You are on page 1of 60

MAKALAH

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH

Diajukan sebagai salah satu tugas Kelompok

Mata Kuliah Tafsir

Dosen :
Drs.H.Ahmad Syamsir,M.Si

Disusun oleh :
Acep Bagja A.N.K

Yuda Atma Nugraha

Jurusan :

Manajemen Dakwah

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010

Tafsir
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allh SWT. Kesejahteraan dan


keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan semua pengikutnya.
Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah TAFSIR. Ucapan terima kasih kami, kepada dosen-
dosen kami yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan
untuk berkarya selama penelusuran bahan-bahan di segala media,
dalam pribahasa dikatakan bahwa”tak ada gading yang tak
retak”dan “bukanlah gading bila tak retak”.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun perlu menyadari
sepenuhnya sebagai insan yang dianugerahi kelebihan disamping
keterbatasan diri. Oleh karena itu, makalah ini tidak akan selesai
tanpa pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Tak lupa pula
penyusun meminta saran dan kritiknya kepada pembaca makalah
ini apabila dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan.
Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita
semua. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi, umumnya bagi
pembaca sekalian.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari semua
pihak sangat diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga
bermanfaat.

Bandung, 3 Maret 2010

Penyusun,

Tafsir
Tafsir
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN TENTANG AYAT-AYAT RISALAH

A. QS. An-Nahl Ayat 36


B. QS. Al-Baqarah Ayat 121
C. QS. Al-Baqarah Ayat 136
D. QS. Al-Baqarah Ayat 213
E. QS. Al-Baqarah Ayat 214
F. QS. Al-Maidah Ayat 48
G. QS. Asy-Syaba’ Ayat 28
H. QS. Asy-Syu’ara Ayat 51
I. QS. Asy-Syu’ara Ayat 52
J. QS. Yunus Ayat 47

BAB III : ANALISIS

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Adanya Ilmu tafsir yaitu untuk penjelasan dan pemahaman,


dengan adanya Ilmu tafsir kita bisa mengetahui lebih rinci tentang
penafsiran AL-Quran. Karena tafsir menurut terminologi yaitu Ilmu
mengenai cara pengucapan lafadz-lafadz AL-Quran serta petunjuk
kandungan-kandungan hukum dan makna-makna yang terkandung
didalamnya.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi cara penafsiran.Dengan


adanya penafsiran ayat-ayat AL-Quran atau kaidah-kaidah penafsiran AL-
Quran yaitu supaya jelas dan metodenya yaitu melepaskan kepentingan-
kepentingan mazdhabnya dan menafsirkan AL-Quran sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh AL-Quran.Dan membuat sendiri kaidah-kaidah
penafsiran agar hasil penafsiran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penafsirnya. Adanya tafsir atau penjelasan kita bisa lebih jelas
mengetahui ayat-ayat penciptaan,peristiwa langit dan bumi dan ayat-ayat
lainnya.

Tafsir
Tafsir
BAB II

PEMBAHASAN
TENTANG AYAT-AYAT RISALAH

A. QS. An-Nahl Ayat 36

   


   
 
   
 
  
  

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat.


“Sembahlah Allah dan jauhilah thagut itu.” Maka diantara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesuadahan orang-orang yang mendustakan.(QS. An-
Nahl:36)

a. Penafsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Allah ta’ala memberitahukan ketertipuan orang-orang yang musyrik, dalih dan


hujah mereka melalui takdir. Mereka berkata, “Jika Allah menghendaki niscaya kami
tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia baik kami maupun bapak-bapak
kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa izin-Nya,” yaitu
mengharamkan unta bahirah, sa’ibah, dan washilah serat hal-hal lain yang mereka
haramkan berdasarkan seleranya sendiri.

Tafsir
Maksud ucapan mereka ialah apabila Allah ta’ala tidak menyukai perbuatan
kami, niscaya Dia akan mengingkarinya melalui siksa dan niscaya Allah Ta’ala tidak
akan memberikan kemungkinan kepada kami untuk melakukan hal seperti itu.

Maka Allah membantah kekeliruan mereka, “Maka tidak ada kewajiban atas
para rasul selain penyampai yang terang.” Yakni, tidaklah seperti yang kami duga.
Yang sebenarnya ialah perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras,
dan diutus pula rasul-rasul kepada setiap umat.

Semua rasul itu mengajak untuk menyembah Allah Yang Esa. “Sembahlah
Allah dan jauhilah thagut itu.” Seruan ini diberlakukan semenjak ada syirik ditengah-
tengah manusia yaitu pada kaum Nuh a.s.. Nuh merupakan rasul yang pertama kali
diutus oleh Allah kepada penduduk bumi hingga Dia mengakhiri dengan Muhammad
SAW. yang seruannya meliputi golongan jin dan manusia, mulai dari bumi belahan
timur hingga barat
Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah Kami mengutus seorang
rasul sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada-Nya bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” Sedangkan didalam surat ini
Allah nerfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang
rosul. ‘Hendaklah mereka menyembah Allah dan menjauhi thagut.’”Bagaimana
mungkin seorang musyrik dapat mengatakan, setelah pengutusan para rasul, bahwa,
“Jika Allah berkehendak niscaya kami tidak akan menyembah perkara selain Dia.”
Kehendaknya yang bersifat hokum dinegasikan dari mereka, karena Dia telah
melarang kaum musyrikin berbuat demikian melalui lisan para rosul.

Adapun kehendak-Nya yang bersifat kauniyah, kehendak ini memungkinkan


mereka melakukan hal itu sebagai takdir, sehingga tiada hujah bagi mereka dalam
kehendak kauniyah itu, Kemudian setelah Allah menciptakan si mukalaf itu dan dia
telah mencapai usia taklif serta ditawarkan kepadanya kekafiran dan keimanan, maka
sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Hal ini sejalan dengan pengetahuan Allah
bahwa dia akan memiliki kekafiran. Jika persoalannya demikian, pada celah manakah
kehendak kauniyah inidapat dijadikan hujah oleh orang kafir?.

Adapun menyangkut hal-hal yang nontaklifi, maka kehendak kauniyah ini


bersifat memaksa si mukalaf, misalnya Allah menciptakannya berkulit hitam atau buta

Tafsir
atau sifat yang lainnya yang tidak dapat dimasuki unsur ikhtiar (pemilihan) dan tidak
memberi celah untuk dipertanyakan dengan cara apa pun.

Kehendak kauniyah ini dapat dijadikan hujah oleh si mukalaf. Berdasarkan hal
ini, maka setiap kehendak kauniyah itu berkaitan dengan kehendak syar’iyah. Maka
pemilik kehendak syar’iyah sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk
menggunaka hujjah kauniyah. Wallahu a’lam. Dan Dialah yang memberi taufik
kepada kebenaran.

Kemudian Allah mengingkari bahwa Dia telah menyiksa mereka didunia


setelah diperingatkan oleh para rasul. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Maka
diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
diantaranya orang-orang yang pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan.”
Yakni, tanyakanlah persoalan orang yang menyalahi para rasul dan mendustakan
kebenaran, mengapa “Allah menghancurkan mereka dan menghancurkan orang-orang
kafir yang serupa denganny.”

Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan kepada Rasulullah SAW. bahwa


ambisinya untuk menunjukan meraka tidaklah berguna bagi mereka jika Allah telah
berkehendak untuk menyesatkan mereka. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala yang
memberitahukan Nuh tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Dan tidaklah bermanfaat
bagimu nasihatku, tatkala aku bermaksud menasihatimu, jika Allah telah berkehendak
untuk menyesatkan kamu.

” Dalam surat ini berfirman, “Jika kamu sangat menginginkan agar mereka
mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang
yang disesatka-Nya.” Barangsiapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak adaseorang
makhluk pun yang dapat menunjukannya selain Allah. “Dan sekali-kali mereka tidak
mempunyai penolong” yang menyelamatkan mereka dari azab dan siksa-Nya.
“Ketahuilah, kepunyaan Allahlah penciptaan dan segala urusan. Mahasuci Allah
Tuhan semesta alam.”

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Tafsir
Sungguh Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat sebelum
kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian, kemudian
rasul itu berkata kepada mereka, “Sembahlah Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dan jagalah diri kalian dari disesatkan oleh setan dan dihalang-halangi dari jalan
Allah sehingga kalian tersesat.”

Senada dengan ayat ini ialah firman Allah:

   


   
    
 

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah Aku oleh kalian.” (Al-Anbiya’,21:25)

Dan firman-Nya:

   


  
  
 


“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum
kamu, adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah
Ynag Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf,43:45)

Tafsir
Ringkasan, kehendak syar’i untuk kufur itu tidak ada, karena Allah Ta’ala
telah melarang hal itu melalui lisan para rasul-Nya. Sedang kehendak kauniyah, yaitu
menetapkan dan mentakdirkan hamba-hamba-Nya untuk kufur, sesuai dengan ikhtiar
mereka sendiri dan karena mereka menunjukan keinginannya kepada pencapaian
sebab-sebab kekufuran tersebut.

Dalam hal ini, mereka tidak mempunyai hujjah, karena Allah Ta’ala telah
menciptakan neraka dan menjadikan penghuninya dari setan-setan dan orang-orang
kafir. Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya. Dalam hal ini Dia
mempunyai hujjah yang kuat dan hikmah yang sempurna.

Kemudian Allah menjelaskan, bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-


hamba-Nya yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia,
setelah para rasul memberi peringatan kepada mereka.

Diantara orang-orang yang Kami telah mengutus para rasul Kami kepada
mereka, ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diberkati untuk membenarkan
mereka, menerima petunjuk, dan mengerjakan apa yang mereka bawa, sehingga
mereka beruntung, berbahagia dan selamat dari azab-Nya. Ada pula yang
menyimpang dari jalan lurus, lalu kufur kepada Allah, mendustakan para rasul-Nya
dan mengikuti thagut, sehingga Allah membinasakan mereka dengan siksa-Nya, dan
menurunkan azab-Nya yang sangat keras, yang tidak bisa ditolak dari kaum yang
durhaka.

Dari firman Allah ini kita mengetahui, bahwasannya Allah mengutus rasul-
rasulnya untuk menyeru hamba-hambanya kepada kebajikan, mengikuti perintah,
meninggalkan sembahan berhala, menjauhkan diri dari perbuatan haram. Inilah makna
Hidayah dan makna Daialah yang dilaksanakan oleh rasul.

Kemudian setelah itu terserah Umat itu sendiri untuk menerima atau menolah
seruan rasul. Maka diantara mereka yang beriman dan ada pula diantara mereka yang
tetap dalam kekafiran. Oleh karena itu Allah menyiksa orang –orang yang
mengingkari laranganya dan memberi pahala terhadap orang yang mentaati-Nya.

Berjalanlah dimuka bumi yang dihuni oleh kaum yang dzalim, dan dinegeri-
negeri yang mereka makmurkan, seperti perkampungan Ad, Samud, dan orang-orang
yang mengkuti jejak mereka, yang telah dipastikan kesesatannyam kemudian

Tafsir
perhatikanlah bekas-bekas kemurkaan Kami kepada mereka, mudah-mudahan kalian
dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa mereka.

Selanjutnya Allah berbicara kepada rasul-Nya saw., guna menghibur beliau


dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan penetapan kaumnya
yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka beriman, dan guna
menjelaskan, bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau
tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikit pun.

c. Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

Selanjutnya ayat ini menghibur Nabi Muhammad saw.dalam


menghadapi para pembangkang dari kaum beliau. Seakan-akan
ayat ini menyatakan:Allah pun telah mengutusmu,maka ada di
antara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang
membangkang. dan keadaan yang engkau alami itu sama juga
dengan yang dialami oleh para Rosul sebelummu,

karena sesungguhnya kami telah mengutus rosul pada setiap


umat sebelum kami mengutusmu,lalu mereka menyampaikan
kepada kaum mereka masing-masing bahwa:”sembahlah Allah
yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh pengagungan kepada
tuhan Yang Maha Esa saja, jangan menyembah selain-Nya,apa dan
siapapun,dan jauhilah Thaghut yakni segala macam yang
melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan kepatuhan
kepada Tirani Ajaklah para rosul itu telah diketahuioleh umat-umat
masing-masing rosul maka di antara mereka yakni umat para rosul
itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga
Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah,dan ada
pula diantara mereka yang keras kepala, lagi bejat hatinya sehingga
mereka menolak ajakan rosul mereka dan dengan demikian telah
menjadi pasti atasnya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri
itu.

Tafsir
Wahai umat Muhammad,jika kamuragu menyangkut apa yang di
sampaikan Rosul,termasuk kebinasaan para pembangkang maka
berjalanlah kamu semua di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan para pendusta rosul-rosul.

Kata Thaghut di ambil dari kata Thagha yang pada kulanya


berarti melampaui batas. Ia bisa di pahami juga dalam arti berhala,
karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk
dan melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan,
pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.

Hidayah(petunjuk) yang di maksud ayat diatas adalah Hidayah


khususdalam bidang agama yang di anugrahkan oleh Allah kepada
mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.secara panjang lebar macam-macam
Hidayah Allah telah menuliskan bahwa ketika mentafsirjan Q.S Al-
Fatihah.di sana antara lain penulis kemukakan bahwa dalam dalam
bidang petunjuk keagamaan,Allah menganugrahkan dua macam
hidayah.pertama hidayah menuju kebahaigian duniawi dan
ukhrawi,cukup banyak ayat-ayat yan menggunakan akar
.hidayah,yang mengandung kata makna ini misalnya

  


 

52. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk


kepada jalan yang lurus.(QS,Asy-Syura42:52)

Tafsir
 

 
 

dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri .17
petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada
petunjuk (QS.Al-Fusilat 41:17) kedu Hidayah ini serta kemampuan
melaksanakan isi hidayah itu sendiri ini tidak di lakukan kecuali
:oleh Allah swt,karena itu ditegaskannya bahwa
   
  
  
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada “
orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
(dikehendaki-Nya,(QS,Al-Qhasas 28:56

Allah menganugrahkan kedua hidayah ini kepada mereka yang


benar-behar ingin memprolehnya dan melangkahkan kaki guna
.mendapatkannya

Ketika berbicara tentang hidayah,secara tegas ayat diatas


menyatakan bahwa allah telahmenganugrahkannya, berbeda ketika
menguraikan tentang kesesatanhal ini menyatakan bahwa
kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali
dari Allah tetapi dari mereka sendiri memeng ada ayat-ayat yang
menyatakan bahwa ‘Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki’
tetapi kehendak-Nya itu terlaksana setelah yang bersangkutan
sendiri sesat..

Tafsir
               
       
       

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah


memalingkan hati mereka[1473]; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik.[1473] Maksudnya karena mereka
berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat
dan bertambah jauh dari kebenaran(QS.As-shaf 61:5)

Selain dalam surat An-Nahl tafsiran ayat tentang risalah dapat dijelaskan juga dalam
surat Al-baqarah :Ayat 121
B. QS.Al-Baqarah Ayat 121

 
  
 
  
  
 

“Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan mereka


membacanya dengan benar adalah mereka yang beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang kafir terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.”(121

a. Penafsiran Ayat menurut Ibnu Katsir

Tafsir
Ibnu Jarir berkata, “Yang dimaksud oleh firman Allah ‘Orang-orang Yahudi
dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka’ ialah,
‘Hai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu selamanya
sebelum kamu mengikuti apa yang mereka sukai dan setujui. Maka carilah keridhaan
Allah dimana kamu diutus dengan hak dalam keridhaan itu.”

Firman Allah, “Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan
mereka membacanya dengan benar serta mereka itu neriman kepadanya.” Said dan
Qatadah berkata, “Mereka adalah para sahabat Nabi saw..” Ibnu Mas’ud berkata,
“Demi Zat yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya sesungguhnya yang dimaksud
dengan membaca secara benar ialah menghalakan apa yang dihalalkannya,
mengharamkan apa yang diharamkannya, dan membacanya sebagaimana ia
diturunkan Allah, tidak mengubah satu kalimat pun dari tempatnya, dan jangan
menakwilkan sesuatu kepada maksud yang tidak seharusnya.(114), yang artinya :

“Sesungguhnya apabila beliau sedang membaca Al-Qur’an dan melewati


ayat rahmat, maka beliau memohon. Dan apabila melewati ayat azab, maka beliau
berlindung (ta’awudz)

Firaman Allah, “Adalah mereka yang beriman kepadanya” merupakan khabar


dari penggalan “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab dan mereka
membacanya dengan benar.” Yakni, barangsiapa diantara Ahli Kitab yang
menegakkan Kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-
benarnya, maka dia akan beriman kepada kitab yang dibawa olehmu, Muhammad,
sebagai utusan. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab,
kamu tidak memiliki pegangan apa pun sebelum kamu menegakkan Taurat dan Injil
serta kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.’” Yakni, jika kamu
menegakkannya dengan benar, mengimaninya dengan sungguh-sungguh,
membenarkan berita-berita yang terdapat didalamnya, diantaranya tentang diutusnya
Muhammad, sifat dan gambaranya, serta perintah untuk mengikuti, menolong, dan
membantunya, maka hal itu membimbingmu kepada kebenaran dan mengikutinya
didunia dan akhirat.

Tafsir
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengikuti
Rasul, Nabi yang umum, yang mereka menjumpai namanya tertulis dalam kitab
mereka, yaitu Taurat dan Injil.” Dan Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila mereka
berserah diri, berarti mereka mendapat petunjuk. Dan apabila mereka berpaling, maka
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan, dan Allah Maha Melihat terhadap
hamba-hamba-Nya.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang kafir
terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi” sebagaimana Allah
berfirman, “Barang siapa diantara golongan-golongan itu yang kafir terhadapnya,
maka neraka merupakan tempatnya. “Dlama kitab sahih dikatakan (115),

Demi Zat yang jiwaku ada dalam Kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang dari
umat ini, yahudi dan Nasrani yang mendengar tentang aku kemudian dia tidak
beriman kepadaku melainkan ia akan masuk neraka.”

b. Penafsiran menurut Al-Maraghi

Diantara ahli kitab ada yang mempelajari Kitab Taurat dengan penuh
pengertian, hingga mampu memahami secara detail. Mereka juga menjaga kefasihan
kata-katanya dan memikirkan makna yang dikandung, disamping memahami hukum
dan rahasia-rahasianya. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui bahwa yang
dibawa Muhammad adalah kebenaran. Karenanya, golongan ini msu berimsn kepada
Rasulullah saw. dan memakai petunjuk yang lurus ini. Diantara mereka, Abdullah
ibnu Salam dan kaum Yahudi lain yang mengikuti jejaknya.

  


  
 


Artinya, “siapa pun yang kufur kepada apa yang diturunkan kepada
Muhammad setelah masalah tersebut jelas sebagai kebenaran, mereka adalah para
pemimpin yang keras kepala dan orang-orang bodoh terhadap perkataan orang-
orang kelompok pertama. Mereka adalah orang-orang yang rugi karena kehilangan

Tafsir
kebahagiaan di dunia, kemuliaan, kejayaan yang Allah anugerahkan kepada siapa
saja yang membela agama-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman :

  


   
   
   
  
  
  
  
  
   


“. . . Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya . . .”


(Al-Haj,22:40)

Mereka juga rugi diakhirat dan tidak menikmati surga,tapi mereka itu adalah
berhak mendapat siksa yang Allah sediakan untuk mereka.

Perbuatan yang menyebabkan mereka kufur, terkadang merubah isi kitab –


yang membawa berita gembira kedatangan Nabi, sehingga kitab mereka tidak sesuai
dengan kenyataan. Semua itu karena mereka hanya bermaksud memuaskan hawa
nafsu belaka. Terkadang mereka mengesampingkan kitab yang mereka pegang.
Mereka pun menganggap cukup berpegangan pada ulama’-ulama yang telah
melakukan penambahan didalam kitab Taurat itu sendiri Prinsip yang mereka pegang
telah dijual dengan harga murah untuk mengejar kenikmata dunia yang fana ini.

Tafsir
Berpaling Dari Al-Qur’an berarti Menghina Allah.

Ayat diatas mengandung pula isyarat yang menunjukan bahwa orang yang
membawa Al-Qur’an tanpa berpikir makna yang dikandung, sama dengan tidak
beriman. Sebenarnya, meerka pun mengetahui bahwa didalam itu terkandung hidayah
Allah. Dan sudah barang tentu pengertian tersebut tidak bisa meresap didalam hati
tanpa merenungkan kandungan maknanya.

Masalah ini merupakan pelajaran bagi kita, sebagaimana difirmankan Allah :

   


  
   
  
  
   
 

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-


orang yang mempunyai akal. . . . (Yusuf, 12 :111)

Sepantasnya, hal tersebut menjadi pendorong bagi kita untuk lebih mendalami
Al-Qur’an ketika kita membaca. Dengan demikian, bacaan itu tidak berhenti dari
mulut,seperti perintah al-Qur’an

 
  
 

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an,ataukah ahti mereka “


(terkunci?”(Muhammad, 47:24

Dan Allah berfirman dalam ayat lainnya :

Tafsir
  
 
 
 

“. . . supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran


orang-orang yang mempunyai pikiran.”(Shad,38: 29)

Tetapi sangat disanyangkan juga semua ayan dan pelajaran tentang masalah
ini, sedikit pun tidak melekat didalam hati. Mereka hanya taqlid kepada orang-orang
yang dikecam Al-Qur’an. Sehingga hujjah Al-Qur’an memukul sikap mereka.

Ada sebuah hadits yang mengatakan :

“Barang siapa yang membaca kemudian berpaling dari kandungan Al-


Qur’an, berarti menghina Tuhan. Perumpamaanya sama dengan orang yang
mengirim surat dengan kepada seorang teman untuk tujuan tertentu. Kemudian surat
tersebut dibaca oelh teman tersebut berkali-kali dan melagukan isinya yang ditulis
dengan gaya bahasa indah dan merayu. Tetapi sedikit pun ia tidak memperhatikan isi
surat yang dikirimkan itu. Kemudian, apakah sipengrim tidak merasa dihina?”

Karenanya, wajib bagi setiap Mu’min di setiap masa dan mana mereka berada
hendaknya memperhatikan kandungan Al-Qur’an, memahami kemudian
mengamalkan seluruh isinya.

Jika ternyata ada seorang yang buta huruf, hendaknya ia minta tolong kepada
orang lain untuk membacanya dan memberi pengertian kepadanya tentang makna
yang dikandung.

b. Penafsiran menurut al-Misbah

Setelah mengancam siapa diantara ahli kitab yang wajar diperingati dan
diancam karena mengubah kandungan Al-Kitab, dijelaskan disini kelompok yang
wajar mendapat berita gembira. Mereka adalah orang-orang yang telah kami berikan
Al-Kitab yakni Taurat atau injil, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya.

Tafsir
Yakni mengikuti tuntunannya secara baik dan sempurna serta sesuai dengan
apa yang diturunkan Allah atnpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada,
mereka itu yakni yang sungguh tinggi kedudukanya disisi Allah beriman kepadanya,
yakni kepada kitab suci itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Dan
barang siapa yang ingkar kepadanya yakni kepda kitab suci atau petunjuk Allah maka
mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benar rugi, celaka dan
binasa.

Dan bacaan diatas, al-Qur’an tidak menggenelarisir. Ada kelompok diantara


Ahli kitab yang sikapnya tidak seperti yang digambarkan oelh ayat sebelum ini.
Memang kelpmpok ini tidak terlalu banyak sebagaimana di isyaratkan pada yat-ayat
yang lalu, misalnya ayat 100. tetapi, betapa pun kecilnya, mereka ada. Dan agar tidak
menimbulkan kesalahan penilaian, surah al-baqarah menggaris bawahi keberadaan
mereka.

Kalimat ( ) mereka membacanya dengan bacaan yang


sebenarnya, yakni membaca Al-Kitab, taurat ataui ijnil redaksi yang mereka baca
adalah redaksi asli kitab suci itu. Mereka juga membaca dengan tekun sambil
memepelajari ssungguh-sungguh dengan kandungannya, lalu mengikuti bacaan itu
dengan pengamalan yang benar. Ini dipahami demikian karena kata kerja ( )
pada mulanya berarti mengikuti.

Yang membaca mengikuti apa yang dibacanya huruf demi huruf dan
membunyikan huruf-huruf itu dengan lidah atau hatinya. Dari sini ia bisa diartikan
membaca. Tetapi dia dapat juga mengikuti tuntunanya dengan pengamalan.
Penafsiran penggabung kedua makna tersebut dan hal ini tidak bertentangan karena
itu. Dalam pandangan ulama tidak salahnya menggabung sekian makna yang berbeda
selama makna-makna itu tidak bertentangan.

Akhirnya, walau telah berulang kedurhakaan dan pelanggaran janji-janji oelh


mereka, Allah masih mengajak mereka pada akhir ayat dalam kelompok ini dengan
ajakan yang dikemikan awal ayat kelompok ini.

Betapapun bermacam-macam makna yang dapat dikandungannya yang pasti


bahwa ayat ini ingin menjelaskan bahwa rejeki yang di raih seseorang adalah
bersumber dari Allah dan bahwa rejeki itu tidak dapat dijadikan ukuran cinta dan
kedudukan seseorang disisnya.

Tafsir
C. QS. Al-Baqarah Ayat 136

  


   
  
 
 
  
  
   
  
  

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan


kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya, kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan kepada yang
diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang rasul pun diantara mereka, dan kami hanya berserah diri kepada-
Nya.”(136)

a. Penafsiran menurut Ibnu Katsir

Allah SWT membimbing hamba-hamba-Nya yang beriman supaya


mempercayai secara rinci apa yang diturunkan kepada mereka melalui Rasulullah
Muhammad SAW. dan mempercayai secara global apa yang diturunkan kepada para
Nabi terdahulu. Allah mengeksplisitkan individu-individu rasul tertentu dan
mengglobalkan cerita para nabi lainnya.

Mereka diperintahkan supaya tidak membeda-bedakan seorang rasul pun


diantara mereka, namun harus iman kepada seluruhnya dan tidak menjadi seperti
orang yang diterangakan Allah dengan “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-
rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian (dari rasul-rasul itu),

Tafsir
dan kami kafir terhadap sebagian yang lain,’ serta bermaksud (dengan perkataan itu)
mengambil jalan (lain) diantara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-
orang yang kafir sebenar-benarnya.” (an-Nisa’: 150-151) ,”Abul Aliyah, Rabi’, dan
Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud al-asbath ialah anak Yakub yang
berjumlah 12 orang anak laki-laki yang masing-masing melahirkan umat manusia.
Oleh karena itu, mereka disebut asbath. Yang dimaksud asbath dalam ayat ini adalah
Keturunan Bani Israel.

Firman Allah “Kepada apa yang diturunkan,” maksudnya wahyu yang


dturunkan kepada para nabi dari kalangan Bani Israel, sebagaimana Musa berkata
kepda mereka,”Ingatlah akan nikmat Allah yang diberikan kepadamu tatkala Dia
menjadikan para nabi dari kalanganmu dan menjadikan sebagaimana penguasa.” Ibnu
Abi hatim meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Mu’qil bin Yasir, dia
berkata bahwa RAsulullah saw. bersabda(136)

“ Berimanlah kamu kepada Taurat, Zabur, dan Injil serta Al-Qur’an akan
meluaskanmu.”

Tafsir
c. Penafiran menurut Al-Maraghi

Artinya, katakanlah oleh kalian bahwa kami beriman kepada semua Nabi dan
Rasul. Kami pun taat dan tunduk kepada Tuhan semesta alam. Kami sekali-kali tidak
akan mengingkari salah satu diantara ajaran yang mereka anjurkan dimasanya.
Bahkan kami yakin secara ijmal, dan kami tidak menghiraukan apa yang terjadi pada
ajaran-ajaran mereka, baik itu perubahan ataupun penyelewengan. Itu bukanlah
urusan kami.

Kan halnya iman secara terperinci hanya kepada apa yang diuturunkan kepada
kami saja.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurarah bahwa ahli
kitab jika membaca kitab Taurat menggunakan bahasa Ibrani, kemudian
menafsirkannya dengan bahasa Arab agar dapat didengar oleh umat islam. Kemudian
rasul bersabda kepada uamt Islam.

“Janganlah kalian memepercayai ahli kitab dan jangan mengingkari mereka.


Tetapi katakanlah kami beriman kepada Allah.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari Mi’qal.

“Berimanlah kepada kitab Taurat dan injil, serta kuasailah Al-Qur’an”

Artinya, kami bukanlah orang-orang yang beriman kepada sebagian Nabi, lalu
mengingkari sebagian lainnya, seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Mereka menolak
Nabi Isa dan Muhammad, tetapi mengakui Nabi-nabi lainnya. Kami hanya beriman
dan menyaksikan bahwa semuanya adalah Rasul Allah yang diutus membawa
kebenaran dan hidayah.

Tafsir
Artinya, kami tunduk kepada Allah dan menyembah-Nya yang demikian
adalah iman secara benar. Sedangkan kalian tidak, bahkan kalian adalah para
pengabdi nafsu.

D. QS. Al-Baqarah ayat 213:

   


  
 
  
  
  
   
   
  
 
  
  
  
  
   
 

213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul


perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang
benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang
Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka
kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
Tafsir
tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.
dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.

a. Penafsiran Ayat menurut Ibnu Katsir

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,”Manusia antara Adam
hingga Nuh hidup selama sepuluh abad dan semuanya memegang syari’at Al-Haq.
Kemudian, mereka berselisih. Maka Allah mengutus para nabi yang menyampaikan
kabar gembira dan memberi peringatan.

Ada pula sejumlah pendapat lain, namun yang sahih adalah pendapat Ibnu
abbas karena pendapat itulah yang paling sahih sanad dan maknanya. Sesungguhnya
mereka itu memeluk agama Adam sebelum mereka menyembah berhala. Kemudian,
Allah mengutus kepada mereka Nuh as. , maka dia merupakan rasul pertama yang
diutus Allah ke muka bumi.

Oaleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman” Dia menurun kan bersama mereka
Al-Kitab denaga hak untuk memutuskan ihwal perkara yang mereka perselisihkan.
Dan, tidaklah menyalahi kitab itu melainkan orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu
setelah dattang kepada mereka penjelasan-penjelasan karena kedengkian mereka
diantara mereka.” Maksudnya setelah ditegakan terhadap mereka hujjah-hujja.

Yang mendorong mereka berselisih ialah kedengkian di antara mereka. “Lalu


Allah menunjukan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka
perselisihan itu dengan kehendak-Nya dan Allah menunjukan orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” Berkaitan dengan firman Allah, “Lalu
Allah menunjukan orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselsihkan
itu dengan izin-Nya”, Abdur Razak meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata
bahwa Nabisaw., bersabda(295), yang artinya :

“Kita adalah umat terakhir namun awal pada hari kiamat kita adalah
manusia yang pertama-tama masuk surga, sementara mereka telah diberi kitab
setelah mereka. Lalu Allah menunjukan kita dengan izin-Nya kepada kebenaran yang

Tafsir
mereka perselisihkan. Hari inilah yang dahulu mereka perselisihkan kemudian Alah
menunjukan kita. Manusia lain mengikuti kita, besok untuk orang-orang Yahudi, dan
lusa untuk orang-orang Nasrani.”

Firman Allah, “dengan izin-Nya,” maksudnya berdasarkan pengetahuan-Nya


tentang mereka dan berdasarkan apa yang telah Allah tunjukan kepada mereka.
Demikian menurut pendapat Ibnu Jarir. “dan Allah menunjukan orang yang
dikehendaki-Nya” diantara makhluk-Nya “kepada jalan yang lurus”, yakni kepunyaan
Allahlah hujah yang baik dan membungkam. Dan shahihain dikatakan dari Aisyah
bahwa apabila Rasulullah saw., mendirikan shalat malam maka beliau bersabda(296),
yang artinya :

“Ya Allah, Tuhan malaikat jibril, Mikail dan Israfi;. Tuhan pencipta langit
dan bumi, yang mengetahui perkara gaib dan tampa. Engkaulah yang memutuskan
diantara mereka tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukanlah aku
kepada kebenaran yang diperselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau
menunjukan orang yangEngkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” (HR.Bukhari
dan Muslim)

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar


memasuki agama Islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama
lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan
perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan kepadanya
hidayah dari Tuhannya.

Sebenarnya mereka meninggalkan perbuatan perbuatan yang dilarang oleh Al-


Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah Ilahiah. Selanjutmya, Allah menuturkan
bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, slalu menitikberatkan tindakannya
kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang
pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan sebentar. Barang sapa berprilaku
seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan
teman sendiri.
Tafsir
Dalam ayat ini, Allah menuturkan selanjutnya bahwa memakai petunjuk para
nabi merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan umat
manusia bagaikan umat yang sati, di mana antara satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-
masing.

Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi
kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti kongkrit yang memperkuat
kebenaran kenabian mereka.

Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi Alah
Yang Maha Kuasa dan Yang Memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha
Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatu pun yang luput
dari pengetahuan-Nya.

c.Penafsiran ayat menurut Al-Misbah

Mari kita kembali pada rujukan awal, diatas ada kata; manusia sejak dahulu
adalaha umat yang satu, ada ulama yang mengaitkan penggalan ayat ini dengan ayat
Al-Qur’an surat Yunus:[10];9

  


 
 
  
  
 

9. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka Karena
keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di
dalam syurga yang penuh kenikmatan.

Tafsir
[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan
amal-amal yang menyampaikan surga.

Dan yang menyatakan, manusia hanyalah satu umat kemudian mereka


berselisih, ayat yang diata dibahas ini kata mereka, perlu disisipi kata “mereka
berselisih” dan yang ada pada surat Yunus itu, sehingga dipahami bahwa tadinya,
yakni dahulu, manusia hanyalah satu umat dalam kepercayaan tauhid, tetapi setelah
itu tidaklah demikian, karena mereka adlah satu umat, dan Allah menciptakan mereka
sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan.

Mereka sejak dahulu hingga kini dapat hidup jika saling membantu sebagai
satu umat, yaitu kelompok yang memiliki sebuah persamaan dan sebuah keterkaitan
kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-bead dalam propesi dan
kecenderungan yang ini dapat menyiapkan satu jenis kebutuhan yang lain pula untuk
dirinya dan orang lain.

Tetapi manusia tidak mengetahui sepanuhnya, bagaimana cara memperoleh


kemaslahatan mereka, tidak juga bagaimana mengatur hubungan antar mereka, atau
bagaimana menyelesaikan perselisihan mereka, disisi lain manusia memiliki sifat
egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu sehingga dapat menimbulkan
perselisihan.

Karena itu maka Allah mengutus para Nabi untuk menjelaskan ketentuan-
ketentuan Allah dan menyampaikan petunjuknya sambil menugaskan para nabi itu
sebagai pemberi kabar gembira bagi yang mengikuti petunjuk itu dan pemberi
peringatan bagi yang enggan mengikuti_Nya

Allah menurunkan kepada mereka kitab yang benar. Perhatikanlah redaksi ini
walaupun penggalan ayat yang sebelumnya menunjuk di utusnya banyak nabi,namun
kaya kitab dikemukakan dalam bentuk tunggal bukan jamak Ini karena prinsip ajaran
ilahi yang dibawa oleh nabi-nabi itu, serta yang tercantum dalam kitab-kitab yang
diturunkan.

pada hakekatnya sama, sehingga ia seakan-akan hanya satu kitab, semua nabi
membawa ajaran tauhid, kepercayaan akan adanaya hari kaimat, malaikat, diutusnya
para Rasul yang mengajarkan shalat, puasa, haji, zaikat, dan menganjurkan kebaikan
serta mencegah kemungkaran. Kitab tersebut diturunklan bersama mereka Allah

Tafsir
kemudian para Nabi melalui kitab itu memberi keputusan diantara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan.

Tetapi pada kenyataanya tidak demikian, kitab tersebut setelah berada


ditengah-tengah umat tidak mereka jadikan rujukan dalam menyelesaikan
perselisihan, bahkan mereka berselisih dan sungguh aneh, yang berselisih adalah
mereka yang menerimanya. Dan itulah yang dimaksud dengan tidak berselsih tentang
kitab itu melainkan orang yang telah didatangkang kepada mereka kitab itu.

Mengenai penolakan dan perselisihan bukan karena kitab yang diturunkan


tidak jelas, tetapi mereka berselisih setelah dating kepada keterangan-keterangan yang
nyata. Penolakan dan perselisihan itu disebabkan oleh dengki antara mereka sendii,
dan kedengkian lahir dari keinginan untuk mengambil sesuatu selain yang diambil,
mengambila sesuatu yang tidak berhak dimiliki.

jika itu terjadi pasti perselisihan muncul, apalagi jika yang diperebutkan itu
sesuatu yang terbatas, seperti gemerlap dunia. Bila ini terjadi , persaingan tidak sehat
pasti muncul pada gilirannya menghasilkan kedengkian antara mereka sendiri.

Jika demikian keadaan mereka yang merendahkan orang-orang yang beriman


serta mengejar gemerlap duniawi dengan melupakan tuntunan kitab suci, maka tidak
demikian keadaan mereka yang mengindahkan tuntunan kitabnya.

“Allah memberi petunjuk orang-orang yang nberiman kepada kebenaran


tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya”.

Dengan demikian, mereka tidak bingung, tidak juga terperdaya oleh gemerlap
duniawi yang dinikmati oleh orang-orang kafir. Allah selalu memberi petunjuk,
melebihi petunjuk yang sebelumnya telah dianugrahikan-Nya kepada orang-orang
yang dia kehendaki menuju jalan yang lebar dan lurus, tanpa hambatan.

E.

Tafsir
Al-Baqarah ayat 214

   


  
   
 
 
  
 
  
     


214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,


padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-
orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

a. Penafsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga?”
sebelum kamu dicoba dan diuji sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang
sebelum kamu. Oleh karena itu, Allah berfirman, “padahal belum dengan kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sbelum kamu.

Tafsir
Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan,”berupa penyakit dan
kematian. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan sejumlah tabi’in mengatakan, “Yang
dimaksud dengan al-ba’sa ialah kemiskinan, sedangkan adh-hdara’ artinya rasa sakit.
“Serta diguncangkan,” yakni digentarkan oleh musuh-musuh dan diuji dengan ujian
yang sangat berat. Sebagaimana hal itu dekemukakan dalam hadits sahih dari Khabab
bin al-Aruit, dia berkata(297), “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memintakan
tolong untuk kami, mengapa engkau tidak berdoa untuk kami?” Beliau bersabda,
“Sesunggihnya orang-orang yang sebelum kamu ada yang digergaji dan terbelah
kepalanya hingga diantara kedua kakinay, tapi itu tidak memalingka dari agamanya.

Ada pula orang yang tubuhnya disisr besi hingga dagingnya terkelupas dari
tulangnya, namun hal itu tidak memalingkan dari agamanya.” Beliau kemudian
melanjutkan, “Demi Allah, sesungguhnya Allah benar-benar akan menuntaskan
perkara ini sehingga seorang senunggang yang berjalan dari Shan’a ke Hadramaut
tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan serigala hanya mengkhawatirkan domba
mangsanya. Namun kalian adalah yang grasa grusu.

Firman ini seperti firman lainya, “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan dan sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” demikian pula
itu turun bersama pertolongan. Dalam sebuah hadits dikatakan(298), yang artinya :

“Tuhanmu kagum atas keputusan hamba-hamba-Nya dan kecepatan


datingnya peryolongan-Nya Allah melihat mereka yang berputus asa. Kemudian Dia
tertawa karena Dia mengetahui bahwa hilangnya kesusahan mereka sudah
dekat.”(Al-Hadits)

d. Penafsiran menurut Al-Maraghi

Pada ayat yang telah lalu, Allah memerintahkan mereka agar sepakat dan
damai. Kemudian, Allah menjelaskan bahwa mani\usia itu satu sama lainnya saling
ada ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membutuhkan
bantuan dan pertolongan sesamanya, oleh karena itu banyaknya kebutuhan dan
beraneka ragamnya tuntunan hidup. Kondisi semacam ini jelas mengundang
Tafsir
timbulnya persengketaan ataupun permusuhandiantara mereka. Dengan demikian,
munculah kebutuhan akan undang-undang yang bersifat menyeluruh dan syari’at yang
membatasi hak masing-masing.

Akhirnya sampailah akal mereka pada suatu kesimpulan dalam upaya mereka
mencariu hukum yang tidak dipersengketakan kebenarannya dan tidak mengundang
perselisihan diantara mereka, yaitu hukum yang datang dari Allah. Kemudian, Allah
menuturkan kemurahan dan kebaikan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, yaitu dengan
mengutus para nabi untuk mereka yang dibekali dengan kitab dari sisi-Nya, guna
memutuskan hal-hal yang dipersengketakan oleh mereka. Selanjutnya Allah
menuturkan dalam Kitab-Nya perselisihan orang-orang yang telah diberikan Kitab,
dimana mereka telah menyalahgunakan isi kitabullah dengan tidak menjadikannya
sebagai alat menuju kesatuan dan kesepakatan, tetapi bahkan menjadikannya sebagai
alat perpecahan dan perselisihan.

Setelah menuturkan hal tersebut, kembali Allah memberi petunjuk kepada


orang-orang yang benar-benar beriman, agar dalam menyelesaikan semua perselisihan
diantara mereka selalu kembali dan berpegangan kepada Kitabullah. Disamping itu, Ia
menjelaskan pula bahwa orang-orang yang berupaya mencari jalan keluar dari
kemelut perselisihan dan persengketaan ini, akan menjadi sasaran lemparan orang-
orang yang sedang bersengeketa, meskipun niat mereka baik.

Pada ayat ini Allah berpesan kepada kaum mukminin agar mereka berlaku
sabar dan teguh dalam menhadapi segala kesulitan yang menimpa mereka akibat ulah
kaum kuffar, sebagaimana para nabi dan pengikutnya pun sabar dan teguh dalam
menghadapi semua rintangan dan kesusahan, sehimgga akhirnya mereka berhasil
mendapatkan kemenangan dan tercapailah cita-cita mereka.

Diriwayatkan, bahwa ayat ini diturunkan ketika terjadi perang UHUD, dimana
saat kaum muslimin mengalami kekalahan dari orang-orang kafir. Ditimpa
malapetaka dan kesengsaraan,”berupa penyakit dan kematian. Ibnu ma’su, Ibnu
Abbas, dan sejumlah tabiin mengataka,”yang dimaksud dengan al-ba’sa ialah
kemiskinan, sedangkan adh- hdara artinya rasa sakit. “serta diguncangkan.”yakni
digentarkan oleh musuh-musuh dan diuji dengan ujian yangsangat berat. Sebagaimana
hal itu dikemukaikan dalam hadist dari Khatab bi Al-Aruit, dia berkata,” wahai
rasulullah, mengapa kau tidak memintakan tolong untuk kami, mengapa engkau tidak

Tafsir
berdoa untuk kami?” Beliau besabda.” Sesungguhnya oaring-orang yang sebelum
kamu ada yang di gergaji dan terbelah kepalanya hingga diantara kedua kakainya, tapi
itu tidak memalingkan dari agamanya.

Ada pula orang yang tumbuh disisr oleh besi sehinggga dagingnya terkelupas
dari tulangnya, namun hal itu tidak memalingkan dari agamanya.’ Beliau kemudian
melanjutkan,” Demi Allah, sesungguhnya Allah akan menuntaskan perkara ini
sehingga seorang senunggang yang berjalan dari shan’a ke hadramaut tidak merasa
takut kecuali kepada Allah, dan serigala mengkhawatirkan domba mangsanya. Namun
kalilan adalah yang grasa grusu.

Firman ini seperti firman lainya, “ sesungguhnya bersama kesulitan iu ada


kemudahan dan sesungguhnya bersama kemudahan itu ada kesulitan’. Demikian
turrun bersama pertolongan. Dalam sebuah hadist dikatakan:

“Tuhanmu kagum atas keputusan hamba-hamba-Nya dan kecepatan datngnya


pertolongan-Nya Allah melihat mereka yang berputus asa. Kemudian dia tertawa
karena Dia mengetahui bahwa hiangnya kesusahan mereka sudah dekat.”(Al- hadist)

e. penafsiran menurut Al-Maraghi

pada ayat yang telah lalau, Allah memerintahkan mereka agar sepakat dan
damai, kemudian, Allah menjelaskan bahwa manusia itu satu sama lainnya saling ada
ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. mereka membutuhkan bantuan
dan pertolongan sesamanya, oleh kareana itu banyaknya kebutuhan dan
beranekaragamnya tuntunana hidup. kondisi semacam ini jelas mengundang
timbulnya persengketaan ataupun permusushan diantara mereka.

Dengan demikian, muncullah kebutuhan akan undang-undang yang bersifat


menyeluruh dan syari'at yang membatasi hak masing-masing. akhirnya sampailah akal
mereka pada suatu kesimpulan dalam upaya mereka mencari hukum yang tidak di
persengketakan kebenarannya dan tidak mengundang perselisihan diantara mereka,
yaitu hukum yang datang dari Allah.

Kemudian, Allah menuturkan kemurahan dan kebaikan-Nya terhadap hamba-


hamba-Nya, yaitu dengan mengutus para Nabi untuk mereka yang di bekali dengan

Tafsir
kitab dari sisi-Nya, guna memutuskan hal-hal yang dipersengketakan oleh mereka.
selanjutnya Allah menuturkann dalam kitab-Nya perselisihan orang-orang yang telah
diberi kitab, diaman mereka telah menyalah gunakan isi kittabullah dengan tidak
menjadikannya sebagai alat manuju kesatuan dan kesepakatan, tetapi bahkan
menjadinya sebagai alata perpecahan dan perselisihan. setelah menuturkan hal
tersebut, kembali Allah mamberi petunjuk kepada orang-orang yang benar benar
beriman, agar dalam menyelesaikan semua perselisihan diantara mereka selalu
kembali dan berpegangan kepada kitabullah diasamping itu, ia menjelaskan pula
bahwa orang-orang berupaya mancari jalan keluar dari kemelut perselisihan dan
persengketaan ini, akan menjadi sasaran lemparan orang-orang yang sedang
bersengketa, meskipun niat mereka baik.

F. Al-Maidah ayat 48

 
 
  
  
 
  
   
  
  
  
   
  
  
 
 
  

Tafsir
  
  

48. “dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan


membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu
Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421]
terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”

[421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya


ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.

[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang


sebelumnya.

a. Penfsiran ayat menurut Ibnu Katsir

Setelah Allah SWT menuturkan kitab taurat ,memujinya dan menyuruh supaya
mengikutinya menceritakan injil,memujinya menyuruh pemeluknya supaya
mengamalkan isinya Allah swt berfirman ‘Dan kami telah menurunkan kepadamu
Al-Qur`an dengan membawa kebenaran yakni dengan membawa kebenaran tidak di
ragukan lagi bahwa datangnya dari Allah swtyang membenarkan kitab-kitab
sebelumnya,maka turunya al-qur`an sebagai mana diinformasikan oleh kitab—kitab
terdahulu merupakan perkara yang merupakan perkara yang menambah kebenaran
para pembawanya yaitu kaum yang berpandangan mata dan hati yang menurut kepada

Tafsir
berbagai perintah Allah swt,mengikuti syariat –Nya membenarkan ucapan para rosul
–Nya yang menjanjikan akan datangnya Muhammad saw secara pastidan dia benar-
benar datang.
Firman Allah SWT’dan memeliharanya ‘ibnu abbas berkata yakni
menjaminnya”Ibnu Abbas juga menafsirkanya bahwa Al-Qur`anmenggunakan kitab-
kitabyang mendahuluinya ,perkara yang sesuai dengan Al-Qur`an maka ia merupakan
kebenaran dan perkara yang tidak sesuai dengannya adalah batil dari Ibnu Abbas juga
di riwayatkanbahwa muhaiminan berarti menghakimi kitab sebelumnya makna
penafsiran ini saling mendekati, Allah swt menjadikan kitab yang mulia ini sebagai
kitab yang terakhir di turunkan ,penutup kitab lainnya Allah swt mengintegrasikan
didalamnya kebaikan kitab terdahulu dan menambahkan dengan dengan aneka
kesempurnaan yanhtidak di jumapi oleh kitab-kitab sebelumnya, oleh karena itu Allah
swt menjadikan Al-Qur`an sebagai bukti pemelihara dan yang menghakimi seluruh
kitab yang lain dan Allah Ta`ala sendiri yang akan menjaga keterpeliharaannya Dia
berfirman “sesengguhnya yang menurunkan Ad-Dzikr dan sesungguhnya kamilah
yang memeliharanya.”

b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi

Setelah Allah menurunkan Taurat, lalu Injil kepada Bani Israil, dan Dia
terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam kedua kitab itu, serta
Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk menegakkan
keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak
menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu,

Allah terngkan disini bahwa telah menurunkan Al-Qur’an atas Nabi-Nya yang
terakhir, Muhammad saw., dan betapa besar dan tinggi kedudukan Kitab Al-Qur’an
ini diantara kitab-kitab lain sebelumnya. Bahwa hikmahnya adalah memerlukan
adanya berbagai macam syari’at dan jalan untuk petunjuk kepada umat manusia.

G. QS. Asy-Syaba’ 28

Tafsir
  
  
  
  

28. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.(QSAsyaba [34]:28)

a. Penafsiran ayat menuurut Ibnu Katsir

Allah SWT berfirman keda hamba danrasul-Nya “dan kami


tidak mengutus kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan “ yakni di
utus kepada semua hamba yang mukallaf halini sebagaimana
firman Allah swt ‘ katakana lah hei umat manusia sesungguhnya
aku adalah utusan Allah swt bagi kamu semua (QS.Al-
A`rraf:158)yakni memberitakan surga bagi orang yang menaati
Myadan memperingatkan neraka bagi yang melanggarnya “namun
kebanyakan manusia tidak mengetahui penggalan ini seperti firman
Allah swt “dan kebanyakan manusia tidak beriman walaupun kamu
sangat menginginkanya kemudian Allah swt memberitahukan
tentang hukum kafir yang mustahilkan ytentang kiamat “dan
mereka berkata,kapankah janji ini ,jika kamu merupakan orang-
orang yang benar,kemudian Allah swt berfirman “katakana lah
bagimu ada hari yang telah di janjikan yang tidak dapat kamu
mamintadarinya barang sesaat pun kamu tidak bisa meminta untuk
memelukannya “ yakni kamu memiliki hari yang di janjikan
ditangguhkan lagidi tentukan waktunya ,hari yang di janjikan itu

Tafsir
tidak dapat diakhirkan dan tidak dapat pula di
pajukan”sesungguhnya apa bila ketetapan allah telah dating,maka
tidak bisa di tangguhkan”

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Dalam kalimat “wama arsalnaka illa kaafhatal linnasi bashirau wanadiraa”


Dan kami tidaklah mengutus kamu kepada kaummu saja,akan tetapikami
mengutusmu kepadaseluruh makhluk bansa arab maupun bukan bangsa arab.sebagai
pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang taat kepada-Ku dengan adanya pahala
besar dan sebagai pemberi peringatan kepada orang-orang yang bermaksiat kepada-
Kudengan adanya adzab yang pedih.

Penjelasan di atas semakna dengan kallamullah yang berbunyi

“kul yaa ayyuhan naasu inni rasulullahi ilaikum jamiia`a”


“yang bermakna katakanalah hei manusia,sesungguhnya aku adalah utusan Alla
kepada kamu semua(QS,Al-A`raf:158)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidakmengetahui hal itu, sehingga karena


kebodohan mereka, maka tetap meneruskan penyesatan dan penyelewengan semakna
dengan ayat di bawah ini :
   
 

103. dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat
menginginkannya-.(YYusuf :103)

c. Penafsiran ayat menurut Al-Misbah

Ayat di atas guna membicarakan kenabian Nabi Muhammad dengan


menyatakan bahwa Allah swt yang Maha Kuasa tlah mengutus Rasul-Nya,

Tafsir
Ayat di atas tidak lagi menggunakan untuk menyampaikan fungsi Nabi
sebagai mana bentuk perintah ayat-ayat yang lain ini untuk mengingatkan Beliau
betapa besar anugrah-Nya itu sekaligus mengingatkan seluruh manusia betapa tinggi
kedudukan Rasul disisi Allah SWT
Kata kaffah menurut Thabathaba`I dan beberapa ulama lain terambil dari kata
kafa yang berarti menghalangi,atas dasar itu mereka memahami penggalan ayat di
atas din atas kami tidak mengutusmu kecuali sebagai penghalang yang sangat unggul
terhadap manusia agar mereka tidakmelakukan kedurhakaan ini di kuatkan dengan
kal;imat selanjutnya yaitu bhashiran wa nadziran banyakl ulma yang memahami arti
kafa daln arti semua dan ia pada ayat ini berfungsi menjelaskan keadaan manusia
dengan demikian ayat ini menguraikan risalah Nabi Muhammad saw yang mencakup
semua manusia .ayat ini menurut mereka berarti kami dak mengutusmu kecuali
pengutusan buat umat manusia.pendapat ini sejalan dengan fungsi Nabi Muhammad
saw,yang di utus dengan membawa rahmat-Nya
Ayat ini pun di fahami oleh Thabathaba`I sebagai argumentasi keesaan Allah
swt,ulam ini menulis risalah bahwa “risalah atau pengutusan para nabi merupakan
salah satu keniscayaan keesaan Allah swt , karena Tuhan selalu memperhatikan dan
mengurus hamba-hamba-Nya serta mengantar mereka menuju kebahaigiaan tetapiu
tidak ada yang mengakui utusan tuhan “yang lain” idan koneksi ini Sayidina Ali ra
berkata ‘seandainya tuhan memiliki sekutu,pastilah Rasul sekutunya “ selanjutnya
Thabathaba`I memahami firman-Nya “ tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
dalam artikebanyakan manusia tidak mengetahui keterbatasan sumber pengutusan
rasul-rasul hanya dari Allah swt yang Maha Esa merupakan bukkti keterbatasan
ketuhanan hanya pada-Nya .

H. QS-Asyu`ara ayat 51

   


   
    
  

Tafsir
   
  

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi
akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

Fir`aun mengancam dan mengintimidasi para tukang sihir namun hal itu
semakin menambah keimanan dan kepasrahan mereka bagaimana tidak demikian
padahal Allah swt menunjukan kebeharan kepada mereka apa yang dilihat oleh Nabi
Musa itu hanya terjadi pada manusia yang di tolong oleh Allah swt, karena itu mereka
menyadari apa yang selam ini tidak mereka ketahui sehingga mermemsaplah
keimanan mereka,mereka tidak peduli terhadap janji dan ancaman fira`aun yang
mengatakan “apakah kalian beriman kepada musa sebelum aku memberi ijin
kepadamu’yakni sepatutnya kamu meminta ijin kepadaku atas apa yang kamu lakukan
itu?”sesungguhnya dia pemimpin yang mengajakan sihir kepadamu.inilah sebuah
kesombongan dan kebohongan yang di ketahui oleh fira`un sendiri,bagai mana pula
Musa mengajari mereka sihir padahal dia belum pernah berkumpul dengan mereka

Kemudian fira`un mengancam akan memotong tangan kaki mereka serta


menyalibnya,mereka berkata” tidak ada kemadaratan (bagi kami) sesunguhnya kami
akan kembali kepada Tuhan kami” sesungguhnya kami menginginkan Tuhan kami
yang mengampuni kesalahan kami,lantaran kami adalah sihir yang kamu paksakan
kepada kamu ‘karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman dari
kalangan bangsa Qitbhi,maka fira`un membunuh mereka semuanya

Tafsir
b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

sesungguhnya, dia adalah pemimpin kalian yang telah mengajarkan sihir


kepada kalian. Jadi, kalian berbuat demikian itu atas dasar kesepakatan antara kalian

tidak diragukan lagi, ini adalah penyesatan terhadap kaumnya dan


kesombongan yang sangat nyata kebathilan nya. Sebab, mereka tidak pernah bertemu
dengan Musa sebelum hari itu; lantas bagaimana mungkin dia akan menjadi
pemimpin mereka yang mengajarkan perbuatan sihir kepada mereka.

Karena kami berharap bahwa Tuhan akan mengampuni kami karena sihir yang
kami lakukan, yakni sebagai kekufuran. Kami yakin Dia akan menganpuni kami
karena kami termasuk orang-orang pertama diantara golongan yang menyaksikan
peristiwa itu, yang beriman lantaran tunduk kepada kebenaran dan berpaling dari
kesenangan serta kemewahan dunia.

c.

Tafsir
Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi
akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

Ayat-ayat kelompok ini kembali menguraikan tentang wahyu dari segi cara
Allah menyampaikan kepada para nabi”dan tidak kemuingkinan terjadi kepada
manusia bahwa ia di ajak berbicara oleh Allah yakni di beri impormasi oleh-Nya
kecuali dengan wahyu yakni “pecampakan”informasi secara cepat kedalam
Qalbunnya tanpa perantara siapapun atau di belakang tabir yakni dengan
memperdengarkan suara tampa si pendengar dapat melihat pembicaranya atau dengan
mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat di lihat atau di rasakan
kehadirannya serta di dengar suaranya lalu sang malaikat itu mewahyukan dari saat
kesaat kepadanya yakni menyampaikan informasi Allah itu secara cepat
penyampaian yang di lakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang dia,yakni
Allah.kehendaki sesungguhnya Dia Maha Tnggi lagi Maha Bijaksana

Kalimat “Yukalimahullah” di ajak berbicara oleh Allah tentu saja tidak boleh
di fahami dalam arti percakapan seperti halnya makhluk banyak di uraikan ulama
yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan kallamullah yang pasti
kalalmullah atau apa saja redaksi mengesankan adanya persamaan antara Allah dan
manusia bahkan makhluk, harus segara difahami bahwa hakikat keduanya tidaklah
sama karena “Tidak ada yang serupa dengan-Nya”kita dapat menyimpulkan bahwa
percakapan ini bermakna, dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh
objek yang dipilihnya.

Tafsir
Ayat di atas mengemukakan tiga cara,yang pertama langsung,tanpa menyebut
satu kondisi atau syarat sedang kedua disertai dengan satu kondisi ataau syarat yaitu
“di belakang hijab” dan yang ketiga berupa kehadiran keutusan untuk menyampaikan
wahyu itu.
Cara pertama dapat bermacam-macam menurut al-biqa`I kata wahyan disini
mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan dengan cara yang tersembunyi,ia
dapat berbentuk juga ilham atau mimpi atau dengan cara yang lain baik allah
menganugrahkan kepada yang menerima wahyu itu kemampuan mendengaran ini
adalah peningkat-tertinggi-atau juga berbentuk ilham atau juga disertai dengan
pandangan maupun tidak termasuk bagian ini “wahyu-Nya” kepada ibu nabi Musa as.
(QS.Al-Qhasas[28]:7) atau kepada lebah (QS.AnNahl[16];68) atau kepada langit
(QS.Al-Fushilat[14];12) menganugrahkan kepada hal-hal tersebut potensi yang
dengan yang di proleh manfaat serupa dengan menganugrahkan kepada nmanusia
potensi berbicara lalu kemampuan mengekspresikannya,demikian al-biqa`I yang
kemudian mengutip pendapat sufi besar Syihabuddin as-suhrawardi yang menyatakan
bahwa pengethuan yang bersifat ladun yang terdapat dalam qalbu orang-orang yang
mengonsentrasikan dirinya kepada Allah adalah bagian dari mukalamah /pembicaraan
itu

Kata war`a bukan berarti di belakang yakni antonim depan tetapi dalam artu di
luar sesuatu,ini serupa dengan kalimat “wallahi min waraihim muhit”yang secara
harfiah bisa di terjemahkan allah di belakang mereka maha mengetahui,ini karena
allah tidak membutuhkan tempat sehingga tiodak ada bagi-Nya dan bagi sifst-Nya
ruang atas,bawah,belakang depan

Firman-Nya “innahu a`liyun hakim” seseungguh-Nya Dia Maha Tinggi lagii


Maha Bijaksana,merupakan penjelasan kandungan tentang wahyu yang di utarakan
ayat diatas karena Allah Maha tinggi maka percakapan-Nya tidak lah sama dengan
percakaoan makhluk,tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain
Dia juga Maha bijaksana,sehingga Dia memilih yang terbaik untuk diajak berbicara
serta informasi dan tuntunan yang di sampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai
dengan kemaslahatan

Pengutusan rasul ytang dimaksud dapat juga mencakup banyak rosul.jika kita
memehami kata rasul dalam arti malaikat maut dan lain-lain namun demikian yang

Tafsir
ditugaskan menyampaikan wahyu Al-Qur`an hanyalah malaikat jibriil berdasarkan
firman-Nya:

192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan,

Cara yang ketiga adalah cara yang paling sering diterima oleh para Nabi
Muhammad saw, menggambarkan pengalaman beliau bahwa wahyu yamg
disampaikan malaikat terkadang datang disertai dengan suara bagaikan suara lonceng,
dan ini adalah terberat.terkadang wahyu itu juga beliau terima dengan disertai suara
lebah dan tidak
jarang juga malaikat menampakan sebagai manusi baik dikenal ataupun tidak.

I. QS. Asy-Syu’ara Ayat 52

 
   
   
  
  
    
  
  

dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan .52
perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran)
dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-
hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan
(yang lurus.(QS,Asyu`ara[42]:52

Tafsir
a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

Kemudian Allah memerintahkan Musa as untuk membawa bani Israel pada


malam hari ke mesir serta membawa apa yang diperintahkan oleh Allah swt

Musa a.s menanyakan kuburan Yusuf a.s kemudian nenek-nenek itu memberi
tahunya dan Musa a.s pun mmembawa peti Nasbi Yusuf a.s berdasarkan pesan yang
diterima Nabi Musa a.s dari Yusuf a.s yaitu Musa harus membawanya ketika hendak
meninggalkan mesir.

Ketika tiba fira`un marah besar atas kepergian bani Israel kemudian
mengumpulkan tentara dengan cepat dia berkata “sesungguhnya mereka golongan
kecil

Allah Ta`ala berfirman Kami keluarkan fira`un dari taman—taman dan dan
mata air dan dari pembendaharaan serta kedudukan yang mulia”yakni mereka
meninggalkan kenikmatan untuk neraka jahim mereka meninggalkan tempat tinggi
yang menjulang, kebun-kebun, sungai, harta kekayaan, rezeki, kerajaan, dan
kemagahan duniawi yang meliputi ruh ‘demikianlah kami anugrahkan kepada Bani
Israel “ hal ini sewbagai firman Allah swt dan kami waruskan kepada kaum yang
telah di tindas itu negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya” dan kami
hendak memberikan anugrah bagi orang-orang yang di tindas di bumi dan kami
gendak menjadikan mereka pemimpin sertya menjadi pewaris.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Allah memerintahkan kepada Musa dan Kaumnya untuk berhijrah dari Mesir.

Kami wahyukan kepada Musa: Berjalanlah pada waktu malam bersama


hamba-hamba-Ku. Hingga jika bangsa Mesir Menyusul kalian pada waktu pagi, maka
mereka tidak akan dapat menyusul kalian sebelum kalian sampai kelaut, tetapi mereka
akan tetap berada dibelakang kalian ketika kalian melewatinya. Ketika itu, mereka
akan masuk lewat tempat masuk kalian, lau merka ditutup laut dan tenggelam.

Tafsir
Diceritakan dalan Kitab keluaran dari Taurat, isahah ke 11 : Tuhan menyuruh
setiap laki-laki untuk meminta barang-barang emas dan perek kepada tetangganya,
dan setiap perempuan kepada tetangganya pula. Tuhan akan mematikan setiap anak
sulung manusia dan hewan di negeri Mesit.

Tuhan menyuruh setiap rumah tangga untuk menyembelih seekor anak domba
pada kedua hari keempat belas dari bulan keluaran, membubuhkan darahnya pada
kedua tiang pintu dan ambang atas rumah dan memakan dagingnya yang telah
dipanggang pada malam itu juga dengan roti yang tidak beragi.

Kemudian, menyuruh mereka memakanya dengan cepat, memakanya lengkap


dengan kepala, betis dan isi perutnya. Inilah Paskah bagi Tuhan. Darah ini menjadi
tanda pada rumah-rumah Bani Isaril, sehingga setiap anak sulung dari mereka
terhindar dari kematian, dan kematian itu hanya merenggut anak-anak sulung bangsa
Mesir saja. Makan roti yang tidak beragi itu dilakukan selama tujuh hari. Ini menjadi
ketetaan abadi untuk memperingati keluaran dari Mesir sejak hari ke-14 bulan Abid
hingga hari ke-21 bulan itu setiap tahun. Demikian pula menyuruh kaumnya, Mereka
mengerjakan semua itu, dan anak-anak mereka selamat. Kemudian hal itu menjadi
tradisi yang abadi. Bani Israil menetap di Mesir selama 430 tahun. Dan malam itu
menjaid hari raya Paskah bagi mereka untuk selama-lamnya.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah


Ayat yamg lalu menguraikan cara-cara Allah menyampaikan wahyu kepada
manusia.adalah seorang.Nabi Muhammad adalah seorang yang mengalami
pewahyuan ayat tersebut ditegaskan Disini menyatakan-Nya bahwa;dan demikianlah
kami melalui malaikat jibril as,yang telah mewahyukan kepadamu ruh yakni al-
qur`an,yang merupakan salah satu dari urusan dan wewenang khusus kami.
Siapa yang mengindahkannya akan hidup ruhaninya dan memperoleh hidup
yang abadi.sebelumnya yakni sebelum di wahyukan kepadamu dan sebelum engkau
mencapai usia empat puluh tahun,engkau tidak mengetahui apa lagi menjelaskan
apakah al-kitab itu dan tidak pula engkau mengetahui secara rinci apa itu iman yakni
aqidah dan islamiyah-wahyu sebelum itu engkau telah mengakui ke Esaan Allah dan
menganut ajaran nabi Ibrahim a.s,

Tafsir
demikianlah keadaanmu sebelum kami mewahyukan kepadamu, tetapi kami
menyampaikan semua itu kepadamu dan memberimu hidayah melalui waahyu al-
qur`an ,saat manusia seluruhnya dalam keadaan gelap gulita dan kami menjadikannya
yakni al-qur`an itu cahaya benderang, yang kami senantiasa menunjuki dengannya
yakni kami anugartahi taufik sehingga dapat melaksanakan secara baik runtunan-
runtunan kami, siapa yang kami diantara hamba-hamba kami untuk kami
anugrahitaufik itu,sedang kehendak kami itu berkaitan erat dengan kecendrungan hati
hamba-hamba tersebut,engkau wahai Nabi Muhammad adalah seoarang yang kami
anugrahi taufik dan hidayah .dan sesungguhnya engkau bener-benar nenberi petunjuk
yakni mampu menjelaskan dengan sangat baik cara-cara menuju ke jalan yang lebar
yang lurus,yaitu jalan Allah yang lebar yang milik-Nya segala apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi,ingatlah hanya hanya kepada Allah-tidak kepada selainya
senantiasa kembali semua urusan atau akan kembali dengan amat jelas semua urusan
di kemudian nanti

Kata kadza lika oleh Thabathaba`I difahami sebagai menunjuk ketiga macam
cara taklim /pembicaraan Allah yang disebut ayat yang lalu,ini menurut Thabathaba`i
dikuatkan dengan riwayat-riwayat yang demikian bamyak yang menginformasikan
bahwa Rasul SAW sebagai man memproleh wahyu dengan perantaraan malaikat
jibril,juga memproleh dalam keadaan tidur (mimpi,dan ini menurut ulama tersebut
yang merupakan bagian keduya-juga beliau memproleh wahyu tanpa perantara
sebagaimana disebut oleh cara pertama, Thabathaba`I juga menyebut pendapat yang
menyatakan bahwa kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima
oleh paraa nabi yang dulu, hanya saja menurutnyajika difahami demikiam, maka yang
disebut ruh adalah malaikat Jibril a.s atau apa uang di istilahkandengan Artruh al-
amin.

Banyak ulama yang berpendapat bahwa mewahyukan ruh adalah, wahyukan


al-qur`an penganut pendapat ini menguatkannya dengan Firman-Nya “WALAKIN
JA`ALNAHU NUURAN” sedangkan ditempat lain Allah menggambarkan al-qur`an
sebagai cahaya, Tetapi tulis Thabthaba`I ada dua catatan menyangkut pendapat
ini,pertama tidak dapat di sangkal bahwa ayat di atas bermaksud menjelaskan bahwa
apa yang ada pada Nsabi Muhammad saw menyangkut pengetahuan dan syariat yang
beliau sampaikan kepada masyarakat dan mengajaknya untuk
melakaksanakannya,bukanlah termasuk hal-hal yang beliau dapatkan dengan upaya

Tafsir
beliau, lalu beliau sampaikan atas dasar pengetahuan yang beliau usahakan itu, semua
nitu adalah adalah wahyu yang disampaikan Allah jika demikian maksud ayat ini, lalu
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ruh yang diwahyukan itu adalah al-qur`an
maka semesatinya ayat di atas cukup menyebut dan tidak perlu menyebut wal iman
dan tidak (pula) mengetehui apakah al iman.
yang kedua walaupun al-qur`an dinamai ruhdari sisi bahwa Dia menghidupkan
jiwa manusia dengan petunjuk-petunjuknya sebagai mana dijelaskan dalam QS.Al –
Anfal ayat 24 dan QS.Al-An`amayat 122 tetapi yang dimaksud adalah al-qur`an tapi
mengapa ada kalimat min amrina sedang yang terlintas dalam benak tentang firamn-
firman Allah adalah bahwa ruh merupakan amrihi adalah makhluk dari alam tertinggi
yang menyertai malaikat ketika mereka turun Allah berfirman :

 
  
   

" pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan".(QS,Al-Qadr[97]4)

Dan Dia juga berfirman:

  


  
 
  
 
102. Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran
itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-
orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Kendati adanya catatan di atas namun Thabathaba`I berusaha menyelesaikan


kemusyrikan itu dengan menyatakan bahwa,penyebutan kata al-iman di samping al-

Tafsir
kitab di sebabkan karena keimanan Nabi sawengan perincian kandungan al-kitab baik
pengetahuan maupun syari`atnya merupakan salah satu yang berkaitan eratdengan
turunya kitabseakan-akan ayat di atas menyatakan “Dan demuikian lah kami
wahyukan kepadamu satu kitab.sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah al-
kitab dan tidak juga merasakan dalam dirimudampaknya dengan demikian indah
yakni keimananmu kepadanya ”Demikian antara lain Thabthaba`i

Pernyataan bahwa nabi saw,sebelum ini tidak mengetatahui tentang al-iman


bukan berarti Beliau tidak beriman klepada Allah tetapi yang dinafikan ayat di atas
adalah tentang iman dan perinciannya.itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan
sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin

Penyebutan kalimat alladziahu ma fiissamaawaati wana filardi /yang milik-


Nya segala apa yang aa dilangit dan di bumi setelah menyebut shirathaallah
berfungsi sebagai bukti atas ketetapan dan kesesuaian jalan lebar itu dengan para
mukallafin ini karena siapa yang menguasai segala sesuatu,tentulah dia mengetehui
sifat dan ciri serta apa yang terbaik dan mengantar kepada kebahagiaan, iniserupa
dengan pencipta suatu alat.

Surah ini ditutup setelah menjelaskan tantang wahyu Allah kepada Nabi
Muhammad saw dengan menegaskan bahwa segala persoalan terus menerus kembali
dan akan kembali kepada Allah swt Dia adalah Pencipta Dia juga Pengatur dan
Pengendali Dunia dan Akhirat dengan demikian Dialah pasti setidaknya Dia maha
benar, Tinggi, serta Maha Agung, sehingga tidak terjangkau Hakikat-Nya.

J. QS. Yunus ayat 47

Tafsir
  
  
  
  

47. tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka,
diberikanlah keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka (sedikitpun)
tidak dianiaya.(QS,Yunnus;47)

a. Penafsiran Ayat Menurut Ibnu Katsir

QS,YUNNUS ayat 47

   


  
  
 

47. tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka,
diberikanlah keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka (sedikitpun)
tidak dianiaya.(QS,Yunnus;47)

[695] Maksudnya: antara Rasul dan kaumnya yang mendustakannya.

Allah Ta`ala memberitahukan bahwa Dia merupakan pemilik langit dan bumi
bahwa sesungguhnya janiji Allah swt itu benar bahwa Dia yang menghidupkan dan
mematikan , dan hanya kepada-Nyalah kamu di kembalikan, bahwa Dia Maha Kuasa,
atas yang demikian itu, Maha Mengetahui terhadap pemvarasian tubuh manusia dan
pendistruibusian di berbagai wilayah, baik di lautmaupun di darat, kemudian Dia
menyempurnakan penciptaan-Nya sejalan dengan apa yang di jalankannya sesuai Al-
Quir`an yang di turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia “hai manusia sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu “yakni larangan perbuatan fasyiah

Tafsir
“penawar bagi apa yang terdapat dalam dada’seperti kesamaran dan keraguan yangAl-
Qur`an yang menghilangkan najis syirik dan kotoran kekupuran dari qalbu” petujuk
rahmat”yakni dengan al-qur`an akan diproleh hidayah dan rahmat dari Allah swt hal
itu hanya berlaku untukl mukminin yang menyakini kandungan al-qur`an penggalan
di atas seperti firman Allah swt ‘Dan kami menurunkan Al-Qur`an yang merupakan
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman .dan orang-orang yang
dzalimtidak bertambah melainkan kerugian,”

Firman Allah Swt ‘katanlah dengan karunia Allah swy dan rahmat-Nya
hendkalh mereka bergembira dengan yanbg demikian itu”karena Al-Qur`anlah yang
pantas menjadi kegembiraan mereka ‘ia lebih baik dari pada apa yang kamu
himpunkan”berupa serpihan-serpihan dunia yang fana dan cepat sirna.

b. Penafsiran Ayat Menurut Al-Maraghi

Penafsiran kata sulit “al-idzah”nasihat dengan kebaikan,kebenaran dan


menghindari kebatilan serta keburukan dengan cara memberikan pengembiraan atau
pertakut yang dapat melunakan hati,sehingga terbitlah kemauan keras/tekad,untuk
melakukan atau meninggalkan sesuatu.
‘Asy-syifa`u”: Obat
“Al-Huda : keterangan tentang kebenaran yang dapat menyelamatkan seseorang
dari kesesatan dalam soal kepercayaan keterangan ini disampaikan dengan
memberikan hujjah dan bukti-bukti,sedang dalam alamiyah dengan memberikan
keterangan tentang maslahat dan hikmat.
“Ar-Rahmah :Berbuat baik.
“Fadlullah : bimbingann Allah kepada orang-orang mukmin agar mereka
menyucikan diri dengan nasihat petunjuk.
“Rahmatullah “:buah yang di hasilan daru bimbingan Allah tersebut,dengan
buah itu orang-orang mukmin mempunyai kelebiha atas orang lain.

c.

Tafsir
Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah

Kelompok ayat ini kembali kepada persoalan pertama yang di singgung oleh
surah ini yang sekaligus menjadi faktor utamanya.yaitu keheranan mereka atas
turunya wahyu kepada Nabi Muhammad saw terhadap mereka, setelah bukti Al-
Qur`an di paparkan bahkan di tantangkan, kini-kepada semua manusia-ayat ini
menyampaikan fungsi wahyu yang mereka ingkari dan lecehkan itu.hai seluruh
manusia, dimana dan kapan pun sepanjang masa, sadarilah bahwa sesungguhnya telah
datang kepada kamu semua pengajaran yang sangat agung dan nbermamfaat dari
Tuhan pemelihara dan pembimbing kamu yaitu Al-Qur`an kayrim dan obat yang
sangat ampuh bagi apa yakni penyakit-prnyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada
yakni hati manusia dan petunjuk yng sangat jelas menuju kebenaran dan kebajikan
serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang mu`min

Kata mauidzah terambil dari kata wa`zh yaiti “peringatan menyangkut


kebaikan yang menggugah hati serta menimbulkan rasa takut” peringatan itu oleh
ayat ini di tegaskan berdasarkan sumber dari Allah swt, yang merupakan rabbikum
yakni Tuhan pemelihara kamu.dengan demikian, pastilah tuntunan-Nya sempurna,
tidak mengandung kekeliruan lagi sesuai dengan sasaran yang dituju.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur`an adalah obat bagi apa yang terdapat
dalam dada,penyebutan kata dada yang di artikan dengan hati,menunjukan bahwa
wahyu-wahyu ilahi berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit rohani seperti ragu,
dengki, takkabur, dan semacamnya, memang dalam Al-Qur`an hati di tunjukan
sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak
bahkan hati di nilai sebagai alat untuk mengetahui.hati yang mampu melahirkan
ketenangan dan kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.

Sementara para ulama memehami bahwa ayat-ayat Al-Qur1an juga dapat


menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani.mereka menuju kepada sekian riwayat yng
di perselisihkan nilai dan maknanya, antara lain yuang diriwayatkan oleh ibnu
Mardawaih melalui sahabat nabi,ibnu Mas`ud ra yang memberitakan bahwa ada
seorang yang dating kepada Nabi Muhammad saw.yang mengeluhkan dadanya Rosul

Tafsir
SAW kemudian bersabda “Hendaklah engkaumembaca Al-Qur`an”makna serupa di
kemukakan oleh Al-Baihaqi melalui wailah bin Al-Asqo.
Tampa mengurangi penghormatan terhadap Al-Qur`an dan hadits-hadits nabi
saw adanya riwayat ini,bila benar adanya,maka yang di maksud bukanlah penyakit
jasmani,tetapi penyalit rohani yang di akibatkan oleh jiwa.iia adalah Psikosomatif.
Memang tidak jarang seseorang sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena
adanya ketidak seimbangan rohani Supi besaar, Al-Hasan Al-Basri, sebagai mana di
kutip oleh Muhammad syaid tantowi, dan berdasar riwayat Asy-syeh siyaikh-berkata,
”Allah menjadikan al-qur`an obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak
menjadikannya obat untuk penyakit jasmani”
Rahmat adalah kepedihan di dalam hati karena melihat ketidak berdayaan
pihak laion sehingga mendorong yang pedih hatinya itu untuk membantu
menghilangkan atau mengurangi ketidak berdayaan tersebut.ini adalah rahmat
manusia.rahmat Allah yang di fahami dalam arti bantuan-Nya sehingga ketidak
berdayaan itu tertanggulangi bahkan seperti tulis Thabathaba`I, rahnat-Nya adalah
limpahan karunia-Nya terhadap wujud dan sarana kesinambungan wujud serta aneka
nikmat orang mukmin dalam kebahaigiaan hidupdalam berbagai aspeknya, seperti
pengetahuan ketuhanan yang benar, ahlak yang luhur,amal-amal kebajikan, kehidupan
yang berkualitas di dunia dan akhirat, termasuk prolehan surga dan ridha-Nyyam
Karena itu, jika al-qur`an di sifati sebagai rahmat untuk orang-orang
mukmin,maka maknanya adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkatan yang di
sediakan oleh Allah swt.bagi mereka yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
yang di amanatkan oleh al-qur`an.

Ayat ini membatasi al-qur`an untuk orang-oyrang mukmin karena merekalah


yang paling berhak menerimanya sekaligus paling banyak memprolehnya tetapi ini
bukan berarti selain mereka tidak memperoleh, walau secercah dari rahmat akibat
kehadiran al-qur`an prolehan yang sekedar beriman tampa pemmantapan jelas lebih
sedikit dari prolehan orang mukmin dan perolehan orang kafir atas kehadiranya lebih
sedikit lagi disbanding orang-orang yang sekedar beriman.

Ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi al-qur`an pengajaran, debat,


petunjuk serta rahmat Thahir ibnu Ashur mengemukakan bahwa ayat ini memberi
perumpamaan tentang jiwa maanusia dalam kaitannya dengan kehaadiran al-qur`an
ulama itu memberi ilustrasi lebih kurang sebagai berikut seseorang yang sakit adalah

Tafsir
yang tidak stabil kondisinya pimpang keadaanya lagi lemah tubuhnya ia menanti
kedatangan dokter yang dapat memberinya obat guna kesembuhannya sang dokter
tentu saja memberi peringatan kepada pasien ini menyangkut sebab-sebabnya
penyakitnya dan dampak-dampak kelanjutan penyakit itu, lalu memberinya obat guna
kesembuhannya, kemudian memberinya petunjuk saran tentang cara hidup sehat agar
kesehatannya dapat terpelihara sehingga penyakit yang dideritanya tidak kambuh lagi
nah, jika yanga bersangkutan memenuhi tuntunan sang dokter, niscaya ia akan sehat
sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar dari segala penyaklit dan itulah rahmat
yang sungguh besar.

Kalau kita menerapkan secara berurutan ke empat fungsi di atas,maka dapat


diokatakan pengajaran al-qur`ab pertama kali menyentuh hati yang masuh di
selubungi oleh kabut keraguan kelemahan serta aneka sifat kekurangan.dengan
sentuhan pengajaran itu,keraguan beranasur sirna dan berubah menjadi ke imanan
kelengahan beralih sedit demi sedikit menjadi kewaspadaan.demikian dari ke
saat,sehingga ayat-ayat al-qur`an menjadi obat bagi aneka penyakit-penyakit
rohani.dari sini,jiwa seseorang akan lebih siap meningkaat dan meraih petunjuk
tentang pengetahuan yang benar dan marifat tentang tuhan.ini membawa kepada
akhlak luhur,amal-amal kebajikan yang mengantar seseorang meraaih kedekatan
kepada Allah swt.dan ini pada gilirannya nanti,mengundang aneka rahmat yang
puncaknya adalah surga dan rahmat serta ridho Allah swt.

Tafsir
BAB III

ANALISIS

• QS. An-Nahl ayat 36

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu tidak akan
surut dari perbuatan batil mereka terkecuali apabila telah dating malaikat
pencabut nyawa mereka atau datang kepada siksa yang memusnahkan.

Dan Allah menerangkan pula bahwa sikap dan prilaku mereka bukanlah suatu
hal yang baru, karena ulah tingkah laku itu telah dilakukan oleh umat-umat
sebelum mereka.

Dan Allah SWT telah memberi petunjuk kepada mereka yaitu dengan
menurunkan rasul-rasul-Nya kepada setiap umat agar mereka beribadah dan
menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah SWT.

Dan apabila orang-orang mendustakan rasul-rasul-Nya maka mereka berada


didalam kesesatan yang nyata.

• QS Al-baqoroh ayat 121

Betapapun bermacam\-macam makna yang dapat dikandungnya yang pasti


bahwa ayat ini ingin menjelaskan bahwa rejeki yang diraih seseorang adalah
bersumber dari Allah, dan bahwa rejeki itu tidak dapat dijadikan ukuran cinta
dan kedudukan seseorang disisinya.

Kitab yang telah di turunkan oleh Allah SWT, ini harus di baca sebagaimana
mestinya karena jika mereka mengingkari, maka mereka adalah termasuk
orang-orang yang rugi.

Tafsir
• QS.Al-baqaroh ayat 136

Dalam ayat ini Allah telah menerangkan kepada mereka bahwa, orang-orang
harus beriman kepada Allah SWT, rasul-rasul, dan kitab-Nya.

Allah juga menjelaskan dalam surat ini, bahwa Allah tidak membeda-bedakan
seseorang diantara mereka.

• QS.Al-Baqoroh ayat 213

Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa kitab yang diturunkan oleh Allah
mengandung kebenaran yang hakiki, untuk memberi keputusan diantara
mereka yang berselisih.

Dan mereka yang berselisih adalah orang-orang yang di beri (kitab) karena
bukti nyata yang sampai kepada mereka, dan kedengkian diantara mereka
sendiri.

Sehingga Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang beriman tentang


kebenaran yang mereka perselisihkan.

• QS.Al-Baqaroh ayat 214

Ayat ini menjelaskan bahwa mereka termasuk orang-orang yang mengira


bahwa mereka akan masuk surga Dan sekiranya mereka harus mendapatkan
cobaan yang di berikan oleh AllahSWT.

• QS.Asy-Syu’ara ayat 52

Ayat ini menerangkan tentang Nabi Musa dan seluruh Kaumnya di


Perintahkan oleh Allah SWT untuk berhijrah dari Mesir.

Dan karena hal itu Allah memberi peringatan kepada nabi Musa dan hamba-
hamba-Ku untuk pergi.sebab merela akan dikejar (kaum Fir’aun).

• QS. Al-Maidah

Ayat ini menerangkan tentang Kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Bani Israil yaitu Taurat dan injil dan menerangkan petunjuk cahaya

Tafsir
dan pesan dalam kedua kitab itu serta menjelaskan kewajiban dan ancaman
berupa hukuman-hukuman apabila tidak mengunakan kedua kitab tersebut
dalam memutuskan perkara.

Kemudian Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi terakhir yaitu Nabi


Muhammad saw., dan Al-Qur’an merupakan Kitab yang paling di Agungkan
oleh Umat Islam diantara kitab –kitab lain sebelumnya.

• QS. Yunus Ayat 57

Didalam Ayat ini disebutkan pedoman-pedoman hidup itu sebagai jawaban


atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan ancaman-ancaman-Nya.

Ayat ini menyimpulkan tujuan al-Qur’anul Karim dalam memperbaiki jiwa


manusia pada 4 perkara:

• .Mau’izah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusi


agar mereka terbimbing mencintai yang hak dan yang benar ,
serta menjauhi yang bathil dan jahat.

• Syifa, yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang kedalam


dada manusia seperti penyakit syirik, kufur, dan munafik

• Hudan, yaitu petunjuk kepada jalan yang lurus

• Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-


orang mukmin yang dapat mereka peti dari petunjuk yang
terdapat dalam al-Qur’an.

• QS. As- Saba’ Ayat 28

Allah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi Muhammad


SAW, agar memasuki agama islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak
bersengketa satu sama lain dan mengharapkan iman kepada kitab-kitab-Nya.

Karena itu Allah mengutus sekelompok Ahli Kitab yang bertugaskan


menegakan kebenaran dan meberi kabar gembira kepada Umatnya, Yang

Tafsir
mendapat kabar gembira adalah orang-orang yang telah kami berikan Al-kitab
yakni Taurat, dan mereka senantiasa mengikuti tuntunan secara baik. Dan juga
sebagai umat Muhammad SAW senantiasa harus menjaga kitab Allah yaitu Al-
Qur’an.

Tafsir
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjamahnya

Al-Maraghi.Ahmad Mustafa.1992.Terjemah Tafsir Al-Maraghi.Semarang:PT. Karya


Toha Putra

Tafsir Ibnu Katsir. Muahammad Dahlan.1989.Ringkasan Ibnu Katsir II.Surabaya:


CP.Tah Putra

Shiab,M. Quraisy.2002.Tafsir Al-Misbah.

Tafsir

You might also like