You are on page 1of 6

Bismilahirrahmaanirrahiim

Setiap manusia yang mampu menyingkapkan dirinya dengan benar berdasarkan


al-Qur'an akan selalu menghasilkan kodefikasi numerik 114 sebagai an-Naas
dan sebagai Bani Adam yang menjadi Khalifah (Penguasa Pengetahuan
Tauhid).

Petunjuk penyingkapan jati diri;

1) Tauhidkanlah dengan benar dan murni “Laa ilaaha illaa Allaah,


Muhammadurrasulullah”, Tuhanmu Yang Maha Esa dan tempat bergantung
(QS 112:1-4) dan Yang Maha Menciptakan (QS 96:1-5) dan Muhammad
Utusan Allah, washilah dan pembimbingmu sebagai orang yang diberi nikmat
yang banyak oleh Allah, yang akan mengiringimu memasuki Shirathaal
Mustaqiim. Jangan syirik, baik yang halus maupun yang vulgar. Jauhi dunia
perklenikan dan perdukunan karena merupakan salah satu instrumen Iblis
yang nyata benar menjadi sarana pembodohan manusia yang berakal
pikiran. Selain itu, dunia perdukunan dan perklenikan akan dapat
menyebabkan manusia menjadi satanik. Juga , hati-hatilah, jangan pernah
beranggapan bahwa doa dan memajang kaligrafi di rumahmu akan dapat
mengusir setan. Hal ini termasuk syirik juga karena hanya Allah lah bukan
karena kaligrafi atau rentetan doa yang mengusir setan. Khususnya setan
dari dalam dirimu yaitu was-was dihati (QS 114:1-4) yang berkembang
menjadi buruk sangka kepada sesama makhluk atau bahkan buruk sangka
kepada Tuhan. Doa hanya sekedar bahasa yang kita gunakan untuk
memohon bantuan Allah SWT, jadi bukan karena doamu tetapi karena
kehendak, kekuasaan, ampunan, rahmat dan kasih sayang Allah lah semua
keinginanmu maujud. Selalu bersandarlah kepada-Nya.
2) Mulailah dari diri Anda sendiri, apakah berdasarkan profesi maupun
berdasarkan apa yang Anda sukai. Apakah berdasarkan tanggal lahir,
ataupun nama Anda sendiri, ataupun hal-hal lainnya yang mungkin.
Ketahuilah, al-Qur'an adalah suatu kesempurnaan pedoman yang rigid,
namun fleksibel karena mempunyai arah pandangan dan pintu masuk berupa
lingkaran kesempurnaan 360 derajat sebagai wujudnya kesempurnaan dan
detak jantung kehidupan semua makhluk yaitu YaaSiin.
3) Singkapkanlah dengan panduan Iqra dan jiwa yang termurnikan dengan
pedoman kepada akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Berfikirlah dengan
filosofis, logis, dan kreatif sebagai pemahaman tri-lateral untuk menyelami al-
Qur’an yang pemahamannya bertingkat-tingkat mulai dari makna lahiriah
yang terbaca, makna ilmiah yang tersingkap secara logis melalui nomor surat
maupun ayatnya, maupun hakikat terdalam sebagai makna batiniah yang
tersirat didalamnya, dan akhirnya menjadi dasar-dasar bagaimana Anda
bertindak yaitu akhlak Rasulullah (simak QS 9:128-129, QS 10:9-10).
4) Ketika Tuhan memberikan petunjuk, berdoalah agar pengetahuan-Nya
dilimpahkan kepadamu. Berendah dirilah dihadapan-Nya, sucikan dirimu
ketika engkau ingin membaca Al Qur'an dan jauhilah hawa nafsu ketika
membaca al-Qur’an. Penelusuran dengan meneliti nomor surat dan ayat,
huruf-huruf, makna terdalam, dan simbol-simbol serta ungkapan yang
dinyatakan dengan kisah Nabi dan orang beriman maupun kaum yang
menentang Tuhan akan membantu melacak jejak-jejak historis Anda dalam
al-Qur'an sebagai Bani Adam, anak-anak Adam yang menguasai
Pengetahuan Tauhid. Engkau adalah “Khalifata” bagi dirimu sendiri dan
orang-orang disekitarmu. Jangan takuti bahasa Arab di Al Qur’an, pelajarilah
sedikit demi sedikit semampumu.
5) Jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Shalatlah dengan ikhlas dan
ridha tanpa beban dan keinginan untuk ini atau itu. Shalatlah sebagai
pemenuhan hak-hak Allah untuk menerima maghfirah (ampunan) yang
dianugerahkan Allah kepadamu sebagai ‘Abd Allah yang berserah diri (Umat
Islam) dengan ampunan dan taubat (Istighfar) yang menauhidkan dan
menjadi bagian dari kontinuitas keseimbangan jagat raya. Sebagai muslim,
engkau adalah tetapan awal mula yang menjadikan bagian dari eksistensi al-
Aalamin (alam semesta global). Engkau adalah an-Naas (Qs 114), al-
Insaan(Qs 76), al-Mukminin(Qs 23), al-Mukmin(Qs 40) yang berasal dari "fii
ahsaani taqwiim" (sebaik-baiknya bentuk) (Qs 95:4) yang bisa menjadi al-
Insaan al-Kamil (QS 2:128-129) dibawah naungan Rahmaatan Lil Aalamin
(Nabi Muhammad SAW), dengan pedoman Dzikrul Lil Aalamin (Al Qur’an),
dan pengajaran Rabbul Aalamin. Sadarilah itu sebagai konsep fundamental!
6) Selama perjalanan Anda menelusuri Al Qur’an, Anda akan menemui berbagai
hal yang dapat Anda terapkan maupun peringatan yang membantu Anda
untuk memperbaiki apa yang perlu Anda perbaiki.
7) Hati-hati Iblis dan setan dari dirimu, was-was yang engkau tumbuhkan di
dadamu, dan lingkungan sekelilingmu dapat menjadi Iblis dan setan yang
menyesatkan. Iblis dan setan dapat berupa apa saja dan datang dari depan,
belakang, kiri dan kanan (QS 7:17), maka WASPADALAH!
8) Sadarilah dalam dirimu bersemayam senyawa Iblis (kalor panas tubuh) yang
dapat menjadikan dirimu satanik, dajjalik (buta mata hati, summum, bukmum
umyun), dan menjadi bagian dari “kaum Yakjuj dan Makjuj” yaitu “kaum
panjang angan-angan dan khayal” yang condong kepada ilusi mental yang
menuruti hawa nafsu.
9) Perhatikanlah makanan dan minumanmu dari mana asal muasalnya, dan
bagaimana komposisinya apakah mengandung senyawa yang membuat
kalor tubuhmu menjadi tak tekendali atau tidak. Jangan sekalipun memakan
“makanan dan minuman” yang “memabukkan” atau minuman tonik yang
mempunyai kecondongan kepada meningkatnya kalor tubuh dan syahwat.
Tetapi jangan bodoh untuk mengatakan alkohol murni itu haram, karena
alkohol dapat dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih berguna. Jika kita tidak
memahami maksud halal dan haram dalam makanan dan minuman sebagai
hasil olahan yang menyebabkan pengaruh buruk pada akal pikiran kita
(kesehatan mental kita), maka kita semua akan di adzab Allah karena
mengharamkan penampilan Asma dan Sifat-Nya, dan tentunya karena kita
setiap hari menggunakan bahan bakar yang merupakan keluarga alkohol
atau bahan-bahan lainnya yang bersinggungan secara alamiah. Jadi
pikirkanlah jangan mengikuti kedunguan Iblis.
10) Jangan sandarkan dirimu pada amaliah lahirmu, apalagi dari pakaianmu,
karena ke surga dan ke neraka bukanlah karena amaliah kita tetapi semata-
mata karena anugerah Allah. Seandainya Allah hanya mengatakan bahwa
tiket masuk surga karena amal lahiriah semata, maka ketahuilah seumur
hidup ibadahmu yang terbaik sekalipun tak akan sanggup untuk membalas
limpahan keikhlasan Allah untuk menciptakan selembar bulu rambut yang
ada di lubang hidungmu. Perbanyaklah amaliah lahir dengan landasan batin
yang benar, dengan ikhlas dan ridha tanpa kecenderungan untuk
mendapatkan surga atau neraka, apalagi ingin menjadi kaya di dunia.
Keikhlasanmu adalah keikhlasan Allah yang telah menciptakanmu. Tanpa
ikhlas-Nya maka makhluk tak akan pernah ada.
11) Ketahuilah, ibadahmu tak ada hubungannya dengan kekayaanmu di dunia.
Karena itu ibadahmu hanya patut untuk Allah SWT karena engkau diciptakan
sebagai cermin untuk menampilkan Pengetahuan-Nya dengan landasan
penauhidan dan engkau sekedar menjadi abdi (‘Abd) yang menyembah-Nya.
12) Tahajudlah dan perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan Allah,
bagaimana pun kondisimu, baik keadaan susah maupun senang. Tahajudlah
untuk memohon ampunan dan memohon ridha dan tambahan pengetahuan-
Nya. Tahajud adalah shalat wajib yang akhirnya diringankan karena
keterbatasan fisikal manusia. Jadi, sejatinya tahajud shalat wajib namun
karena kalau malam manusia umumnya beristirahat maka shalat tahajud
diringankan Allah hanya bagi yang mau dan mampu (QS 73:20).
13) Istiqamah-lah, jalankan semua ubudiyyahmu dengan ketekunan, bukan
dengan nafsu dan ingin cepat-cepat menjadi ahli ibadah. Bukankah di al-
Qur'an disebutkan untuk beribadah semampunya?Jangan menyesali apa
yang tak bisa kau raih, lakukanlah semua ibadahmu semampumu, apapun
kondisimu saat itu.
14) Setiap kali selesai shalat, perbanyaklah istigfar-mu, dzikirmu dengan
kodefikasi 4x33 kali yaitu tahlil, tasbih, tahmid, dan takbir (urutannya bebas),
dan perbanyaklah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW karena dialah
yang menjadi washilah-mu sejak awal dan akhir penciptaan makhluk.
Perbanyaklah membaca surat al-Fatihah, an-Nashr, al-Ikhlas, al-Falaq, dan
an-Naas dalam keadaan apapun.
15) Jangan pernah merasa diri paling beriman, paling suci, paling baik, ataupun
sikap menyombongkan diri. Ketahuilah, sikap itu muncul dari kebodohan Iblis
yang tidak tahu bagaimana dirinya diciptakan. Kebodohan adalah musuh
Umat Islam yang memunculkan sikap banggga diri yang membahayakan.
Ketahuilah semua makhluk diciptakan dengan limpahan kalimat Basmalah
maka semua makhluk sejatinya menerima rahmat Allah SWT. Jadi, jangan
menyombongkan diri karena kesombongan muncul dari penyakit Ghurur
(bangga diri) yang akan menimbulkan sombong, takabur, riya, kedengkian
dan sederetan penyakit Iblis yang akan sambung menyambung
menggelapkan hati. Kalau ini terjadi, maka sebaik apapun lahiriahnya engkau
menampilkan diri tak lebih dari keinginan untuk dipuja puji orang lain. Iblis
adalah musuhmu, esensinya ada dalam diri setiap manusia maka ia akan
selalu berupaya terus menerus menggodamu dengan berbagai cara, bahkan
dengan jubah-jubah kesucian dan peribadahan sekalipun.
16) Mulailah berpikir dengan mendalam atas semua aktivitasmu. Jangan menjadi
TAKLID buta, apalagi membebek dan nyambat apa kata orang, sikap ini
muncul dari kebodohan Iblis. Juga, jangan mudah dipanas-panasi atau
dibodohi dengan isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Boleh jadi berita itu
adalah berita dari kaum al-Kafiruun atau al-Munafiquun.
17) Jangan lupakan bahwa semua itu tak lebih dari anugerah Allah karena
realitas tegaknya semua makhluk adalah "Laa Hawla Walla Quwwaata Illa
Billah"(Tiada daya dan upaya kecuali daya dan upaya Allah semata).

ATMND (114912)

You might also like