syarat dan peraturan-peraturan mengenai perceraian dan


poligami. Keadaan sebuah keluarga muslim tidak akan berjalan benar kalau salah satu
syarat dan peraturan tersebut timpang. Karena itu tidak ada salahnya jika pada masa
sekarang ini ditetapkan suatu aturan yang menjamin dipenuhinya semua syarat dan
peraturan.

e. Peranan wanita/istri dalam keluarga merupakan tugas utama dan pertama. Tapi hal ini
tidak menafikan bahwa wanita juga mempunyai kewajiban-kewajiban lain di tengah
masyarakat. Tumbuhnya kesadaran bermasyarakat dan adanya kerjasama yang erat antara
suami dan istri merupakan dua faktor yang sangat penting untuk mengkoordinasikan tugas
pertama wanita dengan tugas-tugasnya lain yang dibutuhkan demi kemaslahatan
masyarakat muslim sehingga dalam masyarakat terwujud perkembangan dan kemajuan.

5. Bidang Seksual

● Seks merupakan bagian dari kesenangan di dunia dan di akhirat. Seks itu halal dan
baik. Seseorang dapat memperoleh pahala karena melakukan aktivitas seksual yang
sesuai dengan batas-batas yang digariskan oleh agama. Kita perlu meluruskan
persepsi kita mengenai masalah ini karena telah dikaburkan oleh pemikiran sufi
yang menyimpang dan dilatarbelakangi oleh paham kerahiban (rahbaniyyah)
kalangan Kristen serta sebagian agama Timur Kuno.
● Rasulullah saw. bersama para sahabatnya berjalan mengikuti jalur yang menuju
arah terwujudnya pendidikan seks yang benar dan pengetahuan seks yang bersih.
Hal ini menghasilkan mental yang sehat di kalangan laki-laki dan wanita. Perlu kita
lenyapkan tembok raksasa yang selama ini menghambat dan menutupi segala
sesuatu yang ada kaitannya dengan seks.
● Rasulullah saw. adalah contoh manusia yang sempurna, baik dalam kondisi beristri
satu atau pun dalam keadaan berpoligami, baik dari segi sifat zuhud dan
kesederhanaannya ataupun dari segi kesempurnaannya dalam bergaul dan
berhubungan dengan para istri beliau. Kemudian setelah membetulkan persepsi kita
mengenai seks secara umum, kita perlu pula membetulkan persepsi kita mengenai
sikap Rasulullah saw. terhadap seks.
● Mempermudah proses perkawinan semenjak usia dini merupakan salah satu ciri
masyarakat Islam. Alangkah banyak bentuk kemudahan yang telah digariskan
Sunnah dalam masalah ini. Dengan penuh tekad dan semangat kita harus membuka
jalan kemudahan bagi proses perkawinan pada masa sekarang sesuai dengan apa
yang telah digariskan oleh Yang Maha Pencipta. Dia tentu lebih tahu mengenai
ciptaan-Nya. Setiap tindakan yang sifatnya mempersulit, hanya akan membuat
orang semakin jauh dari menaati Allah sehingga semakin dekat pada perbuatan
yang tidak terpuji, baik yang terlihat maupun yang terselubung, bahkan mungkin
terjebak ke dalamnya. Na'udzabillahi min dzalik!

Setelah kita uraikan secara ringkas hasil-hasil kajian ini, penulis ingin menekankan bahwa

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (6 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

kita masih dituntut untuk melakukan sejumlah kajian ilmiah jika kita benar-benar ingin
mengulang sajarah keikutsertaan dan dinamika wanita serta membina kembali masyarakat
kita di atas fondasi yang kokoh. Penulis mengusulkan agar kajian tersebut mencakup lima
bidang:

1. Nash-nash yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw., tetapi
dengan catatan bahwa kajian tersebut harus meliputi seluruh kitab Sunnah.
2. Warisan budaya Islam, yaitu dengan mengumpulkan pendapat-pendapat dan ijtihad-
ijtihad para ulama serta penerapannya secara konkret selama berabad-abad,
sehingga kita betul-betul memahami sejauh mana pengaruh sejarah yang panjang
ini dalam pemikiran dan realita kehidupan kita.
3. Tulisan-tulisan para cendekiawan muslim modern dengan cara menganalisis semua
tulisan mereka dengan segala orientasinya agar kita sampai pada suatu kesimpulan
yang bermanfaat dari teori-teori dan ijtihad-ijtihad modern.
4. Penerapan-penerapan yang sedang berlaku di tengah masyarakat sekarang ini,
misalnya dengan melakukan kajian ilmiah lapangan dan statistik terhadap masalah-
masalah ini sebaik mungkin sehingga kita dapat melakukan evaluasi yang benar,
rinci, dan bukan berdasarkan pada perkiraan-perkiraan semata.
5. Penelitian-penelitian Barat modern yang berkaitan dengan wanita dalam bidang
ilmu jiwa, pendidikan, pengetahuan mengenai seks, kegiatan profesi, sosial, dan
politik dengan memberikan perhatian khusus terhadap studi lapangan dan statistika
untuk dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya, sehingga kita betul-betul mampu
menentukan mana yang patut diambil dan mana yang harus ditinggalkan dari
pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh suatu bangsa --setelah
menimbangnya dengan timbangan agama. Kita tidak boleh berpegang pada dugaan-
dugaan semata, baik dari kaum modernis ataupun konservatif.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (7 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Kajian.html (8 of 8)12/12/2005 7:51:51


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

E. APAKAH BUKU INI MENGAJAK PADA PETUNJUK?

Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya adalah pahala


seperti pahala-pahala orang yang mengikuti ajakannya, tanpa dikurangi
sedikit pun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak pada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikuti ajakannya
itu, tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka." (HR Muslim)38

Saya berharap kiranya tulisan yang ada dalam buku ini dapat mengajak pembaca pada
petunjuk. Ada beberapa hal yang mendorong saya memiliki harapan seperti itu, dan yang
terpenting adalah:

1. Dakwah/ajakan untuk melakukan pengelompokan tematis terhadap ayat-ayat Al-Qur'an


dan Sunnah Nabi saw. merupakan ajakan pada petunjuk. Pengelompokkan semacam ini
sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak dan memudahkan para pakar mengkaji
secara cermat nash-nash yang berhubungan dengan spesialisasi mereka dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu jiwa, ilmu sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan
berbagai metodologi penelitian. Atau juga mengenai masalah-masalah kontemporer seperti
masalah wanita, kesetiakawanan sosial, konsep-konsep pembaruan, dan perubahan. Para
pakar, dengan membaca nash-nash yang sudah terkelompok tersebut, insya Allah mampu
mengikuti jalur yang membawanya pada petunjuk dan kebenaran.

2. Dakwah untuk kembali pada pokok-pokok agama, yaitu Kitab dan Sunnah, dengan
tujuan mengkaji dan mengevaluasi pemahaman-pemahaman dan pandangan-pandangan
yang kita warisi dari nenek moyang dalam bidang wanita atau bidang-bidang lainnya
adalah dakwah pada petunjuk. Rasulullah saw. telah bersabda:

"Aku tinggalkan padamu dua perkara yang mana kamu tidak akan sesat

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (1 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

selama kamu berpegang pada keduanya, yaitu, Kitabullah dan Sunnah Nabi-
Nya." (HR Malik dalam Al-Muwaththa')39

3. Dakwah untuk menyebarluaskan Sunnah di tengah umat manusia, dengan catatan setiap
fatwa didukung oleh dalil yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Nabi saw. adalah
dakwah kepada petunjuk. Tujuan dakwah itu adalah agar manusia memahami hukum-
hukum agama mereka dan pada waktu yang sama memelihara ayat-ayat Al-Qur'anul Karim
dan hadits-hadits Nabi saw. yang dapat menerangi hati dan akal pikiran mereka, sehingga
mereka dapat menikmati petunjuk Allah dengan mudah dan santai seperti halnya mereka
menikmati udara, air, cahaya mentari, dan sinar rembulan. Mari kita simak jawaban Atha
bin Rabah terhadap seseorang yang meminta fatwa, dengan hadits Rasulullah saw. berikut.
Dikatakan bahwa Abu Syihab (Musa bin Nafi') berkata:

"Aku tiba diMekah dalam keadaan berhaji tamattu dengan umrah Aku
sampai atau masuk Mekah tiga hari sebelum hari tarwiyah (tgl 8 bulan
Dzulhijjah). Lalu orang-orang Mekah berkata kepada ku: 'Kalau begitu
hajimu sama dengan haji orang Mekah?'Akhir nya aku pergi menemai Atha
untuk meminta fatwa. Dia berkata: 'Jabir bin Abdullah r.a. menceritakan
kepadaku bahwasanya dia melakukan haji bersama Rasulullah saw. pada
hari dia menggiring unta korban bersamanya, dan mereka telah membaca
talbiyah untuk haji if rad.' Lalu Nabi saw. berkata kepada mereka:
'Bertahallullah kalian dari ihram dengan cara melakukan thawaf di
Ka'batullah dan sa'i antara Shafa dan Marwah dan bercukurlah, kemudian
berdiamlah di Mekah dalam keadaan tahallul, sehingga apabila sudah tiba
hari tarwiyah, maka ucapkanlah talbiyah untuk haji dan jadikanlah apa yang
kamu bawa (binatang ternak) sebagai korban haji tamattu!'" (HR Bukhari)40

Demikianlah nash-nash agama diumumkan sehingga tersebar di tengah-tengah masyarakat


dan tidak pernah mengendap di balik pendapat para tokoh.

4. Dakwah untuk menetapkan/mengakui diperbolehkannya wanita membuka wajah dan


diperbolehkannya melibatkan diri dalam kehidupan sosial bersama kaum laki-laki dengan
tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan agama --setelah diketahui bahwa pembolehan
tersebutkan berdasarkan dalil-dalil yang kuat-- adalah dakwah pada petunjuk. Karena
petunjuk Allah itu datang untuk melepaskan manusia dari kesulitan. Allah SWT berfirman:
"... Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan..." (al-
Hajj: 78) Himbauan ini diarahkan pada dua kelompok:

Pertama, kelompok yang mengharamkan membuka wajah dan segala bentuk partisipasi
wanita meskipun keadaan membutuhkan dan meskipun wanita mengikuti aturan-aturan
agama. Kelompok ini saya himbau supaya mempelajari dengan baik hukum-hukum agama
dan waspadalah terhadap peringatan hadits Nabi saw. berikut:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (2 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

"Sesungguhnya orang yang mengharamkan yang halal sama dengan orang


yang menghalalkan yang haram."41

Artinya kedua hal tersebut sama-sama melangkahi batas syariat Allah. Sementara
Rasulullah saw. menetapkan sunnahnya atau bolehnya wanita membuka wajah dan
mengikuti kegiatan sosial adalah demi kebaikan umat Islam. Keikutsertaan wanita
memperlancar pelaksanaan kehidupan yang serius dan sejahtera serta membuka jalan bagi
kaum wanita untuk beramal saleh, mulai dari menuntut ilmu, mengajarkannya, membantu
suami yang lemah dalam mencari nafkah hidup, sampai pada ikut ambil bagian dalam
kegiatan sosial yang bermanfaat atau kegiatan politik yang mendukung segala sesuatu yang
positif, serta menentang segala bentuk penyimpangan. Untuk menjelaskan syariat Allah
kepada kelompok ini, panutan yang paling tepat menurut hemat saya adalah apa yang
pernah dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib r.a.. Dia pernah melakukan shalat zuhur,
kemudian beliau duduk di lapangan Kufah untuk melayani kebutuhan dan keperluan
masyarakat hingga datang waktu shalat asar. Lalu dia mengambil air, kemudian minum,
lalu membasuh muka, kedua tangan, kepala, dan kedua kakinya. Dia berdiri dan meminum
sisanya dalam keadaan berdiri, kemudian berkata: "Sesungguhnya orang-orang tidak suka
minum dalam keadaan berdiri, sementara Nabi saw. sendiri pernah melakukan seperti apa
yang aku lakukan ini." (HR Bukhari)42

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari hadits Ali tersebut dapat dipetik beberapa pelajaran,
diantaranya, apabila seorang alim melihat masyarakat menghindari sesuatu, sementara dia
tahu bahwa apa yang dihindari masyarakat itu dibolehkan (menurut agama), maka
hendaklah dia menjelaskan apa yang benar mengenai masalah tersebut, karena
membiarkannya berlarut-larut dikhawatirkan akan menyebabkan orang lain menyangkanya
haram. Apabila orang alim itu khawatir hal itu terjadi, maka hendaklah dia segera
memberitahu hukumnya meskipun dia tidak ditanya orang. Tapi kalau ditanya, jelas dia
harus menjawabnya."43

Kedua, kelompok yang melanggar syariat Allah dan melakukan tindakan murahan,
memamerkan aurat, dan ikhtilath yang bersifat negatif. Saya menyeru mereka untuk
menaati Allah dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya, yaitu dengan menutup apa yang
diperintahkan Allah untuk menutupnya dan mematuhi aturan syariat ketika melakukan
pertemuan antara laki-laki dan wanita. Jika tidak, tunggulah kemarahan dan murka Allah.
Mereka akan terjerumus ke dalam berbagai macam kuman penyakit sosial seperti yang kini
sedang dihadapi oleh masyarakat Barat.

Dengan mengetengahkan setumpuk nash yang menerangkan pelaksanaan konkret yang


sering dilakukan wanita muslimah dan yang berlangsung di bawah naungan wahyu Allah
serta bimbingan Rasulullah saw. yang menjelaskan kepada manusia wahyu yang turun dari
langit, saya kira nash-nash tersebut dapat menerangi jalan kita sehingga tidak diombang-
ambingkan oleh hawa natsu, baik hawa nafsu orang-orang fasik maupun hawa nafsu orang-

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (3 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

orang yang radikal. Patut sekali kita teladani dan ikuti panduan nash-nash tersebut agar kita
dapat keluar dari kegelapan ke alam yang terang benderang sebagaimana yang dilakukan
oleh para sahabat yang mulia dan mencabut akar-akar jahiliah dari dalam diri kita
sebagaimana mereka mencabut akar-akar jahiliah dari dalam diri mereka. Pada waktu yang
sama kita akan terbebas dan bersih dari apa yang diperingatkan oleh Rasulullah saw.
kepada kita dalam sabda beliau:

"Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kalian


sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai sekalipun mereka
memasuki lubang biawak, kalian tetap mengikutinya." Kami bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang Yahudi dan Nasrani?" Beliau
menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR Bukhari dan Muslim)44

Yang membuat kita prihatin, kedua kelompok tersebut --kelompok fasik dan kelompok
radikal-- telah mengikuti sunnah/jejak para pendahulu mereka, sejengkal demi sejengkal
dan sehasta demi sehasta, kemudian ikut pula masuk ke dalam lubang biawak. Orang-
orang fasik telah mengikuti sunnah zaman paling modern dari (orang-orang yang sebelum
mereka), yaitu peradaban Barat modern dalam hal tidak menutup aurat, gaya hidup
permisivisme, dan aktivitas seks bebas. Sementara itu, kelompok radikal mengikuti sunnah
zaman paling kuno dari (orang-orang yang sebelum mereka) dan zaman pertengahan, yaitu
tradisi keras dan kepala batu seperti yang umum berlaku di kalangan Bani Israil pada abad-
abad kuno dan orang-orang Nasrani beserta gereja mereka pada abad pertengahan.
Ironisnya, kaum radikal ini sering sekali menuduh kelompok fasik mengikuti sunnah orang-
orang yang sebelum mereka dan memasuki lubang biawak, sementara mereka tidak sadar
akan perbuatan mereka sendiri dengan membelenggu diri dan kaum wanita mereka sendiri.
Islam datang untuk membebaskan orang-orang mukmin, laki-laki maupun wanita, dari
belenggu-belenggu tersebut. Allah SWT berfirman:

"(Yaitu) orang-orangyang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)


mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an),
mereka itulah orang-orang yang beruntung" (al-A'raf: 157)

F. ANTARA PERINGATAN ALLAH DAN RASUL-NYA DENGAN


PERINGATAN KAWAN-KAWAN

Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (4 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

ilmu, sebagaimana firman-Nya ini:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami


turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat
melaknati." (al-Baqarah: 159)

Rasulullah saw. pun bersabda:

"Janganlah sekali-kali wibawa manusia sampai menghalangi seseorang


untuk mengatakan sesuatu yang hak jika ia mengetahuinya,
menyaksikannya, atau mendengarnya. Sebab tindakannya itu tidak akan
mendekatkan ajal dan tidak akan menjauhkannya dari rezeki." (HR Ahmad)
45

Adapun tanggapan teman-teman yang pernah membaca beberapa buku pokok tentang
kegiatan ilmiah semacam ini dan menyebarluaskannya di tengah masyarakat akan saya
jelaskan berikut ini. Kalangan teman-teman itu terbagi dalam dua kelompok. Pertama,
kelompok yang mengingatkan adanya kerusakan zaman dan penggunaan nash-nash secara
keliru oleh sebagian orang yang mengikuti hawa nafsu dan meletakkan nash-nash itu tidak
pada tempatnya. Contohnya, mereka sering mengemukakan nash-nash yang mempermudah
pertemuan laki-laki dan wanita tanpa harus memperhatikan aturan dan etika pertemuan
tersebut. Kepada kelompok ini saya katakan bahwa pengisian zaman secara keliru tidak
harus menghambat kita dari menerangkan syariat Allah kepada seluruh manusia. Para
penegak kebenaran harus bekerjasama untuk menangkis serangan para penyebar kebatilan
dan mengantisipasi makar mereka setiap kali mereka melakukannya.

Tanggapan itu mengingatkan saya pada tanggapan serupa yang disampaikan oleh Syekh
Nashiruddin al-Albani sehubungan dengan bukunya tentang hijab wanita muslimah. Dia
berkata: "Sebagian ahli ilmu dan pencari ilmu --apalagi yang bersifat taqlid-- meskipun
mereka kagum pada buku tersebut, tampaknya tidak puas dengan pernyataan yang terdapat
dalam buku itu bahwa wajah wanita bukanlah aurat... Mereka terbagi dalam dua kelompok.
Pertama, kelompok yang masih berpendapat bahwa wajah wanita adalah aurat. Kedua,
kelompok yang sependapat dengan kami bahwa wajah wanita bukan aurat. Namun
demikian mereka berpendapat bahwa pernyataan semacam ini tidak perlu disebarluaskan
mengingat sudah begitu rusaknya keadaan zaman sekarang ini dengan tujuan saddudz
dzari'ah (mencegah keburukan). Kepada mereka ini kami katakan bahwa hukum syariat
yang sudah tetap di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. tidak boleh
disembunyikan dan ditutupi dari manusia dengan alasan bahwa zaman sudah rusak dan lain
sebagainya, karena umumnya dalil mengatakan haramnya menyembunyikan ilmu, seperti
firman Allah SWT dalam surat al-Bagarah: 159 dan sabda Nabi saw. ini:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (5 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh


Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di
dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Hakim. Al Hakim dan
adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)

Jika pendapat bahwa wajah wanita itu bukan aurat merupakan hukum yang sudah tetap
dalam agama --sebagaimana yang kita yakini-- mengapa kita meyembunyikan ilmu
tersebut kepada orang banyak? Ya Allah, ampunanilah kami! Jika orang yang berpendapat
bahwa syariat telah menetapkan bahwa wajah wanita bukan aurat kemudian menganggap
tidak perlu mengamalkannya demi kaidah saddudz dzari'ah (mencegah keburukan) diminta
supaya memberitahukan pendapatnya ini kepada masyarakat, tidak boleh disembunyikan,
kemudian sebutkan dalil-dalil yang menguatkan pendapat tersebut. Tapi saya yakin hal ini
tidak mungkin dia lakukan sama sekali."46

Kedua, kelompok lain yang mengingatkan saya pada serangan keras dari orang-orang yang
menentang beberapa pendapat yang terdapat dalam buku ini dan bertentangan dengan apa
yang sudah berlaku dalam masyarakat. Kepada kelompok ini saya katakan: "Jika para
penentang itu --meskipun keras-- menyampaikan kritik ilmiah untuk mengoreksi kesalahan-
kesalahan, maka seorang yang berakal --saya berharap demikian-- harus memetik manfaat
dari kritikan tersebut guna mengoreksi kesalahannya, atau menjawab argumentasi dengan
argumentasi, apalagi dia tahu bahwa setiap akal manusia pasti mengandung kelemahan dan
kekurangan, sehingga kadang-kadang dia salah langkah meskipun dia bertujuan kebenaran
itu. Tetapi tidak ada jalan untuk mencapai kebenaran kecuali dengan bertemunya beberapa
pemikiran atau bahkan dengan pergesekan pemikiran. Jika dalam pergesekan tersebut
seseorang merasakan sesuatu yang keras, dia harus sabar menahannya seperti halnya dia
menahan pahitnya obat. Dia harus memiliki keyakinan bahwa di balik kepahitan itu ada
penyembuhan atas kekurangan dan kelemahan dalam pemahaman. Tidak akan sukses suatu
kaum yang tidak mampu berlapang dada dalam menerima perbedaan pendapat. Namun
demikian, sopan dan lemah lembut lebih baik bagi seorang muslim dalam semua
urusannya, sebab Rasulullah saw. pernah bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu lemah lembut. Dia menyukai kelemahlembutan


dalam segala perkara." (HR Bukhari dan Muslim)47

"Sesungguhnya kelemahlembutan itu tidak terdapat pada sesuatu kecuali dia


memperindahnya." (HR Muslim)48

Ketika menyusun buku ini saya berusaha memulainya dengan dialog dengan para
penentang tersebut dan mendiskusikan dalil-dalil mereka. Hal itu terlihat jelas dalam
beberapa pasal yang sengaja saya khususkan untuk dialog dengan penentang peranan
wanita muslimah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan penentang terbukanya wajah
wanita muslimah.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (6 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

Setelah menjelaskan sikap terhadap peringatan teman-teman tersebut, pantas pula jika saya
memperhatikan peringatan Allah SWT dan peringatan Rasul-Nya tentang bahaya
menyembunyikan ilmu. Saya berdoa semoga Allah SWT memperlihatkan kepada kita
bahwa yang hak itu adalah hak dan memberikan kemudahan bagi kita untuk mengikutinya,
serta memperlihatkan kepada kita bahwa yang batil itu adalah batil dan memberi
kemudahan bagi kita untuk menghindarinya.

Disamping itu kita juga memohon semoga Allah memberikan kesajahteraan bagi kita di
dunia dan di akhirat. Ini dari satu sisi. Sementara dari sisi lain, saya kira bahwa pola yang
saya pakai dalam penulisan buku ini --yaitu mengumpulkan nash-nash yang bersifat
operasional dan praktis-- dapat meredam rasa khawatir teman-teman saya. Apalagi dalam
mengikuti pola ini saya mempunyai panutan yang tepat dan baik, yaitu Rasulullah saw. dan
para sahabat beliau yang mulia. Contohnya, Imam Bukhari --yang dikenal kealiman dan
kefaqihannya-- melalui tarajim (bab-bab yang terdapat dalam kitab sahihnya) menjuduli
salah satu dari sekian bab dalam kitab "Berpegang Teguh pada Kitab dan Sunnah" dia beri
judul [kalimat Arab] yang artinya: "Nabi saw. mengajarkan kepada umat-nya, baik laki-
laki maupun wanita, apa yang diajarkan Allah kepadanya tanpa menggunakan pendapat
atau pemisalan."49

Tepat sekali apa yang dikatakan oleh al-Muhallab ketika mengomentari bab Bukhari ini:
"Maksud Bukhari bahwa seorang alim apabila dia berbicara dengan menggunakan nash,
tidak perlu lagi berbicara berdasarkan pendapat dan qiyasnya (analogi)."50

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mengajak.html (7 of 7)12/12/2005 7:51:54


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Mari kita lihat contoh-contoh tentang bagaimana para sahabat yang mulia berbicara dengan
nash-nash Sunnah dan menolak pendapat orang yang berbicara dengan pandangannya
sendiri.

1. Aisyah Menolak Pandangan Umar dan Ibnu Umar

Muhammad ibnul al-Muntasyir berkata: "Aku bertanya kepada Aisyah tentang apa yang
pernah diucapkan oleh Ibnu Umar (sebagai berikut): 'Saya tidak suka kalau ingin berihram
dan pada hari-hari memakai wewangian.' Dalam riwayat Muslim disebutkan: 'Dicat dengan
lumpur lebih aku sukai daripada melakukan hal itu.' Aisyah menjawab: 'Aku pernah
memberi Rasulullah saw. wewangian. Kemudian beliau mengunjungi para istri beliau, dan
pada paginya memakai ihram (dalam keadaan pakai wewangian).'" (HR Bukhari dan
Muslim)51

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan bahwa Said bin Manshur meriwayatkan melalui jalur
Abdullah bin Abdullah bin Umar bahwa Aisyah pernah mengatakan tidak mengapa jika dia
menyentuh wewangian sewaktu mau melakukan ihram. Said berkata: "Lalu aku panggil
seorang lelaki. Ketika itu aku sedang duduk di samping Ibnu Umar. Lelaki itu aku utus
kepada Aisyah, padahal aku sudah tahu ucapan Aisyah. Cuma saja aku ingin hal itu juga
didengar oleh bapakku. Lantas utusanku datang. Dia berkata: 'Aisyah mengatakan tidak
mengapa memakai wewangian sewaktu mau berihram. Aku akan buang pendapatmu.' Said
berkata bahwa Ibnu Umar terdiam mendengarkan ucapan laki-laki itu. Begitu pula halnya
Salim bin Abdullah bin Umar. Dia menentang bapak dan kakeknya dalam masalah ini
karena hadits Aisyah. Ibnu Uyainah berkata bahwa Umar bin Dinar menceritakan Salim
kepada kami bahwa dia nmenyebutkan perkataan Umar mengenai wewangian. Kemudian
dia berkata: 'Aisyah berkata (lantas dia menyebutkan hadits tadi).' Salim berkata: 'Sunnah
Rasulullah saw. lebih berhak untuk diikuti.'"52

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari hadits tersebut dapat diambil pelajaran bahwa orang
yang masih bimbang hendaklah kembali kepada Sunnah. Dengan adanya sunnah, kita tidak
lagi memerlukan pendapat tokoh-tokoh Di dalam sunnah terdapat sesuatu yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (1 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

memuaskan."53

Di sini dapat pembaca perhatikan tokoh-tokohnya, yaitu Umar dan Abdullah bin Umar.
Keduanya sudah dikenal dengan ilmu dan kelebihannya. Namun --Maha Suci Allah-- tidak
ada 'ishmah (jaminan terbebas dari kesalahan) bagi seseorang selain Rasulullah saw.

2. Aisyah dan Ummu Salamah Menolak Pandangan Abu Hurairah dan al-
Fadhal bin Abbas

Abu Bakar bin Abdurrahman ibnul al-Harits berkata: 'Aku pernah mendengar Abu
Hurairah r.a. berkata: "Barangsiapa yang pagi-pagi masih dalam keadaan junub, maka
sebaiknya dia tidak berpuasa." Lalu ucapan Abu Hurairah itu aku sampaikan kepada
Abdurrahman ibnul Harits. Ternyata Abdurrahman tidak sependapat. Aku dan
Abdurrahman berangkat menemui Aisyah dan Ummu Salamah r.a.. Kemudian
Abdurrahman menanyakan masalah tersebut kepada kedua wanita itu. Kedua wanita itu
berkata: 'Nabi saw. pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena bermimpi,
lalu beliau berpuasa.'Akhirnya kami kembali menemui Abu Hurairah (dan menyampaikan
kata-kata Aisyah dan Ummu Salamah itu).' Abu Hurairah bertanya: 'Apakah kedua wanita
itu yang mengatakannya kepadamu?' Abdurrahman menjawab: 'Ya.' Abu Hurairah lalu
berkata: 'Kedua wanita itu lebih tahu (daripada aku).' Kemudian Abu Hurairah mengatakan
bahwa apa yang dia katakan itu berdasarkan pendapat Fadhal ibnul Abbas. Abu Hurairah
berkata: 'Hal itu aku dengar dari Fadhal dan aku tidak pernah mendengarnya dari
Rasulullah saw.'Abdurrahman berkata: 'Akhirnya Abu Hurairah menarik kembali apa yang
pernah diucapkannya itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)54

3. Aisyah Menentang Pandangan Abdullah bin Amru

Ubaid bin Umar berkata: "Aisyah pernah mendengar bahwa Abdullah bin Amru
memerintahkan orang-orang perempuan agar mengurai jalinan rambutnya apabila mereka
mandi. Aisyah berkata: 'Aneh sekali Ibnu Amru ini. Dia menyuruh kaum wanita supaya
menguraikan jalinan rambutnya ketika mandi. Mengapa tidak menyuruh mereka mencukur
rambutnya saja sekalian? Aku sendiri pernah mandi bersama Rasulullah saw. dari satu
wadah dan aku tidak menyiram kepalaku lebih dari tiga kali siraman.'" (HR Muslim)55

4. Aisyah Menentang Pandangan Ibnu Abbas

Aisyah berkata bahwa Ziyad bin Abi Sufyan menulis sepucuk surat kepada Aisyah r.a.
(yang isinya) bahwa Abdullah bin Abbas berkata: "Barangsiapa yang membawa hewan
sembelihan maka haram atasnya apa yang diharamkan atas orang yang melaksanakan haji
hingga dia mengurbankan/menyembelih hewannya tersebut." Lalu Aisyah berkata: "Tidak
seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas. Aku pernah memintal kalung hewan sembelihan
Rasulullah saw. dengan tanganku. Kemudian Rasulullah saw. sendiri yang mengalungi

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (2 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

hewannya dengan tangannya. Kemudian beliau mengirimkannya bersama bapakku. Tidak


pernah diharamkan atas Rasulullah saw. sesuatu yang dihalalkan Allah hingga beliau
menyembelih hewan sembelihannya." (HR Bukhari)56

5. Ibnu Umar Menentang Pandangan Ibnu Abbas

Dari Wabarah, dia berkata: "Aku pernah duduk di samping Ibnu Umar. Tiba-tiba muncul
seorang laki-laki dan berkata: 'Bolehkah aku melakukan thawaf di Baitullah sebelum
mendatangi tempat wuquf (Arafah)?' Ibnu Umar menjawab: 'Boleh.' Laki-laki itu berkata:
'Tetapi Ibnu Abbas pernah mengatakan: "Janganlah kamu thawaf di Baitullah sebelum
kamu mendatangi tempat wuquf!" Ibnu Umar lalu menjelaskan: 'Sesungguhnya Rasulullah
saw. pernah menunaikan ibadah haji, lalu melakukan thawaf di Baitullah sebelum beliau
mendatangi tempat wuquf. Apakah dengan perkataan Rasulullah saw. kamu lebih berhak
berpegang ataukah dengan perkataan Ibnu Abbas jika kamu benar?' Menurut satu riwayat:
'Sunnatullah dan Sunnah Rasul-Nya lebih patut kamu ikuti daripada sunnah si fulan jika
kamu memang benar.'" (HR Muslim)57

6. Ibnu Abbas Menentang Pendapat Zaid bin Tsabit

Dari Ikrimah dikatakan bahwa warga Madinah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai
seorang wanita yang sudah selesai mengerjakan thawaf ifadhah, kemudian dia haid. Ibnu
Abbas berkata pada mereka: "Pergilah dia (ke Mekah bersama orang-orang)." Mereka
berkata: "Kami tidak mengambil pendapatmu dan membiarkan perkataan Zaid." Ibnu
Abbas berkata: "Apabila kalian sampai di Madinah, tanyakanlah masalah ini." Tatkala
mereka sampai di Madinah, lantas mereka menanyakannya. Di antara orang yang mereka
tanya adalah Ummu Sulaim. Ummu Sulaim menjawabnya dengan hadits Shafiyyah
bahwasanya Shafiyyah telah ifadhah dan melakukan thawaf di Baitullah, kemudian dia
haid. Lalu Rasulullah saw. berkata: "Berangkatlah kamu bersama yang lainnya!" (HR
Bukhari dan Muslim)58

7. Imran bin Hushain Menentang Pendapat Umar ibnul Khattab

Dari Imran bin Hushain, dia berkata: "Setelah ayat Al-Qur'an tentang mut'ah turun (yaitu
mut'ah dalam ibadah haji), Rasulullah saw. memerintahkannya kepada kami. Setelah itu,
tidak ada satu ayat pun yang turun untuk menasakh ayat mut'ah haji dan Rasulullah saw.
juga tidak pernah melarangnya sampai beliau wafat. Tetapi ternyata sesudah itu orang yang
berkomentar berdasarkan pendapatnya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim)59

8. Ali bin Abi Thalib Menentang Pendapat Utsman bin Affan

Dari Sa'id ibnul Musayyab, dia berkata bahwa Ali dan Utsman berbeda pendapat mengenai
tamattu'. Pada saat itu keduanya sedang berada di Asfan. Ali berkata kepada Utsman:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (3 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

"Tidak ada yang kamu inginkan selain melarang suatu perkara yang Nabi saw. sendiri
melakukannya. Melihat Utsman tetap pada pendapatnya, akhirnya Ali berihram untuk haji
dan umrah sekaligus." Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Ali berkata: "Aku tidak akan
pernah meninggalkan sunnah Nabi saw. karena perkataan seseorang." (HR Bukhari dan
Muslim)60

9. Ibnu Abbas Menentang Pendapat Ibnuz Zubair

Dari Muslim al-Qurri, dia berkata: "Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang
haji tamattu. Ternyata dia memperbolehkannya. Sementara Ibnuz Zubair pernah
melarangnya. Ibnu Abbas berkata: 'Ini, ibunya Ibnuz Zubair sendiri yang bercerita bahwa
sesungguhnya Rasulullah saw. memperbolehkannya. Karena itu, temuilah ibu Ibnuz Zubair
dan tanyakanlah kepadanya masalah ini.' Lalu aku pergi menemui ibu Ibnu Zubair.
Ternyata dia adalah seorang wanita yang berbadan gemuk dan matanya buta. Ibu Ibnuz
Zubair mengatakan bahwa Rasulullah saw. memang membolehkannya." (HR Muslim)61

Ibnu Abdilbarr meriwayatkan dalam kitab Jami' Bayan il-'Ilmi, dari Abus Samh, dia
berkata: "Akan datang suatu zaman ketika seseorang mempergemuk hewan
tunggangannya. Kemudian dia melakukan perjalanan dengan menunggangi hewan
tersebut, sehingga hewan itu kurus karena berjalan dalam upaya mendapatkan fatwa yang
berdasarkan Sunnah. Namun tidak dia dapatkan selain orang yang berfatwa berdasarkan
dugaan/perkiraannya belaka."62

Yang mengundang perhatian kita mengenai ketinggian dan keutamaan syariat Allah adalah
bahwa semua nash yang telah disebutkan sebelumnya --yang sekaligus menjadi jawaban
terhadap pendapat para tokoh tersebut-- mengarah pada memberi kemudahan bagi orang-
orang mukmin dan menolak sikap mempersulit.

G. UCAPAN TERIMA KASIH

Sejak penyusunan buku ini dimulai, saya selalu berusaha memperlihatkan dahulu apa yang
telah selesai dikerjakan satu persatu kepada teman-teman yang saya anggap alim dengan
tujuan menimba dan memanfaatkan ilmu mereka. Alhamdulillah mereka telah berkenan
memberikan catatan-catatan yang sangat berharga sehingga membantu saya dalam
menyaring dan merapikan apa yang sudah selesai ditulis.

Di antara teman-teman tersebut adalah Dr. Yusuf Qardhawi yang telah bersedia membaca
beberapa pasal buku ini setiap selesai saya kerjakan. Saya merasa bahagia sekali dengan
adanya catatan-catatan yang sangat bermanfaat dari dia. Dr. Qardhawi pun berkenan
memberikan pengantar pada buku ini untuk segenap pembaca. Dalam kata pengantarnya
dia menyebutkan beberapa contoh krisis yang sedang dihadapi oleh wanita muslimah
modern. Dengan taufiq Allah semoga tulisan ini seiring dan sejalan dengan harapan orang-

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (4 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

orang yang berprasangka baik terhadap saya.

Selain itu, teman-teman yang ikut menelaah sebagian pasal-pasal buku ini banyak sekali
dan berasal dari berbagai bagian negara Arab. Perlu penulis sebutkan di sini diantaranya
adalah:

● Yang mulia guru penulis, Syeikh Muhammad al-Ghazali yang telah menelaah
sebagian besar buku ini, juga berkenan menyumbangkan kata pengantar.
● Dr. 'Izzuddin Ibrahim
● Profesor Muhyiddin Athiyyah
● Dr. Yusuf Abdul Mu'thi
● Dr. Ahmad Kamal Abul Majdi
● Dr. Muhammad al-Mahdi al-Badri
● Profesor Thariq al-Bisyri (dari Mesir)
● Dr. Ja'far Syekh Idris
● Profesor Zainul Abidin ar-Rikabi (dari Sudan)
● Dr. Muhammad al-Asyqar
● Dr. Kamil Zaghmut (dari Palesiina)
● Profesor Rasyid Al-Ghanusyi (dari Tunisia)
● Profesor Ahmad ar-Raisuni (dari Maghribi)

Mereka itu telah memberikan sumbangan yang sangat mulia dan dapat membantu
meluruskan beberapa pokok pikiran dan memperbaiki bahasa penyampaiannya. Tak ada
yang dapat saya ucapkan kepada mereka selain memanjatkan doa semoga Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa baik mereka.

Adapun mitra setia saya sampai buku ini rampung adalah istri tercinta yang menjadi
pendamping hidup, Ibu Malikah Zainuddin. Bantuannya lebih dari sekadar menciptakan
suasana kondusif demi lancarnya penelitian dan penyusunan buku ini, bahkan tidak jarang
dia mengalahkan perasaannya guna mendampingi saya melakukan perjalanan panjang
yang lama dan jauh dari rumah dan anak-anak, agar pikiran saya betul-betul tenang dan
terkonsentrasi untuk menulis tanpa ada suatu hal apa pun yang mengganggu. Di samping
itu dia ikut membantu dalam mengumpulkan riwayat-riwayat Bukhari tentang satu hadits
atau dalam mencari arti kalimat-kalimat yang aneh. Lebih dari itu semua, dia ikut
merapikan konsep-konsep yang ada, bahkan seringkali menyempurnakan hal-hal yang
masih kurang, seperti membuat catatan kaki dan yang seumpamanya. Ditambah lagi
dengan masukan-masukan pendapat yang sangat berguna dalam dialog antara kami berdua
mengenai beberapa masalah yang ada kaitannya dengan tulisan ini. Semoga Allah
memeliharanya, memberinya kesehatan dan kesejahteraan, serta membalasi segala
kebaikannya terhadap saya dan terhadap kaum muslimin dengan balasan yang setimpal.

H. DOA DAN PERMOHONAN MAAF

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (5 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

Mengenai doa, saya mulai dengan doa nabiyullah Musa a.s.

"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku


urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku!" (Thaha: 25-28)

Saya iringi dengan doa Nabi Muhammad saw.:

"Ya Allah Yang Maha Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui
sesuatu yang gaib dan nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-
hamba-Mu tentang apa yang mereka perselisihkan. Bimbinglah aku pada
kebenaran dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya
Engkau memberi petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki ke jalan
yang lurus." (HR Muslim)63

Permohonan maaf saya adalah permohonan maaf orang yang lemah karena kelemahannya
terhadap suatu tugas besar dan pekerjaan yang sangat peka.

Buku ini secara umum merupakan suatu usaha yang mempunyai dua cabang. Pertama,
usaha untuk mengumpulkan sebanyak mungkin nash dari Kitab dan Sunnah. Kedua, usaha
untuk mempelajari dan meneliti maksud dari nash-nash tersebut agar pengelompokannya
berdasarkan masalah ini. Kedua usaha itu perlu sekali mendapatkan pemantauan dari para
peneliti, mengingat semua ini masih bersifat usaha perseorangan yang bisa jadi hanya
menyentuh satu sisi dari suatu topik yang sangat besar dan penting, serta boleh jadi
menafsirkan satu aspek saja dari berbagai aspeknya, disamping boleh jadi terjadi kesalahan
di sana-sini. Begitu pula pandangan dan pengamatan saya mengenai maksud dari sebagian
nash-nash tersebut merupakan bagian yang sangat kecil jika dibandingkan dengan maksud-
maksud dan petunjuk-petunjuk yang dikandung oleh nash-nash tersebut. Tidak ada jalan
untuk menggapai semua aspek dan penafsirannya serta tidak ada cara untuk menyerap
petunjuknya yang nyata, di samping mengetahui yang benar dalam memahami nash-nash
tersebut secara keseluruhan. Tidak ada jalan untuk semua itu tanpa adanya upaya yang
sungguh-sungguh, serius, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh sederetan panjang
peneliti, baik laki-laki maupun wanita. Hendaklah mereka curahkan segala ilmu dan
kemampuan akal pikiran yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka untuk kepentingan
ini.

Setelah bergelut sekian lama dengan nash-nash petunjuk Allah, sadarlah saya betapa
afdalnya kalau intan permata Ilahi nan amat berharga ini ditangani oleh tangan-tangan
terampil yang mampu menampilkan kecantikan dan keindahannya dalam satu jalinan yang
menawan. Kepada Allah jua saya mengadukan lemahnya daya, kurangnya siasat, dan
tumpulnya mata penaku. Penulis bermohon semoga Allah Yang Maha Suci menutupi
segala kekurangan saya, memaafkan semua kelalaian saya, dan menyiapkan orang-orang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (6 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

yang memiliki hati yang beriman, akal yang cemerlang dan mata pena yang tajam, baik
dari kalangan laki-laki maupun wanita, supaya mereka mulai berbuat dan menyampaikan
Kalimatullah kepada seluruh umat manusia.

I. HIMBAUAN KEPADA PEMBACA

Allah adalah pihak yang mengeluarkan perintah dan membuat syariat, Rasul-Nya adalah
pihak yang menyampaikan, serta memberi keterangan, sementara saya tidak lebih dari
sekadar pihak pengutip; perintah-perintah Allah SWT dan keterangan-keterangan yang
disampaikan oleh Rasulullah saw. Seandainya saya mempunyai pendapat mengenai
pengelompokan suatu nash atau mengomentarinya, maka pembaca sendiri --yang sudah
mengetahui dengan jelas perintah Allah dan keterangan Rasulullah saw.-- berhak
menerima atau menolaknya berdasarkan ilmu dan keyakinan yang pembaca miliki.

Bahkan pembaca berhak mengesampingkan setiap kata yang saya ucapkan, untuk
kemudian mengikuti apa yang dikatakan oleh nash itu sendiri. Dengan izin dan inayah
Allah, nash-nash tersebut akan menjadi cahaya penerang bagi jalan orang-orang yang ingin
mendapatkan kebenaran dan petunjuk.

Demikian saja, dan saya sangat mengharapkan saran, kritik, dan catatan-catatan dan para
pembaca yang budiman.

Abdul Halim Muhammad Ahmad Abu Syuqqah

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (7 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Contoh.html (8 of 8)12/12/2005 7:51:57


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Bab. II KARAKTERISTIK WANITA DALAM AL-QUR'AN

Pasal 1. Sebagian Karakteristik Wanita

A. PENDAHULUAN

Kita tidak perlu panjang-lebar membahas karakteristik wanita sebelum Islam,


kedudukannya yang dipandang lebih rendah, serta desakan dan himpitan yang dialaminya,
baik di tengah bangsa Arab ataupun di tengah bangsa-bangsa dunia lainnya. Sebab, sudah
banyak sekali tulisan yang mengupas masalah itu, seperti buku Qishatul Hadharah (Sejarah
Peradaban Manusia) karangan Durant. Dalam buku saya ini juga akan kita temukan
beberapa gambaran sepintas mengenai kedudukan wanita di kalangan masyarakat Arab
sebelum kedatangan Islam.

Yang penting bagi kita dalam buku ini adalah tentang apa yang telah ditetapkan Islam
sebagai karakteristik wanita, mulai dari kedudukannya yang terhormat, tanggung jawab
besar yang dipikulnya baik di dalam maupun di luar rumah, sampai pada peluang-peluang
yang diberikan agama kepada wanita agar mampu berpartisipasi secara sungguh-sungguh
dan bermanfaat di dalam masyarakat. Namun demikian, seiring dengan pergantian zaman
dan perputaran waktu, kedudukan wanita mengalami sedikit pergeseran, hingga sampai ke
tingkat yang paling rendah seperti yang terjadi pada permulaan abad keempat belas
Hijriah. Kemudian dengan bermulanya era penjajahan modern, terjadi pula benturan keras
antara peradaban Barat dan masyarakat Islam yang menimbulkan berbagai dampak
sampingan, antara lain ditandai dengan munculnya dua aliran yang kontradiktif. Pertama,
aliran yang terpengaruh dan silau ketika melihat peradaban Barat sehingga menerima saja
bulat-bulat manis pahit dan baik buruknya peradaban tersebut. Kedua, aliran yang menutup
mata secara total untuk kemudian hanya mau mengikuti warisan yang ditinggal para
leluhur mereka tanpa melihat manfaat dan ketidakmanfaatannya. Setelah pengaruh
benturan tersebut berakhir, setiap arus kembali mengevaluasi dan meninjau kembali
beberapa sikapnya terhadap karakteristik wanita, meskipun dalam kadar yang berbeda.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (1 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

Akibatnya, dalam masyarakat Islam tampil beberapa model yang sebagiannya memiliki
kadar keistiqamahan tertentu terhadap syariat Allah, dan sebagiannya lagi, sedikit atau
banyak, telah menyimpang dari syariat Allah. Bersamaan dengan berlanjutnya upaya para
ulama yang ikhlas, kita berharap supaya sikap istiqamah semakin bertambah sehingga
karakteristik wanita sampai pada posisi yang telah ditetapkan oleh Islam dan masyarakat
Islam kembali hidup makmur serta sejahtera menuju kebangkitan yang didambakan.

Pada dasarnya, baik itu di dalam Al-Qur'an ataupun Sunnah, masalah khithab (ajakan atau
seruan) dialamatkan kepada laki-laki dan wanita secara sama, mulai dari penetapan
martabat manusia sampai pada tanggung jawabnya dalam bidang pidana. Dengan catatan,
adanya beberapa perbedaan yang sifatnya terbatas, namun telah ditetapkan dengan terang
dan jelas oleh Allah. Pokok dari semuanya adalah persamaan, adapun perbedaan terletak
pada pengecualian dari yang pokok. Setiap upaya yang mengarah pada penghapusan yang
pokok merupakan kekeliruan besar yang berlawanan dengan syariat. Mengenai ketetapan
persamaan antara laki-laki dan wanita, Imam Ibnu Rusyd berkata sebagai berikut: "Yang
asal adalah bahwa hukum keduanya (laki-laki dan wanita) itu sama, kecuali ada ketetapan
tentang perbedaan yang sesuai dengan syariat."1 Kadang-kadang dalam satu ajakan atau
seruan laki-laki dan wanita disebutkan bersamaan. Hal itu merupakan karunia Allah
sebagai penegasan tentang persamaan laki-laki dengan wanita.

B. LAKI-LAKI DAN WANITA DARI ASAL YANG SAMA

Allah SWT berfirman: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu


yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah
menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (an-Nisa': 1)

C. TANGGUNG JAWAB KEMANUSIAAN SEORANG WANITA

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,


dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolong pun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (2 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka


kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami kesalahan-
kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami
di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.' Maka Tuhan
mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
'Sesungguhnya aku tidak mensia-siakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
keturunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan
mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala dari sisi Allah. Dan Allah pada
sisi-Nya pahala yang baik." (Ali Imran: 190-195)

"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun


wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (an-Nisa': 124)

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (an-Nahl: 97)

"Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas


melainkan sebanding dengan kejahatan itu, dan barangsiapa yang
mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia
dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi
rezeki di dalamnya tanpa hisab." (al-Mu'min: 40)

D. PEMBEBASAN WANITA DARI KEZALIMAN JAHILIAH

Kezaliman-kezaliman ala jahiliah yang kerap menimpa wanita, diantaranya, adalah orang
tua merasa susah dan senantiasa murung jika yang dilahirkan adalah bayi perempuan,
pemeliharaan wanita sebagai makhluk yang hina, atau penguburan hidup-hidup bayi
wanita karena merasa malu dan takut miskin.

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (3 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia


menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu." (an-Nahl: 58-59)

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (al-Isra':
31)

"Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena


dosa apakah dia dibunuh." (at-Takwir: 8-9)

E. PEMBEBASAN WANITA DARI PENGHARAMAN HAL YANG BAIK

Allah SWT berfirman: "Dan mereka mengatakan: 'Apa yang dalam perut
binatang ternak ini adalah khusus untuk laki-laki kami dan diharamkan atas
wanita kami,' dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka laki-laki
dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas
mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui." (al-An'aam: 139)

F. WANITA DIJADIKAN HARTA WARIS DAN BENDA, SERTA PENYEMPITAN


KEBEBASAN DALAM PERKAWINAN

Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi
kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak." (an-Nisa': 19)

G. BURUKNYA HUBUNGAN KEKELUARGAAN AKIBAT PERKAWINAN

Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang


telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk
(jalan yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (4 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

anakmu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan;


saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang lelaki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaan kamu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an-Nisa': 22-
23)

Dalam Sunnah Nabi saw. disebutkan:

"Tidak boleh dihimpunkan (dalam perkawinan) antara seorang perempuan


dengan saudara perempuan bapaknya, juga tidak boleh antara seorang
perempuan dengan saudara perempuan ibunya." (HR Bukhari dan Muslim)2

H. PENEGASAN TENTANG KARAKTERISTIK WANITA

Allah SWT menyebutkan wanita disamping keberadaan laki-laki, sebagaimana firman-Nya


ini:

"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang
benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha
kamu memang berbeda-beda." (al-Lail: 1-4)

"Maka Kami berkata: 'HaiAdam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh


bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak
akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak
(pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan
membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata. 'Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
binasa?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-
daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah
ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima tobatnya dan
memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (5 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang


mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (Thaha:
117-123)

Merupakan karunia Allah bahwa banyak ayat Al-Qur'an yang membebaskan


Hawwa dan tuduhan telah mendorong pelanggaran atas diri Adam
sebagaimana dugaan kebanyakan orang. Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (an-Nisa': 32)

"Hai orang-orangyang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan


kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olokkan)
dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan
barangsiapa yang tidak bertobat. maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (al-Hujurat: 11)

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula, bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakaiAllah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (al-Ahzab: 36)

"Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari masuk


Masjidil Haram dan menghalangi hewan kurban sampai ke tempat
(penyembelihan)-nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan
perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu
akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa
pengetahuan (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari
membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-
Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah
Kami akan mengazab orang-orang kafir di antara mereka dengan azab yang
pedih." (al-Fath: 25)

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (6 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagimu. Tiap-tiap seseorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka
yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong
itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri
mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: 'Ini adalah suatu berita bohong
yang nyata.'" (an-Nur: 11-12)

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku
dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.
Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan." (Nuh: 28)

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang Haq)


melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-
orang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu." (Muhammad: 19)

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan


perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya; laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang puasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar." (al-Ahzab: 35)

"Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun


perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik niscaya
akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka, dan bagi mereka
pahala yang banyak." (al-Hadid: 18)

"Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan


(akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
mereka di dalamaya dan (mendapat) tempat-tempatyang bagus di surga
'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar: itu adalah keberuntungan
yang besar." (at-Taubah: 72)

"Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke


dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (7 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah." (al-Fath: 5)

"(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan
perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, (dikatakan kepada mereka): 'Pada hari ini ada berita gembira
untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang
kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.'" (al-Hadid: 12)

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian


yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah
mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka
itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang
kekal." (at-Taubah: 67-68)

"Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan


dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran
(kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka
serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam)
itulah sajahat-jahat tempat kembali." (al-Fath: 6)

"Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan


dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan, dan sehingga Allah
menerima tobat orang-orang yang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-Ahzab: 73)

"Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata


kepada orang-orang yang beriman. 'Tunggulah kami supaya kami dapat
mengambil sebagian dari cahayamu.' Dikatakan (kepada mereka):
'Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu). 'Lalu
diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa." (al-Hadid:
13)

"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan.
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut." (al-

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (8 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

Lahab: 1-5)

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Karakter.html (9 of 9)12/12/2005 7:52:01


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 2

1 Bidayah al-Mujtahid, jilid 1, hlm. 172.

2 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Pengharaman menghimpunkan antara seorang perempuan


dengan saudara perempuan bapaknya atau saudara perempuan ibunya dalam perkawinan,
jilid 4, hlm. 135.

3 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: jika seorang anak masuk Islam, lalu mati, apakah dishalati
jenazahnya dan apakah kepada anak itu ditawarkan Islam? jilid 3, hlm. 464.

4 Lihat Fathul Bari, jilid 3, hlm. 425.

5 lihat Fathul Bari, jilid 10, hlm. 262.

6 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Urusan Anshar kepada Nabi saw., jilid 8, hlm. 222.

7 Lihat tafsir Ibnu Katsir, surat Ali-lmran, ayat 61.

8 ibid

9 Lihat pendapat-pendapat para Ulama mengenai kesaksian wanita.

10 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Firman Allah: "Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya," jilid 7, hlm. 208.

11 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Dan ceritakanlah (kisah)
Maryam di dalam Al-Qur'an, jilid 7, hlm. 280. Muslim, Kitab Keutamaan-keutamaan, Bab:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/2kaki.html (1 of 2)12/12/2005 7:52:02


Kebebasan Wanita

Keutamaan-keutamaan Isa a.s., jilid 7, hlm. 96. Riwayat ini menurut versi Muslim.

12 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: "Ingatlah ketika Malaikat
berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat ...,' jilid 7, hlm. 283. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah r.a., jilid 7,
hlm. 133.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/2kaki.html (2 of 2)12/12/2005 7:52:02


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

I. KEMANDIRIAN DAN KEMERDEKAAN WANITA UNTUK MEMILIH ANTARA


IMAN DAN KUFUR

Allah SWT berfirman: "Allah membuat istri Nuh dan istri Luth
perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu
kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu
tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
(neraka).' Dan Allah membuat istri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang
yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah
rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan
perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.' Dan Maryam
putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam
rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-
kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-
orang yang taat." (at-Tahrim: 10-12)

J. KEDUDUKAN WANITA DALAM KELUARGA

1. Wanita adalah Ketenteraman bagi Laki-laki

Allah SWT berfirman:

"Dan di antara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir." (ar-Rum:21)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (1 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

2. Kepemimpinan di Tangan Laki-laki

Allah SWT berfirman:

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar." (an-Nisa': 34)

3. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban Istri

Allah SWT berfirman:

"... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (al-Baqarah: 228)

4. Berdandan dan Melemah ketika Perdebatan adalah Bagian dari Ciri Wanita

Allah SWT berfirman:

"Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam
keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang
dalam pertengkaran." (az-Zukhruf: 18)

5. Pengaturan Poligami

Allah SWT berfirman:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kami
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya." (an-Nisa': 3)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (2 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (yang kamu cintai) sehingga kamu biarkan yang lain
terkatur-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (an-Nisa': 129)

6. Pengaturan Talak

Allah SWT berfirman: "Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu
boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikannya dengan cara
yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir keduanya
(suami istri) tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
itulah orang-orang yang zalim." (al-Baqarah: 229)

Pada ayat lain, Allah SWT berfirman: "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan
istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka
dapat (menghadapi) 'iddahnya yang wajar, dan hitunglah waktu 'iddah itu
serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan
mereka dari rumah mereka dan janganlah (diizinkan) keluar kecuali kalau
mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah
dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya
dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui
barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru. Apabila
mereka telah mendekati akhir 'iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik
atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi yang adil diantara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu
karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu." (ath-Thalaq: 1-3)

7. Hak Wanita yang Ditalak dan Janda

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (3 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

a. Hak Kembali kepada Suami Sesudah Ditalak

Allah SWT berfirman:

"Apabila kamu menalak istri-istrimu, lalu habis 'iddahnya, maka janganlah


kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan (bekas/bakal)
suaminya apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang
ma'ruf. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 232)

b. Hak Menyusui Anak dari Suami yang Menalaknya

Allah SWT berfirman:

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,


yaitu bagi orang yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga
seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian." (al-
Baqarah: 233)

c. Hak Menentukan Penyapihan Anaknya dengan Bermusyawarah Bersama Suami


yang Menalaknya

Allah SWT berfirman:

"Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan


keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan." (al-Baqarah: 233)

d. Hak Berdandan dan Menerima Peminang setelah Berakhir Masa 'Iddahnya

Allah SWT berfirman:

"Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-


istri (hendaklah para istri itu) menanggalkan dirinya (ber'iddah) empat bulan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (4 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa
bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka
menurut yang patut Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (al-Baqarah:
234)

Di dalam kitab tafsir Al-Jalalain disebutkan anjuran untuk "membiarkan mereka berbuat
terhadap diri mereka, artinya seperti berdandan dan menerima peminang."

e. Persamaan Suami dengan Istri dalam Hal Bebas dari Tuduhan dan Kekuatan
Sumpah

Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak


ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian
orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia
adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa
laknatAllah atasnya jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu
dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta,
dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknatAllah atasnya jika suaminya itu
termasuk orang-orang yang benar." (an-Nur: 6-9)

K. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MASALAH WARISAN

1. Penetapan Prinsip Keikutsertaan

Allah SWT berfirman:

"Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan." (an-Nisa': 7)

2. Bagian Anak Laki laki dan Perempuan

Allah SWT berfirman:

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-


anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan: jika anak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (5 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

perempuan itu seorang saja maka ia memperoleh separah harta ...." (an-
Nisa': 11)

3. Bagian Bapak dan Ibu

Allah SWT berfirman:

"Dan untuk dua orang ibu-bapak bagi masing-masingnya seperenam dari


harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika
orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu
bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga: jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan), sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (an-Nisa': 11)

4. Bagian Suami dan Istri

Allah SWT berfirman:

"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-
istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya
sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan
jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para
istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah
dipenuhi wasiatyang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-
hutangmu." (an-Nisa': 12)

5. Bagian Saudara Laki-laki dan Saudara Perempuan

Allah SWT berfirman:

"... Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja),
maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (6 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat


(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat
yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun." (an-Nisa': 12)

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mandiri.html (7 of 7)12/12/2005 7:52:06


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

L. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEWAJIBAN BERHIJRAH DARI


NEGERI KUFUR (JIKA DIA BUKAN DARI KALANGAN TERTINDAS)

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan


menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: 'Dalam
keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab: 'Adalah kami orang-
orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata: 'Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-
orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat
kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan
ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk) hijrah, mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan
adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di
jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang
luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju) maka sungguh telah
tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (an-Nisa': 97-100)

Dalam riwayatnya, Ibnu Abbas mengatakan: "Aku dan ibuku pernah menjadi orang-orang
yang tertindas, aku dari kalangan anak-anak dan ibuku dari kalangan wanita." (HR Bukhari)
3 Az-Al-Zain ibnul Munir berkata: "Ayat di atas tidak dimaksudkan untuk menyatakan
bahwa wanita itu lemah, tetapi menunjukkan persamaan."4

M. KEIKUTSERTAAN WANITA BERHIJRAH KE MADINAH

Allah SWT berfirman:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (1 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu


yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan
Allah untukmu dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-
laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, dan anak-anak
perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut berhijrah bersama
kamu." (al-Ahzab: 50)

"Hai orang orangyang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu


perempuan-perempuan yang beriman maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka ..." (al-Mumtahanah: 10).

Menguji keimanan kaum wanita yang ikut hijrah cukup dengan menyuruhnya
mengucapkan sumpah: "Demi Allah aku bersumpah bahwa aku tidak ikut keluar
(berhijrah) kecuali karena keinginanku pada Islam serta rasa cintaku kepada Allah dan
Rasul-Nya." Setelah itu dia maju untuk dibai'at.5

N. KEIKUTSERTAAN WANITA MEMBA'IAT RASULULLAH SAW.

Allah SWT berfirman: "Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-


perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia (bai'at) bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan
mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak
akan berdusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan
tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik maka terimalah janji
setia mereka dan mohonlah ampunan kepada Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-
Mumtahanah: 12)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kadang-kadang waktu pelaksanaan bai'at kaum
laki-laki itu sama dengan bai'at kaum wanita. Ubadah bin Shamit meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. berkata, sementara beliau dikelilingi oleh sekumpulan para sahabat: "Mari,
bai'atlah aku bahwa kalian tidak akan mempersekutukan suatu apa pun dengan Allah, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kalian, tidak akan
berdusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, serta janganlah kalian
menentang aku dalam urusan yang baik." (HR Bukhari)6

O. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM TOLONG-MENOLONG DAN AMAR


MA'RUF NAHI MUNKAR

Allah SWT berfirman:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (2 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

"Dan orang-orangyang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (at-Taubah: 71)

P. BERSAMA KAUM LAKI-LAKI MENGHADAPI KESULITAN DAN BENCANA

Allah SWT berfirman:

"Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi


(dinyalakan dengan) kayu bakar ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang orang yang
beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan
karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah
Maha menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang orang yang
mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin, laki-laki dan
perempuan, kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab
Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (al-Buruj: 4-10)

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa


kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-
orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang
semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini
(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi
Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.'" (an-Nisa': 75)

Q. MENYERTAI SUAMI DALAM BERMUBAHALAH

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,


adalah seperti (penciptaan) Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: 'Jadilah (seorang manusia),' maka jadilah dia. (Apa yang telah
Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena
itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang
membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan
kamu), maka katakanlah kepadanya: 'Marilah kita memanggil anak-anak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (3 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan
diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta
supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.'" (Ali
Imran: 59-61) Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa firman
Allah: "Maka katakanlah kepadanya: 'Marilah kita memanggil anak-anak
kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan
diri kamu,'" artinya adalah mari kita hadirkan mereka semua untuk
melakukan mubahalah (mendoakan) supaya orang yang berbohong terkena
laknat.7

Disebutkan pula bahwa al-'Aqib dan ath-Thayyib datang menemui Nabi saw. Mereka
adalah tokoh-tokoh utusan Najran dari kaum Nasrani. Lalu Nabi saw. mengajak mereka
bermula'anah/mubahalah, karena ke duanya tidak mempercayai bahwa Isa Al masih
menyembah Allah SWT. Mereka menjanjikan akan melakukan mula'anah itu bersama
Nabi saw. keesokan harinya. Lalu pada keesokan harinya Rasulullah saw. membimbing
tangan Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain menemui mereka untuk melakukan mula'anah
tersebut. Kemudian Rasulullah saw. menyuruh mereka datang, tetapi mereka menolak ...8

R. TANGGUNG JAWAB WANITA MENYANGKUT MASALAH PIDANA

Allah SWT berfirman:

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-
masing dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman." (an-Nur: 2)

"Dan laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah


tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (al-Ma'idah: 38)

S. WANITA BERHAK MENJADI SAKSI DAN KESAKSIANNYA SETENGAH


DARI KESAKSIAN LAKI-LAKI9

Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara


tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (4 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah


mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu) dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun
dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakannya, maka
hendaklah walinya mengimlakannya dengan jujur. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi
mengingatkannya." (al-Baqarah: 282)

T. MENJAGA CITRA DAN MARTABAT (NAMA BAIK) WANITA

Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat


zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh dera dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
yang fasik, kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki (dirinya),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an-
Nur: 4-5)

"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik


yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan
akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika) lidah, tangan
dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu
mereka kerjakan. Di hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang
setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah lah Yang
Benar lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang
sebenarnya)." (an-Nur: 23-25)

U. DAHSYATNYA FITNAH YANG TERJADI ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA

Allah SWT berfirman:

"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf


untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya
berkata: 'Marilah ke sini.' Yusuf berkata: 'Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.' Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tiada akan beruntung." (Yusuf: 23)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (5 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)


dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita
itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
Kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya
Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)

"Dan wanita-wanita di kota berkata: 'Istri al-Aziz menggoda bujangnya


untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya
dalam kesesatan yang nyata.'" (Yusuf: 30)

"... Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya (Yusuf), mereka kagum


kepada keelokan rupanya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata:
'Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain
hanyalah malaikat yang mulia.'" (Yusuf: 31)

"Yusuf berkata: 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada


memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan
daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh.'" (Yusuf: 33)

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ikut.html (6 of 6)12/12/2005 7:52:08


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

V. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN BERTEMU


DENGAN KAUM LAKI-LAKI

1. Pada Zaman Ibrahim a.s.

Allah SWT berfirman:

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian


keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman didekat
rumah Engkau (baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyubur." (Ibrahim: 37)

Dalam sunnah/hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan: "...


kemudian Ibrahim datang membawa Hajar dan Ismail anaknya yang sedang
menyusui, lalu menempatkan keduanya di samping Baitullah ... Demikianlah
keadaannya hingga datang rombongan dari Kabilah Jurhum ... Mereka
datang, sedangkan ibu Ismail berada di dekat air (zamzam). Mereka
bertanya: 'Apakah engkau izinkan kami tinggal di tempat ini?' Ibu Ismail
menjawab: 'Boleh, tetapi kalian tidak berhak atas air ini.' Mereka berkata:
'Baik.' Jawaban mereka itu membuat ibu Ismail merasa dekat. Apalagi dia
senang berteman. Akhirnya mereka tinggal di situ. Kemudian mereka
mengirimkan utusan pengundang keluarga mereka untuk tinggal bersama-
sama di tempat itu ...." (HR Bukhari)10

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang


kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (1 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

'Salaman (selamat).' Ibrahim menjawab: 'Salamun (selamatlah),' maka tidak


lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: 'Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.' Dan istrinya berdiri (di
balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita
gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya)
Yaqub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan apakah aku akan
melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-
benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat berkata: 'Apakah kamu merasa
heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-
Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha
Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (Hud: 69-73)

Dalam kitab tafsir ath-Thabari, demikian pula al-Qurthubi, disebutkan bahwa istri Nabi
Ibrahim a.s. melayani para tamu, sedangkan suaminya (Ibrahim) duduk bersama mereka.

2. Pada Zaman Musa a.s.

Allah SWT berfirman:

"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana


sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya) dan ia menjumpai
di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
(ternaknya). Musa berkata: 'Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?'
Kedua wanita itu menjawab: 'Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami)
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang
bapak kami adalah seorang tua yang telah lanjut usianya.' Maka Musa
memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia
kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.'
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu
berjalan kemalu-maluan, ia berkata: 'Sesungguhnya bapakku memanggil
kamu agar ia bisa memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum
(ternak) kami.' Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan
menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya); Syu'aib berkata:
'Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim
itu.'" (al-Qashash: 23 -25)

3. Pada Zaman Sulaiman a.s.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (2 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

Allah SWT berfirman:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah


singgasanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami telah diberi tahu sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang
berserah diri.' Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah,
mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia
dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan kepadanya:
'Masuklah ke dalam istana.' Maka tatkala dia melihat lantai istana itu,
dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya.
Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.'
Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim
terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah,
Tuhan semesta alam.'" (an-Naml: 42-44)

4. Pada Zaman Muhammad saw.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan


gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara
kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (al-Mujaadilah: 1)

W. ETIKA BERTEMU DENGAN KAUM LAKI LAKI

1. Menahan Pandangan

Allah SWT berfirman:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: 'Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat ' Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah
mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ...'" (an-Nur:
30-31)

2. Menutup Seluruh Tubuh Selain Wajah dan Kedua Telapak Tangan

Allah SWT berfirman:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (3 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

"... Dan janganlah mereka (wanita-wanita mukmin) menampilkan


perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padangan dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya ...." (an-Nur: 31)

3. Tenang dan Terhormat dalam Gerak-Gerik

Allah SWT berfirman: "... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab: 32)

4. Serius dan Sopan dalam Berbicara

Allah SWT berfirman: "... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab: 32)

Pasal 2. Sikap-sikap yang Baik dalam Al-Qur'an


A. IBU MUSA DAN KEPATUHANNYA TERHADAP PERINTAH ALLAH

Allah SWT berfirman: "Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: 'Susuilah dia,
dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai
(Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.' Maka dipungutlah ia oleh
keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi
mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-
orang yang bersalah. Dan berkatalah istri Fir'aun: '(Ia) adalah penyejuk mata
hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia
bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,' sedang mereka
tiada menyadari Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya
hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami
teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada
janji Allah)." (al-Qashash: 7-10)

B. SAUDARA PEREMPUAN MUSA A.S. DAN KEHEBATAN SIASATNYA

Allah SWT berfirman: "Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang
perempuan: 'Ikutlah dia,' maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang
mereka tidak mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu: maka

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (4 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

berkatalah saudara Musa: 'Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait
yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik
kepadanya?' Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah
itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (al-
Qashash: 11-13)

C. GADIS KOTA MADYAN DAN KEKUATAN FIRASATNYA

Allah SWT berfirman:

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata. 'Ya bapakku, ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya.'" (al-Qashash: 26)

D. ISTRI FIR'AUN ADALAH PERUMPAMAAN DALAM KEIMANAN

Allah SWT berfirman:

"Dan Allah membuat istri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang


beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanhu, bangunlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya
dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'" (at-Tahrim: 11)

E. ISTRI IMRAN MENAZARKAN BAYI YANG ADA DALAM RAHIMNYA UNTUK


KEPENTINGAN AGAMA ALLAH

Allah SWT berfirman:

"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku


menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba
yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar)
itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.'" (Ali-Imran: 35)

F. KHAULAH BINTI TSA'LABAH MENGAJUKAN GUGATAN KEPADA


RASULULLAH SAW.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan


wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (5 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.


Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kamu (menganggap istrinya
sebagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu
mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan
sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang
munkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun. Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui
yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak). Maka
(wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya
bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan
enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir
ada siksaan yang sangat pedih." (al-Mujadilah: 14)

Ayat ini turun sehubungan dengan kasus antara Aus bin Shamit dengan istrinya, Khaulah
binti Tsa'labah, ketika Aus berkata kepada istrinya: "Kamu bagiku sudah seperti punggung
ibuku." Pada zaman jahiliah, apabila seorang laki-laki mengucapkan kata-kata seperti ini
kepada istrinya berarti dia sudah mengharamkan istrinya bagi dirinya (menalaknya).
Karena itulah Khaulah pergi menemui Rasulullah saw. untuk mengajukan gugatan
mengenai perkara dengan suaminya ini. Dia berkata: "Demi Yang menurunkan Al-Kitab
kepadamu, dia (Aus) tidak pernah menyebut kata-kata talak ... Ya Allah, aku mengadukan
kepadamu betapa gundahnya batinku dan alangkah beratnya bagiku berpisah dengannya.
Ya Allah, turunkanlah melalui lidah Nabi-Mu suatu pemecahan terhadap masalah yang
kami hadapi ini." Maka turunlah ayat-ayat tersebut yang sekaligus merupakan jalan keluar
bagi masalah yang dihadapi oleh Khaulah dan suaminya.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (6 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sosial.html (7 of 7)12/12/2005 7:52:10


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

G. KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH WANITA

1. Balqis Ratu Saba'

a. Memimpin Kerajaan yang Luas dan Kaya

Allah SWT berfirman:

"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku tidak


melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-
benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar
menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan
alasan yang terang.' Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud) lalu ia
berkata. 'Aku telah megetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya;
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka,
dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah, dan
setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah) sehingga mereka tidak
dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan
apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang
kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arasy yang besar.
' (an-Naml: 20-26)

b. Suka Bermusyawarah dengan Para Petinggi Negara

Allah SWT berfirman: "Berkata Sulaiman: 'Akan kami lihat, apa kamu
benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (1 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

(membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian


berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.'
Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan
kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman
dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha penyayang, bahwa janganlah kamu sekalian berlaku
sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri." Berkata dia (Balqis): 'Hai para pembesar, berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu
persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).' Mereka menjawab: 'Kita
adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian
yang sangat (dalam peperangan) dan keputusan berada di tanganmu; maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.'" (an-Naml: 27-33)

c. Memahami Risiko yang Terjadi dan Kebijaksanaan Politiknya

Allah SWT berfirman: "Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila


memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka
dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa
kembali oleh utusan-utusan itu. Maka tatkala utusan itu sampai kepada
Sulaiman. Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan
harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa
yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan
hadiahmu. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi
mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti
kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan
mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.' Berkata Sulaiman: 'Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup
membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri.' Berkata Ifrit (yang cerdik) dari
golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku
benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya ' Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: 'Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.' Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: 'Ini termasuk
karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia.'" (an-Naml: 34-40)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (2 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

d. Cepat Tanggap Terhadap Kebenaran

Allah SWT berfirman: "Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgasananya; maka


kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang
yang tidak mengenal(nya).' Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah
kepadanya: 'Serupa inikah singgasanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan
singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan
kami adalah orang-orang yang berserah diri.' Dan apa yang disembahnya
selama ini selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya),
karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.
Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.' Maka tatkala dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat
dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah berbuat
zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah
Tuhan semesta alam.'" (an-Naml: 41-44)

2. Maryam Putri Imran

a. Dinazarkan kepada Allah ketika Masih dalam Perut Ibunya

Allah SWT berfirman: "(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis).
Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' Maka tatkala istri Imran
melahirkan anaknya, dia pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa
yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan
untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau
daripada setan yang terkutuk.'" (Ali Imran: 35-36)

Istri Imran telah bernazar bahwa dia akan menjadikan anak yang ada dalam kandungannya
semata-mata untuk berkhidmat di Baitullah, yaitu Baitul Maqdis, dibebaskan dari segala
kesibukan duniawi. Suaminya, Imran, meninggal dunia ketika dia dalam keadaan
mengandung. Ketika dia melahirkan bayi perempuannya --padahal sebenarnya dia
berharap bayi lelaki, sebab yang dinazarkan untuk Baitullah hanyalah anak laki-laki-- ia
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan. Tiadalah
sama anak lelaki yang kuminta dengan anak perempuan yang Engkau berikan. Anak lelaki
dimaksudkan untuk berkhidmat, sementara anak perempuan tidak cocok, karena lemah.
Hal itu ia katakan untuk minta maaf kepada Tuhan karena dia tidak bisa menepati janjinya.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (3 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

Akan tetapi, Allah SWT Yang Menciptakan laki-laki dan perempuan menenangkan hati si
ibu ini dengan cara menerima anak perempuannya untuk berkhidmat di Baitul Maqdis.
Maka jadilah Maryam sebagai hamba wanita yang sangat tekun beribadah dan jujur serta
melebihi, atau setidaknya, hampir melebihi kaum laki-laki dalam soal ketekunan
beribadah. Sementara permohonan perlindungan kepada Allah (taawwudz) agar putrinya,
Maryam, dan keturunannya terpelihara dari godaan setan, juga telah diperkenankan oleh
Allah SWT. Benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. ini:

"Setiap anak Adam akan disentuh oleh setan pada hari ia dilahirkan oleh
ibunya kecuali Maryam dan anak laki-lakinya (Isa)." (HR Bukhari dan
Muslim)11

b. Allah Menerimanya dengan Baik

Allah SWT berfirman: "Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)


dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang
baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk
untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya
berkata: 'Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?'
Maryam menjawab: 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah
Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar doa.'" (Ali Imran: 37-38)

Sampai demikian besar ketinggian martabat seorang wanita sehingga Zakariya sendiri
sebagai seorang nabiyullah merasa kagum dan berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu
peroleh (makanan) ini?"

Kemudian martabat dan kemuliaan yang diberikan Allah itu mendorong Zakariya a.s.
untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar dia juga dikaruniai keturunan yang serupa
itu: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar doa."

c. Maryam Mengandung Nabi Isa Tanpa Bapak Sebagai Tanda (Kebesaran


Allah) Bagi Manusia

Allah SWT berfirman: "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-


Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di
sebelah Timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari
mereka: lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di
hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (4 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

'Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan yang Maha


Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.' Ia (Jibril) berkata:
'Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci.' Maryam berkata: 'Bagaimana
akan ada bagiku seorang anak laki-laki sedang tidak pernah seorang manusia
pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!' Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar
dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.'" Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu
ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia
(bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia berkata: 'Aduhai, alangkah
baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti
lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhamu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu, maka makan, minum dan bersenang; hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang; manusia pun pada hari ini.'" Maka Maryam
membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya
berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang
amat munkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.' Maka
Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: 'Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberi Al-Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi.'" (Maryam: 16-30)

d. Tuduhan Bohong Kaum Yahudi terhadap Maryam yang Suci

Allah SWT berfirman: "Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa


tindakan) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran
mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-
nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: 'Hati kami tertutup.' Bahkan
sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,
karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan
karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap
Maryam dengan kedustaan besar (zina)." (an-Nisa': 155-156)

e. Allah SWT Memilih Maryam atas Segala Wanita di Dunia

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (5 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: 'Hai
Maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa, dengan kamu).
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-
orang yang ruku.'" (Ali Imran: 42-43)

Demikianlah Allah mengangkat derajat dan martabat wanita setinggi-tingginya.


Sebagaimana halnya terhadap hamba-hambanya yang lelaki, Allah juga memilih hamba-
hambanya yang perempuan. Benar sekali sabda Rasul kita yang berbunyi:

"Tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita selain Maryam binti Imran
dan Asiah istri Fir'aun." (HR Bukhari dan Muslim)12

f. Allah SWT Menjadikan Maryam sebagai Teladan (dalam perjalanan hidup


dan kemuliaan sifat-sifatnya)

Allah SWT berfirman: "Dan Allah membuat istri Fir'aun perumpamaan bagi
orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunlah
untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari
Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dan kaum yang zalim,' dan
Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan
kedalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan
kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya dan adalah dia termasuk
orang-orang yang taat." (at-Tahrim: 11-12)

Bab. III KARAKTERISTIK WANITA DALAM KITAB SHAHIH BUKHARI DAN


MUSLIM

Pasal 1. Beberapa Karakteristik Wanita Muslimah

Rasulullah saw. bersabda: "Sebenarnya wanita itu adalah saudara K kandung laki-
laki." (HR Abu Daud)1 Umar ibnul Khattab berkata: "Demi Allah, pada zaman jahiliah
kami menganggap wanita itu tidak ada artinya sampai turun ayat Allah mengenai wanita
dan memberinya bagian tertentu." (HR Bukhari dan Muslim)2 Dalam riwayat lain Umar
berkata: "Pada zaman jahiliah kami tidak menghargai wanita sedikit pun. Tetapi tatkala
Islam datang dan Allah menyebut-nyebut tentang mereka, barulah kami sadar bahwa
mereka mempunyai hak pada kami." (HR Bukhari)3

A. KEMANDIRIAN KARAKTER WANITA

1. Bersama Laki-laki Wanita Menerima Seruan Allah Sejak Hari Pertama

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (6 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

Abu Hurairah berkata: "Ketika Allah menurunkan ayat Wa andzir 'asyiaratakatul aqrabin
(peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat), Rasulullah saw. berdiri lalu berkata:
'Hai orang-orang Quraisy, belilah diri kalian, aku tidak bisa membantu kalian dari siksa
Allah sedikit pun. Hai Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa membantu kalian dari siksa Allah
sedikit pun. Wahai Abbas bin Abdul Muttalib, aku tidak bisa membantumu dari siksa
Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak bisa membantumu dari
siksa Allah sedikit pun. Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah sesukamu uang/
hartaku, tetapi aku tidak bisa membantumu dari siksa Allah sedikit pun.'" (HR Bukhari dan
Muslim)4

2. Wanita yang Lebih Dahulu Beriman daripada Suaminya

Abdullah bin Abbas berkata: "Aku dan ibuku termasuk golongan orang lemah/tertindas.
Aku dari kalangan anak-anak dan ibuku dari kalangan wanita." (HR Bukhari)5 Dalam
menguraikan bab ini Bukhari berkata: "Ibnu Abbas r.a. bersama ibunya termasuk di antara
orang-orang yang lemah/tertindas. Dia tidak ikut bersama ayahnya dalam menganut agama
kaumnya." Sementara Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan hadits tersebut sebagai berikut:
"Nama ibunya Lubabah binti al-Harits al-Hilaliah (diberi gelar Ummul Fadhal, karena al-
Fadhal adalah anak tertua dari keluarga Abbas). Kata-kata: 'Dia tidak ikut bersama
ayahnya dalam menganut agama kaumnya,' adalah perkataan pengarang berdasarkan
pengamatannya sebab Abbas masuk Islam setelah terjadinya Perang Badar. Namun
pendapat ini masih dipertikaikan oleh para ulama. Yang benar adalah bahwa Abbas
berhijrah pada awal tahun penaklukan Kota Mekah. Dia datang bersama Nabi saw., lalu
ikut serta dalam penaklukkan tersebut." Wallahu a'lam.6

3. Wanita yang Mengajak Kaumnya Beriman

Imran bin Hushain berkata bahwa mereka pernah bersama Nabi saw. dalam suatu
perjalanan. Mereka terus melanjutkan perjalanan sampai malam hari. Setelah mendekati
subuh mereka kelelahan dan istirahat. Mereka tertidur lelap sampai matahari sudah naik.
Orang yang pertama kali bangun dari tidurnya adalah Abu Bakar. Biasanya tidak ada yang
berani membangunkan Rasulullah saw. dari tidurnya sampai beliau bangun sendiri.
Kemudian Umar terbangun dan Abu Bakar duduk di dekat kepala Rasulullah saw. Dia
mengucapkan takbir dengan suara yang agak keras sehingga Rasulullah saw. terbangun.
Rasulullah saw. segera turun, kemudian melakukan shalat subuh bersama kami. Salah
seorang dari kaum/jamaah menghindarkan diri dan tidak ikut shalat bersama kami. Selesai
shalat, Rasulullah saw. bertanya: "Hai fulan, apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut
shalat bersama kami?" Laki-laki itu menjawab: "Aku dalam keadaan junub." Lantas
Rasulullah saw. menyuruhnya melakukan tayamum dengan tanah/debu yang suci.
Kemudian laki-laki itu mengerjakan shalat. Setelah itu Rasulullah saw. menyuruhku
menaiki tunggangan di hadapan beliau. Ketika itu kami sudah merasa haus sekali. Tiba-
tiba di tengah perjalanan kami bertemu dengan seorang wanita yang kedua kakinya
terjuntai di antara dua girbah (gentong dari kulit) air besar (di atas tunggangannya). Kami

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (7 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

bertanya kepadanya: "Dimana ada air?" Dia menjawab: "Aduh, tidak ada air." Kami
bertanya lagi: "Berapa jauh jarak antara keluargamu dengan air?" Dia menjawab: "Satu
hari satu malam (perjalanan)." Kami berkata: "Kalau begitu, pergilah temui Rasulullah
saw.!" Wanita itu bertanya: "Apa itu Rasulullah?" Karena susah untuk menjelaskannya,
akhirnya wanita itu kami bawa menghadap Rasulullah saw. Ketika ditanya oleh Nabi saw.
jawabannya sama seperti apa yang dia katakan kepada kami sebelumnya. Cuma saja dia
menambahkan bahwa dia menanggung beberapa anak yatim yang masih kecil-kecil. Lalu
Nabi saw. memerintahkan untuk mengambil kedua girbah airnya yang masih kosong,
kemudian mengusap mulut kedua girbah air tersebut. Akhirnya kami yang kehausan
berjumlah empat puluh orang bisa minum sepuas-puasaya. Bahkan semua girbah dan
bejana yang ada kami isi penuh dengan air. Hanya unta yang tidak kami beri minum.
Sedangkan girbah-girbah air tersebut seakan mau meledak karena kepenuhan. Kemudian
Rasulullah saw. berkata: "Kemarikanlah apa yang ada pada kalian." Akhirnya
terkumpullah untuk wanita itu beberapa potong roti dan kurma hingga bisa dia bawa
kepada keluarganya. Wanita itu bercerita (kepada kaumnya): "Aku bertemu dengan orang
yang paling hebat sihirnya, atau dia itu adalah seorang nabi sebagaimana yang mereka
katakan." Lalu Allah memberi petunjuk (hidayah) kepada kaum itu dengan (perantara)
wanita tersebut. Akhirnya wanita itu dan kaumnya masuk Islam." Dalam satu riwayat7
disebutkan: "Adalah kaum muslimin, setelah peristiwa itu, menyerang orang-orang
musyrik yang ada di sekitarnya, tetapi mereka tidak mengenai/menyerang kaum dari mana
wanita itu berasal. Pada suatu hari, wanita itu berkata kepada kaumnya: "Saya tidak
melihat kaum itu meninggalkan kalian dengan sengaja. Maka apakah kalian mau masuk
Islam?" Lalu mereka mentaatinya, kemudian mereka masuk Islam." (HR Bukhari dan
Muslim)8

B. HAK WANITA MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN (SAMPAI


KE TINGKAT YANG BISA MEMBANTUNYA MENUNAIKAN TANGGUNG
JAWAB)

Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Barang siapa yang diuji dalam urusan anak-anak perempuan ini, lalu dia berbuat ihsan
(baik) kepada mereka, maka mereka akan menjadi tirai baginya dari neraka." (HR Bukhari
dan Muslim)9

Perbuatan ihsan yang mana yang lebih besar nilainya untuk anak-anak wanita
dibandingkan dengan ihsan mengajar dan mendidik mereka?

Abu Burdah, dari ayahnya, berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa yang mempunyai budak perempuan, lalu dia mengajarnya dengan baik dan
mendidiknya dengan baik kemudian memerdekakannya dan mengawininya, maka baginya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (8 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

dua ganjaran ..." (HR Bukhari)10

Jika seorang muslim dihimbau untuk mengajar dan mendidik budak perempuannya dengan
baik, maka mengajar dan mendidik putrinya sendiri dengan baik tentu lebih wajib dan
lebih utama. Sebaik-baik hal yang dijadikan bekal hidup adalah akhlak yang baik dan ilmu
yang bermanfaat. Dari waktu ke waktu, jika akhlak yang baik sudah merupakan sesuatu
yang tetap dan baku, dikatakan bahwa ilmu yang bermanfaat akan mengalami perbedaan
jenis dan kadarnya.

Ibnu Juraij, dari Atha dan dari Jabir bin Abdullah, berkata: "Nabi saw. berdiri pada hari
raya Fitri, lalu shalat. Dimulai dengan shalat, setelah itu baru khotbah. Selesai berkhotbah
beliau turun, kemudian mendatangi jamaah wanita. Sambil bersandar pada tangan Bilal,
beliau menyampaikan nasihat kepada kaum wanita. Sementara Bilal menggelar/
membentangkan kainnya, lantas kaum wanita menjatuhkan sedekah mereka ke atas kain
tersebut. Menurut satu riwayat11 dari Ibnu Abbas, beliau (Nabi saw.) merasa belum
memperdengarkan kepada kaum wanita (nasihat yang beliau sampaikan), maka beliau
pergi kepada kaum wanita untuk memberi mereka nasihat dan menyuruh mereka
bersedekah. Ibnu Juraij berkata: "Apakah seorang imam (pada masa sekarang ini) berhak
melakukan yang demikian itu dalam memberikan peringatan kepada kaum wanita?" Atha
berkata: "Hal itu adalah hak mereka. Jadi mengapa mereka tidak boleh
melakukannya?" (HR Bukhari)12

Ketika Rasulullah saw. merasa bahwa dirinya belum memperdengarkan (nasihat yang
beliau sampaikan) kepada kaum wanita --mengingat banyaknya jamaah yang hadir,
sementara shaf kaum wanita berada di belakang shaf kaum laki-laki-- lalu beliau
mendatangi kaum wanita untuk memberikan nasihat kepada mereka guna menunaikan hak
mereka dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya
kepada Atha yang berpendapat mengenai wajibnya memberi peringatan dan mengajar
kaum wanita serta menentang kelalaian tokoh-tokoh pada zamannya dalam menunaikan
kewajiban ini.

Di samping nash-nash ini, yang menegaskan hak-hak wanita mengenai pendidikan dan
pengajaran agar wanita mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, masih ada
kaidah ushul fiqih yang mengatakan yang artinya: "Suatu kewajiban yang tidak akan
sempurna kecuali dengan sesuatu perkara, maka perkara itu wajib kecuali dengannya,
maka perkara tersebut (hukumnya juga) wajib." Dalam hal tanggung jawab ini, jika
pelaksanaannya tidak wajib, tentu hukumnya sunnah/mandub.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (9 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pribadi.html (10 of 10)12/12/2005 7:52:12


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Bab. III KARAKTERISTIK WANITA DALAM KITAB


SHAHIH BUKHARI DAN MUSLIM

Pasal 1. Beberapa Karakteristik Wanita Muslimah

Rasulullah saw. bersabda: "Sebenarnya wanita itu adalah saudara Kandung


laki-laki." (HR Abu Daud)1 Umar ibnul Khattab berkata: "Demi Allah, pada
zaman jahiliah kami menganggap wanita itu tidak ada artinya sampai turun
ayat Allah mengenai wanita dan memberinya bagian tertentu." (HR Bukhari
dan Muslim)2 Dalam riwayat lain Umar berkata: "Pada zaman jahiliah kami
tidak menghargai wanita sedikit pun. Tetapi tatkala Islam datang dan Allah
menyebut-nyebut tentang mereka, barulah kami sadar bahwa mereka
mempunyai hak pada kami." (HR Bukhari)3

A. KEMANDIRIAN KARAKTER WANITA

1. Bersama Laki-laki Wanita Menerima Seruan Allah Sejak Hari Pertama

Abu Hurairah berkata: "Ketika Allah menurunkan ayat Wa andzir


'asyiaratakatul aqrabin (peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat),
Rasulullah saw. berdiri lalu berkata: 'Hai orang-orang Quraisy, belilah diri
kalian, aku tidak bisa membantu kalian dari siksa Allah sedikit pun. Hai
Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa membantu kalian dari siksa Allah sedikit
pun. Wahai Abbas bin Abdul Muttalib, aku tidak bisa membantumu dari
siksa Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak bisa
membantumu dari siksa Allah sedikit pun. Wahai Fatimah binti Muhammad,
mintalah sesukamu uang/hartaku, tetapi aku tidak bisa membantumu dari
siksa Allah sedikit pun.'" (HR Bukhari dan Muslim)4

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (1 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

2. Wanita yang Lebih Dahulu Beriman daripada Suaminya

Abdullah bin Abbas berkata: "Aku dan ibuku termasuk golongan orang
lemah/tertindas. Aku dari kalangan anak-anak dan ibuku dari kalangan
wanita." (HR Bukhari)5 Dalam menguraikan bab ini Bukhari berkata: "Ibnu
Abbas r.a. bersama ibunya termasuk di antara orang-orang yang lemah/
tertindas. Dia tidak ikut bersama ayahnya dalam menganut agama
kaumnya." Sementara Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan hadits tersebut
sebagai berikut: "Nama ibunya Lubabah binti al-Harits al-Hilaliah (diberi
gelar Ummul Fadhal, karena al-Fadhal adalah anak tertua dari keluarga
Abbas). Kata-kata: 'Dia tidak ikut bersama ayahnya dalam menganut agama
kaumnya,' adalah perkataan pengarang berdasarkan pengamatannya sebab
Abbas masuk Islam setelah terjadinya Perang Badar. Namun pendapat ini
masih dipertikaikan oleh para ulama. Yang benar adalah bahwa Abbas
berhijrah pada awal tahun penaklukan Kota Mekah. Dia datang bersama
Nabi saw., lalu ikut serta dalam penaklukkan tersebut." Wallahu a'lam.6

3. Wanita yang Mengajak Kaumnya Beriman

Imran bin Hushain berkata bahwa mereka pernah bersama Nabi saw. dalam
suatu perjalanan. Mereka terus melanjutkan perjalanan sampai malam hari.
Setelah mendekati subuh mereka kelelahan dan istirahat. Mereka tertidur
lelap sampai matahari sudah naik. Orang yang pertama kali bangun dari
tidurnya adalah Abu Bakar. Biasanya tidak ada yang berani membangunkan
Rasulullah saw. dari tidurnya sampai beliau bangun sendiri. Kemudian Umar
terbangun dan Abu Bakar duduk di dekat kepala Rasulullah saw. Dia
mengucapkan takbir dengan suara yang agak keras sehingga Rasulullah saw.
terbangun. Rasulullah saw. segera turun, kemudian melakukan shalat subuh
bersama kami. Salah seorang dari kaum/jamaah menghindarkan diri dan
tidak ikut shalat bersama kami. Selesai shalat, Rasulullah saw. bertanya:
"Hai fulan, apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut shalat bersama
kami?" Laki-laki itu menjawab: "Aku dalam keadaan junub." Lantas
Rasulullah saw. menyuruhnya melakukan tayamum dengan tanah/debu yang
suci. Kemudian laki-laki itu mengerjakan shalat. Setelah itu Rasulullah saw.
menyuruhku menaiki tunggangan di hadapan beliau. Ketika itu kami sudah
merasa haus sekali. Tiba-tiba di tengah perjalanan kami bertemu dengan
seorang wanita yang kedua kakinya terjuntai di antara dua girbah (gentong
dari kulit) air besar (di atas tunggangannya). Kami bertanya kepadanya:
"Dimana ada air?" Dia menjawab: "Aduh, tidak ada air." Kami bertanya lagi:
"Berapa jauh jarak antara keluargamu dengan air?" Dia menjawab: "Satu
hari satu malam (perjalanan)." Kami berkata: "Kalau begitu, pergilah temui
Rasulullah saw.!" Wanita itu bertanya: "Apa itu Rasulullah?" Karena susah
untuk menjelaskannya, akhirnya wanita itu kami bawa menghadap

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (2 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

Rasulullah saw. Ketika ditanya oleh Nabi saw. jawabannya sama seperti apa
yang dia katakan kepada kami sebelumnya. Cuma saja dia menambahkan
bahwa dia menanggung beberapa anak yatim yang masih kecil-kecil. Lalu
Nabi saw. memerintahkan untuk mengambil kedua girbah airnya yang masih
kosong, kemudian mengusap mulut kedua girbah air tersebut. Akhirnya
kami yang kehausan berjumlah empat puluh orang bisa minum sepuas-
puasaya. Bahkan semua girbah dan bejana yang ada kami isi penuh dengan
air. Hanya unta yang tidak kami beri minum. Sedangkan girbah-girbah air
tersebut seakan mau meledak karena kepenuhan. Kemudian Rasulullah saw.
berkata: "Kemarikanlah apa yang ada pada kalian." Akhirnya terkumpullah
untuk wanita itu beberapa potong roti dan kurma hingga bisa dia bawa
kepada keluarganya. Wanita itu bercerita (kepada kaumnya): "Aku bertemu
dengan orang yang paling hebat sihirnya, atau dia itu adalah seorang nabi
sebagaimana yang mereka katakan." Lalu Allah memberi petunjuk (hidayah)
kepada kaum itu dengan (perantara) wanita tersebut. Akhirnya wanita itu
dan kaumnya masuk Islam." Dalam satu riwayat7 disebutkan: "Adalah kaum
muslimin, setelah peristiwa itu, menyerang orang-orang musyrik yang ada di
sekitarnya, tetapi mereka tidak mengenai/menyerang kaum dari mana wanita
itu berasal. Pada suatu hari, wanita itu berkata kepada kaumnya: "Saya tidak
melihat kaum itu meninggalkan kalian dengan sengaja. Maka apakah kalian
mau masuk Islam?" Lalu mereka mentaatinya, kemudian mereka masuk
Islam." (HR Bukhari dan Muslim)8

B. HAK WANITA MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN (SAMPAI


KE TINGKAT YANG BISA MEMBANTUNYA MENUNAIKAN TANGGUNG
JAWAB)

Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Barang siapa yang diuji dalam urusan anak-anak perempuan ini, lalu dia
berbuat ihsan (baik) kepada mereka, maka mereka akan menjadi tirai
baginya dari neraka." (HR Bukhari dan Muslim)9

Perbuatan ihsan yang mana yang lebih besar nilainya untuk anak-anak wanita
dibandingkan dengan ihsan mengajar dan mendidik mereka?

Abu Burdah, dari ayahnya, berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa yang mempunyai budak perempuan, lalu dia mengajarnya


dengan baik dan mendidiknya dengan baik kemudian memerdekakannya dan
mengawininya, maka baginya dua ganjaran ..." (HR Bukhari)10

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (3 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

Jika seorang muslim dihimbau untuk mengajar dan mendidik budak perempuannya dengan
baik, maka mengajar dan mendidik putrinya sendiri dengan baik tentu lebih wajib dan
lebih utama. Sebaik-baik hal yang dijadikan bekal hidup adalah akhlak yang baik dan ilmu
yang bermanfaat. Dari waktu ke waktu, jika akhlak yang baik sudah merupakan sesuatu
yang tetap dan baku, dikatakan bahwa ilmu yang bermanfaat akan mengalami perbedaan
jenis dan kadarnya.

Ibnu Juraij, dari Atha dan dari Jabir bin Abdullah, berkata: "Nabi saw.
berdiri pada hari raya Fitri, lalu shalat. Dimulai dengan shalat, setelah itu
baru khotbah. Selesai berkhotbah beliau turun, kemudian mendatangi jamaah
wanita. Sambil bersandar pada tangan Bilal, beliau menyampaikan nasihat
kepada kaum wanita. Sementara Bilal menggelar/membentangkan kainnya,
lantas kaum wanita menjatuhkan sedekah mereka ke atas kain tersebut.
Menurut satu riwayat11 dari Ibnu Abbas, beliau (Nabi saw.) merasa belum
memperdengarkan kepada kaum wanita (nasihat yang beliau sampaikan),
maka beliau pergi kepada kaum wanita untuk memberi mereka nasihat dan
menyuruh mereka bersedekah. Ibnu Juraij berkata: "Apakah seorang imam
(pada masa sekarang ini) berhak melakukan yang demikian itu dalam
memberikan peringatan kepada kaum wanita?" Atha berkata: "Hal itu adalah
hak mereka. Jadi mengapa mereka tidak boleh melakukannya?" (HR
Bukhari)12

Ketika Rasulullah saw. merasa bahwa dirinya belum memperdengarkan (nasihat yang
beliau sampaikan) kepada kaum wanita --mengingat banyaknya jamaah yang hadir,
sementara shaf kaum wanita berada di belakang shaf kaum laki-laki-- lalu beliau
mendatangi kaum wanita untuk memberikan nasihat kepada mereka guna menunaikan hak
mereka dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya
kepada Atha yang berpendapat mengenai wajibnya memberi peringatan dan mengajar
kaum wanita serta menentang kelalaian tokoh-tokoh pada zamannya dalam menunaikan
kewajiban ini.

Di samping nash-nash ini, yang menegaskan hak-hak wanita mengenai pendidikan dan
pengajaran agar wanita mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, masih ada
kaidah ushul fiqih yang mengatakan yang artinya: "Suatu kewajiban yang tidak akan
sempurna kecuali dengan sesuatu perkara, maka perkara itu wajib kecuali dengannya,
maka perkara tersebut (hukumnya juga) wajib." Dalam hal tanggung jawab ini, jika
pelaksanaannya tidak wajib, tentu hukumnya sunnah/mandub.

C. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MERIWAYATKAN SUNNAH DAN


MENGAJARKANNYA

Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata: "Belum ditemukan pada wanita bahwa dia berdusta dalam

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (4 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

(meriwayatkan) suatu hadits."13 Berkata pula asy-Syaukani: "Tidak pernah diriwayatkan


dari salah seorang ulama bahwa dia menolak riwayat seorang wanita karena dia wanita.
Betapa banyak sunnah yang sampai kepada umat ini diterima dari salah seorang istri
sahabat. Dalam hal ini, belum seorang pun yang menyangkal, betapapun rendah
pengetahuannya tentang sunnah."14

Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan


(agama) kita ini, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolak." (HR
Bukhari dan Muslim)15

Aisyah juga berkata bahwa Nabi saw. senang mendahulukan yang kanan ketika ingin
memakai sandal, menata rambut, bersuci, dan dalam semua urusannya. (HR Bukhari dan
Muslim)16 Aisyah berkata:

"Rasulullah saw. pernah mendengar suara orang bertengkar di pintu, suara


mereka keras sekali. Tiba-tiba salah seorang dari mereka meminta kepada
yang lain agar membebaskan sebagian utangnya dan bersikap lunak. Yang
lain itu berkata: 'Demi Allah, aku tidak mau melakukan hal itu.' Maka
Rasulullah saw. keluar, lalu berkata: 'Mana orang yang bersumpah
berlebihan dengan nama Allah bahwa dia tidak akan berbuat baik?' Orang itu
berkata: 'Saya, wahai Rasulullah!' Tetapi sekarang dia boleh memilih mana
yang lebih disukainya (antara pembebasan sebagian utangnya atau sikap
lunak dalam berperkara)." (HR Bukhari dan Muslim)17

Hafshah berkata: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. melakukan


shalat sunnat dalam keadaan duduk sampai satu tahun sebelum beliau wafat.
Setelah itu beliau jadi biasa melakukannya dalam posisi duduk. Beliau selalu
membaca surat secara tartil, dan terkadang sampai lama sekali." (HR
Muslim)18

Ummu Salamah berkata bahwa Rasulull ah saw. mendengar pertengkaran di


depan pintu kamar beliau. Lalu beliau keluar menemui mereka, dan berkata:
"Aku hanyalah seorang manusia. Terkadang datang kepadaku orang-orang
yang bersengketa. Boleh jadi sebagian dari kalian lebih pintar dari sebagian
yang lain (dalam berhujjah) sehingga aku mengira dialah yang benar, lalu
aku mengeluarkan keputusan yang menguntungkannya. Karena itu,
barangsiapa yang aku putuskan mendapat hak orang lain, maka hal itu
sebenarnya tidak lain adalah sepotong api neraka. Jadi terserah dia, mau
mengambilnya atau membiarkannya." (HR Bukhari dan Muslim)19

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (5 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

Zainab binti Jahasy bercerita bahwa Nabi saw. suatu ketika datang
menemuinya dalam keadaan ketakutan, lalu berkata: "La Ilaaha Illallah!
Celakalah bangsa Arab dari petaka yang telah dekat. Hari ini dinding Ya'juj
dan Ma'juj terbuka sekian." Beliau membuat lingkaran dengan jari jempol
dan telunjuknya. Zainab berkata: "Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah
kami akan binasa, sementara di tengah-tengah kami ada orang-orang yang
saleh?' Nabi saw. menjawab: "Ya jika kemaksiatan dan kejahatan sudah
banyak." (HR Bukhari dan Muslim)20

Ummu Habibah berkata: "Ya Allah, bahagiakanlah aku dengan panjangnya


usia suamiku, Rasulullah saw., bapakku Abu Sufyan, dan saudaraku
Mu'awiyah." Mendengar itu Nabi saw. berkata: "Itu artinya kamu memohon
kepada Allah tentang ajal-ajal yang sudah ditentukan, hari-hari yang sudah
dihitung, dan rezeki-rezeki yang sudah dibagi. Sedikit pun tidak akan
dimajukan dari waktunya dan juga tidak ditangguhkan dari waktunya.
Seandainya kamu mau bermohon kepada Allah supaya Dia berkenan
melindungimu dari siksa neraka, atau dari siksa kubur, niscaya hal itu lebih
baik dan lebih utama." Dia berkata: "Dan aku menyebut tentang kera di
hadapan Rasulullah saw." Mis'ar (salah seorang perawi) berkata:
"Kelihatannya dia berkata: 'Dan babi termasuk jelmaan.' Lantas Rasulullah
saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan keturunan bagi
jelmaan. Kera dan babi sudah ada sebelum itu." (HR Muslim)21

Juwairiyyah berkata: "Bahwa Nabi saw. pagi-pagi sekali selesai shalat subuh
keluar dari tempatnya, ketika itu dia berada di tempat shalatnya. Memasuki
waktu dhuha, Nabi saw. kembali, sementara dia masih tetap duduk di tempat
shalatnya. Nabi saw. bertanya: 'Kamu belum juga beranjak dari tempatmu
itu sejak tadi?' Juwairiyyah menjawab: 'Benar.' Nabi saw. berkata: 'Tadi aku
membaca empat kalimat sebanyak tiga kali. Dan seandainya ia ditimbang
dan dibandingkan dengan apa yang telah kamu katakan sejak hari ini, maka
akan lebih berat timbangannya apa yang aku baca itu: yaitu Maha Suci
Allah, dan dengan puji-Nya yang sebanyak jumlah makhlukNya, ridha diri-
Nya, keagungan Arasy-Nya, dan sebanyak kalimat-kalimat-Nya.'" (HR
Muslim)22

Shafiyyah binti Huyay berkata: "Bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah


saw. yang sedang melakukan i'tikaf di masjid pada sepuluh hari yang
terakhir dari bulan Ramadan. Setelah berbicara secukupnya dengan
Rasulullah saw., dia berdiri untuk pulang. Lalu Nabi saw. berdiri pula
bersamanya untuk me-ngantarkannya, hingga ketika sampai di masjid di
dekat pintu Ummu Salamah, tiba-tiba lewat dua orang laki-laki Anshar.
Keduanya mengucapkan salam kepada Rasulullah saw. Lalu Nabi saw.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (6 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

berkata kepada keduanya: "Perlahan-lahanlah kalian. Dia ini adalah


Shafiyyah binti Huyay." Mereka berkata: "Maha suci Allah, ya Rasulullah!"
Dan hal itu dirasakan berat oleh mereka berdua karena mungkin dianggap
curiga. Lalu Nabi saw. berkata: "Sesungguhnya setan itu mencapai diri
manusia sejauh yang bisa dicapai oleh darah, dan aku khawatir bahwa setan
itu melemparkan sesuatu ke dalam hatimu berdua." (HR Bukhari dan
Muslim)23

Maimunah berkata: "Apabila Rasulullah saw. sedang melakukan sujud,


beliau merenggangkan kedua lengan beliau sampai putihnya ketiak beliau
bisa dilihat dari belakang; dan apabila duduk, beliau duduk dengan
penekanan di atas paha beliau yang kiri." (HR Muslim)24

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda:

"Aku berada di atas telaga sehingga aku dapat melihat siapa diantara kalian
yang datang kepadaku. Dan orang-orang yang dibawahku akan dihukum,
lalu aku berkata: 'Wahai Tuhanhu, mereka bagian dariku dan termasuk
umatku?, Lalu dijawab: 'Apakah engkau tahu apa yang mereka perbuat
sesudahmu? Demi Allah, mereka kembali pada kekafiran
sepeninggalmu.'" (HR Bukhari dan Muslim)25

Juga dari Asma dikatakan: "Ketika terjadi gerhana bulan Kami diperintahkan
memerdekakan budak." Dan menurut satu riwayat: "Nabi saw.
memerintahkan orang supaya memerdekakan budak ketika terjadi gerhana
matahari." (HR Bukhari)26

Ummu Sulaim berkata: "Sesungguhnya Nabi saw. pernah mendatangi rumahnya, lalu tidur
siang (istirahat) di rumahnya. Ummu Sulaim lalu menggelarkan selembar hamparan dari
kulit, lalu Nabi saw. tidur (siang) di atasnya. Ketika itu beliau banyak sekali mengucurkan
keringat. Lalu Ummu Sulaim mengumpulkannya dan mencampurnya dengan minyak
wangi, kemudian memasukkannya ke dalam botol-botol kecil. Kemudian Nabi saw.
bertanya: 'Ummu Sulaim, apa ini?' Ummu Sulaim menjawab: 'Keringatmu, aku campur
dengan minyak wangiku.'" (HR Muslim)27

Ummu Athiyyah berkata: "Aku ikut berperang bersama Rasulullah saw. sebanyak tujuh
kali peperangan. Aku selalu ditempatkan di bagian belakang pasukan. Akulah yang
membuat makanan untuk mereka, mengobati yang luka-luka, dan menolong yang
sakit." (HR Muslim)28

Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud, berkata: "Rasulullah saw. berkata kepada kami: 'Apabila
ada salah seorang dari kalian yang ingin pergi ke masjid, janganlah dia menyentuh

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (7 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

(memakai) wewangian.'" (HR Muslim)29 Ummu Syarik berkata: "Bahwa Nabi saw.
memerintahkannya membunuh cecak." (HR Bukhari dan Muslim)30

Khaulah binti Hakim berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Barangsiapa
singgah di suatu rumah kemudian membaca doa: "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya, maka tidak ada sesuatu apa pun yang
akan mengganggunya, sampai dia pergi dari rumah tersebut.'" (HR Muslim)31

Ummu Hushain berkata: "Aku ikut bersama Rasulullah saw. sewaktu melakukan haji
wada'." Ummu Hushain berkata bahwa Rasulullah berbicara (berkhotbah) panjang sekali,
lalu beliau bersabda: 'Sekalipun dijadikan pemimpin atas kalian seorang budak yang cacat
hidungnya --rasanya dia juga mengatakan hitam-- lalu dia menuntun kalian dengan
Kitabullah, maka kalian harus mendengarkan katanya dan menaati perintahnya.' (HR
Muslim)32

Ummu Kaltsum binti Uqbah berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
'Bukanlah termasuk pendusta orang yang mendamaikan di antara manusia, lalu dia
mengembangkan kebaikan atau mengatakan yang baik.'" (HR Bukhari dan Muslim)33 Dari
Ummu Hani, dia berkata: "Aku pergi menemui Rasulullah saw. pada tahun penaklukan
kota Mekah. Aku dapati beliau sedang mandi, sementara Fathimah, putri beliau, berusaha
menutupi beliau dengan kain. Aku mengucapkan salam kepada beliau. Beliau bertanya:
'Siapa itu?'Aku menjawab: 'Aku Ummu Hani binti Abi Thalib.' Beliau berkata: 'Selamat
datang Ummu Hani.' Setelah selesai mandi beliau berdiri, lalu melakukan shalat sebanyak
delapan rakaat dengan hanya memakai sehelai kain." (HR Bukhari dan Muslim)34

Fathimah binti Qais berkata: "Aku menikah dengan putranya Mughirah, seorang pemuda
Quraisy terbaik. Namun dia gugur pada jihad yang pertama bersama Rasulullah saw.
Ketika aku hidup menjanda, aku dilamar oleh Abdurrahman bin Auf di hadapan
sekelompok sahabat Rasulullah saw. Rasulullah saw. sendiri yang melamarku untuk
budaknya (cucu angkat beliau), Usamah bin Zaid, sedangkan aku pernah mendengar hadits
bahwa Rasulullah saw. bersabda: 'Barangsiapa yang mencintai aku, hendaklah dia pula
mencintai Usamah.' Ketika Rasulullah saw. membicarakan masalah itu padaku, aku
berkata: 'Perkaraku ada di tangan engkau, maka nikahkanlah aku dengan siapa yang
engkau inginkan ...'" (HR Muslim)35

Ummu Hisyam binti Haritsah bin Nu'man berkata: "Aku tidak hafal surat Qaaf kecuali dari
mulut Rasulullah saw. yang selalu berkhotbah dengan membacanya pada setiap hari
Jum'at. Ummu Hisyam berkata lagi: 'Dapur kami dan dapur Rasulullah saw. adalah
satu.'" (HR Muslim)36

Ar-Rubai' binti Mu'awwidz berkata bahwa Rasulullah saw. mengutus orang-orang pada
pagi hari Asyura untuk memberi tahu penduduk perkampungan kaum Anshar:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (8 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

"Barangsiapa yang pada pagi hari ini berbuka, maka hendaklah dia menyempurnakan
(berpuasa) pada sisa harinya, dan barangsiapa yang pada pagi harinya sudah berpuasa,
maka hendaklah dia meneruskan puasanya." Kami berpuasa pada hari tersebut, bahkan
kami menyuruh anak-anak kami berpuasa. Kami membuatkan untuk mereka mainan yang
terbuat dari bulu biri-biri yang sudah dicat. Jika ada di antara mereka yang menangis minta
makan, maka kami berikan kepadanya mainan tersebut sampai tiba waktu berbuka. (HR
Bukhari dan Muslim)37

D. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEGIATAN IBADAH YANG


DILAKUKAN SECARA BERJAMAAH

1. Shalat Fardu

Aisyah r.a. berkata: "Perempuan-perempuan mukmin ikut hadir bersama


Rasulullah saw. untuk melaksanakan shalat subuh dengan menyelimutkan
pakaian-pakaian mereka. Kemudian mereka kembali ke rumahnya setelah
mengerjakan shalat, sementara tidak seorang pun yang bisa mengenali
mereka karena gelapnya suasana." (HR Bukhari dan Muslim)38

2. Shalat Gerhana

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Aku datang menemui Aisyah, istri Nabi
saw., pada saat terjadi gerhana matahari, sedangkan orang-orang sedang
melakukan shalat, dan Aisyah juga sedang melakukan shalat. Aku bertanya:
'Mengapa orang-orang (melakukan shalat)?' Aisyah memberi isyarat dengan
tangannya ke arah langit dan berkata: 'Subhanallah (Maha Suci Allah).' Aku
bertanya: 'Apakah itu tanda kebesaran (ayat) Allah?' Dia memberi isyarat:
'ya.'Aku pun kemudian ikut shalat sehingga hampir saja aku pingsan (karena
lamanya shalat itu). Lalu aku kucurkan air ke atas kepalaku. Setelah selesai
shalat Rasulullah saw. mengucapkan puja-puji kepada Allah SWT,
kemudian berkata ..." (HR Bukhari dan Muslim)39

3. Shalat Jenazah

Aisyah r.a. berkata bahwa dia berkata: "Tatkala Sa'ad bin Abi Waqqash
meninggal dunia, para istri Nabi saw. menyuruh agar jenazahnya dilewatkan
di dalam masjid agar mereka juga bisa menyalatinya. Lalu orang-orang
melaksanakannya. Jenazah Sa'ad dihentikan pada kamar-kamar para istri
Nabi saw. sehingga mereka bisa menyalatinya ..." (HR Muslim))40
Demikian pula, kaum wanita ikut menyalati jenazah Rasulullah saw. Al-
Imam an-Nawawi berkata: "Pendapat yang sahih menurut jumhur
(mayoritas) ulama adalah bahwa mereka menyalati Rasulullah saw. secara

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (9 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

sendiri-sendiri. Artinya, masuk satu rombongan, lalu mereka shalat sendiri-


sendiri. Kemudian keluar. Setelah itu masuk pula rombongan yang lain, lalu
shalat seperti tadi. Sementara wanita masuk setelah kaum laki-laki selesai.
Selanjutnya anak-anak."41

4. I'tikaf

Aisyah r.a., istri Nabi saw., berkata bahwa Nabi saw. melakukan i'tikaf pada
sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil
oleh Allah SWT. Kemudian para istri beliau tetap melakukan i'tikaf
sepeninggal beliau. (HR Bukhari)42

5. Haji

Ummu Salamah r.a. berkata: "Aku mengeluh karena sakit kepada Rasulullah
saw. Dan beliau bersabda: 'Lakukanlah thawaf di belakang orang-orang
dengan menaiki kendaraan.' Kemudian aku thawaf dan pada saat itu
Rasulullah saw. tengah shalat di samping Baitullah dengan membaca surat
ath-Thuur wa Kitaabin Masthur." (HR Bukhari dan Muslim)43

Ummul Fadhal binti al-Harits r.a. berkata bahwa sesungguhnya ada beberapa
orang yang berselisih pendapat di dekatnya pada hari Arafah mengenai
apakah Nabi saw. berpuasa pada hari itu. Sebagian mereka mengatakan
bahwa beliau berpuasa, sementara yang sebagian lagi mengatakan bahwa
beliau tidak berpuasa. Akhirnya aku kirimkan semangkuk susu kepada Nabi
saw. yang sedang melakukan wukuf di atas untanya, dan beliau
meminumnya. (HR Bukhari dan Muslim)44

Yahya bin Hushain, dari neneknya, Ummu al-Hushain r.a., berkata: "Aku
pernah mendengar nenekku mengatakan: 'Aku ikut bersama Rasulullah saw.
sewaktu melakukan haji wada. Aku melihat beliau ketika melontar jumrah
Aqabah lalu beliau pergi ...'" (HR Muslim)45

E. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM PERAYAAN UMUM

1. Pesta Perkawinan

Anas r.a. berkata: "Nabi saw. melihat beberapa orang perempuan dan anak-
anak datang dari suatu pesta perkawinan, lalu beliau memaksakan diri
berdiri dan berkata: 'Ya Allah, kalian termasuk orang-orang yang paling aku
senangi.' Ucapan tersebut beliau ucapkan sebanyak tiga kali." (HR Bukhari

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (10 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

dan Muslim)46

Sahal r.a. berkata: "Ketika Abu Usaid as-Sa'idiy menjadi pengantin, dia
mengundang Nabi saw. beserta sahabat-sahabat beliau. Tidak ada yang
membuat makanan dan menghidangkannya kepada mereka selain istrinya,
Ummu Usaid. Dia telah merendam beberapa biji kurma dalam satu bejana
yang terbuat dan batu pada malam harinya. Setelah Nabi saw. selesai makan,
Ummu Usaid mengaduk kurma tersebut hingga hancur, lalu menuangkannya
khusus untuk Nabi saw. sebagai penghormatan bagi beliau." (HR Bukhari
dan Muslim)47

2. Pesta Hari Raya

Athiyyah r.a. berkata: "... kami diperintahkan supaya keluar pada hari raya,
sehingga kami mengeluarkan gadis-gadis perawan dari pingitannya dan
mengeluarkan wanita-wanita haid. Mereka berada di belakang orang banyak,
ikut bertakbir dan berdoa bersama yang lainnya karena mengharapkan
berkah dan kesucian han tersebut." Menurut satu nwayat48: "Supaya mereka
bisa ikut menyaksikan kebaikan dan mendengarkan seruan (dakwah) orang-
orang mukmin." (HR Bukhari dan Muslim)49

Aisyah r.a. berkata: "... Pada hari raya orang-orang berkulit hitam bermain
perisai dan tombak. Entah aku yang meminta atau barangkali Nabi sendiri
yang berkata padaku: 'Apakah engkau ingin melihatnya?' Aku jawab: 'Ya.'
Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya, dan pipiku menempel pada
pipi beliau. Beliau berkata, "Minggirlah, wahai Bani Arfidah!' Akhirnya aku
bosan menonton. Nabi saw. berkata: 'Bagaimana, sudah cukup?'Aku jawab:
'Ya.' Nabi saw. berkata: 'Kalau begitu, pergilah!'" (HR Bukhari dan Muslim)
50

3. Pesta Penyambutan

Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. berkata: "Kami tiba di Madinah pada malam hari
hijrah ... lalu kaum laki-laki dan wanita naik ke atas rumah-rumah mereka,
sedangkan anak-anak dan para pelayan bertebaran di jalan-jalan sambil
berseru: 'Wahai Muhammad Rasulullah, wahai Muhammad
Rasulullah.'" (HR Muslim)51

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (11 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bab3.html (12 of 12)12/12/2005 7:52:16


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 3

1 Shahih al-Jami' ash-Shaghir, hadits no. 2329.

2 Bukhari, Kitab: Tafsir surat at-Tahrim, Bab: Ayat "Kamu mencari kesenangan hati istri-
istrimu," jilid 10, hlm 283. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila' dan menjauhi istri,
jilid 4, hlm. 190.

3 Bukhari, Kitab: Pakaian, Bab: Pakaian yang diperkenankan oleh Nabi saw., jilid 12, hlm.
418.

4 Bukhari, Kitab: Tafsir surat asy-Syu'ara', Bab: Ayat "Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu," jilid 10, hlm. 120. Muslim,
Kitab: Iman, Bab: Ayat "Dan berilah peringatan kepada ke-rabat-kerabatmu yang terdekat,
jilid 1, hlm. 133.

5 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Apabila seorang anak masuk Islam, lalu dia mati, apakah
perlu dishalatkan? jilid 3 hlm. 464.

6 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 462.

7 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam
Islam, jilid 7, hlm. 392. Muslim, Kitab: Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab: Mengqadha
shalat yang tertinggal, jilid 2, hlm. 140.

8 Bukhari, Kitab: Tayammum, Bab: Tanah yang suci, jilid 1, hlm. 470.

9 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Menyayangi anak, mencium dan merangkulnya, jilid 13,
hlm. 33. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan dan etika, Bab: Keutamaan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (1 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

berbuat baik kepada anak-anak perempuan, jilid 8, hlm. 38.

10 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mengambil budak-budak perempuan dan orang yang
memerdekakan budak perempuan lalu mengawininya, jilid II, hlm. 28.

11 Bukhari, Kitab Ilmu, Bab: Imam memberikan nasihat dan pelajaran kepada kaum
wanita, jilid I, hlm. 203. Muslim, Kitab: shalat dua hari raya, jilid 3, hlm. 18.

12 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Nasihat imam kepada kaum wanita pada hari raya,
jilid 3, hlm. 203. Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, jilid 3, hlm. 81.

13 Muqaddimah al-Mizan oleh adz-Dzahabi, Tahqiq Abu Fadhal Ibrahim.

14 Nail al-Authar, jilid 8, hlm. 122.

15 Bukhari, Kitab: Perdamaian, Bab: Apabila perdamaian atas dasar kezaliman maka
perdamaian semacam itu harus ditolak, jilid 6, hlm. 230. Muslim, Kitab: Kasus-kasus
pengadilan, Bab: Membatalkan keputusan-keputusan yang cacat, jilid 5, hlm. 132.

16 Bukhari, Kitab: Wudhu, Bab: Mendahulukan yang kanan ketika berwudhu dan mandi,
jilid 1, hlm. 280. Muslim, Kitab: Bersuci, Bab: Mendahulukan yang kanan ketika bersuci
dan lainnya, jilid 1, hlm. 156.

17 Bukhari, Kitab: Perdamaian, Bab Apakah imam boleh meng-isyaratkan perdamaian?


jilid 6, hlm. 236. Muslim, Kitab: Jual beli, Bab: Anjuran membebaskan uang, jilid 5, hlm.
30.

18 Muslim, Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Boleh melakukan shalat sunnat dalam
keadaan berdiri dan duduk, jilid 2, hlm. 194.

19 Bukhari, Kitab: Perbuatan aniaya, Bab: Dosa orang yang berselisih dalam suatu
kebatilan padahal dia mengetahuinya, jilid 6, hlm. 31. Muslim, Kitab: Kasus-kasus
pengadilan, Bab: Putusan hukum menurut yang zahir dan kepintaran berargumentasi, jilid
5, hlm. 129.

20 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Dan mereka bertanya
kepadamu tentang Dzulqarnain, jilid 7, hlm. 195. Muslim, Kitab: Fitnah (bencana) dan
tanda-tanda kiamat, Bab: Hampir tibanya bencana, jilid 8, hlm. 166.

21 Muslim, Kitab: Takdir, Bab: Keterangan bahwa ajal, rezeki, dan lain-lain tidak akan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (2 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

ditambah atau dikurangi dari yang telah ditetapkan dalam takdir, jilid 8, hlm. 55.

22 Muslim, Kitab: Dzikir dan doa, Bab: Membaca tasbih di awal siang dan ketika hendak
tidur, jilid 8, hlm. 83.

23 Bukhari, Kitab: I'tikaf, Bab: Apakah orang yang sedang melakukan i'tikaf boleh keluar
ke pintu masjid untuk menunaikan sesuatu keperluan? jilid 5, hlm. 182. Muslim, Kitab:
Salam, Bab: Keterangan bahwa seorang yang terlihat berkhulwat dengan seorang wanita,
sedangkan wanita itu adalah istri atau mahramnya, maka dianjurkan kepadanya supaya
mengatakan: "Ini si anu," jilid 7, hlm. 8.

24 Muslim, Kitab: Shalat, Bab: Hal-hal yang berhubungan dengan sifat shalat yang
digunakan untuk memulai dan mengakhirinya, jilid 2, hlm 54.

25 Bukhari, Kitab: Doa-doa, Bab: Mengenai telaga dan firman Allah SWT "Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak," jilid 14, hlm. 275. Muslim,
Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Tentang adanya telaga Nabi saw., jilid 7, hlm. 66.

26 Bukhari, Kitab: Memerdekakan budak dan keutamaannya, Bab: Disunnahkan


memerdekakan budak di saat terjadi gerhana, jilid 6, hlm. 76.

27 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Harumnya keringat Nabi saw. dan


mengambil berkah darinya, jilid 7, hlm. 82.

28 Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Wanita yang ikut berperang diberi bagian, jilid 5, hlm. 199.

29 Muslim, Kitab: Shalat, bab: Perginya wanita ke masjid, jilid 2, hlm. 31-32.

30 Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: Sebaik-baik harta seorang muslim adalah
kambing yang digembalakan di celah-celah bukit, jilid 7, hlm. 163. Muslim Kitab: Salam,
Bab: Anjuran membunuh cicak, jilid 7, hlm. 42.

31 Muslim, Kitab: Dzikr, doa, tobat, dan istighfar, Bab: Mengenai mohon perlindungan
dan takdir yang buruk, dari mendapatkan celaka dan lainnya, jilid 8, hlm. 76.

32 Muslim, Kitab. Kepemimpinan, Bab: Kewajiban mentaati para penguasa selama tidak
menyangkut maksiat, jilid 6, hlm. 15.

33 Bukhari, Kitab: Perdamaian, Bab: Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan di


antara manusia, jilid 6, hlm. 228. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (3 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

etika, Bab: Haram hukumnya berbohong dan bohong yang diperbolehkan, jilid 8, hlm. 28.

34 Bukhari, Kitab: Kewajiban membayarkan seperlima, Bab: Menjamin kaum wanita jilid
7, hlm. 83. Muslim, Kitab Shalat orang musafir dan mengqasharnya, Bab: Anjuran
melakukan shalat dhuha sekurang-kurangnya dua rakaat, jilid 2, hlm. 158.

35 Muslim, Kitab: Fitnah (bencana) dan tanda-tanda kiamat, Bab: Keluarnya dajjal dan
menetapnya di bumi, jilid 8, hlm. 203.

36 Muslim, Kitab: Jum'at, Bab: Menyederhanakan shalat dan khotbah, jilid 3, hlm. 13.

37 Bukhari, Kitab: Puasa, Bab: Puasa anak-anak, jilid 5, hlm. 104. Muslim, Kitab: Puasa,
Bab: Barangsiapa yang terlanjur makan pada hari Asyura, maka hendaklah dia menahan
sisa harinya, jilid 3, hlm. 152.

38 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Waktu shalat fajar, jilid 2, hlm. 195. Muslim, Kitab:
Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab: Anjuran melakukan shalat subuh sedini mungkin
jilid 2, hlm. 118.

39 Bukhari, Kitab: Wudhu, Bab: Orang yang tidak mengulangi wudhu kecuali setelah
tertidur nyenyak, jilid 1, hlm. 300. Muslim, Kitab: Shalat gerhana. Bab: Apa yang
diperlihatkan kepada Nabi saw. ketika shalat gerhana, jilid 3, hlm. 32-33.

40 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Menyalatkan jenazah di masjid, jilid 3, hlm. 63.

41 Syarh an-Nawawi 'Ala Shahih Muslim, jilid 7, hlm. 36.

42 Bukhari, Kitab: Puasa, Bab: "I'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan,"
jilid 5, hlm. 177.

43 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Memasukkan unta ke dalam masjid karena ada sebab, jilid
2, hlm. 103. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Diperbolehkan thawaf dengan berunta atau lainnya,
jilid 4, hlm. 68.

44 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Melakukan wuquf di atas tunggangan/kendaraan di Arafah,


jilid 4, hlm. 259. Muslim. Kitab: Puasa, Bab: Anjuran supaya berbuka bagi orang yang
sedang melakukan ibadah haji di Arafah pada hari Arafah, jilid 3, hlm. 145.

45 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Anjuran melontar jumrah Aqabah pada hari nahar (korban),
jilid 4, hlm. 79.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (4 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

46 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Ucapan Nabi saw. kepada orang Anshar: "Kalian adalah
termasuk dari orang yang paling aku cintai," jilid 8, hlm. 114. Muslim, Kitab: Keutamaan-
keutamaan, Bab: Di antara keutamaan orang Anshar, jilid 7, hlm. 174.

47 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Seorang wanita melayani tetamu laki-laki sendirian pada
acara perkawinannya, jilid 11, hlm. 160. Muslim, Kitab: Minuman, Bab. Boleh meminum
nabidz yang belum menjadi keras, jilid 6, hlm 103.

48 Bukhari, Kitab: Haid, Bab: Wanita haid menghadiri dua hari raya, jilid 1, hlm. 439.

49 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Takbir pada hari-hari Mina, jilid 3, hlm. 115.
Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, Bab: Diperbolehkannya wanita keluar pada hari raya
jilid 3, hlm. 20.

50 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: tombak dan tameng pada hari raya, jilid 3, hlm. 95.
Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, Bab: Diperbolehkan melakukan yang tidak
mengandung maksiat, jilid 3, hlm. 22.

51 Muslim, Kitab: Zuhud dan kelemahlembutan, Bab: Hadits hijrah, jilid 8, hlm. 237.

52 Bukhari, Kitab: Pemberian, keutamaan dan anjuran untuk melakukannya, Bab:


Meminjamkan untuk pengantin pada malam membina, jilid 6, hlm. 169.

53 Muslim, Kitab: Fitnah (bencana) dan tanda-tanda kiamat, Bab: Keluarnya dajjal dan
menetapnya di bumi, jilid 8, hlm. 203.

54 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Kedatangan Nabi saw. dan
para sahabatnya di Madinah, jilid 8, hlm. 266.

55 Bukhari, Kitab: Syarat-syarat, Bab: Syarat-syarat yang diperbolehkan dalam Islam jilid
6, hlm. 241.

56 Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Menunjuk khalifah dan membiarkan masalah itu,
jilid 6, hlm. 5.

57 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai Tsaqif yang


tukang dusta dan perusak, jilid 7, hlm. 190.

58 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Kaum wanita mengembalikan pasukan yang terbunuh dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (5 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

luka, jilid 6, hlm. 420.

59 Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Wanita yang ikut berperang diberi bagian ... jilid 5, hlm.
199.

60 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang menjalani 'iddah karena ditalak ba'in boleh
keluar rumah, jilid 4, hlm. 200.

61 Bukhari, Kitab: Sembelihan dan binatang buruan, Bab: Sembelihan wanita dan budak
perempuan, jilid 12, hlm. 51.

62 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Kembalinya Nabi saw. dari peperangan Ahzab, jilid
8, hlm. 416. Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Bolehnya memerangi orang yang
melanggar perjanjian, jilid 5, hlm. 160.

63 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 415.

64 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Sebaik-baik perhiasan di dunia adalah istri yang saleh, jilid
4, hlm. 178.

65 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Bapak atau lainnya tidak boleh menikahkan anak gadisnya
atau janda kecuali dengan persetujuannya, jilid 11, hlm. 96. Muslim, Kitab: Nikah, Bab:
Persetujuan wanita dalam pernikahan adalah dengan ucapan dan gadis dengan diam saja,
jilid 4, hlm. 140.

66 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: "Peliharalah dirimu dan keluargamu dan api neraka.,' jilid
11, hlm. 163. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Keutamaan pemimpin yang adil, jilid
6, hlm. 8.

67 Muslim, Kitab. Haji, Bab: Haji Nabi saw., jilid 4, hlm. 41.

68 Bukhari, Kitab Hukum-hukum, Bab: "Taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil
amri (para pemimpin)mu," jilid 16, hlm. 229. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab:
Keutamaan pemimpin yang adil, jilid 6, hlm. 8.

69 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" jilid
11, hlm. 163. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Keutamaan pemimpin yang adil, jilid
6, hlm. 8.

70 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: "Kamu mencari kesenangan istri-istrimu," jilid 10, hlm.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (6 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

283. Muslim, Kitab: Thalak. Bab: Masalah ila', jilid 4, hlm. 190.

71 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Nasihat seorang bapak kepada anak perempuannya karena
keadaan suaminya, jilid 11, hlm. 190. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila' dan
menjauhi istri, jilid 4, hlm. 192.

72 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 202.

73 Bukhari, Kitab: Zakat, Bab: Berzakat kepada karib kerabat, jilid 4, hlm. 68.

74 Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Larangan berpuasa setahun penuh, jilid 3 hlm. 163.

75 Bukhari, Kitab: Adzan, Bab: Orang yang sedang mengerjakan urusan keluarganya lalu
iqamah dikumandangkan, maka dia keluar, jilid 2, hlm. 203.

76 Fathul Bari, jilid 13, hlm. 70.

77 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Khulu', jilid 11, hlm. 319.

78 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 320.

79 Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, jilid 2, hlm. 50.

80 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah
dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 138. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 144.

81 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi saw. Bab: Keutamaan Aisyah
r.a., jilid 8, hlm. 107. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai
keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 139.

82 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam
Islam, jilid 7, hlm. 440.

83 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Permintaan izin Nabi saw. kepada Tuhan untuk
menziarahi kubur ibunya, jilid 3, hlm. 65.

84 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah
dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 136. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 141.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (7 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

85 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib kerabat Nabi saw., jilid 8, hlm. 80. Muslim,
Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah, putri
Nabi saw., jilid 7, hlm. 141.

86 Bukhari, Kitab: Mohon izin, Bab: Orang yang berbisik-bisik di hadapan orang banyak
dan tidak mau memberitahu rahasia temannya, jilid 13, hlm. 322. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah, putri Nabi
saw., jilid 7, hlm. 142.

87 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Apabila seseorang memanggul gadis kecil di pundaknya
waktu shalat, jilid 2, hlm. 137. Muslim, Kitab: masjid dan tempat-tempat shalat, Bab:
Diperbolehkan memanggul anak-anak waktu shalat, jilid 2, hlm. 73.

88 Fathul Bari, jilid 2, hlm. 139.

89 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Kembalinya Nabi saw. dari Perang Ahzab, jilid 8,
hlm. 414. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Orang muhajirin mengembalikan kepada orang
Anshar pemberian mereka, jilid 5, hlm. 163.

90 Sunan Abu Daud, Kitab: Adab, Bab: Mengenai berbuat baik kepada kedua orang tua,
no. 5144 - jilid 5, hlm. 353, tetapi hadits ini tidak ditemukan dalam kitab Shahih Sunan
Abu Daud.

91 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Ucapan Nabi saw. kepada orang Anshar: "Kalian adalah
termasuk orang yang paling aku cintai," jilid 8, hlm. 114. Muslim, Kitab: Keutamaan-
keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan orang Anshar jilid 7, hlm. 174.

92 ibid

93 Hafizh Ibnu Hajar mengisyaratkan bahwa keraguan dalam hadits itu bersumber dari
salah seorang perawi sanad, apakah dia seorang tabi'in atau tabi tabi'in. Ada riwayat yang
lebih kuat mengatakan bakwa dia adalah seorang wanita. Dia berkata: "Diriwayatkan oleh
Khuzaimah melalui jalur Ala' bin Abdurrahman dari bapaknya dari Abu Hurairah, dia
berkata: "Dia adalah seorang wanita hitam, dan tidak diragukan lagi." Diriwayatkan oleh
Baihaqqi dengan isnad hasan dari hadits Ibnu Buraidah dari bapaknya dan dia sebut
namanya Ummu Muhajjan. (Lihat Fathul Bari, jilid 2, hlm. 99).

94 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Menyapu masjid, memungut sobekan kain, duri, dan
ranting kayu, jilid 2, hlm. 99. Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Shalat di atas kubur, jilid 3,
hlm. 54.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (8 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

95 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Orang yang paling berhak untuk diperlakukan secara baik,
jilid 13, hlm. 4. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan dan etika, Bab:
Berbuat baik kepada kedua orang tua dan merekalah yang paling pantas untuk itu, jilid 8,
hlm. 2.

96 Diriwayatkan oleh Baihaqqi mengenai cabang-cabang iman. Silakan lihat Shahih al-
Jami' ash-Shaghir no. 5248.

97 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: "Berwasiat kepada wanita," jilid II, hlm. 162. Muslim,
Kitab: Penyusuan, Bab. Berwasiat kepada wanita, jilid 4, hlm. 178.

98 Sunan Ibnu Majah, Kitab: Nikah, Bab: Mempergauli wanita secara baik, hadits no.
1977. Juga lihat Shahih Ibnu Majah hadits no. 1608 dan Shahih al-Jami' ash-Shaghir,
hadits no. 3309.

99 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Menyayangi anak, mencium, dan merangkulnya, jilid 13,
hlm. 33.

100 Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan, dan etika, Bab: Keutamaan
berbuat baik kepada anak perempuan, jilid 8, hlm. 38.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki1.html (9 of 9)12/12/2005 7:52:19


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

F. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MELAYANI MASYARAKAT (DENGAN


MENGIKUTI BERBAGAI MACAM KEGIATAN SOSIAL)

1. Bekerjasama dalam Perayaan

Abdul Wahid bin Aiman berkata: "Ayahku bercerita padaku, katanya: 'Suatu
hari aku menemui Aisyah r.a.. Ketika itu dia memakai baju yang terbuat dari
katun, harganya lima dirham. Dia berkata: 'Coba arahkan pandanganmu
kepada pembantu perempuanku itu, bagaimana dia merasa menolak
memakai pakaian itu di rumah. Pada zaman Rasulullah saw. dahulu baju ini
sering sekali dipinjam oleh wanita-wanita Madinah untuk digunakan
berdandan."" (HR Bukhari)52

2. Menyediakan Tempat dan Makanan bagi Para Tamu

Fathimah binti Qais berkata: "... Dan Ummu Syauraik adalah seorang wanita
kaya kaum Anshar. Dia membelanjakan hartanya banyak sekali untuk
kepentingan agama Allah, dan rumahnya sering sekali disinggahi oleh para
tamu ..." (HR Muslim)53

3. Berkiprah dalam Pelayanan Masyarakat

Ummul Ala berkata: "... lalu Utsman bin Mazh'un sakit di rumah kami dan
aku merawatnya hingga dia meninggal dunia." (HR Bukhari)54

G. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM MENJAGA MASYARAKAT DAN


MELURUSKAN JALANNYA (DENGAN MENGIKUTI KEGIATAN POLITIK)

1. Meninggalkan Kampung Halaman untuk Menjauhkan Diri dari Masyarakat


Kafir

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (1 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

Marwan dan Miswar bin Makhramah berkata: "Pada suatu hari datanglah
berhijrah beberapa orang wanita mukminat dan Ummu Kaltsum binti Uqbah
bin Abi Mu'ith di antara orang-orang yang pergi kepada Rasulullah saw.
pada saat itu. Ketika itu, dia sudah menjadi gadis dewasa. Maka datanglah
keluarganya untuk meminta kepada Nabi saw. agar beliau mengembalikan
Ummu Kaltsum kepada mereka. Tetapi Nabi saw. menolak
mengembalikannya kepada mereka ..." (HR Bukhari)55

2. Usaha Memilih Pengganti Penguasa (untuk menjaga keamanan negara


pada saat negara mengalami krisis)

Ibnu Umar berkata: "Aku pergi menemui Hafshah. Dia berkata kepadaku:
'Apakah kamu sudah tahu bahwa bapakmu tidak menunjuk seseorang untuk
menjadi khalifah?'Aku jawab: 'Memang, dan rasanya dia tidak mungkin
melakukan hal itu.' Hafshah berkata: 'Tetapi dia harus melakukannya.' Ibnu
Umar berkata: 'Lalu aku bersumpah bahwa aku akan membicarakan hal itu
kepada bapakku ...'" (HR Muslim)56

3. Menentang Penguasa yang Zalim

Abu Naufal berkata: "... setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair, al-Hajjaj
bin Yusuf ats-Tsaqafi pergi menemui Asma binti Abu Bakar, lalu berkata:
'Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang telah aku lakukan terhadap
musuh Allah itu?' Asma berkata: 'Aku berpendapat bahwa kamu telah
merusak dunianya, sementara dia telah merusak akhiratmu ... dan
bahwasanya Rasulullah saw. pernah menceritakan kepada kami bahwa di
antara kaum Tsaqif itu ada seorang pembohong dan seorang perusak (tirani).
Pembohong itu sudah kita lihat, sedangkan perusak (tirani), aku kira
kamulah orangnya.' Abu Naufal berkata: 'Mendengar itu, al-Hajjaj berdiri
meninggalkan Asma tanpa melanjutkan lagi dialognya.'" (HR Muslim)57

H. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM ANGKATAN BERSENJATA (DENGAN


MENGlKUTI KEGIATAN YANG SESUAI DENGAN KODRATNYA)

1. Bekerja dalam Bidang Konsumsi, Kesehatan, dan Transportasi

Ruba'i binti Mu'awwidz berkata: "Kami pernah ikut berperang bersama


Rasulullah saw. Kami bertugas memberi minum pasukan dan melayani
mereka serta memulangkan orang-orang yang terbunuh dan terluka ke
Madinah." (HR Bukhari)58

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (2 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

2. Bekerja di Bagian Belakang Garis Pertempuran dalam Bidang Konsumsi


dan Perawatan

Ummu Athiyyah al-Anshariyyah berkata: "Aku ikut berperang bersama Rasulullah


sebanyak tujuh kali peperangan. Aku selalu ditempatkan di bagian belakang pasukan.
Akulah yang membuatkan makanan untuk mereka, mengobati yang luka-luka, dan
membantu yang sakit." (HR Muslim)59

I. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEGIATAN PROFESI (YANG TIDAK


BERTENTANGAN DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA)

1. Bekerja dalam Bidang Pertanian

Jabir bin Abdullah berkata: "Bibiku dicerai dan dia bermaksud hendak
mengambil buah kurma pada masa 'iddahnya. Namun, ada seorang laki-laki
menghardiknya agar jangan keluar dan rumahnya. Lalu bibiku pergi
menemui Rasulullah saw. (untuk menanyakan masalah). Nabi saw. berkata:
'Tidak apa-apa, potonglah buah kurmamu. Barangkali dengan begitu kamu
bisa bersedekah atau melakukan sesuatu kebajikan.'" (HR Muslim)60

2. Bekerja dalam Bidang Peternakan

Sa'ad bin Mu'adz berkata bahwa seorang budak perempuan milik Ka'ab bin
Malik pada suatu hari menggembalakan kambing di daerah Sal'i (kawasan
perbukitan di Madinah). Tiba-tiba ada seekor kambing; yang mau mati. Lalu
budak perempuan itu mengambil pecahan batu, kemudian menyembelih
kambing tersebut dengan pecahan batu itu. Ketika hal itu ditanyakan kepada
Nabi saw., beliau menjawab: "Makan saja kambing itu." (HR Bukhari)61

3. Bekerja dalam Bidang Perawatan

Aisyah r.a. berkata: "Sa'ad terluka pada saat Perang Khandaq... Lantas Nabi
saw. mendirikan tenda dalam masjid, agar beliau bisa menjenguk Sa'ad dari
dekat ..." (HR Bukhari dan Muslim)62

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "... dan Rasulullah saw. menempatkan Sa'ad
di tenda Rufaidah di samping masjid beliau. Rufaidah adalah seorang wanita
yang sudah biasa merawat orang-orang yang terluka. Lalu Nabi saw.
berkata: 'Tempatkanlah Sa'ad di tenda Rufaidah agar aku dekat
menjenguknya.'"63

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (3 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

J. KEDUDUKAN WANITA Dl TENGAH KELUARGA (ISTRI SALEHAH ADALAH


PERHIASAN DUNIA YANG TERBAIK)

Dari Abdullah bin Umar dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri
yang salehah ." (HR Muslim)64

K. HAK WANITA UNTUK MEMILIH PASANGAN

Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Nabi saw. bersabda:

"Seorang wanita janda tidak boleh dinikahkan sebelum ia dimintai


pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan sebelum ia
dimintai persetujuan." (HR Bukhari dan Muslim)65

L. TANGGUNG JAWAB SUAMI DAN ISTRI DALAM KELUARGA

1. Tanggung Jawab Laki-laki

Pertama, memimpin keluarga. Dari Ibnu Umar dikatakan bahwa Nabi saw.
bersabda: "... dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan
dia bertanggung jawab ..." (HR Bukhari dan Muslim)66

Kedua, memberi nafkah keluarga. Jabir berkata bahwa Rasulullah saw.


bersabda: "Dan kewajiban kalian (suami-suami) memberi mereka (istri-istri)
makan dan pakaian menurut yang wajar (ma'ruf)." (HR Bukhari dan Muslim)
67

2. Tanggung Jawab Wanita

Pertama, memelihara dan mendidik anak-anak. Dari Ibnu Umar, dikatakan


bahwa Rasulullah saw. bersabda: "... dan wanita/istri adalah pemimpin atas
penghuni rumah suaminya dan anaknya, dan dia bertanggung jawab terhadap
mereka." (HR Bukhari dan Muslim)68

Kedua, mengatur urusan rumah tangga. Dari Ibnu Umar dikatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: "... dan wanita adalah pemimpin atas rumah
suaminya, dan dia harus bertanggung jawab." (HR Bukhari dan Muslim)69

M. KERJASAMA SUAMI DENGAN ISTRI (AGAR TANGGUNG JAWAB

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (4 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

TERTUNAIKAN)

1. Kerjasama dalam Memimpin (melalui introspeksi dan musyawarah)

Umar ibnul Khattab berkata: "Demi Allah, pada zaman jahiliah kami
menganggap wanita sesuatu yang tidak berarti sama sekali sampai turun ayat
Allah mengenai wanita dan memberinya bagian khusus. Tetapi pada suatu
hari, ketika aku sedang berintrospeksi, tiba-tiba istriku berkata kepadaku:
'Cobalah kamu lakukan begini dan begini.'Aku lalu bertanya kepadanya
dengan nada heran: 'Mengapa kamu menghalangi apa yang aku kehendaki?'
Istriku berkata: 'Heran aku terhadap kamu ini, wahai ibnul Khattab. Kamu
tidak mau dikoreksi, sedangkan putrimu (Hafshah) telah membuat ulah
kepada Rasulullah saw. sehingga sehari penuh beliau murung.'" (HR Bukhari
dan Muslim)70

Umar ibnul Khattab berkata: "Kami orang-orang Quraisy sudah terbiasa


menguasai wanita. Tetapi tatkala tiba di Madinah, kami malah mendapatkan
orang-orang Anshar dikuasai oleh wanita mereka. Maka sejak itu wanita-
wanita kami mulai meniru etika wanita-wanita Anshar tersebut. Karena itu
aku marah-marah pada istriku. Tetapi dia malah membantahku. Hal itu tentu
saja tidak bisa aku terima. Namun dia malah membela diri dengan
mengatakan: 'Mengapa kamu tidak bisa menerima jika aku membantahmu?
Demi Allah, istri-istri Nabi saja pernah membantah beliau. Bahkan ada salah
seorang dari mereka pernah mendiamkan (tidak berbicara dengan) beliau
selama sehari semalam sehingga aku takut karenanya.'" (HR Bukhari dan
Muslim)71

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari hadits tersebut dapat diambil pelajaran
bahwa terlalu keras terhadap istri-istri bukanlah sikap yang terpuji. Sebab,
Nabi saw. sendiri meniru sikap orang-orang Anshar dalam memperlakukan
wanita mereka dan menanggalkan sikap kaum beliau sendiri."72

2. Kerjasama dalam Memberi Nafkah

Abu Sa'id al-Khuduri berkata bahwa Nabi saw. bersabda kepada Zainab, istri
Abdullah bin Mas'ud: "Suamimu dan anakmu adalah lebih berhak untuk
kamu berikan sedekahmu kepada mereka." (HR Bukhari)73

3. Kerjasama dalam Mengasuh dan Mendidik Anak anak

Abdullah bin Umar ibnul Ash bercerita bahwa Nabi saw. bersabda
kepadanya: "Dan bahwa sesungguhnya anakmu mempunyai hak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (5 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

atasmu." (HR Muslim)74

4. Kerjasama dalam Menangani Urusan Rumah Tangga

Dari al-Aswad, dia berkata: "Aku bertanya kepada Aisyah mengenai apa
yang dilakukan oleh Nabi saw. di rumah beliau. Aisyah mengatakan: 'Beliau
biasanya suka membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba,
beliau pergi untuk mengerjakan shalat.'" (HR Bukhari)75

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Di dalam hadits Aisyah lainnya yang
dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Sa'ad serta disahihkan oleh Ibnu Hibban,
Aisyah berkata: 'Beliau (Nabi saw.) yang menjahit kainnya, menjahit
sepatunya, dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki
di rumah mereka."76

5. Hak Wanita Meminta Cerai kepada Suami

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: "Istri Tsabit bin Qais datang kepada Nabi
saw., lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit mengenai
agama atau akhlaknya. Akan tetapi, aku khawatir akan berbuat kekufuran
(karena kurang menyukainya).' Rasulullah saw. bertanya: 'Lalu, apakah
kamu bersedia mengembalikan kebunnya?' Wanita itu menjawab: 'Ya.'
Lantas dia mengembalikan kebunnya kepada Tsabit dan Nabi saw.
menyuruh Tsabit untuk menceraikan istrinya." (HR Bukhari)77

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dalam hadits tersebut terdapat beberapa


pelajaran, di antaranya bahwa apabila keretakan rumah tangga terjadi dari
pihak perempuan saja, maka diperbolehkan baginya mengajukan khulu dan
membayar fidyah. Selain itu, tidak bahwa disyaratkan keretakan itu terjadi
pada kedua belah pihak. Hal itu diperbolehkan agama apabila si istri sudah
tidak suka lagi bergaul dengan suaminya, meskipun si suami tidak
membencinya, dan tidak melihat adanya sesuatu hal yang mengharuskannya
untuk menceraikan istrinya."78 Ditambahkan lagi: "Jika perceraian itu tidak
akan menimbulkan mudharat bagi istrinya."

Sementara itu, al-Qadhi Ibnu Rusyd berkata: "Mengingat di tangan laki-laki


ada hak talak bila dia sudah tidak menyenangi istrinya lagi, maka di tangan
perempuan pun ada hak khulu bila dia sudah tidak menyenangi suaminya
lagi."79

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (6 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Masyarakat.html (7 of 7)12/12/2005 7:52:22


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

N. KEMULIAAN ALLAH UNTUK WANITA

1. Kemuliaan Allah untuk Wanita Sebagai Istri

a. Khadijah binti Khuwailid

Abu Hurairah r.a. berkata: "Jibril datang kepada Nabi saw., lalu berkata:
Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah. Jika ia datang kepadamu, maka
ucapkanlah salam atasnya dan Tuhannya dan dariku ..." (HR Bukhari dan
Muslim)80

b. Aisyah binti Abu Bakar

Aisyah r.a. berkata: "Rasulullah saw. berkata: 'Wahai Aisyah, ini Jibril
mengucapkan salam kepadamu.'" (HR Muslim)81

2. Kemuliaan Allah kepada Fathimah binti Rasulullah saw. sebagai Anak


Perempuan

Aisyah berkata bahwa Nabi saw. bersabda kepada Fathimah: "Apakah kamu
tidak suka bila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita penghuni surga atau
wanita-wanita mukmin?" (HR Bukhari)82

O. KEMULIAAN YANG DIBERIKAN RASULULLAH SAW. KEPADA WANITA

1. Ibunda Nabi saw.

Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah saw. pernah berziarah ke kuburan


ibunya. Beliau menangis sehingga membuat orang yang di sekeliling beliau
juga turut menangis, lalu beliau berkata: 'Aku memohon izin kepada

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (1 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

Tuhanku untuk memintakan ampun bagi ibuku, tapi Dia tidak memberiku
izin. Dan ketika aku memohon izin kepada-Nya untuk berziarah ke kuburan
ibuku Dia memberiku izin. Karena itu, berziarahlah kalian ke kuburan, sebab
hal itu bisa mengingatkan kepada kematian.'" (HR Muslim)83

2. Istri Nabi saw.

Aisyah r.a. berkata: "Saya tidak pernah cemburu terhadap salah seorang dari
para istri Nabi saw. sebagaimana cemburuku terhadap Khadijah. Saya tidak
pernah melihatnya, tetapi Nabi saw. sering sekali menyebut-nyebut
namanya. Terkadang beliau menyembelih kambing, lalu memotong-
motongnya menjadi beberapa bagian, kemudian mengirimkannya kepada
teman-teman Khadijah. Terkadang aku berkata kepada beliau: 'Seolah-olah
di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.' Beliau menjawab: 'Khadijah
itu adalah seorang wanita yang utama, bijaksana, dan darinya aku dikaruniai
anak.'" (HR Bukhari dan Muslim)84

3. Putri Nabi saw.

Miswar bin Makhramah berkata bahwa Nabi saw. bersabda: "Fathimah itu
adalah bagian dari diriku. Barangsiapa yang menjadikannya marah, berarti
dia menjadikan aku marah." (HR Bukhari dan Muslim)85

Aisyah r.a. berkata: "... lalu Fathimah datang... tatkala Rasulullah saw.
melihatnya beliau menyambutnya seraya berkata: 'Selamat datang putriku.'
Kemudian beliau menyuruhnya duduk di samping kanan atau di samping kiri
beliau ..." (HR Bukhari dan Muslim)86

4. Cucu Wanita Nabi saw.

Abu Qatadah al-Anshari berkata bahwa Rasulullah saw. pernah melakukan


shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah saw.
Menurut keterangan Abul 'Ash bin Rabi'ah bin Abdi Syams, jika Rasulullah
saw. sujud, Umamah diletakkannya, dan jika beliau berdiri, Umamah
digendongnya. (HR Bukhari dan Muslim)87

Benar sekali apayang dikatakan oleh ulama besar al-Fakhani: "Tampaknya,


rahasia mengapa Rasulullah saw. menggendong Umamah dalam shalat
adalah untuk mengubah kebiasaan dan tradisi orang Arab yang tidak suka
pada anak perempuan dan tidak mau menggendongnya. Lalu Nabi saw.
meninggalkan kebiasaan mereka meskipun dalam shalat untuk lebih tegas
menentang kebiasaan mereka. Keterangan dengan perbuatan lebih kuat

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (2 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

daripada keterangan dengan perkataan."88

5. Ibu Pengasuh Nabi saw.

Anas berkata bahwa seseorang pernah menyerahkan kepada Nabi saw. hasil
dari beberapa batang pohon kurma miliknya, sampai Bani Quraizhah dan
Bani Nadhir berhasil ditaklukkan. Setelah itu keluargaku menyuruhku
menemui Nabi saw. guna meminta apa yang pernah mereka berikan kepada
beliau atau sebagiannya. Sementara Nabi saw. sendiri telah memberikan apa
yang beliau terima itu kepada Ummu Aiman (pengasuh beliau). Lalu Ummu
Aiman datang. Dia meletakkan kain di leherku seraya berkata: "Tidak, demi
yang tidak ada tuhan selain-Nya, bagaimana mungkin beliau
memberikannya kepadamu, kalau semua itu sudah beliau berikan kepadaku."
Nabi saw. berusaha membujuk Ummu Aiman: "Untukmu sebanyak ini."
Ummu Aiman tetap ngotot dan berkata: "Demi Allah, tidak bisa." Sehingga
Nabi saw. memberikan apa yang beliau janjikan --saya kira-- sepuluh kali
lipat." (HR Bukhari dan Muslim)89

Kemuliaan yang diberikan Rasulullah saw. kepada Ummu Aiman


mengingatkan kita pada kemuliaan yang beliau berikan kepada wanita yang
pernah menyusukan beliau, yaitu Halimah as-Sa'diyah r.a.. Abu Daud
mengeluarkan satu riwayat yang bersumber dari Abu Thufail bahwa dia
berkata: "Aku pernah melihat Nabi saw. sedang membagi-bagikan daging di
Ji'ranah. Tiba-tiba datang seorang perempuan. Dia langsung mendekati Nabi
saw. Nabi saw. membentangkan semiri/selendang beliau untuk wanita itu.
Lantas wanita itu duduk di atasnya. Aku bertanya: 'Siapa wanita itu?' Para
sahabat menjawab: 'Dia ini adalah ibu yang telah menyusui beliau.'"90

6. Kaum Wanita Secara Umum

Anas r.a. berkata: "Nabi saw. melihat beberapa orang perempuan dan anak-
anak datang dari suatu pesta perkawinan, lalu beliau berdiri menyambut
kedatangan mereka. Beliau berkata: 'YaAllah, kalian adalah termasuk
golongan manusia yang paling aku senangi.' Ucapan tersebut beliau katakan
sebanyak tiga kali." (HR Bukhari dan Muslim)91

Anas bin Malik berkata: "Seorang wanita kaum Anshar datang menemui
Rasulullah saw. sambil menggendong bayinya. Rasulullah saw. berbincang-
bincang dengannya, kemudian berkata: 'Demi yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, kalian adalah orang-orang yang yang paling aku cintai.'
Beliau mengulangi ucapannya dua kali." (HR Bukhari dan Muslim)92

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (3 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

Abu Hurairah berkata bahwa sesungguhnya seorang laki-laki hitam atau


seorang wanita hitam pernah menjadi petugas kebersihan masjid. Menurut
riwayat Bukhari: "Aku tidak melihatnya selain wanita."93 Kemudian petugas
kebersihan masjid itu meninggal. Pada suatu hari Nabi saw. menanyakannya.
Para sahabat menjawab: "Dia sudah meninggal." Nabi saw. berkata:
"Mengapa tidak kalian beritahukan kepadaku perihal meninggalkanya? Jika
begitu, tunjukkanlah kepadaku sekarang di mana kuburannya. Setelah
diberitahu, Nabi saw. mendatangi kuburan petugas kebersihan itu dan
melakukan shalat di situ." (HR Bukhari dan Muslim)94

P. ISLAM MENGANJURKAN PENJAGAAN TERHADAP WANITA SEBAIK


MUNGKIN

1. Menjaga Ibu

Abu Hurairah r.a. berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw.,
lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk
aku hormati?' Beliau menjawab: 'Ibumu.' Lelaki itu kembali bertanya
'Kemudian siapa?' Nabi saw. menjawab: 'Ibumu.' Lelaki itu terus bertanya:
'Kemudian siapa?' Nabi saw. menjawab: 'Ibumu.' Sekali lagi lelaki itu
bertanya: 'Kemudian siapa?' Nabi saw. menjawab: 'Kemudian
bapakmu.'" (HR Bukhari dan Muslim)95

2. Menjaga Saudara Wanita

Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda: "Tidak seorang pun dari
umatku yang menanggung tiga orang anak perempuan atau tiga orang
saudara perempuan, lalu dia perlakukan mereka secara baik, kecuali mereka
itu akan menjadi tirai pencegah baginya dari api neraka." (HR Baihaqqi)96

3. Menjaga Istri

Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah saw. bersabda: '... sampaikan oleh
kalian nasihat kepada kaum wanita secara baik ...'" (HR Bukhari dan Muslim)
97

Hal itu diperkuat lagi dengan sabda Nabi saw. yang berbunyi: "Sebaik-baik
kamu adalah sebaik-baik kamu terhadap keluarganya, dan aku adalah orang
paling baik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR Ibnu Majah)98

4. Menjaga Anak Perempuan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (4 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

Urwah bin Zubair berkata bahwa Aisyah pernah bercerita kepadanya bahwa
seorang wanita dengan membawa dua orang anak perempuan datang
kepadanya meminta-minta. Tetapi dia tidak memiliki apa-apa selain sebiji
kurma. Aisyah memberikan kurma itu kepada wanita tersebut. Lantas wanita
tersebut membagi dua kurma tadi dan diberikannya kepada anak
perempuannya. Setelah itu dia berdiri dan pergi. Kemudian Nabi saw. datang
dan Aisyah menceritakan hal tersebut kepada beliau. Mendengar
ceritaAisyah, Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang menanggung dua anak
perempuan, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi
tirai pencegah baginya dari api neraka." (HR Bukhari)99

Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa
yang memelihara dua orang anak perempuan sampai semua balig, maka
pada hari kiamat aku dan dia ...," sambil merapatkan jari-jarinya. (HR
Muslim)100

5. Menjaga Budak Perempuan

Abu Burdah, dari ayahnya, berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Lelaki
mana saja yang mempunyai budak perempuan lalu dia mengajarnya dengan
baik dan mendidiknya dengan baik, kemudian memerdekakannya dan
mengawininya, maka baginya dua ganjaran." (HR Bukhari)101

Setelah mengetengahkan nash-nash hadits Nabi saw. yang menjelaskan beberapa


karakteristik wanita muslimah, saya ingin menambahkan satu hal lagi yang tampaknya
agak lucu dan aneh, yaitu tentang beberapa nash hadits yang di dalamnya disebutkan nama,
rupa, dan berbagai cerita mengenai wanita. Mungkin ada pembaca yang bertanya, dan hal
ini ada benarnya: "Apa hubungannya cerita ini dengan karakteristik wanita?" Saya jawab:
"Maksud saya mengetengahkan nash-nash tersebut adalah untuk menanggapi pemahaman
yang berkembang di kalangan sebagian umat Islam selama berabad-abad. Dalam hal ini
mereka merasa sangat risih menyebut nama dan menceritakan rupa serta berbagai hal
mengenai wanita. Mereka menganggap semua itu sebagai bagian dari aurat wanita yang
harus ditutupi dan meyakininya bahwa hal itu bagian dari etika Islam."

Q. MENYEBUTKAN NAMA WANITA

"... Tiba-tiba lewat dua orang laki-laki Anshar. Keduanya mengucapkan


salam kepada Rasulullah saw. Lalu Nabi saw. berkata kepada kedua laki-laki
itu: 'Pelan-pelan sajalah kalian. Dia ini hanyalah Shafiyyah binti
Huyay.'" (HR Bukhari dan Muslim)102

"Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, minta izin untuk

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (5 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

menemui Rasulullah saw. Permintaan izin/salam Halah tersebut


mengingatkan beliau pada salamnya Khadijah sehingga beliau agak gemetar
karenanya, lalu beliau berkata: 'Ya Allah, (rupanya) Halah binti
Khuwailid.'" (HR Bukhari dan Muslim)103

Anas bin Malik berkata bahwa neneknya Malikah mengundang Rasulullah


saw. untuk menikmati makanan yang dia buat. (HR Bukhari dan Muslim)104

Tatkala Rasulullah saw. datang kepada Aisyah, beliau bertanya: "Apakah


kamu memiliki sesuatu?" Aisyah menjawab: "Tidak ada, cuma saja Nasibah
mengirim kembali kepada kita sebagian dari kambing yang engkau kirimkan
kepadanya." (HR Muslim)105

"Lalu (Bilal) berkata: '... seorang wanita Anshar dan Zainab.' Rasulullah
saw. bertanya: 'Zainab yang mana?' Bilal menjawab: 'Istrinya Abdullah (bin
Mas'ud).'" (HR Bukhari dan Muslim)106

"... Lalu Umar masuk menemui Hafshah, sementara di samping Hafshah ada
Asma. Umar bertanya: 'Siapa wanita ini?' Dia menjawab: 'Asma binti
Umais.'" (HR Bukhari dan Muslim)107

Ummu Salamah, istri Nabi saw., bercerita bahwa seorang wanita dari Bani
Aslam bernama Subaiah masih tetap di bawah tanggungan suaminya.
Kemudian suaminya wafat, sementara dia dalam keadaan hamil ... (HR
Bukhari dan Muslim)108

"Lalu dia (Anas bin Nadhar) memerangi mereka sehingga dia sendiri
terbunuh. Pada sekujur tubuhnya ditemukan delapan puluh lebih bekas
terkena pukulan pedang, tikaman, dan panah. Saudara kandung wanitanya,
yaitu bibiku Rubayyi binti Nadhar, berkata: 'Aku tidak bisa mengenali
saudaraku itu lagi kecuali melalui ujung jari-jemarinya.'" (HR Muslim)109

"Seorang wanita dari keluarga Ahmas datang menemui Abu Bakar, namanya
Zainab binti al-Muhajir." (HR Bukhari)110 "Bahwasanya Arwa binti Umais
mengaku-ngaku bahwa Sa'id bin Zaid telah mengambil sebagian
tanahnya." (HR Bukhari dan Muslim)111

Yang lebih jauh lagi dari sekadar menyebutkan nama seorang wanita adalah
menisbahkan anak laki-laki kadang-kadang kepada ibunya, bukan kepada
bapaknya, dan hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para
sahabat beliau yang mulia. "Rasulullah saw. tidak menyalatkan (jenazah)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (6 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

Suhail ibnul Baidha kecuali di masjid." (HR Muslim)112

Abdurrahman bin Auf berkata: "Aku berada dalam satu barisan ketika
Perang Badar. Ketika menoleh, tiba-tiba aku lihat di sebelah kanan dan
kiriku ada dua pemuda yang masih muda usianya, seolah-olah aku tidak
aman berada di tempat mereka berdua. Karena salah seorang dari mereka
bertanya kepadaku: 'Wahai paman, tolong beritahu aku yang mana Abu
jahal!' Aku berkata: 'Wahai keponakanku, apa yang akan kamu lakukan
terhadapnya?' Dia menjawab: 'Aku telah berjanji kepada Allah, jika aku
melihatnya, aku akan membunuhnya atau aku mati melawannya.' Temannya
yang satu lagi juga berkata seperti itu kepadaku. Abdurrahman berkata: 'Aku
merasa tidak tenang karena berada di antara kedua anak itu. Lalu aku
tunjukkan kepada mereka keberadaan Abu Jahal. Mereka segera memburu
Abu Jahal bagaikan dua ekor elang sehingga mereka berhasil memukul Abu
Jahal. Keduanya adalah putra Afra.'" (HR Bukhari)113

Ibnu Mas'ud berkata: "Apakah kamu mengira keluarga putra Ummu Abdi
adalah orang-orang yang lalai?" (HR Muslim)114 "Rasulullah saw. berkata:
"Pindahlah kamu ke rumah putra Ummu Maktum." (HR Muslim)115

Abdullah bin Malik bin Buhainah r.a. berkata bahwa Nabi saw., apabila
mengerjakan shalat, melebarkan kedua tangannya. (HR Bukhari dan Muslim)
116 Ibnu Daqiqil 'Id berkata: "Abdullah bin Malik bin Buhainah, dan
Buhainah itu adalah ibunya, sementara bapaknya bernama Malik ibnul
Qasyab. Abdullah adalah salah seorang yang dinisbahkan kepada ibunya,
sama seperti Muhammad bin Hubaib al-Lughawi, pengarang buku Al-
Muhabbar fil Mu'talaf wal Mukhtalaf fi Qaba'ilil 'Arab. Hubaib itu adalah
ibunya, bukan bapaknya. Yang lebih aneh lagi dalam pengamatanku
mengenai masalah ini nama Muhammad bin Syaraf al-Qairawani adalah
seorang sastrawan dan penyair terkenal. Dia dinisbahkan kepada ibunya,
Syaraf. Banyak sekali perbandingannya. Kalau Anda telusuri akan banyak
sekali Anda temukan hal seperti ini."117

Imam an-Nawawi dalam buku syarahnya terhadap Shahih Muslim berkata:


"Ismail menceritakan kepada kami dan Ismail adalah putra Aliyyah. Aliyyah
adalah ibu Ismail, sementara bapaknya adalah Ibrahim bin Sahm as-
Asadiy ..." Syu'bah berkata: "Ismail bin Aliyyah adalah aroma kalangan
fuqaha dan pemimpin kalangan muhadditsin."118

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (7 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Mulia.html (8 of 8)12/12/2005 7:52:24


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 3

101 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mengambil budak-budak perempuan dan barangsiapa
yang memerdekakan budak perempuan lalu mengawininya, jilid 11, hlm. 38.

102 Bukhari, Kitab: I'tikaf, Bab: Apakah orang yang sedang melakukan i'tikaf boleh keluar
ke pintu masjid untuk menunaikan sesuatu keperluan? jilid 5, hlm. 182. Muslim, Kitab:
Salam, Bab: Keterangan bahwa seorang yang terlihat berkhulwat dengan seorang wanita,
sedangkan wanita adalah istri atau mahramnya, maka dianjurkan kepadanya supaya
mengatakan: "Ini si anu," jilid 7, hlm. 8.

103 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah dan
keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 140. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 134.

104 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Shalat di atas tikar, jilid 2, hlm. 35. Muslim, Kitab:
Masjid, Bab: Diperbolehkan melakukan shalat sunnat secara berjamaah, jilid 2, hlm. 127.

105 Muslim, Kitab: Zakat, Bab: Boleh memberikan hadiah kepada Nabi saw., jilid 3, hlm.
120.

106 Bukhari, Kitab: Zakat, Bab: Berzakat kepada suami dan anak-anak yatim yang dia
pelihara, jilid 4, hlm. 70. Muslim, Kitab: Zakat, Bab: Keutamaan memberikan nafkah dan
sedekah kepada karib kerabat dan suami, jilid 3, hlm. 80.

107 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khaibar, jilid 6, hlm. 24. Muslim, Kitab:
Keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan-keutamaan Ja'far bin Abu Thalib dan
Asma binti Umais, jilid 7, hlm. 172.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (1 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

108 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Wanita-wanita yang sedang mengandung, jilid 11, hlm.
395. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Berakhirnya masa 'iddah wanita yang ditinggal mati
suaminya dengan melahirkan kandungannya, jilid 4, hlm. 201.

109 Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Tetapnya surga bagi orang yang mati syahid,
jilid 6, hlm. 46.

110 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Masa-masa jahiliah, jilid 8, hlm. 148.

111 Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: cerita mengenai tujuh lapis bumi, jilid 7,
hlm. 104. Muslim, Kitab: Musaqat, Bab: Keharaman berbuat zalim, merampas tanah, dan
lain-lain, jilid 5, hlm. 58.

112 Muslim' Kitab: Jenazah, Bab: Menyalatkan jenazah di masjid, jilid 3, hlm. 62.

113 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Abdullah bin Muhammad al- Ja'fi menceritakan
kepadaku, jilid 8, hlm. 310.

114 Muslim, Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Membaca Al-Qur'an secara perlahan dan
tidak tergesa-gesa, jilid 2, hlm. 205.

115 Muslim, Kitab, Thalak, Bab: Wanita yang sudah ditalak tiga tidak berhak lagi
mendapatkan nafkah, jilid 4, hlm. 197.

116 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Menampakkan ketiak dan merenggangkan kedua tangan
dari tubuh sewaktu sujud, jilid 2, hlm. 42. Muslim, Kitab: Shalat, Bab: Hal-hal yang
berhubungan dengan sifat shalat, jilid 2, hlm. 53.

117 Kitab Ihkam al-Ahkam, Syarh 'Umdat al-Ahkam, jilid 1, hlm. 66.

118 ibid

119 Bukhari, Kitab: Jual-beli, Bab: Membeli budak dari orang kafir yang harus diperangi,
menghibahkan, dan memerdekakannya, jilid 5, hlm. 316. Muslim, Kitab: Keutamaan-
keutamaan, Bab: Di antara keutamaan Ibrahim a.s., jilid 7, hlm. 98.

120 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Bentuk syair, rajaz, dan huda' yang diperbolehkan, jilid
13, hlm. 162. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Tentang kasih sayang Nabi saw
terhadap istri-istrinya, jilid 7, hlm. 79.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (2 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

121 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Berkias (sindiran) itu lepas dari kebohongan, jilid 13, hlm.
216. Muslim, Kitab: Tentang kasih sayang Nabi saw. terhadap istri-istrinya, jilid 7, hlm. 78.

122 Lihat buku Ibnu Badis, Kehidupan dan Jejaknya, jilid 2, hlm. 149 - 150.

123 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila', menjauhkan dan memberikan pilihan
kepada istri, jilid 4, hlm. 193.

124 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Nasihat seorang bapak kepada anak perempuannya
karena keadaan suaminya, jilid 11, hlm. 191. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila',
menjauhi dan memberikan pilihan kepada istri, jilid 4, hlm. 193.

125 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Diperbolehkanya wanita keluar rumah untuk menunaikan
hajatnya, jilid 7, hlm. 6.

126 Bukhari, Kitab: Wudhu, Bab: Keluarnya wanita untuk membuang hajat besar, jilid 1,
hlm. 259. Muslim, Kitab: Salam, Bab: Diperbolehkannya wanita keluar rumah untuk
menunaikan hajat-nya, jilid 7, hlm. 7.

127 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat r.a., Bab: Di antara keutamaan
Abu Sufyan bin Harb, jilid 7, hlm. 171.

128 Muslim, Kitab: Dua hari raya, jilid 3, hlm. 19.

129 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Menyapu masjid, jilid 2, hlm. 99. Muslim, Kitab:
Jenazah, Bab: Shalat di atas kubur, jilid 3, hlm. 56.

130 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Wanita ikut berperang dan bertempur bersama kaum laki
laki, jilid 6, hlm. 418. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Wanita berperang bersama kaum laki-
laki, jilid 5, hlm. 196.

131 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Uhud, jilid 8, hlm. 353.

132 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Keutamaan memerdekakan budak perempuan kemudian
mengawininya, jilid 4, hlm. 147.

133 Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Pemberian dan menebus orang-orang
Islam dengan tawanan, jilid 5, hlm. 150.

134 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Menyalatkan jenazah di masjid, jilid 3, hlm. 63.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (3 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

135 Bukhari, Kitab: Musibah sakit, Bab: Keutamaan orang yang menemui ajalnya karena
epilepsi, jilid 12, hlm. 218. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan, dan etika,
Bab: Pahala orang mukmin yang terkena musibah, jilid 8, hlm. 16.

136 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Mengenai haji tamattu', jilid 4, hlm. 55.

137 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mempergauli keluarga dengan baik, jilid 11, hlm. 176.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai hadits Ummu Zara',
jilid 7, hlm. 139.

138 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 186.

139 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Penjelasan bahwa memberikan pilihan kepada istri itu
bukan berarti menceraikan tanpa niat, jilid 4, hlm. 187.

140 Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: Sifat Iblis dan bala tentaranya, jilid 7,hlm.
152. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Umar
r.a., jilid 7, hlm. 115.

141 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mengundi di antara para istri apabila beliau ingin
melakukan perjalanan, jilid 11, hlm. 223. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Mengenai keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 138.

142 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Ghirah (cemburu), jilid 11, hlm. 237.

143 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Menggilir di antara para istri, jilid 4, hlm. 173.

144 Bukhari, Kitab: Hibah (pemberian), keutamaan, dan anjuran untuk melakukannya Bab:
Orang yang memberikan hadiah kepada temannya, jilid 6, hlm. 133. Muslim. Kitab
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm.
135.

145 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mempergauli keluarga dengan baik, jilid 11, hlm. 164.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai hadits Ummu Zara',
jilid 7, hlm. 139.

146 Muslim, Kitab: Zuhud dan kelemahlembutan, Bab: Kisah Ashabul Ukhdud dengan
tukang sihir dan pendeta, jilid 8, hlm. 229.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (4 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

147 Bukhari, Kitab: Musibah sakit, Bab: Keutamaan orang yang menemui ajalnya karena
terserang epilepsi, jilid 12, hlm. 218. Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan,
dan etika, Bab: Pahala orang mukmin yang terkena musibah, jilid 8, hlm. 16.

148 Bukhari, Kitab: Tahajjud, Bab: Apa yang dimakruhkan menyangkut berlebihan dalam
beribadah, jilid 3, hlm. 278. Muslim, Kitab: Shalat orang musafir dan mengqasharnya,
Bab: Masalah orang yang mengantuk dalam shalatnya, jilid 2, hlm. 189.

149 Bukhari, Kitab: Iman, Bab: Agama/amal yang disenangi Allah adalah yang
berkesinambungan, jilid 1, hlm. 109. Muslim, Kitab: Shalat orang musafir dan
mengqasharnya, Bab: Masalah orang yang mengantuk dalam shalatnya, jilid 2, hlm. 189.

150 Bukhari, Kitab: Sumpah dan nazar, Bab: Orang yang mati sedangkan dia mempunyzi
nazar, jilid 14, hlm. 395

151 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Orang yang bernazar akan berjalan ke Ka'bah, jilid 4, hlm.
451. Muslim, Kitab: Nazar, Bab: Orang yang bernazar akan berjalan ke Ka'bah, jilid 5,
hlm. 79.

152 Muslim, Kitab: Dua hari raya, jilid 3, hlm. 20.

153 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Nasihat imam kepada kaum wanita pada hari raya,
jilid 3, hlm. 120. Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, jilid 3, hlm. 20.

154 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 121.

155 Muslim, Kitab: Puasa, Kitab: Mengqadha puasa orang yang sudah meninggal, jilid 3,
hlm. 156.

156 Bukhari, Kitab: Puasa, Bab: Orang yang meninggal sementara dia punya utang puasa,
jilid 5, hlm. 98. Muslim, Kitab: Puasa, bab: Mengqadha puasa orang yang sudah
meninggal dunia, jilid 3, hlm. 156.

157 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Haji dan nazar orang yang telah meninggal dunia, jilid 4,
hlm. 436.

158 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khandaq atau Ahzab, jilid 8, hlm. 398.
Muslim, Kitab: Minuman, Bab: Boleh mengajak orang lain..., jilid 6, hlm. 117.

159 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 401.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (5 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

160 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Orang yang terkena panah nyasar yang membawa
kematiannya, jilid 6, hlm. 366.

161 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Keutamaan orang yang mengikuti Perang Badar,
jilid 8, hlm. 306.

162 Muslim, Kitab: zikir, tobat, dan istighfar, Bab: Kisah penghuni gua, jilid 8, hlm. 89.

163 Bukhari, Kitab: Jual-beli, Bab: Apabila membeli sesuatu untuk orang lain tanpa
seizinnya, lalu dia rela, jilid 5, hlm. 313. Muslim, Kitab: zikir, tobat, dan istighfar, Bab:
Kisah mengenai tiga orang di dalam gua dan bertawassul dengan amalan-amalan saleh,
jilid 8, hlm. 89.

164 Bukhari, Kitab: Hudud, Bab: Apakah imam boleh menyuruh seseorang melaksanakan
had meskipun tanpa keberadaannya, jilid 15, hlm. 203. Muslim, Kitab: Hudud Bab: Orang
yang mengaku dirinya telah berbuat zina, jilid 5, hlm. 121.

165 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang menukar
janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak
mendapat bagian (pahala) di akhirat", jilid 9, hlm. 280.

166 Muslim, Kitab: Hudud, Bab: Orang yang mengaku dirinya telah berbuat zina, jilid 5,
hlm. 120.

167 Muslim, Kitab: Hudud, Bab: Orang yang mengaku dirinya telah berbuat zina, jilid 5,
hlm. 120.

168 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Penetapan tentang adanya telaga Nabi
saw. dan sifat-sifatnya, jilid 7, hlm. 67.

169 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Apakah disediakan untuk wanita hari tersendiri, jilid 1,
hlm. 206.

170 Bukhari, Kitab: Berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah, Bab: Nabi saw.
mengajarkan kepada umatnya, baik laki-laki maupun wanita, apa yang diajarkan Allah
kepadanya tanpa penggunaan pendapat penyerupaan, jilid 17, hlm. 55. Muslim. Kitab:
Kebajikan, hubungan kekeluargaan, dan etika, Bab: Berbuat baik kepada anak-anak
perempuan, jilid 8, hlm. 39.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (6 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

171 Fathul Bari, jilid 1, hlm. 207.

172 Muslim, Kitab: Haid, Bab: Anjuran menggunakan kapas yang diberi minyak wangi
pada tempat yang terkena darah bagi wanita haid ketika mandi, jilid 1, hlm. 179.

173 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Abdullah bin Muhammad al- Ja'fi menceritakan
kepadaku, jilid 8, hlm. 313. Muslim. Kitab: Thalak' Bab: Berakhirnya masa 'iddah wanita
yang ditinggal mati suaminya atau lainnya dengan melahirkan, jilid 4, hlm. 201.

174 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 400-401.

175 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Seorang perempuan menghajikan seorang laki-laki jilid 4,
hlm. 440. Bukhari, Kitab: Minta izin, Bab: Firman Allah: "Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu ...", jilid 13, hlm. 245.
Muslim, Kitab: Haji Bab: Menghajikan orang yang lemah karena sakit-sakitan atau tua
renta, jilid 4, hlm. 101.

176 Bukhari, Kitab: Siasat, Bab: Mengenai nikah, jilid 15, hlm. 373.

177 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Tidak boleh penjualan budak perempuan sebagai talak,
jilid 11, hlm. 323. Muslim. Kitab: Memerdekakan budak, Bab: Menyandarkan hak wala'
kepada orang yang memerdekakan, jilid 4, hlm. 215.

178 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Syafaat (bantuan) Nabi saw. untuk suami Barirah, jilid
11, hlm. 328.

179 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 334-335.

180 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Melihat wanita sebelum dikawini, jilid 11, hlm. 86.
Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Masalah maskawin yang boleh dalam bentuk mengajarkan Al-
Qu'ran, jilid 4, hlm. 143.

181 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Seorang wanita menawarkan dirinya kepada seorang pria
yang saleh, jilid 11, hlm. 79.

182 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 79.

183 Fathul Bari, jilid 11, him 122.

184 Syarah 'Umdat al-Ahkam, jilid 2, hlm. 201.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (7 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

185 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Khulu', jilid 11, hlm. 319.

186 Bukhari, Kitab: Jum'at, Bab: Apakah orang yang ingin menghadiri shalat Jum'at dari
kalangan wanita, anak-anak dan lainnya harus mandi? jilid 3, hlm. 34.

187 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 34.

188 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Zainab
Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 144.

189 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Barangsiapa yang melihat seorang wanita, lalu dia tergiur
dengannya, maka dianjurkan supaya segera menemui istri atau budak perempuannya, lalu
menggaulinya, jilid 4, hlm. 129.

190 Fathul Bari, jilid 4, hlm. 29-30.

191 Bukhari, Kitab: Zakat, Bab: Berzakat kepada suami dan anak-anak yatim yang
dipelihara, jilid 4, hlm. 71. Muslim, Kitab: Zakat, Bab: Keutamaan memberikan nafkah
dan sedekah kepada karib kerabat, jilid 3, hlm. 80.

192 Muslim, Kitab: Fitnah (bencana) dan tanda-tanda kiamat, Bab: Mengenai keluarnya
dajjal, jilid 8, hlm. 205.

193 Bukhari. Kitab: Syarat-syarat, Bab: Syarat-syarat yang diperbolehkan dalam Islam,
jilid 6, him 241.

194 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Kisah mengenai peperangan dengan Romawi, jilid 6. hlm.
443.

195 Bukhari, Kitab: Mohon izin, Bab: Orang yang mengunjungi satu kaum, lalu tidur
(siang) di tempatnya, jilid 13, hlm. 313. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Keutamaan
berperang di laut, jilid 6, hlm. 50.

196 Bukhari, Kitab: Kewajiban seperlima, Bab: Menjamin keamanan kaum wanita dan
para tetangganya, jilid 7, hlm. 83. Muslim, Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Anjuran
melakukan shalat dhuha, jilid 2, hlm. 158.

197 Bukhari, Kitab Manaqib, Bab: Cerita mengenai Hindun binti Utbah, jilid 8, hlm 141.
Muslim, Kitab Kasus kasus pengadilan, bab Kasus Hindun, jilid 5, hlm. 130.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (8 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

198 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 182.

199 Muslim, Kitab Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: di antara keutamaan Ummu
Aiman r a., jilid 7, hlm. 144.

200 Bukhari, Kitab Manaqib, Bab: Masa-masa jahiliah, jilid 8 hlm. 148.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki2.html (9 of 9)12/12/2005 7:52:27


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

R. MENYEBUTKAN RUPA ATAU BENTUK WANITA

Rasulullah saw. bersabda: "Ibrahim a.s hijrah bersama Sarah. Dia memasuki
suatu negeri yang dikuasai oleh seorang raja atau tirani. Lalu tersebar berita
bahwa Ibrahim datang bersama seorang wanita yang paling cantik." (HR
Bukhari dan Muslim)119

Abu Qilabah, dari Anas r.a., berkata bahwa Nabi saw. pernah melakukan
suatu perjalanan. Yang menjadi penuntun kendaraan mereka (beberapa
orang istri Nabi saw. dan Ummu Sulaim) adalah seorang budak yang
bernama Anjasyah. Nabi saw. berkata kepada Anjasyah: "Wahai Anjasyah,
pelan-pelan saja membawa botol-botol kaca ini (maksudnya kaum wanita)."
Menurut satu riwayat120 Abu Qilabah berkata: "Rasulullah saw.
mengucapkan satu perkataan yang andaikata diucapkan oleh sebagian kalian,
tentulah kalian mencelanya karena mengucapkan perkataan tersebut." (HR
Bukhari dan Muslim)121

Syekh Ibnu Badis berkata: "Abu Qilabah (seorang imam terkenal dari
kalangan fuqaha tabi'in) tahu sikap keras dan kaku orang-orang yang kepada
mereka beliau ceritakan hadits ini. Sikap keras dan kaku tersebut membuat
mereka menjauh dari mengucapkan kata-kata yang mensifati kaum wanita.
Sikap mereka ini dijawab oleh Abu Qilabah dengan kata-kata yang
diucapkan oleh Nabi saw. Ketika kalimat itu diucapkan oleh salah seorang
dari mereka, tentu yang lainnya akan mencelanya. Kemudian beliau jelaskan
kepada mereka bahwa kata-kata tersebut dan yang semisalnya adalah bukan
karena tidak mengandung unsur keburukan, kekejian, dan tidak bermaksud
jahat."122

"Umar berkata kepada Hafshah: 'Janganlah kamu sampai terpedaya jika


tetanggamu lebih cantik darimu.'" Dan menurut riwayat Muslim123 Umar

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (1 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

berkata: "Wahai putriku, janganlah kamu sampai terpedaya oleh wanita ini
(Aisyah) yang merasa kagum dengan kecantikannya." (HR Bukhari dan
Muslim)124

"Lalu keluar Saudah binti Zam'ah, istri Nabi saw., pada suatu malam di
waktu isya. Saudah adalah seorang wanita yang tinggi." Menurut satu
riwayat125: "Sangat besar," dan menurut satu riwayat lagi: "Melebihi wanita
lain dalam segi besar tubuhnya." (HR Bukhari dan Muslim)126

Abu Sufyan berkata kepada Rasulullah saw.: "Aku memiliki orang Arab
yang paling baik dan paling cantik, yaitu Ummu Habibah binti Abu Sufyan.
Aku akan mengawinkanmu dengannya." (HR Muslim)127

"Kemudian Rasulullah saw. berjalan hingga sampai ke tempat kelompok


wanita, lalu beliau menyampaikan nasihat kepada mereka. Tiba-tiba dari
tengah-tengah mereka berdiri seorang wanita rupawan yang kedua pipinya
agak hitam kemerah-merahan." (HR Muslim)128 "Bahwa seorang wanita
hitam pernah menjadi petugas kebersihan masjid .... Kemudian Rasulullah
saw. mendatangi kuburannya dan menyalatinya." (HR Bukhari dan Muslim)
129

"Ketika terjadi Perang Uhud ... aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan
Ummu Sulaim. Mereka menyingsingkan kainnya sehingga terlihat olehku
gelang-gelang kaki mereka." (HR Bukhari dan Muslim)130 "Tatkala kami
bertemu (orang-orang musyrik pada Perang Uhud) mereka lari pontang-
panting sehingga aku melihat wanita-wanita mereka berlompatan di bukit itu
sambil mengangkat kain betis mereka sehingga kelihatan nyata gelang-
gelang kaki mereka." (HR Bukhari)131

"Dan Allah mengalahkan mereka (maksudnya penduduk Khaibar) ...


Seorang tawanan wanita yang sangat cantik jatuh ke tangan Dahyah." (HR
Muslim)132

"Aku pernah ikut berperang di daerah Fazarah ... Begitu mereka melihat
anak panah melesat ke arah mereka, mereka pun berhenti dan tidak jadi
mendaki. Mereka berhasil aku ringkus dan aku giring, termasuk diantaranya
seorang wanita dari Bani Fazarah yang mengenakan tutup kepala dari bahan
kulit yang sudah lusuh, berikut anak gadisnya yang merupakan gadis Arab
paling cantik." (HR Muslim)133

"Rasulullah saw. tidak menyalatkan (jenazah) Suhail, putra si wanita putih


kecuali di ruangan masjid. Al-Baidha adalah julukan untuk Da'ad binti

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (2 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

Jahdam." (HR Muslim)134 "Ibnu Abbas berkata padaku: "Maukah kamu aku
beritahu tentang seorang wanita yang menjadi calon ahli surga?" Aku jawab:
"Tentu saja mau." Ibnu Abbas berkata: "Ini, si wanita hitam ini
orangnya." (HR Bukhari dan Muslim)135

"Ini ibunya az-Zubair. Dia pernah menceritakan bahwa Rasulullah saw.


memperbolehkannya (maksudnya melaksanakan haji mut'ah). Karena itu
temuilah dia dan tanyakanlah masalah itu langsung kepadanya. Lalu kami
pergi menemuinya. Ternyata dia adalah seorang wanita yang sangat gemuk
dan buta." (HR Muslim)136

"Wanita yang kesebelas mengatakan: "Suamiku bernama Abu Zara. Tahukah


kamu siapa Abu Zara itu? Dialah yang memenuhi telingaku dengan
perhiasan dan menggemukkan lenganku. Putri Abu Zara, tahukah kamu
siapa putri Abu Zara itu? Dia adalah seorang anak yang sangat patuh kepada
kedua orang tuanya dan tubuhnya gempal ... Pada suatu hari Abu Zara keluar
dengan membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi penuh
dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua anaknya yang
laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan buah delima
dari bawah pinggang ibunya tersebut (yang dimaksud dengan buah delima
dalam hadits ini adalah payudara ibu kedua anak tersebut)." (HR Bukhari
dan Muslim)137

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas al-Hafizh Ibnu Hajar yang


berkata ketika menjelaskan hadits Ummu Zara ini: "Dalam hadits ini
terdapat dalil mengenai bolehnya menyebutkan masalah kecantikan wanita
kepada laki-laki, apabila wanita itu tidak dikenal. Yang tidak diperbolehkan
adalah menyebutkan perihal wanita yang bersangkutan di hadapan lelaki
atau menyebutkan sesuatu tentang dirinya yang tidak boleh dilihat dengan
cara sengaja oleh lelaki."138

S. MENYEBUTKAN BERBAGAI KISAH NYATA WANITA

Jabir bin Abdullah berkata: "Pada suatu hari Abu Bakar meminta izin untuk
menemui Rasulullah saw. Dia menjumpai beberapa orang sedang duduk di
dekat pintu rumah Rasulullah saw. Belum seorang pun dari mereka yang
diizinkan masuk. Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. mengizinkan Abu
Bakar masuk. Maka masuklah Abu Bakar. Kemudian datang pula Umar. Dia
minta izin untuk masuk dan diberi izin. Sesampainya di dalam, Umar
mendapati Rasulullah saw. sedang duduk diam membisu. Tampaknya beliau
sedang bersedih. Sementara di sekeliling beliau duduk istri-istri beliau.
Melihat suasana yang dingin itu, Umar bermaksud mengatakan sesuatu yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (3 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

dapat membuat Nabi saw. tertawa. Umar berkata: 'Wahai Rasulullah


seandainya aku lihat putri Kharijah menuntut belanja kepadaku, niscaya aku
akan bangun dan mencekik lehernya.' Rasulullah saw. lalu tertawa
mendengarkan kata-kata Umar itu. Kemudian beliau berkata: 'Mereka ini
berada di sekitarku sebagaimana kamu lihat sendiri, juga untuk menuntut
belanja kepadaku.' Abu Bakar bergegas berdiri menuju Aisyah, sementara
Umar berdiri menuju Hafshah dengan niat mencekik leher putri-putri masing-
masing. Keduanya berkata: 'Apakah kalian menuntut dari Rasulullah saw.
sesuatu yang tidak beliau miliki?' Mereka menjawab: 'Demi Allah, kami
tidak meminta dari beliau sesuatu yang tidak beliau miliki."' (HR Muslim)
139

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, dia berkata: "Pada suatu hari Umar minta izin
untuk masuk kepada Rasulullah saw. Kebetulan waktu itu ada beberapa
orang wanita Quraisy sedang berbicara dengan beliau dengan suara yang
cukup keras, dan mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan. Mendengar
Umar minta izin masuk mereka bergegas berlari menuju balik tabir. Lalu
Rasulullah saw. sambil tertawa mengizinkan Umar masuk. Melihat
Rasulullah tertawa Umar berkata: 'Semoga Allah membuatmu tetap dalam
keadaan senang dan gembira, wahai Rasulullah!' Rasulullah saw. berkata:
'Aku merasa heran dengan ulah wanita-wanita yang berada di sampingku
tadi. Begitu mendengar suaramu, mereka bergegas menuju balik tabir.' Umar
menjawab: 'Bagaimanapun juga, engkaulah sebenarnya, wahai Rasulullah
saw. yang lebih pantas untuk mereka segani.' Selanjutnya Umar berkata:
'Wahai wanita-wanita yang menjadi musuh dirinya sendiri, apakah kalian
segan kepadaku sementara tidak segan kepada Rasulullah saw.' Mereka
menjawab: 'Ya, lantaran kamu lebih keras dan lebih kasar ketimbang
Rasulullah saw.' Rasulullah saw. bersabda: 'Demi yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, tidak akan pernah setan menemuimu di satu jalan yang
kamu lalui, kecuali dia pasti akan mencari jalan lain selain jalan yang kamu
lalui itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)140

Dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa Rasulullah saw., jika ingin bepergian,
beliau mengundi istri-istrinya. Suatu ketika yang beruntung mendapatkan
undian adalah Aisyah dan Hafshah. Maka merekalah yang ikut bersama
Rasulullah saw. Ketika malam tiba, Rasulullah saw. berjalan bersama
Aisyah dan bercakap-cakap dengannya. Pada hari yang lain Hafshah berkata
kepada Aisyah: "Maukah kamu nanti malam mengendarai untaku dan aku
mengendarai untamu, dan kita saling mengawasi?" Aisyah menjawab:
"Tentu saja mau." Maka Aisyah naik unta Hafshah dan Hafshah menaiki
unta Aisyah. Setelah itu datang Rasulullah menuju unta Aisyah yang ketika
itu ditunggangi oleh Hafshah. Setelah mengucapkan salam, Rasulullah saw.
berjalan bersama. Kemudian berhenti di suatu tempat. Aisyah kehilangan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (4 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

jejak mereka. Mengetahui mereka berhenti di satu tempat, Aisyah merasa


cemburu. Lalu dia menginjakkan kakinya di antara rerumputan liar yang
harum baunya, seraya berkata: "Ya Tuhan, semoga ada kala atau ular yang
menggigitku. Aku tidak kuasa mengatakan sesuatu apa pun kepadanya." (HR
Bukhari dan Muslim)141

Anas berkata: "Pada suatu saat Nabi saw. berada di samping beberapa orang
istri beliau, salah seorang ummul mukminin mengirimkan satu piring
makanan. Tiba-tiba istri yang di rumahnya Nabi saw. berada, memukul
tangan pelayan yang membawa piring makanan itu sehingga piringnya jatuh
dan pecah. Lalu Nabi saw. mengumpulkan pecahan piring dan makanan
yang tadinya berada dalam piring yang pecah itu. Beliau berkata: 'Ibumu
cemburu.' Beliau menahan pelayan tadi sampai beliau memberikan piring
dari istri yang di rumahnya beliau berada. Piring yang utuh itu beliau
serahkan kepada istri yang piringnya pecah dan beliau menahan piring yang
sudah pecah di rumah istri beliau yang telah memecahkan piring tadi." (HR
Bukhari)142

Anas berkata: "Nabi saw. memiliki sembilan orang istri. Apabila beliau
menggilir, maka mereka semua akan kebagian. Setiap malam mereka
berkumpul di rumah istri yang akan beliau datangi. Pada suatu malam,
beliau berada di rumah Aisyah, maka datanglah Zainab dan beliau
mengulurkan tangannya untuk menyambutnya. Aisyah berkata: 'Ini Zainab.'
Lalu Nabi saw. menahan tangannya. Beberapa saat kemudian mereka berdua
bertengkar dengan suara keras dan ucapan yang kotor. Terdengar suara
iqamatushashalat. Abu Bakar lewat di rumah itu dan mendengar suara
mereka berdua. Abu Bakar lalu berkata: 'Keluarlah wahai Rasulullah untuk
menunaikan shalat dan sumpal saja mulut mereka dengan pasir!' Rasulullah
saw. lalu keluar. Aisyah merasa agak sedikit kecewa dan merasa terganggu
dengan sikap ayahnya tersebut. Setelah Rasulullah saw. selesai menunaikan
shalat, Abu Bakar pergi menemui Aisyah dan melontarkan kata-kata yang
keras: 'Apa layak kamu melakukan ini?' (HR Muslim)143

Aisyah r.a. berkata bahwa istri-istri Rasulullah saw. terbagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama terdiri atas Aisyah, Hafshah, dan Saudah.
Sementara kelompok kedua terdiri atas Ummu Salamah dan istri-istri
Rasulullah saw. yang lain. Semua kaum muslimin sudah sama-sama tahu
betapa cintanya Rasulullah saw. kepada Aisyah. Apabila ada salah seorang
sahabat yang mempunyai hadiah yang akan dia berikan kepada Rasulullah
saw., maka biasanya dia akan menangguhkan pemberian tersebut, sampai
Rasulullah saw. sedang berada di rumah Aisyah. Suatu hari ada seorang
sahabat yang mengirimkan hadiah kepada Rasulullah saw. ketika beliau

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (5 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

sedang berada di rumah Aisyah. Rupanya hal itu diketahui oleh kelompok
Ummu Salamah. Mereka berkata kepada Ummu Salamah: "Kamu bicaralah
kepada Rasulullah saw. supaya beliau mau menasihati para sahabatnya:
'Barangsiapa yang bermaksud memberikan hadiah kepada beliau, supaya dia
berikan saja di rumah istri mana pun beliau berada.' Ummu Salamah
menyampaikan kepada Rasulullah saw apa yang diusulkan oleh
kelompoknya itu. Akan tetapi beliau tidak menanggapi apa yang
disampaikan Ummu Salamah itu sedikit pun. Ketika hal itu disampaikan
kepada mereka, mereka tidak berputus asa. Mereka mendesak supaya Ummu
Salamah mencobanya lagi. Ummu Salamah menurut saja. Sekali lagi dia
sampaikan usulan kelompoknya itu kepada Rasulullah saw. di saat beliau
tengah berada di rumahnya. Namun Rasulullah saw. juga tidak
menanggapinya sedikit pun. Kelompok Ummu Salamah masih juga belum
berputus asa. Mereka tetap membujuk Ummu Salamah agar mau
melakukannya sekali lagi. Dan lagi-lagi Ummu Salamah menuruti kehendak
mereka. Untuk ketiga kalinya Ummu Salamah nmenyampaikan hal itu
kepada Rasulullah saw. pada saat beliau berada di rumahnya. Dan kali ini
rupanya Rasulullah saw. mau menanggapi. Beliau berkata kepada Ummu
Salamah: 'Jangan kamu sakiti aku tentang Aisyah. Sesungguhnya wahyu
tidak turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang wanita (istri)
kecuali Aisyah.' Seketika itulah Ummu Salamah berkata: 'Aku bertobat
kepada Allah karena telah menyakitimu, wahai Rasulullah.' Kemudian
anggota kelompok Ummu Salamah tersebut memanggil Fathimah putri
Rasulullah saw. Mereka mengutus Fathimah supaya menyampaikan pesan
kepada Rasulullah saw. yang isinya: 'Sesungguhnya istri-istrimu
mendambakan supaya berlaku adil khususnya menyangkut putri Abu Bakar.'
Mendengar pesan yang disampaikan putrinya itu Rasulullah saw. berkata:
'Wahai putriku, apakah kamu tidak menyenangi akan apa yang aku senangi?'
Fathimah menjawab: 'Tentu saja ayah.' Fathimah lalu pulang dan
menceritakan kepada mereka tanggapan Rasulullah saw. tersebut. Ketika
mereka membujuk Fathimah supaya balik lagi menghadap Rasulullah saw.,
dia menolak. Salanjutnya mereka mendesak Zainab binti Jahasy. Meski
dengan terpaksa, akhirnya Zainab mau juga menemui Rasulullah saw. dan
berkata: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakanmu supaya berlaku adil
dalam memperlakukan putri Abu Quhafah.' Zainab mengucapkan kata-
katanya itu dengan suara yang agak keras, sehingga terdengar oleh Aisyah
yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Aisyah sempat mencaci
maki dalam hati. Kemudian Rasulullah saw. sejenak memandang Aisyah
barangkali dia akan berbicara. Akhirnya Aisyah memang terpaksa berbicara
untuk menangkis ucapan Zainab, sehingga Zainab terdiam dibuatnya.
Selanjutnya Rasulullah saw. kembali memandangi Aisyah dan berkata:
'Sesungguhnya dia adalah putri Abu Bakar.'" (HR Bukhari dan Muslim)144

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (6 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari sebelas orang wanita berkumpul
di satu tempat. Mereka saling sepakat dan berjanji untuk tidak akan
menyembunyikan sedikit pun perihal suami mereka masing-masing. Wanita
pertama mengatakan: 'Suamiku adalah ibarat unta kurus yang berada di
puncak gunung. Dia tidak untuk didaki dan tidak pula gemuk, sehingga tidak
ada yang berkeinginan untuk pindah kepadanya.' Wanita kedua berkata:
'Maaf, aku terpaksa tidak bisa menuturkan secara rinci mengenai
keadaannya. Aku khawatir tidak bisa melakukan hal itu. Jika sampai aku
lakukan hal itu, sama artinya dengan mengungkapkan selurah aibnya.'
Wanita ketiga berkata: 'Suamiku berpostur tinggi. Jika aku ceritakan halnya,
maka dia akan menceraikanku, dan jika aku diamkan, dia juga akan
membuatku terkatung-katung.' Wanita keempat berkata: 'Suamiku laksana
cuaca malam hari di wilayah Tihamah, tidak terlalu panas dan juga tidak
terlalu dingin, tidak menakutkan dan juga tidak membosankan.' Wanita
kelima berkata: 'Suamiku apabila sudah masuk rumah bagaikan kumbang
yang lembut, pemalu, dan tidak banyak gangguannya dan apabila keluar
rumah, dia ibarat singa yang garang. Dia sangat pemurah dan tidak suka
menyelidiki berkurangnya uang.' Wanita keenam berkata: 'Suamiku apabila
makan, maka semua makanan akan dilahapnya, dan apabila minum, maka
semua minuman akan diteguknya. Apabila tidur, dia menyendiri
(mengabaikan istrinya). Namun dia tidak mau memasukkan telapak
tangannya, karena takut mengetahui kesudahan istrinya.' Wanita ketujuh
berkata: 'Suamiku adalah orang yang emosional. Semua cacat (aib) semua
orang ada pada orang itu. Namun demikian dia suka melukai kepala atau
melukai tubuhmu, atau melakukan kedua-duanya sekaligus.' Wanita
kedelapan berkata: 'Suamiku memiliki sentuhan khusus bagaikan sentuhan
kelinci dan mempunyai aroma khusus bagaikan aroma bunga wangi.' Wanita
kesembilan berkata: 'Suamiku berkedudukan tinggi, bertubuh tinggi, suka
sekali menjamu tamu, dan rumahnya dekat dengan balai pertemuan.' Wanita
kesepuluh berkata: 'Suamiku bernama Malik. Apa itu malik? Malik artinya
memiliki kebaikan melebihi apa dapat diungkapkan. Dia banyak sekali
memiliki unta, kebanyakan unta-unta itu dibiarkan saja menderum di
halaman rumah (agar mudah diperah susunya oleh tamu-tamu) dan banyak
dipinjam untuk angkutan. Unta-unta tersebut bila mendengar suara kecapi,
mereka sudah tahu bahwa sebentar lagi akan disembelih.' Dan wanita yang
kesebelas berkata: 'Suamiku bernama Abu Zara. Tahukah kamu siapa Abu
Zara' itu? Dialah yang memberiku makanan-makanan berlemak sehingga
aku kelihatan gemuk. Dia suka menyanjung-nyanjungku sehingga aku
merasa senang. Dia tahu aku dari keluarga yang tidak mampu, namun dia
mau menerimaku di tengah keluarganya yang cukup kaya. Dia tidak pernah
meremehkan ucapanku. Setiap tidur aku bisa tidur pulas sampai pagi, dan
aku bisa minum sampai puas. Lalu Ummu Abu Zara, tahukah kamu siapa
dia? Dia memiliki simpanan bahan pokok berkarung-karung dan rumahnya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (7 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

sangat luas. Ibnu Abi Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia memiliki tempat
tidur laksana irisan pelepah kurma. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya
memakan sebelah kaki seekor kambing. Putri Abu Zara. Tahukah kamu
siapa dia? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya.
Tubuhnya gempal dan dia adalah seorang yang sangat dermawan. Pelayan
putri Abu Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia tidak pernah menyebarluaskan
berita-berita. Dia sangat jujur sekalipun mengenai soal makanan. Dan dia
orang yang sangat rajin bekerja dan tidak pernah membiarkan rumahku
kotor. Selanjutnya Ummu Zara mengatakan: 'Pada suatu hari Abu Zara
keluar dengan membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi
penuh dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua orang
anaknya yang laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan
buah delima dari bawah pinggang ibunya tersebut. Dia menikahi wanita
tersebut dan aku diceraikannya. Setelah itu aku menikah lagi dengan seorang
laki-laki yang cukup budiman dan cukup kaya. Tunggangannya adalah
seekor kuda pilihan. Dia juga memperlihatkan kepadaku sebuah kandang
ternak yang penuh dengan unta, sapi, dan kambing. Aku disuruhnya
menikmati semua itu. Kalau aku kumpulkan semua pemberiannya, maka
belum ada apa-apanya dengan apa yang pernah diberikan Abu Zara
kepadaku.' Aisyah berkata: "Rasulullah saw. berkata padaku: 'Aku
terhadapmu adalah seperti Abu Zara terhadap Ummu Zara.'" (HR Bukhari
dan Muslim)145

Pasal 2. Beberapa Sikap Mulia Wanita


Dalam bagian ini akan saya ketengahkan beberapa sikap wanita berkaitan dengan masalah
bagaimana wanita yang telah dibebaskan oleh Islam mencapai keutamaan derajat yang
sangat tinggi serta mewujudkan banyak sekali sifat dan teladan yang mulia.

A. BERKORBAN DI JALAN ALLAH

Bersumber dari Shuhaib dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa


dahulu kala ada seorang raja mempunyai tukang sihir. Setelah berusia lanjut,
dia berkata kepada raja: "Sekarang saya sudah tua, kirimkanlah seorang
pemuda kepada saya untuk saya ajari ilmu sihir." Raja mengirim seorang
pemuda kepadanya. Di tengah perjalanan pemuda tersebut bertemu dengan
seorang pendeta lalu dia duduk untuk mendengarkan ajaran pendeta, dan dia
sangat menyenangi ajaran tersebut. Setiap hendak mendatangi tukang sihir,
terlebih dahulu dia menemui pendeta untuk kemudian mendengarkan
ajarannya. Akibatnya, jika bertemu dengan tukang sihir, pemuda tersebut
dipukuli. Hal itu diadukannya pada pendeta, maka pendeta berkata: "Apabila
kamu khawatir dimarahi tukang sihir, katakan bahwa keluargamu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (8 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

menghalang-halangimu, dan kalau kamu khawatir dimarahi keluargamu,


katakan bahwa kamu dihalang-halangi tukang sihir.' Dalam keadaan seperti
itu, dia melihat ada binatang raksasa yang merintangi jalan orang-orang.
Kemudian dia berkata: 'Hari ini aku akan tahu, ajaran siapakah yang lebih
utama, tukang sihir atau pendeta.' Kemudian dia mengambil batu seraya
berkata: 'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada
ajaran tukang sihir, bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang bisa lewat.'
Lalu binatang tersebut dilemparnya dengan batu, maka matilah binatang itu
kaum orang-orang pun bisa lewat lagi. Setelah itu dia pergi menemui
pendeta dan menceritakan kejadian tadi. Pendeta berkata 'Wahai anakku,
hari ini kamu lebih mulia daripada aku. Kini aku mengetahui apa yang telah
kamu ucapkan dan kamu akan diuji. Kalau kamu diuji, maka janganlah
kamu tunjukkan aku.' Selanjutnya pemuda tadi dapat menyembuhkan orang
buta, orang yang sakit kusta, dan segala penyakit. Keahliannya itu terdengar
oleh seorang menteri yang buta. Maka dia dipanggil dan akan diberi banyak
hadiah. Menteri itu berkata: 'Jika kamu dapat menyembuhkan aku, maka apa
yang ada di sini aku berikan kepadamu.' Pemuda tersebut berkata: 'Aku tidak
dapat menyembuhkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah
Allah. Jika engkau mau beriman kepada Allah, aku akan berdoa agar Dia
menyembuhkanmu.' Menteri mau beriman dan Allah menyembuhkannya.
Kemudian dia menghadap raja dan ikut bersidang seperti biasanya. Sang raja
bertanya kepadanya: 'Siapa yang mengembalikan penglihatanmu itu?'
Menteri menjawab: 'Tuhan saya.' Raja bertanya: 'Apakah kamu mempunyai
Tuhan selain aku?' Menteri menjawab. 'Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah
Allah.' Maka dia ditangkap dan disiksa terus sampai akhirnya dia menunjuk
kepada pemuda. Kemudian si pemuda diperintahkan menghadap, lalu raja
berkata kepadanya: 'Hai anakku, aku telah mendengar bahwa dengan
sihirmu, kamu bisa menyembahkan orang buta, sakit kusta, dan lain-lainnya.'
Pemuda itu berkata: 'Sesungguhnya saya tidak dapat menyembahkan siapa
pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah.' Maka dia ditangkap lalu
disiksa terus-menerus sehingga akhirnya dia menunjuk pendeta. Maka
pendeta dihadapkan, lalu dikatakan kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!'
Pendeta menolak, maka raja meminta gergaji, lalu diletakkan di tengah-
tengah kepala sang pendeta, lantas dibelahnya tubuh pendeta sampai
pinggangnya. Setelah itu menteri dipanggil, kemudian dikatakan kepadanya:
'Keluarlah dari agamamu!' tetapi menteri menolak. Maka dia pun dibelah
sampai pinggangnya. Kemudian si pemuda dihadapkan, lalu dikatakan
kepadanya: 'Keluarlah dari agamamu!' Pemuda itu menolak, maka dia
diserahkan kepada sekelompok pengikut raja, kemudian raja berkata:
'Bawalah dia ke gunung. Apabila kamu sudah sampai ke puncaknya, maka
jika dia mau keluar dari agamanya, (bawalah kembali), tetapi kalau tidak
mau, lemparkanlah dia!' Lantas mereka membawa pemuda itu ke puncak
gunung. Maka pemuda itu berdoa: 'Wahai Allah, jagalah aku dari kejahatan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (9 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.' Mendadak gunung itu bergetar
dan bergoncang dengan hebat sehingga mereka jatuh dan mati. Kemudian si
pemuda menemui raja, lalu raja bertanya: 'Apa yang terjadi dengan orang-
orang yang membawa kamu tadi?' Si pemuda menjawab: 'Allah melindungi
aku dari kejahatan mereka.' Maka pemuda itu diserahkan kepada
sekelompok yang lain, lalu raja berkata: 'Bawalah dia dengan perahu ke
tengah laut. Kalau dia mau keluar dari agamanya, maka bawalah dia pulang.
Tetapi jika dia tidak mau, maka lemparkanlah dia ke tengah laut!' Lantas
mereka membawa pemuda tersebut. Kemudian pemuda itu berdoa: 'Ya
Allah, jagalah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau
kehendaki.' Maka perahu yang mereka naiki itu terbalik dan mereka
tenggelam. Kemudian pemuda itu pergi menemui raja. Raja bertanya: 'Apa
yang terjadi dengan orang-orang yang membawa kamu tadi?' Si pemuda
menjawab: 'Allah melindungi aku dari kejahatan mereka. Sesungguhnya
kamu tidak dapat membunuhku kecuali jika kamu mau melakukan apa yang
aku perintahkan.' Raja bertanya: 'Apa perintahmu?' Si pemuda berkata:
'Kumpulkanlah orang-orang di suatu tempat yang tinggi, lalu saliblah aku
pada sebatang kayu. Setelah itu ambil anak panah dari tahung anak panahku,
kemudian letakkan di tengah-tengah busur, lalu bacalah: bismillahi
rabbilghulam (Dengan nama Allah, Tuhan si pemuda). Setelah itu baru
panahlah aku. Jika kamu mau mengerjakan perintahku itu, maka kamu dapat
membunuhku.' Raja bersedia melaksanakan perintah pemuda tersebut Orang-
orang dikumpulkan di suatu dataran tinggi, lalu pemuda itu disalib. Setelah
itu diambilnya sebatang panah dari tahungnya, kemudian diletakkannya di
tengah-tengah busur, lalu dibacalah bismillahi rabbilghulam. Pemuda itu
dipanah tepat pada pelipisnya. Si pemuda meletakkan tangannya di
pelipisnya yang terkena panah itu, lalu meninggal. Maka orang-orang
berkata: 'Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada
Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu.' Setelah
kejadian itu raja ditanya: 'Bagaimana pendapatmu tentang apa yang kamu
khawatirkan' Sungguh telah terjadi apa yang pernah kamu khawatirkan.
Orang-orang telah beriman.' Mendengar itu raja memerintahkan supaya
dibuatkan parit di mulut jalan yang di dalamnya dinyalakan api, lalu dia
berkata kepada para pengikutnya: 'Barangsiapa yang tidak mau keluar dari
agamanya, lemparkan ke dalam api itu (atau dikatakan kepada orang
tersebut: Terjunlah ke dalamnya).' Para pengikut itu melaksanakan
perintahnya sampai akhirnya tiba giliran seorang wanita yang membawa
seorang bayi. Dia tetap berdiri di tempatnya lantaran takut terjun ke dalam
api. Maka bayinya itu berkata: 'Ibu, tabahlah, karena kamu berada di pihak
yang benar!"' (HR Muslim)146

Demikianlah halnya wanita yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
sebelum masa diutusnya Nabi Muhammad saw. Dia lebih mengutamakan agama Allah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (10 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

yang hak atas segala-galanya dan dia mengorbankan jiwa raganya dengan harga yang
murah sekali demi kepentingan agama Allah.

B. SANGAT MENDAMBAKAN KESEMPURNAAN

Atha bin Rabah berkata: "Ibnu Abbas bertanya kepadaku: 'Maukah kamu
aku tunjukkan kepadamu seorang wanita calon ahli surga?' Aku jawab:
'Tentu saja.' Ibu Abbas berkata: 'Ini, wanita berkulit hitam ini pernah datang
kepada Nabi saw. dan berkata: "Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan,
dan aku khawatir auratku terbuka, sementara aku tidak sadar. Maka
tolonglah doakan pada Allah agar aku sembuh." Nabi saw. berkata: 'Jika
kamu bisa sabar menghadapinya, bagimu adalah surga, tapi kalau kamu
menginginkan kesembuhan, aku juga bisa mendoakannya kepada Allah agar
Dia berkenan menyembuhkanmu.' Wanita itu berkata: 'Saya akan coba
sabar.' Setelah itu wanita itu berkata lagi: 'Tetapi aku khawatir auratku
terbuka. Karena itu, doakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.'
Lantas Nabi saw. mendoakannya." (HR Bukhari dan Muslim)147

C. SENANG BERIBADAH

Anas bin Malik r.a. berkata: "Nabi saw. masuk masjid. Tiba-tiba beliau lihat
ada tali yang terbentang antara dua tiang masjid. Beliau bertanya: 'Tali apa
ini?' Para sahabat menjawab: 'Ini adalah tali milik Zainab. Apabila dia sudah
merasa lelah (beribadah) maka dia akan bergantung pada tali itu.' Nabi saw.
berkata: 'Tidak, lepaskan tali itu. Hendaklah salah seorang dari kalian
melaksanakan shalatnya dalam keadaan segar. Kalau sudah merasa lelah,
maka hendaklah dia shalat dalam keadaan duduk.'" (HR Bukhari dan
Muslim)148

Aisyah Berkata: "Nabi saw. datang menemui Aisyah. Ketika itu di samping
Aisyah ada seorang wanita. Nabi saw. bertanya: 'Siapa wanita ini?' 'Si
Fulanah yang sering disebut-sebut mengenai shalatnya.' Menurut riwayat
Muslim: 'Mereka menduga bahwa wanita itu tidak tidur pada malam
harinya.' Nabi saw. berkata: 'Cukup, laksanakanlah ibadah semampumu.
Demi Allah, Allah tidak pernah bosan sampai kamu merasa bosan
sendiri.' (HR Bukhari dan Muslim)149

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang laki-laki datang menemui Nabi saw. dan
berkata kepada beliau: 'Sesungguhnya saudara perempuanku bernazar akan
melaksanakan ibadah haji, tetapi dia sudah meninggal (sebelum sempat
melaksanakan nazarnya).' Nabi saw. berkata: 'Andaikan dia mempunyai
hutang, apakah kamu akan membayarnya?' Lelaki itu menjawab: 'Ya.' Nabi

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (11 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

saw. berkata: 'Bayarkanlah (tunaikanlah nazarnya) kepada Allah, karena


sesungguhnya Dia lebih berhak untuk dibayar!'" (HR Bukhari)150

Uqbah bin Amir berkata: "Saudara perempuanku bernazar akan berjalan ke


Baitullah. Dia menyuruhku meminta fatwa kepada Rasulullah saw.
mengenai masalahnya ini. Maka aku pun meminta fatwa kepada beliau.
Beliau berkata: 'Hendaklah dia berjalan dan berkendaraan.'" (HR Bukhari
dan Muslim)151

Hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa senangnya kaum wanita melaksanakan ibadah


dan itu merupakan sifat yang terpuji. Namun Rasulullah saw. --sebagai pembimbing
manusia ke jalan kebaikan-- tidak menyenangi sikap berlebihan seperti yang terlihat dalam
beberapa hadits di atas, sebagaimana beliau juga tidak menyenangi hal itu terjadi pada
kaum laki-laki seperti kasus Abdullah bin Umar ibnul Ash, Abu Darda, dan lain-lain. Kami
kira kaum wanita telah mematuhi pengarahan Rasulullah saw. sehingga mereka tetap rajin
beribadah, tetapi tidak berlebihan. Begitu juga halnya dengan kaum laki-laki. Semoga
Allah melimpahkan ridhanya bagi kita semua, baik kepada kaum laki-laki maupun wanita.

D. BERSEDEKAH DAN BERINFAK

Abu Sa'id al-Khudari berkata bahwa Rasulullah saw. selalu keluar pada hari
raya Adha dan hari raya Fitri. Beliau memulai dengan shalat. Setelah
menyelesaikan shalat dan mengucapkan salam, beliau berdiri menghadap
kaum muslimin yang sedang duduk di tempat shalat mereka masing-masing.
Jika beliau mempunyai hajat yang perlu disampaikan, beliau tuturkan
hajatnya itu kepada kaum muslimin. Atau kalau ada keperluan lain, maka
beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau pernah bersabda
(dalam khotbahnya): "Bersedekahlah kalian, bersedekahlah kalian,
bersedekahlah kalian!" Ternyata yang paling banyak memberikan sedekah
adalah kaum wanita. (HR Muslim)152

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Aku pernah mengikuti shalat Idul Fitri bersama
Nabi saw. Kemudian beliau datang membelah kerumunan mereka menuju ke
tempat jamaah wanita. Beliau disertai Bilal kemudian beliau bersabda:
'Bersedekahlah kalian (hai kaum wanita). Lalu Bilal membentangkan
pakaiannya.' Kemudian berkata: 'Marilah, demi bapak ibuku sebagai tebusan
kalian!' Mereka segera menjatuhkan gelang-gelang dan cincin-cincin ke atas
pakaian Bilal tadi." (HR Bukhari dan Muslim)153

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Bersegeranya wanita bersedekah meskipun


perhiasan mereka itu mahal harganya, sementara kondisi keuangan mereka
di kala itu sangat sulit, menunjukkan betapa tingginya tingkat keimanan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (12 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

mereka dan betapa besarnya keimanan mereka untuk mentaati perintah


Rasulullah saw. Semoga Allah meridhai mereka semua."154

E. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA (SELAGI MEREKA HIDUP DAN


SETELAH MEREKA WAFAT)

Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, berkata: "Ketika aku sedang duduk di
dekat Rasulullah saw., tiba-tiba muncul seorang perempuan menghampiri
beliau dan berkata: 'Sesungguhnya aku telah menyedekahkan seorang budak
perempuan untuk ibuku dan kini ibuku telah wafat. Rasulullah saw. berkata:
"Kamu berhak memperoleh pahala dan ambil kembali budak perempuan itu
untukmu sebagai warisan." Perempuan itu bertanya: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku itu masih mempunyai tanggungan hutang puasa
sebulan. Apakah aku boleh berpuasa menggantikannya?" Rasulullah saw.
menjawab: "Ya, berpuasalah kamu menggantikannya!" Perempuan itu
bertanya lagi: "Sesungguhnya ibuku itu belum pernah menunaikan ibadah
haji. Apakah aku bisa menggantikannya?" Rasulullah saw. menjawab: "Ya,
laksanakanlah ibadah haji untuk menggantikannya!" (HR Muslim)155

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Seorang perempuan pernah datang kepada


Rasulullah saw. dan berkata: 'Wahai Rasulullah sesungguhnya ibuku telah
meninggal dunia, sementara dia masih mempunyai hutang puasa nazar.
Apakah aku boleh berpuasa menggantikannya?' Rasulullah saw. menjawab:
'Bagaimana pendapatmu jika ibumu itu mempunyai hutang kepada
seseorang, lalu kamu membayarnya, bukankah yang demikian itu berarti
kamu telah melunasi hutangnya?' Perempuan itu menjawab: 'Ya.' Lalu Nabi
saw. berkata: 'Maka berpuasalah kamu untuk menggantikan ibumu!'" (HR
Bukhari dan Muslim)156

Ibnu Abbas berkata bahwa seorang perempuan dari keluarga Juhainah


datang menemui Nabi saw., lalu berkata: "Sesungguhnya ibuku bernazar
akan menunaikan ibadah haji, namun dia belum sempat melaksanakannya
sampai dia meninggal dunia. Apakah aku boleh melaksanakan haji untuk
menggantikannya?" Nabi saw. berkata: "Ya lakukanlah haji untuk
menggantikannya. Bukankah kalau ibumu mempunyai hutang, kamulah
yang harus membayarnya?" Maka bayarkanlah hutangnya kepada Allah,
sebab hutang kepada Allah itu adalah yang paling utama untuk
dibayar." (HR Bukhari)157

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (13 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Bentuk.html (14 of 14)12/12/2005 7:52:34


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

F. PENUH TAWAKAL KEPADA ALLAH

Jabir r.a. berkata: "Sesungguhnya kami pada hari terjadinya Perang Khandaq
bekerja menggali parit. Lalu terhalang oleh sebongkah tanah yang sangat
keras. Para sahabat pergi menemui Rasulullah saw. untuk menyampaikan hal
tersebut kepada beliau. Nabi saw. berkata: 'Aku akan turun tangan.'
Kemudian beliau berdiri, sedangkan ikat perutnya diganjal dengan batu.
Kami tinggal di sana selama tiga hari tanpa pernah memakan apa pun. Nabi
saw. mengambil cangkul, kemudian mencangkul tanah yang keras itu.
Akhirnya tanah itu hancur menjadi pasir. Aku berkata: 'Wahai Rasulullah,
izinkanlah aku kembali ke rumah. Lalu aku bertanya kepada istriku: 'Aku
telah melihat sesuatu pada Rasulullah saw. yang membuatku tidak tahan.
Apakah kamu mempunyau sesuatu (untuk dimakan)?' Istriku menjawab:
'Aku mempunyai gandum dan seekor kambing betina.' Lalu aku
menyembelih kambing itu, sedangkan istriku bertugas menggiling gandum,
sampai kami menaruh daging di dalam kuali. Kemudian aku pergi menemui
Rasulullah saw. Ketika adonan sudah lunak dan masakan di kuali yang
terletak diatas tungku sudah hampir matang, aku berkata: 'Ini adalah sedikit
makanan dariku, maka berdirilah, ya Rasulullah dan ajaklah makan satu atau
dua orang.' Beliau bertanya: 'Berapa banyak (makananmu)? Aku sebutkan
jumlah atau banyaknya kepada beliau. Beliau berkata: 'Oh banyak, bagus.'
Kemudian beliau berkata: 'Katakanlah kepada istrimu agar jangan
menurunkan kuali dan roti dari dapurnya sampai aku datang.' Setelah itu
beliau berkata: 'Berdirilah kalian!' Maka orang-orang Anshar dan Muhajirin
berdiri. Ketika Jabir masuk menemui istrinya, dia berkata: 'Kasihan kamu,
Nabi saw. datang dengan orang-orang Muhajirin, Anshar, dan lainnya.'
Istrinya bertanya: 'Apakah beliau sudah bertanya padamu?' Jabir menjawab:
'Ya, sudah.' Kemudian beliau berkata: 'Masuklah kalian semua dan jangan
berdesak-desakan!'" (HR Bukhari dan Muslim)158

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Nash hadits (istri Jabir bertanya: 'Apakah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (1 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

beliau sudah bertanya kepadamu?' Jabir menjawab: 'Ya.' Lalu beliau berkata:
'Masuklah kalian semua!') merupakan sejenis ringkasan. Sementara itu,
penjelasannya dapat ditemukan dalam riwayat Yunus bin Bakir dalam kitab
Ziyadatul Maghazi. Bunyi kitab itu adalah Jabir berkata: 'Aku merasa malu
yang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Dalam hati aku berkata:
"Semua makhluk datang untuk memakan hidangan yang hanya terdiri atas
segantang gandum dan seekor anak kambing betina." Lalu aku pergi
menemui istriku dan aku katakan kepadanya: "Aku merasa malu sekali
sebab Rasulullah saw. akan datang ke rumahmu dengan membawa semua
pasukan Khandaq." Istriku bertanya: "Apakah beliau sudah bertanya
kepadamu mengenai berapa banyak makananmu?" Aku jawab: "Ya, sudah."
Istriku berkata: "Allah dan Rasul-Nya tentu lebih mengetahui. Tugas kita
sekadar memberitahu apa yang ada pada kita." Ucapan istriku itu betul-betul
mengikis habis perasaan risau luar biasa yang menghantui benakku."
Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hal itu menunjukkan betapa
sempurnanya akal dan keutamaan istri Jabir."159

G. SABAR DALAM MENGHADAPI COBAAN

Dari Anas r.a., dia berkata: "Haritsah terbunuh pada hari Perang Badar,
sedangkan dia masih muda belia. Lalu ibunya datang kepada Nabi saw. dan
berkata: 'Wahai Rasulullah, sungguh engkau sudah tahu bagaimana
kedudukan Haritsah dengan diriku. Seandainya dia masuk surga, maka aku
akan bersabar dan mengharap pahala. Tetapi seandainya di tempat lain, apa
gerangan yang harus aku perbuat? --Dalam satu riwayat disebutkan: 'Dan
seandainya tidak seperti itu, aku akan berusaha memperjuangkannya dengan
tangis.'160 Rasulullah saw. berkata: 'Kasihan kamu, apakah kamu sudah
kehilangan akal dan pikiran (panik), ataukah kamu kira bahwa surga itu
hanya satu? Sesungguhnya surga itu banyak sekali, sedangkan Haritsah
berada di surga Firdaus.'" (HR Bukhari)161

H. KONSISTEN MENJAGA KEHORMATAN DIRI

Ibnu Umar r.a., dari Nabi saw., berkata bahwa beliau bersabda: "Ada tiga
orang laki-laki sedang berjalan-jalan dan tiba-tiba turun hujan lebat. Lalu
mereka masuk ke dalam satu gua yang terdapat di sebuah gunung. Tiba-tiba
jatuh batu besar sehingga menutup jalan keluar mereka." Nabi saw.
bersabda: "Lalu masing-masing berkata kepada yang lain: 'Berdoalah dengan
amal terbaik yang pernah kalian kerjakan!' Maka berdoalah salah seorang
dari mereka seraya berkata: 'Ya Allah, sesungguhnya aku dahulu
mempunyai ibu bapak yang sudah tua sekali. Setiap aku keluar untuk
menggembala, aku biasanya memerah susu, lalu susu itu aku bawa pulang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (2 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

dan aku berikan kepada kedua orang tuaku dan mereka meminumnya. Susu
itu juga aku berikan kepada anak-anak, keluarga, dan istriku. Pada suatu hari
aku pulang terlambat dan orang tuaku sudah tidur. Aku tidak suka
membangunkan mereka. Sementara anak-anak merengek dan menangis
kelaparan di dekat kedua kakiku. Hal itu terjadi pada diriku dan pada diri
mereka berdua sampai terbit fajar. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui
bahwa apa yang aku lakukan itu semata-mata karena mencari ridhaMu,
maka bebaskanlah kami sehingga kami bisa melihat langit.' Kemudian batu
bergeser sepertiganya. Orang kedua berdoa: 'Ya Allah, seandainya Engkau
tahu bahwa aku dahulu pernah mencintai salah seorang anak gadis pamanku
sebagaimana cinta yang sangat mendalam dan seorang laki-laki terhadap
seorang wanita --menurut riwayat Muslim: 'Aku minta supaya dia mau
melayani kemauan nafsuku. Tetapi dia tidak mau sampai aku bersedia
menahan diri selama satu tahun lamanya, maka setelah itu akan datang
kepadaku.'162-- Anak gadis pamanku itu berkata: 'Engkau tidak bakal
merenggut kegadisanku sehingga engkau bersedia memberiku seratus dinar.'
Aku pun berusaha mendapatkannya sehingga uang tersebut bisa
kukumpulkan. Maka tatkala aku sudah duduk di antara kedua kakinya, dia
berkata: 'Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah kamu merusak mahkota
kegadisanku kecuali dengan cara yang benar!' Aku segera berdiri dan
meninggalkannya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa apa yang aku
lakukan itu semata-mata karena mencari ridha-Mu, maka bebaskanlah kami.'
Maka Allah membebaskan mereka dari hambatan batu itu dua pertiganya.
Laki-laki yang ketiga berdoa: 'Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui
bahwa aku pernah mempekerjakan seseorang dengan upah satu gantang
jagung. Tetapi setelah aku serahkan upah itu, dia tidak mau mengambilnya.
Akhirnya aku mengambil jagung itu kembali, lalu menanamnya, sehingga
akhirnya dengan hasil panen jagung itu aku bisa membeli seekor sapi dan
penggembalanya. Kemudian orang tadi datang kepadaku dan berkata:
'Wahai hamba Allah, sekarang berikanlah hakku kepadaku.'Aku bilang:
'Pergilah menuju sapi itu dan penggembalanya. Keduanya menjadi milikmu.'
Orang itu berkata: 'Apakah kamu mempermainkanku?' Aku jawab: 'Aku
sama sekali tidak mempermainkanmu. Tetapi semua itu benar-benar aku
serahkan untukmu. Ya Allah, seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku
lakukan itu semata-mata untuk mencari ridha-Mu, maka bebaskanlah kami.'
Lalu Allah membebaskan mereka." (HR Bukhari dan Muslim)163

I. CEPAT MENGAKUI DOSA ATAU KESALAHAN

Abu Hurairah r.a. dan Zaid bin Khalid al-Jahmi berkata: "Seorang lelaki
datang menemui Nabi saw., lalu berkata: 'Demi Allah, aku tidak
mengharapkan apa-apa selain mengharapmu bersedia memutuskan perkara
kami berdasarkan Kitabullah.' Lalu lawan perkaranya berdiri --tampaknya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (3 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

dia lebih pintar daripada yang pertama-- seraya berkata: "Benar, berilah
kami putusan berdasarkan Kitabullah dan berilah aku izin, wahai
Rasulullah." Lantas Nabi saw. berkata: 'Katakanlah!' Orang itu berkata:
'Sesungguhnya anak lelakiku jadi pekerja di rumah keluarga saudara ini, lalu
anakku itu berbuat zina dengan istrinya. Lantas aku menebus perbuatan
anakku itu dengan seratus ekor kambing dan seorang pelayan. Dan
sesungguhnya aku sudah bertanya kepada beberapa orang alim. Mereka
memberikan jawaban bahwa anakku harus dicambuk seratus kali dan
diasingkan satu tahun, dan istri lelaki ini harus dirajam.' Nabi saw.
menjawab: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku
memberikan putusan mengenai perkara kalian ini berdasarkan Kitabullah.
Seratus kambing beserta pelayan dikembalikan kepadamu, dan anakmu
mendapatkan hukuman dera seratus kali serta diasingkan satu tahun. Wahai
Anis, pergilah kepada istri lelaki ini, lalu tanyailah dia. Jika dia mengaku,
maka rajamlah dia." Ternyata istri lelaki itu mengaku, lalu dia dirajam." (HR
Bukhari dan Muslim)164

Ibnu Abi Malikah mengatakan ada dua orang wanita sedang menjahit di
sebuah rumah. Sementara di dalam kamar ada orang-orang yang berbicara.
Lalu salah seorang dari wanita yang menjahit tadi keluar dalam keadaan
telapak tangannya tertusuk oleh jarum jahitnya. Dia mendakwa temannya
yang satu lagi sebagai penyebab kejadian itu. Akhirnya kasus ini diajukan
kepada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah saw. bersabda:
'Seandainya semua dakwaan manusia dikabulkan, niscaya akan habislah
darah suatu kaum dan harta benda mereka. Karena itu cobalah kalian
ingatkan/sadarkan wanita itu dan bacakan kepadanya ayat Allah tentang
sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah ... dan seterusnya.
Mereka segera mengingatkan wanita itu kepada Allah sesuai dengan
perintah Ibnu Abbas. Akhirnya wanita itu sadar dan mengakui
kesalahannya.'" (HR Bukhari)165

J. MINTA DIRAJAM DEMI MENYUCIKAN DIRI

Buraidah, dari bapaknya, berkata bahwa sesungguhnya Ma'iz bin Malik al-Aslami datang
menghadap Rasulullah saw. dan berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah
berbuat aniaya terhadap diriku sendiri. Aku telah melakukan perbuatan zina, dan aku
berharap semoga engkau bersedia menyucikan diriku ini." Tetapi Rasulullah saw. menolak
permintaannya itu. Keesokan harinya, Maiz datang lagi menghadap Rasulullah saw. dan
berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat zina." Untuk kedua kalinya
Rasulullah saw. menolak pengakuan Ma'iz. Beliau lalu mengirim seseorang kepada kaum
Ma'iz untuk menanyakan: 'Apakah kalian tahu bahwa dalam akal Ma'iz tidak beres dan
tidak bisa kalian terima?' Mereka menjawab: 'Sepanjang yang kami ketahui, akalnya tidak
terganggu dan kami melihatnya sebagai orang baik-baik.' Maiz datang lagi menghadap

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (4 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Rasulullah saw. untuk yang ketiga kali. Rasulullah saw. masih menolak pengakuannya.
Kemudian kembali mengirim utusan kepada kaum Ma'iz untuk menanyakan masalahnya.
Mereka kembali menjawab bahwa tidak ada masalah apa-apa dengan diri dan pikiran
Ma'iz. Tetapi ketika Ma'iz datang untuk keempat kalinya dengan maksud yang sama,
Rasulullah saw. memerintahkan supaya digalikan lobang untuk pelaksanaan hukuman
rajam atas diri Ma'iz. Perintah Rasulullah saw. itu segera dilaksanakan.

Buraidah berkata: 'Suatu ketika, ada seorang perempuan dari keluarga


Ghamidi datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku telah melakukan perbuatan zina, maka tolonglah sucikan
diriku." Tetapi Rasulullah saw. menolak pengakuan perempuan ini.
Keesokan harinya dia datang lagi dan berkata: "Wahai Rasulullah, kenapa
engkau tolak pengakuanku? Mungkin alasan engkau menolak pengakuanku
sama seperti ketika engkau menolak pengakuan Ma'iz. Demi Allah,
sesungguhnya aku ini sedang hamil." Rasulullah saw. berkata: 'Mungkin
juga tidak. Sekarang pulanglah dulu sampai kamu melahirkan.' Setelah
melahirkan, perempuan itu datang lagi menemui Rasulullah saw. sambil
membawa bayi laki-lakinya yang dibungkus dengan secarik kain. Dia
berkata. 'Inilah bayi yang telah kulahirkan.' Rasulullah saw. berkata:
'Pulanglah kamu dulu dan susukanlah dia sampai kamu menyapihnya.'
Setelah tiba masa menyapih, perempuan itu datang lagi kepada Rasulullah
saw. membawa bayinya. Di tangan bayi itu ada sepotong roti. Dia berkata:
'Ini, wahai Nabiyullah. Aku telah menyapih bayiku dan dia sudah bisa
memakan makanan.' Akhirnya Nabi saw. menyerahkan bayi tersebut kepada
salah seorang sahabat, kemudian beliau mengeluarkan perintah supaya
dilaksanakan hukuman terhadap perempuan itu. Perempuan itu lalu ditanam
sebatas dada. Selanjutnya Nabi saw. menyuruh orang-orang untuk
melemparinya dengan batu. Lalu datang Khalid binWalid membawa sebuah
batu, dan melempar perempuan itu tepat pada kepalanya. Darah dari kepala
perempuan itu muncrat sehingga mengenai muka Khalid, sehingga Khalid
mencela perempuan itu. Maka Rasulullah saw. berkata: 'Tenanglah wahai
Khalid. Demi yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya
perempuan ini telah bertobat dengan tobat yang apabila dilakukan oleh
seorang penarik pajak secara kejam, niscaya dia akan diampuni. Kemudian
Rasulullah saw. memerintahkan untuk mengurus mayit perempuan ini dan
beliau menyalatinya, lalu menguburkannya." (HR Muslim)166

Dari Imran bin Hushain dikatakan bahwa seorang wanita dari keluarga
Juhainah datang kepada Rasulullah saw. dalam keadaan hamil karena
perbuatan zina. Perempuan itu berkata: "Wahai Nabiyullah, aku telah
melakukan suatu perbuatan yang harus dihukum. Maka laksanakanlah
hukuman itu terhadapku." Nabi saw. memanggil wali wanita itu dan berkata:
"Berbuat baiklah kepadanya. Jika nanti dia sudah melahirkan, maka bawalah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (5 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

dia kepadaku!" Wali perempuan itu melaksanakan pesan Rasulullah saw.


dengan baik. Setelah melahirkan, dia pun membawanya kepada beliau.
Selanjutnya Rasulullah saw. menyuruh untuk mengikat perempuan itu
dengan kain dan segera dihukum rajam. Setelah meninggal dunia, beliau
menyalatinya. Umar ibnul Khattab bertanya: "Apakah engkau menyalatinya,
ya Nabiyullah. Padahal dia telah berbuat zina?" Nabi saw. menjawab:
"Sesungguhnya dia telah bertobat dengan sungguh-sungguh. Seandainya
tobat wanita ini dibagi-bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk
Madinah, maka hal itu masih cukup. Pernahkah kamu menemukan tobat
yang lebih baik dibandingkan apa yang dilakukan perempuan ini. Dengan
jujur dia menyerahkan dirinya supaya dilaksanakan hakuman Allah
atasnya?" (HR Muslim)167

Pasal 3. Kekuatan Pribadi Muslimah serta


Kesadarannya akan Hak dan Kewajiban
Ummu Salamah pernah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah saw.
berkata: "Wahai sekalian manusia!" Ummu Salamah berkata kepada tukang
sisirnya: "Coba tinggalkan aku dahulu!" Tukang sisir itu berkata: "Beliau
hanya memanggil kaum laki-laki, bukan kaum wanita." Ummu Salamah
berkata: "Aku juga termasuk manusia." (HR Muslim)168

A. KAUM WANITA MENUNTUT KESEMPATAN BELAJAR

Abu Sa'id berkata: "Seorang wanita datang menemui Rasulullah saw., lalu
berkata: 'Wahai Rasulullah, kaum lelaki bisa berangkat mendengarkan
ucapanmu --menurut satu riwayat169: 'Kaum wanita berkata kepada Nabi
saw.: "Kaum lelaki mengalahkan kami untuk dapat bersamamu" --Karena itu
sediakanlah olehmu satu hari untuk kami yang pada hari itu kami datang
menemuimu sehingga engkau bisa mengajarkan kepada kami apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu.' Rasulullah saw. menjawab: 'Berkumpullah
kalian pada hari ini dan ini.' Mereka pun berkumpul. Maka datanglah
Rasulullah saw. ke tempat mereka, lalu mengajarkan kepada mereka apa
yang telah diajarkan Allah kepada beliau. Selanjutnya beliau bersabda:
'Tidak seorang pun dari kalian yang didahului meninggal dunia oleh tiga
orang anaknya kecuali mereka itu akan menjadi dinding pencegah baginya
dari api neraka.' Lalu salah seorang dari kaum wanita itu bertanya: 'Kalau
hanya dua orang?' Abu Sa'id berkata: 'Pertanyaan ini diulangnya dua kali.'
Lalu Rasulullah saw. menjawab: 'Ya, dan dua, dan dua, dan dua.'" (HR
Bukhari dan Muslim)170

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (6 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hadits tersebut menunjukkan betapa antusiasnya istri-istri
para sahabat untuk mempelajari masalah-masalah agama."171 Benar, mereka betul-betul
antusias, tidak merasa cukup dengan hanya mendengarkan hadits-hadits bersama kaum
laki-laki di masjid. Bahkan mereka menuntut disediakannya waktu belajar khusus.
Kemudian sikap antusias mereka ini mendapat restu serta sambutan baik dan segera dari
Rasulullah saw.

B. ASMA BINTI SYAKL MENGESAMPINGKAN RASA MALU

Aisyah r.a. berkata bahwa Asma binti Syakl bertanya kepada Nabi saw.
mengenai mandi sehabis haid. Beliau bersabda: "Salah seorang di antara
kamu hendaklah mengambil air dan kapas atau secarik kain, lalu bersuci dan
membaguskan penyuciannya Kemudian tuangkanlah air ke kepala dan
gosoklah dengan keras sampai ke pangkal rambut. Selanjutnya siramkanlah
air ke badanmu dan ambillah kapas yang sudah diberi misk/minyak wangi,
lalu pergunakanlah untuk bersuci dengannya!" Asma bertanya: "Bagaimana
cara bersuci dengan kapas itu?" Nabi saw. menjawab: "Subhanallah, kamu
pakai kapas itu untuk bersuci." Kemudian Aisyah berkata dengan suara yang
agak dipelankan: "Kamu pergunakan kapas itu untuk menyeka bekas darah."
Asma bertanya lagi tentang mandi jinabah/junub. Beliau menjawab:
"Ambillah air, lalu bersucilah dengan baik atau sebaik mungkin. Kemudian
tuangkanlah air ke kepala dan gosoklah sampai ke pangkal rambut.
Kemudian siramkan air ke badan." Aisyah berkata: "Sebaik-baik wanita
adalah wanita Anshar. Mereka tidak terhalang oleh rasa malu dalam
mendalami masalah agama." (HR Muslim)172

C. SUBAI'AH BINTI AL HARITS BERUSAHA MENEMUKAN KEYAKINAN

Subai'ah binti al-Harits al-Aslamiyyah mengatakan bahwa dia ketika itu


masih di bawah tanggungan (istri) Sa'ad bin Khaulah yang berasal dari Bani
Amir bil Lu'ay. Dia termasuk salah seorang yang ikut pada Perang Badar.
Kemudian dia wafat pada waktu haji Wada', sementara Subai'ah ketika itu
sedang hamil. Tidak lama kemudian dia melahirkan. Tatkala masa nifasnya
sudah berhenti, dia mulai berdandan untuk orang-orang yang berminat
meminangnya. Lalu datang menemuinya Abul Basnabil bin Ba'kak --seorang
laki-laki dari Bani Abdid Daar-- yang berkata kepada Subai'ah: "Mengapa
aku melihatmu sudah mulai berdandan untuk para peminang? Apakah kamu
sudah ingin kawin? Demi Allah, kamu sebenarnya belum boleh kawin
sampai kamu melewati empat bulan sepuluh hari." Subai'ah berkata:
"Setelah berkata demikian kepadaku, maka aku segera mengumpulkan
pakaianku pada sore harinya, lalu aku pergi menemui Rasulullah saw. untuk
menanyakan masalah tersebut kepada beliau. Lalu beliau memberiku fatwa

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (7 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

bahwa aku sudah boleh kawin karena aku sudah melahirkan kandunganku,
dan beliau menyuruhku kawin jika aku telah menemukan jodoh yang cocok
bagiku." (HR Bukhari dan Muslim)173

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari kisah Subai'ah ini dapat ditarik
beberapa kesimpulan. Diantaranya tentang kecerdasan dan kepintaran
Subai'ah. Dia terus memikirkan fatwa yang disampaikan kepadanya hingga
akhirnya dia membawa masalah tersebut kepada Rasulullah saw. untuk
mendapatkan penjelasan yang benar mengenai hukumnya. Begitulah
seharusnya yang dilakukan oleh orang yang merasa ragu mengenai fatwa
yang disampaikan seseorang kepadanya, selama masalah itu masih bisa
diijtihadkan. Dia harus mencari nash yang jelas mengenai masalah itu.
Kesimpulan lain, bahwa seorang wanita boleh menanyakan langsung
masalah yang dihadapinya, walaupun menyangkut masalah yang dia
mungkin merasa malu bila diketahui oleh orang lain."174

D. SEORANG WANITA KHATS'AM MEMIKIRKAN HUKUM MENGHAJIKAN


BAPAKNYA

Abdullah bin Abbas berkata: "Nabi saw. memboncengkan Fadhal bin Abbas
di bagian belakang untanya pada hari-hari kurban. Lalu datang seorang
wanita dari keluarga Khats'am yang cantik sekali dan meminta fatwa kepada
Rasulullah saw. Wanita itu berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya
kewajiban Allah atas hambanya untuk melakukan haji datang pada saat
bapakku sudah tua dan tidak mampu lagi duduk tegak di atas kendaraan.
Apakah aku boleh melaksanakan haji untuk menggantikannya?' Nabi saw.
menjawab: 'Ya, boleh.'" (HR Bukhari dan Muslim)175

E. SEORANG WANITA MEMPERTAHANKAN HAK PEMILIHAN SUAMI

1. Khansa binti Khidam Mengadu karena Dikawinkan Padahal Dia Tidak Suka

Qasim mengatakan bahwa seorang perempuan dari putra Ja'far merasa


khawatir akan dikawinkan oleh walinya, padahal dia tidak suka. Lalu dia
mengirim utusan kepada dua orang tua dari kalangan Anshar untuk
menanyakan masalah itu. Kedua orang tua itu adalah Abdurrahman dan
Mujamma' putra-putra Jariyah. Mereka menjawab: "Kamu tidak usah
khawatir, sesungguhnya Khansa' binti Khidam pernah dikawinkan oleh
bapaknya, padahal dia tidak senang, lalu hal itu ditolak oleh Nabi saw.'" (HR
Bukhari)176

2. Barirah Mempertahankan Haknya Meskipun Ada Syafaat Nabi saw.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (8 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Aisyah, istri Nabi saw., berkata: "Mengenai Barirah terdapat tiga sunnah
(hukum). Pertama, setelah dia dimerdekakan, lalu dia bebas memilih
suaminya ..." (HR Bukhari dan Muslim)177

Ibnu Abbas mengatakan bahwa suami Barirah adalah seorang hamba/budak


yang bernama Mughits. Aku seolah-olah melihat Mughits bertawaf di
belakang Barirah sambil menangis dan air matanya mengalir sampai ke
jenggotnya. Lalu Nabi saw. berkata kepada Abbas: "Wahai Abbas, tidakkah
kamu heran melihat kecintaan Mughits kepada Barirah dan kebencian
Barirah kepada Mughits?" Selanjutnya Nabi saw. berkata kepada Barirah:
"Bagaimana kalau kamu ruju' padanya?" Barirah menjawab: "Wahai
Rasulullah, apakah ini perintah buatku?" Nabi saw. menjawab: "Aku sekadar
memberi syafaat (untuk suamimu)." Barirah berkata: "Aku sudah tidak butuh
lagi padanya." (HR Bukhari)178

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari kata-kata Barirah: 'Apakah ini perintah
untukku,' dapat disimpulkan bahwa Barirah tahu bahwa Nabi saw. itu wajib
dituruti. Karena itulah ketika Nabi saw. menyampaikan tawaran tadi kepada
Barirah, Barirah minta kejelasan apakah tawaran Nabi saw. itu perintah
sehingga harus ditururi, atau cuma masukan pendapat yang bisa dia pilih."
Al-Hafizh Ibnu Hajar menambahkan: "Dari hadits itu dapat pula
disimpulkan mengenai bolehnya tidak menerima masukan pendapat
seseorang selama hal itu tidak menyangkut sesuatu yang wajib. Juga terdapat
anjuran kepada hakim untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada
lawan perkara. Tetapi pertolongan itu jangan sampai menimbulkan mudarat
atau berbentuk paksaan. Juga tidak boleh mengata-ngatai atau memarahi
orang yang tidak menerima masukan pendapat seseorang, betapapun
tingginya kedudukan orang yang memberi masukan pendapat tersebut.
Hadits itu juga menunjukkan sopannya sikap Barirah. Dia tidak terang-
terangan menolak syafaat yang diajukan Nabi saw. Dia cuma berkata: "Aku
sudah tidak butuh lagi padanya." (maksudnya Mughits)179

3. Seorang Wanita Memilih Laki-laki yang Paling Mulia dan


Menawarkan Diri kepadanya

Sahal bin Sa'ad mengatakan bahwa seorang wanita datang menemui


Rasulullah saw., lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang untuk
menyerahkan diriku kepadamu." Tatkala wanita itu melihat Rasulullah saw.
tidak memutuskan sesuatu terhadap tawarannya itu, lantas dia duduk. (HR
Bukhari dan Muslim)180

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (9 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Tsabit al-Bannani berkata: "Pada suatu hari aku duduk di dekat Anas. Di
sampingnya ada putrinya. Lalu Anas berkata: 'Seorang wanita datang kepada
Rasulullah saw. untuk menawarkan dirinya kepada beliau. Wanita itu
berkata "Wahai Rasulullah, apakah engkau berminat padaku?" Lalu putri
Anas menimpali: "Alangkah sedikitnya rasa malu perempuan itu. Betul-betul
buruk, betul-betul buruk." Anas berkata: "Dia lebih baik daripadamu. Dia
senang kepada Nabi saw., lalu dia menawarkan dirinya kepada beliau."" (HR
Bukhari)181

Al-Bukhari mengemukakan hadits ini dalam bab seorang wanita


menawarkan dirinya kepada seorang laki-laki yang saleh. Sementara dalam
Kitab Fathul Bari disebutkan: "Ibnul Munir berkata dalam kitab Al-Hasyiah:
"Di antara kehebatan Bukhari bahwa ketika dia tahu ada khushushiah/
kekhususan dalam kisah seorang wanita yang menyerahkan dirinya ini, dia
mencoba meng-istinbath hadits tersebut untuk perkara yang bukan
khushushiah. Artinya, bahwa seorang wanita diperbolehkan menawarkan
dirinya kepada seorang laki-laki yang saleh karena tertarik oleh
kesalehannya. Maka hal itu diperbolehkan."182

Sementara al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari hadits mengenai seorang


wanita yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah saw. itu dapat diambil
kesimpulan bahwa seorang wanita yang ingin kawin dengan laki-laki yang
lebih tinggi kedudukannya daripadanya tidaklah aib sama sekali. Apalagi
kalau tujuannya baik dan maksudnya benar. Boleh jadi karena kelebihan
agama laki-laki yang mau dilamar atau karena keinginan dan hawa nafsu
yang apabila didiamkan saja dikhawatirkan dia bisa terjebak ke dalam
sesuatu yang dilarang agama."183

Kemudian Ibnu Daqiq al-'Id berkata pula: "Hadits tersebut bisa dijadikan
dalil mengenai bolehnya seorang wanita menawarkan dirinya kepada
seseorang yang diharapkan keberkahannya."184

F. SEORANG WANITA MEMPERTAHANKAN HAK BERPISAH DENGAN


SUAMINYA

Hadits yang membicarakan kedudukan wanita dalam keluarga telah disebutkan


sebelumnya. Namun, hal itu saya ulang kembali guna lebih menegaskan masalah hak
wanita yang banyak ditentang orang, yaitu hak untuk memilih calon suaminya. Adapun
penjelasan rinci mengenai kedua hak tersebut akan saya ketengahkan dalam pembahasan
masalah keluarga. Insya Allah.

1. Istri Tsabit bin Qais Mempertahankan Hak Perceraian

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (10 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Ibnu Abbas berkata: "Istri Tsabit bin Qais datang menemui Nabi saw, lalu
berkata: 'Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit menyangkut akhlak
atau agamanya. Cuma saja aku khawatir akan berbuat kufur (mengkufuri
kenikmatan pergaulan dengan suami).' Lalu Rasulullah saw. berkata:
'Apakah kamu bersedia mengembalikan kebunnya?' Dia menjawab: 'Ya.'
Lalu istri Tsabit mengembalikan kebun milik Tsabit, dan setelah itu Nabi
saw. menyuruh Tsabit menceraikan istrinya." (HR Bukhari)185

2. Atikah binti Zaid Mempertahankan Hak Menghadiri Shalat Jamaah

Ibnu Umar berkata: "Adalah istri Umar ibnul Khattab senantiasa mengikuti
shalat subuh dan isya secara berjamaah di masjid. Salah seorang sahabat
bertanya kepadanya: 'Mengapa kamu keluar juga padahal kamu tahu bahwa
Umar tidak suka hal itu dan dia akan merasa cemburu?' Istri Umar
menjawab: 'Lalu apa yang menghalangi Umar sehingga dia tidak mau
melarangku?' Sahabat itu menjawab: 'Yang menghalangi Umar sehingga dia
tidak berani melarangmu adalah sabda Nabi saw. yang berbunyi: 'Janganlah
kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah untuk mendatangi masjid-
masjid Allah.'" (HR Bukhari)186

Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Abdurrazzaq bin Mu'ammar meriwayatkan dari


az-Zuhri, dia berkata: '... ketika peristiwa Umar ditusuk, Atikah sedang
berada di masjid.'"187

G. SEORANG WANITA BERKARYA UNTUK MENDAPATKAN UANG

1. Zainab binti Jahsy Berkarya dengan Keterampilan Tangannya Sendiri dan


Bersedekah

Aisyah r.a. berkata: "... ternyata yang terpanjang tangannya di antara kami
adalah Zainab sebab dia sudah biasa berusaha dengan tangannya sendiri dan
bersedekah." (HR Muslim)188

Jabir mengatakan bahwa Nabi saw. datang menemui istri beliau, Zainab,
yang kebetulan waktu itu sedang menyamak kulit ... (HR Muslim)189 Al-
Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitab Al-Fath bahwa al-Hakim
meriwayatkan dalam kitab Al-Mustadrak --dia berkata menurut syarath
Muslim-- bahwa Zainab binti Jahsy adalah seorang wanita perajin. Dia ahli
menyamak dan menjahit kulit dan dengan hasil usahanya itu dia bersedekah
pada jalan Allah."190

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (11 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

2. Zainab Istri Ibnu Mas'ud Berusaha Sendiri serta Menafkahi Suami dan
Anak Yatim

Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud, berkata: "Pada suatu waktu aku berada di
masjid, lalu aku melihat Nabi saw. Beliau bersabda: 'Bersedekahlah kalian
(hai kaum wanita) meskipun dengan perhiasan kalian!' Sedangkan Zainab
sendirilah yang memberi nafkah (suaminya) Abdullah dan anak-anak yatim
yang dia pelihara. Zainab berkata: 'Lalu aku pergi menemui Nabi saw. Aku
temukan seorang wanita Anshar berada di dekat pintu masuk rumah Nabi
saw. dan keperluarmya sama dengan keperluanku. Lalu lewat Bilal dekat
kami, dan kami berkata kepadanya: "(Hai Bilal), tanyakanlah pada Nabi
saw., apakah sah bila aku memberikan nafkah kepada suami dan anak-anak
yatim yang aku pelihara?" Bilal pun masuk dan menyampaikan pertanyaan
aku itu kepada Nabi saw. Beliau menjawab: 'Ya, sah, dan baginya dua
pahala: pahala kerabat dan pahala bersedekah.'" (HR Bukhari dan Musliml)
191

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Tawakal.html (12 of 12)12/12/2005 7:52:41


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

H. KAUM WANITA MENGHADIRI PERTEMUAN UMUM DI MASJID

Fathimah binti Qais, dia berkata: "Muadzin mengumandangkan seruan ash-


shalatu jami'ah (kalimat ini disamping untuk memanggil orang untuk shalat,
juga digunakan untuk memanggil orang-orang supaya berkumpul). Aku pun
ikut berangkat bersama orang-orang lain. Ketika itu aku berada pada barisan
terdepan dari kaum wanita, yaitu persis setelah barisan terakhir dari kaum
laki-laki." (HR Muslim)192

1. Ummu Kaltsum binti Abu Mu'ith Berhijrah untuk Menyelamatkan Agama

Marwan dan Miswar bin Makhramah, dari sahabat-sahabat Rasulullah saw.,


mengatakan bahwa wanita-wanita mukminat yang berhijrah ke Madinah
sudah tiba dan Ummu Kaltsum binti Uqbah bin Abu Mu'ith adalah di antara
mereka bergabung bersama Rasulullah saw. Ketika itu Ummu Kaltsum
masih muda belia. Lalu datang keluarganya meminta kepada Nabi saw.
supaya beliau mengembalikan Ummu Kaltsum kepada mereka. Akan tetapi,
permohonan mereka itu ditolak oleh Rasulullah saw." (HR Bukhari)193

2. Ummu Haram Memohon Mati Syahid Bersama Pasukan Marinir

Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw. setiap pergi ke Quba' selalu
mampir di rumah Ummu Haram binti Milhan. Ummu Haram pun menjamu
Rasulullah saw. Ketika itu dia adalah istri Ubadah bin Shamit. Pada suatu
hari Rasulullah saw. mampir ke rumah Ummu Haram dan menjamu beliau.
Beliau tidur di sana. Kemudian ketika bangun, beliau tersenyum. Ummu
Haram berkata: 'Apa yang membuatmu tersenyum, wahai Rasulullah?'
Beliau menjawab: 'Beberapa orang dan umatku diperlihatkan kepadaku
sedang berperang di jalan Allah. Mereka mengarungi lautan ini bagaikan
raja-raja di atas singgasananya ...' Ummu Haram berkata: '(Ya Rasulullah),

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (1 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

doakanlah kepada Allah supaya Allah menjadikan aku di antara mereka.'


Lalu beliau mendoakannya. Kemudian beliau menyandarkan kepalanya, dan
tertidur kembali. Ketika bangun beliau kembali tersenyum. Ummu Haram
bertanya: 'Apa yang membuatmu tersenyum, wahai Rasulullah?' Beliau
menjawab: 'Beberapa orang dari umatku diperlihatk-an kepadaku sedang
berperang di jalan Allah.' --Menurut satu riwayat194: 'Pasukan pertama dari
umatku yang menggempur kota Kaisar, semoga Allah mengampuni
mereka.'-- Aku berkata: '(Ya Rasulullah), doakanlah kepada Allah supaya
Dia jadikan aku di antara mereka.' Nabi saw. menjawab: 'Kamu termasuk di
antara para pendahulunya.' Kemudian Ummu Haram mengarungi lautan
pada masa Mu'awiyah berkuasa. Ketika mendarat dari laut dia terjatuh dari
tunggangannya sehingga dia meninggal dunia." (HR Bukhari dan Muslim)195

3. Ummu Hani Melindungi Prajurit dan Mengadukan Pencegahan oleh


Saudara Laki-lakinya

Ummu Hani binti Abu Thalib berkata: "Aku pergi menemui Rasulullah saw.
pada tahun penaklukan kota Mekah, lalu aku mengucapkan salam kepada
beliau .... Beliau menjawab: 'Selamat datang Ummu Hani.' Aku berkata:
'Wahai Rasulullah, saudaraku Ali (bin Abu Thalib) mengaku bahwa dia
sedang memburu (memerangi) laki-laki yang telah aku lindungi
keselamatannya, yaitu fulan bin Hubairah.' Rasulullah saw. menjawab:
'Akulah yang akan melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu
Hani."' (HR Bukhari dan Muslim)196

4. Hindun binti Utbah Mengucapkan Selamat kepada Rasulullah saw. Setelah


Dia Masuk Islam

Aisyah berkata: "Hindun binti Utbah datang, lalu dia berkata: 'Wahai
Rasulullah, dahulu tidak ada di permukaan bumi ini penghuni tenda (rumah)
yang sangat aku harapkan supaya dia hina melebihi penghuni tendamu.
Tetapi saat ini malah tidak ada di permukaan bumi ini penghuni tenda yang
sangat aku dambakan supaya dia mulia melebihi penghuni tendamu.' Nabi
saw. menjawab: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya semoga
kamu begitu pula ...'" (HR Bukhari dan Muslim)197

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hadits tersebut menunjukkan betapa


sempurnanya akal Hindun dan betapa hebatnya dia bertutur kata."198

5. Ummu Aiman Gelisah dan Sedih karena Putusnya Wahyu dengan


Wafatnya Nabi saw.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (2 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

Anas berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar sesudah wafatnya


Rasulullah saw.: 'Ayo kita berangkat ke rumah Ummu Aiman untuk
menziarahinya sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw.
dahulu.' Sesampainya kami di sana, dia menangis. Keduanya berkata kepada
Ummu Aiman: 'Apa yang membuatmu menangis? Apa yang ada di sisi
Allah lebih baik untuk Rasul-Nya.' Ummu Aiman menjawab: 'Aku menangis
bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagi
Rasul-Nya. Yang membuatku menangis ialah bahwa wahyu kini sudah
terputus dari langit.' Jawaban Ummu Aiman itu mengguncang batin Abu
Bakar dan Umar sehingga keduanya ikut pula menangis bersama Ummu
Aiman." (HR Muslim)199

6. Zainab binti al-Muhajir Berdialog dengan Abu Bakar

Qais bin Abi Hazim berkata: "Abu Bakar bertemu dengan seorang wanita
dari Kabilah Ahmas, namanya Zainab binti al-Muhajir. Abu Bakar melihat
wanita itu tidak mau berbicara, lalu Abu Bakar bertanya: 'Mengapa dia tidak
mau berbicara?' Mereka menjawab: 'Dia bernazar melakukan haji secara
membisu.' Abu Bakar berkata kepada wanita itu: 'Berbicaralah! Perbuatanmu
seperti ini tidak boleh, itu adalah perbuatan jahiliah.' Lalu wanita itu
berbicara dengan bertanya: 'Siapa engkau?' Abu Bakar menjawab: 'Salah
seorang dari kaum Muhajirin.' Wanita itu bertanya: 'Orang Muhajirin yang
mana?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Kabilah Quraisy.'Wanita itu terus
bertanya: 'Dari Kabilah Quraisy yang mana kamu?' Abu Bakar menjawab:
'Kamu ini banyak tanya. Aku adalah Abu Bakar.' Wanita itu terus bertanya:
'Apa yang bisa membuat kami tetap pada perkara/jalan yang benar yang
didatangkan oleh Allah sesudah zaman jahiliah ini?' Abu Bakar menjawab:
'Yang bisa membuat kalian tetap padanya ialah selagi para pemimpin kalian
(konsisten pada jalan yang benar) bersama kalian.' Wanita itu masih
bertanya: 'Siapakah yang dikatakan para pemimpin itu?' Abu Bakar
menjawab: 'Bukankah kaummu memiliki para pembesar dan tokoh yang
apabila mereka memerintahkan sesuatu, lalu kaumnya menaatinya?' Wanita
itu menjawab: 'Ya, benar.' Abu Bakar berkata: 'Mereka itulah pemimpin bagi
semua orang."' (HR Bukhari)200

7. Hafshah binti Umar Menyadarkan Abdullah bin Umar

Nafi berkata: "Ibnu Umar bertemu dengan Ibnu Sha'id di suatu jalan di
Madinah, kemudian Ibnu Umar mengeluarkan satu kata yang membuat Ibnu
Sha'id marah sejadi-jadinya. Kemudian Ibnu Umar pergi ke rumah Hafshah
yang telah mendengar kejadian itu. Hafshah berkata kepada Ibnu Umar:
'Semoga Allah memberimu rahmat. Apa yang kamu kehendaki dari Ibnu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (3 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

Sha'id? Bukankah kamu tahu bahwa Rasulullah saw. pernah berkata: 'Dia
hanya keluar untuk melepaskan marah yang melandanya?'" (HR Muslim)201

8. Ummu Ya'qub Berdialog dengan Abdullah bin Mas'ud

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Allah melaknati para wanita pembuat tato
dan para wanita yang minta dibuatkan tato, para wanita yang mencabuti alis
mata, para wanita yang menggerinda giginya untuk tujuan kecantikan, serta
wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah." Ucapan Abdullah bin Ma'sud
itu sampai ke telinga seorang wanita dari Bani Asad, namanya Ummu
Ya'qub. (Ketika itu dia sedang membaca Al-Qur'an)202 Lalu dia datang
menemui Abdullah bin Mas'ud dan berkata: "Telah sampai kepadaku berita
bahwa kamu melaknati yang begini dan yang begini." Abdullah bin Mas'ud
berkata: "Mengapa aku tidak boleh melaknati orang yang dilaknati
Rasulullah saw. dan orang yang terdapat sebutannya dalam Kitabullah?"
Ummu Ya'qub berkata: "Sungguh aku telah membaca Kitabullah dari awal
sampai ujungnya, namun aku tidak menemukan apa yang kamu katakan itu."
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Seandainya kamu membaca Kitabullah
dengan baik, pasti kamu sudah menemukannya. Tidakkah kamu pernah
membaca: 'Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa
yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah?"' Ummu Ya'qub berkata: "Ya, aku
sudah membacanya." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya
Rasulullah saw. melarang perbuatan tersebut." Ummu Ya'qub berkata:
"Tetapi aku melihat keluargamu melakukannya." Abdullah bin Mas'ud
menjawab: "Pergilah dan lihat sendiri (bagaimana keluargaku)." Akhirnya
Ummu Ya'qub pergi dan melihat langsung keluarga Abdullah bin Mas'ud,
tetapi dia tidak melihat sedikit pun apa yang dia inginkan. Setelah itu
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Seandainya keluargaku melakukan hal itu,
pasti aku tidak mau berkumpul dengannya." (HR Bukhari dan Muslim)203

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Ada yang mengatakan bahwa Ummu Ya'qub
memang pernah melihat istri Abdullah melakukannya. Akan tetapi karena
Abdullah bin Mas'ud tidak suka, maka dia lantas menghilangkannya. Karena
itulah ketika Ummu Ya'qub datang lagi untuk melihatnya, dia tidak melihat
lagi apa yang pernah dia lihat sebelumnya."204 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata
pula: "Koreksi Ummu Ya'qub terhadap Abdullah bin Mas'ud dengan
menyebut keluarganya menunjukkan bahwa dia menyadari kesalahannya."205

9. Ummu Darda Menentang Beberapa Perilaku Khalifah Abdul Malik bin


Marwan

Zaid bin Aslam mengatakan bahwa sesungguhnya Abdul Malik bin Marwan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (4 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

mengirim beberapa peralatan rumah tangga kepada Ummu Darda. Pada


suatu malam, Abdul Malik terbangun, lalu dia memanggil pelayannya.
Karena pelayan itu terlambat menyahut panggilannya, Abdul Malik memaki-
makinya. Pada pagi besoknya, Ummu Darda berkata: "Aku dengar semalam
kamu mengutuki pelayanmu ketika kamu memanggilnya. Aku pernah
mendengar Abu Darda mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata: 'Orang-
orang yang biasa mengutuk tidak bisa mendapat syafaat dan tidak bisa
menjadi saksi pada hari kiamat.'" (HR Muslim)206

Masih banyak lagi contoh lain yang menunjukkan kekuatan kepribadian wanita muslimah
dan kesadarannya akan hak dan kewajibannya. Contoh-contoh tersebut tersebar dalam
berbagai pasal buku ini. Dapat kami sebutkan beberapa contohnya sebagai berikut:

● Ummu Salamah memberikan masukan pendapat yang sangat berharga kepada


Rasulullah saw. pada peristiwa Hudaibiah.
● Perdebatan Khaulah binti Tsa'labah dengan Rasulullah saw. mengenai suaminya
yang menzhiharnya.
● Asma binti Umais menentang Umar ibnul Khattab yang menganggap kecil nilai
hijrah warga perahu.
● Ummu Salamah menentang Umar ibnul Khattab yang tidak menyenangi istri-istri
Nabi saw. mengajukan pendapat mereka kepada beliau.
● Keikutsertaan Asma binti Abu Bakar dalam shalat gerhana bersama wanita-wanita
lainnya sehingga dia hampir pingsan.
● Ketegaran Ummu Sulaim ketika memberitakan kematian putranya kepada suaminya.
● Kesiapan Ummu Sulaim menghadapi berbagai risiko dan bahaya keikutsertaannya
dalam berjihad.
● Perhatian Hafshah binti Umar terhadap krisis kekhalifahan setelah kematian
ayahnya.
● Asma binti Abu bakar menentang keangkuhan al-Hajjaj.
● Pelurusan pemahaman oleh Aisyah terhadap para sahabat.
● Fathimah binti Qais meluruskan pendapat yang mengatakan wajibnya wanita yang
sudah ditalak tiga tinggal di rumah suaminya selama menjalani masa 'iddah.

Pasal 4. Pasal Keempat. Kepribadian Wanita


Di dalam Al-Qur'an disebutkan beberapa kepribadian wanita yang mempunyai kedudukan
terpandang. Mereka terkenal pada masa nabi-nabi terdahulu. Begitu pula halnya dalam
Sunnah, banyak ditemukan kisah-kisah para sahabat wanita yang mulia di samping
kepribadian dua orang wanita terpandang dari zaman Ibrahim a.s..

Saya kira kisah-kisah mengenai para wanita suci ini akan lebih memperjelas keterangan
tentang kepribadian wanita muslimah yang telah dibebaskan dan diangkat kedudukannya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (5 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

oleh Islam sehingga banyak dari mereka yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang
sangat tinggi.

A. SARAH ISTRI IBRAHIM A.S.

1. Kecantikan yang Luar Biasa

Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Ibrahim a.s. hijrah
bersama Sarah. Dia memasuki satu desa yang dikuasai oleh seorang raja
yang tergolong tirani. Dikabarkan kepadanya bahwa Ibrahim datang bersama
seorang wanita yang sangat cantik.207 Lalu raja itu memanggilnya." (HR
Bukhari dan Muslim)208

2. Tenang Menghadapi Cobaan

Hadits berikut ini merupakan lanjutan hadits di atas. Lalu raja itu
menyuruhnya datang menghadap. Utusan itu bertanya: "Wahai Ibrahim,
siapakah perempuan yang bersamamu ini?" Ibrahim menjawab:
"Saudaraku." Kemudian Ibrahim menemui Sarah dan berkata: "Ucapanmu
jangan berbeda dengan ucapanku, sebab aku telah memberitahu mereka
bahwa kamu adalah saudara perempuanku. Demi Allah (aku terpaksa
berdusta) karena di sini tidak ada orang mukmin selain aku dan kamu."
Kemudian raja mengirim utusan untuk membawa Sarah.

3. Penuh Tawakal kepada Allah

Lanjutan hadits di atas, kemudian raja mengirim utusan kepada Ibrahim


untuk membawa Sarah. Lalu raja berdiri ke dekat Sarah, sementara Sarah
berdiri untuk berwudhu, lalu shalat. Sarah berdoa: "Ya Allah, seandainya
aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan Engkau menjaga
kemaluanku kecuali terhadap suamiku, maka janganlah Engkau kuasakan
orang kafir atas diriku." Raja seperti orang sekarat dengan mengeluarkan
suara seperti orang mendengkur dan kakinya bergerak-gerak.

4. Pintar dan Memahami Risiko yang Dihadapi

Lanjutan hadits di atas, Sarah berkata: "Ya Allah, jika dia mati, maka orang
akan berkata: 'Dialah yang telah membunuhnya.' Maka sadarkanlah dia."
Kemudian raja berdiri menghampiri Sarah, dan Sarah juga berdiri untuk
berwudhu dan shalat, kemudian berdoa: "Ya Allah, seandainya aku beriman
pada-Mu dan pada Rasul-Mu dan Engkau menjaga kemaluanku, kecuali
terhadap suamiku, maka janganlah Engkau kuasakan orang kafir ini atas

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (6 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

diriku." Raja kembali seperti orang sakarat, mendengkur, dan menggerak-


gerakkan kakinya. Kemudian Sarah berkata: "Ya Allah, jika dia mati, maka
orang akan berkata: 'Sarah telah membunuhnya.'" Maka sadarkanlah dia
untuk kedua dan ketiga kalinya.

5. Allah Memuliakan Sarah

Lanjutan hadits di atas, (melihat keadaan dirinya) raja berkata: "Demi Allah,
yang kalian kirim kepadaku ini hanyalah setan. Kembalikanlah dia kepada
Ibrahim dan berikanlah Hajar kepadanya." Lalu Sarah kembali kepada
Ibrahim a.s. seraya berkata: "Tahukah kamu bagaimana Allah menghinakan
si kafir itu dan memberi kita seorang pelayan?" (HR Bukhari dan Muslim)209

6. Ikut Menerima Tamu dan Berita Gembira dari Para Malaikat

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang


kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
'Salaman (selamat).' Ibrahim menjawab: 'Salamun (selamat)', maka tidak
lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ihrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: 'Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. 'Dan istrinya berdiri (di
balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita
gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya)
Ya'qub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan
melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-
benar suatu yang sangat aneh. 'Para malaikat ini berkata: 'Apakah kamu
merasa heran tentang ketetapan Allah? (Ini adalah) rahmatAllah dan
keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah
Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (Hud: 69-73)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (7 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hadir.html (8 of 8)12/12/2005 7:52:48


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 3

201 Muslim, Kitab Fitnah (bencana) dan tanda-tanda kiamat, Bab Kisah Ibnu Shayyad,
jilid 8, hlm. 194.

202 Nash ini menurut versi Muslim.

203 Bukhari, Kitab: Talsir surat al-Hasyr, Bab: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah dia," jilid 10, hlm. 254. Muslim, Kitab: Pakaian dan perhiasan, Bab:
Diharamkan perbuatan menyambung dan minta disambungkan rambut, jilid 6, hlm. 166.

204 Fathul Bari, jilid 10, hlm. 255.

205 Fathul Bari, jilid 12, hlm. 496.

206 Muslim, Kitab: Kebajikan, hubungan kekeluargaan, dan etika, Bab: Larangan mencaci
maki binatang ternak dan lainnya, jilid 8, hlm. 24.

207 Gambaran tentang kecantikan Sarah terdapat dalam sabda Nabi saw. yang berbunyi:
Yusuf (dan ibunya) diberi sebagian kecantikan. Maksudnya Sarah. Lihat Shahih al-Jami'
ash-Shaghir, hadits no. 1074.

208 Bukhari, Kitab: Jual beli, Bab: Membeli budak dari orang kafir yang harus diperangi,
menghibahkan dan memerdekakannya, jilid 5,hlm. 316. Muslim, Kitab: Keutamaan-
keutamaan, Bab: Keutamaan Ibrahim a.s., jilid 7, hlm. 98.

209 ibid

210 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Firman Allah: "Dan Allah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (1 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

mengambil Ibrahim sebagai kekasih," jilid 7, hlm. 216.

211 ibid, hlm. 208 - 212.

212 ibid

213 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: "Dan (ingatlah) ketika
malukat (Jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu ..., jilid 7,
hlm. 281-282. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-
keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 132.

214 Bukhari, Kitab: Permulaan wahyu, Bab: Yahya bin Bakar menceritakan kepada kami,
jilid 1, hlm. 24. Muslim, Kitab: Iman, Bab: Permulaan wahyu kepada Rasulullah saw., jilid
1, hlm. 97.

215 ibid

216 Bukhari, Kitab: Permulaan wahyu, Bab: Yahya bin Bakar menceritakan kepada kami,
jilid 1, hlm. 24. Muslim, Kitab: Iman, Bab: PermulaanWahyu kepada Nabi saw., jilid 1,
hlm. 97.

217 Disadur dari Fathul Bari, jilid 8, hlm. 137.

218 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah
dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 137.

219 Disadur dari Fathul Bari, jilid 8, hlm. 137.

220 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan


Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 134.

221 ibid

222 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah
dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 136. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 134.

223 ibid

224 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 141.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (2 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

225 Bukhari, Kitab: Managib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah
dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 138. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm. 133.

226 Bukhari, Kitab. Shalat, Bab: Seorang wanita membuang dari mushalla sesuatu yang
bisa mengganggu, jilid 2, hlm. 141. Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Gangguan
yang diterima Nabi saw. dari orang-orang musyrik dan munafik, jilid 5, hlm. 179.

227 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Memakai topi baja jilid 60 hlm. 437. Muslim, Kitab:
Jihad, Bab: Perang Uhud, jilid 5, hlm. 178.

228 Bukhari, Kitab: Kewajiban seperlima, Bab: Pertama, jilid 3, hlm. 3. Muslim, Kitab:
Minuman, Bab: Pengharaman khamar, jilid 6, hlm. 85.

229 Bukhari, Kitab: Nafkah dan keutamaan memberikan nafkah kepada keluarga, Bab:
Bekerjanya seorang wanita di rumah suaminya, jilid 11, hlm. 433. Muslim, Kitab: Dzikir,
doa, tobat, dan istigfar, Bab: Tasbih di permulaan siang dan di waktu mau tidur, jilid 8,
hlm. 84.

230 Fathul Bari, jilid 13, hlm. 366.

231 Bukhari, Kitab Kewajiban seperlima,Bab: Apa yang disebutkan mengenai baju besi,
tongkat, dan pedang Nabi saw., jilid 7, hlm. 22.

232 Bukhari, Kitab Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Kisah mengenai semenda
Nabi saw., di antara mereka adalah Abu al-Ash bin Rabi, jilid 8, hlm. 87. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah, putri Nabi
saw., jilid 7, hlm. 142.

233 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan


anggota keluarga Nabi saw., jilid 7, hlm. 130.

234 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 440.

235 Bukhari, Kitab: Minta izin, Bab: Orang yang berbisik di hadapan orang banyak dan
orang yang tidak mau menceritakan rahasia temannya, jilid 13, hlm. 322. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah putri Nabi
saw., jilid 7, hlm. 142.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (3 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

236 Fathul Bari, jilid 9, hlm. 200.

237 Bukhari, Kitab: Jual beli, Bab: Apa yang disebutkan mengenai pasar, jilid 5, hlm. 244
Muslim, Kitab: Keutamaan-Keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Hasan
dan Husain r.a., jilid 7, hlm. 130.

238 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Menyayangi anak, mencium, dan merangkulnya, jilid 13,
hlm. 32.

239 Bukhari, Kitab: Manaqib, bab: Tanda-tanda kenabian, jilid 7, hlm. 440. Muslim,
Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Fathimah putri
Nabi saw., jilid 7, hlm. 142.

240 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib Hasan bin Husain, jilid 8, hlm. 97.

241 ibid

242 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian, jilid 7, hlm. 440.

243 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi saw. Bab: Sabda Nabi saw.:
"Seandainya aku mengambil seorang kekasih," jilid 8, hlm. 22. Muslim, Kitab: Keutamaan-
keutamaan para sahabat, Bab: Diantara keutamaan Abu Bakar Shiddiq r.a., jilid 7, hlm.
109.

244 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 235.

245 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi saw. Bab: Hijrah Nabi saw
dan para sahabat ke Madinah, jilid 8, hlm. 231-236.

246 Disadur dari Fathul Bari, jilid 8, hlm. 106-107.

247 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Aisyah,
jilid 8, hlm. 225.

248 Muslim, Kitab: keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: keutamaan Aisyah r.a., jilid
7, hlm. 134.

249 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Melihat wanita sebelum dikawini, jilid 11, hlm. 85.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Aisyah, jilid 7, hlm.
134.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (4 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

250 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Aisyah, kedatangan
Aisyah di Madinah, dan Nabi saw. membina rumah tangga dengannya di Madinah, jilid 8,
hlm. 224. Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Seorang bapak mengawinkan anak gadis
perawannya yang masih kecil, jilid 4, hlm. 141.

251 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Orang yang mendengarkan sesuatu, lalu mengulanginya
sehingga mengetahuinya secara sempurna, jilid 1, hlm. 207.

252 Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: Cerita mengenai malaikat, jilid 7, hlm. 123.
Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Gangguan yang diterima Nabi saw dari orang-orang musyrik
dan munafik, jilid 5, hlm. 181.

253 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Keutamaan Mekah dan bangunannya, jilid 4, hlm. 187.
Muslim, Kitab: Haji Bab: Membongkar Ka'bah dan pemugarannya, jilid 4, hlm. 99.

254 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Surat an-Najm, jilid 10, hlm. 229. Muslim, Kitab: Iman,
Bab: Makna firman Allah (Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya lagi pada
waktu yang lain), jilid 1, hlm. 110.

255 Bukhari, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Barangsiapa yang ingin
bertemu Allah, niscaya Allah ingin bertemu dengannya, jilid 14, hlm. 144. Muslim, Kitab:
Dzikir, doa, tobat, dan istigfar, Bab: Barangsiapa yang ingin bertemu Allah, niscaya Allah
ingin bertemu dengannya, jilid 8, hlm. 65.

256 Bukhari, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Bagaimana


pengumpulan manusia, jilid 14, hlm. 176. Muslim Kitab: Surga, kenikmatan, dan
penghuninya, Bab: Kehancuran dunia dan penghimpunan manusia pada hari kiamat, jilid 8,
hlm. 156.

257 Muslim, Kitab: Gambaran mengenai hari kiamat, surga dan neraka, Bab: Tentang
kebangkitan dari kubur, hari kiamat, dan keadaan bumi pada hari kiamat, jilid 8, hlm. 127.

258 Bukhari, Kitab: Berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah, Bab: Apa yang disebutkan
mengenai mencela pendapat, jilid 17, hlm. 44. Muslim, Kitab: Ilmu, Bab: Ilmu akan
diangkat dan diambil, jilid 8, hlm. 60.

259 Bukhari, Kitab: Faraid, Bab: Sabda Nabi saw.: "Peninggalanku tidak dapat diwariskan.
Ia merupakan sedekah", jilid 15 hlm. 8. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Sabda Nabi saw.:
"Peninggalanku tidak dapat diwariskan. Ia merupakan sedekah." jilid 5, hlm. 153.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (5 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

260 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Firman Allah: "Sesungguhnya
ada beberapa tanda (kekuasaan Allah) pada Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-
orang yang bertanya", jilid 7, hlm. 230.

261 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Kewajiban sa'i antara Shafa dan Marwah dan dijadikan
sebagian dari syiar Allah, jilid 4, hlm. 244. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Keterangan balhwa
sa'i antara Shafa dan Marwah adalah rukun, jilid 4, hlm. 68.

262 Muslim, Kitab: Dzihr, doa, tobat, dan istigfar, Bab: Barangsiapa yang ingin bertemu
Allah, niscaya Allah ingin bertemu dengannya dan barangsiapa yang tidak ingin bertemu
Allah, Allah pun tidak ingin bertemu dengannya, jilid 8, hlm. 66.

263 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Keutamaan mengiringi jenazah. jilid 3, hlm. 436.
Muslim, Kitab Jenazah, Bab: Keutamaan menyalatkan jenazah dan mengiringinya, jilid 3,
hlm. 52.

264 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Firman Allah: "Kemudian bertolaklah kalian dari tempat
bertolaknya orang banyak," jilid 9, hlm. 253. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Mengenai wuquf
dan firman Allah: "Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang banyak",
jilid 4, hlm. 43.

265 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan Al-Qur'an, Bab: Penyusunan Al-Qur'an, jilid


10, hlm. 414.

266 Muslim, Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Mengenai Shalat malam dan orang yang
tidur atau sakit sehingga tidak bisa melakukannya, jilid 2, hlm. 168.

267 Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Keutamaan pemimpin yang adil dan hukaman
pemimpin yang zalim, jilid 6, hlm. 7

268 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab Berita bohong, jilid 8, hlm. 444. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Hasan bin Tsabit r.a.,
jilid 7, hlm. 163.

269 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Seseorang itu diangkat untuk menjadi imam untuk
diikuti, jilid 2, hlm. 314. Muslim, Kitab: Shalat, Bab: Seorang imam menunjuk
penggantinya apabila dia berhalangan, jilid 2, hlm. 20.

270 Muslim, Kitab: Haidh, Bab: Hukum rambut wanita yang dipintal, jilid 1, hlm. 179.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (6 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

271 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Orang yang mengalungkan kalung pada hewan kurbannya
dengan tangannya sendiri, jilid 4, hlm. 293 294. Muslim, Kitab: Muslim, Kitab: Haji, Bab:
Anjuran mengirim hewan kurban ke tanah Haram bagi orang yang tidak ingin pergi
sendiri, jilid 4, hlm. 90.

272 Bukhari, Kitab: Mandi, Bab: Orang yang memakai wewangian kemudian dia mandi,
sementara bekas wewangiannya masih tinggal, jilid 1, hlm. 396. Muslim, Kitab: Haji, Bab:
Wewangian bagi orang yang ingin memakai ihram, jilid 4, hlm. 12.

273 Bukhari, Kitab: Umrah, Bab: Berapa kali Nabi saw. umrah? jilid 4, hlm. 349. Muslim,
Kitab: Haji, Bab: Keterangan mengenai jumlah umrah Nabi saw. dan waktunya, jilid 4,
hlm. 61

274 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Sabda Nabi saw.: "Mayit itu bisa disiksa karena
sebagian tangis keluarganya," jilid 3, hlm. 401. Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Mayit bisa
disiksa karena ratapan keluarganya, jilid 3, hlm. 43.

275 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Sifat Nabi saw., jilid 7, hlm. 389.

276 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Sifat Nabi saw., jilid 7, hlm. 389. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Abu Hurairah r.a, jilid 7,
Halaman: 167.

277 Lihat htab Al-Ijabah li Iradi Istidrakat Aisyah ala ash-Shabah: 31-32.

278 ibid

279 Muslim, Kitab: Thaharah, Bab: Ketentuan waktu mengusap sepatu, jilid 1, hlm . 160.

280 Bukhari, Kitab: Bab-bab amalan dalam shalat, Bab: Apabila ada yang mengajak
bicara, sementara dia dalam keadaan shalat, maka hendaklah dia memberi isyarat dengan
tangannya dan mendengarkan, jilid 3, hlm. 347. Muslim, Kitab: Shalat orang musafir dan
mengqasharnya, Bab: Mengetahui dua rakaat yang dilakukan Nabi saw. seusai shalat asar,
jilid 2, hlm. 210.

281 Bukhari, Kitab: Minuman, Bab: Keringanan dari Nabi saw. mengenai meletakkan tuak
dalam bejana dan kantong setelah adanya pelarangan, jilid 12, hlm. 161.

282 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Kaum wanita berperang dan bertempur bersama kaum
pria, jilid 6, hlm. 418. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Kaum wanita berperang bersama kaum

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (7 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

pria, jilid 5, hlm. 196.

283 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Haji kaum wanita, jilid 4, hlm. 445.

284 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Keutamaan berjihad dan berperang, jilid 6, hlm. 344.

285 Muslim, Kitab: haji, Bab: Keterangan mengenai macam-macam ihram, jilid 4, hlm. 34.

286 Bukhari, Kitab: Haji, bab: pahala umrah menurut kesusahan yang dihadapi, jilid 4,
hlm. 360. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Keterangan mengenai macam-macam ihram, jilid 4,
hlm. 32.

287 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Orang yang mengerjakan umrah apabila dia thawaf untuk
umrah, jilid 4, hlm. 361. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Keterangan mengenai macam-macam
ihram, jilid 4, hlm. 31.

288 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi saw. Bab: Perkawinan Nabi
saw. dengan Khadijah dan keutamaan Khadijah, jilid 8, hlm. 136. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7,
hlm.l34.

289 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Aisyah r.a., jilid
7, hlm 135.

290 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para Nabi. Bab: Orang yang tidak ingin
keturunannya dimaki, jilid 7, hlm. 364. Muslim, Kitab Keutamaan-keutamaan para
sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Hasan bin Tsabit r.a., jilid 7, hlm. hlm. 163.

291 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Berita bohong, jilid 8, hlm. 437. Muslim, Kitab:
Tobat, Bab berita bohong dan diterimanya tobat si penuduh, jilid 8, hlm. 118.

292 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: manaqib orang Quraisy, jilid
7, hlm. 347.

293 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Tidak bertegur sapa dan sabda Nabi saw.: "Tiada halal
bagi orang muslim untuk tidak bertegur sapa dengan temannya lebih dari tiga hari," jilid
13, hlm. 104.

294 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Apa yang disebutkan mengenai kubur Nabi saw, Abu
Bakar, dan Umar r.a., jilid 3, hlm. 501.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (8 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

295 Bukhari, Kitab: Tafsir, bab: Firman Allah SWT: "Dan mengapa kamu tidak berkata di
waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan
ini.', jilid 10, hlm. 100.

296 Bukhari, Kitab: Berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah, Bab: Apa yang disebutkan
secara khusus oleh Nabi saw. mengenai kesepakatan para ilmuwan, jilid 17, hlm. 69.

297 Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah, no. 67.

298 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila'dan menjauhi istri, jilid 4, hlm. 188.

299 Bukhari, Kitab: Bencana, Bab: Utsman bin Haitsam menceritakan kepada kami, jilid
16, hlm. 167.

300 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Yang diucapkan ketika masuk ke kuburan mendoakan
penghuninya, jilid 3, hlm. 64.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki3.html (9 of 9)12/12/2005 7:52:50


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

B. HAJAR IBU ISMAIL A.S.

1. Penuh Tawakal Kepada Allah

Ibnu Abbas berkata: "Wanita pertama yang memakai ikat pinggang adalah
ibu Ismail. Dia memakai ikat pinggang untuk menutupi tanda hamilnya di
hadapan Sarah. Kemudian Ibrahim membawa Hajar dan Ismail --ketika itu
Hajar sedang menyusukan Ismail-- lalu menempatkannya di samping
Baitullah dekat pohon besar di atas zamzam dan bagian atas masjid. Ketika
itu belum ada seorang pun tinggal di Mekah, juga tidak ada air. Di sanalah
Ibrahim menempatkan mereka. Ibrahim meletakkan di samping mereka satu
kantong kurma dan satu tong air. Kemudian Ibrahim pulang (ke Syam). Ibu
Ismail segera membuntutinya dan berkata: 'Hai Ibrahim, pergi kemana
engkau dan engkau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan
apa-apanya ini?' Hajar menyampaikan pertanyaan itu kepada Ibrahim
berulang kali, sementara Ibrahim tidak menoleh kepadanya sama sekali.
Lalu Hajar bertanya lagi: 'Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk
melakukan perbuatan ini?' Ibrahim menjawab: 'Ya.' Hajar berkata: 'Kalau
demikian halnya, tentu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.' Kemudian
Hajar kembali (ke Baitullah). Menurut satu riwayat210: 'Wahai Ibrahim,
kepada siapa engkau tinggalkan kami?' Ibrahim menjawab: 'Kepada Allah.'
Hajar berkata: 'Aku pasrah kepada Allah.'" (HR Bukhari)211

2. Tetap Tenang Meskipun Berada di Daerah Terpencil

Lanjutan hadits di atas, lalu Ibrahim berangkat hingga ketika sampai di


Tsaniyyah dan mereka sudah tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadapkan
mukanya ke arah Baitullah, lalu memanjatkan doa, sambil mengangkat
kedua tangan dia berkata: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman, di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Wahai

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (1 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Selanjutnya, Ibu Ismail menyusukan Ismail dan dia sendiri minum dari air
(yang ditinggalkan Ibrahim dalam tong tadi). Ketika air yang dalam tong itu
habis, dia kehausan, dan begitu pula anaknya. Hajar melihat anaknya
merintih kehausan. Karena tidak tahan melihat anaknya begitu, Hajar pun
berangkat (untuk mencari air) Dia melihat bahwa Shafa adalah bukit yang
terdekat dari tempat itu. Hajar berdiri di atas bukit itu dengan menghadap ke
arah lembah untuk melihat apakah di sana ada orang. Namun dia tidak
melihat seorang pun berada di sana. Lalu dia turun dari bukit Shafa hingga
sampai ke lembah tersebut. Dia mengangkat ujung bajunya, lalu berlari
sebagai larinya orang yang sangat kepayahan, sehingga dia berhasil
menembus lembah itu. Kemudian dia sampai ke Marwah, lalu berdiri di
atasnya dan melihat-lihat apakah ada seseorang di sana. Ternyata tidak ada
seorang pun di sana. Dia melakukan hal itu (berlari dari Shafa ke Marwah)
sebanyak tujuh kali. Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw. berkata:
"Demikianlah halnya sa'i yang dilakukan manusia antara kedua bukit
tersebut."

3. Allah Memuliakan Hajar

Lanjutan hadits di atas, "Tatkala Hajar sampai ke atas Marwah, dia


mendengar suara, lalu dia berkata kepada dirinya sendiri: 'Diamlah kamu.'
Dia tekun mendengarkan suara itu. Ternyata dia mendengarkan suara itu
lagi, lalu dia berkata: 'Engkau telah memperdengarkannya. Jika kamu ingin
memberi pertolongan, maka tolonglah aku.' Tiba-tiba malaikat (Jibril)
muncul tepat pada tempat zamzam. Jibril menggali dengan tumitnya --atau
berkata: 'Dengan sayapnya'-- hingga keluarlah air. Lalu Hajar membuat
kubangan kecil dengan tangannya seperti ini, selanjutnya menciduk air
tersebut dan memasukkannya ke dalam tong. Sedangkan air itu terus
memancar setelah diciduk." Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda:
"Semoga Allah menyayangi Ibu Ismail. Seandainya dia meninggalkan
zamzam --atau beliau bersabda: 'Seandainya dia tidak menciduk air itu'--
niscaya zamzam itu sudah menjadi mata air yang mengalir terus ke
permukaan buini." Beliau bersabda: "Lalu Hajar minum dan menyusukan
anaknya. Malaikat (Jibril) berkata kepada Hajar: "Janganlah kamu takut
tersia-sia, karena sesungguhnya di sinilah Baitullah itu di mana anak ini dan
ayahnya akan membangunnya kelak. Dan Allah tidak akan menyianyiakan
keluarganya."

4. Menggeluti Kehidupan dan Arif dalam Berbuat

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (2 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

Lanjutan hadits di atas, "Adalah Baitullah ketika itu agak tinggi letaknya
bagaikan bukit kecil. Apabila banjir datang, maka dia akan lewat di sebelah
kanan dan sebelah kirinya. Demikianlah keadaannya hingga lewat dekat
mereka rombongan dari Kabilah Jurhum atau Keluarga Jurhum. Mereka
datang dari daerah Kada, lalu singgah di (satu tempat) di bawah Mekah.
Mereka melihat burung-burung melayang-layang mengitari tempat itu, lalu
mereka berkata: 'Burung itu pasti berputar-putar di atas air. Kita kenal betul
dengan tempat ini dan biasanya tidak ada air.' Lalu mereka mengirim satu
atau dua orang utusan yang berlari cepat. Ternyata mereka menemukan air.
Lalu utusan itu kembali dan memberitahu Kabilah Jurhum bahwa disitu ada
air Kemudian mereka mendatangi tempat air itu. Nabi saw. berkata: 'Ketika
itu ibu Ismail berada dekat air itu.' Mereka berkata: 'Apakah kamu
mengizinkan kami singgah di tempatmu ini?' Ibu Ismail menjawab: 'Boleh,
asal kalian tidak punya hak atas air ini.' Mereka berkata: 'Ya, kami setuju.'
Ibnu Abbas berkata: "Lalu Nabi saw. berkata: 'Rombongan itu tahu bahwa
ibu Ismail merasa senang mendapatkan teman. Lalu mereka tinggal di situ.
Kemudian mereka mengajak keluarga mereka untuk tinggal di tempat itu.
Akhirnya semua anggota keluarga mereka tinggal di tempat itu. Selanjutnya
Ismail tumbuh menjadi dewasa, lalu belajar bahasa Arab dari mereka.
Mereka sangat sayang kepada Ismail dan merasa kagum kepadanya setelah
dia dewasa. Ketika dia sudah akil balig, mereka mengawinkannya dengan
salah seorang gadis mereka." (HR Bukhari)212

C. KHADIJAH BINTI KHUWALID ISTRI RASULULLAH SAW.

Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Sebaik-baik wanita (pada zaman)nya adalah Maryam putri Imran dan


sebaik-baik wanita (dari umat)nya adalah Khadijah." (HR Bukhari dan
Muslim)213

1. Bergaul Baik dengan Suami

Aisyah, Ummul Mukminin, berkata: "Mula pertama Rasulullah saw.


menerima wahyu adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Ketika itu
beliau tidak melihat mimpinya kecuali datang bagaikan cahaya subuh. Sejak
itu beliau menyepi di Gua Hira untuk beribadah selama bermalam-malam
sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Untuk itu beliau membawa
bekal. Setelah beberapa hari, beliau pulang kepada Khadijah mengambil
bekal lagi untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan hingga datang
kepada beliau kebenaran (wahyu) ketika beliau sedang berada di dalam Gua
Hira."214

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (3 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

2. Sangat Cerdas dan Tawakal

Lalu Malaikat Jibril a.s. datang dan berkata: 'Bacalah!' Beliau menjawab:
'Aku tidak bisa membaca.' Beliau berkata: 'Lalu malaikat itu memeluk dan
mendekapku erat-erat sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu ia
melepaskanku seraya berkata: 'Bacalah!' Aku menjawab: 'Aku tidak bisa
membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku
merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskanku sambil berkata: 'Bacalah!'
Aku jawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk
ketiga kalinya sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu dia melepaskanku dan
berkata: 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang paling Pemurah.' Rasulullah saw. pulang membawa ayat tersebut,
sementara hati beliau gemetar sekali, hingga beliau masuk ke rumah
Khadijah binti Khuwailid r.a. seraya berkata: 'Selimutilah aku, selimutilah
aku.' Lalu dia menyelimuti Nabi saw. sehingga hilang rasa takut beliau.
Kemudian beliau menceritakan apa-apa yang telah beliau alami kepada
Khadijah seraya berkata: 'Aku sungguh khawatir sekali akan keselamatan
diriku.' Khadijah berkata: 'Jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah
tidak bakal mengecewakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah
menyambung tali persaudaraan, engkau suka memikul beban orang lain,
engkau suka memenuhi kebutuhan orang tak punya, engkau suka
memuliakan tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran.'"215

3. Penuh Kasih Sayang dan Perhatian terhadap Suami

Kemudian Khadijah mengajak Nabi saw. pergi menemui Waraqah bin


Naufal bin Asad ibnul Uzza, saudara misan Khadijah. Waraqah bin Naufal
telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliah. Dia sudah terbiasa
menulis dengan tulisan Ibrani, dan cukup banyak menulis dari Injil dengan
tulisan Ibrani. Ketika itu dia sudah tua dan buta. Khadijah berkata
kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu
ini!" Waraqah bin Naufal berkata kepada Nabi saw.: "Wahai anak
saudaraku, apa yang engkau alami?" Rasulullah saw. menceritakan kepada
Waraqah segala sesuatu yang telah beliau alami. Lalu Waraqah berkata
kepada Rasulullah saw.: "Ini adalah Namus (Jibril) yang telah diturunkan
oleh Allah kepada Musa. Oh, kalau saja aku pada masa kenabianmu kelak
masih muda belia. Oh, kalau saja aku masih hidup pada saat engkau diusir
oleh kaummu." Rasulullah saw. bertanya: "Apakah mereka akan
mengusirku?" Waraqah menjawab: "Ya, setiap orang yang datang dengan
mengemban tugas sepertimu, pasti dimusuhi. Jika harimu itu sempat aku
alami, tentu aku akan membelamu mati-matian." (HR Bukhari dan Muslim)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (4 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

216

Dalam satu riwayat menurut versi Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw.
berkata: "(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia
membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku
dengan hartanya ketika orang-orang memblokade."217

4. Melahirkan Keturunan yang Saleh

Aisyah berkata: "Terkadang aku berkata kepada Rasulullah saw.: 'Seolah--


olah tidak ada di dunia ini wanita selain Khadijah?' Beliau berkata:
'Sesungguhnya dia (adalah wanita yang utama) dan dia (adalah wanita yang
bijaksana) dan dari dialah aku mendapatkan anak.'" (HR Bukhari)218

Di dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Nabi saw. berkata: "Allah


mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari istri-
istriku yang lain."219

5. Rasulullah saw. sangat Mencintai Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Sesungguhnya aku telah diberi


karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.'" (HR Muslim)220

6. Rasulullah saw. Memuliakan Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Nabi saw. tidak mengawini selain Khadijah sampai dia
(Khadijah) meninggal dunia." (HR Muslim)221

7. Rasulullah saw. Senantiasa Mengingat Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang dari istri-
istri Nabi saw. yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal
aku tidak pernah melihat (bertemu dengan)nya. Akan tetapi (rasa cemburuku
itu timbul karena) Nabi saw. seringkali menyebut-nyebutnya. Bahkan beliau
sering menyembelih seekor kambing, lalu memotongnya menjadi beberapa
bagian, kemudian mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah." (HR
Bukhari dan Muslim)222

Dari Aisyah, dia berkata: "Halah binti Khuwailid, saudara perempuan


Khadijah, minta izin untuk menemui Rasulullah saw. Hal itu mengingatkan
beliau kepada cara minta izinnya Khadijah, sehingga beliau agak terperanjat.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (5 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

Kemudian beliau berkata: 'Ya Tuhan, rupanya si Halah.' Aisyah berkata:


'Aku merasa cemburu sekali.' Lalu aku berkata: 'Apa yang membuatmu
selalu teringat kepada salah seorang nenek dari nenek-nenek Kabilah
Quraisy itu? Dia sudah tua renta dan telah habis ditelan masa? Bukankah
Allah sudah memberimu pengganti yang lebih baik daripadanya?'" (HR
Bukhari dan Muslim)223

Dalam salah satu riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw.


menjawab: "Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada
dia."224

8. Allah Memuliakan Khadijah r.a.

Abu Hurairah berkata: "Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: 'Wahai
Rasulullah, ini Khadijah datang kepadamu dengan membawa bejana
berisikan lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila dia datang
kepadamu, maka sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku
dan beri kabar gembiralah kepadanya tentang sebuah rumah di dalam surga
yang terbuat dari mutiara di mana di dalamnya tidak ada keributan dan
kesusahan.'" (HR Bukhari dan Muslim)225

D. FATHIMAH AZ-ZAHRA PUTRI RASULULLAH SAW.

1. Penuh Perhatian terhadap Ayah

Tentang cerita masa kecilnya, Abdullah berkata: "Suatu ketika Rasulullah


saw. tengah melaksanakan shalat di dekat Ka'bah dan di sana ada
sekumpulan orang Quraisy sedang duduk-duduk. Tiba-tiba salah seorang
dari mereka berkata: 'Apakah kalian tidak melihat orang yang suka mencari
muka itu? Siapa di antara kalian yang mau pergi ke tempat unta keluarga si
fulan, lalu mengambil kotoran, darah, dan ari-ari (hewan tersebut yang telah
mereka potong sebelumnya)? Bawa semua kotoran itu ke sini dan tunggu
sebentar. Apabila dia telah sujud, maka letakkanlah kotoran tersebut di atas
pundaknya. Maka berangkatlah orang yang paling celaka di antara mereka
(yaitu Uqbah bin Abi Mu'ith) untuk mengambil kotoran tersebut. Tatkala
Rasulullah saw. sedang sujud, dia meletakkan kotoran tersebut ke atas
pundak Nabi saw. Nabi saw. tetap saja sujud, sementara mereka tertawa
terbahak-bahak sampai mereka miring satu sama lainnya. Lalu ada seseorang
yang berangkat untuk memberitahu Fathimah. Fathimah ketika itu sudah
gadis remaja. Dia segera berlari ke tempat Nabi saw. shalat. Beliau masih
tetap dalam keadaan sujud hingga Fathimah membuang kotoran tersebut dari
pundak beliau. Setelah itu Fathimah memaki-maki orang-orang Quraisy

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (6 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)226

Tentang cerita masa dewasanya, dari Sahal r.a. dikatakan bahwa dia ditanyai
tentang luka Nabi saw. pada hari peperangan Uhud, maka dia berkata:
"Wajah Nabi saw. terluka, gigi geraham beliau patah, dan topi baja yang ada
di atas kepala beliau pecah tertembus panah. Lalu Fathimah membasuh
darah (luka beliau) sementara Ali memegangi. Ketika Fathimah melihat
darah luka itu semakin banyak mengalir, dia mengambil tikar, lalu
membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menempelkannya ke tempat
luka sehingga darah berhenti mengalir." (HR Bukhari dan Muslim)227

2. Menikah dengan Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Ketika aku hendak membina rumah tangga
dengan Fathimah, putri Rasulullah saw., aku mengikat janji (bersepakat)
dengan seorang pandai emas dari Bani Qainuqa untuk pergi bersamaku
mengambil kayu idzkhir (yang harum aromanya) yang akan kujual kepada
para pandai emas sehingga uangnya dapat kupergunakan buat
penyelenggaraan pesta perkawinanku." (HR Bukhari dan Muslim)228

3. Sabar dan Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga

Ali mengatakan bahwa Fathimah r.a. datang kepada Nabi saw. untuk
mengadukan tangannya yang lecet akibat gilingan miliknya. Dia mendengar
bahwa ada seorang budak datang kepada Nabi saw. Tetapi, ketika itu
Fathimah tidak menemukan Nabi saw., sehingga masalah itu akhirnya dia
ceritakan kepada Aisyah. Setelah Nabi saw. datang, Aisyah menyampaikan
cerita Fathimah tadi kepada beliau. Nabi saw. lalu menemui kami. Waktu itu
kami sudah berada di tempat pembaringan. Kami bangun menemui beliau.
Beliau berkata: "Tetaplah di tempat kalian." Beliau lalu duduk di antara
kami. Saat itu aku merasakan betapa dinginnya telapak kaki beliau yang
menyentuh perutku. Kemudian beliau berkata: "Maukah kalian aku beritahu
mengenai sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta? Apabila
kalian sudah siap di tempat tidur kalian, maka hendaklah kalian baca tasbih
tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takhir tiga puluh empat
kali. Hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan." (HR Bukhari
dan Muslim)229

Menurut riwayat Abu Daud, Ali berkata: "Suatu ketika Fathimah putri Nabi
saw. berada di dekatku. Dia memutar gilingan hingga lecet tangannya, dia
memanggul girbah air hingga lecet pundaknya, dan dia menyapu rumah
sehingga berdebu pakaiannya." Di dalam riwayat Abu Daud yang lain

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (7 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

dikatakan: "Fathimah membuat roti sehingga warna mukanya berubah


(terkena arang)."230

4. Kemarahan Rasulullah saw. dalam Membela Fathimah

Miswar bin Makhramah berkata: "Ali meminang putri Abu Jahal. Berita itu
sampai kepada Fathimah. Lalu dia pergi menemui Rasulullah saw. dan
berkata: '(Wahai Rasulullah), kaummu menduga bahwa kamu tidak akan
pernah marah untuk membela putri-putrimu. Itulah Ali, dia mau kawin
dengan putri Abu Jahal.' Mendengar berita itu, Nabi saw. berdiri. Kemudian
saya mendengar beliau membaca syahadat dan bersabda: 'Sesungguhnya aku
telah menikahkan Abul Ash bin ar-Rabi, lalu mempercayai aku. Dan
sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku, dan aku tidak suka kalau
ada sesuatu yang menyakitinya.' --Menurut satu riwayat: 'Dan sesungguhnya
aku merasa khawatir jika agamanya sampai terfitnah ... Aku tidak
mengharamkan sesuatu yang halal dan tidak menghalalkan sesuatu yang
haram. Akan tetapi, demi Allah, tidak mungkin berkumpul putri Rasulullah
saw. dengan putri musuh Allah sama sekali.'--231 Akhirnya Ali membatalkan
pinangannya tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)232

5. Rasulullah saw. Memuliakan Fathimah, Suami, dan Kedua Putranya

Aisyah berkata: "Pagi-pagi Nabi saw. keluar dengan memakai pakaian yang
tidak dijahit terbuat dari bahan bulu berwarna hitam. Datang al-Hasan bin
Ali, lalu beliau mengajaknya masuk. Kemudian datang al-Husain dan masuk
bersamanya. Kemudian datang Fathimah dan beliau mengajaknya masuk.
Kemudian datang pula Ali dan beliau pun mengajaknya masuk. Kemudian
beliau membacakan firman Allah: 'Sesungg;uhnya Allah bermaksud
menghilangkan dosa dari kalian, hai ahlal bait. dan membersihkan kalian
sebersih-bersihnya.'" (HR Muslim)233

Aisyah, Ummul Mukminin berkata: "Pada waktu Rasulullah sakit kami para
istri Nabi saw. berkumpul bersama beliau. Tidak seorang pun dari kami yang
pergi meninggalkan tempat. Lalu datang Fathimah ... Begitu melihat
Fathimah, beliau menyambutnya seraya berkata. 'Selamat datang putriku.'
Kemudian beliau menyuruh putrinya itu duduk di sebelah kanan atau di
sebelah kiri beliau. Setelah berbicara sejenak secara berbisik-bisik, lalu
Fathimah menangis tersedu-sedu. Melihat kesedihan yang dialami putrinya
itu, beliau berbicara secara berbisik-bisik sekali lagi, sehingga Fathimah
tersenyum. Aku berkata kepada Fathimah: 'Aku adalah salah satu dari istri-
istri beliau Tetapi Rasulullah saw. hanya memilih berbisik dengan kamu di
antara kita semua. Kemudian kamu menangis.' Ketika Rasulullah saw. pergi,

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (8 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

aku langsung bertanya kepada Fathimah: 'Masalah apa yang dibisikkan


beliau kepadamu?' Fathimah menjawab: 'Aku tidak mungkin
mengungkapkan rahasia Rasulullah saw.' Setelah Rasulullah saw. wafat, aku
kembali menanyai Fathimah: 'Aku sengaja menemuimu untuk menanyakan
apa sebenarnya yang dibisikkan Rasulullah saw. kepadamu, sebab dahulu
kamu tidak mau menceritakannya kepadaku.' Fathimah berkata: 'Sekarang
baiklah akan aku ceritakan kepadamu.' Lalu Fathimah menceritakannya
kepadaku sebagai berikut: 'Pembicaraan beliau yang pertama kali adalah
mengenai Jibril yang mendengarkan bacaan Al-Qur'an oleh beliau setiap
tahun satu kali. Dan pada tahun ini hal itu dilakukan sampai dua kali. Itu
menurutku menunjukkan sudah dekatnya ajalku. Karena itu (kata beliau
padaku) hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan bersabar.
Sesungguhnya sebaik-baik salaf adalah aku terhadapmu. (Fathimah berkata)
karena itulah aku menangis seperti yang engkau lihat. Tatkala melihat
kesedihanku itulah beliau berbicara kepadaku secara rahasia untuk kedua
kalinya. Beliau berkata: 'Wahai Fathimah, apakah kamu tidak merasa senang
apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita mukmin atau sebagai
pemimpin umat ini?' Di dalam satu riwayat disebutkan234: 'Ucapan beliau
tersebut membuat Fathimah tertawa.'" (HR Bukhari dan Muslim)235

Dalam satu riwayat menurut Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i


disebutkan: "... apabila Fathimah datang untuk menemui Nabi saw. beliau
berdiri menghampiri Fathimah, menciumnya, dan menyuruhnya duduk di
tempat duduk beliau. Sebaliknya Fathimah juga melakukan hal yang sama
apabila Nabi saw. datang untuk menemuinya. Tatkala Nabi saw. sakit,
Fathimah datang untuk menemui beliau, lalu memeluk dan menciumnya."236

Abu Hurairah ad-Dausi r.a. berkata: "Nabi saw. keluar sesaat di siang hari.
Beliau tidak berbicara denganku dan aku juga tidak berbicara dengan beliau
hingga sampai ke pasar Bani Qainuqa. Lalu beliau duduk di pekarangan
rumah Fathimah. Beliau bertanya: 'Apakah di sana ada Luka (nama kecil al-
Hasan bin Ali)?' Fathimah menahan Hasan sebentar. Saya kira Fathimah
memasangkan kalung (yang terbuat dari bahan yang harum baunya) kepada
Hasan atau memandikannya. Lalu Hasan datang bergegas sehingga
Rasulullah saw. merangkul dan menciumnya seraya berkata: 'Ya Allah,
cintailah ia dan cintailah orang yang mencintainya.'" (HR Bukhari dan
Muslim)237 Dari Ibnu Umar, dia berkata: "... aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: 'Keduanya (Hasan dan Husain) adalah sekuntum bunga dunia dan
akhirat untukku.'" (HR Bukhari)238

6. Mirip Fathimah dan Putranya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (9 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

Aisyah berkata: "... lalu Fathimah datang dengan berjalan kaki. Cara
berjalannya mirip sekali dengan berjalannya Nabi saw." (HR Bukhari dan
Muslim)239 Dari Anas, dia berkata: "Tidak ada seseorang yang lebih mirip
rupanya dengan Nabi saw. dibandingkan dengan Hasan bin Ali." (HR
Bukhari)240

Menurut riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i: "Aku tidak pernah
melihat seseorang yang lebih minp rupa, gaya, dan pembawaannya dengan
Rasulullah saw. dalam cara berdiri dan duduk seperti Fathimah."241

7. Allah Memuliakan Fathimah

Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada Fathimah:


"Apakah kamu tidak senang apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita
penghuni surga?" (HR Bukhari)242

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Hajar.html (10 of 10)12/12/2005 7:52:54


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

E. AISYAH UMMUL MUKMININ

"Dari Umar ibnul Ash dikatakan bahwa dia bertanya kepada Nabi saw.:
'Siapa orang yang paling engkau cintai?' Beliau menjawab: 'Aisyah.' Aku
bertanya lagi: 'Dari kalangan pria?' Beliau menjawab. 'Bapaknya.'" (HR
Bukhari dan Muslim)243

1. Lingkungan Khusus Tempat Aisyah r.a. Dibesarkan

Urwah bin Zubair mengatakan bahwa Aisyah, istri Nabi saw. berkata: "Aku
tidak menyadari kenyataan bahwa kedua orang tuaku telah memeluk agama
Islam, dan tiada hari yang mereka lewati kecuali Rasulullah datang ke rumah
kamu baik siang maupun malam hari. Kemudian ketika kaum muslimin
mendapat cobaan, Abu Bakar keluar untuk berhijrah dengan tujuan negeri
Habasyah. Ketika dia sampai di Barkal Ghimad (Yaman), dia bertemu
dengan Ibnu Daghinah, pemimpin Kabilah Qarah. Dia bertanya: 'Mau
kemana kamu, wahai Abu Bakar?' Abu Bakar menjawab: 'Kaumku telah
mengusirku, karena itu aku akan mengembara di muka bumi sehingga aku
bisa beribadah kepada Tuhanku.' Ibnu Daghinah berkata: 'Orang sepertimu
ini, wahai Abu Bakar, tidak mungkin keluar dan tidak mungkin dikeluarkan.
Sebab engkau suka memenuhi kebutuhan orang yang tidak punya, suka
menyambung tali persaudaraan, suka memikul beban orang lain, suka
memuliakan tamu, dan suka membantu para penegak kebenaran. Saya siap
menjadi penanggunganmu. Kembalilah dan beribadahlah kepada Tuhanmu
di negerimu.' Akhirnya Abu Bakar kembali, dan Ibnu Daghinah ikut
berangkat bersama Abu Bakar. Kemudian Ibnu Daghinah berkeliling
menemui tokoh-tokoh Quraisy pada sore harinya. Ibnu Daghinah berkata
kepada mereka: 'Sesungguhnya orang yang seperti Abu Bakar tidak boleh
keluar dan tidak boleh dikeluarkan. Apakah kalian mengeluarkan seseorang
yang suka mencukupi kebutuhan orang yang tidak punya, suka menjalin
hubungan kekeluargaan, suka memikul beban orang lain, suka memuliakan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (1 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

tamu, dan senantiasa membantu para pembela kebenaran?' Biasanya orang


Quraisy tidak pernah menyepelekan orang yang dilindungi oleh Ibnu
Daghinah. Mendengar kata-kata itu mereka berkata kepada Ibnu Daghinah:
'Suruhlah Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya saja. Silakan
dia shalat dan membaca apa yang dia inginkan. Tapi jangan sampai
mengganggu kami dan jangan melakukannya secara terang-terangan, sebab
kami khawatir hal itu memperdaya para istri dan anak-anak kami.'
Pernyataan orang Quraisy itu disampaikan oleh Ibnu Daghinah kepada Abu
Bakar. Semenjak itu Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya,
tidak memperlihatkan shalat dan tidak membaca apa-apa kecuali di
rumahnya. Kemudian terlintas dalam benak Abu Bakar untuk membangun
masjid di pekarangan rumahnya, lalu niatnya itu dia laksanakan. Di situlah
Abu Bakar shalat dan membaca Al-Qur'an. Maka berdatanganlah ke tempat
itu wanita-wanita kaum musyrik dan anak-anak mereka yang kagum melihat
apa yang dikerjakan oleh Abu Bakar. Abu Bakar adalah seorang yang mudah
menangis. Dia tidak kuasa membendung air matanya kalau sudah mulai
membaca Al-Qur'an. Hal tersebut membuat para pemuka Quraisy merasa
khawatir. Lalu mereka mengirim utusan untuk memanggil Ibnu Daghinah.
Maka datanglah Ibnu Daghinah. Mereka berkata: 'Kami telah
memperbolehkan Abu Bakar untuk melakukan ibadah di rumahnya dengan
jaminan keamanan darimu. Tetapi dia telah melanggar syarat yang kami
tentukan. Dia telah membangun sebuah masjid di pekarangan rumahnya. Dia
memperlihatkan shalatnya dan membaca Al-Qur'an di situ. Kami khawatir
sekali perbuatannya itu akan memperdaya istri-istri dan anak-anak kami.
Karena itu cobalah engkau larang dia. Kalau dia bersedia melakukan ibadah
di rumahnya saja, maka lakukanlah. Tapi kalau dia keberatan dan tetap
bersikeras untuk melanjutkan perbuatannya itu, maka mintalah dia supaya
mengembalikan kepadamu jaminan keamanan yang telah kamu berikan
kepadanya. Kami tidak mau mengkhianati, di samping kami juga tidak bisa
menerima perbuatan Abu Bakar itu terus berlanjut.' Aisyah berkata bahwa
kemudian Ibnu Daghinah pergi menemui Abu Bakar, dan berkata: 'Kamu
sudah tahu apa yang aku janjikan padamu. Sekarang kamu pilih, apakah
menerima syarat perjanjian kita atau kamu mengembalikan jaminan
perlindungan yang telah kuberikan padamu. Sebab aku tidak ingin orang-
orang Arab mendengar bahwa aku mengkhianati janji terhadap seseorang
yang telah aku buat perjanjian dengannya.' Abu Bakar berkata: 'Sekarang
akan aku kembalikan jaminanmu dan aku ridha dengan jaminan keamanan
dari Allah SWT.' Ketika itu Nabi saw. masih berada di Mekah. Beliau
berkata kepada umat Islam: 'Telah diperlihatkan Allah kepadaku tempat
hijrah kalian. Satu tempat yang kaya kurma, terletak di antara dua daerah
yang berbatu hitam, maka hijrahlah orang-orang menuju Madinah. Demikian
pula halnya orang-orang yang sudah berhijrah ke Habsyah, umumnya
mereka kembali ke Madinah. Abu Bakar pun sudah bersiap-siap untuk hijrah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (2 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

ke Madinah.' Lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya: 'Sabarlah dulu Abu


Bakar. Aku juga berharap semoga Allah mengizinkanku (berhijrah).' Abu
Bakar bertanya: 'Apakah engkau juga berharap demikian (wahai
Rasulullah)?' Rasulullah saw. menjawab: 'Ya.' Lalu Abu Bakar menahan
dirinya demi Rasulullah saw., agar dia bisa menemani beliau nantinya.
Selanjutnya Abu Bakar menyiapkan dua ekor unta dan memberi makan
untanya dengan daun samur selama empat bulan.' Aisyah berkata bahwa
pada suatu hari, ketika sedang duduk-duduk di siang hari yang sangat panas,
tiba-tiba ada seseorang berkata kepada Abu Bakar: 'Ini Rasulullah saw.
datang dengan bertudung kepala. Sebelumnya beliau tidak pernah
berkunjung pada saat seperti ini, lalu Abu Bakar berkata: 'Ayah ibuku
tebusannya. Demi Allah, beliau tidak akan datang pada saat seperti ini
kecuali untuk sesuatu urusan yang sangat penting.' Aisyah berkata bahwa
kemudian Rasulullah saw. datang, kemudian minta izin dan Abu Bakar pun
mengizinkannya masuk. Beliau berkata kepada Abu Bakar: 'Suruhlah keluar
orang-orang yang ada bersamamu!' --Menurut riwayat Musa bin Uqbah,
Aisyah berkata bahwa ketika itu tidak ada orang yang bersama Abu Bakar
kecuali aku sendiri dan Asma244-- Abu Bakar menjawab: 'Demi bapakku,
sebenarnya mereka adalah keluargamu, wahai Rasulullah.' Nabi saw.
berkata: 'Sesungguhnya Allah telah mengizinkan untuk keluar (hijrah).' Abu
Bakar berkata: 'Apakah aku boleh menemanimu, wahai Rasulullah?'
Rasulullah saw. berkata: 'Ya.' Abu Bakar berkata: 'Demi bapakku, kalau
begitu, ambillah salah satu dari kedua untukku ini.' Rasulullah saw. berkata:
'(Tetapi harus) dengan harga.'" Aisyah berkata: "Lalu kami mempersiapkan
kedua unta itu secepat mungkin. Kami buatkan bekal untuk mereka berdua
dalam kantong. Asma binti Abu Bakar memotong kain ikat pinggangnya
untuk dijadikan pengikat mulut kantong tersebut. Karena itulah Asma
dijuluki dengan dzatun nithaq (wanita berikat pinggang)." Selanjutnya
Aisyah berkata: "Kemudian Rasulullah saw. dan Abu Bakar berangkat
menuju gua di Bukit Tsur." (HR Bukhari)245

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan: "Aisyah adalah ash-Shiddiqah binti ash-
Shiddiq (gadis jujur, putri seorang yang jujur). Ibunya bernama Ummu
Ruman. Aisyah lahir dalam era Islam, delapan tahun sebelum peristiwa
hijrah (atau sekitar waktu tersebut). Nabi saw. wafat ketika Aisyah berusia
delapan belas tahun. Sementara Aisyah wafat pada zaman khalifah
Mu'awiyah, yaitu tahun 58, atau tahun berikutnya."246

2. Allah Memilih Aisyah r.a. sebagai Istri Rasulullah saw.

Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Aku melihat dirimu dalam
mimpi --dua kali247 atau tiga malam.248 Malaikat datang kepadaku

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (3 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

membawamu dalam selembar kain sutera seraya berkata: 'Inilah istrimu.'


Ketika kain yang menutupi wajahmu itu aku singkapkan ternyata kamu. Lalu
aku berkata: 'Kalau itu memang datang dari sisi Allah, maka pasti akan
terlaksana.'" (HR Bukhari dan Muslim)249

3. Resepsi Perkawinan Aisyah r.a.

Aisyah r.a. berkata: "Nabi saw. menikahiku ketika aku masih berusia enam
tahun. Kami berangkat ke Madinah. Kami tinggal di tempat Bani Harits bin
Khazraj. Kemudian aku terserang yenyakit demam panas yang membuat
rambutku banyak yang rontok. Kemudian ibuku, Ummu Ruman, datang
ketika aku sedang bermain-main dengan beberapa orang temanku. Dia
memanggilku, dan aku memenuhi panggilannya, sementara aku belum tahu
apa maksudnya memanggilku. Dia menggandeng tanganku hingga sampai
ke pintu sebuah rumah. Aku merasa bingung dan hatiku berdebar-debar.
Setelah perasaanku agak tenang, ibuku mengambil sedikit air, lalu menyeka
muka dan kepalaku dengan air tersebut, kemudian ibuku membawaku masuk
ke dalam rumah itu. Ternyata di dalam rumah itu sudah menunggu beberapa
orang wanita Anshar. Mereka menyambutku seraya berkata: 'Selamat,
semoga kamu mendapat berkah dan keberuntungan besar.' Lalu ibuku
menyerahkanku kepada mereka. Mereka lantas merapikan dan mendandani
diriku. Tidak ada yang membuatku kaget selain kedatangan Rasulullah saw.
Ibuku langsung menyerahkanku kepada beliau, sedangkan aku ketika itu
baru berusia sembilan tahun.'" (HR Bukhari dan Muslim)250

4. Kedudukan Aisyah r.a. dalam Bidang Keilmuan

a. Antusias Menuntut Ilmu

Abu Malikah berkata bahwa Aisyah tidak pernah mendengar sesuatu yang
belum dipahaminya, kecuali dia mengulanginya (menanyakannya kembali)
sehingga dia paham betul, dan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
"Barangsiapa yang dihisab, maka dia akan diazab." Aisyah berkata: "Lalu
aku bertanya: 'Bukankah Allah SWT berfirman: "Ia akan dihisab
(diperhitungkan) dengan perhitungan yang mudah?" Aisyah berkata bahwa
Nabi saw. menjawab: "Itu adalah kemudahan ketika diajukan ke timbangan
(perhitungan). Tetapi barangsiapa yang diteliti timbangannya dengan
berkelit-kelit, maka dia akan binasa." (HR Bukhari)251

Aisyah r.a., istri Nabi saw., mengatakan bahwa dirinya bertanya kepada
Nabi saw.: "Apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang lebih berat
daripada hari Perang Uhud?" Nabi saw. menjawab: "Ya, yaitu apa yang aku

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (4 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

temukan dari kaummu. Dan yang paling berat aku temukan dari mereka
adalah pada hari Aqabah, yaitu ketika aku memperkenalkan diriku kepada
Ibnu Abdi Ya Lail bin Abdi Kulal. Dia tidak menyambutku seperti yang
kuinginkan. Akhirnya aku pergi dengan perasaan sedih sekali. Aku tidak
sadar kemana arah yang dituju. Ternyata aku sudah sampai di suatu daerah
yang bernama Qarnu ast-Tsa'alib (yang berjarak tempuh satu hari satu
malam dari Mekah). Lalu aku mengangkat kepalaku ke arah langit. Ternyata
ada segumpal awan yang menaungiku. Ketika aku perhatikan dengan
cermat, ternyata dalam awan itu ada Jibril yang memanggilku seraya
berkata: 'Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan
jawaban mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penunggu
gunung kepadamu untuk kamu perintahkan melakukan apa yang kamu
inginkan terhadap mereka.' Tidak lama kemudian malaikat penunggu
gunung memanggil-manggilku dan mengucapkan salam kepadaku, lalu
berkata: 'Wahai Muhammad, apa yang engkau inginkan? Apakah engkau
menginginkan supaya aku menjepitkan kedua gunung itu terhadap mereka?'
Nabi saw. menjawab: 'Jangan, aku berharap mudah-mudahan Allah
berkenan melahirkan dari tulang rusuk mereka orang yang mau menyembah
Allah, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun."' (HR
Bukhari dan Muslim)252

Aisyah berkata: "Aku pernah bertanya kepada Nabi saw. mengenai dinding
Ka'bah, apakah itu termasuk Baitullah?" Beliau menjawab: "Ya." Aku
bertanya: "Mengapa mereka tidak memasukkannya ke dalam Baitullah?"
Beliau menjawab: "Karena kaummu kekurangan dana." Aku bertanya:
"Mengapa pintunya agak tinggi?" Beliau menjawab: "Mereka merancangnya
seperti itu supaya mereka bisa memasukkan orang yang mereka kehendaki
dan mencegah orang yang tidak mereka kehendaki. Kalau tidaklah karena
pertimbangan bahwa kaummu baru saja meninggalkan masa jahiliah dan
tidak merasa khawatir jika mereka akan mengingkarinya, niscaya aku akan
memasukkan tembok itu ke dalam Baitullah dan akan aku letakkan
temboknya di bagian bawah saja." Menurut riwayat Muslim: "Jika
sepeninggalku nanti mereka mempunyai gagasan untuk memugarnya, maka
kemarilah kamu untuk memperlihatkan kepada mereka apa yang perlu
dipugar." Selanjutnya Nabi saw. memperlihatkan kepada Aisyah kurang
lebih sekitar tujuh hasta. (HR Bukhari dan Muslim)253

Masruq berkata: "Aku sedang bersandar di rumah Aisyah, lalu dia berkata:
'Hai Abu Aisyah (Masruq), ada tiga hal yang barangsiapa membicarakan
salah satu diantaranya, maka benar-benar besar kebohongannya atas Allah.'
Aku bertanya: 'Apa yang tiga hal itu?' Aisyah berkata: '(Pertama)
barangsiapa yang menyangka bahwa Muhammad saw. melihat Tuhannya,
maka benar-benar besar kedustaannya atas Allah.' Aku yang semula

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (5 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

bersandar lalu duduk seraya berkata: 'Wahai Ummul Mukminin, tunggu


dulu, jangan terburu-buru. Bukankah Allah telah berfirman (Dan
sesungguhnya Muhammad itu melihat-Nya di ufuk yang terang) dan
(Sesungguhnya Muhammad telah melihat-Nya pada waktu yang lain)?'
Aisyah berkata: 'Aku adalah orang pertama dari umat ini yang menanyakan
hal tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: 'Itu adalah Jibril. Aku
tidak melihatnya dalam bentuk aslinya kecuali dua kali ini. Aku melihatnya
turun dari langit. Kebesaran bentuknya menutupi ruang antara langit dan
bumi.' Kemudian Aisyah berkata: 'Apakah kamu belum mendengar Allah
berfirman: (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan: dan dialah yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui). Tidakkah engkau pernah mendengar bahwa Allah SWT
berfirman: (Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah
berkata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir
bisa mendengar suara-Nya tapi tidak bisa melihat-Nya) atau dengan
mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin Allah
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana).' Selanjutnya Aisyah berkata: '(Kedua) barangsiapa beranggapan
bahwa Rasulullah saw. menyembunyikan sesuatu dari Kitab Allah, maka
benar-benar besar kedustaannya atas Allah. Allah telah berfirman: (Hai
Rasulullah, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya), (ketiga) barangsiapa yang
menyatakan bahwa dia bisa menceritakan apa yang bakal terjadi besok,
maka benar-benar besar kedustaannya atas Allah. Allah telah berfirman:
(Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara gaib, kecuali Allah).'" (HR Bukhari dan Muslim)254

Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: "Barangsiapa


yang suka bertemu dengan Allah, maka Allah juga suka bertemu dengannya.
Dan barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun
tidak suka bertemu dengannya." Aku bertanya: "Wahai Nabiyallah, apakah
maksudnya membenci kematian? Setiap kita pasti senang pada kematian?"
Beliau menjawab: "Bukan begitu, akan tetapi seorang mukmin, apabila
diberi kabar gembira dengan rahmat Allah, keridhaan, dan surga-Nya maka
dia pasti suka untuk bertemu dengan Allah, dan Allah pun suka bertemu
dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir, apabila diberitahu dengan
adanya siksa dan murka Allah, maka tidak akan suka bertemu Allah, dan
Allah pun juga tidak suka bertemu dengannya." (HR Bukhari dan Muslim)255

Aisyah berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: '(Pada hari


kiamat) manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang,
dan belum berkhitan.' Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah antara kaum

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (6 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

laki-laki dan kaum wanita saling melihat satu sama lainnya?' Beliau
menjawab: '(Wahai Aisyah), keadaan pada saat itu lebih penting daripada
saling melihat antara yang satu dengan yang lainnya.'" (HR Bukhari dan
Muslim)256

Aisyah berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai firman


Allah: (Yaitu pada hari bumi diganti dengan bumi lain dan demikian pula
langit), maka di manakah manusia berada ketika itu, ya Rasulullah?" Beliau
menjawab: "Di atas shirath (titian)." (HR Muslim)257

Urwah berkata. "Abdullah bin Amru lewat ke tempat kami ketika dia hendak
melaksanakan ibadah haji. Lalu aku mendengar dia berkata: 'Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan
mencabut ilmu setelah Allah memberikannya kepada kalian. Akan tetapi
Allah akan mencabut ilmu dari mereka dengan cara mencabut (nyawa) para
ulama berikut ilmu mereka. Yang tinggal adalah orang-orang bodoh yang
jika diminta fatwanya, mereka berfatwa berdasarkan pendapatnya, sehingga
mereka menyesatkan (orang lain) dan dirinya sendiri." Lalu aku
menceritakan apa yang disampaikan Abdullah itu kepada Aisyah, istri Nabi
saw. Setelah itu Abdullah bin Amru kembali melaksanakan ibadah haji.'
Lalu Aisyah berkata: 'Wahai keponakanku, pergilah temui Abdullah.
Buktikanlah kepadaku dari Abdullah mengenai apa yang pernah kamu
ceritakan kepadaku.' Lalu aku pergi menemuinya untuk menanyakan
masalah tersebut. Abdullah kembali bercerita kepadaku seperti ceritanya
yang terdahulu. Akhirnya aku kembali kepada Aisyah untuk menyampaikan
hal tersebut. Aisyah merasa kagum dan berkata: 'Demi Allah, Abdullah bin
Amru benar-benar hafal."' (HR Bukhari dan Muslim)258

Aisyah berkata: "Ketika Rasulullah saw. wafat, istri-istri beliau mengutus


Utsman menemui Abu Bakar untuk menanyakan bagian warisan
peninggalan mereka dan Nabi saw. Lalu Aisyah berkata kepada mereka:
'Bukankah Rasulullah saw. pernah bersabda: "Peninggalanku tidak dapat
diwarisi, itu adalah sedekah.'" (HR Bukhari dan Muslim)259

b. Bukti atau Dalil tentang Ilmu Aisyah r.a.

Urwah mengatakan bahwa dirinya bertanya kepada Aisyah r.a., istri Nabi
saw.: "Bagaimana pendapatmu mengenai firman Allah: ... (tulisan Arab)?"
Aisyah berkata: "Yang benar mereka (para rasul) telah didustakan oleh kaum
mereka." Aku berkata: "Demi Allah, mereka (para rasul) memang sudah
meyakini bahwa kaum merekalah yang telah mendustakan mereka, dan
bukan sekadar dugaan." Aisyah berkata: "Wahai Urayyah (panggilan sayang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (7 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

untuk Urwah), mereka memang meyakini hal yang demikian itu." Aku
berkata: "Atau barangkali huruf dzal-nya tanpa tasydid (kudzibu yang berarti
'mereka merasa didustakan Tuhan mereka')?" Aisyah berkata: "A'udzabillah,
tidak mungkin para rasul mempunyai dugaan seperti itu terhadap
Tuhannya." Aku berkata: "Kalau ayat ini (dzal pakai tasydid) apa
maksudnya?" Aisyah berkata: "Mereka adalah pengikut-pengikut para rasul
yang telah beriman kepada Tuhan mereka, membenarkan kerasulan mereka.
Telah lama mereka menghadapi cobaan, namun pertolongan Tuhan belum
juga tiba, sehingga ketika para rasul sudah mulai merasa putus asa terhadap
orang-orang yang mendustakan mereka dari kaum mereka sendiri dan
mereka yakin bahwa para pengikut mereka telah mendustakan mereka, maka
pada saat itu turunlah pertolongan dari Allah." (HR Bukhari)260

Urwah berkata: "Aku pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: 'Apakah kamu
mempunyai pendapat mengenai firman Allah: (Sesungguhnya ash-Shafa dan
al-Marwah itu termasuk syiar-syiar Allah, maka barangsiapa yang berhaji ke
Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa atasnya mengerjakan sa'i antara
keduanya)? Demi Allah, tidak ada halangan bagi seseorang apabila dia tidak
mengerjakan sa'i antara Shafa dan Marwah!' Aisyah berkata: 'Alangkah
jeleknya apa yang kamu katakan itu, wahai anak saudara perempuanku!
Sesungguhnya ayat ini kalau seperti yang kamu takwilkan itu, niscaya tidak
ada halangan bagi orang yang tidak melakukan sa'i antara keduanya. Akan
tetapi, ayat tersebut diturunkan mengenai orang Anshar. Sebelum masuk
Islam mereka membaca talbiyah untuk Manat, berhala yang mereka sembah
di Musyallal. Barangsiapa diantara mereka yang telah membaca talbiyah,
maka dia merasa berdosa untuk mengerjakan sa'i antara Shafa dan Marwah.
Ketika mereka telah masuk Islam mereka bertanya kepada Rasulullah saw.
mengenai hal itu: 'Wahai Rasulullah, sesunggulmya kami dahulu merasa
berdosa untuk mengerjakan sa'i antara Shafa dan Marwah?' Lalu Allah SWT
menurunkan ayat "(tulisan Arab)". Aisyah r.a. berkata: 'Sesungguhnya
Rasulullah saw. telah mensunnahkan melakukan sa'i antara keduanya.
Karena itu tidak seorang pun diperbolehkan meninggalkan sa'i antara
keduanya.'" (Az-Zuhri, seorang perawi hadits berkata): "Perbedaan pendapat
antara aku dan Aisyah ini aku sampaikan kepada Abu Bakar bin
Abdurrahman. Dia berkata: 'Sesungguhnya masalah ini benar-benar suatu
pengetahuan yang belum pernah aku dengar.'" (HR Bukhari dan Muslim)261

Syuraih bin Hani, dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"Barangsiapa yang suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun suka
bertemu dengannya, dan barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah,
maka Allah juga tidak suka bertemu dengannya." Syuraih berkata: "Pada
suatu hari aku menemui Aisyah dan berkata: 'Wahai Ummul Mukminin, aku
pernah mendengar Abu Hurairah menuturkan sebuah hadits dari Rasulullah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (8 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

saw. yang kalau demikian halnya maka celakalah kita semua.'" Aisyah
bertanya: "Sesungguhnya ada orang yang celaka karena sabda Rasulullah
saw. Apa itu maksudnya?" Aku jelaskan: "Rasulullah saw. bersabda:
'Barangsiapa yang suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun suka
bertemu dengannya, dan barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah,
maka Allah juga tidak suka bertemu dengannya,' sedangkan tidak seorang
pun dari kita ini yang suka mati." Aisyah berkata: "Apa yang disabdakan
Rasulullah saw. itu bukan seperti pendapatmu itu. Maksudnya adalah apabila
pandangan mata sudah kabur, dada sudah terasa tersengal-sengal, kulit sudah
terasa merinding, dan jari-jemari sudah terasa kaku semua, maka pada saat
itulah berlakunya hadits: 'Barangsiapa yang suka bertemu dengan Allah,
maka Allah pun suka bertemu dengannya, dan barangsiapa yang tidak suka
bertemu dengan Allah, maka Allah juga tidak suka bertemu
dengannya.'" (HR Muslim)262

Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, mengatakan bahwa dia
sedang duduk di dekat Ibnu Umar. Tiba-tiba muncul Khabbab, pemilik
rumah. Dia berkata: "Hai Abdullah bin Umar, tidakkah engkau mendengar
apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah? Dia mendengar Rasulullah saw.
bersabda: 'Barangsiapa keluar bersama jenazah dari rumahnya dan
menyalatinya, kemudian mengiringinya sampai dikuburkan, maka orang itu
mendapat pahala dua qirath. Setiap qirath sama dengan Gunung Uhud. Dan
barangsiapa yang menyalatinya, kemudian kembali, maka dia mendapatkan
pahala sebesar Gunung Uhud.' Lalu Ibnu Umar mengirim Khabab untuk
menemui Aisyah guna menanyakan perkataan Abu Hurairah itu, dan
diharapkan kembali dengan membawa pernyataan dari Aisyah. Sementara
menunggu utusan kembali, Ibnu Umar mengambil segenggam kerikil
masjid. Kerikil itu dia main-mainkan dalam tangannya. Tidak lama
kemudian utusan datang dan memberitahukan: 'Aisyah berkata: "Abu
Hurairah benar."' Ibnu Umar membanting kerikil yang ada di tangannya
seraya berkata: "Aku benar-benar telah menyia-nyiakan banyak qirath." (HR
Bukhari dan Muslim)263

Aisyah r.a. berkata: "Pada zaman dahulu orang-orang Quraisy dan orang-
orang yang mengikuti agamanya sudah biasa wuquf di Muzdalifah. Mereka
disebut al-Hums. Padahal semua orang Arab ketika itu wuquf di Arafah.
Ketika Islam datang, Allah menyuruh Nabi-Nya menuju ke Arafah dan
mengerjakan wuquf di sana, lalu bertolak dari situ. Yang demikian itu sesuai
dengan firman-Allah SWT: 'Kemudian kalian bertolaklah dari tempat
bertolaknya orang banyak.'" (HR Bukhari dan Muslim)264

Yusuf bin Malik berkata: "Sesungguhnya aku berada di samping Aisyah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (9 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

ketika datang menemuinya seorang warga Irak yang kemudian:


'Pembungkus apa yang lebih baik?'Aisyah berkata: 'Aduh kasihan, ada apa
denganmu?' Warga Irak itu berkata: 'Wahai Ummul Mukminin,
perlihatkanlah kepadaku mushhafmu.'Aisyah bertanya: 'Untuk apa?' Warga
Irak itu menjawab: 'Barangkali saya bisa menyusun Al-Qur'an, karena orang
sering membacanya tidak tersusun.' Aisyah berkata: 'Apa masalahnya
denganmu? Ayat apa saja yang pernah kamu baca sebelumnya?
Sesungguhnya yang pertama sekali turun dari Al-Qur'an adalah surat yang
menjelaskan berita mengenai surga dan neraka, hingga ketika orang-orang
sudah berbondong-bondong masuk Islam, maka turunlah ayat mengenai
perkara yang halal dan haram. Kalau seandainya yang pertama kali turun
adalah ayat "dan janganlah kamu meminum arak" niscaya mereka akan
berkata: "Kami tidak akan meninggalkan arak selama-lamanya", dan
seandainya yang pertama kali turun ayat "janganlah kamu berzina", niscaya
mereka akan berkata: "Kami tidak akan meninggalkan zina selama-
lamanya." Sesungguhnya telah turun di Mekah kepada Nabi saw. --ketika itu
aku masih gadis kecil dan sedang bermain-main-- ayat: "Sebenarya hari
kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari kiamat itu lebih
dahsyat dan lebih pahit." Ketika turun surat al-Baqarah dan an-Nisa' aku
juga berada di samping Nabi saw.'" (Seorang perawi hadits) berkata: "Lalu
Aisyah mengeluarkan mushhaf dan mendiktekan/membacakannya kepada
warga Irak itu." (HR Bukhari)265

c. Majelis Taklim di Rumah Aisyah r.a.

Zurarah menyebutkan bahwa Sa'ad bin Hisyam bin Amir bermaksud ikut
berperang di jalan Allah. Dia pergi ke Madinah dengan maksud menjual
tanah pekarangannya yang ada di kota itu yang uangnya akan digunakan
untuk membeli senjata dan kuda, sehingga dia bisa berjihad melawan bangsa
Romawi sampai gugur. Ketika tiba di Madinah, dia bertemu dengan
beberapa orang dari penduduk setempat. Mereka melarang Sa'ad bin Hisyam
melaksanakan keinginannya tersebut dengan alasan bahwa pada masa hidup
Nabi saw. juga ada enam orang sahabat yang mempunysi keinginan seperti
keinginan Sa'ad tersebut, tetapi Nabi saw. melarang mereka, lalu bersabda:
"Bukankah aku suri teladan bagi kalian semua?" Setelah mereka
menceritakan hal tersebut, akhirnya Sa'ad pulang menemui istrinya.
Sedangkan Sa'ad ketika itu sudah menceraikan istrinya. Akhirnya dia
memutuskan untuk rujuk (pulang) kepada istrinya. Setelah itu Sa'ad pergi
menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan mengenai witir Rasulullah saw.
Ibnu Abbas berkata: "Maukah kamu aku tunjukkan seseorang yang paling
tahu dari penghuni bumi ini mengenai witir Rasulullah saw.?" Sa'ad
menjawab: "Siapa?" Ibnu Abbas berkata; "Aisyah. Temuilah dia dan
tanyakanlah masalah itu kepadanya. Kemudian temui aku kembali dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (10 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

ceritakan padaku apa jawaban yang diberikan kepadamu!" Akhirnya aku


berangkat menuju rumah Aisyah. Tapi sebelumnya aku pergi menemui
Hakim bin Aflah. Aku memintanya supaya bersedia menemaniku untuk
menemui Aisyah. Hakim bin Aflah berkata: "Aku tidak begitu akrab
dengannya, sebab aku pernah melarang Aisyah untuk tidak ikut berkomentar
sedikit pun terhadap kedua kelompok ini. Tetapi dia tidak menerima saranku
dan terus melaksanakan keinginannya." Sa'ad bin Hisyam berkata: "Aku
bersumpah supaya Hakim bin Aflah bersedia menemaniku." Akhirnya dia
mengabulkan permintaanku. Lalu kami berangkat ke tempat Aisyah. Setelah
minta izin dan Aisyah memberi izin, lantas kami masuk. Aisyah berkata:
"Kamu ini Hakim?" (Ternyata Aisyah mengenalnya) Hakim menjawab: "Ya,
benar." Aisyah bertanya: "Siapa yang bersamamu ini?" Hakim menjawab:
"Sa'ad bin Hisyam." Aisyah bertanya lagi: "Hisyam siapa?" Hakim
menjawab: "Putranya Amir." Setelah Aisyah mendoakan supaya dicurahkan
rahmat atas Hakim dan menerima baik kedatangannya --Hakim berkata:
"Dia meninggal dalam Perang Uhud. Aku bertanya: "Wahai Ummul
Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai akhlak Rasulullah saw." Aisyah
berkata: "Bukankah kamu sudah biasa membaca Al-Qur'an?" Aku jawab:
"Ya." Aisyah berkata: "Sesungguhnya akhlak Nabi saw. adalah Al-Qur'an."
Sa'ad bin Hisyam berkata: 'Waktu itu aku sudah hendak berdiri untuk
pamitan, dan aku bertekad untuk tidak bertanya lagi kepada siapa pun
tentang apa saja sampai aku meninggal dunia. Namun mendadak aku
teringat sesuatu, lalu aku buru-buru mengajukan pertanyaan: "Tolong
terangkan kepadaku mengenai shalat malamnya Rasulullah saw." Aisyah
menjawab: "Bukankah kamu pernah membaca firman Allah (Wahai orang
yang berselimut)? Aku menjawab: "Benar." Aisyah berkata: "Sesungguhnya
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah mewajibkan shalat malam
pada awal surat ini. Karena itu, selama satu tahun Nabi saw. dan para
sahabat beliau melakukan shalat malam, dan selama dua belas bulan penutup/
ujung ayat tersebut ditahan oleh Allah di langit, sehingga akhirnya Allah
menurunkan dalam surat ini keringanan. Akhirnya shalat malam menjadi
ibadah sunnah setelah sebelumnya merupakan ibadah wajib." Aku bertanya:
"Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai witirnya
Rasulullah saw." Aisyah berkata: "Aku biasanya menyediakan siwak (kayu
lembut dipergunakan untuk menggosok gigi) dan air wudhu untuk beliau.
Atas kehendak Allah beliau senantiasa bangun di malam hari. Setelah
bersiwak dan berwudhu, beliau lalu melaksanakan shalat sebanyak sembilan
rakaat, dan beliau tidak duduk kecuali pada rakaat yang kedelapan. Setelah
berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada Allah, beliau bangkit dan tidak
salam. Kemudian beliau berdiri, lalu meneruskan rakaat yang kesembilan.
Kemudian beliau duduk seraya berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada
Allah, kemudian mengucapkan salam yang kedengaran olehku. Kemudian
beliau melakukan shalat dua rakaat setelah beliau mengucapkan salam.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (11 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

Sementara beliau masih dalam posisi duduk. Jadi semuanya berjumlah


sebelas rakaat, wahai anakku. Namun ketika usia Nabi saw. sudah beranjak
tua dan semakin gemuk, beliau melakukan shalat witir sebanyak tujuh rakaat
saja. Beliau lakukan di dalam dua rakaat itu seperti yang beliau lakukan pada
yang pertama. Jadi jumlah semuanya sembilan rakaat, wahai anakku.
Biasanya Nabi saw., apabila melakukan shalat, suka melakukannya secara
terus-menerus. Apabila beliau tertidur atau sakit sehingga tidak melakukan
shalat malam, maka beliau shalat pada siang harinya sebanyak dua belas
rakaat. Aku tidak pernah tahu Nabi saw. membaca Al-Qur'an seluruhnya
dalam satu malam, dan aku juga tidak pernah tahu Nabi saw. melakukan
shalat semalam suntuk sampai subuh. Beliau juga tidak pernah melakukan
puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan." Sa'ad bin Hisyam
berkata: "Lalu aku berangkat pulang menemui Ibnu Abbas dan menceritakan
kepadanya apa-apa yang telah diceritakan Aisyah kepadaku." Lalu Ibnu
Abbas berkata: "Aisyah benar. Seandainya aku dekat dengannya atau aku
boleh menemuinya, niscaya aku akan datang sehingga dia bisa
menceritakannya secara langsung kepadaku." Sa'ad bin Hisyam berkata:
"Aku berkata kepada Ibnu Abbas: 'Kalau aku tahu kamu tidak boleh bertemu
dengannya, tentu tidak aku ceritakan kepadamu ceritanya tersebut.'" (HR
Muslim)266

Abdurrahman bin Syamasah berkata: "Aku menemui Aisyah untuk


menanyakan sesuatu kepadanya. Aisyah bertanya kepadaku: 'Siapa kamu
ini?' Aku menjawab: 'Aku adalah orang Mesir., Aisyah bertanya:
'Bagaimana sikap pemimpinmu di negerimu sana?' Aku jawab: 'Kami tidak
melihat darinya sesuatu yang buruk. Apabila ada seorang di antara kami
yang mati unta atau budaknya, maka dia segera memberi ganti. Bahkan dia
tidak segan-segan memberikan bantuan nafkah kepada yang memerlukan.'
Aisyah berkata: 'Aku tidak perduli terhadap apa yang telah dilakukan kepada
saudaraku sendiri, Muhammad bin Abu Bakar. Namun aku ingin
memberitahukan kepadamu sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah
saw.' Pada suatu hari di rumahku ini beliau pernah bersabda: "Ya Allah,
barangsiapa yang menjadi pemimpin umatku dalam bidang apa pun, lalu dia
menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Dan barangsiapa yang menjadi
pemimpin umatku ini dalam bidang apa pun, lalu dia berlaku belas kasih
kepada mereka, maka belas kasihilah kepadanya.'" (HR Muslim)267

Masruq berkata: "Aku menemui Aisyah r.a. dan kebetulan di sampingnya


ada Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan bait-bait syair pujian
kepada Aisyah. Hasan berkata: '(Aisyah) adalah wanita suci dan menjaga
kehormatan diri, berakal sempurna, tidak pernah berbuat sesuatu yang
mencurigakan, lapar (kosong) dari menggunjing wanita-wanita yang lengah
(syair itu mengatakan bahwa Aisyah adalah seorang wanita yang suci dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (12 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

terhormat. Dia tidak pernah mempergunjingkan wanita-wanita lain. Sebab


bergunjing itu sama artinya dengan memakan daging orang yang
dipergunjingkan. Karena itulah Aisyah dikatakan lapar, sebab dia tidak
pernah memakan daging orang lain).' Aisyah berkata kepada Hassan: 'Tetapi
kamu tidaklah demikian.' Aku lalu menyahut: 'Lalu mengapa kamu izinkan
Hassan menemuimu, sedangkan Allah telah berfirman: (Dan barangsiapa di
antara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam menyiarkan berita
bohong itu, maka baginya azab yang besar)? Aisyah berkata: 'Adakah siksa
yang lebih berat daripada kebutaan? Sesungguhnya Hassan pernah membela
atau melindungi Rasulullah saw. dengan syairnya.'" (HR Bukhari dan
Muslim)268

Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah berkata: "Aku pergi menemui Aisyah,
lalu berkata: 'Maukah kamu menceritakan kepadaku mengenai sakitnya
Rasulullah saw.?' Dia berkata: 'Tentu saja. Ketika beliau sudah sakit berat,
beliau berkata: "Apakah orang-orang sudah shalat?" Kami jawab: "Belum,
wahai Rasulullalm mereka menunggumu." Beliau berkata: "Tuangkanlah air
untukku ke dalam bak itu." Aisyah berkata: "Kami segera melaksanakan
perintah beliau itu, lalu beliau mandi. Setelah itu beliau bergerak akan
bangkit, tetapi kemudian pingsan." Hal itu terulang sampai tiga kali. Setelah
siuman beliau bertanya: "Apakah orang-orang sudah shalat?" Kami jawab:
"Belum, mereka masih menunggumu, wahai Rasulullah." Sementara itu
orang-orang berkumpul di masjid menunggu Rasulullah saw. untuk shalat
isya yang terakhir. Kemudian beliau mengutus seseorang untuk menemui
Abu Bakar agar dia mengimami shalat jamaah. Sesampainya di tempat Abu
Bakar, utusan itu berkata: "Rasulullah saw. menyuruhmu agar shalat
bersama orang-orang." Abu Bakar berkata --beliau adalah seorang yang
lembut: "Wahai Umar, shalatlah bersama orang-orang." Umar berkata
kepada Abu Bakar: "Kamulah yang lebih berhak untuk itu." Akhirnya Abu
Bakar shalat bersama orang-orang (menjadi imam) selama beberapa hari.
Kemudian Rasulullah saw. merasa badannya sudah agak sehat. Lalu beliau
keluar dengan dipapah oleh dua orang, salah seorangnya Abbas, untuk
menunaikan shalat zuhur. Sementara Abu Bakar ketika itu sedang shalat
bersama orang-orang. Ketika dia melihat Rasulullah saw., dia bergerak
untuk mundur. Maka Nabi saw. memberikan isyarat kepadanya supaya tidak
mundur. Kemudian beliau berkata kepada kedua orang yang memapahnya:
"Dudukkan aku di sampingnya." Lalu mereka mendudukkan Nabi saw. di
samping Abu Bakar.' Ubaidillah berkata: 'Lantas Abu Bakar shalat dengan
berimamkan kepada Nabi saw., sementara orang-orang shalat berimamkan
kepada Abu Bakar, sedangkan Nabi saw. shalat dalam posisi duduk.'
Ubaidillah berkata: 'Aku mendatangi Abdullah bin Abbas, lalu berkata
kepadanya: "Maukah kamu aku ceritakan sesuatu yang telah diceritakan
Aisyah kepadaku mengenai sakitnya Rasulullah saw.?'" Ibnu Abbas berkata:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (13 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

'Ceritakanlah!' Maka aku ceritakan kepadanya cerita Aisyah itu. Ibnu Abbas
tidak menyangkalnya dan bertanya: 'Apakah Aisyah menyebutkan kepadamu
nama laki-laki yang bersama dengan Abbas itu?' Aku jawab: 'Tidak.' Ibnu
Abbas berkata: 'Dia adalah Ali.'" (HR Bukhari dan Muslim)269

d. Tanggapan Aisyah r.a. terhadap Para Sahabat

Ubaidillah bin Umair berkata: "Aisyah mendengar bahwa Abdullah bin


Amru memerintahkan kaum wanita menguraikan rambutnya apabila mereka
mandi. Maka Aisyah berkata: 'Aneh sekali Amru ini. Dia menyuruh kaum
wanita supaya menguraikan rambutnya ketika mandi. Mengapa tidak
menyuruh mencukur rambut mereka saja sekalian? Sungguh aku pernah
mandi bersama-sama Rasulullah saw. dari satu wadah, dan aku tidak
menyiram kepalaku lebih dari tiga kali siraman.'" (HR Muslim)270

Dari Amrah binti Abdurrahman, dia berkata bahwa Ziyad bin Abi Sufyan
menulis sepucuk surat kepada Aisyah r.a. yang isinya mengatakan bahwa
Abdullah bin Abbas berkata: 'Barangsiapa yang ingin memberikan hadyu
dengan seekor binatang hadyu, maka haram atasnya apa yang diharamkan
atas orang yang melakukan haji sampai dia menyembelih hadyanya.' Aisyah
berkata: 'Bukan seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas. Aku pernah
memintal tali-tali kalung binatang hadyu Rasulullah saw. dengan kedua
tanganku ini. Kemudian Rasulullah saw. mengalungkannya dengan kedua
tangan beliau untuk selanjutnya beliau kirim bersama bapakku. Namun tidak
haram atas Rasulullah saw. sesuatu yang telah dihalalkan Allah sampai
binatang hadyu itu disembelih.'" (HR Bukhari dan Muslim)271

Muhammad ibnul Muntasyir berkata: "Aku menemui Aisyah r.a. untuk


menanyakan perkataan Ibnu Umar yang isinya: 'Aku tidak suka disemproti
minyak wangi kalau esok pagi aku mau melakukan ihram --menurut riwayat
Muslim: "Seandainya aku dilumuri dengan lumpur akan lebih kusenangi
daripada melakukan hal tersebut."'Aisyah berkata: 'Aku pernah memberi
Rasulullah saw. minyak wangi, kemudian beliau mengunjungi istri-istrinya,
lalu pada pagi harinya beliau berihram.'" (HR Bukhari dan Muslim)272

Mujahid berkata: "Aku dan Urwah bin Zubair memasuki masjid. Ternyata di
dekat kamar Aisyah r.a. sudah ada Abdullah bin Umar r.a. sedang duduk-
duduk, sementara di masjid ada beberapa orang sedang melakukan shalat
dhuha. Mujahid berkata: 'Lalu kami menanyakan mengenai shalat yang
mereka lakukan itu kepada Abdullah.' Dia menjawab: 'Itu adalah bid'ah.'
Kemudian Urwah bin Zubair bertanya kepadanya: 'Berapa kali Rasulullah
saw. melaksanakan umrah?' Dia menjawab: 'Empat kali. Salah satunya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (14 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

beliau lakukan pada bulan Rajab.' (Sebenarnya kami merasa kejanggalan


atas jawabannya itu) tetapi kami tidak ingin mengulasnya. Mujahid berkata:
'Waktu itu kami mendengar Aisyah Ummul Mukminin sedang menggosok
gigi di dalam kamarnya.' Lalu Urwah berkata: 'Hai Ummi, hai Ummul
Mukminin, apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Abu
Abdurrahman itu?' Aisyah bertanya: 'Apa yang dia katakan?' Urwah berkata:
'Dia bilang bahwa Rasulullah saw. telah melaksanakan umrah sebanyak
empat kali dan salah satunya beliau lakukan pada bulan Rajab.' Aisyah
berkata: 'Semoga Allah mengampuni Abu Abdurrahman. Padahal Nabi saw.
tidak pernah umrah kecuali dia menyaksikannya, dan Nabi saw. itu tidak
pernah sama sekali mengerjakan umrah pada bulan Rajab.'" (HR Bukhari
dan Muslim)273

Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Malikah berkata: "Anak Utsman bin Affan
meninggal dunia di Mekah. Kami datang melayatnya. Hadir pula antara lain
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas. Aku duduk di antara mereka berdua --atau dia
berkata: 'Aku duduk ke dekat salah satu dari keduanya. Kemudian datang
yang satu lagi, lalu duduk di sampingku-'" Lalu Abdullah bin Umar r.a.
berkata kepada Amr bin Utsman: "Tidakkah kamu melarang (orang-orang)
menangis?" Sebab Rasulullah saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya mayit
itu bisa disiksa karena tangisan (ratapan) keluarganya." Ibnu Abbas r.a.
berkata: "Dahulu Umar pernah mengatakan semacam itu." Selanjutnya Ibnu
Abbas berkata: "Setelah Umar meninggal dunia, lalu aku menceritakan
masalah tersebut kepada Aisyah r.a.." Aisyah berkata: "Semoga Allah
memberikan rahmat kepada Umar. Demi Allah, Rasulullah saw. tidak pernah
mengatakan: 'Sesungguhnya Allah akan menyiksa seorang mukmin karena
tangisan keluarga untuknya.' Rasulullah saw. hanya bersabda:
'Sesungguhnya Allah menambah siksa orang kafir karena ratapan
keluarganya.'" Aisyah berkata pula: "Kiranya cukuplah kalian memegang
ayat Al-Qur'an: (Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain)." Pada saat itu Ibnu Abbas berkata: "Allah-lah yang membuat
(seseorang) tertawa dan menangis." (HR Bukhari dan Muslim)274

Dari Aisyah dikatakan bahwa dia berkata: "Apakah kamu tidak merasa
kagum terhadap bapak si fulan (maksudnya Abu Hurairah)? Dia datang, lalu
duduk di sebelah kamarku seraya menceritakan hadits Nabi saw. Sengaja dia
memperdengarkan hal itu kepadaku. Saat itu aku sedang bertasbih. Dia
berdiri meninggalkan tempat itu sebelum aku selesai bertasbih. Seandainya
aku sempat mendapatinya waktu itu, maka akan aku katakan kepadanya
berulang-ulang: 'Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak pernah menyampaikan
hadits demikian cepatnya seperti yang kalian lakukan.'" Menurut satu
riwayat275: "Nabi saw. biasanya menyampaikan hadits yang apabila ada
yang mau menghitungnya, niscaya dia bisa menghitungnya." (HR Bukhari

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (15 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

dan Muslim)276

Badruddin az-Zarkasyi menulis satu buku yang dibatasi untuk satu


pembahasan saja, yaitu tanggapan-tanggapan Aisyah terhadap para sahabat.
Buku ini beliau beri judul: Al-Ijabah Li Iradi ma Istadrakathu A'isyah 'ala
ash-Shahabah (Jawaban untuk Mengetengahkan Tanggapan Aisyah terhadap
Para Sahabat). Dalam pendahuluan buku itu, penulisnya berkata: "Buku ini
menghimpun berbagai keistimewaan ash-Shiddiqah (Aisyah r.a.); perbedaan
pendapatnya dengan orang lain, baik berdasarkan pendapatnya sendiri
ataupun Sunnah yang jelas; tambahan pengetahuan yang bermanfaat;
sanggahannya terhadap pendapat para ulama pada zamannya; pendapatnya
yang dijadikan referensi oleh orang-orang terkemuka pada waktu itu; serta
fatwa yang dia keluarkan atau ijtihadnya berdasarkan pendapat yang dia
pandang lebih kuat "277

Az-Zarkasyi mengemukakan tanggapan Aisyah terhadap dua puluh tiga


sahabat terkemuka, seperti Umar ibnul Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan
Abdullah bin Abbas, mencapai lima puluh sembilan pelurusan. Ustadz Sa'id
al-Afghani, peneliti buku Al-Ijabah, berkata: "Aku menghabiskan waktu
bertahun-tahun untuk melakukan kajian mengenai Aisyah. Aku seolah-olah
berhadapan dengan suatu mukjizat yang tidak ada cara pun untuk bisa
menggambarkannya dengan tulisan. Yang akan membuat Anda kagum,
khususnya, adalah ilmunya yang luas bagaikan samudera yang dalam dengan
ombaknya yang berdebur, luasnya sejauh mata memandang, dan warnanya
beraneka ragam. Apapun bidang yang ingin Anda tekuni, baik fiqih, hadits,
tafsir, ilmu syariat, etika, syair, kisah-kisah, masalah keturunan, sifat-sifat
terpuji, kedokteran, atau sejarah pasti Anda akan terpesona mendapatkaumya
dari sosok wanita yang satu ini. Rasa kagum Anda tidak akan pernah habis
membaca semua kehebatannya itu, padahal umur Aisyah ketika itu tidak
lebih dari delapan belas tahun."278

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (16 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah.html (17 of 17)12/12/2005 7:52:59


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

5. Sikap Rendah Hati dan Tanggung Jawab Ilmiah Aisyah r.a.

Syuraih bin Hani berkata: "Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang
mengusap sepatu ketika berwudhu. Aisyah berkata: 'Datanglah kepada Ali,
sebab dia lebih tahu daripadaku mengenai masalah itu.' Menurut satu
riwayat: 'Sebab dia pernah bepergian bersama Rasulullah saw.' Lalu aku
mendatangi Ali. Ali menceritakan dari Nabi saw. bahwa tiga hari tiga malam
untuk orang yang musafir dan satu hari satu malam untuk orang yang
mukim ..." (HR Muslim)279

Dari Kuraib dikatakan bahwa Ibnu Abbas, Miswar bin Makhramah, dan Abdurrahman bin
Azhar r.a. menyuruhnya menemui Aisyah r.a.. Mereka berkata: "Sampaikanlah salam kami
kepadanya, dan tanyakan kepadanya mengenai dua rakaat shalat sesudah asar serta katakan
kepadanya bahwa kami mendengar kabar kalau engkau (Aisyah) juga melakukannya,
padahal kami dengar Rasulullah saw. melarangnya." Ibnu Abbas berkata: "Waktu itu aku
sedang bersama Umar ibnul Khattab segera beranjak meninggalkan tempat untuk
menjauh."

Selanjutnya Kuraib berkata: "Aku pergi menemui Aisyah r.a. dan


menyampaikan apa yang mereka pesankan kepadaku. Aisyah berkata: 'Kamu
tanyakan saja kepada Ummu Salamah.' Lalu aku pulang menemui orang-
orang yang menyuruhku tadi dan aku beritahu apa jawaban Aisyah. Mereka
kemudian kembali menyuruhku menemui Ummu Salamah r.a. guna
menanyakan hal yang sama. Ummu Salamah berkata r.a.: 'Aku memang
pernah mendengar Rasulullah saw. melarangnya. Namun kemudian aku juga
pernah melihat beliau melakukannya setelah shalat asar. Setelah itu beliau
masuk ke rumah yang pada saat itu aku sedang bersama beberapa wanita
Bani Haram dari kalangan Anshar Lalu aku mengutus seorang budak
perempuan kepada Rasulullah saw.' Kepadanya aku katakan: 'Berdirilah
kamu di samping beliau dan katakanlah kepada beliau seperti ini: "Ummu
Salamah berkata padamu, wahai Rasulullah: 'Aku pernah mendengarmu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (1 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

melarang mengerjakan yang dua rakaat ini, tetapi aku lihat engkau sendiri
melakukannya? Seandainya beliau memberi isyarat dengan tangannya maka
tunggulah dulu." Lalu budak perempuan itu melaksanakan apa yang
kuperintahkan, dan ternyata beliau memberi isyarat dengan tangannya, maka
budak perempuan itu mundur. Kemudian setelah beliau selesai mengerjakan
shalat dua rakaat itu beliau berkata: 'Wahai putri Abu Umayyah, kamu pasti
ingin menanyakan shalat dua rakaat yang sesudah asar itu. Ketahuilah bahwa
tadi ada beberapa orang dari Suku Abdul Qais datang kepadaku. Aku sibuk
melayani mereka sehingga tidak sempat melakukan shalat dua rakaat setelah
zuhur. Maka dua rakaat yang aku kerjakan sekarang adalah pengganti dua
rakaat setelah zuhur yang ketinggalan itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)280

Ibrahim berkata: "Aku berkata pada al-Aswad: 'Apakah kamu sudah pernah
menanyakan kepada Aisyah mengenai bejana apa yang tidak baik digunakan
sebagai tempat penyimpanan anggur?'" Aswad berkata: "Pernah. Aku
bertanya padanya seperti ini: 'Wahai Ummul Mukminin, tempat apakah yang
dilarang Nabi saw. menyimpan anggur?' Aisyah menjawab: "Sama seperti
larangan yang beliau berlakukan terhadap kami ahlul bait (keluarga Nabi
saw.), yaitu bejana dari labu air dan bejana yang dicat dengan ter (gala-
gala)." Aku bertanya: "Mengapa kamu tidak menyebutkan bejana tempayan
dan yang sejenisnya?" Dia menjawab: "Aku hanya mau menceritakan
kepadamu apa yang pernah aku dengar. Apakah aku harus menceritakan apa
yang belum pernah aku dengar?" (HR Bukhari)281

6. Minat Aisyah untuk Mencapai Ketinggian Derajat

a. Sebelum Ayat Hijab Diturunkan

Anas r.a. berkata: "Ketika terjadi tragedi dalam Perang Uhud, banyak
prajurit Islam yang lari meninggalkan Nabi saw. Aku melihat Aisyah binti
Abu Bakar dan Ummu Sulaim sibuk sekali melayani pasukan. Mereka
menyingsingkan pakaian sehingga kelihatan olehku gelang-gelang kaki
mereka. Dengan langkah cepat mereka mengangkat girbah air di atas
punggung mereka untuk memberi minum pasukan Islam. Kemudian pergi
lagi mengisi girbah air tersebut, lalu datang lagi untuk memberi minum
pasukan sampai isi girbah itu kosong ..." (HR Bukhari dan Muslih)282

b. Setelah Ayat Hijab Diturunkan

Aisyah r.a. berkata: "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad itu adalah
amalan yang paling afdal. Apakah kami tidak boleh ikut berjihad?" Nabi
saw. menjawab: "Kalian mempunyai jihadyang paling afdal, yaitu haji

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (2 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

mabrur." Menurut satu riwayat:283 "Apakah kami tidak boleh berperang dan
berjihad bersamamu?" Lalu Nabi saw. menjawab: "Tetapi jihad yang lebih
baik dan lebih indah bagi kalian adalah haji, yaitu haji mabrur." Selanjutnya
Aisyah berkata: "Setelah mendengar apa yang dikatakan Rasulullah saw. ini
aku tidak pernah lagi meninggalkan haji." (HR Bukhari)284

Aisyah r.a. berkata: "Aku pernah bepergian bersama Rasulullah saw. dengan
mengenakan ihram untuk melaksanakan haji pada bulan-bulan haji dan pada
musim kaji. Sesampainya di desa Saraf (yang terletak sekitar 10 km dari
Mekah), Nabi saw. berkata kepada para sahabatnya: 'Barangsiapa di antara
kalian yang tidak membawa hewan sembelihan, maka tidak boleh.' Ketika
itu bersama Nabi saw. ada beberapa orang sahabat beliau yang mempunyai
hewan sembelihan, tetapi mereka tidak melakukan umrah. Lantas Nabi saw.
menemuiku, sementara aku ketika itu sedang menangis. Beliau bertanya:
'Mengapa kamu menangis?' Aku menjawab: 'Aku mendengarmu berkata
kepada para sahabatmu apa yang telah kamu katakan itu, ketika kamu
melarang mengerjakan umrah.'" Menurut satu riwayat disebutkan bahwa
Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, apakah orang-orang kembali dengan dua
pahala, sementara aku hanya dengan satu pahala?"285 Menurut satu riwayat
lagi Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, orang-orang mengerjakan dua
ibadah, sementara aku cuma satu ibadah?"286 Nabi saw. berkata:
"Memangnya ada apa denganmu?" Aisyah menjawab: "Aku sedang tidak
boleh shalat." Nabi saw. berkata: "Itu tidak jadi soal bagimu dan tidak ada
hubungannya dengan masalah putri-putri Adam yang lain. Allah mencatat
pahala untukmu seperti yang Dia catat untuk mereka. Karena itu, teruskanlah
hajimu. Mudah-mudahan saja Allah memberimu pahala yang penuh."
Aisyah berkata: "Akhirnya aku meneruskan hajiku sampai aku mengerjakan
nafar di Mina. Kemudian kami singgah di Muhashshab (oase dekat Mina).
Kemudian Nabi saw. memanggil Abdurrahman dan berkata: "Bawalah
saudara perempuanmu ini ke tanah Haram dan berihramlah untuk
umrah!" (HR Bukhari dan Muslim)287

7. Penuturan Aisyah r.a. tentang Kelebihan Keluarga Rasulullah saw.

Aisyah berkata: "Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang istri-istri
Nabi saw. yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal aku
tidak pernah melihat (bertemu dengan)nya. Akan tetapi (rasa cemburuku itu
timbul karena) Nabi saw. seringkali menyebut-nyebutnya. Bahkan beliau
sering menyembelih seekor kambing, lalu memotongnya menjadi beberapa
bagian, kemudian mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah."
Terkadang aku berkata kepada Rasulullah saw.: 'Seolah-olah tidak ada di
dunia ini wanita selain Khadijah?' Beliau berkata: 'Sesungguhnya dia (adalah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (3 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

wanita yang utama), dan dia (adalah wanita yang bijaksana) dan darinyalah
aku mendapatkan anak.'" (HR Bukhari dan Muslim)288

Aisyah berkata: "... lalu istri-istri Nabi saw. menyuruh Zainab binti Jahasy,
istri Nabi saw. Dialah yang selalu bersaing denganku untuk mengambil
tempat di hati Rasulullah saw. Dia memang wanita yang pandai dalam soal
agama, sangat takut kepada Allah, bicaranya sangat jujur, suka melakukan
silaturrahim, senang memberikan sedekah, serta tidak segan-segan
mengorbankan tenaganya untuk amal sedekah dan yang dapat mendekatkan
dirinya kepada Allah Ta'ala. Hanya sayangnya, dia adalah wanita yang lekas
marah apabila ada sesuatu yang mengganjalnya. Akan tetapi dia cepat pula
memaafkan." (HR Muslim)289

Hisyam, dari ayahnya, mengatakan bahwa Hassan bin Tsabit termasuk orang
yang berlebihan terhadap Aisyah (menyangkut kasus berita bohong). Ketika
aku mencaci maki dia, Aisyah menegurku seraya berkata: "Biarkan saja dia,
wahai keponakanku. Sesungguhnya dia adalah orang yang pernah membela
Rasulullah saw." (HR Bukhari dan Muslim)290

Urwah bin Zubair berkata: "... Aisyah tidak suka kalau Hassan bin Tsabit
(yang terlibat dalam kasus berita bohong) dicaci maki di hadapanku, dan dia
berkata bahwa Hassanlah yang pernah berkata: 'Sesungguhnya ayahku,
orang tua ayahku, dan kehormatanku ... siap menjaga kehormatan
Muhammad dari serangan kalian.'" (HR Bukhari dan Muslim)291

8. Sifat Zuhud dan Pemurah Aisyah r.a.

Auf bin Thufail, kemenakan Aisyah dari jalur ibu, mengatakan bahwa ada yang bercerita
kepada Aisyah bahwa Abdullah bin Zubair berkata mengenai jual beli atau suatu
pemberian yang diberikan Aisyah: "Demi Allah, hendaklah Aisyah berhenti melakukannya
atau dia akan aku diamkan (tidak aku sapa) selama-lamanya." Di dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa Zubair adalah orang yang paling disenangi Aisyah setelah Nabi saw. dan
Abu Bakar. Abdullah bin Zubair adalah orang yang paling baik terhadap Aisyah. Aisyah
tidak pernah menahan rezeki Allah yang datang kepadanya kecuali dia sedekahkan.292
Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin Zubair mengucapkan kata-kata itu?" Para sahabat
menjawab: "Benar." Aisyah berkata: "Demi Allah, aku bernazar tidak akan berbicara
dengan Ibnu Zubair selama-lamanya."

Akhirnya Ibnu Zubair meminta bantuan seseorang untuk menyelesaikan


masalahnya dengan Aisyah. Aisyah berkata: "Demi Allah, aku tidak
menerima bantuan seseorang untuk menengahi kasus Ibnu Zubair ini dan
aku tidak mau melanggar nazarku." Karena Ibnu Zubair merasa sudah lama

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (4 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

sekali tidak bertegur sapa dengan Aisyah, akhirnya dia mencoba berbicara
dengan Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman ibnul Aswad bin Abdi
Yaghuts. Keduanya adalah dari Bani Zuhrah. Ibnu Zubair berkata kepada
mereka: "Demi Allah, aku betul-betul berharap agar kalian bersedia
membawaku menemui Aisyah, sebab tidaklah halal (baik) baginya bernazar
untuk memutuskan hubungan denganku." Mereka menerima permintaan
Ibnu Zubair. Setelah memakai jubah mereka berangkat menuju rumah
Aisyah. Sampai di situ mereka mengucapkan: "Assalamu'alaikom
warahmatullahi wabarakatuh, apakah kami boleh masuk?" Aisyah
menjawab: "Silakan!" Mereka bertanya: "Apakah semua kami?" Aisyah
menjawab: "Ya, silakan masuk semuanya!" Sementara Aisyah tidak tahu
bahwa bersama mereka ada Ibnu Zubair. Setelah mereka masuk, Ibnu Zubair
segera masuk menembus hijab pembatas dan langsung mendekati Aisyah,
dan sambil menangis dia meminta Aisyah memaafkannya. Demikian pula
halnya dengan Miswar dan Abdurrahman. Mereka terus memohon Aisyah
agar mau berbicara dan menerima kedatangan Ibnu Zubair, dan mereka
mengatakan bahwa Nabi saw., seperti yang kalian ketahui, melarang
pemutusan tegur sapa, dan tidaklah halal (boleh) bagi seorang muslim tidak
bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Setelah mereka
berbicara panjang lebar untuk mengingatkan dan mendesak Aisyah, akhirnya
sambil menangis Aisyah berkata: "Sesungguhnya aku sudah bernazar dan
nazarku itu sangat berat." Tetapi mereka tetap bersikeras meminta dan
mendesak Aisyah sehingga akhirnya Aisyah bersedia berbicara dengan Ibnu
Zubair. Untuk menebus nazarnya itu, dia memerdekakan empat puluh orang
budak. Ketika ingat akan nazarnya itu setelah kejadian tersebut, Aisyah
menangis sehingga air matanya bercucuran membasahi kerudungnya." (HR
Bukhari)293

9. Sifat Wara Aisyah r.a.

Amr bin Maimun al-Audi berkata: "Aku melihat Umar ibnul Khattab r.a.
berkata: 'Wahai Abdullah bin Umar, pergilah ke tempat Ummul Mukminin,
Aisyah r.a., dan katakanlah kepadanya bahwa Umar ibnul Khattab
menyampaikan salam, kemudian tanyakan kepadanya bagaimana kalau aku
dimakamkan bersama kedua sahabatku (yakni Rasulullah saw. dan Abu
Bakar).' Aisyah berkata: 'Sebenarnya aku ingin tempat itu untukku. Tetapi
hari ini biarlah aku mengalah untuk mengabulkan permintaan Umar.' Setelah
kembali kepada ayahnya, Umar bertanya kepada Abdullah: 'Apa berita yang
kamu bawa?' Abdullah bin Umar menjawab: 'Wahai Amirul Mukminin,
Aisyah mengizinkannya untukmu." Umar ibnul Khattab berkata: "Tidak satu
pun yang lebih penting bagiku sekarang selain tempat berbaring di dekat
kedua sahabatku itu. Apabila nyawaku sudah dicabut, maka kalian bawalah
aku kepada Aisyah dan ucapkanlah salam kepadanya, kemudian katakan:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (5 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

'Umar ibnul Khattab meminta izin dan seandainya dia (Aisyah)


mengizinkan, maka kuburkanlah aku di sana, dan jika tidak, maka bawalah
aku kembali ke pemakaman kaum muslimin.'" (HR Bukhari)294

Ibnu Abi Malikah berkata: "Ibnu Abbas meminta izin menjenguk Aisyah
sebelum dia meninggal dunia, yaitu ketika Aisyah sedang sekarat. Aisyah
berkata: 'Aku khawatir kalau aku dipuji ...' Berikutnya masuk Ibnu Zubair.
Lalu Aisyah berkata: 'Ibnu Abbas masuk, lalu dia memujiku. Sebenarnya
aku ingin menjadi orang yang dilupakan dan terlupakan.'" (HR Bukhari)295
Dari Aisyah dikatakan bahwa dia berkata kepada Ibnu Zubair: "Kuburkanlah
aku bersama sahabat-sahabatku (istri-istri Rasulullah saw.), dan janganlah
aku dikuburkan bersama Nabi saw., sebab aku tidak suka kalau diriku dipuji-
puji." (HR Bukhari)296

10. Keberanian Aisyah

Jika sikap Aisyah ketika Perang Uhud yang ketika itu dia ikut melayani pasukan,
memanggul girbah air di atas punggungnya, sedangkan waktu itu dia baru berusia sebelas
tahun, maka sekarang mari kita perhatikan pula bagaimana sikapnya pada waktu terjadinya
Perang Khandaq setelah dia berusia dua belas tahun. Aisyah berkata: "Pada hari terjadinya
Perang Khandaq, aku keluar mengikuti jejak pasukan Islam. Tiba-tiba aku mendengar deru
suara hentakan kaki di bumi. Ketika menoleh, ternyata aku melihat ada Sa'ad bin Mu'adz
datang bersama keponakannya, Harits bin Aus yang memakai perisai. Aku segera duduk di
tanah. Maka lewatlah Sa'ad yang ketika itu memakai baju besi. Ujung-ujung baju besinya
terlihat terlepas. Sambil berjalan Sa'ad melantunkan syair rajaz yang bunyinya seperti
berikut:

Semoga untukku merasakan sedikit bagaimana rasanya perang...


Alangkah indahnya bila tiba ajal

Aku berdiri, lalu bergegas masuk taman. Ternyata di situ sudah ada
sekumpulan orang Islam, di antaranya Umar ibnul Khattab, dan salah
seorang dari mereka adalah laki-laki yang memakai topi baja. Umar berkata
kepadaku: 'Mengapa kamu datang ke sini? Astaghfirullah, kamu ini betul-
betul nekad. Siapa yang bisa melindungimu kalau tiba bencana atau tempat
ini tiba-tiba berubah menjadi kancah peperangan?'"Aisyah berkata: "Umar
terus mengata-ngataiku, sehingga aku berharap kiranya bumi ini terbelah,
lalu aku terperosok ke dalamnya." Selanjutnya Aisyah berkata: "Lalu laki-
laki yang memakai topi baja tadi mengangkat topi baja yang menutupi
mukanya. Rupanya dia adalah Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah berkata:
"Wahai Umar, kamu sudah terlalu banyak berbicara kepadanya. Kemana lagi
mau pergi atau lari selain kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (6 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

Mulia?" Aisyah berkata; "Lalu salah seorang laki-laki musyrik dari kalangan
Quraisy, namanya Ibnul Irqah, membidik Sa'ad dengan anak panahnya.
Ibnul Irqah berkata kepada Sa'ad: "Terimalah ini olehmu. Aku adalah Ibnul
Irqah." Ibnul Irqah membidik tepat pada lengan Sa'ad sehingga memutuskan
urat nadinya. Lantas Sa'ad memanjatkan doa kepada Allah SWT seraya
memohon: "Ya Allah, janganlah Engkau matikan aku hingga hatiku senang
membalas Bani Quraizhah." Aisyah berkata; "Mereka dahulunya adalah
sekutu pada zaman jahiliah." Kemudian Aisyah berkata; "Kemudian darah
luka Sa'ad berhenti mengalir. Setelah itu Allah SWT mengirimkan angin
topan ke arah orang-orang musyrik, sehingga orang-orang mukmin
memenangkan peperangan tersebut. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa." (HR Ahmad)297

Umar ibnul Khattab berkata bahwa dia datang menemui Hafshah, lalu
berkata: "Wahai putriku, sesungguhnya kamu sudah membuat ulah terhadap
Rasulullah sehingga membuat beliau murung seharian." Hafshah berkata:
"Memang benar, kami telah membuat ulah terhadap Rasulullah saw." Aku
(Umar) berkata: "Bukankah kamu sudah tahu bahwa aku pernah
memperingatkanmu dari siksa Allah dan murka Rasulullah? ... Kemudian
Umar menemui Aisyah dan berkata: "Wahai putri Abu Bakar, sudah
cukupkah kamu dalam menyakiti Rasulullah?" Aisyah menjawab: "Apa
urusanmu denganku, wahai putra al-Khattab? Urus sajalah aibmu sendiri
(maksudnya aib putrimu sendiri)." (HR Muslim)298

Abu Maryam (yaitu) Abdullah Ibnu Ziyad al-Asadi berkata: "Ketika


Thalhah, az-Zubair, dan Aisyah berangkat menuju Bashrah, Ali mengutus
Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali. Lalu kedua orang ini datang kepada
kami di Kufah, lalu keduanya naik mimbar. Hasan bin Ali berada di mimbar
paling atas, sementara Ammar berdiri di tempat yang lebih rendah daripada
Hasan. Kami berkumpul ke tempat Hasan. Lalu aku mendengar Ammar
berkata: 'Sesungguhnya Aisyah sudah berangkat ke Bashrah, dan demi
Allah, dia adalah istri Nabi kalian baik di dunia maupun di akhirat. Akan
tetapi Allah SWT menguji kalian apakah kepada-Nya kalian taat atau kepada
Aisyah."' (HR Bukhari)299

11. Benar dalam Meriwayatkan Hadits

Aisyah berkata: "Tidakkah kalian berminat mendengar ceritaku mengenai aku dan
mengenai Rasulullah saw.?" Kami menjawab: "Tentu saja."... Lantas Aisyah bercerita:
"Pada malam ketika Rasulullah saw. berada di tempatku, beliau berbalik untuk meletakkan
selendangnya, melepaskan kedua terompahnya, dan meletakkannya di samping kedua
kakinya. Selanjutnya beliau bentangkan ujung kainnya, lalu beliau tidur-tiduran. Tidak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (7 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

berapa lama kemudian, ketika beliau menyangka aku telah tidur, beliau mengambil
selendangnya pelan-pelan, memakai terompah pelan-pelan, lalu beliau membuka pintu dan
keluar, kemudian menutupnya pelan-pelan. Aku memasang pakaianku di kepala, memakai
kerudung, dan mengenakan kainku. Kemudian aku berangkat mengikuti beliau. Ketika
beliau sampai di Baqi', beliau berdiri lama, lalu mengangkat tangan tiga kali. Kemudian
beliau berlalu, aku pun ikut berlalu. Ketika beliau mempercepat langkahnya, aku juga
mempercepat langkahku. Beliau lebih cepat lagi, aku juga lebih cepat lagi. Akhirnya aku
lebih dahulu sampai dan masuk rumah. Begitu aku berbaring, beliau masuk. Beliau
bertanya: 'Mengapa nafasmu naik turun, wahai Aisyah?' Aku menjawab: 'Tidak apa-apa.'
Beliau berkata: '(Silakan pilih) kamu sendiri yang memberitahuku atau Allah Yang Maha
Lembut lagi Maha Tahu yang akan memberitahuku?' Aisyah berkata: 'Ya Rasulullah, demi
ibu bapakku, aku akan memberitahumu.' Lalu aku memberitahu beliau apa yang terjadi.'
Beliau bertanya: 'Jadi engkaukah sosok hitam yang aku lihat di depanku tadi?' aku jawab:
'Ya.' Lalu beliau menyodok dadaku hingga membuatku kesakitan. Kemudian beliau
bertanya: 'Apakah engkau menyangka bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menzhalimi
kamu?' Aisyah menjawab: 'Betapapun manusia berusaha menyembunyikan, Allah pasti
mengetahuinya. Memang benar demikian.' Selanjutnya Rasulullah saw. menceritakan:
'Jibril datang kepadaku ketika engkau melihat. Dia memanggilku dengan
menyembunyikannya (merahasiakannya) darimu. Akupun menjawabnya secara rahasia
pula. Dia tidak mau masuk, karena engkau telah melepas pakaianmu, lalu aku menyangka
engkau telah tidur. Aku tidak ingin membangunkanmu dan aku khawatir engkau akan
merasa kelelahan.' Dia (Jibril) berkata: 'Sesungguhnya Tuhanmu memerintahkanmu untuk
datang kepada ahli Baqi' dan memintakan ampun untuk mereka.' Aisyah bertanya:
'Bagaimana aku mengucapkan untuk mereka, ya Rasulullah?' Rasulullah saw. menjawab:
'Ucapkanlah ...

Semoga keselamatan tetap atas kalian, penghuni perkampungan dari kaum


mukminin dan muslimin dan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu
dari kami dan yang kemudian. Dan kami Insya Allah akan menyusul.'" (HR
Muslim)300

Aisyah r.a. berkata: "Rasulullah saw. itu senang madu dan sesuatu yang
manis-manis. Setiap kali selesai melakukan shalat asar beliau biasanya
menemui istri-istrinya. Ketika datang giliran Hafshah, beliau lama sekali
berada di sisinya, sehingga aku merasa cemburu. Ketika hal itu aku
tanyakan, ada seseorangg yang menjelaskan bahwa Hafshah mendapat
hadiah semangkuk madu dari salah seorang perempuan dari kaumnya.
Haishah menyuguhkan sebagian dari madu itu kepada Rasulullah saw. Aku
berkata dalam hati: 'Tunggu, akan aku lakukan suatu siasat untuk beliau.'"
Lalu aku katakan kepada Saudah binti Zam'ah: "Beliau akan datang ke
tempatmu. Bila beliau sudah berada di tempatmu, maka katakanlah kepada
beliau: 'Apakah engkau habis makan maghafir (getah kayu yang dijadikan
bahan perekat. Rasanya manis, tetapi baunya tidak sedap)? Beliau pasti akan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (8 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

bilang: 'Tidak.' Lalu kamu katakan pada beliau: 'Bau apa ini yang aku cium
darimu?' Beliau pasti akan menjawab: 'Hafshah menyuguhkan minuman
madu untukku.' Lalu katakan kepada beliau: 'Oh, barangkali lebahnya
bersarang di pohon urfuth (nama kayu yang menghasilkan getah maghafir).'
Hal semacam ini juga akan aku sarankan kepada Shafiyyah untuk
melakukannya." Aisyah berkata bahwa Saudah berkata: "Sungguh, begitu
beliau sudah berdiri di pintu masuk, aku ingin memulai apa yang kamu
perintahkan itu karena aku takut kepadamu." Tatkala Rasulullah saw.
menghampiri Saudah, Saudah langsung berkata pada beliau: "Wahai
Rasulullah, apakah engkau habis makan maghafir?" Beliau menjawab:
"Tidak." Saudah berkata: "Lalu bau apa yang kucium darimu ini?" Beliau
menjawab: "Aku baru saja disuguhi minuman madu oleh Hafshah." Aku
(Saudah) berkata: "Oh, barangkali lebahnya bersarang di pohon urfuth."
Ketika beliau datang ke rumahku, pertanyaan tersebut aku sampaikan kepada
beliau. Ketika beliau datang ke rumah Shafiyyah, Shafiyyah juga
menyampaikan pertanyaan serupa. Kemudian ketika tiba giliran beliau ke
rumah Hafhsah kembali, Hafshah berkata. "Wahai Rasulullah, apakah
engkau mau aku suguhkan kembali minuman madu untukmu?" Beliau
berkata: "Aku sudah tidak menginginkannya lagi." Aisyah berkata bahwa
Saudah berkata: "Demi Allah, berarti kita sudah mengharamkannya." Aku
berkata: "Sudah, diam kamu!" (HR Bukhari dan Muslim)301

Aisyah, Ummul Mukminin, mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda ketika sewaktu
beliau sakit: "Suruhlah Abu Bakar shalat bersama orang-orang." Aisyah berkata:
"Sesungguhnya Abu Bakar, apabila dia menempati tempatmu, dia tidak dapat
memperdengarkan suaranya kepada orang-orang karena dia suka menangis. Sebaiknya
suruh saja Umar shalat bersama orang-orang. Namun beliau tetap berkata: 'Suruhlah Abu
Bakar shalat bersama orang-orang.'" Aisyah berkata: "Akhirnya aku berkata kepada
Hafshah: 'Katakanlah kepada beliau bahwa sesungguhnya Abu Bakar itu orangnya sangat
mudah sedih. Apabila dia berdiri menempati tempatmu, dia tidak akan bisa
memperdengarkan suaranya kepada orang-orang karena menangis. Karena itu sebaiknya
suruh saja Umar shalat bersama orang-orang.'" Lalu Hafshah menyampaikan usulan
Aisyah kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. berkata: "Sudahlah, kalian ini benar-benar
temannya Yusuf. Suruh saja Abu Bakar supaya shalat bersama orang-orang!" Hafshah
berkata kepada Aisyah: "Maaf, aku tidak bisa melaksanakan perintahmu dengan baik."

Dalam satu riwayat302 disebutkan: "Aisyah berkata: 'Sungguh aku telah


meminta pertimbangan kepada Rasulullah saw. mengenai hal itu
(dijadikannya Abu Bakar sebagai imam). Dan tidak ada yang mendorongku
untuk sering minta pertimbangan beliau selain karena aku merasa bahwa
orang-orang sesudah beliau tidak menyukai seseorang yang menggantikan
kedudukan beliau selamanya , dan aku pun berpendapat bahwa tidak seorang
pun yang menempati kedudukan beliau melainkan orang-orang merasa

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (9 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

pesimis terhadapnya. Oleh karena itulah aku ingin agar beliau membatalkan
pilihan beliau untuk Abu Bakar." (HR Bukhari dan Muslim)303

12. Ujian Berat dan Kasus Berita Bohong

Aisyah r.a. berkata: "Apabila akan bepergian, biasanya Rasulullah saw. mengadakan
undian di antara istri-istri beliau. Barangsiapa yang nomor undiannya keluar, dialah yang
akan ikut berangkat bersama Rasulullah saw." Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw.
mengadakan undian di antara kami pada suatu peperangan yang beliau ikuti. Ternyata
nomorku yang keluar. Akhirnya aku berangkat bersama Rasulullah saw. setelah turunnya
ayat hijab. Aku diangkut dan ditempatkan di dalam sekedup, lalu kami berangkat. Hingga
ketika Rasulullah saw. sudah selesai dan kembali dari peperangan itu, dan ketika itu kami
sudah mendekati kota Madinah untuk kembali, maka beliau mengumumkan
pemberangkatan pada malam hari. Aku berdiri pada saat mereka mengumumkan
pemberangkatan, lalu aku berjalan sehingga melewati para prajurit. Setelah selesai
menunaikan hajat aku kembali ke tempat barang bawaanku. Ketika aku raba dadaku,
ternyata kalungku yang terbuat dari manik-manik zhifar (Zhifar adalah nama sebuah kota
yang terletak di belahan paling timur Yaman) putus. Aku kembali untuk mencari kalungku
itu sehingga waktuku banyak habis untuk mencarinya." Aisyah berkata: "Lalu datang
orang-orang yang tadinya membawaku pergi, mereka langsung menaikkan sekedupku dan
memberangkatkannya dengan unta yang tadinya aku kendarai. Mereka mengira bahwa aku
ada di dalam sekedup itu. Berat badan wanita ketika itu tidak terlalu berat karena mereka
kurus, tidak dibalut daging, dan hanya makan sedikit, sehingga mereka tidak merasakan
ringannya sekedup di saat mengangkat dan menaikkannya (ke atas untukku). Apalagi aku
pada saat itu masih kecil dan muda belia. Lalu mereka membangunkan untuku dan mereka
pun berjalan. Sementara aku baru menemukan kalungku setelah para prajurit berlalu. Aku
datang ke tempat persinggahan mereka, namun di sana tidak seorang pun yang memanggil
dan menjawab. Aku pergi menuju ke tempat persinggahan semula, dan aku mengira bahwa
mereka akan kehilanganku, lalu mereka akan kembali mencariku di tempat itu.

Pada saat aku duduk di tempat persinggahanku, mataku mengantuk, lalu tertidur. Ternyata
Shafwan bin Mu'attal as-Sulami kemudian Dzakwani berada di belakang para serdadu.
Pada pagi harinya dia sampai di tempat persinggahanku. Dia melihat sosok hitam
seseorang yang sedang tidur. Begitu melihatku, dia langsung mengenaliku, sebab dia
pernah melihatku sebelum turunnya ayat hijab. Aku terbangun ketika dia mengucapkan
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un begitu dia mengenaliku. Aku bergegas menutupi wajahku
dengan jilbabku. Demi Allah, kami tidak berbicara sepatah kata pun dan aku tidak
mendengar satu kata pun yang dia ucapkan selain ucapan inna lillah tersebut. Dia turun,
lalu menderumkan untanya. Kemudian dia menginjak kaki depan untanya. Aku lekas
bangkit dan naik ke atas untanya. Lalu ia menuntun untanya hingga kami sampai ke tempat
para prajurit yang sedang berhenti untuk istirahat pada siang hari yang sangat terik."

Aisyah berkata: "Binasalah orang yang binasa. Orang yang merekayasa berita bohong itu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (10 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

adalah Abdullah bin Ubay bin Salul." Urwah berkata: "Saya diberitahu bahwa berita
bohong itu disiarkan dan dibicarakan di dekatnya (Ibnu Ubay bin Salul). Lalu dia
mengakui, mendengarkan, dan membahasnya." Selanjutnya Urwah berkata: "Para
pembawa berita bohong itu tidak ada yang disebutkan namanya selain Hassan bin Tsabit,
Misthah bin Utsatsah, dan Hamnah binti Jahsy serta lainnya yang tidak kuketahui selain
bahwa mereka itu adalah sekelompok orang sebagaimana yang terdapat dalam firman
Allah Ta'ala."

Urwah berkata: "Aisyah tidak suka Hassan dicerca di hadapannya dan Aisyah mengatakan
bahwa Hassan adalah orang yang pernah berkata: 'Sesungguhnya ayahku, orang tua
ayahku, dan kehormatanku ... siap menjaga kehormatan Muhammad dari serangan kalian.'

Aisyah berkata: "Lalu kami tiba di Madinah. Aku ditimpa sakit sesampainya di Madinah
selama satu bulan. Sementara orang-orang terpengaruh dengan ucapan para pembawa
berita bohong itu. Sedangkan aku tidak tahu sedikit pun mengenai semua itu. Hal yang
mulai membuatku curiga adalah bahwa aku tidak melihat lagi kelemah-lembutan
Rasulullah saw. seperti yang pernah aku lihat ketika aku sakit. Ketika masuk menemuiku,
beliau hanya mengucapkan salam lalu bertanya: 'Bagaimana keadaanmu,' lalu beliau
berpaling. Hal itulah yang membuatku mulai curiga. Namun aku belum tahu berita buruk
yang sedang berkembang, sehingga ketika sembuh dari sakit, aku langsung saja keluar.
Aku keluar bersama Ummu Misthah ke daerah Manashi' (yang terletak di luar kota
Madinah). Kami buang air di tempat itu. Kami tidak keluar kecuali dari satu malam ke
malam berikutnya. Hal itu kami lakukan sebelum kami membuat tempat buang air di dekat
rumah kami masing-masing.'" Aisyah berkata: "Tata cara hidup kami menyangkut buang
air sama dengan orang-orang Arab Kuno yang tinggal di pedesaan. Kami merasa agak
terganggu/kurang enak kalau tempat buang air itu dibuat di dekat rumah." Aisyah berkata:
"Aku pergi bersama Ummu Misthah. Dia adalah putri Abu Rahm ibnul Muttalib bin Abdi
Manaf, sementara ibunya adalah putri Shakhr bin Amir, paman Abu Bakar dari garis ibu.
Sedangkan putranya adalah Misthah bin Utsatsah Abbad ibnul Muttalib. Lalu aku dan
Ummu Misthah kembali ke rumahku setelah kami selesai menunaikan hajat. Kemudian
Ummu Misthah tersandung baju bulunya, lalu dia berkata: 'Celakalah Misthah.' Aku
berkata padanya: 'Buruk sekali apa yang kamu ucapkan. Apakah kamu mencerca seseorang
yang pernah ikut serta pada Perang Badar?" Ummu Misthah berkata: 'Aisyah, Aisyah!
Apakah kamu belum mendengar apa yang dia katakan?'Aisyah berkata: 'Memang apa yang
dia katakan?' Lalu Ummu Misthah menceritakan apa yang diperkatakan oleh para
pembawa berita bohong itu kepadaku."

Aisyah berkata: "Akhirnya sakitku bertambah parah. Ketika aku kembali ke rumah,
Rasulullah saw. masuk ke tempatku. Setelah beliau mengucapkan salam, aku bertanya:
'Apakah engkau mengizinkan aku mengunjungi kedua orang tuaku?' Aisyah
menambahkan: 'Aku ingin mengetahui kebenaran berita itu dari mereka berdua.'"
Selanjutnya Aisyah berkata: "Rasulullah saw. mengizinkanku pergi. Lalu aku bertanya
kepada ibuku: 'Wahai ibuku, apakah yang sedang diperbincangkan orang-orang.' Ibuku

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (11 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

menjawab: 'Wahai anakku, tenanglah, demi Allah sesungguhnya sedikit sekali ada seorang
wanita cantik jelita di samping seorang laki-laki yang mencintainya, sedangkan laki-laki
itu mempunyai beberapa orang istri, kecuali para istrinya itu akan mempergunjingkan
istrinya yang cantik itu.' Aisyah berkata: 'Subhanallah, benarkah orang-orang
mempergunjingkan masalah ini?'" Aisyah berkata: "Akhirnya aku menangis malam itu
sampai pagi. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir dan aku tidak bisa tidur. Kemudian
pada pagi harinya aku masih menangis."

Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin
Zaid pada saat wahyu terlambat turun. Beliau bertanya dan minta pendapat dari mereka
berdua tentang masalah jika beliau menceraikan istrinya." Aisyah berkata: "Adapun
Usamah, dia memberi isyarat kepada Rasulullah saw. sesuai dengan apa yang dia ketahui
mengenai kebersihan diri Aisyah dan apa yang dia ketahui dalam dirinya mengenai para
penuduh tersebut." Usamah berkata: "Mengenai istrimu, tidak kami ketahui dia selain
sebagai orang yang baik dan bersih." Sementara Ali berkata: "Wahai Rasulullah, Allah
tidak membuat kesempitan atasmu, dan wanita selain dia banyak sekali. Jika engkau
bertanya kepada budak perempuan itu, tentu dia akan memberimu keterangan yang benar."
Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. memanggil Barirah. Kemudian beliau bertanya
kepadanya: "Hai Barirah, apakah engkau pernah melihat sesuatu yang membuatmu curiga
tentang Aisyah?" Barirah menjawab: "Demi yang telah mengutusmu membawa kebenaran!
Jika aku melihat sesuatu padanya, tentu aku tidak akan menyembunyikannya. Dia tidak
lebih dari seorang gadis muda yang tertidur di samping adonan roti keluarganya, lalu
datang kambing untuk memakannya."

Aisyah berkata: "Lalu Rasulullah saw. bangkit pada hari itu untuk meminta pembuktian
dari Abdullah bin Ubay bin Salul. Dari atas mimbar beliau berkata: 'Wahai kaum
muslimin, siapakah yang bisa memberi penjelasan kepadaku dan menolongku dari orang
yang aku dengar telah mengganggu keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu
mengenai keluargaku selain kebaikan. Orang-orang juga telah menyebut-nyebut seseorang
yang kuketahui baik dan tidak pernah masuk menemui keluargaku (istriku) kecuali
bersamaku.'"Aisyah berkata: "Maka berdirilah Sa'ad bin Mu'adz, saudara Bani Abdul
Asyhal." Dia berkata: "Aku siap menolongmu, wahai Rasulullah. Jika orang itu berasal
dari saudara-saudara kami dari suku Aus akan aku penggal lehernya dan jika dari kalangan
Khazraj, maka perintahkanlah kami, dan kami siap melaksanakannya." Aisyah berkata:
"Maka berdirilah seseorang dari kalangan Khazraj, dan Ummu Hisan adalah putri paman
orang tersebut. Laki-laki tersebut adalah Sa'ad bin Ubadah, pemimpin Suku Khazra."
Aisyah berkata: "Sebelum kejadian itu, ada seorang laki-laki saleh. Akan tetapi dia
terdorong oleh panggilan kesukuan dan kejahilan sehingga dia berkata kepada Sa'ad bin
Mu'adz: 'Engkau bohong! Demi Allah, kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan
mampu membunuhnya. Seandainya dia berasal dari kelompokmu, pasti kamu tidak suka
dia dibunuh.'" Lalu Usaid bin Hudhair --saudara sepupu Sa'ad bin Mu'adz-- berdiri dan
berkata kepada Sa'ad bin Ubadah: "Engkau bohong. Demi Allah, kami pasti akan
membunuhnya. Kamu adalah orang munafik yang memperdebatkan tentang orang-orang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (12 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

munafik." Aisyah berkata: "Maka terjadilah pertengkaran sengit antara golongan Aus dan
Khazraj sehingga hampir saja mereka saling membunuh, padahal Rasulullah saw. ketika
itu masih berdiri di atas mimbar." Aisyah berkata: "Rasulullah saw. berusaha terus
menenangkan mereka. Setelah mereka diam, barulah Rasulullah saw. diam pula." Aisyah
berkata: "Sementara itu aku terus menangis sepanjang hari. Air mataku tidak mau berhenti
mengalir dan mataku tidak bisa tidur." Aisyah berkata: "Pada pagi harinya kedua orang
tuaku berada di sampingku, dan aku sudah menangis selama dua malam satu hari. Selama
itu pula air mataku tidak berhenti mengalir dan mataku tidak bisa tidur, sehingga aku
mengira bahwa tangisanku itu akan membelah hatiku. Ketika kedua orang tuaku duduk di
sampingku dan aku masih menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar datang meminta izin
kepadaku. Aku pun memberinya izin. Dia ikut pula menangis bersamaku." Aisyah berkata:
"Ketika kami dalam keadaan demikian, tiba-tiba Rasulullah saw. masuk ke tempat kami.
Beliau mengucapkan salam, kemudian duduk." Aisyah berkata: "Beliau belum pernah di
sampingku semenjak munculnya peristiwa yang dipergunjingkan orang-orang itu. Hampir
sebulan lamanya tidak sedikit pun wahyu turun mengenai masalahku." Aisyah berkata:
"Rasulullah saw. mengucapkan syahadat ketika beliau duduk. Kemudian beliau berkata:
'Amma ba'du (selanjutnya). Wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berbagai
macam perkataan tentang dirimu. Jika engkau memang bersih, Allah pasti akan
membersihkanmu. Tetapi kalau engkau bersalah, maka mohonkanlah ampunan dari Allah
dan bertobatlah kepada-Nya! Sesungguhnya seorang hamba, apabila dia mengakui
kesalahannya, kemudian dia bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya."

Aisyah berkata: "Setelah Rasulullah saw. berhenti berbicara air mataku berhenti mengalir
sehingga tidak ada setetes pun lagi yang aku rasakan. Lalu aku berkata kepada ayahku:
'Jawabkanlah untukku kepada Rasulullah saw. mengenai apa yang beliau katakan itu.'"
Ayahku berkata: "Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada
Rasulullah saw." Lalu aku berkata kepada ibuku: "Jawabkanlah untukku kepada Rasulullah
mengenai apa yang beliau katakan itu!" Ibuku juga berkata: "Demi Allah, aku pun tidak
tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah." Lalu aku berkata --ketika itu aku
adalah seorang yang muda usia dan aku belum banyak membaca Al-Qur'an--: "Demi
Allah, aku tahu benar bahwa kalian telah mendengar semua ini sehingga kalian
mengakuinya dan membenarkannya. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku ini
bersih, pasti kalian tidak mempercayaiku. Dan kalau aku mengakui sesuatu perkara kepada
kalian, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku bersih, tentu kalian akan mempercayaiku.
Demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan yang tepat bagiku dan bagi kalian,
kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh ayah Nabi Yusuf: 'Kesabaran yang baik itu
adalah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang
kalian ceritakan.' Kemudian aku berpindah dan berbaring di tempat tidurku. Demi Allah,
Dia tabu bahwa diriku saat itu bersih dan Allah akan membuktikan kebersihanku. Akan
tetapi, demi Allah, aku tidak pernah menduga bahwa Allah akan menurunkan wahyu yang
akan selalu dibaca mengenai masalahku ini. Aku kira persoalanku terlalu remeh untuk
dibicarakan oleh Allah 'Azza Wa Jalla dengan wahyu yang diturunkan-Nya. Cuma saja aku
berharap semoga Rasulullah saw. melihat dalam mimpi Allah membersihkan diriku dari

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (13 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

fitnah itu. Demi Allah, Rasulullah saw. belum lagi meninggalkan tempat duduknya dan
tidak seorang pun dari isi rumah yang sudah keluar, Allah sudah menurunkan wahyu
kepada beliau. Tampak Rasulullah saw. merasa kepayahan seperti biasanya setiap beliau
menerima wahyu, hingga keringat beliau menetes bagaikan mutiara (saat itu musim dingin)
lantaran hebatnya firman yang diturunkan kepada beliau." Aisyah berkata: "Setelah
keadaan seperti itu berlalu dari diri Rasulullah saw., sambil tersenyum perkataan yang
pertama sekali beliau ucapkan adalah: 'Wahai Aisyah, bergembiralah, sesungguhnya Allah
telah membersihkanmu!'" Aisyah berkata: "Lalu ibuku berkata kepadaku: 'Bangunlah dan
pergilah ke tempat beliau!' Aku berkata: 'Demi Allah, aku tidak akan bangun ke tempat
beliau. Aku tidak akan memanjatkan puji syukur selain kepada Allah 'Azza Wa Jalla.'"
Aisyah berkata: "Allah menurunkan ayat-ayat berikut:

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari


golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bahagian terbesar dalam penyiaran berita bohong
itu, baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengarkan berita
bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik
terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: 'Ini adalah suatu
berita bohong yang nyata.' Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak
mendatangkan empat saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak
mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang
yang dusta. Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena
pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (Ingatlah) di waktu kamu
menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu
menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah
besar. Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu mendengar berita bohong
itu: 'Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini Maha Suci
Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. 'Allah
memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman, dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang sama keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman,
bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui. Dan sekiranya tidaklah karena karunia
Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan
Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Hai orang-
orangyang beriman, janganlah mengikuti langkah-langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (14 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

yang munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya


kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di
dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika) lidah,
tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang
dahulu mereka kerjakan. Di hari itu Allah akan memberi mereka balasan
yang setimpal menurut semestinya, dan tabulah mereka bahwa Allah yang
Maha Benar lagi yang (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang
keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa
yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan
dan rezeki yang mulia (surga)." (an-Nur: 11-26)

Allah menurunkan ayat-ayat yang menyatakan kebersihanku. Abu Bakar yang semula
selalu memberi nafkah kepada Misthah karena kekerabatan dan kemiskinannya, pada saat
itu mengatakan: 'Demi Allah, aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah sedikit
pun selamanya sesudah apa yang dia katakan terhadap Aisyah.' Sebagai teguran atas
ucapan itu Allah menurunkan ayat berikut:

"Dan janganlah orang-orangyang mempunyai kelebihan dan kelapangan di


antara kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada
kaum kerabat mereka, orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di
jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?"

Abu Bakar menjawab: "Tentu, demi Allah, tentu saja aku ingin sekali
ampunan dari Allah." Lalu Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada
Misthah seperti sediakalanya. Dia berkata: "Aku tidak akan berhenti
memberinya nafkah selama-lamanya."

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy
mengenai persoalanku ini. Beliau berkata kepada Zainab: 'Apa yang engkau

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (15 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

ketahui' atau 'yang engkau lihat.'" Zainab berkata: "Ya Rasulullah, aku selalu
menjaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, tiada yang kuketahui
selain yang baik saja." Aisyah berkata: "Padahal Zainab adalah seorang di
antara para istri Rasulullah saw. yang selalu berlomba denganku untuk
merebut hati Rasulullah saw. Tetapi Allah telah menjaganya dengan sifat
wara (jauh dari maksiat)." Aisyah berkata: "Sementara saudara
perempuannya, Hamnah, bertolak belakang dengannya. Dia ikut
menyebarkan berita bohong itu, sehingga dia celaka bersama orang-orang
yang celaka."

Aisyah berkata: "Demi Allah, sesungguhnya lelaki yang


dituduh berbuat macam-macam itu hanya berkata:
'Subhanallah, demi yang jiwaku berada dalam genggaman-
Nya, aku sama sekali belum pernah membuka pakaian
wanita.'" Aisyah berkata: "Akhirnya sesudah peristiwa itu dia
mati syahid karena berperang di jalan Allah." (HR Bukhari
dan Muslim)304

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah2.html (16 of 16)12/12/2005 7:53:06


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 3

301 Bukhari, Kitab: Thalak, bab: Mengapa kamu mengharamkan apa yang dihalalkan
Allah bagimu, jilid 11, hlm. 295. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wajib membayar kafarat
bagi orang yang mengharamkan istrinya, namun dia tidak berminat menceraikannya, jilid
4, hlm. 185.

302 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Sakitnya Nabi saw., jilid 9, hlm. 207. Muslim,
Kitab: Shalat, Bab: Penunjukan imam terhadap seseorang apabila dia berhalangan, jilid 2,
hlm 22.

303 Bukhari, Kitab: Bab-bab azan, Bab: Apabila imam menangis dalam shalat, jilid 2, hlm.
348. Muslim, Kitab: Shalat Bab: Penunjukan imam terhadap seseorang apabila dia
berhalangan, jilid 2, hlm. 22.

304 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Berita bohong, jilid 8, hlm. 436. Muslim, Kitab:
Tobat, Bab: berita bohong dan diterimanya tobat si penuduh, jilid 8, hlm. 112.

305 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Aisyah dan kedatangan
Aisyah di Madinah, jilid X, hlm. 225. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat,
Bab: Mengenai keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 134.

306 Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: Cerita mengenai malaikat, jilid 7, hlm. 118.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai keutamaan Aisyah r.
a., jilid 7, hlm. 139.

307 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Keutamaan Aisyah r.a., jilid 8, hlm. 110.

308 Bukhari, Kitab: Bencana, Bab: Utsman bin Haitsam menceritakan kepada kami jilid

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (1 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

16, hlm. 169.

309 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Keutamaan Aisyah r.a., jilid 8, hlm. 108. Muslim
Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai keutamaan Aisyah r.a., jilid 7
hlm. 138.

310 Bukhari, Kitab: Hibah, Keutamaan dan anjuran untuk melaksanakannya, Bab: Orang
yang memberi hadiah kepada sahabatnya dan memilih salah seorang di antara istri-istrinya,
jilid 6, hlm. 134. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai
keutamaan Aisyah r.a., jilid 1, hlm. 135.

311 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Sakitnya Nabi saw. dan kematian beliau, jilid 9,
hlm. 210. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai keutamaan
Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 137.

312 Bukhari, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi saw. Bab: Keutamaan-
keutamaan Aisyah r.a., jilid 8, hlm. 108. Muslim, Kitab: haidh, Bab: Tayammum, jilid 1,
hlm. 192.

313 Bukhari, Kitab: Hibah, keutamaan dan anjuran untuk melaksanakannya, Bab: Orang
yang memberikan hadiah kepada sahabatnya dan memilih salah seorang di antara istri-
istrinya, jilid 6, hlm. 133. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab:
Mengena keutamaan Aisyah r.a., jilid 1, hlm. 135.

314 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Firman Allah: Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu
mendengar berita bohong itu. Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini,"
jilid 10, hlm. 100.

315 Bukhari, Kitab: Manaqib, bab: Hijrah ke Habsyah, jilid 8, hlm. 189.

316 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Tentang menutup mata mayit dan mendoakan ketika
dipersiapkan, jilid 3, hlm. 38.

317 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Mengurusi Jenazah, jilid 3, hlm. 39.

318 Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Apa yang diucapkan ketika terjadi musibah, jilid 3, hlm.
37.

319 ibid.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (2 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

320 Muslim, Kitab: Persusuan, Bab: Berapa lama harus tinggal bersama istri yang baru
saja dinikahi sebelum diboyong, baik istri yang perawan ataupun yang janda? jilid 4, hlm.
173.

321 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Penetap telaga Nabi saw., dan sifat-
sifatnya, jilid 7, hlm. 67.

322 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 442.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sababat, Bab: Di antara keutamaan Ummu
Salamah Ummul Mukminin, jilid 7, hlm 144.

323 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Kembalinya Nabi saw. dari Ahzab, jilid 8, hlm. 411.

324 Bukhari, Kitab: Tafsir surat at-Tahrim, Bab: Firman Allah "Kamu mencari kesenangan
istri-istrimu," jilid 10, hlm. 283. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Masalah ila' dan menjauhi
istri, jilid 4, hlm. 190.

325 Bukhari, Kitab: Nafkah, Bab: "Dan bagi pewaris juga seperti itu," jilid 11, hlm. 443.
Muslim, Kitab: Zakat, bab: Keutamaan memberikan nafkah dan sedekah kepada karib
kerabat, suami dan anak-anak, meskipun mereka musyrik, jilid 3, hlm. 80.

326 Bukhari, Kitab: Syarat, Bab: Syarat-syarat berjihad dan berdamai dengan musuh
perang dan penulisan syarat-syarat tersebut, jilid 6, hlm. 274

327 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Nabi saw. menghindar dari istri-istrinya di selain rumah
mereka, jilid 11, hlm. 213. Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Sesungguhnya satu bulan itu ada
yang dua puluh sembilan hari, jilid 3, hlm. 126.

328 Muslim, Kitab: Puasa, Bab: Sahnya puasa orang yang mendapati pagi dalam keadaan
junub, jilid 3, hlm. 138.

329 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang ditinggal mati suaminya berkabung selama
empat bulan sepuluh hari, jilid 11, hlm. 413. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Kewajiban
berkabung selama masa 'iddah karena ditinggal mati dan haram hukumnya tanpa alasan
tersebut kecuali hanya tiga hari, jilid 4, hlm. 203.

330 Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Wajib hukumnya mengingkari perintah


pemimpin yang menyalahi ajaran agama, namun tidak boleh selama mereka mengerjakan
shalat, jilid 6, hlm. 23.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (3 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

331 Bukhari, Kitab: Minuman, Bab: Bejana perak, jilid 12, hlm. 199. Muslim, Kitab:
pakaian dan perhiasan, Bab: Haram menggunakan wadah yang terbuat dari emas atau
perak untuk minum dan sebagainya, jilid 6, hlm. 134.

332 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Thaif pada bulan Syawal tahun 8 H, jilid 9,
hlm. 105. Muslim, Kitab: Salam, Bab: Larangan bagi lelaki banci masuk ke tempat wanita
ajnabi, jilid 8, hlm. 110.

333 Bukhari, Kitab: Kedokteran, Bab: Menjampi orang yang terserang 'ain, jilid 12, hlm.
311. Muslim, Kitab: Salam, Bab: diizinkan menjampi orang yang terkena ain, luka
lambung, terkena racun, dan pandangan orang hasad, jilid 7, hlm. 18.

334 Muslim, Kitab: Bencana dan tanda-tanda kiamat, Bab: Pembenaman tentara yang
menyerbu Ka'bah, jilid 8, hlm. 166.

335 Muslim, Kitab: Bencana dan tanda-tanda kiamat, Bab: Kiamat tidak akan terjadi
sampai ada seseorang melewati kubur orang lain, lalu dia ingin menggantikan mayit itu
lantaran beratnya cobaan dunia, jilid 8, hlm. 186.

336 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan Zainab binti Jahasy, turunnya ayat hijab dan
ditetapkannya resepsi perkawinan, jilid 4, hlm. 148.

337 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Resepsi perkawinan meskipun hanya dengan seekor
kambing, jilid 11, hlm. 142. Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan Zainab binti Jahasy
turunnya ayat hijab, jilid 4, hlm. 149.

338 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Firman Allah SWT: "Janganlah kamu memasuki rumah-
rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan", jilid 1, hlm. 148. Muslim, Kitab: Nikah Bab:
Perkawinan Zainab binti Jahasy, jilid 4, hlm. 149.

339 Bukhari, K:itab: Nikah, Bab: Hadiah untuk pengantin lelaki, jilid 11, hlm. 134.
Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Zainab binti Jahasy, jilid 4,
hlm. 150.

340 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 135.

341 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Firman Allah: "Janganlah kamu memasuki rumah-rumah
Nabi saw. kecuali bila kamu diizinkan", jilid 10, hlm. 149. Muslim, Kitab: Nikah, Bab:
Perkawinan Zainab binti Jahasy, jilid 4, hlm. 149.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (4 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

342 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Berita bohong, jilid 8 hlm. 112. Muslim, Kitab:
Tobat, Bab: Berita bohong dan diterimanya tobat si penuduh, jilid 8, hlm. 112.

343 Muslim, Kitab. Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Aisyah r.a. jilid
7, hlm. 136.

344 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Berita bohong, jilid 8, hlm. 112. Muslim, Kitab:
Tobat, Bab: berita bohong dan diterimanya tobat si penuduh, jilid 8, hlm. 112.

345 Bukhari, Kitab: Tauhid,Bab: "Dan adalahArasy-Nya di atas air," jilid 17, hlm. 184.

346 Bukhari, Kitab: Zakat, Bab: Sedekah apa yang lebih afdal? jilid 4, hlm. 28. Muslim,
Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Diantara keutamaan Zainab Ummul
Mukminin r.a., jilid 7, hlm. 144.

347 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Ummu
Sulaim ibunya Anas dan Bilal r.a., jilid 7, hlm. 145.

348 ibid

349 Yang terdapat di dalam kurung diambil dari hadits no. 148.

350 Shahih Sunan an-Nasa'i, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan dalam Islam, hadits no. 3133,
jilid 2, hlm. 703.

351 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib Thalhah r.a., jilid 8, hlm. 128. Muslim, Kitab:
Jihad, Bab: Pertempuran kaum wanita bersama kaum pria, jilid 5, hlm. 196

352 Bukhari, Kitab: Minuman, Bab: Meminta minum air tawar, jilid 12, hlm. 175. Muslim,
Kitab: Zakat, Bab: Keutamaan memberikan nafkah dan sedekah kepada karib kerabat dan
suami, jilid 3, hlm. 79.

353 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Orang yang tidak terlihat sedihnya ketika ditimpa
musibah, jilid 3, hlm. 412. Kitab: Aqiqah, Bab: Memberi nama anak pada pagi hari dia
dilahirkan, jilid 12, hlm 6. Muslim, Kitab: keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di
antara keutamaan Abu Thalhah al-Anshari, jilid 7, hlm. 145.

354 Bukhari, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Keutamaan orang yang mempersiapkan
orang yang hendak berperang atau menggantikannya (di rumah) dengan baik, jilid 6 hlm.
390 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: di antara keutamaan Ummu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (5 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

Sulaim, ibunya Anas bin Malik, jilid 7, hlm 145.

355 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Hadiah untuk pengantin lelaki, jilid 11, hlm. 134.

356 Bukhari, Kitab: Puasa, Bab: Orang yang berziarah ke tempat suatu-kaum, tetapi tidak
berbuka di tempat mereka, jilid 5, hlm. 131.

357 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan, Bab: Wanginya keringat Nabi saw. dan
mencari berkah padanya, jilid 7, hlm. 81.

358 Bukhari, Kitab: Adab, Bab: Kunyah (gelar) untuk anak kecil dan lelaki yang belum
punya anak, jilid 13, hlm. 204.

359 Bukhari, Kitab: Hibah, Bab: Keutamaan pemberian, jilid 6, hlm. 171. Muslim, Kitab:
Jihad, Bab: Orang-orang Muhajirin mengembalikan kepada orang-orang Anshar pemberian
mereka, jilid 5, hlm. 162.

360 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Anas
bin Malik r.a., jilid 7, hlm. 159.

361 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Resepsi perhwinan itu adalah hak (benar), jilid 11, hlm.
138.

362 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Anas
bin Malik r.a., jilid 7, hlm. 160.

363 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Hadiah untuk pengantin lelaki, jilid 11, hlm. 134.
Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan Zainab binti Jahasy, jilid 4, hlm. 150. Riwayat ini
menurut versi Muslim.

364 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Keutamaan memerdekakan budak perempuan kemudian
mengawininya, jilid 4, hlm. 147.

365 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Apa yang disebutkan mengenai paha, jilid 2, hlm. 25.
Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Keutamaan memerdekakan budak perempuan kemudian
mengawininya, jilid 4, hlm. 145.

366 Muslim, Kitab: Minuman, Bab: Boleh mengajak orang lain ke rumah orang yang
diyakini tidak akan merasa keberatan akan hal itu, jilid 6, hlm. 120.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (6 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

367 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 399.
Muslim, Kitab: Minuman, Bab: Boleh mengajak orang lain ke rumah orang yang diyakini
tidak akan merasa keberatan akan hal itu, jilid 6, hlm. 118.

368 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Hal yang terlarang mengenai meratap dan menangis dan
bolehnya membentak karena perbuatan tersebut, jilid 3, hlm. 420. Muslim, Kitab: Jenazah,
Bab: Larangan keras meratap, jilid 3, hlm. 46.

369 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Malu dalam menuntut ilmu, jilid 1, hlm. 239. Muslim,
Kitab: Haid, Bab: Kewajiban mandi atas wanita tersebut, jilid 1, hlm. 172.

370 Muslim, Kitab: Haid, Bab: Anjuran menggunakan kapas yang diberi minyak wangi
pada tempat yang terkena darah bagi wanita haid ketika mandi, jilid 1, hlm. 180.

371 Bukhari, Kitab: Manaqib orang Anshar, Bab: Manaqib Abu Thalhah r.a., jilid 8, hlm.
180. Muslim, Kitab: Jihad Bab: Kaum wanita ikut berperang bersama kaum pria, jilid 5,
hlm. 196.

372 Hadits mengenai keikutsertaan Ummu Sulaim pada Perang Khaibar sudah disebutkan
sebelumnya dimana Ummu Sulaim mempersiapkan Shafiyyah untuk Rasulullah saw.
ketika mereka dalam perjalanan pulang.

373 Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Kaum wanita ikut berperang bersama
kaum pria, jilid 5, hlm. 196.

374 ibid.

375 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: hadits Zaid bin Umar bin Nufail, jilid 8, hlm. 145.

376 Fathul Bari, jilid 8, hlm. 235.

377 Bukhari,Kitab: Nikah, Bab: Cemburu, jilid 11, hlm. 234. Muslim, Kitab: Salam, Bab:
Boleh memboncengkan wanita ajnabi yang kepayahan di jalan, jilid 7, hlm. 11.

378 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib Zubair bin Awwam, jilid 8, hlm. 82. Muslim,
Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Abu Thalhah dan
Zubair r.a., jilid 7, hlm. 128.

379 Bukhari, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Keutamaan pasukan pendahulu, jilid 6,
hlm. 393. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (7 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

Thalhah dan Zubair, jilid 7, hlm. 127.

380 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Hijrah Nabi saw. dan para sahabatnya ke Madinah,
jilid 8, hlm. 249. Muslim, Kitab: Adab, Bab: Disunnahkan mentahkik bayi yang baru lahir
dan membawanya kepada orang saleh untuk melakukan hal itu, jilid 6, hlm. 175.

381 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Cemburu, jilid 11, hlm. 234. Muslim, Kitab: Salam, Bab:
Boleh memboncengkan wanita ajnabi yang kepayahan di jalan, jilid 7, hlm. 11

382 ibid.

383 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Boleh memboncengkan wanita ajnabi yang kepayahan di
jalan, jilid 7, hlm. 12.

384 Bukhari, Kitab: Hibah, keutamaan dan anjuran untuk melaksanakannya, Bab: Hibah
seorang wanita kepada selain suaminya, jilid 6, hlm. 145. Musum, Kitab: Zakat, Bab:
Anjuran memberikan nafkah dan makruh menghitung-hitung, jilid 3, hlm. 92.

385 Bukhari, Kitab: Hibah, keutamaan dan anjuran untuk melaksanakannya, Bab: Hadiah
untuk orang musyrik, jilid 6, hlm. 161. Muslim, Kitab: Zakat, Bab: Keutaman memberikan
natkah dan sedekah kepada karib kerabat, jilid 3, hlm. 81.

386 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Boleh memboncengkan wanita ajnabi yang kepayahan di
jalan, jilid 7, hlm. 12.

387 Muslim, Kitab: Shalat gerhana, Bab: Apa yang diperlihatkan kepada Nabi saw.
mengenai masalah surga dan neraka sewaktu melaksanakan shalat gerhana, jilid 3, hlm 30.

388 ibid, jilid 3, hlm. 32.

389 Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Orang yang menjawab fatwa dengan isyarat tangan dan
kepala, jilid 1, hlm. 192. Muslim, Kitab: Shalat gerhana, Bab: Apa yang diperlihatkan
kepada Nabi saw. mengenai masalah surga dan neraka sewaktu melakukan shalat gerhana,
jilid 3, hlm. 32.

390 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Mengenai bermut'ah dalam haji jilid 4, hlm. 55.

391 Muslim, Kitab: Pakaian dan perhiasan, Bab: Haram menggunakan wadah yang terbuat
dari emas dan perak bagi pria dan wanita, haram cincin emas dan sutera bagi pria tetapi
boleh bagi wanita, jilid 6, hlm. 131-140.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (8 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

392 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai Tsaqif yang
tukang dusta dan perusak, jilid 7, hlm. 190.

393 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khaibar, jilid 9 hlm. 26. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Ja'far bin Abu Thalib,
Asma binti Umais dan warga sampan, jilid 7, hlm. 172.

394 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khaibar, jilid 9, hlm. 24. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Ja'far bin Abu Thalib, jilid 7, hlm.
172.

395 Muslim, Kitab: Haji, bab: Ihram wanita bersalin dan sunnah hukumnya mandi untuk
ihram, demikian pula bagi wanita haid, jilid 4, hlm. 27.

396 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Diperbolehkan menjampi orang yang terkena 'ain, luka
lambung, terkena racun, dan pandangan orang yang hasad, jilid 7, hlm. 18.

397 Lihat Majma' az-Zawa'id, jilid 5, hlm. 170, Hafizh al-Haitsami berkata: "Semua rijal
hadits tersebut sahih."

398 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Pengharaman berkhulwat dan menemui wanita ajnabi,
jilid 7, hlm. 8.

399 Lihat Shahih al-Jami' ash-Shaghir, no. 2760.

400 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: "Apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman untuk berba'at", jilid 10 hlm. 262.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (9 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki4.html (10 of 10)12/12/2005 7:53:09


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

13. Kemuliaan dari Allah untuk Aisyah r.a.

Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi saw. berkata kepadanya: "Aku melihat
dirimu dalam mimpi dua kali. Aku melihatmu berada dalam selembar kain
sutera. Malaikat berkata 'Inilah istrimu.' Lalu aku singkapkan kain itu.
Ternyata memang kamu yang berada di dalamnya. Lalu aku berkata: 'Kalau
itu memang datang dari sisi Allah, maka pasti akan terlaksana.'" (HR
Bukhari dan Muslim)305

Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. berkata kepadanya: "Wahai


Aisyah, ini Jibril mengucapkan salam kepadamu." Lalu Aisyah
menjawabnya dengan mengatakan: "Wa 'alaihissalam warahmatullahi
wabarakatuh." (HR Bukhari dan Muslim)306

Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata: "Wahai Ummu


Salamah ... demi Allah, sesungguhnya tidak pernah wahyu turun atasku
ketika aku berada dalam selimut bersama salah seorang dari kalian selain
dengannya (maksudnya Aisyah)." (HR Bukhari)307

Ammar bin Yasir berkata: "Demi Allah, dia (Aisyah) adalah istri Nabi kalian
di dunia dan akhirat." (HR Bukhari)308

14. Kemuliaan dari Rasulullah saw. untuk Aisyah r.a.

Anas mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Kelebihan Aisyah dari


wanita-wanita lain adalah seperti kelebihan roti yang telah diberi kuah atas
makanan-makananyang lain." (HR Bukhari dan Muslim)309

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. bersabda kepada Fathimah: "Wahai


anakku, bukankah kamu menyenangi apa yang aku senangi?" Fathimah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (1 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

menjawab: 'Tentu saja ayah.' Lalu Nabi saw. berkata: 'Maka senangilah
wanita ini (maksudnya Aisyah).'" (HR Bukhari dan Muslim)310

Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bertanya ketika sakit yang
membawa pada kematian beliau: "Di mana aku besok, di mana aku besok?"
Yang beliau maksud adalah hari giliran Aisyah. Lalu istri-istri beliau
memberi izin kepada beliau untuk tinggal di mana saja yang beliau inginkan.
Ternyata beliau memilih rumah Aisyah sampai beliau meninggal dunia di
samping Aisyah. Aisyah berkata: "Lalu beliau meninggal dunia tepat pada
hari giliran beliau mendatangiku, yaitu di rumahku. Allah mencabut nyawa
beliau pada saat kepala beliau berada di antara dada dan leherku (bersandar
di atas dada Aisyah)." (HR Bukhari dan Muslim)311

15. Kemuliaan dari Para Sahabat untuk Aisyah r.a.

Aisyah r.a. mengatakan bahwa dia meminjam kalung dari Asma. Kemudian kalung itu
hilang dan Rasulullah saw. mengirim beberapa orang sahabat beliau untuk mencarinya. Di
tengah perjalanan waktu shalat tiba dan mereka mengerjakan shalat tanpa berwudhu
terlebih dahulu. Ketika mereka datang kepada Nabi saw., maka mereka mengadukan hal
itu kepada beliau. Akhirnya turunlah ayat yang memperbolehkan bertayamum.

Usaid bin Hudhair berkata (kepada Aisyah): "Semoga Allah membalasimu


dengan kebaikan. Demi Allah, tidak satu pun perkara yang terjadi atas
dirimu, kecuali Allah memberikan jalan keluarnya untukmu dan
menjadikannya sebagai berkah bagi kaum muslimin." (HR Bukhari dan
Muslim)312

Ibnu Abi Malikah berkata: "Ibnu Abbas minta izin kepadaAisyah sebelum
dia meninggal dunia. Aku takut dikatakan orang sebagai sepupu Rasulullah
saw. dan di antara orang-orang yang terpandang dari kalangan umat Islam."
Aisyah berkata: "Izinkanlah dia masuk!" Ibnu Abbas bertanya: "Bagaimana
yang kamu rasakan?" Aisyah menjawab: "Baik-baik saja selama aku masih
bertakwa." Ibnu Abbas berkata: "Engkau akan baik-baik saja insya Allah,
wahai istri Rasulullah saw. Beliau tidak pernah mengawini gadis perawan
selain engkau dan alasan yang membersihkan dirimu turun dari langit."

Dalam satu riwayat313 disebutkan bahwa Ibnu Abbas berkata:

"Wahai Ummul Mukminin, kamu akan mendatangi orang-orang mulia yang


lebih dahulu darimu, yaitu Rasulullah saw. dan Abu Bakar." (HR Bukhari)314

F. UMMU SALAMAH UMMUL MUKMININ

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (2 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

1. Ummu Salamah Hijrah ke Habasyah

Aisyah mengatakan bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah


menceritakan tentang sebuah gereja yang mereka lihat di Habasyah. Di
dalam gereja itu terdapat gambar-gambar. Lalu mereka menceritakan hal
tersebut kepada Nabi saw. Nabi saw. berkata: "Mereka itu, apabila ada salah
seorang laki-laki saleh di antara mereka yang meninggal, mereka
membangun sebuah tempat ibadah di atas kuburannya dan mereka membuat
di dalamnya gambar-gambar seperti itu. Mereka itu adalah makhluk yang
paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat." (HR Bukhari)315

2. Rasulullah saw. Memuliakan Suami Ummu Salamah (Abu Salamah)

Ummu Salamah berkata: "Rasulullah saw. masuk ke rumah Abu Salamah,


dan ternyata mata Abu Salamah masih terbuka. Lalu beliau menutupkannya.
Kemudian beliau bersabda: 'Sesungguhnya apabila roh itu dicabut, mata
akan mengikutinya.' Mendengar ucapan Rasulullah saw. itu anggota
keluarga Abu Salamah menjerit-jerit. Maka Rasulullah saw. bersabda:
'Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali dengan kebaikan. Karena
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.' Kemudian beliau mendoakan
Abu Salamah seraya berkata: 'Ya Allah, ampunilah Abu Salamah. Angkatlah
derajatnya di tengah orang-orang yang mendapatkan hidayah-Mu.
Jadikanlah penggantinya pada keturunannya yang masih tinggal. Ampunilah
kami dan dia, wahai Rabb sekalian alam. Lapangkanlah dia di dalam
kuburnya dan terangilah dia di sana.'" (HR Muslim)316

3. Bersabar Demi Mematuhi Perintah Rasulullah saw.

Ummu Salamah berkata: "Tatkala Abu Salamah meninggal dunia, aku


berkata: 'Dia orang asing dan mati di bumi perantauan.' Aku menangisinya
sambil menyebut-nyebut kebaikannya. Aku benar-benar telah
mempersiapkan diri untuk menangisinya. Ketika itu ada seorang wanita
datang dari daerah Sha'id (kawasan dusun Madinah) ingin
membahagiakanku dengan cara ikut menangis dan meratap. Rasulullah saw.
menyambut kedatangannya dan berkata: 'Apakah engkau ingin memasukkan
setan ke dalam rumah yang darinya setan telah diusir oleh Allah?' Beliau
mengucapkan kalimat itu dua kali. Maka aku pun berhenti dan tidak
menangis lagi" (HR Muslim)317

4. Kesetiaan Ummu Salamah kepada Suaminya (Abu Salamah)

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (3 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

Ummu Salamah berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Setiap muslim yang
terkena musibah, lalu dia mengucapkan apa yang diperintahkan Allah kepadanya:

"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami pasti kembali kepada-
Nya. Ya Allah, berilah aku pahalanya dalam musibahku dan berilah aku
ganti yang lebih baik daripadanya," pasti Allah akan memberinya ganti yang
lebih baik daripadanya.' Ummu Salamah berkata: 'Ketika Abu Salamah
meninggal, aku berkata sendiri: "Siapakah di antara orang Islam yang lebih
baik daripada Abu Salamah? Dia adalah Ahlul Bait pertama yang hijrah
kepada Rasulullah saw."' Kemudian aku mengucapkan kalimat-kalimat yang
diajarkan Nabi saw. tersebut. Ternyata Allah memberiku Rasulullah saw.
sebagai penggantinya." (HR Muslim)318

5. Perkawinan Ummu Salamah dengan Rasulullah saw.

Ummu Salamah berkata bahwa Rasulullah saw. mengutus Hathib bin Abi
Balta'ah untuk melamarku. Aku berkata: "Aku mempunyai seorang anak
perempuan dan aku adalah seorang wanita pencemburu." Lalu Rasulullah
saw. berkata: "Ada pun anak perempuannya itu akan aku doakan kepada
Allah agar tidak terlalu tergantung kepadanya, dan aku akan berdoa kepada
Allah agar berkenan menghilangkan sifat cemburu itu." (HR Muslim)319

Ummu Salamah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw., ketika


menikahi Ummu Salamah, tinggal di sisinya selama tiga hari. Beliau
berkata: "Kamu tidak usah merasa rikuh terhadap keluargamu. Ambillah
hakmu secara penuh. Kalau kamu mau aku akan tinggal bersamamu selama
tujuh hari. Dan jika itu yang kamu mau, maka aku pun harus berbuat yang
sama terhadap istri-istriku yang lain. Dan jika kamu menginginkan tiga hari,
aku akan tinggal bersamamu tiga hari." Kemudian aku berpaling, dan
berkata: "Tiga hari saja." (HR Muslim)320

6. Kepedulian Ummu Salamah terhadap Masalah Umum dan Keseriusannya


dalam Mendengarkan Pidato Pemimpin Islam

Ummu Salamah, istri Nabi saw., mengatakan bahwa Nabi saw. berkata:
"Aku pernah mendengar beberapa orang menyebut-nyebut masalah telaga,
padahal aku sendiri belum pernah mendengar hal tersebut dari Rasulullah
saw. Pada suatu hari ketika seorang pelayan perempuan menyisir rambutku,
aku dengar Rasulullah saw. berkhotbah dari atas mimbar: 'Wahai sekalian
manusia.' Mendengar itu aku berkata kepada pelayanku: 'Tinggalkan aku
dulu!' Pelayanku menjawab: 'Beliau hanya memanggil kaum laki-laki dan
membiarkan kaum wanita.' Aku berkata: 'Aku pun termasuk manusia.'

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (4 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

Kemudian Rasulullah saw. bersabda: 'Aku mendahului kalian berada di


telaga itu, datangilah aku, janganlah salah seorang di antara kalian datang,
lalu dijauhkan dari aku seperti menjauhnya seekor unta yang sesat sehingga
aku bertanya: 'Mengapa dia?' Kemudian dikatakan: 'Sesungguhnya kamu
tidak tahu apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu.' Aku berkata:
'Menjauhlah kalian.'" (HR Muslim)321

Usamah bin Zaid mengatakan bahwa sesungguhnya Jibril a.s. datang kepada
Nabi saw. yang ketika itu berada di samping Ummu Salamah. Setelah
berbincang-bincang dengan Nabi saw., Jibril pun berdiri dan pergi. Setelah
itu Nabi saw. bertanya kepada Ummu Salamah: "Siapakah orang itu?"
Ummu Salamah menjawab: "Dia adalah Dihyah." Selanjutnya Ummu
Salamah berkata: "Demi Allah, aku tidak mengiranya selain Dihyah, sampai
aku mendengar khotbah Rasulullah saw. yang menceritakan bahwa orang itu
adalah Jibril." (HR Bukhari dan Muslim)322

Demikianlah uraian singkat yang berkaitan dengan riwayat Ummu Salamah.


Aisyah telah menjelaskan apa yang diperbincangkan Jibril dengan Nabi saw.
ketika itu sebagaimana yang kemudian beliau jelaskan dalam khotbahnya.
Aisyah berkata: "Jibril datang kepada Nabi saw. --peristiwa ini terjadi
sekembalinya Nabi saw. dari Perang Ahzab-- lalu berkata: 'Engkau sudah
meletakkan senjata? Demi Allah, kita belum boleh meletakkannya. Sekarang
pergilah kepada mereka!' Nabi saw. bertanya: 'Kemana?' Jibril menjawab:
'Ini, ke situ.' Jibril menunjuk ke arah Bani Quraizhah."323

7. Keberanian Ummu Salamah

Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa dia masuk menemui Hafshah, lalu
berkata: "Wahai putriku, engkau telah membuat ulah terhadap Rasulullah
saw. sehingga beliau murung seharian." Hafshah berkata: "Demi Allah, kami
memang telah membuat ulah terhadap beliau." Lalu aku berkata: "Bukankah
kamu sudah tahu bahwa aku sudah pernah memperingatkanmu dari siksa
Allah dan murka Rasulullah saw.?" Kemudian Umar berkata: "Setelah itu
aku keluar dan pergi menemui Ummu Salamah karena dia masih mempunyai
hubungan keluarga denganku. Setelah masalah itu aku ceritakan kepadanya,
dia berkata: 'Sungguh aneh kamu ini, wahai putra al-Khattab! Kamu ingin
mencampuri segala sesuatunya, sampai-sampai kamu ingin mencampuri
masalah keluarga Rasulullah saw. dengan para istri beliau.' Demi Allah,
hatiku benar-benar terketok oleh ucapan Ummu Salamah itu, dan akhirnya
aku keluar meninggalkannya ..." (HR Bukhari dan Muslim)324

8. Ummu Salamah Penuh Perhatian terhadap Anak-anaknya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (5 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

Ummu Salamah berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw.: 'Wahai


Rasulullah, apakah aku akan memperoleh pahala seandainya aku memberi
nafkah kepada Bani Abu Salamah, padahal aku bukanlah orang yang
mewarisi mereka sekian dan sekian, sebab mereka itu sendiri adalah
keturunanku (anak-anakku)?'" Rasulullah saw. menjawab: "Tentu, kamu
mendapat pahala dari apa yang kamu nafkahkah kepada mereka." (HR
Bukhari dan Muslim)325

9. Ummu Salamah Memiliki Akal Cerdas dan Saran yang Bermanfaat

Miswar bin Makhramah dan Marwan berkata: "Rasulullah saw. keluar pada
waktu peristiwa Hudaibiyah ... Setelah mengurus masalah naskah perjanjian
(damai dengan orang Quraisy) Rasulullah saw. berkata kepada para
sahabatnya: 'Bangkitlah kalian untuk menyembelih kurban, kemudian
bercukurlah.' Miswar berkata: 'Demi Allah, ternyata seruan Rasulullah saw.
itu tidak diperhatikan oleh seorang pun dari mereka, kendatipun beliau sudah
mengulang-ulang seruannya itu sampai tiga kali.' Dengan perasaan kesal,
Rasulullah saw. menemui istrinya, Ummu Salamah, untuk menceritakan
masalah tersebut. Dengan sabar Ummu Salamah mengatakan: 'Wahai
Nabiyallah, maukah engkau menerima saranku? Sebaiknya engkau keluar
sendirian tanpa perlu berbicara sepatah kata pun kepada seorang pun dari
mereka. Engkau sembelih sendiri hewan kurbanmu, kemudian panggillah
tukang cukur untuk mencukur rambutmu.' (Saran itu dituruti oleh Rasulullah
saw.). Beliau keluar tanpa berbicara sepatah kata pun dengan salah seorang
dari mereka, sampai beliau melakukan apa yang disarankan Ummu Salamah.
Beliau menyembelih hewan kurbannya, lalu memanggil tukang cukur untuk
mencukur rambutnya. Melihat Rasulullah saw. melakukan yang demikian,
akhirnya para sahabat bergegas bangkit untuk menyembelih hewan
kurbannya, kemudian mereka mencukur rambut satu sama lainnya ..." (HR
Bukhari)326

10. Ummu Salamah Meriwayatkan Hadits

Ummu Salamah r.a. memberitahu bahwa Nabi saw. bersumpah untuk tidak
berkumpul dengan sebagian istrinya selama satu bulan. Setelah berjalan dua
puluh sembilan hari, beliau datang atau pergi menemui istri-istrinya tersebut.
Lantas beliau ditanya seseorang: "Wahai Nabiyallah, engkau telah
bersumpah untuk tidak berkumpul dengan mereka selama satu bulan."
Beliau menjawab: "Sesungguhnya satu bulan itu ada yang dua puluh
sembilan hari." (HR Bukhari dan Muslim)327

Abu Bakar bin Abdurrahman mengatakan bahwa Marwan menyuruhnya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (6 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

menemui Ummu Salamah r.a., untuk menanyakan masalah seorang laki-laki


yang pada pagi hari bulan Ramadhan masih dalam keadaan junub: apakah
dia boleh berpuasa? Ummu Salamah berkata bahwa Rasulullah saw. pernah
sampai pagi hari bulan Ramadhan dalam keadaan junub karena bersetubuh,
dan bukan karena mimpi, lalu beliau tidak berbuka dan juga tidak
mengqadha (mengganti) puasanya itu. (HR Muslim)328

Ummu Salamah mengatakan bahwa ada seorang perempuan datang


menemui Rasulullah saw., lalu berkata: "Wahai Rasulullah, putriku baru saja
ditinggal mati oleh suaminya, dan kini dia sakit mata. Apakah aku boleh
memberinya celak?', Rasulullah saw. menjawab: "Tidak (dua atau tiga kali)."
Setelah itu beliau bersabda: "Dia harus berkabung selama empat bulan
sepuluh hari, dan kalian tidak perlu meniru kebiasaan wanita jahiliah yang
suka memperlama masa 'iddah dan dilempar dengan kotoran unta pada
perputaran awal tahun (pada zaman jahiliah, seorang wanita yang ditinggal
mati oleh suaminya biasanya ditempatkan di rumah kecil dan jelek, memakai
pakaian yang paling jelek, serta tidak boleh memakai wewangian. Setelah
lewat satu tahun, dicarilah seekor burung, lalu diusapkan ke kulit wanita itu.
Jarang sekali burung yang tidak mati setelah menyentuh kulit wanita seperti
itu. Setelah itu baru wanita itu dikeluarkan dari rumah tadi, kemudian dia
dilempari dengan kotoran hewan dari belakang. Setelah itu barulah dia boleh
memakai wewangian)." (HR Bukhari dan Muslim)329

Ummu Salamah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Bakal


muncul para pemimpin yang sebagian perbuatannya kamu sukai dan
sebagiannya lagi kamu benci. Barangsiapa mengetahui keburukan mereka,
dia akan bebas (dari dosa) dan barangsiapa mengingkari keburukan mereka
maka dia akan selamat. Tetapi, barangsiapa rela dan mengikutinya, maka dia
tidak selamat." Para sahabat bertanya: "Apakah kami boleh memerangi
mereka?" Rasulullah saw. menjawab: "Tidak boleh, selama mereka masih
melaksanakan shalat." (HR Muslim)330

Ummu Salamah, istri Nabi saw., mengatakan bahwa Rasulullah saw.


bersabda: "Orang yang minum dengan menggunakan wadah yang terbuat
dari perak, berarti dia menggelegakkan dalam perutnya api neraka
Jahannam." (HR Bukhari dan Muslim)331

Ummu Salamah r.a., berkata: "Nabi saw. masuk ke tempatku. Ketika itu di
sampingku ada seorang banci. Lalu aku dengar dia berkata kepada Abdullah
bin Abi Umayyah: "Wahai Abdullah, jika Allah kelak menaklukkan kota
Tha'if untuk kamu, maka carilah putri Ghilan, karena dia bertubuh gemuk."
Lalu Nabi saw. bersabda: "Dia (banci itu) jangan sampai masuk ke tempat

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (7 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

kalian." (HR Bukhari dan Muslim)332

Ummu.Salamah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. melihat di rumahnya


seorang pelayan perempuan yang wajahnya merah kehitam-hitaman. Beliau
bersabda: "Jampilah wanita itu sebab dia terkena ketajaman mata orang yang
hasad (iri)." (HR Muslim)333

Ubaidillah bin al-Qibthiyyah berkata: "Al-Harits bin Abi Rabi'ah, Abdullah


bin Shaiwan, dan aku ikut bersama mereka berdua menemui Ummu
Salamah. Mereka bertanya kepada Ummu Salamah mengenai tentara yang
dibenamkan ke bumi, dan hal itu terjadi pada masa Ibnu Zubair." Ummu
Salamah menjawab: "Rasulullah saw. pernah bersabda: 'Ada orang yang
berlindung di Baitullah, kemudian sepasukan tentara dikirim untuk
menangkapnya. Ketika tentara itu sampai di suatu tanah kosong, mereka
dibenamkan.'" Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan
orang yang tidak suka atas perbuatan mereka?" Beliau menjawab: "Ikut
dibenamkan bersama mereka, tetapi dia akan dibangkitkan pada hari kiamat
sesuai dengan niatnya."

Abu Ja'far berkata: "Tanah kosong itu adalah tanah kosong Madinah
(terletak antara Madinah dan Mekah, sebelum Dzul Hulaifah)." (HR Muslim)
334

Ummu Salamah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada


Ammar: "Kamu akan dibunuh oleh kelompok pemberontak" (HR Muslim)335

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (8 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Aisyah3.html (9 of 9)12/12/2005 7:53:12


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

G. ZAINAB BINTI JAHSYI UMMUL MUKMININ

1. Perkawinan Zainab dengan Rasulullah saw. Berdasarkan Perintah Allah


SWT

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) memberi nikmat
kepadanya: 'Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang
kamu menyembunyikan didalam hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang
lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan
dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-
istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada istri-istrinya. Dan adalah ketetapan
Allah itu pasti terjadi.'" (al-Ahzab: 37)

2. Sangat Rajin Mengerjakan Shalat Istikharah

Anas r.a. berkata bahwa ketika masa 'iddah Zainab sudah berakhir,
Rasulullah saw. bersabda kepada Zaid: "Lamarkanlah aku kepadanya." Zaid
segera berangkat menemui Zainab yang waktu itu sedang membuat adonan
roti. Selanjutnya Zaid menuturkan: "Begitu aku melihatnya, dadaku bergetar
keras, sampai-sampai aku tidak kuasa untuk memandangnya, apalagi untuk
menyampaikan lamaran Rasulullah saw. Dengan perasaan tidak karuan dan
sambil membelakang, aku paksakan berbicara: 'Wahai Zainab, Rasulullah
saw. mengutusku untuk melamarmu.'" Zainab berkata: "Aku tidak bisa
berbuat sesuatu sebelum aku shalat istikharah kepada Tuhanku." Lalu
Zainab berdiri menuju masjidnya. Ayat Al-Qur'an turun, berbunyi: "Dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (1 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

(ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan
nikmat kepadanya." Sesaat kemudian datanglah Rasulullah saw., lalu
langsung menemuinya tanpa izin ... (HR Muslim)336

3. Keistimewaan Walimah Perkawinan Zainab

Anas r.a. berkata: "Nabi saw. tidak pernah melakukan sesuatu dalam
walimah perkawinan dengan istri-istri beliau seperti yang beliau lakukan
dalam walimah perkawinan beliau dengan Zainab. Beliau meramaikan
walimahnya dengan memotong seekor kambing." (HR Bukhari dan Muslim)
337

Anas r.a. berkata: "Pada acara perkawinan Nabi saw. dengan Zainab
dihidangkan roti dan daging. Aku disuruh mengundang orang-orang makan
ke rumah Nabi saw. Maka datanglah satu rombongan. Mereka lalu makan,
kemudian keluar. Berikutnya datang lagi rombongan lain. Mereka makan,
kemudian keluar. Aku terus mengundang orang makan sehingga tidak ada
lagi seorang pun yang tidak aku undang ..." (HR Bukhari dan Muslim)338

Anas bin Malik r.a. berkata: "Nabi saw. menjadi pengantin bagi Zainab, lalu Ummu
Sulaim berkata kepadaku: 'Bagaimana kalau kami memberikan suatu hadiah untuk
Rasulullah saw.?' Aku jawab: 'Lakukanlah!' Lalu Ummu Sulaim mengambil kurma,
minyak samin, dan keju (haisah), kemudian diaduknya dan ditaruh ke periuk. Ummu
Sulaim menyuruhku mengantarkan bubur (haisah) itu kepada Nabi saw. Lalu aku
berangkat membawanya kepada Nabi saw. Beliau berkata kepadaku: "Letakkanlah haisah
itu dahulu!" Kemudian beliau menyuruhku dengan kata-kata: "Panggilah beberapa orang
laki-laki ke sini (beliau menyebutkan nama-nama mereka) dan panggillah (undanglah) ke
sini siapa saja yang kamu temui!"

Anas berkata: "Aku segera melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi saw.
kepadaku. Setelah itu aku kembali dan ternyata di rumah sudah penuh sesak
oleh para undangan. Aku melihat Nabi saw. meletakkan kedua belah tangan
beliau ke atas haisah tersebut sambil membacakan sesuatu (berdoa).
Kemudian beliau memanggil para undangan sepuluh orang sepuluh orang
untuk makan dan beliau berkata kepada mereka: 'Bacalah bismillah dan
setiap orang hendaklah memakan apa yang didekatnya!'" (HR Bukhari dan
Muslim)339

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Haisah itu dihidangkan bertepatan waktunya


dengan dihidangkannya roti dan daging tadi, sehingga semua undangan bisa
menikmati semua jenis hidangan tersebut."340

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (2 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

4. Ayat Hijab Turun pada Pagi Hari Walimah Perkawinan Zainab

Anas r.a. berkata: "Rasulullah saw. mengadakan walimah perkawinan ketika


beliau membina rumah tangga dengan Zainab binti Jahsy. Beliau
menghidangkan roti dan daging kepada para tamunya. Kemudian beliau
pergi ke kamar-kamar seluruh ummul mukminin sebagaimana yang sudah
biasa beliau lakukan pada pagi hari beliau membina rumah tangga dengan
Zainab. Sesampainya di kamar-kamar mereka, beliau mengucapkan salam
dan mendoakan mereka. Sebaliknya mereka pun mengucapkan salam dan
mendoakan Nabi saw. Ketika beliau kembali ke rumahnya, beliau melihat
masih ada dua orang laki-laki yang masih terus berbicara. Ketika melihat
kedua laki-laki itu, Nabi saw. berputar arah meninggalkan rumahnya. Ketika
kedua laki-laki itu melihat Nabi saw. berbalik arah meninggalkan rumahnya,
mereka segera melompat pergi. Saya tidak ingat lagi apakah saya yang
memberitahu beliau bahwa mereka sudah keluar atau ada orang lain yang
memberitahu beliau. Akhirnya beliau kembali dan masuk ke rumahnya.
Setelah itu beliau membentangkan tirai antara aku dan beliau, dan turunlah
ayat hijab." (HR Bukhari dan Muslim)341

5. Kedudukan Zainab di Sisi Rasulullah saw.

Aisyah berkata: "Dialah (maksudnya Zainab binti Jahsy) yang selalu


bersaing denganku di antara istri-istri Nabi saw. (untuk mendapat tempat di
hati beliau)." (HR Bukhari dan Muslim)342

6. Memiliki Banyak Keutamaan

Aisyah r.a. berkata: "Aku belum pernah sama sekali melihat wanita yang
hebat dalam soal agama melebihi Zainab, dia sangat takut kepada Allah,
bicaranya sangat jujur, suka menyambung silaturahmi, senang memberikan
sedekah, serta tidak segan-segan mengorbankan tenaganya demi amal
perbuatan yang dia anggap baik dan yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah Ta'ala." (HR Muslim)343

Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Zainab binti
Jahsy mengenai persoalanku ini (mengenai berita bohong). Beliau bertanya
kepada Zainab: "Apa yang engkau ketahui atau engkau lihat?" Zainab
berkata: "Ya Rasulullah, aku selalu menjaga pendengaran dan
penglihatanku. Demi Allah, tiada yang aku ketahui selain yang baik saja."
Aisyah berkata: "Allah telah menjaganya dengan sifat wara." (HR Bukhari
dan Muslim)344

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (3 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

7. Kebanggaan Diri Zainab atas Istri istri Nabi saw.

Anas berkata: "Zainab merasa bangga di atas istri-istri Nabi saw. yang lain.
Dia berkata: 'Kalian dikawinkan oleh keluarga kalian, sementara aku
dikawinkan oleh Allah SWT dari atas langit yang tujuh ..." (HR Bukhari)345

8. Paling Cepat Menyusul Nabi saw.

Aisyah mengatakan bahwa beberapa orang istri Nabi saw. bertanya kepada
Nabi saw.: "Siapa di antara kami yang paling cepat menyusulmu?" Beliau
menjawab: "Orang yang paling panjang tangannya di antara kalian." Lalu
mereka mengambil tongkat untuk mengukur panjang hasta/tangan mereka.
Ternyata Saudah yang paling panjang tangannya. Maka tahulah kami setelah
itu (setelah wafatnya Zainab) bahwa yang dimaksud dengan panjang; tangan
itu adalah yang paling banyak sedekahnya. Dan adalah Zainab orang yang
paling cepat di antara kami menyusul Rasulullah saw. Zainab adalah orang
yang paling suka bersedekah." (HR Bukhari dan Muslim)346

H. UMMU SULAIM AL-GHUMAISHA BINTI MILHAN

Rasulullah saw. bersabda: "Aku masuk ke dalam surga, lalu aku mendengar
suara langkah orang berjalan. Aku bertanya: 'Siapa itu?' Mereka (para
malaikat) menjawab: 'Dia adalah al-Ghumaisha (wanita yang mudah
menangis) putri Milhan."' (HR Muslim)347

1. Perkawinan Ummu Sulaim Sangat Istimewa

Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:


"Diperlihatkan kepadaku surga, lalu aku melihat istrinya Abu Thalhah." (HR
Muslim)348

Dalam perkawinannya dengan Abu Thalhah terdapat kisah yang menunjukkan kekuatan
iman dan harga dirinya. Dari Tsabit al-Banani, dari Anas, dia berkata: "Abu Thalhah
meminang/melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata: 'Demi Allah, orang seperti
kamu ini, wahai Abu Thalhah, tidak mungkin ditolak. Cuma sayangnya kamu masih kafir,
sementara aku adalah wanita muslimah. Tidak halal bagiku kawin denganmu. Tetapi jika
kamu mau masuk Islam, maka itulah maskawinku, dan aku tidak akan meminta yang lain
lagi kepadamu (padahal Abu Thalhah adalah orang Anshar yang paling kaya karena kebun
kurmanya di Madinah).349 Akhirnya dia masuk Islam dan itulah yang dia jadikan mahar
untuk mengawini Ummu Sulaim." Tsabit al-Banani berkata: "Aku belum pernah melihat
seorang wanita sama sekali yang lebih mulia maskawinnya dibandingkan dengan
maskawin Ummu Sulaim." (HR an-Nasa'i)350 Tepat sekali pilihan Ummu Sulaim. Abu

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (4 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

Thalhah akhirnya menjadi salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang paling menonjol,
pahlawan yang sangat berani dan sangat pemurah berkorban di jalan Allah.

2. Keutamaan Suami Ummu Sulaim

Anas r.a. berkata: "Ketika terjadi Perang Uhud, banyak pasukan Islam yang
lari meninggalkan Nabi saw. Tetapi, Abu Thalhah tetap bersama Nabi saw.
dan dia melindungi nabi saw. dengan sebuah tameng miliknya. Abu Thalhah
terkenal sebagai seseorang yang mahir dalam urusan memanah dan juga
sangat pemberani. Pada waktu itu Abu Thalhah membawa dua atau tiga
busur sekaligus. Namun sayang dia kehabisan anak panah. Beruntung pada
saat itu ada yang memberinya anak-anak panah. Sementara itu Nabi saw.
menengok ke luar untuk melihat keadaan pasukannya yang porak poranda.
Lalu Abu Thalhah berkata: 'Wahai Nabiyullah, demi bapak dan ibuku,
jangan engkau lakukan itu. Saya tidak ingin engkau menjadi sasaran anak
panah musuh, biar leher saya saja yang terkena, asal jangan leher engkau ...'
Pedang sempat jatuh dari kedua tangan Abu Thalhah dua atau tiga kali." (HR
Bukhari dan Muslim)351

Anas bin Malik berkata: "Abu Thalhah adalah seorang sahabat Anshar yang
paling banyak hartanya di Madinah berupa pohon kurma. Hartanya yang
paling dia senangi adalah taman Bairuha' yang letaknya menghadap ke
masjid. Rasulullah saw. biasa memasuki taman itu dan meminum airnya
yang bagus." Anas berkata: bahwa ketika turun firman Allah yang berbunyi:
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai," Abu Thalhah
berusaha menemui Rasulullah saw. dan berkata: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah telah berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta
yang kamu cintai.' Harta yang paling aku cintai adalah taman Bairuha' dan
aku ingin menyedekahkannya untuk Allah dengan harapan aku bisa
memperoleh kebajikan-Nya dan menjadi simpanan di sisi Allah. Lakukanlah
sesuatu, wahai Rasulullah, terhadap taman itu sesuai dengan yang diridhai
Allah." Rasulullah saw. berkata: "Wah, harta itu banyak mengalirkan pahala
kepada pemiliknya atau banyak menghasilkan untung." (Abdullah ragu):
"Dan aku telah mendengar dan paham apa yang baru kamu katakan.
Menurutku, sebaiknya kamu berikan saja kepada anggota keluargamu yang
terdekat." Abu Thalhah berkata: "Akan aku laksanakan, wahai Rasulullah."
Lalu Abu Thalhah membagi-bagikan harta yang paling dicintainya itu
kepada kaum kerabatnya yang terdekat, dan juga kepada keponakan-
keponakannya." (HR Bukhari dan Muslim)352

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (5 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

3. Penuh Perhatian dan Kesabaran terhadap Suami

Anas mengatakan bahwa anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu
Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya: "Jangan kalian ceritakan kepada Abu Thalhah
perihal anaknya itu. Biar aku sendiri yang akan bercerita kepadanya."

Anas berkata: "Ketika Abu Thalhah datang, Ummu Sulaim menghidangkan


santap malam kepadanya. Setelah Abu Thalhah makan dan minum dengan
puas, Ummu Sulaim pergi ke kamar untuk bersolek secantik mungkin. Abu
Thalhah bangkit nafsu birahinya sehingga dia lalu menggaulinya. Setelah
melihat Abu Thalhah kenyang dan kebutuhan biologisnya telah terpuaskan,
Ummu Sulaim mulai berkata: "Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu
jika ada satu kaum meminjamkan barangnya kepada suatu keluarga
misalnya, kemudian mereka memintanya kembali barang yang dipinjamkan
tersebut, apakah keluarga tersebut berhak menolaknya?" Abu Thalhah
menjawab: "Tidak." Ummu Sulaim berkata: "Kalau begitu, tabahkanlah
hatimu dengan kematian anakmu." Abu Thalhah menjadi marah, dia berkata:
"Kamu biarkan aku menikmati pelayananmu, kemudian baru kamu
beritahukan kepadaku tentang anakku." Abu Thalhah pergi menemui
Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang telah terjadi. Rasulullah saw.
bersabda: "Mudah-mudahan Allah memberi berkah pada malam yang telah
kalian lewati dengan manis itu." Ummu Sulaim kemudian hamil.

Pada suatu hari Rasulullah saw. bepergian dan kebetulan Ummu Sulaim ikut
bersama beliau. Apabila memasuki kota Madinah, Rasulullah saw. biasanya
tidak melakukannya di malam hari sehingga harus mengetuk-ngetuk pintu
rumah segala. Saat mereka sudah dekat ke Madinah, tiba-tiba Ummu Sulaim
merasa sakit karena sudah dekat melahirkan. Abu Thalhah berusaha
menolongnya dan menyuruhnya supaya sabar. Sementara itu Rasulullah saw.
terus saja berjalan. Abu Thalhah berkata sendiri: "Ya Tuhan, Engkau tahu
sendiri bahwa aku senang sekali bisa selalu bersama Rasulullah saw. Aku
sudah berusaha sabar seperti yang Engkau tahu." Ummu Sulaim berkata:
"Wahai Abu Thalhah, rasanya aku tidak mendapati sesuatu yang biasa aku
dapati. Berangkat sajalah kamu!" Sepeninggalnya, kembali Ummu Sulaim
merasa sakit seperti mau melahirkan. Ternyata dia memang melahirkan
seorang anak laki-laki. Ibuku berkata kepadaku: "Wahai Anas, siapa pun
tidak boleh menyusukannya sebelum kamu membawanya kepada Rasulullah
saw." Pagi-pagi sekali aku bawa anak itu kepada Rasulullah saw. Kebetulan
waktu itu aku mendapati beliau sedang membawa besi penyelar (penanda).
Begitu melihatku beliau bertanya: "Barangkali saja Ummu Sulaim sudah
melahirkan?" Aku jawab: "Benar." Beliau meletakkan besi penyelar tersebut.
Aku bawa anak itu, lalu aku letakkan di pangkuan beliau. Rasulullah saw.
kemudian minta diambilkan sebutir kurma Madinah. Beliau kunyah kurma

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (6 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

tersebut di mulutnya sampai hancur, kemudian beliau suapkan ke mulut anak


tersebut. Anak tersebut mengecapnya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda:
"Lihatlah, betapa sukanya orang-orang Anshar pada kurma." Setelah itu
beliau mengusap wajah anak tersebut dan memberinya nama
Abdullah." (HR Bukhari dan Muslim)353

4. Perhatian Rasulullah saw. terhadap Ummu Sulaim

Anas bin Malik r.a berkata: "Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah masuk
suatu rumah di Madinah (secara terus menerus) selain rumah Ummu Sulaim,
kecuali ke rumah para istri beliau. Ketika hal itu ditanyakan, beliau
menjawab: 'Aku merasa kasihan kepadanya karena saudaranya terbunuh
sewaktu bersamaku.'" (HR Bukhari dan Muslim)354

Anas r.a. berkata: "Adalah Nabi saw. apabila lewat di dekat Ummu Sulaim,
beliau singgah menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya." (HR
Bukhari)355

Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. datang mengunjungi Ummu Sulaim.
Lantas Ummu Sulaim menghidangkan kurma dan minyak samin kepada
beliau. Nabi saw. berkata: "Kembalikanlah minyak samin dan kurmamu ke
tempatnya masing-masing sebab aku sedang berpuasa. Kemudian beliau
pergi ke salah satu pojok rumah, lalu melaksanakan shalat bukan fardu.
Beliau memanjatkan doa untuk Ummu Sulaim dan anggota keluarganya."
Lalu Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, aku meminta sesuatu yang
agak khusus." Rasulullah saw. berkata: "Apa itu?" Ummu Sulaim berkata:
"Pembantumu si Anas. Tidak satu pun yang tinggal dari kebaikan akhirat,
begitu pula dunia, kecuali dia berdoa untukku: 'Ya Allah, beri rezekilah dia
harta dan anak yang banyak dan berkahilah dia.'"

(Anas berkata): "Sesungguhnya aku termasuk di antara orang-orang Anshar


yang paling banyak memiliki harta dan putriku Umainah (Aminah)
menceritakan kepadaku bahwa anak cucuku yang telah dikaburkan sewaktu
kedatangan Hajjaj ke Bashrah lebih dari seratus dua puluh orang." (HR
Bukhari)356

Anas bin Malik berkata: "Nabi saw. pernah datang ke rumah Ummu Sulaim
dan beristirahat tidur di atas tempat tidurnya. Saat itu Ummu Sulaim tidak
ada di rumahnya. Pada hari yang lain beliau juga datang lagi dan beristirahat
tidur di tempat tidurnya Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim ditemui
oleh seorang sahabat dan diberitahu: 'Nabi saw. sedang tidur di rumahmu, di
atas tempat tidurmu.' Ummu Sulaim segera pulang, dia melihat beliau

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (7 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

berkeringat, dan keringat beliau terkumpul pada sehelai hamparan kulit yang
terdapat di atas tempat tidur. Ummu Sulaim lalu membuka kotak kecil
miliknya. Dia kemudian menyeka keringat tersebut dengan sebuah handuk
dan memerasnya ke dalam kotak kecil tadi. Nabi saw. terbangun, lalu
bertanya: 'Apa yang sedang kamu kerjakan ini, wahai Ummu Sulaim?' Dia
menjawab: 'Wahai Rasulullah, aku berharap mencari berkahnya untuk anak-
anakku.' Rasulullah saw. berkata: 'Kamu benar.'" (HR Muslim)357

Anas berkata: "Nabi saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya,
dan aku mempunyai seorang saudara yang bernama Abu Umair. Dia berkata:
'Aku mengiranya seusia anak sapihan.' Setiap beliau datang, beliau selalu
bertanya: 'Hai Abu Umair, apa yang dilakukan burung pipit yang selalu
dimainkan Abu Umair?' Kadang-kadang datang waktu shalat sewaktu beliau
berada di rumah kami. Maka beliau meminta diambilkan hamparan yang
diduduki oleh Abu Umair, kemudian disapu dan disiram sedikit dengan air.
Setelah itu beliau berdiri untuk melakukan shalat dan kami pun berdiri di
belakang beliau. Kemudian beliau shalat bersama kami." (HR Bukhari)358

5. Perhatian Ummu Sulaim dan Keluarganya terhadap Rasulullah saw.

Anas bin Malik berkata: "Ketika orang-orang Muhajirin tiba di Madinah dari
Mekah, mereka tidak memiliki apa-apa. Sementara itu orang-orang Anshar
banyak memiliki tanah dan pekarangan. Orang-orang Anshar kemudian
membagikan tanah atau pekarangan kepada saudara-saudaranya dan mereka
memperoleh bagi hasil sebanyak separuh setiap tahunnya. Pekerjaan dan
biaya penggarapannya juga sudah mereka cukupi. Ibu Anas bin Malik (yaitu
Ummu Sulaim) memberikan pohon kurmanya kepada Rasulullah saw." (HR
Bukhari dan Muslim)359

Anas berkata: "Aku diajak oleh ibuku menemui Rasulullah saw. Separuh
selendangnya dikenakannya kepadaku sebagai sarung dan separuh lagi
sebagai selempang. Ibuku berkata: 'Wahai Rasulullah, si kecil Anas ini
adalah putraku. Aku serahkan dia kepadamu untuk melayanimu. Maka
panjatkanlah doa kepada Allah untuknya.' Rasulullah saw. pun berdoa seraya
berkata: 'Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya.'Anas berkata: 'Demi
Allah, sungguh hartaku sangat banyak, sedangkan anak cucuku sudah lebih
dari seratus orang sekarang ini.'" (HR Bukhari)360

Anas bin Malik r.a. berkata bahwa dia baru berumur sepuluh tahun ketika
Rasulullah saw. datang ke Madinah: "Ibu menasihatiku supaya terus-
menerus dan tabah melayani Rasulullah saw. Aku sempat melayani beliau
selama sepuluh tahun, dan Nabi saw. meninggal dunia ketika aku berusia

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (8 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

dua puluh tahun." (HR Bukhari)361

Anas berkata: "Rasulullah saw. pernah menemuiku ketika aku sedang


bermain-main dengan beberapa anak sebayaku. Beliau mengucapkan salam
kepada kami, kemudian beliau menyuruhku untuk mengerjakan suatu
keperluan.. Hal itu membuat aku terlambat pulang kepada ibuku. Begitu aku
datang, ibuku bertanya: 'Apa yang membuatmu terlambat?' Aku menjawab:
'Aku disuruh oleh Rasulullah saw. untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya:
'Apa keperluan beliau itu?' Aku jawab: 'Itu rahasia.' Ibuku berkata: 'Kalau
begitu, jangan kamu ceritakan rahasia Rasulullah saw. kepada siapa pun!'
Anas berkata: 'Demi Allah, andaikata aku boleh menceritakannya kepada
seseorang, tentu aku telah menceritakannya kepadamu, wahai Tsabit.'" (HR
Muslim)362

Anas bin Malik berkata: "Setelah melakukan akad nikah, Rasulullah saw.
menemui istrinya. Sementara itu ibuku Ummu Sulaim membuatkan sebaki
makanan haisah (yang terbuat dari keju, kurma, dan minyak samin), lalu dia
berkata kepadaku: 'Hai Anas, bawalah makanan ini kepada Rasulullah saw.
dan katakan: "Ibuku menyuruhku mengantarkan makanan ini kepadamu, dan
dia mengucapkan salam kepadamu." Kemudian katakan kepada beliau: "Ini
ada sedikit makanan dari kami untukmu, wahai Rasulullah."' Anas berkata:
"Lalu aku pergi membawa makanan itu kepada Rasulullah saw.
Sesampainya di tempat beliau, aku berkata: 'Ibuku mengucapkan salam
untukmu dan dia berkata: "Ini ada sedikit makanan dari kami untukmu,
wahai Rasulullah."' Nabi saw. berkata: 'Letakkanlah dulu makanan itu!'
Kemudian beliau berkata: 'Pergilah kamu memanggil si fulan, si fulan, si
fulan, dan orang-orang yang kamu temui ...'" (HR Bukhari dan Muslim)363

Anas berkata bahwa Rasulullah saw. menyerang Khaibar ... dan kami
menaklukkannya dengan pertempuran yang dahsyat. Kami mengumpulkan
para tawanan. Tiba-tiba datang seorang prajurit yang bernama Dahyah. Dia
berkata: "Wahai Nabiyallah, berilah aku seorang tawanan wanita." Nabi saw.
berkata: "Pergilah ambil seorang!" Anas berkata: "Lalu Dahyah mengambil
tawanan wanita yang bernama Shafiyyah binti Huyay." Melihat hal itu,
prajurit lainnya bergegas melapor kepada Nabi saw.: "Wahai Nabiyullah,
apakah engkau berikan kepada Dahyah, Shafiyyah binti Huyay, seorang
pemuka Bani Quraizhah dan an-Nadhir? Dia itu sama sekali tidak pantas
kecuali untukmu, wahai Rasulullah!" Nabi saw. berkata: "Panggil Dahyah
bersama wanita itu ke sini!" Lalu Dahyah datang bersama wanita itu. Setelah
melihat wanita itu sejenak, Nabi saw. berkata kepada Dahyah: "Kamu ambil
tawanan wanita yang lain saja!" Anas berkata: "Lantas Nabi saw.
memerdekakan Shafiyyah binti Huyay, kemudian mengawininya ..." Ketika

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (9 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

sampai di tengah perjalanan, Ummu Sulaim mempersiapkan dan


mendandani Shafiyyah. Menurut riwayat Muslim364: "Kemudian beliau
menyerahkannya kepada Ummu Sulaim dan diperindah. Shafiyyah disuruh
menunggu di rumah Ummu Sulaim selama masa 'iddah. Kemudian pada
suatu malam Ummu Sulaim menyerahkan Shafiyyah kepada Nabi saw. dan
diadakanlah acara perkawinan." (HR Bukhari dan Muslim)365

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Zainab.html (10 of 10)12/12/2005 7:53:15


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

6. Cerdas dan Penuh Tawakkal kepada Allah

Anas bin Malik berkata bahwa Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim:
"Aku mendengar suara Rasulullah saw. demikian lemah. Aku tahu beliau
lapar. Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Ummu Sulaim menjawab:
"Ya." Lalu Ummu Sulaim mengeluarkan beberapa potong roti dari gandum.
Kemudian dia mengambil kerudungnya dan membungkus roti dengan
sebagian kerudung itu, lalu dia sisipkan di bawah bajuku, sedangkan
sebagian kerudung dia selendangkan ke kepalaku. Kemudian dia
menyuruhku pergi ke tempat Rasulullah saw." Anas berkata: "Lalu aku pergi
membawa roti tersebut. Aku temukan Rasulullah saw. sedang duduk di
masjid bersama orang banyak. Aku menghampiri mereka. Rasulullah saw.
bertanya kepadaku: 'Apakah Abu Thalhah menyuruhmu?'Aku jawab: 'Ya,
benar.' Rasulullah saw. bertanya lagi: 'Membawa makanan?' Aku menjawab:
'Ya.' Lalu Rasulullah saw. berkata kepada orang-orang yang bersama beliau:
'Bangunlah kalian semua!' Lalu Rasulullah saw. berangkat bersama mereka,
sementara aku berada di hadapan mereka untuk segera memberitahu Abu
Thalhah. Maka berkatalah Abu Thalhah: 'Wahai Ummu Sulaim, Rasulullah
saw. telah datang bersama orang banyak, tetapi kita tidak mempunyai
makanan yang cukup untuk dihidangkan kepada mereka.' Ummu Sulaim
berkata: 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Lalu Abu Thalhah menyongsong
Rasulullah saw. Rasulullah saw. datang dan masuk bersama Abu Thalhah.
Rasulullah saw. berkata: 'Bawa ke sini apa yang ada padamu, wahai Ummu
Sulaim!' Ummu Sulaim datang memberi roti tersebut. Lalu memeras minyak
saminnya untuk lauk pauk roti. Kemudian Rasulullah saw. mendoakan
makanan itu. Setelah itu beliau berkata: 'Persilakanlah sepuluh orang
masuk!' Setelah diizinkan masuk mereka makan sampai kenyang, kemudian
keluar. Setelah itu Rasulullah saw. berkata kembali: 'Persilakan masuk
sepuluh orang lagi.' Setelah diizinkan, mereka pun masuk dan makan sampai
kenyang, kemudian pergi. Setelah itu Rasulullah saw. kembali
memerintahkan: 'Persilakan masuk sepuluh orang lagi.' Setelah diizinkan,

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (1 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

mereka pun masuk dan makan sampai kenyang. Semua orang makan sampai
kenyang hingga jumlah mereka mencapai tujuh puluh atau delapan puluh
orang.' Dan menurut riwayat Muslim366: "Kemudian Rasulullah saw. makan
bersama Abu Thalhah, Ummu Sulaim, dan Anas bin Malik. Ternyata masih
tersisa, maka kami memberikannya kepada tetangga-tetangga kami." (HR
Bukhari dan Muslim)367

7. Ikut Berbai'at dan Menepati Janji

Ummu Athiyyah r.a. berkata: "Ketika melakukan bai'at, Nabi saw. menuntut
kami untuk tidak meratap. Tidak ada wanita yang menepati bai'at (janji)nya
kecuali lima orang saja, yaitu: Ummu Sulaim, Ummu al-'Ala', putri Abu
Sabrah, istri Mu'adz, dan dua orang wanita lagi." (HR Bukhari dan Muslim)
368

8. Memiliki Sifat Malu yang Positif

Ummu Salamah berkata bahwa Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw., lalu
berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap
kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila dia mimpi (bersetubuh)?"
Nabi saw. menjawab: "Apabila wanita itu melihat air (mani)." (HR Bukhari
dan Muslim)369

Benar sekali Aisyah, Ummul Mukminin, yang berkata: "Sebaik-baik kaum


wanita adalah kaum wanita Anshar. Mereka tidak dihalangi oleh rasa malu
dalam mendalami masalah agama." (HR Muslim)370

9. Ikut Serta dalam Berjihad

Anas r.a. berkata: "Ketika terjadi Perang Uhud, banyak pasukan Islam yang
lari meninggalkan Nabi saw. Aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan
Ummu Sulaim sibuk sekali melayani pasukan. Mereka menyingsingkan
pakaian sehingga kelihatan olehku gelang-gelang kaki mereka. Dengan
langkah cepat mereka mengangkat girbah air di atas punggung mereka untuk
memberi minum pasukan Islam. Kemudian pergi lagi mengisi girbah air
tersebut, lalu datang lagi untuk memberi minum pasukan sampai isi girbah
itu kosong." (HR Bukhari dan Muslim)371

Anas bin Malik berkata: "Pernah Rasulullah saw. berperang dengan


mengajak Ummu Sulaim. Bahkan, beberapa wanita Anshar juga pernah ikut
berperang bersama beliau. Tugas wanita-wanita Anshar itu adalah memberi
minum dan mengobati pasukan yang terluka (di antara peperangan yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (2 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

diikuti oleh Ummu Sulaim adalah Perang Khaibar.)372 (HR Muslim)373

Anas mengatakan bahwa pada Perang Hunain, Ummu Sulaim terlihat


membawa sebilah parang. Ketika Abu Thalhah melihatnya, dia melaporkan
hal itu kepada Rasulullah saw.: "Wahai Rasulullah, lihat Ummu Sulaim itu.
Dia membawa sebilah parang." Rasulullah saw. lalu bertanya kepada Ummu
Sulaim: "Untuk apa parang itu?" Ummu Sulaim menjawab: "Untuk aku
gunakan sebagai alat berperang. Begitu ada salah seorang pasukan musyrik
yang mendekatiku, akan aku tikam perutnya." Mendengar jawaban Ummu
Sulaim itu Rasulullah saw. tersenyum. Ummu Sulaim lalu berkata: "Wahai
Rasulullah, bunuhlah orang-orang Thulaqa' (Thulaqa' adalah penduduk
Mekah yang masuk Islam setelah penaklukan kota Mekah. Dinamakan
thulaqa' atau orang-orang bebas karena Nabi saw. membebaskan mereka
dengan mengatakan: antumuth thulaqa'. Ketika peristiwa ini terjadi, Islam
mereka masih lemah, sehingga Ummu Sulaim menduga mereka orang-orang
munafik yang pantas dibunuh, karena mereka lari dari peperangan) yang
setelah kamu bebaskan, kini mereka lari darimu." Rasulullah saw. berkata:
"Wahai Ummu Sulaim, sesungguhnya Allah telah berlaku cukup dan berbuat
baik." (HR Muslim)374

I. ASMA BINTI ABU BAKAR PEMlLIK DUA IKAT PINGGANG

1. Sejak Kecil Peduli terhadap Masalah Umum

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Aku melihat Zaid bin Amru bin Nufail
sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke Ka'bah. Dia berkata:
'Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah, tidak ada seorang pun dari kalian
yang memeluk agama Ibrahim selain diriku. Zaid bin Amru menyelamatkan
bayi-bayi perempuan yang biasanya dikubur hidup-hidup.' Dia berkata
kepada orang yang hendak membunuh anak perempuannya: 'Janganlah
kamu bunuh dia. Biarlah aku yang akan mengasuhnya.' Lalu dia mengambil
anak perempuan itu. Setelah anak perempuan itu tumbuh remaja, Zaid bin
Amru berkata kepada ayah perempuan itu: 'Kalau kamu mau, akan aku
serahkan putrimu ini kepadamu, dan kalau kamu ingin aku terus
mengasuhnya maka akan aku lakukan.'" (HR Bukhari)375

2. Berkembang dengan Baik

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa di dalam satu hadits Asma binti Abu
Bakar menurut ath-Thabrani disebutkan: "Adalah Nabi saw. datang
mengunjungi kami sewaktu berada di Mekah dua kali setiap hari, yaitu pada
waktu pagi dan sore hari."376

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (3 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

3. Perkawinan Asma dengan Pendukung Setia Rasulullah saw.

Asma binti Abu Bakar berkata: "Az-Zubair mengawiniku ..." (HR Bukhari
dan Muslim)377 Dari Jabir, dia berkata: "Nabi saw. bertanya: 'Siapakah yang
akan membawa berita kaum itu kepadaku (pada hari Ahzab ini)?' Zubair
menjawab: 'Saya, wahai Rasulullah.' Kemudian beliau kembali bertanya:
'Siapakah yang akan membawa berita kaum itu kepadaku?' Az-Zubair pun
kembali menjawab: 'Saya.' Setelah itu Nabi saw. bersabda: 'Sesungguhnya
setiap nabi itu mempunyai seorang pendukung yang setia, dan pendukung
setiaku adalah az-Zubair.'" Dalam riwayat dari Abdullah ibnu Zubair,378
Zubair berkata: "Lalu aku berangkat. Ketika aku kembali Rasulullah saw.
telah mengumpulkan untukku kedua orang tuanya." Lalu az-Zubair berkata:
"Tebusanmu adalah ayah dan ibuku." (HR Bukhari dan Muslim)379

4. Hijrah dan Melahirkan Anak Pertama bagi Kaum Muhajirin

Asma r.a. mengatakan bahwa ketika mengandung Abdullah ibnu Zubair, dia:
"Aku pergi pada saat sudah dekat waktu melahirkan. Sesampainya di
Madinah, aku singgah di Quba' dan melahirkan di sana. Kemudian aku
membawa bayiku itu kepada Rasulullah saw. Beliau mengambilnya dan
meletakkannya di pangkuan beliau. Kemudian beliau minta kurma, lalu
kurma itu beliau kunyah, kemudian beliau ludahkan ke dalam mulut bayiku,
sehingga yang pertama sekali masuk ke dalam perut bayiku adalah air liur
Rasulullah saw. Selanjutnya beliau menggosokkan kurma tadi ke
tenggorokan bayiku. Kemudian beliau mendoakan dan memberkatinya.
Itulah bayi pertama yang dilahirkan dalam Islam (di Madinah dari kaum
Muhajirin)." (HR Bukhari dan Muslim)380

5. Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Az-Zubair mengawiniku, sementara di


dunia ini dia tidak memiliki harta, hamba, atau sesuatu pun selain seekor
unta pengangkut air dan seekor kuda. Akulah yang memberi makan
kudanya, menimba air, menjahit girbah air yang terbuat dari kulit, dan
membuat adonan roti. Tetapi aku tidak bisa membuat roti dengan baik. Yang
biasanya membuatkan roti untukku adalah tetangga-tetanggaku, wanita
Anshar. Mereka adalah wanita-wanita yang jujur dan tulus. Aku sudah biasa
mengangkut biji kurma dari lahan milik az-Zubair --pemberian Rasulullah
saw.-- di atas kepalaku. Jarak tanah az-Zubair itu dari tempatku dua pertiga
farsakh (1 farsakh = 3 mil atau 5 km)." (HR Bukhari dan Muslim)381

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (4 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

6. Bergaul Harmonis dengan Suami

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Pada suatu hari aku datang dengan biji kurma di atas
kepalaku. Lalu aku bertemu dengan Rasulullah saw. yang diiringi beberapa orang sahabat
beliau dari kalangan Anshar. Beliau memanggilku lalu mengucapkan: 'Ikh ... ikh ...
(ucapan untuk membuat unta menderum).' Beliau bermaksud memboncengkan aku di
belakang beliau. Aku merasa malu berjalan bersama kaum laki-laki, dan aku teringat az-
Zubair dan sifat cemburunya. Dia adalah orang yang paling cemburu. Rupanya Rasulullah
saw. tahu bahwa aku merasa malu, sehingga beliau berlalu meninggalkanku. Lalu aku
datang kepada az-Zubair. Aku berkata: 'Rasulullah saw. menemuiku, sementara di atas
kepalaku ada biji kurma. Dan bersama beliau ada beberapa orang sahabatnya. Beliau
menderumkan untanya untuk aku tunggangi, tetapi aku merasa malu kepada beliau dan aku
juga tabu sifat cemburumu.' Mendengar penuturan Asma itu az-Zubair berkata: 'Demi
Allah, engkau mengangkat biji kurma di atas kepalamu itu lebih berat bagiku daripada
kamu menunggang kendaraan bersama beliau.'"

Asma berkata: "Sesudah peristiwa itu Abu Bakar mengirimkan seorang


pelayan untukku, sehingga aku tidak repot-repot lagi mengurusi kuda dan
seakan-akan Abu Bakar telah membebaskan aku dari berbagai macam
urusan." (HR Bukhari dan Muslim)382

Asma berkata: "Seorang laki-laki datang kepadaku, lalu berkata: 'Wahai


Ummu Abdillah, aku adalah seorang yang miskin. Aku ingin berjualan di
bawah naungan rumahmu ini.' Asma berkata: 'Kalau aku izinkan kepadamu,
aku khawatir az-Zubair menolaknya. Karena itu ikutilah aku dan ajukanlah
permintaanmu itu kepadaku di hadapan az-Zubair.' Orang itu mengikuti kata-
kata Asma. (Di hadapan az-Zubair) orang itu berkata: 'Wahai Ummu
Abdullah, aku adalah seseorang yang miskin Aku ingin berjualan di bawah
naungan rumahmu ini.' Asma berkata: 'Apakah kamu tidak menemukan
rumah lain di Madinah ini selain rumahku?' Mendengar pertanyaanAsma itu,
az-Zubair berkata kepada Asma: 'Mengapa kamu melarang orang miskin
berjualan?' Akhirnya orang itu berjualan (di tempat Asma) sehingga dia
memperoleh keuntungan ..." (HR Muslim)383

7. Sifat Wara' dan Keinginannya untuk Melaksanakan Syari'at Allah

Asma r.a. berkata: "Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki
harta selain apa yang diberikan az-Zubair kepadaku. Apakah aku boleh
menyedekahkannya?'" Nabi saw. bersabda: "Bersedekahlah kamu kikir dan
menyimpan harta dalam wadah sehingga Allah pun tidak mau memberikan
tambahan karunia rezeki-Nya kepadamu." (HR Bukhari dan Muslim)384

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (5 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Ibuku datang kepadaku, padahal dia
masih dalam keadaan musyrik pada masa Rasulullah saw. Lalu aku meminta
fatwa kepada Rasulullah saw. mengenai masalah ini. Aku bertanya: '(Wahai
Rasulullah), ibuku datang kepadaku menginginkan (aku berbuat baik
kepadanya), apakah aku boleh berhubungan dengannya?' Rasulullah saw.
berkata: 'Ya, jalinlah hubungan dengannya!'" (HR Bukhari dan Muslim)385

8. Pengorbanan Asma pada Jalan Allah

Asma berkata: "Seorang laki-laki datang kepadaku, lalu berkata: 'Wahai


Ummu Abdillah, aku adalah seorang yang miskin. Aku ingin berjualan di
bawah naungan rumahmu.' ... Akhirnya orang itu berjualan sehingga dia
mendapatkan keuntungan. Lalu aku menjual seorang budak perempuan
kepadanya. Ketika az-Zubair masuk menemuiku, uang penjualan budak
perempuan itu ada di tanganku. Maka az-Zubair berkata kepadaku:
'Berikanlah uang itu kepadaku.' Asma berkata: 'Sesungguhnya aku telah
menyedekahkan uang itu.'" (HR Muslim)386

9. Rajin Beribadah dan Menuntut Ilmu

Asma binti Abu Bakar berkata: "Aku datang menemui Aisyah dan kebetulan
dia sedang shalat. Lalu aku bertanya: 'Ada apa dengan orang-orang?' Aisyah
memberi isyarat ke arah langit --rupanya orang-orang sedang melakukan
shalat-- lalu dia berkata; 'Subhanallah!' Aku bertanya: 'Apakah itu tanda
kebesaran Allah?' Aisyah kembali memberi isyarat dengan kepalanya yang
maksudnya 'Ya.' Akhirnya aku pun ikut berdiri (shalat) sampai aku hampir
jatuh pingsan.' Menurut riwayat387 Muslim dari Jabir: 'Pada suatu hari yang
sangat panas, Rasulullah saw. mengerjakan shalat bersama para sahabat.
Beliau berdiri lama sekali, sehingga banyak yang jatuh (karena lemah) ...
Lalu aku menyiramkan air ke atas kepalaku.' Menurut riwayat Muslim yang
lain388 dari Asma: 'Beliau berdiri sangat lama, sampai-sampai terpikir
olehku untuk duduk saja. Kemudian aku menoleh ke arah seorang
perempuan yang sangat lemah. Aku berkata dalam hati: "Wanita ini lebih
lemah daripadaku." Akhirnya aku memutuskan untuk terus berdiri.
Kemudian Rasulullah saw. ruku dan ruku lama sekali. Setelah itu beliau
mengangkat kepala dan kembali berdiri lama, sehingga jika ada orang yang
datang, pasti dia menyangka bahwa Rasulullah saw. belum ruku'.
Selanjutnya seusai shalat Rasulullah saw. berkotbah, beliau memuji Allah
dan menyanjung-Nya. Kemudian berkata: 'Tidak satu pun yang pernah aku
lihat sebelumnya kecuali telah diperlihatkan kepadaku di tempat ini, sampai
surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan menerima
cobaan di dalam kubur seperti -atau hampir-seperti cobaan Almasih ad-

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (6 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

Dajjal.' Kepadanya akan dikatakan: 'Apa yang kamu ketahui mengenai laki-
laki ini?' Seorang yang beriman atau yang berkeyakinan (memiliki akidah)
akan menjawab: 'Dia adalah Muhammad, Rasulullah yang datang membawa
keterangan-keterangan dan petunjuk, lalu kami memenuhi panggilan
Muhammad dan mematuhi perintahnya.' (Jawaban ini dia ulang tiga kali).
Kemudian dikatakan kepadanya: 'Tidurlah kamu dengan tenang, wahai
orang saleh. Kami memang sudah tahu bahwa kamu yakin (beriman)
kepadanya.' Sementara orang munafik ragu-ragu akan menjawab: 'Aku tidak
tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku ikut pula
mengatakan.'" (HR Bukhari dan Muslim)389

10. Ilmu dan Kealiman Asma

Muslim al-Qurri, dia berkata: "Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a.
mengenai masalah mut'ah ketika orang tengah menunaikan ibadah haji.
Tenyata Ibnu Abbas r.a. memperbolehkannya, padahal Ibnu Zubair pernah
melarangnya. Karena itu, Ibnu Abbas berkata: 'Ibunya Ibnu Zubair sendiri
yang bercerita bahwa sesungguhnya Rasullullah saw. memperbolehkannya.
Karena itu temuilah ibu Ibnu Zubair dan tanyakanlah masalah ini
kepadanya!' Muslim al-Qurri berkata: 'Akhirnya kami pergi menemui ibu
Ibnu Zubair. Ternyata dia adalah seorang wanita yang berbadan gemuk dan
buta matanya.' Dia berkata: 'Rasulullah saw. memang
memperbolehkan.'" (HR Muslim)390

Abdullah, budak Asma binti Abu Bakar dan dia adalah paman anak Atha,
berkata: "Asma menyuruhku menemui Abdullah bin Umar untuk
menyampaikan pesan beliau: 'Telah sampai kepadaku berita bahwa kamu
mengharamkan tiga perkara: lukisan pada kain (sulaman sutera), bantal
bewarna ungu, dan puasa bulan Rajab seluruhnya.' Abdullah bin Umar
berkata kepadaku: 'Adapun mengenai puasa bulan Rajab, maka bagaimana
dengan seorang yang puasa sepanjang masa. Adapun lukisan pada kain, aku
pernah mendengar Umar ibnul Khattab berkata: "Aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda bahwa sesungguhnya yang memakai sutera itu hanyalah orang
yang tidak akan mendapat bagian kebaikan kelak di surga." Jadi aku kawatir
lukisan pada kain itu termasuk daripadanya. Sedangkan bantal bewarna
merah tua, coba lihat ini bantal Abdullah.' Ternyata bantal itu bewarna
merah tua. Setelah itu kembali menemuia Asma, lalu aku menceritakan
jawaban Abdullah bin Umar. Setelah mendengarkan penjelasanku itu Asma
berkata: 'Ini jubah Rasulullah saw.,' seraya mengeluarkan dan menunjukkan
kepadaku jubah kekaisaran bewarna hijau yang berkerah (leher baju) sutera.
Kedua sisi jubah itu disulami dengan benang sutera.' Asma berkata: 'Jubah
ini dahulunya berada di tangan Aisyah sampai dia meninggal dunia. Setelah
meninggal dunia, aku mengambilnya. Dan dulu Nabi saw. sering

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (7 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

memakainya. Kami mencucinya untuk orang sakit dan menjadikannya


sebagai alat penyembuh baginya.'" (HR Muslim)391

11. Keberanian dan Ketegasan Asma dalam Memberikan Penjelasan

Abu Naufal berkata: "Suatu hari aku melihat Abdullah bin Zubair berada di
jalan masuk kota Mekah dalam keadaan disalib." Abu Naufah berkata: "Tiba-
tiba beberapa orang Quraisy dan lainnya lewat di situ dan berkata:
'Keselamatan atasmu, wahai Abu Khubaib. Keselamatan atasmu, wahai Abu
Khubaib. Demi Allah, aku telah melarangmu dari ini, demi Allah, aku telah
melarangmu dari ini, demi Allah, aku telah melarangmu dari ini. Demi
Allah, jika dugaanku ternyata benar bahwa kamu adalah orang yang sangat
rajin berpuasa, sangat rajin shalat malam, dan suka melakukan silaturrahim,
demi Allah sungguh suatu umat di mana engkau adalah yang terburuk dari
suatu umat yang terbaik.' Setelah itu Abdullah bin Umar berlalu. Sikap dan
ucapan Abdullah bin Umar itu terdengar oleh Hajjaj. Lantas Hajjaj mengirim
seseorang kepada Abdullah bin Zubair untuk menurunkannya dari tiang
gantungan dan melemparkannya ke tempat pemakaman orang-orang Yahudi.
Setelah itu Hajjaj mengutus seseorang untuk menjemput ibunya, Asma binti
Abu Bakar. Tetapi Asma tidak mau menemui Hajjaj. Al-Hajjaj kembali
mengutus pembantunya sambil disertai ancaman: 'Kamu datang
menghadapku atau akan aku perintahkan seseorang untuk menyeret
rambutmu.' Tetapi Asma tetap saja tidak mau menemuinya. Dia berkata:
'Demi Allah, aku tidak akan datang menghadapmu. Silakan kamu menyuruh
orang-orangmu untuk menyeret rambutku.' Mendengar jawaban Asma itu
Hajjaj berkata: 'Bawa ke sini sandalku.' Hajjaj mengenakan sandalnya lalu
berangkat bergegas sampai bertemu dengan Asma. Dia berkata kepada
Asma: 'Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang telah aku lakukan
terhadap musuh Allah?' Asma berkata: 'Aku berpendapat bahwa kamu telah
merusak dunianya, sementara dia telah menghancurkan akhiratmu. Telah
sampai berita kepadaku bahwa kamu berkata kepadanya: "Wahai putra
wanita empunya dua ikat pinggang," saya, demi Allah, memang mempunyai
dua ikat pinggang. Salah satunya aku pergunakan untuk mengikat makanan
Rasulullah saw. dan Abu Bakar ke kendaraan mereka. Yang satu lagi aku
gunakan sebagai ikat pinggang yang tidak mungkin lepas dari seorang
wanita. Kemudian, Rasulullah saw. pernah menceritakan kepada kami
bahwa ada seorang pendusta dan seorang perusak. Adapun yang beliau
katakan 'si pendusta' (yang beliau maksud si pendusta itu adalah Mukhtar bin
Abu Ubaid ats-Tsaqafi yang mengaku sebagai nabi) telah kami lihat
orangnya. Sementara si 'perusak/pembunuh' aku kira tidak ada orang lain
selain engkau.' Abu Naufal berkata: 'Mendengar jawaban Asma itu Hajjaj
segera pergi meninggalkannya tanpa mengemukakan bantahan.'" (HR
Muslim)392

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (8 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Sulaim.html (9 of 9)12/12/2005 7:53:18


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

J. ASMA BINTI UMAIS ISTRI TIGA SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA

1. Masuk Islam Sejak Dini dan Hijrah ke Habasyah

Abu Musa r.a. berkata: "... Asma binti Umais ikut hijrah ke Najasyi bersama
orang-orang yang hijrah ..." (HR Bukhari dan Muslim)393

2. Keberanian Moralitas

Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., berkata: "Sampai kepada kami berita
mengenai hijrahnya Nabi saw. ketika kami sedang berada di Yaman. Lalu
kami pergi berhijrah kepada beliau, yaitu aku dan dua orang saudara laki-
lakiku. Akulah yang paling kecil dari mereka. Salah satu dari kedua saudara
laki-lakiku itu (bernama) Abu Burdah dan yang satu lagi Abu Ruhm, di
tengah-tengah lima puluh tiga atau lima puluh dua orang laki-laki dari
kaumku. Lalu kami naik perahu, dan perahu itu mengantarkan kami kepada
Raja Najasyi di Habasyah. Akhirnya kami bertemu dengan Ja'far bin Abu
Thalib. Lalu kami tinggal bersama sampai semua tiba. Kemudian kami
bertemu dengan Nabi saw. ketika beliau menaklukkan Khaibar. Lantas ada
sejumlah orang yang berkata kepada kami (yaitu para penumpang perahu):
'Kami lebih dahulu hijrah daripada kalian.' Asma binti Umais --salah seorang
anggota rombongan yang datang bersama kami-- masuk menemui Hafshah,
istri Nabi saw., sebagai tamu. Setelah itu datang pula Umar menemui
Hafshah, sementara Asma berada di samping Hafshah. Ketika melihat Asma
di sana Umar langsung bertanya: 'Siapa wanita ini?' Asma menjawab: 'Asma
binti Umais.' Umar bertanya: 'Ini yang hijrah ke Habasyah? Ini yang
mengarungi lautan?' Asma menjawab: 'Ya.' Umar berkata: 'Kami lebih
dahulu berhijrah daripada kalian Karena itu kami lebih berhak daripada
kalian terhadap Rasulullah saw. 'Asma marah (mendengar ucapan Umar itu)
dan berkata: 'Tidak demi Allah. Kalian bersama Rasulullah saw. Beliau
memberi makan orang yang lapar di antara kalian dan menasihati orang yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (1 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

bodoh di antara kalian. Sementara kami berada di suatu negeri yang jauh dan
penuh kebencian terhadap Islam di Habasyah. Semua itu kami lakukan demi
mencari ridha Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak akan makan atau
minum hingga aku sampaikan apa-apa yang kamu ucapkan itu kepada
Rasulullah saw. Kami selalu diganggu dan ditakut-takuti, dan aku akan
menuturkan hal tersebut serta menanyakannya kepada Nabi saw. Demi
Allah, aku tidak berdusta, tidak menyimpang dan tidak akan menambah-
nambahnya.' Setelah Nabi saw. datang, Asma binti Umais berkata: 'Wahai
Nabiyullah, sesungguhnya Umar mengatakan begini, begini.' Nabi saw.
bertanya: 'Lalu apa katamu kepadanya?' Asma menjawab: 'Aku bilang
begini, begini.' Mendengar keterangan Asma itu, Nabi saw. berkata:
'Tiadalah dia lebih berhak terhadapku daripada kamu. Dia dan teman-
temannya hanya mempunyai satu hijrah. Sedangkan kalian, wahai para
penumpang perahu, mempunyai dua hijrah.' Asma berkata: 'Sungguh aku
melihat Abu Musa dan para penumpang perahu datang kepadaku
berbondong-bondong untuk menanyakan hadits ini kepadaku. Tidak ada di
dunia ini sesuatu yang membuat diri mereka lebih merasa bahagia dan
bangga dibandingkan dengan apa yang dikatakan kepada mereka itu oleh
Nabi saw.' Abu Burdah (perawi hadits) menerangkan bahwa Asma berkata:
'Sungguh aku melihat Abu Musa memintaku mengulangi hadits
tersebut.' (HR Bukhari dan Muslim)394

3. Melaksanakan Haji ketika Hamil Tua

Aisyah r.a. berkata: "Asma binti Umais istri Muhammad bin Abu Bakar
melahirkan di dekat sebuah pohon. Kemudian Rasulullah saw menyuruh
Abu Bakar supaya dia menyuruhnya mandi dan ihram." (HR Muslim)395

4. Penuh Perhatian terhadap Anak dan Suami

Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada


Asma binti Umais: "Mengapa aku melihat badan anak-anak saudaraku
(Ja'far) kurus-kurus dan lemah? Apakah mereka kelaparan?" Asma
menjawab: "Tidak, cuma saja mereka terkena 'ain (ketajaman mata orang
yang dengki)." Nabi saw. berkata: "Jampilah mereka!" Asma berkata: "Aku
menawarkan kepada beliau untuk menjampinya. Tetapi beliau berkata:
'Jampilah mereka olehmu!'" (HR Muslim)396

Uraian di atas berkaitan dengan perhatiannya terhadap anak-anaknya. Adapun


perhatiannya terhadap suami, dapat kita lihat dalam riwayat Thabrani dari Qais bin Abu
Hazim. Dia berkata: "Kami masuk menemui Abu Bakar r.a. ketika beliau sedang sakit.
Lalu aku melihat seorang wanita berkulit putih dan pada kedua tangannya ada tato. Dia

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (2 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

sedang menghalau lalat dari Abu Bakar dan dia adalah Asma binti Umais."397

5. Kesaksian Rasulullah saw. terhadap Asma

Abdullah bin Amru ibnul Ash menceritakan bahwa sekelompok orang Bani
Hasyim datang menemui Asma binti Umais. Lalu masuk Abu Bakar. Ketika
itu Asma menjadi istri Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihat orang-orang
Bani Hasyim itu, dia merasa tidak suka. Hal itu beliau tuturkan kepada Nabi
saw. dan menambahkan: "Memang aku tidak melihat kecuali kebaikan."
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memaafkannya dari
perbuatan tersebut." Kemudian Rasulullah saw. berdiri di atas mimbar dan
bersabda: "Sesudah hari ini, seorang laki-laki tidak boleh memasuki rumah
wanita yang suaminya tidak ada, kecuali dia bersama seorang atau dua orang
lelaki." (HR Muslim)398

Kesaksian itu mengingatkan kita pada kesaksian Rasulullah saw. Lewat


sabdanya ini: "Saudara-saudara perempuan yang berempat, yaitu Maimunah,
Ummul Fadhal, Salma, dan Asma binti Umais --saudara perempuan mereka
dari garis ibu-- adalah wanita-wanita mukminat."399

K. UMMU ATHIYYAH AL ANSHARIYYAH

1. Ikut Berbai'at

Ummu Athiyyah berkata: "Kami melaan ayat bai'at kepada kami (yaitu alla
yusrikna billahi syai'aa) dan beliau melarang kami dari meratap. Lantas
seorang wanita menggenggam tangannya sendiri seraya berkata: 'Si fulanah
telah membuatku bahagia (karena ikut meratap bersamanya). Aku ingin
membalasnya.' Nabi saw. tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Lalu wanita
itu pergi, kemudian kembali lagi, dan Nabi saw. membai'atnya.'" (HR
Bukhari)400

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Jawaban yang paling dekat adalah bahwa
meratap itu dahulunya diperbolehkan, kemudian dimakruhkan. Pertama
makruhnya bersifat tanzih (pembersihan), kemudian berubah menjadi tahrim
(pengharaman). Wallahu a'lam."401

2. Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga Rasulullah saw.

Ummu Athiyyah berkata bahwa Nabi saw. masuk menemui Aisyah r.a., lalu
berkata: "Apakah kalian mempunyai sesuatu?" Aisyah menjawab: "Tidak
ada selain sedikit dari Ummu Athiyyah dari kambing yang engkau kirimkan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (3 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

kepadanya sebagai sedekah." Nabi saw. berkata: "Kambing itu telah


mencapai kehalalannya (hukum sedekah hilang darinya dan menjadi halal
bagi saya)." (HR Bukhari dan Musim)402

Ummu Athiyyah r.a. berkata: "Rasulullah saw. masuk kepada kami ketika
kami sedang memandikan putri beliau yang wafat. Beliau berkata:
'Mandikanlah tiga kali, lima kali, atau lebih dari itu dengan air dan daun
bidara, dan terakhir berilah kapur barus. Setelah kalian selesai, beri tahulah
aku!' Ketika kami telah selesai, kami memberitahu beliau. Lalu beliau
memberikan kain beliau seraya berkata: 'Pakaikanlah kepadanya (lapisan
dalam yang langsung membalut tubuhnya untuk mendapatkan berkahnya)!'
Dalam satu riwayat, beliau berkata: 'Mulailah memandikannya dengan
anggota-anggota badannya yang bagian kanan dan anggota-anggota
wudhunya."' (HR Bukhari dan Muslim)403

3. Ikut Berjihad

Hafshah binti Sirin berkata: "... lalu datang seorang wanita yang singgah di
istana Bani Khalaf dan aku datang menemuinya. Wanita itu menceritakan
kepadaku bahwa suami saudara perempuannya --Ummu Athiyyah-- ikut
berperang bersama Nabi saw. sebanyak dua belas kali. Sementara saudara
perempuannya (Ummu Athiyyah) ikut bersamanya dalam enam kali
peperangan. Dia mengatakan: 'Kami bertugas merawat orang-orang sakit dan
mengobati orang-orang yang terluka.'... Ketika Ummu Athiyyah datang, aku
langsung menanyakannya ..." (HR Bukhari)404

Dari Hatshah binti Sirin, dari Ummu Athiyyah al-Anshariyyah, dia berkata:
"Aku ikut berperang bersama Rasulullah saw. sebanyak tujuh kali. Aku
selalu ditempatkan di bagian belakang. Akulah yang membuat makanan
untuk mereka, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit." (HR
Muslim)405

Demikianlah, Ummu Athiyyah ikut berperang sebanyak tujuh kali bersama


Rasulullah saw. dan enam kali diantaranya ditemani suaminya.406

4. Memahami Sunnah

Hafshah r.a. berkata: "Kami biasanya melarang anak-anak gadis kami keluar
menghadiri kedua shalat hari raya ... Ketika aku datang kepada Ummu
Athiyyah, aku tanyakan kepadanya: 'Apakah kamu pernah mendengar Nabi
saw. (memperbolehkan anak-anak gadis pergi menghadiri dua hari raya)?'
Ummu Athiyyah menjawab: 'Demi bapakku, benar, aku pernah mendengar

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (4 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

hal itu dari Nabi saw. ketika beliau bersabda: "Anak-anak gadis, perempuan-
perempuan yang dipingit, dan wanita haid boleh keluar serta hendaklah
mereka menyaksikan (hari) baik dan khotbah nasihat kaum muslimin. Tetapi
wanita haid harus menghindari tempat shalat.'" Hafshah berkata: 'Aku
bertanya apakah wanita haid (juga boleh)?' Ummu Athiyyah berkata:
'Bukankah (wanita haid) boleh menghadiri Arafah, ini dan itu?"' (HR
Bukhari)407 Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: "Kami dilarang
mengiringi jenazah, tetapi larangannya tidak tegas." (HR Bukhari dan
Muslim)408

5. Dalam Kesedihan Tetap Mematuhi Syariat

Ibnu Sirin berkata: "Ummu Athiyyah r.a. --seorang wanita Anshar yang ikut
berbaiat kepada Nabi saw.-- datang (dari Madinah). Dia datang ke Bashrah
untuk menjumpai anaknya, tetapi dia tidak menemukannya ... Menurut
sebuah riwayat409: 'Putra Ummu Athiyyah meninggal dunia. Setelah tiga
hari, dia meminta wewangian yang berwarna kuning, lalu dia usapkan ke
tubuhnya. Dia berkata: "Kita (kaum wanita) dilarang berkabung lebih dari
tiga hari, kecuali terhadap suami.'" (HR Bukhari)410

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Putra Ummu Athiyyah ini tidak aku kenal
namanya. Tampaknya dia ikut berperang, kemudian dia datang ke Bashrah.
Berita kedatangannya ke Bashrah ini didengar oleh Ummu Athiyyah yang
ketika itu berada di Madinah. Konon putra Ummu Athiyyah ini sedang sakit.
Akhirnya Ummu Athiyyah segera berangkat untuk menemuinya. Tapi
sayang, putranya meninggal dunia sebelum dia sempat menemuinya."411

6. Memuliakan Rasulullah saw. dengan Kalimat Khusus

Hafshah binti Sirin berkata: "Setiap Ummu Athiyyah berbicara dengan


Rasulullah saw., dia selalu memulai dengan mengatakan demi
bapakku." (HR Bukhari)412

L. FATHIMAH BINTI QAIS

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dia termasuk di antara wanita-wanita yang


hijrah pada gelombang pertama. Orangnya pintar dan cantik."413

1. Menikah Atas Saran Rasulullah saw.

Fathimah binti Qais berkata: "... Ketika aku menjanda, aku dilamar oleh

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (5 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

kelompok sahabat Rasulullah saw. untuk Abdurrahman bin Auf, sementara


Rasulullah saw. sendiri melamar aku untuk budaknya, Usamah bin Zaid.
Dan aku pernah mendengar hadits Rasulullah saw. yang berbunyi:
'Barangsiapa yang mencintai aku, maka hendaklah dia juga mencintai
Usamah.' Ketika Rasulullah saw. membicarakan masalah itu kepadaku, aku
berkata: 'Urusanku berada di tanganmu. Maka nikahkanlah aku dengan siapa
yang engkau kehendaki.'"

Dalam satu riwayat414 dikatakan: "Rasulullah saw. berkata kepadaku:


'Apabila masa 'iddahmu sudah berakhir, tolong beritahu aku.' Setelah masa
'iddahku habis, aku langsung memberitahu Rasulullah saw. Lantas datang
melamarku Muawiyah bin Abi Sufyan, Abu Jahm, dan Usamah bin Zaid.
Rasulullah saw. berkata: 'Mengenai Mu'awiyah, dia seorang laki-laki miskin
yang tidak mempunyai harta sama sekali. Sedangkan Abu Jahm adalah
seorang laki-laki yang ringan tangan dan suka memukul istri. Akan tetapi,
Usamah bin Zaid ...' Fathimah langsung menyela ucapan Rasulullah saw.
Sambil mengisyaratkan tangannya dia berkata: 'Usamah ... Usamah
(maksudnya dia tidak suka pada Usamah lantaran Usamah dari kalangan
budak, sementara dia seorang wanita Quraisy dari kalangan terpandang).'
Rasulullah saw. berkata kepada Fathimah: 'Menaati Allah dan Rasul-Nya
lebih baik bagimu.' Fathimah berkata: 'Akhirnya aku kawin dengan Usamah
dan aku merasa bahagia sekali.' Dalam satu riwayat415 dikatakan: 'Akhirnya
aku kawin dengannya. Lalu Allah memberiku kehormatan dengan putra Zaid
dan Allah memuliakanku dengan putra Zaid.' Dan dalam riwayat lain416:
'Akhirnya aku menikah dengannya. Lalu Allah menjadikan pernikahanku
dengannya berjalan dengan baik dan aku merasa bahagia sekali.'" (HR
Muslim)417

2. Memahami AI-Qur'an dan Sunnah serta Memprotes Pendapat Beberapa


Tokoh

Ubaidillah bin Utbah mengatakan bahwa Abu Amru bin Hafsh ibnul Mughirah pergi
bersama Ali bin Abi Thalib ke Yaman. Dia mengutus seseorang untuk menjatuhkan talak
satu kali lagi sehingga genap tiga kali talak kepada istrinya, Fathimah binti Qais.
Selanjutnya dia menyuruh al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah untuk
mengatasi mantan istrinya itu apabila dia datang meminta nafkah. Begitu dia datang untuk
meminta nafkah, mereka berkata kepadanya "Demi Allah, kamu tidak berhak mendapat
nafkah kecuali jika kamu hamil." Lantas wanita itu mendatangi Rasulullah saw. dan
menyampaikan ucapan kedua orang itu kepadanya. Rasulullah saw. bersabda "Memang
tidak ada nafkah untukmu." Akhirnya Fathimah meminta izin pindah kepada Rasulullah
saw. dari rumah suaminya. Beliaupun mengizinkannya. Fathimah binti Qais bertanya:
"Kemana, wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. menjawab: "Ke rumah putra Ummi

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (6 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

Maktum." Dia adalah seorang tuna netra, sehingga Fathimah bisa melepaskan pakaiannya
tanpa takut dilihatnya. Setelah berakhir masa 'iddahnya, Rasulullah saw. menikahkannya
dengan Usamah bin Zaid.

Pada suatu hari Marwan mengutus Qabishah bin Dzuaib untuk menemui Fathimah guna
menanyakan hadits tersebut kepadanya. Fathimah menjelaskannya, tetapi Marwan belum
puas, lalu dia berkata: "Hadits ini tidak pernah aku dengar kecuali dari seorang wanita.
Karena itu akan aku teliti kembali kemudian mengikuti apa yang dilakukan orang banyak."
Ketika ucapan Marwan itu sampai ke telinga Fathimah, dia berkata: "Sekarang yang
menjadi hakim antara aku dan kamu adalah firman Allah yang berbunyi:

'... Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji
yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap
dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui, barangkali Allah mengadakan
sesudah itu suatu hal yang baru.' (ath-Thalaq: 1)

Fathimah berkata: 'Ayat di atas berlaku untuk wanita yang masih bisa rujuk
(kembali) kepada suaminya. Tapi apa urusannya dengan wanita yang sudah
ditalak tiga? Apa gunanya kalian mengatakan (bahwa wanita yang sudah
ditalak tiga) tidak berhak lagi mendapatkan nafkah jika dia tidak hamil. Atas
dasar apa kalian menahannya (di rumah)?' (HR Muslim)418

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Kami sepakat dengan Fathimah bahwa yang
dimaksud firman Allah (barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu
yang baru) adalah rujuknya Qatadah, Hasan, Sadyu, dan Dhahhak... dan
berkata seperti yang dikatakan oleh Fathimah Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur,
Daud, dan para pengikut mereka."419

3. Pemurah kepada Tamu

Asy-Sya'biy berkata: "Aku menemui Fathimah binti Qais. Lalu dia


menghidangkan kepadaku kurma Ibnu Thab (kurma Madinah) dan minuman
Suwaiq Sult (yang terbuat dari biji gandum). Lalu aku menanyakan
kepadanya mengenai wanita yang sudah ditalak tiga, di mana dia melalui
masa 'iddahnya. Fathimah berkata: 'Aku ditalak tiga oleh suamiku, lalu Nabi
saw. mengizinkan aku menghabiskan masa 'iddahku di rumah
keluargaku." (HR muslim)420

4. Peduli terhadap Urusan Umat Islam

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (7 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

Amir bin Syarahil asy-Sya'biy menceritakan bahwa dia bertanya kepada


Fathimah binti Qais, saudara perempuan Dhahhak bin Qais yang termasuk di
antara wanita-wanita muhajir pertama. Amir berkata: "Ceritakanlah
kepadaku suatu hadits yang kamu dengar dari Rasulullah saw. dan yang
tidak kamu isnadkan kepada seseorang selain beliau." Fathimah menjawab:
"Kalau memang kamu menginginkan yang demikian, akan aku lakukan."
Amir berkata: "Ya tentu, ceritakanlah!" Lalu Fathimah berkata: "Setelah
masa 'iddahku berakhir, aku mendengar penyeru Rasulullah saw. berseru:
'Ash-shalatu jami'ah.'" (Kalimat ini juga dipergunakan untuk memanggil
orang ke pertemuan umum). Aku segera pergi ke masjid dan shalat bersama
Rasulullah saw. Aku berada di shaf wanita sesudah shaf belakang kaum laki-
laki. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan shalatnya beliau duduk di atas
mimbar. Sambil tersenyum beliau berkata: "Hendaklah semua orang tetap di
tempat shalatnya." Kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian mengapa
kalian aku kumpulkan?" Mereka menjawab: "Allah dan RasulNya lebih
tahu." Beliau bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku kumpulkan kalian
bukan untuk suatu kegembiraan atau ketakutan. Aku kumpulkan kalian
karena Tamim ad-Dariy yang dahulunya seorang Nasrani telah datang untuk
berbai'at dan masuk Islam. Kepadaku dia menceritakan suatu cerita yang
sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Almasih
ad-Dajjal." (HR Muslim)421

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Asma.html (8 of 8)12/12/2005 7:53:21


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Catatan kaki Bab 3

401 Fathul Bari, jilid 10, hlm. 263.

402 Bukhari, Kitab: Hibah, keutamaan dan anjuran untuk melaksanakannya, Bab:
Menerima hadiah, jilid 6, hlm. 131. Muslim, Kitab: Zakat, Bab: Diperbolehkan
memberikan hadiah kepada Nabi saw., jilid 3, hlm. 120.

403 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Apa yang disunnatkan membasuhnya dengan hitungan
ganjil, jilid 3, hlm. 372. Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Mengenai memandikan mayit, jilid
3, hlm. 47.

404 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Apabila seorang wanita tidak mempunyai baju
kurung pada hari raya, jilid 3, hlm. 122.

405 Muslim, Kitab: Jihad dan peperangan, Bab: Wanita-wanita yang ikut berperang diberi
bagian dari ghanimah, jilid 5, hlm. 199.

406 Riwayat Bukhari yang lengkap menetapkan bahwa saudara perempuan dari wanita
yang singgah di istana Bani Khalaf itulah yang bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai
wanita yang tidak memiliki baju kurung tersebut. Sementara riwayat Muslim, jilid 3, hlm.
21, menetapkan bahwa Ummu Athiyyah-lah yang menyodorkan pertanyaan tersebut.

407 Bukhari Kitab: Haid, Bab: Wanita haid ikut menyaksikan acara shalat id dan doa kaum
muslimin, tetapi agak menjauh dari tempat shalat, jilid 1, hlm. 439.

408 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Wanita mengiringi jenazah jilid 3, hlm. 387. Muslim,
Kitab: Jenazah, bab: Larangan bagi wanita mengiringi jenazah, jilid 1, hlm. 47.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (1 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

409 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Seorang wanita berkabung untuk selain suaminya jilid
3, hlm. 388.

410 Bukhari, Kitab: Jenazah, Bab: Bagaimana cara memberi pakaian mayit yang bagian
dalam, jilid 3, hlm. 375.

411 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 370.

412 Bukhari, Kitab: Haid, Bab: Wanita haid ikut menyaksikan acara shalat 'id dan doa
kaum muslimin, tetapi agak menjauh dari tempat shalat, jilid 1, hlm. 439.

413 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 402.

414 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang sudah ditalak tiga tidak berhak lagi
mendapatkan nafkah, jilid 4, hlm. 199.

415 ibid.

416 ibid.

417 Muslim, Kitab: Cobaan dan tanda-tanda kiamat, Bab: mengenai keluarnya Dajjal, jilid
8, hlm. 203.

418 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang sudah ditalak tiga tidak berhak lagi untuk
mendapatkan nafkah, jilid 4, hlm. 197.

419 Fathul Bari, jilid 11, hlm. 406.

420 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang sudah ditalak tiga tidak berhak lagi untuk
mendapatkan nafkah, jilid 4, hlm. 198.

421 Muslim, Kitab: Cobaan dan tanda-tanda kiamat, Bab: Mengenai keluarnya dajjal dan
menetapnya di bumi, kemudian turunnya Isa dan pembunuhannya terhadap dajjal, jilid 8,
hlm. 203.

422 Bukhari, Kitab: Bab-bab gerhana, Bab: Shalat gerhana secara berjamaah, jilid 3, hlm.
194. Muslim, Kitab: Shalat istisqa', Bab: Apa yang diperlihatkan kepada Nabi saw. ketika
mengerjakan shalat gerhana, jilid 3, hlm. 33.

423 Fathul Bari, jilid 3, hlm 196.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (2 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

424 Bukhari, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Keutamaan fakir, jilid
14, hlm. 57. Muslim, Kitab: Kalimat-kalimat yang melunakkan hati, Bab: Kebanyakan
penghuni surga dari kalangan fakir miskin, jilid 8, hlm. 88.

425 Bukhari, Kitab: Haidh, Bab: Wanita haidh meninggalkan puasa, jilid 1, hlm. 421.
Muslim, Kitab: Iman, Bab: Keterangan mengenai berkurangnya iman bersamaan dengan
berkurangnya ketaatan, jilid 1, hlm. 61.

426 Fathul Bari, jilid 1, hlm. 422.

427 Bukhari, Kitab: Hukum-hukum, Bab: Firman Allah "Taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya dan ulil amri di antara kamu." jilid 16, hlm. 229. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab:
Keutamaan pemimpin yang adil, jilid 6, hlm. 8.

428 Bukhari, Kitab: Haidh, Bab: Wanita haidh meninggalkan puasa, jilid 1, hlm. 421.
Muslim, Kitab: Iman, Bab: Keterangan mengenai berkurangnya iman bersamaan dengan
berkurangnya ketaatan, jilid 1, hlm. 61.

429 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Nasihat seorang lelaki kepada anak perempuannya, jilid
11, hlm. 190.

430 Iqtidha'ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalifat Ash-hab al-Jahim, hlm. 147, 164, 165.

431 Fathul Bari, jilid 6, hlm. 164.

432 Bidayah al-Mujtahid, jilid 2 hlm. 348.

433 Al-Muhalla, jilid 9, hlm. 395-396.

434 Al-Muhalla, jilid 9, hlm. 402, dan lihat hadits Bukhari Kitab: Haidh, Bab: Wanita
haidh meninggalkan puasa, jilid 1 hlm. 421.

435 Kitab Ath-Thuruq al-Hukmiyyah, hlm. 161, pengantar dan tahqiq oleh Dr. Muhammad
Jamil Ghazi, cetakan Daar Al-Madani, Jedah, Saudi Arabia.

436 ibid, hlm. 162.

437 ibid, hlm. 171.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (3 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

438 Diantaranya Syekh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Miatu Sual 'An al-Islam,
jilid 2, hlm. 261-263, dan Dr. Yusuf a-lQardhawi dalam bukunya Fatawa Mutashirah, seri
kedua.

439 Mayadin 'Ilm an-Nafs, jilid 2, karangan Gilford, diterjemahkan oleh Yusuf Murad,
Muassasah Franklin Li ath-Thiba'ah wa anNasyr, Kairo 1977, hlm. 602-610.

440 Imam Ibnu al-Qayyim berkata: "Wanita haid boleh membaca Al-Qur'an menurut
Malik dan salah satu dari dua riwayat dari Ahmad dan salah satu dan dua pendapat S'afi'i.
Nabi saw. tidak melarang wanita haid dari membaca Al-Qur'an. Adapun hadits: "Wanita
haid dan orang junub tidak boleh sedikit pun membaca Al-Qur'an," tidak sahih, tetapi
ma'lul (cacat) menurut kesepakatan para ulama hadits. Silahkan baca I'Lam al-Muwaqqi'in,
jilid 3, hlm. 23.

441 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Keutamaan haji mabrur, jilid 4, hlm. 125.

442 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Haji kaum wanita, jilid 4, hlm. 445.

443 Muslim, Kitab: Haji, Bab: Penjelasan macam-macam ihram, jilid 4, hlm. 34.

444 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Orang yang melaksanakan umrah apabila dia melakukan
thawaf untuk umrah, jilid 4, hlm. 361. Muslim, Kitab: Haji, Bab: Penjelasan macam-
macam ihram, jilid 4, hlm. 31.

445 Fathul Bari, jilid 1, hlm. 422.

446 Al-I'tisham oleh Asy-Syathibi, jilid 2, hlm. 233.

447 Lihat hadits no. 178 dalam kitab Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah.

448 Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah, no. 435.

449 Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah, no. 56.

450 Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah, no. 430.

451 Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah, no. 436.

452 Dha'if al-Jami' ash-Shaghir no. 1033.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (4 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

453 Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah, no. 430.

454 Bukhari, Kitab Hadits-hadits mengenai para nabi, Bab: Penciptaan Adam dan
keturunannya, jilid 7, hlm. 177. Muslim, Kitab: Persusuan, Bab Wasiat kepada wanita, jilid
4, hlm. 178.

455 Muslim, Kitab. Persusuan, Bab: Wasiat kepada wanita, jilid 4, hlm. 178.

456 Fathul Bari, jilid 7, hlm. 177.

457 Kitab Khashaish al-Unutsah, Muhammad Salamah Jabr, hlm. 53, Daar Al-Buhuts
al-'Ilmiyyah, Kuwait, 1980.

458 Muslim, Kitab: Persusuan, Bab: Wasiat kepada wanita, jilid 4, hlm. 178.

459 Lihat pendapat ath-Thibi dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid 7, hlm. 177.

460 Bukhari, Kitab: Hibah, keutamaan dan anjuran untuk melakukannya, Bab: Pemberian
seorang perempuan kepada selain suaminya, jilid 6, hlm. 146.

461 Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Perkawinan Zainab binti Jahasy dan turunnya ayat hijab
serta ditetapkannya resepsi perkawinan, jilid 4, hlm. 150.

462 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khaibar, jilid 9 hlm. 24. Muslim, Kitab:
Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Ja'far bin Abu Thalib,
Asma binti Umais dan warga sampan, jilid 7, hlm. 172.

463 Muslim, Kitab: Salam, Bab: Diperbolehkan membonceng wanita ajnabi, jilid 7, hlm.
12.

464 Bukhari, Kitab: Jumat, Bab: Apakah orang yang ingin menghadiri Jum'at, baik wanita,
anak-anak atau lainnya, harus mandi? jilid 3, hlm. 34.

465 Fathul Bari, jilid 3, hlm. 34.

466 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Cerita Hindun binti Utbah, jilid 8, hlm. 141. Muslim,
Kitab: Kasus-kasus, Bab: Kasus Hindun, jilid 5, hlm. 130.

467 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Tidak sah nikah kecuali dengan wali, jilid 11, hlm.92.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (5 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

468 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: "Dan suaminya lebih berhak mengembalikan istri-istri
mereka" dalam 'iddah dan bagaimana merujuk istri jika dia sudah menalaknya satu kali
atau dua kali, dan firman Allah: "Maka janganlah kalian (para wali) menghalangi mereka,"
jilid 11, hlm. 408.

469 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Apabila seorang lelaki mengawinkan anak
perempuannya, sedangkan anaknya tidak suka, maka nikahnya ditalak, jilid 11, hlm. 100.

470 Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Wanita yang sedang menjalani 'iddah karena ditalak ba'in
boleh keluar rumah, jilid 4, hlm. 200.

471 Bukhari, Kitab: Dua hari raya, Bab: Takbir pada hari-hari Mina, jilid 3, hlm. 115.
Muslim, Kitab: Dua hari raya Bab: Diperbolehkannya wanita keluar ke tempat shalat pada
hari raya, jilid 3, hlm. 21.

472 Bukhari, Kitab: Wanita haid menyaksikan dua hari raya dan doa kaum muslimin tetapi
agak menjauh dari tempat shalat jilid 1, hlm. 439.

473 Bukhari, Kitab: Nafkah, Bab: Apabila suami tidak memberikan nafkah, maka istri
boleh mengambil uang suaminya seperlunya untuk memenuhi kebutuhan dia dan anaknya
dengan cara yang baik, jilid 11, hlm. 435. Muslim, Kitab: Kasus-kasus, Bab: Kasus
Hindun, jilid 5, hlm. 129.

474 Bukhari, Kitab: Nafkah, Bab: Nasihat seorang bapak kepada anak perempuannya
mengenai keadaan suaminya, jilid 11, hlm. 191. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Mengenai
ila', menjauhi istri, dan memberikan pilihan kepadanya, jilid 4, hlm. 194.

475 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: "Kamu menginginkan kesenangan istri-istrimu," jilid 10,
hlm. 283. Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Mengenai ila', menjauhi istri, dan memberikan
pilihan kepadanya, jilid 4, hlm. 190.

476 Bukhari, Kitab: Kewajiban seperlima, Bab: Apa yang diceritakan mengenai baju besi
Nabi saw., jilid 7, hlm. 72. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutaman para sahabat, Bab:
Keutamaan-keutamaan Fathimah putri Nabi saw., jilid 7, hlm. 141.

477 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Mengenai para semenda Rasulullah saw., jilid 8, hlm.
87. Muslim, Kitab: keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan
Fathimah putri Nabi saw., jilid 7, hlm. 142.

478 ibid.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (6 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

479 Muslim, Kitab: shalat, Bab: Perginya wanita ke masjid bila hal itu tidak sampai
menimbulkan fitnah, jilid 2, hlm. 32.

480 Bukhari, Kitab: pakaian, Bab: Lelaki yang menyerupai perempuan dan perempuan
yang menyerupai lelaki, jilid 12, hlm. 452.

481 Bukhari, Kitab: Orang-orang yang diperangi dari kalangan orang kafir dan murtad,
Bab: Menentang para pelaku maksiat dan orang yang kebanci-bancian, jilid 15, hlm. 173.

482 Al-Haltsmai menyeburkannya dalam kitab Majma' az-Zawa'id jilid 8, hlm. 102. Dia
berkata: "Diriwayatkan oleh Ahmad dan Hudzali. Aku belum mengenalinya. Sementara
rijalnya yang lain semuanya tsiqah. Juga diriwayatkan oleh Thabrani secara ringkas. Dia
meninggalkan Hudzali yang belum jelas siapa orangnya. Dengan demikian semua rijal
hadits Thabrani sahih.

483 Sunan Abu Daud, Kitab: Pakaian, Bab: Pakaian wanita, jilid 4, hlm. 355. Mengenai
hadits ini Syaukani berkata dalam kitab Nail al-Authar: "Semua rijal sanadnya sahih.
Silakan lihat Sahih Sunan Abu Daud, hadits nomor. 3454.

484 Diriwayatkan oleh Abu Daud. Lihat Shahih al-Jami' ash-Shaghir, hadits no. 2329.

485 Lihat Bab. III Pasal 5. Salah Paham atas Hadits-hadits Sahih tentang Karakter Wanita.

486 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab: Surat Asy-Syu'ara': "Dan berilah peringatan kepada karib-
kerabatmu," jilid 10, hlm. 120. Muslim, Kitab: Iman, Bab: Firman Allah: "Dan berilah
peringatan kepada karib kerabatmu," jilid 1, hlm. 133.

487 Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Seorang bapak atau lainnya tidak boleh menikahkan
perawan atau janda kecuali dengan persetujuannya, jilid 11, hlm. 96. Muslim, Kitab: nikah,
Bab: Persetujuan janda dalam pernikahan dengan ucapan dan persetujuan perawan cukup
dengan diam saja, jilid 4, hlm. 140.

488 Bukhari, Kitab: Thalak, Bab: Khulu', jilid 11, hlm. 319.

489 Bukhari, Kitab: Hukum-hukum, Bab: Firman Allah: "Taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya dan ulil amri di antara kamu," jilid 16, hlm. 229. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab:
Keutamaan pemimpin yang adil, jilid 6, hlm. 8.

490 Bukhari, Kitab: Bab-bab adzan, Bab: Orang yang sedang mengerjakan pekerjaan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (7 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

keluarganya, lalu shalat didirikan, maka dia keluar, jilid 2, hlm. 203.

491 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Berita bohong, jilid 8 hlm. 436. Muslim, Kitab:
Tobat, Bab: Mengenai berita bohong, jilid 8, hlm. 112.

492 Bukhari, Kitab: Bab-bab i'tikaf, Bab: Seorang istri mengunjungi suaminya yang
sedang melakukan i'tikaf, jilid 5, hlm. 186.

493 Bukhari, Kitab: Bab-bab i'tikaf, Bab: Apakah orang yang sedang melakukan i'tikaf
boleh keluar ke pintu masjid untuk menunaikan keperluannya? jilid 5, hlm. 186. Muslim,
Kitab: Salam, Bab: Menerangkan bahwa orang yang terlihat berduaan saja dengan seorang
perempuan sedangkan perempuan itu adalah istri atau mahramnya, maka hendaklah dia
mengatakan: "Wanita ini adalah si anu," jilid 7, hlm. 8.

494 Muslim, Kitab: Minuman, Bab: Apa yang dilakukan oleh tamu apabila dia diikuti oleh
orang yang tidak diundang oleh yang empunya hidangan, jilid 6, hlm. 115.

495 Bukhari, Kitab: Peperangan, Bab: Perang Khaibar, jilid 9, hlm. 20.

496 Bukhari, Kitab: dua hari raya, Bab: Lembing dan perisai pada hari raya, jilid 3, hlm.
95. Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, Bab: Diperbolehkan permainan yang tidak
mengandung maksiat pada hari raya, jilid 3, hlm. 22.

497 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Tanda-tanda kenabian dalam Islam, jilid 7, hlm. 440.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan
Fathimah putri Nabi saw., jilid 7, hlm. 143.

498 Fathul Bari, jilid 9, hlm. 200.

499 Bukhari, Kitab: Bab-bab adzan, Bab: Orang yang meringankan shalatnya ketika
mendengar tangisan bayi, jilid 2, hlm. 344. Muslim, Kitab: Shalat, Bab: Perintah kepada
imam agar mempercepat shalat asal tetap sempurna, jilid 2, hlm. 44.

500 Bukhari, Kitab: Bab-bab sifat shalat, Bab: Salam, jilid 2, hlm. 467.

501 Bukhari, Kitab: Haid, Bab: Wanita haid menyaksikan dua hari raya, jilid 1, hlm. 440.
Muslim, Kitab: Shalat dua hari raya, Bab: Mengenai diperbolehkannya kaum wanita pergi
ke tempat shalat pada hari raya, jilid 3, hlm 20.

502 Bukhari, Kitab: Manaqib, Bab: Manaqib Utsman bin Affan, jilid 8, hlm. 60.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (8 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

503 Bukhari, Kitab: Haji, Bab: Haji kaum wanita, jilid 4, hlm. 448. Muslim, Kitab: Haji,
Bab: Seorang wanita yang bepergian bersama mahramnya untuk mclaksanakan haji atau
lainnya, jilid 4, hlm. 102.

504 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Menjadi pelayan masjid, jilid 2, hlm. 100.

505 Bukhari, Kitab: Shalat, Bab: Menyapu masjid dan memungut perca kain, jilid 2, hlm.
99. Muslim, Kitab: Jenazah, Bab: Shalat.di atas kubur, jilid 3, hlm. 56.

506 Diriwayatkan oleh Tirmidzi. Dia berkata: "Hadits tersebut hasan sahih gharib dari
hadits Buraidah," Kitab: Manaqib Bab: "Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai
Umar." Hadits nomor 3691. Lihat Sanih Sunan at-Tirmidzi no. 2913.

507 Bukhari, Kitab: Tafsir surat adh-Dhuha, Bab: "Tuhanmu tiada meninggalkan kamu
dan tiada (pula) benci kepadamu," jilid 10, hlm. 339. Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Gangguan
yang ditemui Nabi saw. dari orang-orang musyrik dan munafik, jilid 5, hlm. 182.

508 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Abu
Dzar, r.a., jilid 7, hlm 153.

509 Bukhari, Kitab: Tayammum, Bab: Tanah yang suci adalah pengganti wudhu seorang
muslim, jilid 1, hlm. 464. Muslim, Kitab: Shalat, Bab: Mengqadha shalat yang tinggal, jilid
2, hlm. 140.

510 Bukhari, Kitab: Hibah, Bab: Hadiah dari orang musyrik, jilid 6, hlm. 159. Muslim,
Kitab: Salam, Bab: Racun, jilid 7, hlm. 14.

511 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Membunuh wanita dalam peperangan, jilid6, hlm. 489.
Muslim, Kitab: Jihad, Bab: Jihad dan peperangan, Bab: Larangan membunuh anak-anak
dan wanita dalam peperangan, jilid 5, hlm. 144

512 Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Diantara keutamaan Abu
Hurairah ad-Dausi r.a., jilid 7, hlm. 165.

513 Bukhari, Kitab: Hadits-hadits Mengenai para nabi, Bab: Firman Allah: "Dan Allah
membuat istri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman," jilid 7, hlm. 258.
Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan Khadijah Ummul
Mukminin r.a., jilid 7, hlm. 132.

514 Yang terdapat dalam kurung bersumber dari Fathul Bari, jilid 7, hlm. 281.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (9 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

515 Fathul Bari, jilid 7, hlm. 258 - 259.

(sebelum, selesai Jilid 1)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/3kaki5.html (10 of 10)12/12/2005 7:53:24


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pasal 5. Salah Paham atas Hadits-hadits Sahih tentang


Karakter Wanita
A. HADITS PERTAMA

Abdullah bin Abbas berkata: "Terjadi gerhana matahari... Lalu Rasulullah


saw. melaksanakan shalat. Beliau berdiri lama sekali... selesai beliau shalat,
matahari terlihat sudah muncul. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya
matahari dan rembulan adalah dua di antara tanda-tanda kebesaran Allah.
Keduanya tidak gerhana lantaran kematian seseorang ataupun karena
kelahirannya. Oleh sebab itu, apabila kalian melihat gerhana itu, maka
ingatlah kepada Allah!'

Kaum muslimin bertanya: 'Wahai Rasulullah, kami melihatmu seakan-akan


memetik sesuatu pada tempatmu ini. Kemudian kami melihatmu pula agak
tertegun?'

Rasulullah saw. bersabda: 'Aku melihat surga. Lalu aku mencoba memetik
anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, tentu kalian dapat
memakannya selama dunia masih ada. Dan aku melihat neraka Aku sama
sekali belum pernah melihat pemandangan yang lebih seram seperti yang
aku lihat hari ini. Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah para
wanita.' Kaum muslimin bertanya: 'Apa sebabnya, ya Rasulullah?'
Rasulullah saw. bersabda: 'Sebab kekafiran mereka.' Ada yang bertanya:
'Apakah karena mereka mengkufuri Allah?' Rasulullah saw. bersabda:
'Sebab mengkufuri kenikmatan berkeluarga dan kebaikan (orang
kepadanya). Kalau engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara
mereka sepanjang tahun, kemudian dia melihat satu kesalahan kecil padamu,
maka akan dia berkata: "Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sama
sekali.'" (HR Bukhari dan Muslim)422 Dalam hadits ini ada dua hal yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (1 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

patut kita bahas dan kita renungkan:

Pertama apa maksud hadits tersebut? Apakah wanita lebih banyak menghuni neraka karena
kejahatan lebih dominan menguasai fitrah mereka, sementara pada diri laki-laki tidak
demikian? Jika ternyata hal itu bukan hanya terdapat dalam diri wanita, tentu mereka tidak
dimintai pertanggungjawaban karena berbuat kejahatan. Hadits tersebut menetapkan
bahwa mereka bertanggungjawab terhadap apa yang mereka kerjakan dengan tangan
mereka sendiri, seperti ketidakpatuhan mereka kepada keluarga/suami. Benar sekali apa
yang dikatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar berikut ini: "Dalam hadits Jabir terdapat dalil
yang menunjukkan bahwa yang terlihat di dalam neraka itu adalah wanita-wanita yang
memiliki sifat-sifat tercela seperti dalam hadits berikut:

'Orang yang paling banyak aku lihat di dalamnya (neraka) dari kalangan
wanita yang apabila diberi kepercayaan menyimpan rahasia, dia bocorkan;
apabila diminta sesuatu kepadanya, dia bakhil; apabila mereka yang
meminta, mereka ngotot dan minta banyak; serta apabila diberi, mereka
tidak pandai berterima kasih.423

Hadits ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah saw.:

'Aku lihat ke dalam surga, lalu aku lihat kebanyakan penghuninya dari
kalangan fakir miskin.'424

Lantas apa yang membuat jumlah orang kaya di surga cenderung sedikit? Jawabannya
tidak lain karena banyak di antara mereka yang melakukan kemaksiatan dengan ulah
mereka sendiri, seperti mengambil harta haram, membelanjakannya untuk sesuatu yang
haram, kikir, dan tidak mau menyumbangkannya pada jalan-jalan yang baik.

Kedua, manfaat apa yang dapat kita ambil sebagai umat Islam, baik laki-laki maupun
wanita, dari hadits ini? Menurut hemat saya, manfaat terbesar yang dapat kita petik dari
hadits ini adalah amalan atau upaya kita semua untuk menghindarkan diri dari api neraka.
Tidak ada tujuan disebutkan neraka dan keadaannya kecuali untuk menghindarkan diri
darinya.

Lalu bagaimana cara kaum wanita menghindarkan dirinya dari api neraka? Di antara
caranya adalah dengan meninggalkan sikap durhaka terhadap keluarga/suami. Bagaimana
pula caranya agar wanita dapat menjauhkan diri dari sikap durhaka terhadap keluarga
tersebut? Jawabnya, mulailah melalui pendidikan dan pengarahan guna mempertebal rasa
takwa dan taat kepada Allah di dalam hatinya. Kemudian dilakukan juga dengan
mengingat pesan dan nasihat Rasulullah saw. ketika mereka digoda oleh setan. Namun,
jika ternyata mereka kalah, sehingga terjebak ke dalam perbuatan maksiat, maka mereka
harus segera beristighfar (mohon ampunan dari Allah) dan memberikan sedekah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (2 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dalam hadits berikut:

"Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian (dalam riwayat Muslim: 'Dan


perbanyaklah istighfar'), karena aku melihat kalian sebagai penghuni neraka
yang terbanyak." Kaum wanita bertanya: "Apa sebabnya, wahai
Rasulullah?" Rasulullah saw. bersabda: "Karena kalian banyak mengutuk
dan mengingkari budi baik suami." (HR Bukhari dan Muslim)425

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari hadits ini dapat diambil beberapa
pelajaran, diantaranya: anjuran menyampaikan nasihat, sebab nasihat dapat
menghilangkan sifat tercela tersebut serta sedekah itu dapat menghindarkan
azab dan mungkin dapat juga menghapuskan dosa yang terjadi antara para
makhluk."426

Kemudian bagaimana pula kaum laki-laki menjaga dirinya dari api neraka?
Caranya adalah dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang haram dan
menunaikan semua kewajibannya. Di antara kewajiban kaum laki-laki
adalah memelihara ibu-ibu mereka, saudara-saudara perempuan, para istri,
dan anak-anak perempuan mereka dengan baik. Di antaranya dengan
menyediakan peluang yang cukup untuk memberi pelajaran dan nasihat yang
berkesan serta ibadah yang dilakukan secara berjamaah, seperti shalat
Jum'at, shalat dua hari raya, atau tarawih sehingga hati mereka dipenuhi oleh
nilai-nilai iman dan takwa. Demikian pula halnya dengan memberikan
peluang yang cukup agar mereka dapat mengerjakan amal saleh seperti
bersedekah, beramar ma'ruf nahi munkar, serta mengajak manusia menuju
kebaikan. Hal-hal seperti itu merupakan sifat kepemimpinan yang baik dan
diwajibkan oleh Allah SWT atas kaum laki-laki. Allah SWT telah berfirman:
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita ..." (anNisa': 34)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (at-Tahrim: 6)

Juga termasuk kepemimpinan yang baik seperti apa yang dikatakan Rasulullah saw. dalam
sabda beliau berikut:

"Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan dia


akan dimintai pertanggungjawaban mengenai mereka." (HR Bukhari dan
Muslim)427

B. HADITS KEDUA

Abu Sa'id al-Khudri berkata: "Rasulullah saw. pergi ke tempat shalat pada

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (3 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

hari raya Adha atau hari raya Fitri. Selanjutnya beliau melewati jamaah
wanita, lalu bersabda: 'Wahai kaum wanita ... aku tidak pernah melihat
orang-orang kurang akal dan agama mampu melumpuhkan hati seorang laki-
laki yang tegas melebihi salah seorang dari kalian.' Mereka (kaum wanita)
bertanya: 'Apa kekurangan akal dan agama kami, ya Rasulullah?' Rasulullah
saw. menjawab: 'Bukankah persaksian seorang wanita sama seperti setengah
persaksian seorang laki-laki?' Mereka menjawab: 'Benar.' Rasulullah saw.
bersabda: 'Maka di situlah letak kurang akalnya.' (Kemudian beliau
bertanya): 'Bukankah wanita itu, ketika haid tidak boleh shalat dan tidak
boleh puasa?' Mereka menjawab: 'Benar.' Rasulullah saw. bersabda: 'Maka
di situlah letak kurang agamanya.'" (HR Bukhari dan Muslim)428

Kita akan menguraikan hadits ini dari tiga sudut.

1. Pengertian Umum

Nabi saw. bersabda: "... Aku tidak pernah melihat orang-orang kurang akal dan agama
mampu melumpuhkan seorang laki-laki yang tegas melebihi salah seorang dari kalian,"
memerlukan kajian dan penelitian, baik segi momentum dikeluarkannya hadits tersebut
atau dari segi kepada siapa hadits tersebut ditujukan, maupun dari segi bentuk dan susunan
katanya. Hal ini perlu sekali dilakukan untuk mengetahui relevansinya dengan karakteristik
wanita.

Dari segi momentum, hadits di atas disampaikan ketika Nabi saw. memberikan saran dan
nasihat kepada kaum wanita pada suatu hari raya. Mungkinkah Rasulullah saw. sebagai
seorang yang berakhlak mulia memejamkan mata terhadap persoalan wanita, menjatuhkan
martabat mereka, atau merendahkan nilai kepribadian mereka pada saat yang penuh
dengan suka cita itu?

Dari segi kepada siapa hadits itu ditujukan, sudah jelas. Mereka adalah jamaah wanita kota
Madinah yang mayoritas kaum Anshar. Mereka digambarkan oleh Umar dalam ucapannya
sebagai berikut:

"Tatkala kami tiba di kota Madinah, kami menemukan bahwa yang lebih
dominan adalah kaum wanitanya. Lalu wanita-wanita kami meniru adab dan
perilaku orang-orang Anshar."429

Hal itu dapat menjelaskan mengapa Rasulullah saw. mengatakan: "Aku tidak pernah
melihat orang-orang kurang akal dan agama mampu melumpuhkan hati seorang laki-laki
yang tegas melebihi salah seorang dari kalian."

Adapun dari segi bentuk dan susunan kata hadits, dapat dikatakan bahwa kata-katanya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (4 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

tidak berbentuk taqrir (ketetapan), kaidah, atau hukum umum, tetapi lebih bersifat
ungkapan rasa kagum Rasulullah saw. terhadap kontradiksi yang terjadi, yaitu mengenai
lebih dominannya kaum wanita --padahal mereka adalah makhluk yang lemah-- atas kaum
laki-laki yang memiliki sikap tegas. Artinya, kekaguman Rasulullah saw. terhadap hikmah
dan rahasia kebijaksanaan Allah meletakkan kekuatan di tempat yang kita duga lemah dan
Dia memperlihatkan kelemahan di tempat yang kita duga kuat! Karena itu, kita patut
bertanya: "Bukankah hadits yang terdapat dalam nasihat Nabi saw. itu mengandung
sentuhan atau sindiran halus terhadap kaum wanita? Bukankah hal ini merupakan
permulaan yang baik pada satu bagian dari nasihat Nabi saw.?" Seolah-olah beliau ingin
mengatakan: "Wahai kaum wanita, kalau kalian diberi kekuatan oleh Allah untuk
melumpuhkan hati kaum laki-laki yang tegas, meskipun kalian lemah, maka takutlah
kepada Allah dan janganlah kalian menggunakan kekuatan kalian tersebut kecuali untuk
hal-hal yang baik dan bermanfaat!" Demikianlah permasalahannya, dan kalimat "orang-
orang kurang akal dan agama" itu disampaikan hanya satu kali, guna menarik perhatian.
Hal itu pun merupakan pendahuluan yang baik dan halus dalam menyampaikan nasihat,
khususnya terhadap kaum wanita. Artinya, hal itu tidak pernah disampaikan secara
tersendiri dalam bentuk taqrir, baik di hadapan kaum wanita maupun kaum laki-laki.

2. Pengertian Khusus

Ada beberapa kemungkinan mengenai makna kurang akal dari hadits tersebut, antara lain
adalah:

1. Kekurangan fitrah/alamiah yang bersifat umum, artinya tingkat kecerdasannya


menengah saja.
2. Kekurangan alamiah dalam jenis tertentu; artinya dalam beberapa kemampuan akal
khusus, seperti dalam berhitung, daya imajinasi, dan daya nalar.
3. Kekurangan insidental dalam jenis tertentu yang berjangka pendek. Kekurangan
semacam ini terjadi atas fitrah manusia sementara waktu akibat faktor yang bersifat
insidental, seperti ketika datang waktu haid, masa nifas, atau masa-masa kehamilan.
4. Kekurangan insidental dalam bidang tertentu yang berjangka panjang. Kekurangan
semacam itu dapat terjadi karena berbagai kondisi kehidupan khusus, seperti sibuk
terus dengan masalah kehamilan, melahirkan, menyusukan anak, dan
memeliharanya. Hari-harinya dilewatkan di bawah atap rumah saja, tidak pernah
meninggalkannya sehingga terputus sama sekali dengan dunia luar. Hal ini
membuat mereka semakin tidak memahami berbagai bidang kehidupan serta daya
tangkapnya semakin lemah atas masalah-masalah keuangan atau lainnya.

Sesungguhnya contoh Rasulullah saw. bagi wanita mengenai kurang akal tersebut dapat
membantu memperkuat alasan mengenai kekurangan jenis tertentu, baik yang bersifat
fitrah/alamiah maupun yang bersifat insidental. Namun demikian, apapun bidang
kekurangannya, hal itu tidak akan merusak kekuatan akal atau kemampuan wanita dalam
memikul segala tanggung jawabnya yang utama. Sebagian dari tanggung jawab tersebut

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (5 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

ada yang lebih dikhususkan untuk wanita, seperti menjaga anak-anak. Tugas semacam itu
tidak mungkin diserahkan Allah kecuali kepada makhluk yang normal, dan kita sebagai
kaum bapak tidak mungkin mempercayakan putra-putri kita ke dalam naungan manusia
yang rusak akal dan agamanya.

Di antara tanggung jawab yang di dalamnya ikut terlibat wanita bersama laki-laki adalah
seperti dalam urusan-urusan berikut:

1. Tanggung jawab kemanusiaan; artinya manusia memikul tanggung jawab apa yang
dia kerjakan dan akan diperhitungkan di akhirat kelak. Masalah itu sudah ditetapkan
di dalam Al-Qur'an.
2. Tanggung jawab pidana dan memikul hukuman pembalasan di dunia karena
perilaku yang menyimpang. Masalah ini juga ditetapkan dalam Al-Qur'an.
3. Tanggung jawab sipil, hak mengelola harta, membuat kontrak/perjanjian, serta
membendung/menguasai suatu permasalahan. Hal ini dibenarkan oleh para fuqaha
umumnya berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah.
4. Tanggung jawab menentukan keputusan mengenai harta. Hal ini ditetapkan/diakui
oleh Abu Hanifah.
5. Tanggung jawab meriwayatkan Sunnah yang menerangkan Al-Qur'an. Hal ini
disepakati oleh semua ulama kaum muslimin.

Jika ternyata pengertian yang lebih kuat adalah kekurangan dalam jenis/bidang tertentu,
maka tiga kemungkinan terakhir mengenai makna kekurangan akal tersebut dapat saja
terjadi, tidak ada kontradiksi diantaranya, bahkan satu sama lainnya saling mempengaruhi.

Dari segi adanya kekurangan alamiah dalam beberapa jenis kemampuan khusus akal,
seperti penguasaan masalah keuangan dan angka-angka --yaitu suatu kemampuan yang
telah dinyatakan dalam Al-Qur'an: "... supaya jika seorang (perempuan) lupa maka seorang
lagi mengingatkannya ...." (al-Baqarah: 282)-- maka kekurangan seperti ini, jika bukan
merupakan sesuatu yang alamiah/bawaan sejak lahir dan sebagai pembeda antara wanita
dan laki-laki sebagaimana adanya perbedaan dalam beberapa anggota tubuh, maka ia
merupakan sesuatu yang alamiah atau semi-alamiah pada masa setelah usia balig akibat
pengaruh perkembangan yang berkaitan dengan organ seks pada masa perkawinan dan
setelah menjadi ibu. Artinya, hal itu bersamaan dengan sempurnanya organ seks yang
diiringi proses kehamilan, melahirkan, dan menyusukan anak, dari satu sisi, dan bersamaan
dengan sempurnanya kehidupan sosial tertentu bagi wanita dari sisi lain.

Yang mendorong kami untuk memegang pendapat ini adalah interaksi yang biasa kita
saksikan antara kehidupan biologis dan sosial pada satu sisi dan kehidupan akal pada sisi
lain. Di antara gejala interaksi tersebut dapat kita identifikasikan seperti apa yang terjadi
ketika wanita memberikan kesaksian --ketika dia dipengaruhi oleh perasaannya-- atau
ketika menjalani masa-masa yang kurang menyenangkan seperti waktu haid, atau ketika

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (6 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

dia menghadapi keadaan berat seperti masa-masa kehamilan, menyusukan, dan


memelihara anak, di samping mengurus pekerjaan rumah tangga.

Hadits Nabi saw. itu pun mengisyaratkan kekurangan yang dimiliki wanita, tetapi dengan
tidak menentukan masanya. Seolah-olah masalah penetapan masanya itu sengaja
ditinggalkan agar manusia dapat melakukan ijtihad dan penelitian ilmiah. Namun
demikian, dalam masalah ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kekurangan jenis dalam salah satu kemampuan khusus mungkin saja diimbangi
oleh kelebihan dalam satu atau beberapa kemampuan yang lain.
2. Kekurangan di sini berkaitan dengan kaum wanita secara umum. Tetapi hal ini
bukan berarti tidak adanya beberapa wanita yang dikaruniai Allah kemampuan yang
tinggi, bahkan kadang-kadang luar biasa dalam bidang-bidang yang biasanya kaum
wanita secara umum lemah dalam bidang-bidang tersebut. Bahkan tidak mustahil
wanita-wanita tersebut lebih unggul daripada laki-laki --sebagian besarnya- - dalam
bidang-bidang tadi. Ibnu Taimiyyah pernah berkata: "Kelebihan jenis (ras) tidak
harus berarti kelebihan seseorang. Barangkali budak hitam dari Habasyah lebih
unggul menurut Allah daripada bangsa Quraisy." Pada bagian lain beliau
mengatakan: "Tetapi, pada dasarnya, warga perkotaan lebih unggul daripada warga
pedesaan, meskipun kadang-kadang beberapa orang warga desa lebih unggul
daripada kebanyakan orang kota."430
3. Apabila kekurangan jenis yang alami atau insidental itu terjadi karena fungsi
beberapa anggota badan sebagaimana yang telah ditetapkan Allah atas anak cucu
Adam yang wanita --hal itu merupakan sesuatu yang baik dan dapat membantu laki-
laki dan wanita melaksanakan perannya dalam kehidupan-- maka kehidupan yang
monoton dan senantiasa terisolasi di balik tembok rumah adalah sesuatu yang
membahayakan kehidupan wanita, kehidupan keluarga, dan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan. Bahaya tersebut berakibat pada hilangnya akal wanita secara
keseluruhan, bahkan bisa jadi membuatnya sebagai seorang pemalas dan orang
yang bosan hidup, tidak memiliki gairah sama sekali, serta tidak peduli sedikit pun
dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Bersamaan dengan itu perannya dalam
mendidik anak-anak akan lemah dan semangatnya untuk membangun masyarakat
dengan kegiatan sosial dan politik akan memudar.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (7 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal5.html (8 of 8)12/12/2005 7:53:26


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Mengingat hadits tersebut mengisyaratkan akan adanya kekurangan persaksian, ada


baiknya juga jika di sini kita mengutip beberapa pendapat ahli fiqih mengenai persaksian
wanita.

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan: (Ibnu al-Mundzir berkata): "Berdasarkan zahir ayat:
'Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki-laki di antaramu. Jika
tak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai,' para ulama sepakat memperbolehkan persaksian kaum
wanita bersama kaum laki-laki. Jumhur ulama mengkhususkan hal tersebut untuk masalah
hutang-piutang dan harta. Mereka berpendapat tidak sah kesaksian wanita menyangkut
masalah hudud dan qishash, sementara mereka berbeda pendapat jika kesaksian tersebut
berkaitan dengan masalah nikah, talak, keturunan, dan wali. Jumhur ulama tidak
memperbolehkannya. Yang memperbolehkannya hanyalah ulama-ulama Kufah. Kemudian
para ulama sepakat menerima kesaksian wanita secara sendiri-sendiri pada masalah-
masalah yang tidak dilihat oleh kaum laki-laki, seperti masalah haid, melahirkan, istihlal
(waktu bayi pertama sekali lahir dan menangis), serta aib (kelemahan) kaum wanita, dan
mereka berbeda pendapat menyangkut masalah penyusuan.431

Dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd disebutkan bahwa pendapat yang
dipegang jumhur ulama adalah bahwa kesaksian wanita tidak diterima menyangkut
masalah hudud. Pengikut Daud azh-Zhahiri mengatakan: "Kesaksian mereka bisa diterima
bila bersama mereka ada seorang laki-laki dan perempuan yang lebih dari seorang dalam
setiap kasus, sesuai dengan zahir ayat tersebut." Abu Hanifah berkata: "Bisa diterima
menyangkut masalah harta dan selain hudud dari hukuman badan, seperti: talak, rujuk
nikah, dan memerdekakan budak." Sementara Malik tidak menerimanya untuk suatu
hukum dari hukum-hukum badan.

Adapun kesaksian wanita sendiri, artinya wanita saja tanpa laki-laki, diterima oleh jumhur
ulama menyangkut hak-hak badan yang tidak dilihat oleh kaum laki-laki biasanya, seperti
masalah melahirkan, istihlal, dan aib kaum wanita. Tidak ada perbedaan mengenai masalah
ini kecuali menyangkut masalah penyusuan.432

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (1 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

Dalam kitab Al-Muhalla karangan Ibnu Hazm disebutkan: "Tidak dapat diterima
menyangkut masalah zina kurang dari empat saksi yang terdiri atas laki-laki yang adil dan
muslim, atau pengganti setiap lelaki dua orang wanita muslimah dan adil. Dengan
demikian, para saksi itu terdiri atas tiga laki-laki dan dua orang wanita, atau dua orang laki-
laki dan empat orang wanita, atau satu orang laki-laki dan enam orang wanita, atau delapan
orang perempuan saja. Dan tidak diterima dalam seluruh hak yang menyangkut hudud,
darah, begitu pula qishah, nikah, talak, dan rujuk kecuali kesaksian dua orang laki-laki
yang muslim dan adil, atau seorang laki-laki dan dua orang perempuan, atau empat orang
perempuan. Selain itu, dapat diterima dalam semua masalah tersebut selain masalah hudud
kesaksian seorang laki-laki yang adil atau dua orang perempuan beserta sumpah si
penuntut. Kesaksian seorang perempuan yang adil atau seorang lelaki yang adil hanya
dapat diterima dalam soal persusuan.433

Nabi saw. sendiri, sebagaimana yang kita lihat dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin
Umar dari Rasulullah saw., berkata: "Maka kesaksian dua orang perempuan itu sepadan
dengan kesaksian seorang laki-laki." Kemudian melalui jalur Bukhari dari Abu Sa'id al-
Khudari dikatakan bahwa Rasulullah saw. mengatakan dalam hadits beliau: "Bukankah
kesaksian seorang wanita itu seperti setengah kesaksian seorang laki-laki?" Para sahabat
menjawab: "Benar, wahai Rasulullah." Dengan demikian Rasulullah saw. telah
memutuskan bahwa kesaksian dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang laki-laki.
Berdasarkan ini pula sudah pasti tidak bisa diterima seperti diterimanya kesaksian seorang
laki-laki kecuali kesaksian dua orang wanita. Begitulah selanjutnya.434

Dalam kitab Ath-Thuruq al-Hukmiyyah karangan Ibnul Qayyim disebutkan pula bahwa
Syekh Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengulas firman Allah SWT yang berbunyi: "Dan
jika tidak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang wanita dari
saksi-saksi yang kamu ridhai supaya jika seorang wanita sesat maka seorang lagi
mengingatkannya." Beliau berkata: "Dalam ayat tersebut terdapat dalil mengenai kesaksian
dua orang wanita menempati seorang laki-laki. Gunanya supaya wanita yang kedua bisa
mengingatkan wanita pertama jika ternyata dia sesat. Yang dimaksud dengan sesat di sini
mencakup sesat dalam hal yang biasa, misalnya lupa atau tidak akurat dalam menjelaskan
sesuatu. Pengertian inilah yang dimaksud oleh Nabi saw. dalam sabda beliau yang
berbunyi: 'Adapun kekurangan akal mereka adalah karena kesaksian dua orang wanita
sama dengan kesaksian seorang laki-laki.' Hadits tersebut menjelaskan bahwa pembagian
kesaksian wanita seperti itu disebahkan oleh kelemahan akal mereka, bukan karena
kelemahan agama. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keadilan wanita sama
tingginya dengan keadilan laki-laki; hanya kapasitas akal mereka saja yang agak kurang.
Berdasarkan hal itu, maka kesaksian-kesaksian yang tidak dikhawatirkan akan terjadi
kesesatan di dalamnya tidak berarti bernilai setengah dari kesaksian laki-laki. Kesaksian
sendiri-sendiri yang diterima dari mereka hanyalah dalam perkara-perkara yang mereka
lihat dengan mata kepala mereka sendiri, atau dia sentuh dengan tangannya, atau dia
dengar dengan telinganya sendiri, serta tidak tergantung pada akal, seperti: melahirkan,

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (2 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

istihlal, menyusukan, haid, atau aib (kekurangan/cacat) yang tersembunyi di balik pakaian.
hal-hal seperti itu biasanya tidak mungkin lupa dan untuk mengetahuinya tidak perlu
mempergunakan akal. Lain halnya dengan tujuan/makna ucapan-ucapan yang dia dengar
mengenai penetapan masalah utang dan yang sejenisnya karena makna ucapan-ucapan
seperti itu membutuhkan akal atau logika untuk memahaminya dengan baik.435

Apabila hal di atas sudah disepakati, dapat kita katakan bahwa kesaksian seorang laki-laki
dan dua orang wanita dapat diterima di setiap tempat yang diterima padanya kesaksian
seorang laki-laki dan sumpah si penuntut. Atha dan Hamad bin Abi Sulaiman berkata:
"Kesaksian seorang laki-laki dan dua orang wanita diterima dalam masalah hudud dan
qishash. Dan menurut pendapat kami keputusan dapat diambil dengan kesaksian semacam
ini dalam perkara nikah dan memerdekakan budak berdasarkan salah satu dari dua riwayat.
Hal itu diriwayatkan dari Jabir bin Zaid, Iyas bin Mu'awiyah, asy-Sya'bi, dan ats-Tsauri.
Begitu juga dalam kasus-kasus pidana yang mewajibkan denda harta menurut salah satu
dari dua riwayat tersebut.436

Ibnul Qayyim berkata: "Wanita yang adil sama dengan laki-laki dalam soal kejujuran,
amanah, dan agama. Hanya saja dikhawatirkan khilaf dan lupa, sehingga pendapatnya
harus diperkuat dengan pendapat wanita lain yang sama dengannya. Cara seperti itu
membuatnya lebih kuat daripada seorang laki-laki dan yang sejenisnya. Dan tidak
diragukan lagi bahwa kepercayaan kita pada kesaksian orang seperti Ummu Darda dan
Ummu Athiyyah jelas lebih kuat daripada rasa percaya kita terhadap seorang lelaki ... "437
Dari kalangan ulama modern pun ada yang sama pendapatnya dengan pendapat Ibnu Hazm
mengenai kesaksian wanita.438

Terakhir, yang patut dilakukan oleh kita yang berada pada abad ke-15 Hijriah dan ke-20
Masehi ini adalah ikut ambil bagian dalam penelitian ilmiah yang sedang berlangsung
untuk menetapkan kemampuan wanita dan mengetahui secara akurat apa bidang
kekurangannya, berapa derajatnya, kapan waktu kemunculannya, dan berapa persentase
keberadaannya di kalangan wanita. Kemudian perlu juga kita ketahui bidang kelebihannya,
berapa derajatnya, dan kapan masa munculnya. Dengan demikian, kita dapat
mempersembahkan sesuatu yang sangat berharga bagi Sunnah Rasulullah saw. Jika ulama-
ulama kita yang terdahulu dapat menemukan ilmu mushthalahul hadits untuk mengetahui
perbedaan hadits sahih dengan hadits dha'if (lemah), maka kita juga dapat melakukan
sesuatu yang sesuai dengan zaman kita sekarang ini, misalnya dengan melakukan
penelitian ilmiah di lapangan guna membantu lebih memperjelas maksud beberapa nash
hadits. Ketika melakukan penelitian ilmiah di lapangan itu kita tidak mencukupkan dengan
menyitir sejumlah kemungkinan mengenai makna suatu nash, lalu memilih mana yang
terkuat diantaranya dengan bersandarkan pada persepsi-persepsi pribadi yang dangkal dan
dugaan-dugaan semata. Akan tetapi, kita kemukakan juga maknanya yang diperkuat dan
didukung oleh hasil penelitian ilmiah lapangan. Dapat saja makna tersebut belum terlintas
sama sekali dalam benak kita ketika kita melakukan penelitian teoretis.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (3 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

Hingga sekarang, sudah ada kalangan umat Islam yang melakukan penelitian ilmiah
sehingga betul-betul dapat dipertanggungjawabkan untuk mengetahui kriteria-kriteria akal
dan kejiwaan dalam diri laki-laki dan wanita. Untuk itu, ada baiknya saya kemukakan
beberapa penggal kalimat dari sumber modern mengenai ilmu jiwa439 yang barangkali
dapat memberi sedikit penerangan terhadap pembahasan ini.

Pertama, perbedaan antara kedua jenis hanya cocok untuk masyarakat yang di dalamnya
terdapat penerapan penelitian ini sesuai dengan kondisi khusus masyarakat yang
bersangkutan. Dengan demikian, perbedaan tersebut tidak cocok diterapkan secara umum.
Namun demikian, kita tidak akan menghapuskan sama sekali sarana untuk memetik
keuntungan parsial dari perbedaan tersebut.

Kedua, kenyataannya, setiap perbandingan antara kedua jenis yang hanya berdasarkan
pada hasil umum tes kecerdasan diperkirakan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang
tidak jelas, sebab kaum wanita memiliki keunggulan dalam beberapa bidang kemampuan
dan kaum laki-laki memiliki keunggulan dalam beberapa bidang kemampuan lain. Karena
itu, setiap tes kecerdasan yang terdiri atas berbagai macam pertanyaan yang tidak sejenis,
dapat kita perkirakan sejak awal bahwa keunggulan pada satu sisi akan diimbangi oleh
kelemahan pada sisi yang lain. Dengan demikian, kita tidak akan mampu melahirkan
kesimpulan apa-apa. Kemudian, tes kecerdasan semata, maksudnya nilai rata-rata yang
diperoleh individu-individu dalam tes ini tidak dapat dijadikan hukum atau patokan untuk
membedakan laki-laki dengan wanita. Kesimpulannya, perbedaan-perbedaan antara laki-
laki dan wanita tidak jelas pada tingkat kecerdasan umum, tetapi jelas pada kemampuan-
kemampuan khusus.

Ketiga, barangkali bermanfaat bagi kita jika kita melakukan penelitian atas perbedaan-
perbedaan jenis dalam kemampuan-kemampuan khusus tersebut. Dalam hal ini kita dapat
menyimak beberapa informasi penting dari analisis hasil-hasil tes cabang tertentu yang
darinya akan lahir sejumlah besar tes kecerdasan. Dengan mengikuti cara pertama, yaitu
membandingkan kedua jenis tersebut dalam beberapa kemampuan khusus, akan terkumpul
sejumlah besar fakta dalam berbagai macam penelitian yang menggunakan standard lafal,
bilangan, tempat, dan kemampuan-kemampuan lain yang relatif lebih mandiri. Hal yang
penting dicatat dalam konteks ini adalah bahwa perbedaan-perbedaan antara kedua jenis
dalam aspek-aspek itu lebih terlambat munculnya daripada kemampuan-kemampuan yang
lain.

Keempat, anak laki-laki lebih menonjol dalam tes-tes bilangan yang memerlukan dalil.
Perbedaan-perbedaan ini belum kentara dengan jelas kecuali tahap pertama dari pendidikan
selesai. Ketika tes Alfred Binet diterapkan terlihat bahwa anak laki-laki terlihat lebih
menonjol, khususnya dalam masalah berhitung.

Kelima, banyak penelitian yang menggunakan standard penilaian pribadi terhadap watak

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (4 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

seseorang, yang diterapkan terhadap sejumlah laki-laki dan wanita usia dewasa,
menunjukkan adanya perbedaan kedua jenis dalam segi emosi. Di antara hasil penerapan
suatu penelitian membuktikan bahwa emosi kaum laki-laki jauh lebih stabil daripada
wanita dan mereka lebih sedikit menghadapi stres. Yang menarik perhatian adalah bahwa
tes kesiapan dan kecenderungan saraf kalangan usia muda membuktikan tidak adanya
perbedaan antara kedua jenis kelamin yang usianya masih di bawah empat belas tahun.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa beberapa perbedaan antara kedua jenis kelamin
baru muncul setelah usia balig, baik dalam beberapa jenis kemampuan akal seperti
berhitung, ataupun dalam bentuk-bentuk karakter/watak seseorang seperti masalah emosi.

Keenam, penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan mendapatkan nilai sedang
yang paling tinggi dalam setiap kecenderungan sosial, kecantikan, dan agama, sementara
terlihat jelas sekali perhatian anak laki-laki terhadap kecenderungan ekonomi, teori, dan
politik. Wajar sekali jika kesimpulan ini ditafsirkan sesuai dengan kondisi lingkungan,
perbedaan tradisi kedua jenis kelamin, dan apa yang diharapkan masyarakat dari kedua
golongan tersebut.

Ketujuh, di antara penelitian yang cukup komplet mengenai problem perbedaan kedua
jenis tentang ciri-ciri karakternya adalah penelitian Turman dan Mailez, dan standard yang
mereka capai untuk menganalisis kecenderungan dan orientasi. Standard Turman dan
Mailez ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang disusun untuk mengetahui sajauh mana
perbedaan antara berbagai kecenderungan umum dalam jawaban laki-laki dan wanita
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban-jawaban tersebut merupakan standard
sejauh mana kemaskulinan dan kefemininan seseorang bisa dilihat. Standard ini dibangun
atas dasar kajian yang cukup lama dan mengacu pada sasaran. Pertanyaan-pertanyaannya
disaring dengan ketat dan standard tersebut mencakup pertanyaan-pertanyaan yang
menerangkan dengan jelas sekali tentang adanya beberapa perbedaan di antara kedua jenis
yang hidup di dalam masyarakat Amerika. Data dikumpulkan dari sekian ratus individu
yang diantaranya berasal dari siswa sekolah dasar, menengah dan lanjutan atas, serta
tamatan perguruan tinggi. Ada pula yang berasal dari orang-orang dewasa, baik yang
terpelajar ataupun tidak; bahkan juga dari kalangan berbagai jenis profesi. Sementara yang
dijadikan sampel juga mencakup beberapa kelompok yang dipilih dari kalangan remaja
gelandangan, orang-orang dewasa yang menyimpang dalam perilaku seksual, dan para
olahragawan. Setiap kelompok memiliki pengaruh dalam membuktikan bahwa standard
tersebut telah mencatat sukses luar biasa dalam membedakan jawaban laki-laki dan
jawaban wanita dalam masyarakat Amerika. Pada waktu yang bersamaan juga ditemukan
bahwa tempat-tempat bekerja kaum laki-laki dan wanita berkaitan erat dengan faktor
pengalaman yang diperoleh dari pendidikan di rumah ataupun di tempat kerja. Dalam hal
ini, ditemukan juga bahwa pengaruh faktor-faktor ini lebih kuat daripada pengaruh faktor-
faktor jasmaniah. Juga terlihat jelas bahwa wanita terpelajar dan mengenyam pendidikan
tinggi memiliki wawasan yang luas dan dalam standard ini memperoleh nilai lebih tinggi
daripada nilai rata-rata yang diperoleh wanita lainnya. Dengan demikian, seolah-olah
mereka mendekati kelaki-lakian. Arti semua itu adalah bahwa pendidikan, pelajaran, dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (5 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

pengalaman yang dilalui seseorang dapat memperdekat jarak sudut pandang antara mereka
dan memperkecil perbedaan sifat-sifat bawaan antara kedua jenis kelamin.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan dan faktor sosial jelas
sekali pengaruhnya, dan bahkan lebih besar daripada pengaruh faktor-faktor jasmaniah.

Kedelapan, ternyata ada perbedaan besar antara wanita dan laki-laki pada sebagian besar
sifat-sifat jasmaniah, diantaranya struktur tubuh yang termasuk di dalamnya kerangka
tulang, susunan otot secara umum baik otot besar maupun otot kecil. Wanita dan laki-laki
juga berbeda dalam soal fungsi fisiologi dan unsur kimiawi beberapa cairan yang terdapat
di dalam tubuhnya. Mungkin dapat dikatakan bahwa beberapa perbedaan kondisi
psikologis antara keduanya bersumber dari perbedaan-perbedaan jasmaniah tersebut.

Kesembilan, ada lagi perbedaan lain antara kedua jenis kelamin, yaitu mengenai tetapnya
sebagian besar fungsi tubuh. Kaum laki-laki secara umum lebih sedikit daripada kaum
wanita mengalami perubahan-perubahan yang dapat mengganggu keseimbangan anggota
tubuh bagian dalam. Artinya, kaum laki-laki cenderung lebih stabil dan memiliki beberapa
sifat penting yang membuat mereka berbeda, seperti derajat panas yang relatif stabil,
keseimbangan antara proses penghancuran dan pembangunan kestabilan yang relatif stabil
antara zat asam dan zat alkalin dalam darah, demikian pula kadar gula dalam darah. Yang
jelas, tingginya frekuensi beberapa fungsi jasmani di kalangan wanita jika dibandingkan
dengan laki-laki dapat mempengaruhi pertumbuhan beberapa perbedaan tersebut, selain
juga mempengaruhi aspek emosi, perilaku mental, dan yang sejenis dengan itu.

Kesepuluh, tidak diragukan lagi bahwa dasar dari kebanyakan perbedaan antara laki-laki
dan wanita tersebut bersumber pada faktor-faktor biologi sekaligus budaya. Dapat
dipastikan bahwa faktor-faktor biologi saja sudah dapat menimbulkan berbagai perbedaan
dalam sifat-sifat psikologis, bahkan sekalipun semua syarat lingkungannya sama. Pada
waktu yang sama perlu pula kita perhatikan tentang kemungkinannya faktor-faktor
lingkungan dapat memberikan pengaruh yang bertolak belakang sama sekali dengan
pengaruh faktor-faktor biologi. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa perbedaan-perbedaan
anggota tubuh laki-laki dan wanita besar sekali dan hal itu jelas berpengaruh terhadap
aspek kejiwaan selama belum dimasuki oleh faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
besar atau menimbulkan pengaruh yang bertolak belakang.

Setelah kita mengutip beberapa penggal kata dari referensi modern mengenai ilmu jiwa,
sekarang mari kita kembali pada hadits Nabi saw.

C. HADITS KETIGA

1. Pengertian Khusus Hadits

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (6 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

Sesungguhnya Rasulullah saw. ketika ditanya mengenai maksud 'kurang agama' dalam
penggalan hadits di atas, beliau menyebutkan perkara yang jelas sekali, yaitu kurang shalat
dan puasa pada hari-hari ketika kaum wanita mengalami haid dan nifas. Jadi kekurangan
tersebut terdapat pada satu sisi, yaitu kekurangan parsial yang terbatas dalam ibadah, atau
bahkan dalam beberapa syi'ar saja. Bagaimanapun, wanita haid atau nifas masih dapat
melakukan manasik haji secara keseluruhan selain thawaf di Baitullah. Di samping itu dia
juga tidak perlu meninggalkan dzikrullah. Agama yang benar adalah iman dan takwa itu
mengikuti iman, kemudian ibadah, kemudian akhlak dan mu'amalah. Kekurangan pada sisi
kedua adalah kekurangan sementara, bukan selama hidup seorang wanita. Hal itu hanya
terjadi dalam masa yang pendek. Setelah itu haid akan berhenti karena terjadinya
kehamilan --yaitu sekitar sembilan bulan-- dan haid akan berhenti sama sekali pada usia
lanjut. Terakhir, kekurangan tersebut bukanlah sesuatu yang diusahakan wanita untuk
memperolehnya, bukan merupakan sesuatu yang menjadi pilihannya. Seorang wanita
mukmin mungkin merasa kecewa karena meninggalkan shalat dan puasa. Akan tetapi dia
rela dan sabar menghadapi suatu perkara yang telah ditakdirkan Allah atas dirinya. Untuk
itu, Allah akan memberikan pahala atas kesabaran dan kerelaannya tersebut. Wanita
mukminah dapat melakukan dua jenis amalan untuk mengganti shalat-shalatnya yang
hilang tersebut, misalnya:

Penggantian segera dengan ibadah-ibadah lain, seperti membaca Al-Qur'an440, berdoa dan
berdzikir dengan khusyu, kemudian memohon ampunan dari Allah, menyucikan, memuji,
dan membesarkan-Nya. Jenis penggantian ini mengingatkan kita pada apa yang dilakukan
oleh Aisyah r.a. ketika diwajibkan hijab atas sekalian ummul mukminin. Lantas mereka
dilarang mengikuti jihad yang merupakan amalan yang paling afdal. Maka kesenangannya
melaksanakan ibadah haji dijadikan sebagai pengganti bagi kewajiban jihad yang sudah
tidak bisa lagi dilakukannya.

Dari Aisyah r.a., dia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah kami tidak boleh
ikut berperang dan berjihad bersamamu?" --Dalam satu riwayat dikatakan:
"Kami melihat jihad itu adalah amalan yang paling afdal"441-- Rasulullah
saw. bersabda: "Untuk kalian ada jihad yang paling baik, yaitu haji, haji
mabrur." Aisyah berkata: "Setelah itu aku tidak pernah lagi meninggalkan
ibadah haji, sebab aku mendengar ini langsung dari Rasulullah saw."442

Penggantian tidak menyegera dengan memperbanyak mengerjakan shalat sunnah setelah


suci dari haid. Jenis penggantian yang tidak menyegera ini mengingatkan kita pada
kebiasaan Aisyah menggganti umrah yang belum sempat dia lakukan karena haid. Aisyah
berkata: "Nabi saw. datang menemuiku. Ketika itu aku sedang menangis." Beliau bertanya:
"Apa yang menyebabkanmu menangis?" Aku menjawab: "Aku terlarang melakukan
umrah." --Dalam satu riwayat, Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah, apakah orang-orang
kembali dengan membawa dua pahala sementara aku kembali hanya membawa satu
pahala?"443-- Rasulullah saw. bertanya: "Ada apa denganmu?" Aku menjawab: "Aku

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (7 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

sedang tidak boleh shalat." Beliau berkata: "Itu tidak menjadi soal bagimu. Kamu sama
dengan anak-anak perempuan Adam lainnya. Allah telah mentakdirkan atasmu seperti Dia
takdirkan atas mereka. Karena itu tetaplah kamu dalam ibadah hajimu. Barangkali Allah
ingin memberimu rezeki dua pahala." Aisyah berkata: "Akhirnya aku terus melaksanakan
ibadah hajiku hingga kami berangkat dari Mina. Kemudian kami singgah di Muhashshab.
Lalu Rasulullah saw. memanggil Abdurrahman. Beliau berkata: "Pergilah kamu bersama
saudara perempuan itu ke Haram, kemudian berihramlah untuk umrah!" (HR Bukhari dan
Muslim)444

Dalam kitab Fathul Bari dipertanyakan hal seperti berikut: "Apakah wanita haid diberi
pahala karena meninggalkan shalat lantaran shalat itu diwajibkan atasnya, seperti halnya
orang sakit yang diberi pahala atas shalat-shalat sunnah yang selalu dia kerjakan sewaktu
masih sehat, tetapi karena sakit dia tidak bisa lagi melakukannya? Ataukah di sini ada
perbedaan, karena orang sakit itu telah memasang niat sejak sebelumnya akan terus
melakukan shalat sunnah dan dia memang berhak untuk melakukan itu, sementara wanita
haid tidak demikian? Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Menurut pendapatku, masalah
tentang harus adanya perbedaan karena wanita haid itu tidak diberi pahala, masih
tawaqquf."445 Artinya masalah pahala itu --menurut al-Hafizh Ibnu Hajar-- adalah sesuatu
yang mungkin muhtamal (bisa saja diberi). Jadi, coba perhatikan, bagaimana seorang
wanita haid mungkin saja diberi pahala meskipun dia meninggalkan shalat. Hal itu dapat
kita lihat dari berbagai kekurangan wanita dalam masalah agama yang terjadi melalui
bentuk-bentuk berikut:

1. Mungkin saja wanita yang lemah imannya merasa gembira karena tidak melakukan
shalat, seolah-olah dia mendapat keringanan dari melakukan suatu kewajiban yang
dia anggap berat. Sikap semacam ini menjauhkan dia dari pahala.
2. Kekurangan yang terjadi karena tidak melakukan shalat tidak berkaitan dengan
masalah pahala saja, tetapi berkaitan dengan khusyunya hati seorang mukmin
karena dia tidak dapat tampil di hadapan Allah, khususnya ketika tidak ada
penggantinya.
3. Ada lagi kurangnya kekuatan untuk mengalahkan yang munkar, sebab shalat itu
mencegah seseorang dari hal-hal yang keji dan munkar. Apabila penggantian
dengan ibadah-ibadah lain tidak dilaksanakan, sudah pasti akan terjadi kekurangan.

Dengan demikian, kesimpulan mengenai kurang akal dan agama ini adalah bahwa kurang
akal menyebabkan seseorang mengalami salah satu dari dua hal berikut ini:

1. Kurangnya kemampuan akal; artinya adanya kekurangan dalam penciptaan akal.


2. Kurangnya kegiatan akal; artinya kurangnya hasil kerja akal akibat berbagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan akal, baik faktor biologi atau sosial maupun
kejiwaan. Dalam hal ini terdapat faktor kejiwaan yang sifatnya permanen, yaitu
perasaan wanita yang sangat halus. Hal ini merupakan sesuatu yang sudah tetap dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (8 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

permanen dalam sifat kaum wanita umumnya. Sementara pembicaraan kita di sini
berkisar pada kekurangan yang berkaitan dengan kegiatan akal sebagaimana yang
tercantum dalam firman Allah: "Supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi
mengingatkannya."

Tetapi tentang hal yang berkaitan dengan adanya kekurangan ciptaan (dalam kelengkapan
akal) di balik kurangnya kegiatan akal seorang wanita tidak disinggung dalam hadits yang
sedang kita bicarakan ini. Rujukan masalah ini adalah penelitian ilmiah yang dapat
dipercaya, sebagaimana yang telah kita bahas tadi. Selanjutnya, tentang masalah kurang
agama, hal itu menyebabkan seseorang mengalami salah satu dari dua hal berikut ini:

1. Kurangnya keberagaman seseorang; artinya kurangnya rasa takwa dan taat kepada
Allah SWT.
2. Kurangnya apa-apa yang diwajibkan Allah SWT atas manusia berupa amal-amal
fardu. Artinya berkurangnya kegiatan ibadah yang dilakukan seseorang, bukan
akibat kelalaian dirinya, melainkan sudah merupakan ketentuan dari Allah SWT.
Hadits di sini mengambil dalil mengenai kekurangan yang terjadi berdasarkan
ketentuan Allah atas wanita, yaitu, menghindari shalat dan puasa pada beberapa hari
tertentu. Kekurangan semacam ini --artinya berkurangnya apa yang difardukan
Allah atas wanita-- dapat mengakibatkan berkurangnya rasa takwa wanita yang
bersangkutan kepada Allah. Hal semacam ini diperkirakan bisa saja terjadi pada
sebagian wanita, tidak pada semuanya.

Berdasarkan uraian di atas kita sudah semestinya berhenti sampai di batas penafsiran
Rasulullah saw. terhadap makna kekurangan yang dimaksud, tidak melampauinya. Jika
melewati batas-batas yang telah digariskan Rasulullah saw., kita akan terjebak ke dalam
perangkap berbagai macam perkiraan dan dugaan semata. Pada saat yang sama kita sudah
tercebur ke dalam larangan mengikuti hal-hal yang syubhat. Hal-hal yang berkaitan dengan
syubhat, di samping terdapat dalam Al-Qur'an, juga terdapat dalam Sunnah Nabi saw.
Allah SWT telah memperingatkan kita akan hal itu dalam firman-Nya:

"... Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,


maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal tidak ada
yang mengetahui takwilnya melainkan Allah ..." (Ali Imran: 7)

Asy-Syaukani berkata: "Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan mengikuti ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasyabihat. Makna
mutasyabihat/mutasyabih itu adalah apa yang musykil/sulit maknanya dan tidak jelas
maksudnya, baik yang berbentuk mutasyabih haqiqi --seperti lafaz-lafaz yang mujmal dan
yang tampaknya ada kesamaan-- atau yang berbentuk mutasyabih idhafi, yaitu suatu ayat
yang untuk menjelaskan makna yang sebenarnya memerlukan dalil dari luar, meskipun

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (9 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

bagi orang yang berpikir sederhana maknanya sudah jelas."446

Adapun hadits-hadits maudhu' dan dha'if yang menimbulkan keraguan tentang akal dan
agama wanita tidak lebih dari pengaruh dugaan-dugaan yang tidak beralasan. Sumber dari
dugaan itu adalah sisa-sisa pemahaman jahiliah kuno yang seharusnya sudah ditinggalkan
oleh umat Islam. Namun sangat disayangkan, pemahaman semacam itu masih tersebar luas
akibat banyak di antara umat Islam yang melampaui batas-batas penafsiran yang telah
digariskan oleh Rasulullah saw. mengenai maksud kurang akal dan agama tersebut.

Di antara hadits-hadits maudhu' (palsu) tersebut adalah sebagai berikut

"Janganlah mereka (wanita) diajari menulis dan jangan biarkan mereka


tinggal dalam kamar!"447

"Mematuhi wanita berarti penyesalan."448

"Kalau bukan karena wanita, niscaya Allah sudah disembah dengan sebenar-
benarnya."449

"Bermusyawarahlah kalian (lelaki) dengan mereka (wanita) dan tentanglah


mereka."450

Selain itu ada juga beberapa hadits dan atsar dha'if (lemah), sebagai berikut ini:

"Celakalah kaum laki-laki ketika menaati kaum wanita."451

"Musuh kamu yang paling berat adalah istrimu."452

Kemudian ada juga atsar mauquf dari Umar ibnul Khattab yang berbunyi:

"Tentanglah olehmu pendapat kaum wanita, karena dalam menentang


pendapatnya itu ada berkah."453

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (10 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Ketiga.html (11 of 11)12/12/2005 7:53:30


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

D. HADITS KEEMPAT

Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Berwasiatlah kalian kepada wanita, karena sesungguhnya wanita itu


diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yong paling bengkok pada tulang rusuk
adalah bagian paling atasaya. Jika kamu berusaha meluruskannya, maka
kamu harus mematahkannya, dan apabila kamu biarkan saja, maka dia tetap
bengkok. Karena itu berwasiatlah kepada wanita dengan baik." (HR Bukhari
Muslim)454

Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dimana kamu tidak
akan dapat meluruskannya dengan hanya mengndalkan satu cara. Jika kamu
ingin bersenang-senang dengannya, maka kamu bisa bersenang-senang
dengannya dalam keadaan tetap bengkok. Dan jika kamu ingin
meluruskannya, maka itu berarti kamu harus mematahkannya, dan
mematahkannya berarti menceraikannya." (HR Muslim)455

Hadits tersebut mengandung beberapa hal berikut:

1. Memberikan wasiat umum kepada wanita dalam sabda Rasulullah saw. [tulisan Arab].
Ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah [tulisan Arab] yang artinya saling
memberi wasiatlah kalian dengan mereka. Huruf ba dalam hadits itu adalah ba ta'adiyah
dan istif'aal [tulisan Arab] dalam hadits sama dengan [tulisan Arab] seperti halnya [tulisan
Arab] yang berarti [tulisan Arab].456

2. Kaitan wasiat ini dengan masalah yang ada hubungannya dengan penciptaan wanita
dalam sabda Rasulullah saw.:

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Keempat.html (1 of 4)12/12/2005 7:53:32


Kebebasan Wanita

[tulisan Arab]

Dengan demikian, wanita pertama kali berbeda dengan laki-laki dari segi penciptaan, yaitu
pada diri wanita ada beberapa hal yang bengkok. Rasulullah saw. tidak menjelaskan bidang
dan sejauh mana tingkat kebengkokan benda tersebut. Beliau hanya mengisyaratkan
pengaruh ciptaan yang bengkok itu terhadap beberapa perilaku wanita yang mungkin
merepotkan kaum laki-laki. Berdasarkan kenyataan yang dapat dilihat, mampukah kita
segera menafsirkan bahwa arti bengkok itu adalah cepat emosi, sangat sensitif, dan
perasaan yang suka berubah-ubah? Bengkok itu pada dasarnya adalah lawan dari lurus.
Jika keseimbangan dan kestabilan emosi berarti lurus, maka cepat dan sangat emosional
dapat diartikan bengkok. Dan jika seseorang dapat mengontrol perasaannya diartikan lurus,
maka orang yang dikalahkan oleh perasaannya juga dapat diartikan bengkok. Wanita,
khususnya, mudah dikalahkan oleh perasaannya sehingga mereka banyak yang kehilangan
sikap bijaksananya dalam mengambil suatu keputusan, atau darinya muncul ucapan dan
perbuatan yang tidak patut. Akibat cepat emosi tersebut perasaan wanita sering berubah-
ubah. Benar sekali apa yang disabdakan Rasulullah saw.: "Kamu tidak akan dapat
meluruskannya dengan mengandalkan satu cara." Sikap dan bawaan wanita yang berubah-
ubah itulah yang sering mengusik pikiran kaum laki-laki dan memancing marahnya.
Penafsiran ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw. ketika beliau memberikan nasihat
kepada kaum wanita: [tulisan Arab] yang artinya "Kalian banyak mengutuk dan
mengingkari jasa (kebaikan) suami." Perilaku semacam ini biasanya sering terjadi ketika
marah karena terlalu cepat emosi dan berlebihan. Adapun jika ada sebagian orang yang
ingin menafsirkan kalimat bengkok itu dengan mengatakan bahwa wanita itu mempunyai
sifat yang berbelit-belit atau licik457, artinya suka berbohong dan mengelabui, maka
penafsiran ini menurut pendapat kami terlalu jauh dan sangat berlebihan serta bisa melukai
hati banyak wanita. Hal itu bertolak belakang dengan banyak sekali nash yang
memaparkan kehidupan shahabiyyat (sahabat-sahabat wanita). Nash-nash tersebut
menunjukkan kebersihan mereka dari sifat berbohong, mengelabui, dan licik. Kemudian
pendapat itu juga tidak sejalan dengan kenyataan yang kita lihat pada ibu-ibu kita, saudara-
saudara perempuan, dan istri kita. Logiskah kalau kita menyerahkan urusan pendidikan
anak-anak kita kepada orang yang mempunyai sifat licik?

3. Dalam hadits tersebut terdapat pengarahan kepada kaum laki-laki supaya bersikap sabar
dalam menghadapi perilaku yang timbul dari kaum wanita yang diakibatkan oleh sesuatu
yang bengkok tersebut. Pengarahan tersebut terdapat dalam sabda Rasulullah saw. yang
berbunyi: [tulisan Arab] yang artinya: "Dan jika kamu ingin meluruskannya, maka itu
berarti kamu harus mematahkannya, dan mematahkannya berarti menceraikannya." Kaum
laki-laki harus ingat bahwa wanita tidaklah dengan sengaja memiliki perilaku semacam itu
dengan tujuan untuk merepotkan dan menyusahkan mereka. Hal itu sudah merupakan
takdir Allah atas wanita dengan memberinya sifat khusus berupa cepat emosi dan
berlebihan. Karena itu seorang laki-laki hendaklah sabar menghadapinya dan bersifat
pemaaf. Perlu pula dia ketahui bahwa sifat ini merupakan salah satu ciri atau keistimewaan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Keempat.html (2 of 4)12/12/2005 7:53:32


Kebebasan Wanita

wanita yang bisa saja mempunyai pengaruh yang baik sehingga wanita mampu
melaksanakan fungsinya yang utama, seperti mengandung, menyusukan, dan memelihara
anak-anak. Bagaimanapun, tugas itu membutuhkan perasaan yang halus dan rasa
sensitivitas yang tinggi. Kemudian perlu juga diketahui oleh seorang laki-laki bahwa
apabila dia mempersoalkan setiap kesalahan istrinya --yang timbul akibat emosinya yang
berlebihan-- lalu menghukum dan mencacimakinya, maka hal itu tidak akan menghasilkan
apa-apa selain menambah keretakan dan perpecahan hubungan keluarga, kemudian
berakhir dengan perpisahan dan perceraian. Terakhir seorang laki-laki harus ingat bahwa
seorang istri pasti mempunyai kelebihan-kelebihan dan hal-hal yang baik sebagai
pengganti kekurangannya tersebut. Rasulullah saw. dalam sabda beliau yang sangat
bijaksana telah memberikan resep untuk menghadapi setiap ulah yang muncul dari wanita,
seperti berikut:

"Seorang laki-laki mukmin tidak pantas membenci seorang istri mukminah dan jika dia
tidak menyukai akhlaknya, maka dia akan menyukai akhlak-akhlak lain yang ada pada diri
istrinya." (HR Muslim)458

4. Untuk menegaskan perlunya bersikap lunak terhadap kaum wanita Rasulullah saw.
mengakhiri hadits beliau dengan ucapan [tulisan Arab] persis seperti ucapan beliau pada
permulaan hadits. Untuk menjelaskan ucapan Rasulullah saw. ini ath-Thibi berkata: "Huruf
sin dalam kalimat [tulisan Arab] adalah [tulisan Arab] yang juga berarti [tulisan Arab]
yang berarti: "Mintalah olehmu wasiat dari dirimu untuk membayarkan hak wanita atau
mintalah wasiat dari orang selain kamu untuk wanita." Selain itu, ada yang mengatakan
bahwa maknanya adalah [tulisan Arab] yang artinya: "Terimalah wasiatku mengenai
mereka dan laksanakanlah wasiat itu, bersikap lunaklah kalian terhadap mereka dan
pergaulilah mereka secara baik." Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Pendapat yang terakhir ini
adalah yang paling tepat menurutku, dan pendapat ini tidak berlawanan dengan pendapat
ath-Thibi."459

Terakhir sekali sebagaimana yang telah kami kemukakan ketika mengulas hadits [tulisan
Arab] mengenai perlunya melakukan penelitian ilmiah di lapangan untuk mengetahui sisi-
sisi kekurangan tersebut dan seberapa besarnya, kembali kami tegaskan di sini tentang
perlunya melakukan penelitian ilmiah untuk mengetahui bidang yang bengkok pada wanita
dan seberapa besar kebengkokannya.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Keempat.html (3 of 4)12/12/2005 7:53:32


Kebebasan Wanita

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Keempat.html (4 of 4)12/12/2005 7:53:32


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pasal 6. Beberapa Komentar tentang Kepribadian


Wanita Muslimah
A. KEBEBASAN KEPRIBADIAN WANITA

Islam datang dan memberikan hak kepada wanita, martabat kemanusiaan, menetapkan
kebebasan dalam kepribadiannya, serta mengakui kebebasannya dalam mengelola hak
miliknya.

Sebelumnya telah kita kemukakan banyak sekali contoh dari masa kenabian yang
menerangkan sejauh mana kebebasan kepribadian seorang wanita. Seperti sudah diketahui
bahwa beberapa nash jelas sekali dalilnya mengenai perbuatan wanita yang lepas dari
pengaruh orang tua dan suaminya. Sebagian lagi melalui musyawarah dengan salah satu
dari keduanya. Namun yang penting untuk kita tetapkan di sini adalah bahwa wanita sudah
pernah melaksanakan dan menunaikan perannya dengan kebebasan kepribadian dan
kemanannya yang penuh. Dia berbicara untuk menuntut dan membela hak-haknya,
memberikan hadiah kepada orang yang dia cintai, bersedekah dengan harta yang dicarinya
sendiri, dan keluar rumah untuk bekerja di lahannya sendiri. Semua itu dia lakukan tanpa
berlindung di balik wali atau suaminya. Kembali di sini kami sebutkan beberapa contoh
berikut ini.

1. Maimunah, ummul mukminin, memerdekakan budak perempuan tanpa sepengetahuan


Rasulullah saw. Kuraib, budak Ibnu Abbas mengatakan bahwa Maimunah binti al-Harits r.
a., memberitahukan kepadanya bahwa dia memerdekakan seorang budak perempuan tanpa
memohon izin terlebih dahulu dari Nabi saw. Pada hari giliran Nabi saw. berada di
rumahnya, dia berkata: "Apakah engkau sudah tahu, wahai Rasulullah bahwa aku telah
memerdekakan budak perempuanku?" Nabi saw. balik bertanya; "Apakah hal itu sudah
kamu lakukan?" Maimunah menjawab: "Ya." Nabi saw. berkata: "Padahal kalau kamu
berikan budak perempuan itu kepada bibi-bibimu, tentu lebih besar pahalanya
bagimu." (HR Bukhari)460

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (1 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

2. Ummu Sulaim binti Milhan memberikan hadiah kepada Rasulullah saw. atas namanya
sendiri, bukan atas nama suaminya ketika acara perkawinan Rasulullah saw. Ummu
Sulaim berkata: "Wahai Anas, bawalah (makanan) ini kepada Rasulullah saw. dan katakan
kepadanya: 'Ibuku mengirimku untuk membawa ini kepadamu dan dia menyampaikan
salam kepadamu.' Kemudian katakan: 'Ini ada sedikit dari kami untukmu, wahai
Rasulullah ..."(HR Muslim)461

3. Asma binti Umais berdialog dengan Umar ibnul Khattab, kemudian dengan Rasulullah
saw., selanjutnya dia menceritakan kisah dialog tersebut kepada teman-temannya yang
sama melakukan hijrah dengannya tanpa kehadiran suaminya. Kemungkinan besar,
suaminya baru hadir pada tahap terakhir saja. Umar berkata kepada Asma: "Kami lebih
dahulu hijrah daripada kalian." Asma kesal sekali mendengarkannya, lalu dia berkata:
"Tidak demi Allah, kalian bersama Rasulullah saw. Beliau memberi makan orang yang
lapar di antara kalian dan memberikan nasihat kepada orang yang bodoh di antara kalian.
Sementara kami berada di bumi yang jauh (dari segi keturunan) dan benci (kepada Islam
yang dibawa Muhammad) yaitu di Habsyah. (Namun kami tetap melakukan hijrah). Semua
itu kami lakukan demi mendapatkan ridha Allah dan RasulNya. Demi Allah, aku tidak
akan memakan makanan dan tidak akan meminum minuman sampai aku menceritakan apa
yang kamu ucapkan ini kepada Rasulullah saw..." Rasulullah saw. berkata kepada Asma:
"Dia tidak lebih berhak terhadapku daripada kalian. Bagi dia dan teman-temannya hanya
satu hijrah, sedangkan bagi kalian, warga sampan, dua hijrah." Asma berkata: "Sungguh
aku nmelihat Abu Musa dan warga sampan, datang kepadaku secara berbondong-bondong
untuk menanyakan kepadaku mengenai hadits ini." (HR Bukhari dan Muslim)462

4. Asma binti Abu Bakar menyedekahkan uang hasil penjualan budak perempuannya tanpa
sepengetahuan suaminya. Asma berkata: "Aku menjual budak perempuanku. Lalu az-
Zubair datang menemuiku. Ketika itu uang hasil penjualan budak perempuan itu ada di
kamarku. Az-Zubair berkata kepadaku: 'Berikan uang itu kepadaku.' Aku jawab: 'Uang itu
telah aku sedekahkan.'" (HR Muslim)463

5. Atikah binti Zaid mempertahankan haknya untuk melaksanakan shalat berjamaah di


masjid tanpa restu suaminya. Ibnu Umar berkata kepada Atikah: "Mengapa kamu tetap
keluar (untuk melakukan shalat subuh dan isya) padahal kamu tahu bahwa Umar tidak
suka dan merasa cemburu?" Atikah bertanya: "(Kalau demikian) apa yang menghambat
Umar sehingga tidak melarangku?" Ibnu Umar berkata: "Yang menghambatnya adalah
sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: 'Janganlah kalian menghalangi hamba-hamba Allah
yang perempuan (pergi) ke masjid-masjid Allah!'" (HR Bukhari)464

Dalam satu riwayat oleh Abdurrazzaq disebutkan bahwa Atikah berkata kepada Umar:
"Demi Allah, aku tidak akan berhenti sampai kamu melarangku." Az-Zuhri berkata: "Umar
ditusuk, Atikah sedang berada di masjid."465

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (2 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

6. Hindun binti Utbah menyatakan kesetiaannya kepada Rasulullah saw. dalam ungkapan
yang sangat indah tanpa perantaraan suaminya. Hindun berkata: "Wahai Rasulullah, tidak
ada di atas permukaan bumi ini penghuni tenda (rumah) yang aku inginkan agar dia hina
melebihi penghuni tendamu, tetapi sekarang tidak ada di atas permukaan bumi ini
penghuni tenda yang aku inginkan agar dia mulia melebihi penghuni tendamu." (HR
Bukhari dan Muslim)466

Jika syariat menetapkan hak para wali dan suami untuk bermusyawarah, dan menetapkan
kewajiban taat atas seorang wanita terhadap wali atau suaminya menyangkut hal-hal yang
baik --yang semuanya bertujuan untuk memperkukuh hubungan sosial dan menjaga
keutuhan dan kesatuan keluarga-- maka musyawarah dan taat dalam hal-hal yang baik itu
tidak berarti bahwa wanita adalah makhluk yang kurang, sehingga dia harus meminta
pesan kepada wali atau suaminya. Akan tetapi, musyawarah itu sendiri merupakan
tindakan yang terpuji dan dihimbaukan kepada seluruh kaum laki-laki dan wanita supaya
melakukannya. Ailah SWT telah berfirman:

"... sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara


mereka ..." (asy-Syura: 38)

Bahkan para penguasa kaum muslimin dituntut untuk melakukan musyawarah dengan
umat sebagaimana firman Allah:

"... Dan bermusyawarahlah engkau dengan mereka dalam urusan itu ..." (Ali
Imran: 159)

Demikian pula halnya ketaatan yang merupakan sesuatu yang terpuji, dan semua laki-laki
dan wanita dari umat ini dihimbau untuk bersifat taat dengan ketaatan yang tepat (pada
tempatnya). Bahkan, umat ini secara keseluruhan dihimbau untuk menaati para penguasa.
Allah SWT telah berfirman:

"... Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara
kamu ...." (an-Nisa': 59)

Selama ketaatan itu dilakukan dalam rangka perkara-perkara yang baik, maka keadaan
yang memerintah dan yang diperintah akan tetap dan benar. Pada waktu itulah bahtera
keluarga berlayar dengan tenang, instansi-instansi masyarakat mencapai sukses, unmat
Islam bangkit, serta bangsa akan cerdas dan maju. Akan tetapi, apabila para wali dan suami
memaksakan sesuatu tidak pada jalan yang baik, maka keadaan akan memburuk dan
berakhir dengan kesengsaraan Karena itu sudah seharusnya mereka dikembalikan pada
yang ma'rut berdasarkan perintah Allah dan perintah Rasulullah saw.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (3 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

Berikut ini terdapat beberapa contoh mengenai para wali yang dikembalikan pada yang
ma'ruf.

1. Dari al-Hasan dikatakan bahwa Ma'qil bin Yasar mempunyai saudara perempuan yang
menjadi istri seorang laki-laki yang kemudian menalaknya. Orang itu membiarkannya
sampai masa 'iddahnya habis' lalu dia melamarnya kembali. Ma'qil menghalangi maksud
lelaki itu dengan keras, lalu Ma'qil berkata: "Dia telah membiarkan istrinya, padahal dia
mampu kembali kepada istrinya. Kemudian dia ingin melamarnya lagi!" Lantas Ma'qil
menghalangi laki-laki itu dari saudara perempuannya (dalam satu riwayat467 disebutkan:
"Lelaki itu tidak ada masalah dengannya dan si perempuan juga ingin rujuk kepada
suaminya"). Maka turunlah firman Allah yang berbunyi:

"Apabila kamu menalak istri-istrimu, lalu habis 'iddahnya, maka janganlah


kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya,
apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.
Itulah yang dinasihathan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
kepada Allah dan hari kemudian." (al-Baqarah: 232)

Rasulullah saw. memanggil Ma'qil dan membacakan ayat tersebut kepadanya. Setelah itu
Ma'qil meninggalkan sikap kerasnya dan mengikuti perintah Allah. (HR Bukhari)468

2. Dari Khansa binti Khidzam al-Anshariyyah, dia menceritakan bahwa ayahnya telah
mengawinkannya, padahal dia sudah janda. Dia tidak suka dengan perkawinan itu. Lantas
dia mendatangi Rasulullah saw. (untuk mengadukan hal tersebut). Rasulullah saw.
menolak perkawinannya itu. (HR Bukhari)469

3. Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: "Bibiku dicerai suaminya. Pada suatu hari ketika
dia hendak memotong buah kurmanya, seorang laki-laki melarangnya keluar rumah. Lalu
bibiku pergi menemui Nabi saw. untuk menanyakan masalah itu. beliau bersabda: 'Baik,
potonglah buah kurmamu. Barangkali dengan itu kamu akan bersedekah atau akan
melakukan sesuatu yang ma'ruf.'" (HR Muslim)470

4. Dari Hafshah binti Sirin, dia berkata: "Dahulunya kami melarang anak-anak gadis kami
keluar rumah pada hari raya. Tatkala datang Ummu Athiyyah, aku bertanya kepadanya:
'Apakah kamu pernah mendengar Nabi saw. (memperbolehkannya)?'" Ummu Athiyyah
berkata: "Ya, aku pernah mendengar beliau bersabda: 'Anak-anak gadis dan wanita-wanita
yang dipingit boleh keluar.'" Dalam satu riwayat471 disebutkan: "Kami diperintahkan
supaya keluar pada hari raya sehingga kami mengeluarkan gadis-gadis perawan dari
pingitannya." (HR Bukhari)472

Dalam masalah ini ada sebagian ulama tabi'in yang menerapkan sesuatu yang tidak ma'ruf.
Lantas muncul seorang sahabat wanita yang mulia untuk menyangkal pendapat mereka dan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (4 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

memberitahukan kepada mereka apa yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.

Berikut ini beberapa contoh tentang para suami yang mengembalikan semua perkara pada
yang ma'ruf:

1. Dari Aisyah dikatakan bahwa Hindun binti Utbah berkata: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang sangat kikir. Dia tidak
memberiku sesuatu yang cukup untuk menutupi keperluanku dan anakku kecuali apa yang
aku ambil sendiri tanpa sepengetahuannya." Rasulullah saw. berkata: "Ambillah sekadar
yang bisa mencukupi keperluanmu dan anakmu dengan cara yang baik." (HR Bukhari dan
Muslim)473

2. Dari Umar, dia berkata: "... ketika aku sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba istriku
berkata kepadaku: 'Cobalah kamu lakukan ini dan ini.' Aku berkata kepadanya: 'Ada apa
denganmu? Mengapa kamu berada di sini? Apa hubungannya denganmu masalah yang aku
inginkan?' Istriku menjawab: 'Aneh kamu ini, wahai putra al-Khattab, apakah kamu tidak
suka aku menemuimu untuk mengusulkan sesuatu? Putrimu saja menemui Rasulullah saw.
untuk mengusulkan sesuatu.'" Dalam satu riwayat474 istri Umar berkata: "Mengapa kamu
menentangku untuk mengusulkan sesuatu kepadamu? Demi Allah, istri-istri Rasulullah
saw. sendiri datang menemui beliau untuk mengusulkan sesuatu." (HR Bukhari dan
Muslim)475

Dalam kasus ini Umar dikembalikan kepada yang ma'ruf berdasarkan bimbingan yang
diberikan Rasulullah saw. dalam memperlakukan istri-istri beliau.

3. Dari Miswar, dia berkata: "Sesungguhnya Ali melamar putri Abu Jahal. Hal itu didengar
oleh Fathimah. Lalu Fathimah menemui Rasulullah saw. untuk mengadukan hal itu. Dia
berkata: 'Wahai Rasulullah, ini Ali ingin kawin dengan putri Abu Jahal!" Rasulullah saw.
bangkit dan berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya aku memang pernah mengawinkan Abu
al-'Ash bin Rabi. Dia bercerita denganku dan dia memang seorang yang jujur.
Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku, dan aku tidak senang bila hal itu
berdampak buruk terhadapnya." (Dalam satu riwayat dikatakan: 'Aku khawatir hal itu bisa
menimbulkan fitnah terhadap agamanya'476) Demi Allah, tidak mungkin putri Rasulullah
berkumpul dengan putri musuh Allah pada seorang laki-laki." Akhirnya Ali membatalkan
lamarannya. (HR Bukhari dan Muslim)477

4. Dari Ibnu Umar, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kalian
menghalangi hamba-hamba Allah yang perempuan (pergi) ke masjid-masjid Allah." (HR
Bukhari dan Muslim)478 Dari nash ini dapat dipahami bahwa sudah pernah terjadi
beberapa orang laki-laki melarang istri-istri mereka pergi ke masjid. Lantas Rasulullah saw.
melarang mereka supaya tidak menghalang-halangi wanita pergi ke masjid. Dengan
demikian kaum laki-laki tersebut telah dikembalikan pada yang ma'ruf.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (5 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

5. Dari Salim bin Abdullah dikatakan bahwa Abdullah bin Umar berkata: "Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Janganlah kamu melarang istrimu pergi ke masjid
apabila dia meminta izin kepadamu.' Lalu Bilal bin Abdullah berkata: 'Demi Allah, aku
akan mencegahnya.' (Dalam satu riwayat dikatakan: 'Kami tidak akan mengizinkannya
keluar dan menjadikannya sebagai cara untuk menipu suaminya') Salim berkata: 'Abdullah
bin Umar menemui Bilal, lalu memakinya yang belum pernah aku mendengar makian
seburuk itu.' Kemudian Abdullah bin Umar berkata: 'Aku menceritakan hadits dari
Rasulullah saw. kepadamu, tetapi kamu malah berkata: "Demi Allah aku akan
mencegahnya?"'" (HR Muslim)479

Di sini terulang kembali pelarangan wanita pergi ke masjid oleh sebagian tabi'in. Karena
itu, terulang pula penyanggahan oleh seorang sahabat yang mulia. Dengan demikian orang-
orang bisa dikembalikan kepada yang ma'ruf.

B. URGENSI MEMELIHARA KEKHUSUSAN KEPRIBADIAN WANITA

Allah menciptakan laki-laki dan wanita, serta memberi mereka kekhususan yang
membedakan antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Semua hamba Allah, baik laki-
laki maupun wanita, berkewajiban memelihara kekhususan dan menjaga perbedaan
tersebut. Setiap mereka mempunyai kepribadian yang berbeda.

Sungguh merupakan suatu kesalahan jika seseorang berusaha meniru kepribadian orang
lain dan memakai sebagian kekhususannya. Mengingat pembicaraan kita di sini
menyangkut kepribadian wanita, penulis ingin menekankan pentingnya menjaga perbedaan
tersebut. Yang demikian itu berguna untuk menonjolkan status kemanusiaannya yang telah
dimuliakan oleh Allah dengan kekhususan-kekhususan yang telah diciptakan Allah
untuknya. Perbuatan menyerupai laki-laki yang dilakukan oleh sebagian wanita pada satu
sisi sama artinya dengan menodai ciptaan Allah, dan pada sisi yang lain mengesankan
adanya perasaan minder atau merasa dirinya kurang. Sebaliknya, mempertahankan
keistimewaan dan kekhususan tersebut berarti mendukung kaum wanita supaya mereka
mampu menunaikan tanggung jawabnya yang utama, yaitu mengurus suami dan anak-anak
sebaik mungkin.

Berikut ini terdapat beberapa nash yang menganjurkan penjagaan terhadap


perbedaan tersebut. Dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata: "Rasulullah saw.
mengutuk kaum laki-laki yang suka menyerupai kaum wanita dan kaum
wanita yang suka menyerupai kaum laki-laki." (HR Bukhari)480

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Nabi saw. mengutuk laki-laki yang kebanci-
bancian dan wanita yang kelaki-lakian." (HR Bukhari)481

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (6 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

Seorang laki-laki dari Bani Hudzail, berkata: "Aku melihat Abdullah bin
Amru ibnul Ash, tempat tinggalnya di tanah al-hal (luar Mekah) dan
masjidnya di tanah Haram (dalam kota Mekah). Laki-laki itu berkata:
'Ketika aku sedang duduk di samping Abdullah bin Amru, dia melihat
Ummu Sa'id, putri Abu Jahal, mengalungkan busur panah ke lehernya dan
berjalan seperti layaknya laki-laki. 'Abdullah bin Amru bertanya: 'Siapa
wanita itu?' Aku menjawab: 'Dia adalah Ummu Sa'id putri Abu Jahal.'
Abdullah bin Amru berkata: 'Aku pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda: "Bukanlah dari golongan kami orang yang menyerupai laki-laki
dari kalangan wanita dan orang yang menyerupai wanita dari kalangan laki-
laki."' (HR Ahmad dan Thabrani)482

Abu Hurairah berkata: "Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang memakai


pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki." (HR Abu Daud)
483

Sesungguhnya kekhususan fitrah bagi laki-laki dan wanita hanya akan tetap dan mantap
jika mereka menjalankan secara kongkret fungsi setiap individu dalam kehidupan. Jika hal
itu tidak dilaksanakan --satu jenis menjalankan fungsi jenis yang lain, atau lebih banyak
menjalankan fungsi jenis yang lain-- maka pada dirinya akan melekat ciri-ciri lawan
jenisnya, dan pada waktu yang sama dia mengaburkan ciri-cirinya yang sejati/asli. Dalam
kondisi seperti ini, kehidupan seseorang, baik laki-laki maupun wanita, tidak akan berjalan
pada jalur yang lurus. Jika dia seorang wanita dia tidak akan bisa menjadi laki-laki dan dia
tidak akan menjadi wanita sejati. Dia akan menjadi sosok makhluk yang tidak jelas
identitasnya dan menjadi ajang pertarungan antara sisa-sisa fitrahnya di satu sisi dan ciri-
ciri lawan jenis yang melekat pada dirinya di sisi lain.

Akibatnya, kehidupan masyarakat juga tidak akan berjalan menurut jalur yang benar
karena hilangnya fungsi kelembutan dan kehalusan seorang wanita yang telah dijadikan
oleh Allah SWT sebagai sumber ketenangan bagi suaminya; atau karena hilangnya
fungsinya yang sulit dan berat, yaitu tugas mengandung anak, menyusukan, dan
memeliharanya.

Di samping terjadinya penyimpangan dari petunjuk Allah dan Sunnah Nabi saw. dalam
bentuk wanita meniru rupa laki-laki, juga terjadi penyimpangan dalam bentuk keterlaluan
dan berlebihan dalam membedakan laki-laki dengan wanita, sehingga terlupakanlah wujud
wanita sebagai saudara kandung kaum laki-laki sebagaimana yang disebutkan dalam sabda
Rasulullah saw.484 Hingga hampir saja dari wanita dicabut sifat-sifat manusia yang secara
umum ada pada laki-laki dan wanita. Akhirnya, wanita menjadi manusia kelas dua atau
kelas tiga, sehingga martabatnya jatuh dan kepribadiannya terhapus. Dia tidak lagi bebas
menyatakan keinginan dan pilihannya, tidak ada ruang baginya untuk berperan serta dalam
kegiatan sosial yang bermanfaat dan aktivitas politik yang perlu diikuti. Seolah-olah wanita
adalah makhluk yang serba kurang dan lemah, bukan manusia utuh sebagaimana halnya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (7 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

Islam telah menetapkan kepribadiannya yang jelas dan hak-haknya yang tetap. Saya kira,
pada pasal-pasal sebelumnya terdapat penjelasan yang baik bagi ciri-ciri dan hak-hak
wanita.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Pasal6.html (8 of 8)12/12/2005 7:53:34


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

C. FAKTOR PENUNJANG PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN WANITA

1. Pelurusan atas Persepsi tentang Kepribadian Wanita Berdasarkan Al-


Qur'an dan As-Sunnah

Jika hal itu berhasil dilaksanakan, kaum wanita akan bergerak seolah-olah dia terlepas dari
ikatan, sehingga dia akan ikut serta memakmurkan bumi semaksimal mungkin. Perilaku
kebijaksanaan yang bersumber dari persepsi yang benar merupakan alat pendukung paling
ampuh untuk meluruskan persepsi orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Pertama, wanita adalah manusia yang dilengkapi dengan kemuliaan. Allah SWT telah
berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam ..." (al-Isra: 70)
Anak-anak Adam itu terdiri atas kaum laki-laki dan wanita. Sabda Nabi saw. berikut ini:

[tulisan Arab]

dan

[tulisan Arab]

telah disalahpahami oleh sebagian besar manusia seperti yang telah saya katakan sebelum
ini.485 Sifat ucapan-ucapan tersebut masih global dan tidak dapat dijadikan dalil untuk
mengurangi derajat kemuliaan yang sudah ditetapkan oleh nash-nash yang kuat dan rinci.

Kedua, wanita adalah manusia yang mempunyai tanggung jawab yang hampir sama
dengan kaum laki-laki dalam tindak tanduk dan perkataannya di dunia, kemudian dia akan
diberi balasan di akhirat kelak. Dalam hal ini, tanggung jawab wanita tidak mungkin
digantikan oleh ayah, saudara laki-laki, atau suaminya. Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Penunjang.html (1 of 5)12/12/2005 7:53:36


Kebebasan Wanita

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan


kepadanya kehidupan yang baik ..." (an-Nahl: 97)

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera ..." (an-Nuur: 2)

"Laki-laki yang mencuri dan perempuan-perempuan yang mencuri, maka


potonglah tangan keduanya ..." (al-Ma'idah: 38)

Rasulullah saw. bersabda: "Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak berdaya
menolongmu di sisi Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah saw., aku tidak
berdaya menolongmu di sisi Allah sedikit pun. Wahai Fathimah, putri Muhammad, aku
tidak berdaya menolongmu di sisi Allah sedikit pun." (HR Bukhari dan Muslim)486

Ketiga, wanita adalah manusia yang mempunyai kepribadian tersendiri, bebas memilih,
disamping juga bebas menentukan teman hidupaya. Rasulullah saw. bersabda:

"Seorang janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai pertimbangannya


(musyawarah) dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai
persetujuannya." (HR Bukhari dan Muslim)487

Seorang istri berhak meminta cerai jika dia tidak menyenangi suaminya, dan itu bisa
dilakukan melalui keputusan suaminya atau melalui keputusan qadhi/hakim pengadilan,
dengan catatan dia (istri) harus mengembalikan apa yang telah diberikan suaminya
kepadanya selama suaminya tidak menimbulkan mudharat atas dirinya (misalnya
menyiksa).

Istri Tsabit bin Qais pernah datang kepada Nabi saw. dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku
tidak mencela Tsabit soal agama atau akhlaknya, akan tetapi aku khawatir berbuat kufur
(tidak patuh padanya)." Rasulullah saw. bertanya: "Apakah kamu bersedia mengembalikan
kebun pemberiannya?" Wanita itu menjawab: "Ya." Lantas dia mengembalikan kebun
milik Tsabit. Setelah itu Nabi saw. memerintahkan Tsabit menceraikannya." (HR Bukhari)
488

Keempat, wanita adalah seorang manusia yang sempurna, pendamping kaum laki-laki
dalam kehidupan berumah tangga. Wanita pun bukan barang mainan untuk memuaskan
kebutuhan seksual. Ketika wanita dijadikan pakaian bagi kaum laki-laki, maka begitu pula
sebaliknya, laki-laki adalah pakaian bagi wanita. Benar sekali Firman Allah: "... mereka itu
adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka ..." (al-Baqarah: 187)

Dalam masalah keluarga, keduanya memiliki tanggung jawab; Allah SWT telah
menyiapkan kaunm laki-laki untuk mencari kebutuhan hidup dan menjadi pemimpin,

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Penunjang.html (2 of 5)12/12/2005 7:53:36


Kebebasan Wanita

sebagaimana firman-Nya ini:

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka ..." (an-Nisa': 34)

Dan Allah menyiapkan wanita untuk memelihara anak-anak dan mengatur urusan rumah
tangga. Dalam hal ini, Rasulullah saw. telah bersabda:

"... dan wanita menjadi pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anaknya,
maka dia harus bertanggung jawab terhadap mereka." (HR Bukhari dan
Muslim)489

Dengan demikian, kaum wanita bukan sekadar pengikut kaum laki-laki sehingga tidak
boleh memiliki kemauan sendiri. Di antara wanita dan laki-laki ada hubungan yang
didasarkan atas rasa cinta dan kasih sayang. Apabila rasa cinta dan kasih sayang tersebut
sudah putus, maka putus pulalah hubungan suami istri menurut cara yang sah.

Kelima, wanita adalah manusia yang cerdas. Dia mempunyai kegiatan-kegiatan sosial dan
politik yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman:

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
mengerjakan yang ma'ruf mencegah dan yang munkar ..." (at-Taubah: 71)

Jadi, wanita itu bukanlah sekadar aurat yang harus ditutup dari pandangan manusia --
sebagaimana dipahami sebagian kaum muslimin-- meliputi pribadinya, wajahnya,
suaranya, bahkan sampai pada namanya. Jika wanita mempunyai aurat yang harus ditutup
dari pandangan manusia, maka laki-laki juga mempunyai aurat yang harus ditutup

Keenam, wanita adalah pribadi yang normal, bukan seperti yang dibayangkan oleh
sebagian orang. Kalaupun sifat-sifat polos dan lugu --sehingga mudah terpedaya oleh kata-
kata manis-- jahat atau licik, serta tidak ada yang dia kuasai selain kepintaran memperdaya
orang, kaum laki-laki pun mempunyai beberapa segi kelemahan dan kejelekan seperti itu.

2. Melaksanakan Kewajiban Agama

Menunaikan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan agama berarti menunaikan kegiatan


yang memiliki beberapa aspek, yaitu meliputi aspek akal, aspek naluri, dan aspek jasmani.
Setiap aspek berbeda sesuai dengan sifat kewajibannya. Namun, secara umum, kegiatan
tersebut membantu pengembangan karakter wanita dan memberinya kepribadian yang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Penunjang.html (3 of 5)12/12/2005 7:53:36


Kebebasan Wanita

normal, perhatian yang tinggi, serta wawasan yang luas mengenai kehidupan di sekitarnya.
Karena itulah setiap kelalaian dalam menunaikan kewajiban tersebut dianggap sebagai
sesuatu yang merugikan wanita muslimah dan menyia-nyiakan kesempatan berharga yang
sebenarnya dapat membantunya dalam mengembangkan kepribadiannya serta mewujudkan
tingkat kematangan yang tinggi. Di antara kewajiban yang membuahkan hasil yang baik
adalah kewajibannya terhadap Allah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah,
kewajiban-kewajiban terhadap keluarga, dan kewajiban-kewajiban terhadap masyarakat.
Sejauh mana kesempurnaannya dalam menunaikan kewajiban-kewajiban tersebut, maka
sejauh itu pulalah derajat yang mampu dia capai dalam mengembangkan kepribadiannya.

3. Menggunakan Hak yang Ditetapkan Syariat

Menggunakan hak sama halnya dengan menunaikan kewajiban, dapat menjamin kegiatan
yang meliputi beberapa aspek seperti naluri dan jasmani. Perlu pula diperhatikan bahwa di
sini ada semacam proses saling menunjang dan saling menyempurnakan antara
menunaikan kewajiban dan menggunakan hak, yang dapat membuahkan hasil terbaik serta
melipatgandakan apa yang bisa diperoleh wanita dari perhatian yang besar dan pengalaman
yang bermanfaat. Di antara hak-hak yang dapat mengembangkan kepribadian wanita
adalah hak untuk menghadiri majelis-majelis taklim, hak untuk menuntut ilmu
pengetabnan, hak untuk menikah dan melahirkan keturunan, hak melakukan kegiatan
profesi jika mempunyai kelebihan waktu dari menunaikan tugas rumah tangga, serta hak
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial atau politik yang bermanfaat. Hak-hak ini bisa
saja berubah menjadi kewajiban apabila pelaksanaannya dapat mewujudkan maslahat yang
sangat urgen dan mendasar bagi wanita itu sendiri, atau bagi keluarga dan masyarakatnya.

(sebelum, sesudah)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Penunjang.html (4 of 5)12/12/2005 7:53:36


Kebebasan Wanita

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Penunjang.html (5 of 5)12/12/2005 7:53:36


Kebebasan Wanita

Kebebasan Wanita
oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

D. ETIKA PERGAULAN LAKI-LAKI DENGAN WANITA MUSLIM

Umat Islam memiliki beberapa etika tertentu dalam pergaulan antara wanita dan laki-laki
sesuai dengan aturan yang telah digariskan agama. Etika-etika tersebut harus betul-betul
menancap dalam akal pikiran dan kesadaran mereka sebab hal itu berkaitan dengan
kebenaran pemahaman mereka terhadap martabat wanita sebagai manusia, sebagaimana
ditetapkan oleh syariat. Selain itu, etika-etika tersebut harus menancap dalam hati mereka
sebab syariat telah menanamkan dalam hati manusia rasa santun, lemah lembut, dan belas
kasihan kepada kaum wanita. Jika orang-orang Barat berbaik hati kepada wanita kadang-
kadang karena pertimbangan kesempurnaan dan kadang-kadang sekadar formalitas, maka
kita sebagai umat Islam mempunyai etika tersendiri yang tinggi nilainya dalam
memperlakukan wanita. Dikatakan tinggi, karena hal itu didasarkan atas pertimbangan
kesempurnaan dan muncul dari lubuk hati kita yang dalam. Sementara hal yang
mempertajam rasa santun, lemah lembut, dan belas kasih pada kaum wanita di kalangan
umat Islam merupakan contoh teladan yang diberikan Rasulullah saw. dalam
memperlakukan istri, anak perempuan, istri-istri kaum muslimin, dan wanita-wanita
nonmuslim lainnya.

1. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Istri

Pertama, membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya. Aisyah pernah ditanya: "Apa


yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?" Aisyah menjawab: "Beliau ikut membantu
melaksanakan pekerjaan keluarganya." (HR Bukhari)490

Kedua, mengajak istri-istrinya jika bepergian. Aisyah berkata: "Biasanya Nabi saw.
apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri.
Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama
Rasulullah saw.' (HR Bukhari dan Muslim)491

Ketiga, menyambut kedatangan mereka ketika beliau melakukan i'tikaf Shafiyyah, istri

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (1 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

Nabi saw., menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah saw. ketika beliau
sedang melakukan i'tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia
berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi saw. juga ikut
berdiri untuk mengantarkannya." (Dalam satu riwayat492 dikatakan: "Nabi saw. berada di
masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas
Nabi saw. berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: 'Jangan terburu-buru, agar aku dapat
pulang bersamamu'") (HR Bukhari dan Muslim)493

Keempat, keberatan menerima undangan makan kecuali dengan istrinya. Anas


mengatakan bahwa tetangga Rasulullah saw. --seorang Persia-- pintar sekali membuat
masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk
Rasulullah saw. Lalu dia datang menemui Rasululiah saw. untuk mengundang makan
beliau. Beliau bertanya: "Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah)." Orang itu
menjawab: "Tidak." Rasulullah saw. berkata: "(Kalau begitu) aku juga tidak mau." Orang
itu kembali mengundang Rasulullah saw. Rasulullah saw. bertanya: "Bagaimana dengan
ini?" Orang itu menjawab: "Tidak." Rasulullah kembali berkata: "Kalau begitu, aku juga
tidak mau." Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah
saw. kembali bertanya: "Bagaimana dengan ini?" Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia
itu mengatakan: "Ya." Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki
itu." (HR Muslim)494

Kelima, menyediakan tempat duduk yang empuk di atas kendaraan istrinya dan
menjadikan lututnya sebagai tangga istrinya untuk naik ke atas kendaraan. Dari Anas, dia
berkata: "Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi saw.
menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.
Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan
Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta
tersebut." (HR Bukhari)495

Keenam, beliau menawari istrinya menyaksikan permainan orang-orang Habasyah dan


ikut berdiri menonton sampai istrinya minta pulang. Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu
hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing.
Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi saw. sendiri yang berkata padaku:
'Apakah aku ingin melihatnya?'Aku jawab: 'Ya.' Lalu beliau menyuruhku berdiri di
belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: 'Teruskan main kalian,
wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!' Hingga ketika aku sudah merasa
bosan beliau bertanya: 'Apakah kamu sudah puas?'Aku jawab: 'Ya.' Beliau berkata: 'Kalau
begitu, pergilah!'" (HR Bukhari dan Muslim)496

2. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Anak Perempuan

Pertama, berdiri menyambut kedatangan putrinya lalu menciumnya dan mendudukkannya

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (2 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

di sebelah kanannya. Aisyah r.a. berkata:

"Fathimah datang dengan berjalan kaki. Jalannya persis seperti cara berjalan
Nabi saw. Nabi saw. berkata kepadanya: 'Selamat datang putriku.' Kemudian
beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau." (HR
Bukhari dan Muslim)497

Dalam riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i dikatakan: "Setiap Fathimah datang
menemui Nabi saw., beliau biasanya berdiri menyambut kedatangannya, menciumnya, dan
menyuruhnya duduk di tempat duduk beliau."498

3. Teladan Nabi saw. dalam Memperlakukan Wanita Muslimah

Pertama, ketika mendengar tangisan bayi dalam masjid, Nabi saw. memperpendek
shalatnya demi menjaga perasaan ibunya. Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi saw.
bersabda: "Aku sudah mulai melaksanakan shalat dan aku berniat memanjangkannya. Lalu
aku mendengar tangisan seorang bayi, maka aku sengaja memendekkan shalatku karena
aku dapat merasakan betapa gelisahnya hati seorang ibu karena gangguan tangisan
bayinya." (HR Bukhari dan Muslim)499

Kedua, menunggu sejenak seusai shalat bersama kaum laki-laki agar jamaah wanita bisa
pulang lebih dahulu. Ummu Salamah r.a. berkata: "Biasanya Rasulullah saw. seusai
mengucapkan salam, kaum wanita bergegas berdiri. Beliau menunggu sejenak sebelum
berdiri (untuk pulang)." Ibnu Syihab berkata: "Aku berpendapat, tetapi Allah lebih tahu,
bahwa Nabi saw. diam sejenak itu adalah supaya kaum wanita habis keluar sebelum
tersusul oleh kaum laki-laki yang ingin pulang." (HR Bukhari)500

Ketiga, memerintah para ibu supaya mengeluarkan anak-anak gadis mereka dan wanita
haid untuk ikut meramaikan pesta hari raya. Ummu Athiyyah berkata: "Aku mendengar
Rasulullah sw. bersabda: 'Hendaklah kalian keluarkan anak-anak gadis, wanita-wanita
yang dipingit, serta perempuan haid agar mereka bisa menyaksikan hari baik dan nasihat-
nasihat orang-orang mukmin; dan hendaklah wanita haid agak menjauh dari tempat
shalat.'" (HR Bukhari dan Muslim)501

Keempat, Nabi saw. mengira bahwa jamaah wanita tidak bisa mendengar khotbah beliau,
lalu beliau menuju kelompok kaum wanita dan memberikan nasihat khusus kepada mereka.

Kelima, Nabi saw. berdiri lama menyambut kedatangan wanita-wanita Anshar dan
menyatakan cinta beliau kepada kaum mereka.

Keenam, menyarankan kepada kusir kendaraan supaya berjalan perlahan demi


mempertimbangkan kemampuan fisik kaum wanita.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (3 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

Ketujuh, merasa kasihan kepada seorang wanita yang sedang memanggul biji-biji kurma
sehingga beliau menderumkan untanya untuk memboncengkan wanita itu di belakangnya.

Kedelapan, mengizinkan Utsman ibnu Affan r.a. untuk tidak mengikuti Perang Badar
guna menjaga istrinya yang sedang sakit. Ibnu Umar berkata: "Adapun keikutsertaan
Utsman dari Perang Badar adalah karena istrinya, yaitu putri Rasulullah saw. sedang sakit.
Rasulullah saw. berkata kepadanya: 'Sesungguhnya bagimu pahala orang yang mengikuti
Perang Badar.'" (HR Bukhari)502

Kesembilan, menyuruh seorang laki-laki mengurungkan niatnya untuk pergi berjihad guna
menemani istrinya yang ingin melakukan perjalanan haji. Ibnu Abbas r.a. berkata:
"Seorang laki-laki berkata: 'Wahai Rasulullah, aku ingin pergi bersama pasukan ini dan ini
(dalam riwayat Muslim dikatakan: 'Sesungguhnya aku terkena kewajiban untuk mengikuti
pasukan ini dan ini') sementara istriku ingin menunaikan ibadah haji.' Nabi saw. berkata:
'Pergilah kamu bersamanya (istrimu).'" (HR Bukhari dan Muslim)503

Kesepuluh, merasa menyesal ketika seorang wanita dikuburkan tanpa sepengetahuan


beliau; lalu beliau pergi bersama beberapa orang sahabat untuk menyalatinya. Abu
Hurairah mengatakan bahwa seorang laki-laki atau wanita hitam pernah bekerja sebagai
tukang sapu masjid (dalam satu riwayat504 dikatakan: "Aku kira bahwa dia adalah seorang
wanita"). Kemudian dia meninggal. Lalu Rasulullah saw. menanyakannya. Para sahabat
memberitahu: "Dia sudah meninggal." Nabi saw. berkata: "Mengapa kalian tidak
memberitahuku tentang kematiannya? Sekarang tunjukkan kepadaku di mana kuburannya.
Nabi saw. mendatangi kuburannya, lalu menyalatinya." (HR Bukhari dan Muslim)505

Contoh-contoh mengenai tuntutan dan bimbingan Nabi saw. dalam hal perlakuan terhadap
kaum wanita orang-orang mukminat ini saya akhiri dengan mengemukakan satu contoh
menarik dari luar kitab Bukhari dan muslim. Dalam hal Rasulullah saw. memperkenankan
permintaan seorang wanita yang telah bernazar akan memukul gendang/rebana di hadapan
Rasulullah saw. Buraidah berkata: "Rasulullah saw. pergi ke suatu peperangan. Ketika
pulang, datang seorang budak perempuan hitam yang berkata: 'Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku telah bernazar (yang intinya) apabila Allah mengembalikanmu dalam
keadaan selamat aku akan memukul gendang di hadapanmu dan bernyanyi.' Rasulullah
saw. berkata kepada wanita itu: 'Kalau memang demikian nazarmu, maka laksanakanlah.
Tetapi kalau bukan demikian, tidak usah.' Lalu wanita itu menabuh gendangnya dan
bernyanyi." (HR Bukhari dan Muslim)506

4. Teladan Nabi saw. dalam memperlakukan Wanita Nonmuslim

Pertama, tidak menghiraukan cemoohan seorang wanita. Jundub bin Abu Sufyan r.a.
berkata: "Rasulullah saw. sakit sehingga beliau tidak bisa mengerjakan shalat malam dua

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (4 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

atau tiga malam. Lalu datang kepadanya seorang wanita dan berkata: 'Wahai Muhammad,
aku benar-benar berharap semoga setanmu telah meninggalkanmu. Aku tidak pernah
melihatnya mendekatimu sejak dua atau tiga malam terakhir ini.' Lantas Allah SWT
menurunkan ayat yang berbunyi: 'Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi
malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) benci
kepadamu.'" (HR Bukhari dan Muslim)507

Kedua, mempertimbangkan keadaan dua orang wanita yang sedang ketakutan. Abu Dzar r.
a. berkata: "Pada suatu malam purnama yang sangat cerah, penduduk Mekah tertidur lelap
dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang melakukan thawaf di sekitar Ka'bah. Ada
dua sosok wanita dari penduduk setempat yang sedang memohon kepada Isafa dan Na'ilah
(nama berhala). Lalu mereka berangkat sambil menggerutu dan berkata: 'Andaikan saja
ada di sini salah seorang dari orang-orang kita.'"Abu Dzar berkata: "Rasulullah saw. dan
Abu Bakar bertemu dengan mereka ketika mereka sedang turun. Rasulullah saw. bertanya:
'Ada apa dengan kalian?' Mereka berkata: 'Ada penyembah berhala antara Ka'bah dan tutup
(sitar)nya.' Rasulullah saw. bertanya: 'Apa yang dia katakan kepada kalian.' Mereka
menjawab: 'Dia mengatakan kata-kata yang sangat menyebalkan (kotor)."' (HR Muslim)508

Ketiga, memberikan imbalan kepada seorang wanita setelah memanfaatkannya untuk


kepentingan umat Islam. Dari Imran, dia berkata: "Kami melakukan perjalanan bersama
Nabi saw. orang-orang mengadu kepada beliau karena kehausan. Akhirnya beliau singgah.
Beliau memanggil fulan ... dan memanggil Ali, lalu berkata: 'Pergilah kalian berdua
mencari air.' Mereka pun berangkat. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang
wanita yang duduk di antara dua girbah air besar di atas untanya. Mereka bertanya kepada
wanita itu: 'Di mana airnya?' Wanita itu menjawab: 'Perkiraanku kemarin, sekarang ini
sudah mendapat air, sementara kaum lelaki kami terlambat karena mencari air.' Mereka
berkata kepada wanita itu: 'Kalau begitu berangkatlah!' Wanita itu bertanya: 'Kemana?'
Mereka menjawab: 'Kepada Rasulullah saw.' Wanita itu berkata: 'Orang yang disebut
orang si Shabi itu?' Mereka berkata: 'Dialah orangnya yang kamu maksud. Karena itu
cepatlah berangkat.' Lalu mereka membawa wanita itu kepada Nabi saw. Nabi saw.
meminta diambilkan sebuah mangkuk, lalu beliau menuangkan isi mangkuk itu ke
moncong kedua girbah air wanita itu ... kemudian dipanggillah orang-orang seraya berkata:
'Minumlah kalian dan timbalah airnya ...' Wanita itu berdiri saja melihat apa yang
dilakukan orang-orang terhadap airnya. Demi Allah, wanita itu terperangah. Kami dapat
membayangkan bahwa girbah air itu jauh lebih penuh daripada permulaannya. Lalu Nabi
saw. berkata: 'Kumpulkanlah apa-apa yang ada pada kalian!' Lalu kami mengumpulkan
apa-apa yang ada pada kami berupa potongan roti dan kurma untuk wanita itu. Lalu semua
makanan itu kami bungkus dengan kain, kemudian kami naikkan ke atas untanya.
Bungkusan itu mereka letakkan di depan wanita itu. Rasulullah saw. berkata kepada wanita
itu: 'Kami tidak mengurangi airmu sedikit pun. Akan tetapi Allahlah yang telah memberi
kami minum.' Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa wanita itu menceritakan kepada
Nabi saw. bahwa dia adalah seorang ibu yang menanggung beberapa anak yatim yang
masih kecil-kecil ...' Rasulullah saw. berkata kepadanya: 'Pergilah dan berilah makan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (5 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

keluargamu dengan ini!' (HR Bukhari dan Muslim)509

Keempat, menerima hadiah seorang wanita kemudian memaafkannya meskipun hadiah


yang berupa makanan itu diracuni. Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa seorang wanita
Yahudi datang kepada Nabi saw. dengan membawa hadiah seekor kambing yang telah
dibubuhi racun. Rasulullah saw. memakan sedikit darinya. Setelah beliau mengetahuinya,
wanita tersebut dibawa menghadap beliau dan ditanya tentang racun tersebut. Para sahabat
bertanya kepada beliau: 'Apakah kami boleh membunuhnya?' Rasulullah saw. menjawab:
'Tidak.' Dalam riwayat Muslim dikatakan: 'Lalu wanita itu dibawa menghadap Rasulullah
saw. Lalu beliau menanyakan masalah racun kepada wanita tersebut, wanita itu mengakui:
'Aku memang bermaksud membunuhmu.' Rasulullah saw. berkata: 'Allah tidak akan
memberikan kekuasaan kepadamu untuk melakukan hal itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)510

Kelima, beliau melarang membunuh wanita dalam peperangan.

Ibnu Umar r.a. berkata: "Aku menemukan seorang wanita yang terbunuh
pada salah satu peperangan Rasulullah saw. Lantas Rasulullah saw.
mengeluarkan larangan membunuh kaum wanita dan anak-anak." (HR
Bukhari dan Muslim)511

Keenam, beliau tidak mau mencaci seorang perempuan; beliau bahkan mendoakannya
supaya mendapat hidayah. Abu Hurairah berkata: "Aku mengajak ibuku yang masih
musyrik untuk masuk Islam. Suatu hari dia menjelek-jelekkan Rasulullah saw. di
hadapanku. Tentu saja aku merasa tidak senang. Aku menemui Rasulullah saw. sambil
menangis dan berkata kepada beliau: 'Wahai Rasulullah, aku mengajak ibuku masuk Islam,
namun dia menolak. Bahkan dia menjelek-jelekkanmu. Tentu saja aku merasa tidak
senang. Doakanlah kepada Allah semoga Dia berkenan memberikan petunjuk kepada
ibuku.' Rasulullah saw. berdoa: 'Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada ibunya Abu
Hurairah.' Aku pulang dengan perasaan gembira karena Nabi saw. telah mendoakannya.
Ketika aku datang (ke rumah)... ibuku membukakan pintu rumah, kemudian dia berkata:
'Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad
itu adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.'" (HR Muslim)512

5. Wanita dan Pencapaian Kesempurnaan

Abu Musa mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Telah sempurna dari kaum
lelaki banyak sekali tetapi belum sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiah isteri
Fir'aun dan Maryam binti Imran." (HR Bukhari dan Muslim)513

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Dari sabda Rasulullah saw. (Belum sempurna dari
kalangan perempuan kecuali Asiah istri Fir'aun dan Maryam binti Imran) yang
menggunakan uslub hashr (pembatasan) ini diambil dalil bahwa kedua wanita itu adalah

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (6 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

nabi, sebab golongan yang paling sempurna dari manusia adalah para nabi, kemudian
diikuti oleh para wali, siddiqun, dan syuhada. Jika kedua wanita itu bukan nabi, sudah pasti
dari kalangan wanita tidak ada seorang pun yang berpredikat wali, siddiqah, atau syahid.
Sebab pada kenyataannya sifat-sifat tersebut ada pada kebanyakan mereka. Seolah-olah
nabi berkata dalam haditsnya tersebut: 'Tidak ada yang diangkat menjadi nabi dari
kalangan wanita selain fulan dan fulan. Dan seandainya beliau berkata 'Tidak terdapat sifat-
sifat seorang siddiqah atau wali atau syahid kecuali pada si fulan dan si fulan,' maka hal itu
tidak benar karena adanya sifat-sifat tersebut pada wanita selain mereka. Lain halnya kalau
yang dimaksud hadits adalah kesempurnaan di luar para nabi. Maka hadits itu tidak bisa
dijadikan dalil tentang kenabian mereka karena adanya pengertian ini. Wallahu a'lam.
Berdasarkan ini, maka yang dimaksud dengan telah berlalu zamannya adalah bahwa hal
semacam itu tidak dialami oleh seorang pun dari wanita-wanita pada zaman Nabi saw."

Al-Qurthubi berkata: "Yang benar adalah bahwa Maryam adalah seorang nabi, sebab Allah
SWT telah menurunkan wahyu kepadanya melalui (perantaraan) malaikat
(Jibril)." (Sementara Iyadh berkata bahwa pendapat jumhur ulama bertolak belakang
dengan pendapat Al-Qurthubi).514 Sedangkan Asiah, tidak ada satu dalil pun mengenai
kenabiannya.

Al-Kirmaniy berkata: "Tidak mesti adanya kalimat mengenai kesempurnaan wanita dalam
hadits itu menunjukkan kenabiannya, sebab kalimat sempurna itu digunakan untuk
menunjukkan keutuhan sesuatu dan sampainya di batas penyelesaian dalam masalah itu.
Maka yang dimaksud disini adalah sampainya dia ke batas akhir dari semua sifat utama
yang dimiliki kaum wanita." Al-Kirmaniy berkata: "Telah diriwayatkan secara ijma
tentang tidak adanya kenabian pada wanita. Demikian katanya. Tetapi, riwayat yang
dikutip dari al-Asy'ari mengatakan bahwa sebagian wanita ada yang menjadi nabi. Jumlah
mereka enam orang, yaitu: Hawwa, Sarah, ibu Musa, Hajar, Asiah, dan Maryam ... dengan
alasan menurutnya adalah bahwa setiap orang yang datang kepadanya malaikat dan Allah
dengan membawa hukum berupa perintah, larangan, atau memberitahunya apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang adalah nabi. Telah tetap kedatangan malaikat kepada
mereka ini dengan membawa berbagai macam perkara dari sisi Allah SWT. Pernyataan
mengenai hal itu disampaikan dalam bentuk isyarat dalam Al-Qur'an. Ibnu Hazm
menyebutkan dalam kitab Al-Milal wan Nihal bahwa masalah ini belum diperdebatkan
kecuali pada masa dia berada di Cordova. Dikisahkan dari mereka berbagai ucapan dan
yang ketiganya adalah tawaqquf. Ibnu Hazm berkata: "Orang yang tidak mendukung
pendapat tentang adanya nabi dari kalangan wanita mendasarkan argumennya pada firman
Allah: 'Kami tidak mengutus sebelum kamu melainkan orang laki-laki.'" Ibnu Hazm
berkata: "Ayat ini tidak bisa dijadikan argumentasi mengenai tidak adanya seorang
perempuan yang dijadikan Allah sebagai nabi. Pembicaraan di sini sekitar masalah
kenabian saja." Ibnu Hazm berkata: "Aku bisa menegaskan hal itu dengan apa yang
disebutkan dalam kisah Maryam dan dalam kisah ibu Musa yang membuktikan
kenabiannya, mengingat begitu segeranya dia melemparkan bayinya ke laut begitu sampai
wahyu kepadanya untuk melaksanakan hal itu." Ibnu Hazm berkata: "Allah SWT

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (7 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

mengatakan setelah menyebut Maryam dan nabi-nabi yang sesudahnya --mereka yang
diberi nikmat oleh Allah atas mereka dari para nabi. Berarti Maryam termasuk dalam
umumnya firman Allah tersebut. Wallahu a'lam. Di antara keutamaan Asiah istri Fir'aun
seperti dia lebih memilih dibunuh di tangan raja dan menerima siksa dunia daripada
kesenangan di dalam istana raja. Kemudian firasatnya mengenai Musa a.s. benar; dalam
hal ini dia berkata: '(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku.'"515

Demikianlah sabda Rasulullah saw. dan pendapat ulama-ulama terkemuka yang tidak
sempat hidup pada zaman sekarang ini, zaman yang dinamakan sebagai zaman kebebasan
wanita. Para ulama tersebut berpegang teguh pada petunjuk Nabi saw., menanggulangi
jahiliah zaman mereka, dan tidak dikalahkan oleh khurafat-khurafat yang berlaku pada
zamannya yang berkaitan dengan hal merendahkan posisi wanita dan menzalimi haknya.
Demikianlah cara kita berpendapat untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesempurnaan
yang dapat dicapai oleh seorang wanita. Jika masalah kenabian wanita masih menjadi
ajang perselisihan pendapat di kalangan para ulama, mereka telah sepakat dan mengakui
tentang kemampuan seorang wanita menjadi seorang wali, siddiqah, atau syahidah.

Hadits-hadits tersebut mengingatkan kita pada beberapa perkara:

1. Tersedianya kesiapan fitri untuk mencapai kesempurnaan pada diri laki-laki dan
wanita. Artinya, kesempurnan tidak mustahil sama sekali bagi wanita dan bukan
hanya monopoli kaum laki-laki. Jika kesempurnaan itu mungkin saja dicapai, maka
mencapai tingkatan-tingkatan yang menuju pada kesempurnaan tentu lebih
mungkin lagi.
2. Jika kesempurnaan itu secara fitrah bisa dicapai, maka lebih mungkinnya dicapai
dengan pendidikan, pengarahan, upaya, dan usaha pencapaian yang sungguh-
sungguh, seperti halnya pada kaum laki-laki. Karena itu, kaum wanita perlu sekali
memperhatikan unsur usaha tersebut untuk mencapai kesempurnaan yang
didambakan. Penting sekali mereka membuka peluang-peluang pendidikan dan
pengarahan serta semua bidang yang dapat mengangkat kemampuan wanita serta
memperkuat dan mempertajam kesiapan fitrinya.
3. Selama kesiapan fitri untuk mencapai kesempurnaan itu ada pada wanita, maka
sedikitnya jumlah yang telah sempurna dari kalangan wanita dapat terjadi karena
beberapa kemungkinan. Diantaranya karena minimnya kesiapan fitri itu sendiri atau
karena lemahnya segi pendidikan dan pengarahan. Lemahnya segi pendidikan dan
pengarahan mungkin saja terjadi karena kelalaian orang-orang yang bertanggung
jawab mengenai pendidikan dan pengarahan tersebut, atau karena tekanan kondisi
khusus yang dihadapi kaum wanita. Artinya, segala tenaganya habis digunakan
untuk urusan kehamilan, melahirkan, menyusukan dan memelihara anak, serta
untuk hal-hal yang berkaitan dengan urusan dalam rumah. Sehingga tidak tersisa
lagi waktunya untuk merasakan siraman ilmu pengetahuan, ibadah, serta
memanfaatkan peluang-peluang pendidikan dan pengajaran yang ada. Padahal
semestinya wanita mendapat peluang yang sama untuk mendapatkan pendidikan

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (8 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

dan pengajaran dengan memperhatikan peluang atau kesempatan yang sesuai


dengan kondisi kewanitaannya, baik menyangkut waktu, tempat, maupun caranya.
Bagaimanapun sangat disayangkan karena banyak dari sistem yang ada disusun
hanya berdasarkan kondisi-kondisi kaum laki-laki tanpa mempertimbangkan
kondisi kaum wanita.
4. Ada pertanyaan yang melintas dalam benak kita: "Apakah hadits Nabi saw. itu
mengisyaratkan pada kesempurnaan yang telah dikenal, telah muncul, dan telah
termasyhur? Artinya, sudah banyak yang masyhur kesempurnaannya dari kalangan
laki-laki, sedangkan dari kalangan wanita hanya sedikit sekali? Bukankah contoh
dalam Al-Qur'an tentang Maryam binti Imran dan Asiah istri Fir'aun lebih
mendorong kita untuk melontarkan pertanyaan ini? "Dan Allah membuat istri
Fir'aun perumpamaan bagi orang orong yang beriman ketika dia berkata: 'Ya
Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum
yang zalim, dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami
tiupkan kedalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan
kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya, dan adalah dia termasuk orang
orang yang taat." (at-Tahrim: 11-12)
5. Jika kesempurnaan kaum wanita sedikit dalam bidang-bidang umum --artinya
bidang-bidang yang diikuti kaum laki-laki-- seperti ibadah, pendidikan, dakwah,
dan jihad sehingga karenanya yang terkenal dengan kesempurnaannya itu lebih
banyak dari kalangan laki-laki, sementara dari kalangan wanita tidak ada yang
terkenal kecuali sedikit, maka di sana ada bidang yang banyak terkenal
kesempurnaan wanita di dalamnya, yaitu dalam bidang-bidang yang khusus untuk
kaum wanita, seperti menyusukan anak dan memeliharanya, mengurus suami dan
mendidik anak-anak, serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan masalah ini.
Bidang-bidang seperti itu mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu tidak dikenal,
berlangsung secara sembunyi-sembunyi/diam-diam dan jauh dari perhatian orang,
serta jauh dari puji sanjung manusia. Artinya, wanita dalam hal ini berperan sebagai
prajurit/pahlawan tak dikenal. Pahlawan tak dikenal itu tingkatan-tingkatannya
adalah ada yang sedang, ada yang unggul, dan ada pula yang luar biasa. Demikian
pula halnya wanita dalam keluarganya. Tingkat keunggulannya bermacam-macam,
sampai ada, bahkan ada mereka yang mencapai tingkat sempurna. Semua bangsa,
semakin maju akan semakin menghargai dan menghormati pahlawan tak dikenal
lebih dari pada menghormati seorang panglima terkenal. Menghormati pahlawan
tak dikenal --yang dalam hal ini kita dihimbau untuk itu-- merupakan usaha dan
pengorbanan yang tersembunyi. Kita harus melakukannya tanpa menunggu dan
mengharapkan pujian dari seseorang. Kita juga dihimbau untuk itu mengingat
pahlawan tak dikenal merupakan lambang pengorbanan bangsa, kekuatan
kepribadian bangsa, serta kebesaran dan martabat bangsa. Demikian pula halnya
wanita ... Dia adalah pahlawan tak dikenal walaupun pada beberapa waktu --dan itu
tidaklah sering-- dia menjadi pahlawan yang dikenal. Dia adalah seorang pemimpin
yang tinggi kedudukannya, tetapi jarang sekali terkenal.

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (9 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

6. Hadits tersebut merupakan cambuk bagi wanita untuk lebih giat lagi mencari
kesempurnaan, agar banyak dari kalangan wanita yang mencapai kesempurnaan.
Begitu juga hadits: "Orang-orang yang kurang akal dan agama," memacu wanita
untuk mengganti kekurangan tersebut dengan usaha yang sungguh-sungguh dan
memperhatikan dunia di luar rumah disamping tetap harus memperhatikan urusan
rumah tangga dengan baik. Sebab Allah mencoba manusia dan mengujinya dengan
berbagai cara. Wanita diuji-Nya dengan haid dan nifas. Karena itu hendaklah kaum
wanita sabar menghadapinya dan menggantikan dengan amalan-amalan lain untuk
ibadah-ibadah yang tidak boleh dia lakukan karena haid dan nifas tersebut. Allah
juga mencoba wanita dengan kehamilan, menyusukan, dan memelihara anak yang
membuat lemah perhatian wanita terhadap apa yang di luar rumahnya. Karena itu
dia harus berusaha menangani kekurangan ini dengan cara sedikit memperhatikan
dunia di luar rumahnya sesuai dengan situasi dan kondisinya di samping tetap
memperhatikan urusan rumah tangganya dengan baik. Dengan begitu, jiwa dan
kepribadiannya akan semakin mantap dan matang. Allah juga mengujinya dengan
perasaan yang kuat dan emosi yang tinggi. Namun demikian dia harus tetap bergaul
dengan suaminya dengan baik dan harmonis serta tahu balas budi. Dengan cara itu
dia bisa bebas dari ancaman api neraka, dan yakinlah bahwa Allah itu tidak
membebankan kepada diri manusia kecuali dalam batas kemampuannya.
7. Terakhir sekali, kalau memang sudah ada yang sempurna, dari kalangan wanita
pada umat-umat terdahulu, meskipun jumlahnya sedikit, bukankah sudah menjadi
hak kita bahkan kewajiban kita, baik laki-laki maupun wanita, untuk mengharapkan
agar lebih banyak jumlah wanita yang sempurna pada umat Nabi Muhammad saw.?
Bukankah beliau sebagai Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat
dan beliau akan membanggakan kita kepada umat-unmat yang lain? Beliau diutus
sebagai rahmat bagi sekalian alam dan beliau diutus dengan risalah/misi yang
paling sempurna.

(sebelum, selesai Jilid 1)

Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)


Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (10 of 11)12/12/2005 7:53:39


Kebebasan Wanita

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

http://media.isnet.org/islam/Wanita/W1/Etika.html (11 of 11)12/12/2005 7:53:39

You might also like