You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama


terjadinya aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan
diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan
hipolipidemia yang mahal, menyebabkan tidak seua orang dapat
menjangkaunya. Pemakaian obat sintesis sering menimbulkan efek samping
dan adanya kontra indikasi terhadap penyakit tertentu yang juga diderita oleh
penderita aterosklerosis. Sehingga, tidak semua orang dapat menggunakannya.

Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat


giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dn mudah didapat, juga
memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan
denga obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia,
baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui jenisnya. Dimana
banyak diantaranyya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan. Salah satu
senyawa inia adalah senyawa turunan xanthon yaitu alfa-mangostin. Dari
penulusran pustaka diketahui senyawa alfa-mangostin memiliki aktivitas anti
oksidan, anti kanker, anti mikroba, depresan saraf pusat, anti jamur, dan
menghambat oksidasi LDL.

Telah dilaporkan bahwa ekstrak murni peicarp Garcinia mangostana


(manggis) digunakan sebagai obat menurunkan berat badan. Ekstrak ini
mengandung metabolis sekunder senyawa turunan xanthon yaitu alfa-
magostin. Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung
mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah dan sering
mempunyai kadar HDL yang lebih rendah. Salah satu cara menurunkan berat
badan adalah dengan mengurangi penimbunan lemak dalam tubuh yang secara
tidak langsung dapat menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia.

1
1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu


bagaimana efek α-magostin terhadap kadar kolesterol total darah,
trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis
50 (Ld50)?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek α-


magostin terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol
HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50).

1.4. Manfaat

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti efek α-magostin


terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol HDL,
kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50). Hasil penelitian ini
memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lipid
Lipid merupakan konstituen diet penting karena nilai energinya yang
tinggi dan karena adanya vitamin larut lemak dan asam lemak esensial di
dalam lemak makanan alami. Lipid memiliki sifat umum yaitu relatif tidak
larut di dalam air (hidrofobik), tetapi larut di dalam pelarut nonpolar,
sepertieter , kloroform, serta benzene. Selain sebagai sumber energi yang
efisien, lemak juga berfungsi sebagai insulator (isolator) panas di dalam
jaringan subkutan dan sekeliling organ tertentu serta sebagai insulator listrik
di sepanjang serabut saraf bermyelin. Fungsi yang lain apabila lemak dan
protein bergabung menjadi suatu lipoprotein, yaitu sebagai pembentuk
penting pada sel, baik di dalam membrane sel maupun mitokondria di dalam
sitoplasma. Lipid dengan makna fisiologis penting adalah asam lemak dengan
senyawa esternya, bersama kolesterol serta senyawa steroid lain.
Senyawa yang termasuk lipid dibagi menjad beberapa golongan
yakni: (1) lipid sederahna, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol;
(2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang memiliki gugus tambahan;
(3) derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester
trigliserida, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah
asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang denagn rumus
umum:
O
R – C – OH
Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau tidak jenuh dan terdiri
atas 4 sampai 24 buah atom karbon.
Lipid bersifat tak larut dalam air sehingga pengangkutannya oleh
plasma darah dalam bentuk lipoprotein. Ada empat kelompok utama
lipoprotein yaitu: Kilomikron mengangkut lipid yang terbentuk dari

3
pencernaan dan penyerapan. VLDL (very low density lipoprotein)
mengangkut triasilgliserol dari hati. LDL (low density lipoprotein)
merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol serta terbentuk dari
metabolisme VLDL, dan HDL (high density lipoprotein) juga merupakan
lipoprotein yang kaya akan kolesterol tetapi terlibat di dalam pengeluaran
kolesterol dari jaringan serta pada metabolisme jenis lipoprotein lain.

2.2. Hiperlipidemia dan faktor yang mempengaruhinya


Hiperlipidemia adalah suatu keadaan patologis akibat kelainan
metabolisme lemak darah yang ditandai dengan meningginya kadar kolesterol
darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau kombinasi
keduanya. Hiperlipidemia yang disebabkan kelainan genetik disebut
hiperlipidemia primer. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali sudah
tampak adanya xantoma atau penumpukan lemak di bawah jaringan kulit.
Pada hiperlipidemia sekunder terdapat peningkatan kadar lipid darah
disebabkan oleh penyakit, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid,
penyakit hepar dan ginjal. Penyakit ini sifatnya berulang. Namun kebanyakan
hiperlipidemia disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti obesitas, diet kaya
lemak, kurang melakukan olah raga, penggunaan alkohol, dan merokok.

2.3. Profil lipid pada hiperlipidemia


Hiperlipidemia mengakibatkan peningkatan kolesterol, adanya
sindroma metabolik, peningkatan trigliserida, juga penurunan kadar
kolesterol HDL. Kolesterol HDL disebut juga kolesterol baik. Hal ini
berkaitan dengan peran HDL dalam cholesterol reverse transport (dari
jaringan perifer ke hepar) untuk didaur ulang atau diekskresikan oleh hepar.
Selain itu HDL mampu menghambat oksidasi LDL dan membran biologik.
Kolesterol HDL mempunyai efek antioksidan yang kuat. Suatu HDL terkait
enzim, lecithin-kolesterol acyltransferase, yang membentuk bagian dari HDL,
merupakan enzim antioksidan yang kuat yang dapat memblokir oksidasi
kolesterol LDL.

4
LDL memiliki fungsi utama mentranspor kolesterol dari hepar ke
jaringan dan memasukkannya ke dalam membran sel. Sehingga LDL
merupakan komponen pembentuk kolesterol dinding sel. Kenaikan kadar
kolesterol yang terdapat pada LDL berkaitan dengan penyakit aterosklerosis.
Meningkatnya jumlah kolesterol LDL serum membebani antioksidan pada
endothelium yang sehat dan menyebabkan cedera endotel. Penelitian
membuktikan bahwa LDL teroksidasi merupakan prediktor aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskular yang lebih baik dibanding LDL kolesterol biasa.
LDL yang teroksidasi dapat menjadi sangat berbahaya, karena dapat menjadi
efek toksik dan menyebabkan disfungsi sel atau dinding pembuluh darah,
yang berkaitan dengan pembentukan aterosklerosis.

2.4. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu kelainan inflamasi kronik, dengan
karakteristik akumulasi monosit atau makrofag, sel otot polos, dan limfosit di
dalam dinding arteri sebagai respons untuk pelepasan molekul proinflamasi.
Pembentukan dari plaque aterosklerosis memiliki komplikasi di antaranya:
1. Kalsifikasi, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kurang lentur
dan mudah pecah.
2. Ulserasi pada permukaan plaque, yang dapat menyebabkan kaskade
agregasi trombosit yang pada akhirnya dapat membentuk trombus yang
akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan gangguan aliran
darah.
3. Pada pembuluh darah yang besar, bagian dari ateroma yang terlepas
dapat menyebabkan emboli pada bagian distal pembuluh darah,
4. Ruptur endotel atau kapiler yang memperdarahi plaque, yang dapat
menyebabkan perdarahan didalam plaque, dan
5. Penekanan plaque terhadap tunika media yang dapat meyebabkan
terjadinya atropi dan berkurangnya jaringan elastis sehingga dapat
mengakibatkan terbentuknya aneurisma.

5
Sistem imun memiliki peran penting pada pembentukan plaque
aterosklerosis dan segala komplikasinya. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya limfosit T jenis CD8+ dan CD4+ pada semua stadium lesi.
Mekanisme ini melibatkan stimulasi beberapa antigen yang berhubungan
dengan pathogenesis aterosklerosis.
LDL teroksidasi (oxLDL) merupakan antigen yang paling sering
dipelajari dalam aterosklerosis. Jumlah LDL teroksidasi yang meningkat
dalam serum dibawa oleh makrofag dan sel otot polos. Hal ini kemudian
menimbulkan akumulasi LDL teroksidasi di dalam plaque aterosklerosis.

2.5. Antioksidan
Antioksidan secara umum didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti
khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya
reaksi autooksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid ( Kochhar dan Rossell,
1990). Cuppert (1997) dan Disitir Widjaya (2003) menyatakan bahwa
antioksidan sebagai senyawa secara nyata dapat memperlambat oksidasi,
walaupun dengan konsentrasi yang lebih rendah sekalipun dibandingkan
dengan substrat yang dapat dioksidasi. Berdasarkan fungsinya antioksidan
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Antioksidan primer
Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi
berantai pembentukan radikal. Senyawa ini dapat memberikan atom
hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya
ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*)
tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Zat-zat
ini dapat berasal dari alam maupun buatan. Antioksidan alam antara lain :
tokoferol, lesitin,sesamol, fosfasida, dan asam askrobat. Antioksidan
buatan adalah senyawa-senyawa fenol,misalnya : butylated
hidroxytoluene (BHT).

6
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah
kerja prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi
oksidasi. Antioksidan ini memperlambat laju autooksidasi dengan
berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi
dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).
Ross mengungkapkan bahwa antioksidan dapat mengurangi formasi
radikal bebas oleh LDL teroksidasi. Antioksidan ini mempunyai peran
penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak
makromolekul.
Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau
menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi,
dapat disebabkan oleh 4 (empat) macam mekanisme reaksi yaitu :
1. pelepasan hidrogen dari antioksidan.
2. Pelepasan elektron dari antioksidan
3. Addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan
4. Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari
antioksidan
Prinsip kerja antioksidan dalam menghambat otooksidan pada lemak
dapat dilihat sebagai berikut :
Oksigen bebas di udara akan mengoksidaksi ikatan rangkap pada asam
lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang terbentuk akan
bereaksi dengan oksigen sehingga akan menghasilkan peroksida aktif.
RH + O2 R* + OOH
Asam lemak tidak jenuh Oksigen Radikal bebas
R* + O2 ROO
Radikal bebas oksigen Peroksida aktif
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah
pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan
minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap
inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk

7
pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk
dapat bereaksi dengan molekul lipida lain untuk membentuk radikal lipida
baru (Gordon, 1990).
Inisiasi : R* + AH RH + A*
Radikal bebas antioksidan
Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*

2.6. Alfa mangostin (α-Mangostin)


Xanton adalah salah satu jenis zat warna pada manggis yang berasal
dari kulit buah manggis. Senyawa Xanthone yang terkandung di dalam kulit
buah manggis meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A,
mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta
mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin.
Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa Xanthone
tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia.
Hasil penelitian melaporkan bahwa alfa mangostin (1,3,6-trihidroksi-
7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on) hasil isolasi dari kulit
buah manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Dari hasil
studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa alfa mangostin secara
kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi
otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1 pada sel
otot lunak secara utuh.
Mangostin merupakan tipe baru dari histamin. Toksisitas pemberian
ekstrak daun muda terhadap mencit bunting dengan dosis 500, 1000, dan
1500 mg/kg BB menunjukkan efek pada fetus berupa penurunan berat badan,
terjadinya perdarahan pada fetus, dan adanya perubahan jaringan hati fetus
seperti nekrosis pada sel hepar, tetapi tidak terjadi kelainan perkembangan
dan aborsi. Ekstrak daun manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi
jumlah sel spermatid, terjadi penambahan jumlah spermatozoa abnormal, dan
lambatnya gerak maju spermatozoa mencit.

8
Ekstrak kulit buah yang larut dalam petroleum eter ditemukan dua
senyawa alkaloid. Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia
mangostana mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua
metabolit yaitu alfa-mangostin dan mangostin yang berhasil diisolasi.
Mangostin merupakan komponen utama sedangkan mangostin merupakan
konstituen minor. Ditemukan metabolit baru yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di
(3-metil-2butenil) xanton yang diberi nama a-mangostanin dari kulit buah
Garcinia mangostana.
Adapun stuktur dari α-mangostin ditunjukkan pada gambar di bawah
ini,

2.7. Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau
abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara.
Secara fisik, pohon manggis mampu tumbuh mencapai 7 hingga 25 meter.
Bentuknya khas dengan kulit berwarna merah keunguan ketika matang, meski
ada juga varian yang kulitnya berwarna merah.
Manggis berkerabat dengan kokam, asam kandis, dan asam gelugur,
rempah bumbu dapur dari tradisi boga India dan Sumatera
Buah ini merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia. Manggis
termasuk buah eksotik yang sangat digemari konsumen, baik didalam
maupun luar negeri, karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah, dan
tekstur daging buah yang putih halus. Tidak heran, manggis mendapat
julukan Queen of Tropical Fruits (ratunya buah-buah tropis).

9
Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman manggis karena
buahnya yang menyegarkan dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan
levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2
gram air, 0,5 gram protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg
kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C,
vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5
(niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah manggis dikonsumsi dalam keadaan segar,
karena olahan awetannya kurang digemari oleh masyarakat.
Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna
alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit buah manggis diketahui mempunyai
daya antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri. Di luar negeri kulit buah
manggis sudah dibuat kapsul yang digunakan untuk suplemen diet,
antioksidan, dan antikanker.
Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai
aktivitas melawan sel kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu,
juga digunakan untuk antihistamin, antiimpflamasi, menekan sistem saraf
pusat, dan tekanan darah, serta antiperadangan. Kulit buah juga mengandung
antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

10
3.1. Bahan, hewan, dan alat
3.1.1. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai berikut:
a) Senyawa α-mangostin
b) Pulvis gumni arabicum
c) Air suling
d) Makanan standar mencit
e) Makanan diet lemak tinggi yang merupakan campuran
lemak sapi dan minyak kelapa (1:5)
f) Larutan pereaksi kolesterol dari DIASYS
Terdiri darai:
1. Good buffer pH 6-7 50 mmol/l
2. Fenol 5 mmol/l
3. 4-aminoantipirin 0,3 mmol/l
4. Kolesterol esterase 200 U/l
5. Kolesterol oksidase 50 U/l
6. Peroksidase 3 U/l
7. Standar 200 mg/dl (2,3 mmol/l)
g) Reagen pereaksi trigliserida dari DIASYS
Terdiri dari:
1. Good’s buffer pH 7,2 50 mmol/l
2. 4-Chlorophenol 4 mmol/l
3. ATP 2 mmol/l
4. Mg2+ 15 mmol/l
5. Glycerokinase ≥0,4 kU/l
6. Perokidase ≥2 kU/l
7. Lipoprotein Lipase ≥2 kU/l
8. 4-Aminoantipyrin ≥0,5 kU/l
9. Glycerol-3-phospate-oxidase ≥0,5 mmol/l

11
10. Standar 200 mg/dl (2,3 mmol/l)
h) Larutan pengendap koleserol
Terdiri dari:
1. Phorphotongistic acid 0,55 mmol/l
2. Magnesium Chloride 25 mmol/l
3. Standar 200 mg/dl

3.1.2 Hewan
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan galur DDY
Japan dengan berat 20-3- gram dan berumur 2-3 bulan sebanyak 24
ekor.

3.1.3 Alat
Alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Timbangan analitik
2. Timbangan hewan
3. Wadah hewan
4. Tabung sentrifuge
5. Sentrifuge (Hettich EBA 20)
6. Pipet mikro (Biohit)
7. Pipet tetes
8. Vortex (Fisons)
9. Gelas ukur
10. Jarum oral
11. Lumpang dan alu
12. Silet
13. Tissue
14. Vial
15. Kaca arloji
16. Spektrofotometer UV-Vis
3.2. Persiapan hewan percobaan

12
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan masing-
masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi
selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaa. Dan diberi
makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak
lebih dari 10 % serta memperlihatkn perilaku normal.

3.3. Perencanaan dosis


Dosis pemberian senyawa mangostin yang direncanakan adalah 30, 100,
dan 300 mg/kgBB

3.4. Pembuatan sediaan uji


Konsentrasi sediaan uji dibuat dan dihitung dengan rumus :
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml) =
Volume pemberian (ml)
Senyawa uji ditimbang berdasarkan konsentrasi masing-masing
dosis. Kemudian disuspensikan dengan Pulvis Gumni Arabicum (PGA) 2%
dalam air suling.

3.5. Penentuan dosis gemfibrozil


Dosis gemfibrozil yang biasa dipakai oleh manusia adalah 2 x 600
mg/hari. Dosis pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengalihkan
dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke
mencit yaitu 0,0026. Sehigga didapat dosis pemakaian untuk mencit dengan
berat badan 20 g sebagai berikut:
1200 mg x 0,0026 = 3,12 mg/20 g BB
= 0,156 mg/g BB
= 156 mg/kgBB

3.6. Perlakuan hewan percobaan

13
Hewan percobaan dibagi dalam 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri
dari 4 ekor. Masing-masing kelompok diperlakukan sebagai berikut: kelompo
I (kontrol negatif) diberikan suspensi PGA 2 % B, Kelompok II (kontrol
positif) diberikan Makanan Diet Lemaka Tinggi (MDLT) 2 % BB, Kelopmok
III (pembanding) diinduksi dengan MDLT 2 % BB + gemfibrozil dosis 156
mg/kg BB, kelompok IV, V, dan VI diberikan MDLT 2 % BB + sediaan uji
dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB.
Sebelum diberi suspensi sediaan uji, mencit diberi Makanan Diet
Lemak Tinggi (MDLT) yang terdiri dari campuran lemak sapi dan minyak
(1:5) kecuali kontrol negatif. Cara pembuatannya: timbang lemak sesuai
dengan yang dibutuhkan kemudian campurkan dengan minyak dengan
bantuan pemanasan.
MDLT diberikan secara oral sebanyak 2 % BB selama 7 hari untuk
menngkatkan kadar kolesterol. Kemudian selama 7 hari mencit diberi MDLT
2 % BB dan sediaan uji dengan tiga variasi dosis yaitu 30, 100, dan 300
mg/kg BB dengaan VAO 1 % BB, kelompok pembanding diberikan MDLT 2
% BB dan gemfibrozil dosis 156 mg/kg BB dengan VAO 1 % BB, dan
kelompok kontrol positif hanya diberi MDLT saja.

3.7. Pengukuran kadar koleserol


Setelah perlakuan pada mencit selama 7 hari, pengukuran kadar
kolesterol total dilakukan pada hari ke 8 untuk setiap mencit pada masing-
masing kelompok. Darah mencit diambil dengan memotong pembuluh darah
leher mencit dan ditampung dengan tabung sentrifuge. Darah didiamkan
selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 0,01 ml
dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi
kolesterol sebnayak 1 ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex. Dan
dibiarkna sellama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang
gelombnag 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi
kolesterol 1 ml dan aquadest 0,01 ml.

14
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan
kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut:
A Sampel
C= x C st
A Standar
Dimana : C = kadar kolesterol (mg/dl)
A = serapan
Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)

3.8. Pengukuran kadar trigliserida


Pada hari ke-8 drah hewan diambil dengan cara memotong
pembuluh darah didaerah leher. Darah ditampung dengan tabung reaksi. Lalu
diamkan selama 20 menit. Setelah itu darah disentrifuge selama 20 menit
dengan kecepatan 3000 rpm kemudian serumnya dipisahkan untuk
pengukuran kadar trigliseridanya.
Caranya:
Serum dipipet sebanyak 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
lalu ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebnayak 1000 µl lalu campur
larutan dengan baik menggunakan vortex. Kemudian biarkan 20 menit pada
suhu kamar dan ukur serapan pada panjang gelombnag 500 nm terhadap
blanko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama
dengan pengukuran serapan sampel.
Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
A Sampel
C= x C st
A Standar

Dimana : C = kadar trigliserida(mg/dl)


A = serapan

15
Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl)

3.9. Pengukuran kadar HDL dan LDL darah mencit putih jantan
Pengukuran kadar HDL dilakukan pada hari ke 15. Darah diambil
dengan cara memotong pembluh darah leher mencit dan ditampung dengan
tabung sentrifuge sebanyak ± 2 ml. Darah didiamkan selama 15 menit,
kemudian sentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Bagian
cairan jernh (serum) dari darah digunakan untuk pengaturan kadar kolesterol
HDL dengan cara:
a. Pengukuran kadar kolesterol HDL dengan cara:
Pipet serum sebanyak 0,02 ml lalu ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap,
dokocok, dibiarkan 10 menit pada suhu kamar dan disentrifuge selama 20
menit dengan kecepatan 4500 rpm. Diambil 0,01 supernatan, dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml,
dihomogenkan dengan vortex lalu dibiarkan 20 menit pada suhu kamar
dan diukur serapan pada panjang gelombang 500 nm. Hasil serapan yang
diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus:
A Sampel
C= x C standar (200 mg/dl)
A Standar
Dimana : C = kadar kolesterol HDL (mg/dl)
A = serapan

b. Pengukuran kadar kolesterol LDL


Untuk mengukur kadar kolesterol LDL dihitung dengan rumus (Artiss, et
al, 1997):
Trigliserida
LDL (mg/dl) = kolesterol total - - HDL
5
3.10. Penentuan (LD – 50) senyawa α-mangostin (Thomson 1985)

16
Untuk penentuan LD – 50 hewan dikelompokkan secara acak
menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Hewan-hewan
dalam tiap kelompok diinjeksikan sediaan uji secara oral. Masing-masinh
menerima satu peringkat dosis, dosis yang digunakan diperoleh dari hasil
pemeriksaa pendahuluan yang menyebabkan kematian hewan terkecil dan
dosis yang menyebabkan kematian hewan 100 %, yaitu dosis 1000 mg/kgBB,
3000 mg/kgBB, 9000 mg/kgBB, dan 15000 mg/kgBB. Pegamatan jumlah
hewan yang mati dan jangka selang waktu 24 jam dicatat dan penyebab
kelemahan hewan dianalisa.

3.11. Evaluasi data hasil penelitian


Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan Statistik Analisa
Varian (ANOVA) satu arah berdasarkan rancangan acak kelompok dan
dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

17
Penentuan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL darah
mencit pada penelitian ini dilakukan dengan metoda enzimatis menggunakan alat
spektrofotometer. Reaksi yang terjadi yaitu: enzim koleserol eterase akan
menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim
kolesterol oksidase akan mengoksidasi kolesterol bebas menjadi kolestenon dan
hidrogen peroksida. Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-
aminoantipirin dan fenol membentuk komleks quinoneimine yang berwarna
merah. Warna yang terbentuk diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 500 nm. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar
trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinin-
monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah
sebagai berikut: Trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan
dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosin
trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat
dioksidasi oleh enzim gliserol phospat oksidase menjadi dihidroksiasetonphosphat
dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-
klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokinin-monimino)-fenazon yang
berwarna kuning kecoklatan.
Sebelum perlaukan mencit diklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari
untuk penyesuaian terhadap lingkungan. Mencit diberi MDLT yaitu campuran
minyak sawit dengan lemak sapi dengan perbandinhan 1:5 selama 7 hari yang
bertujuan untuk mengoptimalkan kadar kolesterol darah mencit. Lemak sapi
mengandung lemak jenuh sterol yang kaya akan kandungan kolesterol sedangkan
minyak sawit mengandung trigliserida. Trigliserida yang masuk dari makanan
diemulsikan oleh asam empedu terlebih dahulu baru kemudian diserap oleh usus
halus. Di pankreas terdapat dua enzim yaitu enzim lipase dan fosfolipase A2.
Enzim lipase menghidrolisis trigliserida menjadi 1,2-digliserida dan 2-gliserida,
sedangkan enzim fosfolipase A2 menghidrolisi fosfolipid menjadi asam lemak
dan lysofosfolipid.

18
Semua produk yang dihsilkan dipindahkan ke sel epitelial usus dimana
di tempat ini trigliserida disintesis kembali. Trigliserida ini bersama dengan
protein, fosfolipid, dan kolesterol ester bergabung membentuk kilomikron.
Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron ini akan dihidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol dimana asam lemak akan
memasuki sel-sel jaringan, sebagian lagi akan diubah menjadi energi dan sebagian
lagi akan dioksidasi menjadi asetil-CoA yang merupakan prekusor pembentuk
kolesterol. Mekanisme peningkatan kolesterol dan trigliserida dari makanan diet
lemak jenuh (MDLT) ini belum diketahui secar pasti tetapi diperkirakan bahwa
lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan pembentukan partikel VLDL yang
berukuran kecil serta mengandung kolesterol yang relatif banyak. Hal ini terbukti
dari hasil penelitian yang didapatkan dimana mencit yang diberi MDLT
meningkat kadar kolesterol, trigliserida, dan LDLnya dibandingkan mencit yang
hanya diberi makanan standar saja (Tabel I,II,III).
Hasil penelitian memperlihatkan bahawa efek α-mangostin terhadap
penurunan kadar kolesterol total darah rata-rata mencit kelompok dosis 30, 100,
dan 300 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, yang
dibuktikan dengan data persentase efek penurunan kadar kolesterol total darah
rata-rata mencit putih jantan dengan 3 variasi dosis α-mangostin dan pembanding
GFB dosis 156 mg/kg BB, setelah diinduksi dengan MDLT 2 % BB terhadap
kontrol (+) (Tabel IV).

Pengaruh senyawa α-mangostin terhadap kadar kolesterol total,


trigliserida, HDL, dan LDL darah mencit putih jantan ini diduga senyawa ini
dapat meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase yang akan meningkatkan
katabolisme VLDL. VLDL adalah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang
terdiri dari 60 % trigliserida dan 10-15 % kolesterol. Denagn adanya enzim
lipoprotein lipase, VLDL yang kaya trigliserida ini akan mengalami hidrolisis
menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil samping dari penguraian ini berupa
kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein yang akan dipindahkan ke HDL. Akibatnya
kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL akan menurun dan kadar HDL akan

19
meningkat. Kolesterol bentuk HDL akan dibawa ke hati dan kemudian diubah
menjadi asam empedu yang selanjutnya akan dikeluarkan melalui feses. Dengan
demikian akan terjadi penurunan kadar kolesterol total darah mencit. Untuk
menjamin keamanan penggunaan α-mangostin, maka dilakukan penentuan harga
dosis letal 50 terhadap mencit putih jantan. Pemberian α-mangostin dengan dosis
1, 3, dan 10 g/kgBB pada hewan percobaan terlihat tidak menyebabkan kematian
hewan percobaan dalam waktu 24 jam, dengan demikian penentuan Dosis Letal
50 ini tidak dilanjutkan lagi dengan dosis yang lebih tinggi, karena sampai dosis
10 g/kg BB idak satupun hewan percobaan yang mati dalam 24 jam. Berarti α-
mangostin dapat dikategorikan sebagai obat yang relatif aman.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa senyawa α-


mangostin dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol
LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada darah mencit, sehingga dapat
digunakan sebagai fitofarmaka anti aterosklerosis yang sangat aman karena tidak
toksik.

BAB V PENUTUP

20
5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa


pemberian senyawa α-mangostin pada dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB dapat
menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta meningkatkan
kadar HDL darah mencit putih jantan secara sangat bermakna (p<0,01).
Pemberian α-mangostin dengan dosis 10 g/kg BB tidak menyebabkan kematian
pada hewan percobaan dalam waktu 24 jam setelah senyawa diberikan, sehingga
senyawa ini dapat dikatakan aman.

5.2. Saran

Agar senyawa α-mangostin ini bisa digunakan sebagai obat anti


aterosklerosis maka disarankan peda peneliti selanjutnya untuk meakukan uji
klinik dan uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis dari senyawa α-mangostin.

DAFTAR PUSTAKA

21
Brown, M., S., and Goldstein, J., L., “Druds Used in The Treatment of
Hyperpoliproteinemias” in GOODmoan, L. S., and A. Gilman, “The
Pharmacological Basis o Therapeutics”, 10 th Ed., Mc Graw Hill Medical
Publishing Division, New York, 2001.

Dalimartha, Setiawan dr, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Puspa Swara,
Anggota IKAPI, Jakarta, 2003.

Ganiswara, G. S., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi,


Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.

Kaplan, A., Clinical Chemistry Interpretation and Techniques, Lea and Febringer,
Phyladelpia, 1979.

Murray, R. K., Granner, P. A. Mayes and V. W. Rodwell, Biokimia Harper, Edisi


ke-24, diterjemahkan oleh A. Hartono, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1997.

Natureswellnessecrets, The XangoTM Report.


http://www.natureswellnessecrets.com/α-mangostin/The XangoTM
Report.pdf.

Rivai, Erizal, “Pengembangan Fitofarmaka Sebagai Salah Satu Komoditas


Agromedisin untuk Pengobatan Alternatif”, Disampaikan pada Seminar
Ilmiah Nasional dalam Kegiatan Musyawarah Ilmiah Nasional IX dan
Pekan Ilmiah Nasional VIII – ISMAFARMASI, Padang 9 September 2002,
Universitas Andalas, Padang, 2002.

Sedianto, W. D., “Profil Obat Tradisional Indonesian dan Arah Pengembangan


Untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, Proceding Simposium
Penelitian Tumbuhan Obat X dan Jamu, Jakarta, 1986.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ke-2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1987.

22
Thompson, E. B., Drug Bioscreening : Fundamental of Drug Evaluation
Techniques in Pharmacology, Craseway Publishing Company, New York,
1985.

23

You might also like