You are on page 1of 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi
utama yaitu mengeleminasi sisa - sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta
mempertahankan homostatis cairan tubuh. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh
1200 - 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk
dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang
terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan
tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk
metabolisme tubuh adalah 500 ml.
Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam, nefritis
akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak berbentuk
urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air
raksa atau batu ginjal.
Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes
inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiapa hari dapat mencapai 10-20
L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1 hari.
Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 - 20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00 - 08.00)
adalah 2 : 1, kadang - kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atua bahkan
terbalik.
Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan
berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah
1,003 - 1,030. pH bersifat (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0. Kandungan zat
padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :
Klorida sebagai Na C l = ± 100 gr
C a2+, M g2+ dan iodium = sedikit
Urea = ± 20 - 30 gr
Kreatinin = 1,5 gr
Amonia = 0,7 gr
Asam Urat = 0,7 gr
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein dan berbagai
senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi
pembentukan batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira -
kira satu per tiga batu saluran kemih terdiri dari C a-fosfat, C a-karbonat dan M g aluminium
fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan eskresi kalsium , infeksi dan peningkatan
pH. Dalam urin juga dapat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat (Hafiez Soewoto,2001).
Pengukuran biokimia maupun komponen spesifik darah dan air seni merupakan indikator
penting keadaan metabolik dan dipakai di dalam diagnosis penyakit dan pengobatan. Sebuah
contoh adalah diabetes melitus yang menyebabkan abnormalitis nyata pada metabolisme.
Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat urin, mengetahui jumlah zat
padat total pada urin, mengetahui adanya garam-garam amonium pada urin, mengetahui
adanya belerang dalam urin, melakukan uji asam urat pada urin, melakukan uji glukosa pada
urin, melakukan uji protein heller pada urin dan melakukan uji koagulasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Sifat-sifat Urin
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian
padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun
kelektrolitanya, diantaranya adalah :
Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar,
didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan
subtansi lainya seperti hormon
Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+).
Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-,
PO43-). Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah
warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit. Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang
merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu
volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025. Kejernihan : Normal urine terang dan
transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan
untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit
alkali .
Dalam keadaan normal kencing memang tampak sedikit berbusa karena kencing
mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi jika kencing dicurahkan kedalam tempat berwadah
dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa.
Garam-garam Amonia
Amonia adalah hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati dan juga di
dalam ginjal. Pada mammalia penghasil utama amonia adalah dari deaminasi glutamin pada
ginjal. Amonia merupakan persenyawaan yang sangat bersifat racun. Karena amonia bersifat
racun, maka urin pasti mengandung amonia sebagai saluran pembuangannya
Uji Glukosa Semi Kwantitatif
Glukosa adalah salah satu dari monosakarida yang mempunyai peranan besar sebagai
indikator penyakit diabetes melilitus (DM). Diabetes melilitus adalah suatu keadaan yang timbul
karena defisiensi insulin, baik secara relatif maupun absolut (Safrizal, 2010). Karena
terhambatnya penyerapan glukosa ke dalam sel serta gangguan metabolismenya, maka timbul
hiperglikemia.
Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah
menjadi lemak (Safrizal, 2010). Pada diabetes melilitus semua proses tersebut terganggu,
sehingga sebagian besar glukosa tetap dalam sirkulasi darah dan energi terutama diperoleh
dari metabolisme protein dan lemak.
Selain dalam darah, glukosa juga bisa ditemukan dalam urin pada orang yang
menderita diabetes melitus. Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan
penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal,kadar tersebut tidak
melebihi sekitar 140 mg/dL karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah menyimpannya
untuk digunakan kemudian atau mengoksidasinya untuk menghasilkan energi (Safrizal, 2010).
Setelah makanan dicerna dan diserap, kadar glukosa darah menurun karena sel terus
metabolis glukosa. Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa
yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jaringan akibat efek osmotik glukosa.
Jaringan akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu.
Pada penderita diabetes melitus, urinya akan mengandung glukosa karena
terganggunya pemecahan dan penyerapan glukosa itu sendiri. Air seni juga digunakan sebagai
indikator apakah seseorang mengidap penyakit diabetes melitus. Tes urin dapat dilakukan
dengan melakukan uji benedict ataupun fehling.
Uji Asam Urat
Asam urat asam hipurat merupakan zat sisa pencernaan sayuran dan buah.
Menumpuknya asam urat di dalam tubuh hyperuricemia menyebabkan terbentuknya kristal
asam urat. Penumpukan kristal asam urat yang kronis pada persendian menyebabkan cairan
getah bening yang berfungsi sebagai pelicin (lubricant) tidak berfungsi.  Akibatnya, apabila
persendian digerakkan akan terjadi gesekan kristal-kristal tersebut sehingga menimbulkan rasa
nyeri.
Asam urat merupakan kristal putih, tidak berbau, tidak berasa, mengalami dekomposisi
dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN), sangat sukar larut dalam air, tapi larut dalam
gliserin dan alkali.
Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup akibat proses metabolisme utama yaitu,
suatu proses kimia dalam inti sel yang berfungsi menunjang kelangsungan hidup. Proses
dimulai dari makanan berupa karbohidrat, protein dan selulosa (serat) melalui siklus KREBS
yang akan menghasilkan energi. Bila terjadi penyimpangan dalam proses ini, maka asam urat
akan menumpuk.
Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine)
yang merupakan konstituen asam nukleat Asam urat (uric acid) adalah produk akhir
metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat
terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase Setiap hari
dikeluarkan 0,3 sampai 2,0 gram asam urat hasil katabolisme protein. Asam urat diangkut ke
ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum
akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum
(hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan
diet makanan yang mengandung purin.
Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam
dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan
kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi
berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari
sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau
beberapa minggu.
Uji Protein Heller
Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urine yang
mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna.
Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam
nitrit pekat dan Urine. dalam keadaan normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring
oleh glomerulus ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine. Protein darah
merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar sehingga pada orang
yang normal, tidak akan bisa menembus saringan ginjal pada bagian glomerulus. Jika
ditemukan protein di dalam urine, itu artinya saringan yang ada di glomerulus tersebut telah
rusak dan jebol. Dengan rusaknya saringan di glomerulus tadi maka dapat menyebabkan zat –
zat lain yang seharusnya disaring oleh glomerulus juga akan ikut lewat. Sebagai catatan, jika
telah lolos dari saringan di glomerulus, protein tidak akan direabsorpsi lagi pada bagian tubulus
sehingga akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat – zat lain yang ukuran molekulnya
lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada bagian tubulus. Itulah sebabnya
mengapa protein dalam urine biasa dignakan sebagai parameter untuk menentukan ada
tidaknya kerusakan pada ginjal
Uji Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi
secara fisik seperti pemanasan, pendinginan, dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Metoda Uji ini digunakan untuk menentukan efektivitas flokulan atau kougulan, dan atau
keduanya serta media filter dalam memisahkan padatan terlarut dan koloid dari air baku dan air
limbah, serta menentukan interval pencucian filter dengan aliran balik, persyaratan pencucian
dengan aliran balik, pembilasan dan pengaruh kecepatan penyaringan terhadap kualitas
effluen. Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan dan air baku serta pengadukan
secara cepat didalam suatu wadah atau tempat, agar diperoleh suatu campuran koagulan dan
air baku yang diolah secara merata sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat
terjadi secara merata pula. Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran
koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat
mengendap dengan cepat. Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau
bahan sejenis untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap,
agar diperoleh air yang jernih. Ringkasan pelaksanaan: 1) Flokulan atau koagulan, atau
keduanya, yang dibubuhkan pada aliran air baku atau air limbah bertekanan, dan flok yang
terbentuk, dipisahkan dengan menggunakan media filter. 2) Keefektifan sistem dalam
memisahkan bahan supensi dan koloid ditentukan dengan mengamati kwalitas effluen filter. 3)
Diperlukan bak penampung untuk pembentukan flok atau gumpalan lumpur yang dapat
mengendap. 4) Metode ini juga memberikan informasi mengenai interval pencucian filter
dengan aliran balik, persyaratan pencucian dengan aliran balik, pembilasan dan pengaruh
kecepatan penyaringan terhadap kualitas effluen. Keefektifan proses ini tergantung pada tipe
konsentrasi dan koagulan atau flokulan atau keduanya, pH, temperatur, media filter dan
kecepatan penyaringannya. Tipe-tipe koagulan seperti Aluminium Sulfat, Poli Aluminium
Klorida, Ferro Sulfat atau bahan sejenis dan persiapan larutan poli-elektrolit yang akan
digunakan, ditentukan berdasarkan uji koagulasi-fiokulasi dengan alat Jar.
METODOLOGI

Tempat Dan Waktu


Praktikum ini kami lakukan di labolatorium B biokimia gizi IPB pada hari Rabu, 22
September 2010 pukul 11:00 s.d. pukul 14:00.
Alat dan bahan
Sifat-sifat Urin
Praktikum uji sifat-sifat urin ini menggunakan bahan-bahan seperti kertas saring,
timbangan, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi, kertas lakmus, dan urin.
Jumlah Zat Padat Total
Praktikum uji jumlah zat padat total ini menggunakan dua angka terakhir dari berat jenis.
Uji Garam-garam Amonium
Praktikum uji garam-garam ammonium ini menggunakan natrium hidroksida, urin, kertas
lakmus, tabung reaksi, penangas air, dan gegep.
Uji Glukosa
Praktikum uji glukosa ini menggunakan urin, glukosa 1%, glukosa 0,3%, dan reaktan
benedict. Praktikum ini menggunakan 3 tabung reaksi, gelas ukur, pipet, dan penangas air.
Uji Asam Urat
Praktikum uji asam urat ini menggunakan piring pereaksi, urin, pipet tetes, asam urat,
larutan Na2CO3, larutan NaCN 5%, dan pereaksi arsenofosfotungstat.
Uji Protein Heller
Praktikum uji protein heller ini menggunakan urin, larutan nitrat pekat, dan tabung reaksi.
Uji Koagulasi
Praktikum uji koagulasi ini menggunakan 5 mL urin jernih (disaring) dan 3-5 tetes asam
asetat 2%.
Prosedur Kerja

Sifat-sifat urin

Diamati Sifat-sifatnya : volume, warna, bau,


kejernihan, pH.
URIN

Diambil 7 ml
urin

URIN Ditimbang berat


jenisnya

Jumlah zat padat total


Berat jenis 2 angka terakhir dikali dengan 2,6

Garam-garam amonium

urin ditambahkan natrium hidroksida hingga reaksinya alkalis

dipanaskan

diperhatikan bau yang timbul


Uji glukosa

Tabung I Tabung II Tabung III

Dimasukan glukosa 0,3% Dimasukan glukosa 1% Dimasukan glukosa urin

Ditambah 2,5 mL reaktan


benedict

Dipanaskan sekitar 1 menit

Didiamkan hingga suhunya turun

Diamati perubahan warnanya

Uji asam urat

Dimasukkan 1 tetes asam urat ke dalam piring pereaksi.

Ditambah 1 tetes larutan

X
X
Ditambah 1 tetes larutan arsenofosfotungstat

Ditambah 1 tetes larutan NaCN 5%.

Diamati perubahan warna yang terjadi.

Dilakukan hal yang sama untuk uji 1 tetes urin dan 2 tetes
urin dengan mengganti tahap yan pertama.

Uji protein

Dimasukkan sampel urin 5 mL

Ditetesi asam nitrat pekat 5 mL

X
X

Diamati ada atau tidaknya cincin putih yang terbentuk

Uji koagulasi
Dimasukkan 5 mL urin yang telah disaring

Dipanaskan hingga mendidih selama 1’-2’

Ditambahkan 3-5 tetes asam asetat 2%bila terbentuk


endapan

Diamati masih adakah endapan yang terbentuk


PEMBAHASAN

Sifat-sifat Urin
Urin merupakan zat cair buangan yang terhimpun di dalam kandung kemih dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih. Penelitian tentang urin kali ini meneliti
tentang sifat-sifat urin tersebut mulai dari bau, pH, kejernihan, warna, berat jenis. Urin yang
menjadi objek penelitian kami tergolong sehat, pertama bau dari urin tersebut berbau pesing.
Apabila urin berbau menyengat, urin tersebut terinfeksi bakteri E. Coli, dan apabila berbau
manis, berarti menderita diabetes dan busung lapar. Kejernihan dan warna urin kuning tidak
pekat atau jernih, ini berarti tubuh sedang sehat, lain halnya apabila warna urin semakin pekat,
yang berarti tubuh sedang kekurangan cairan, dan ini merupakan tahap awal penyakit liver.
Urin pH digunakan untuk mengklasifikasikan urin sebagai asam encer atau larutan basa.
Tujuh adalah titik netral pada skala pH. Semakin rendah pH, semakin besar keasaman suatu
larutan, semakin tinggi pH, alkalinitas yang semakin besar. The filtrat glomerular darah
biasanya diasamkan oleh ginjal dari pH sekitar 7,4 ke pH sekitar 6 dalam urin,. Tergantung
asam-basa orang di status pH urin dapat berkisar antara 4,5 sampai 8. Ginjal mempertahankan
keseimbangan asam-basa normal terutama melalui reabsorpsi natrium dan sekresi tubular dan
amonium ion hidrogen. Urin menjadi semakin asam sebagai jumlah natrium dan kelebihan
asam ditahan oleh tubuh meningkat. Alkaline urine, biasanya mengandung asam buffer
karbonat-bikarbonat, biasanya dikeluarkan ketika ada kelebihan dasar atau alkali dalam tubuh.
Sekresi atau alkali asam urin oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang paling penting yang
digunakan tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan (Rita 2008)
Jumlah Zat Padat Total
Untuk menentuka zat opadat total pada urin kita hanya perlu mengalikan dua angka paling
belakang dengan bilangan long.
Garam-Garam Amonium
Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara
metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam
urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta
suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein
analisid pigmen empedu, dan analisis garam-garam amonia. Pada percobaan ketiga ini , kita
akan melakukan uji garam-garam amoniak. Kita akan menguji apakah di dalam urine terdapat
garam-garam amonia. Amonia (NH3) merupakan gas alkalin yang tidak berwarna, lebih ringan
dari udara, dan mempunyai aroma khas yang menyengat.
Penentuan adanya garam-garam amonia dalam urin dilakukan setelah urin di
tambahkan Natrium Hidroksida hingga uirin menjadi basa lalu dipanaskan. Berdasarkan hasil uji
garam-garam amonia pada urin, urin tersebut positif mengandung garam-garam amonia. Ini
ditunjukkan dengan aroma khas yang menyengat yang ditimbulkan urin saat pemanasan,
kemudian ditunjukkan pula oleh warna kertas lakmus yang berubah menjadi jingga kemerahan
saat didekatkan pada uap urin. Bau amonia biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa
pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.
Semakin lama urine di panaskan, bau amonia pada urine akan semakin hilang Amonia adalah
hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati dan juga di dalam ginjal.
Amonia merupakan persenyawaan yang sangat bersifat racun, hasil
pembongkaran/pemecahan protein sehingga harus dikeluarkan oleh tubuh. Salah satu cara
pengeluarannya, dikeluarkan bersama urin. . Namun demikian, jika untuk sementara disimpan
dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk
urea.
Uji Glukosa
Pada orang normal, urin tidak akan mengandung glukosa. Akan tetapi pada orang yang
menderita penyakit diabetes melitus, urinnya akan mengandung glukosa. Kadar glukosa dalam
urin dapat diukur secara kasar dengan melakukan uji benedict pada urin.
Benedict digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam
suatu cairan. Glukosa yang merupakan monosakarida akan mereduksi benedict sehingga akan
timbul endapan dan perubahan warna pada urin yang mengandung glukosa. Dengan
menggunakan benedict, kadar glukosa dalam urin juga bisa dihitung secara kasar. Hal tersebut
merupakan salah satu keunggulan penggunaan benedict dibanding dengan penggunaan
fehling. Warna yang dihasilkan menunjukan kadar glukosa dalam urin. Semakin keruh menuju
merah, maka kadar glukosa dalam urin semakin besar.
Urin yang mengandung glukosa selain mengubah warna urin setelah dilakukan uji
benedict juga akan mengalami pengendapan. Hal tersebut dikarenakan benedict yang
mengandung ion tembaga (II) akan tereduksi oleh aldehid yang dalam hal ini adalah glukosa
sehingga menghasilkan endapan (Clark, 2004).
Reaksi yang terjadi adalah : C6H12O6  C5H11O5 – C = O

H
2+
R – C = O + 2Cu  R – C = O + Cu2O(s)

H OH
C5H11O5 – C = O + 2Cu2+  C5H11O5 – C = O + Cu2O(s)

H OH

(Safrizal, 2010)
Dari data yang didapat melalui percobaan pada tabung I, II, dan III, kadar gula dalam
urin dapat kita hitung secara kasar. Tabung I menghasilkan warna hijau kekuningan dengan
sedikit endapan, tabung II menghasilkan warna merah, tabung III menghasilkan warna hijau.
Perbandingan pada tabung I dan II jelas terlihat pada perubahan warna yang terjadi. Hal
tersebut sesuai dengan literatur yang ada bahwa semakin tinggi kadar glukosa dalam suatu
larutan akan menghasilkan warna yang lebih pekat menuju merah ketika dilakukan uji benedict.
Pada tabung III dihasilkan warna hijau setelah uji benedict dilakukan. Hal tersebut
menunjukan tidak adanya glukosa pada sampel urin menurut literatur yang ada pada
http://www.docstoc.com/docs/26657917/ANALISAM-KUANTITATIF-KARBOHIDRAT. Akan
tetapi menurut literatur pada panduan praktikum 2 Biokimia Gizi IPB, warna hijau menunjukan
adanya glukosa dan hijau keruh menunjukan tidak adanya glukosa dalam urin. Menurut teori
yang ada, semakin keruh menuju merah hasil uji coba, maka kandungan urin akan semakin
besar. Hal tersebut bertolak belakang dengan literatur panduan praktikum kali ini.
Sampel urin yang sama digunakan oleh praktikan lain dan menghasilkan warna biru
setelah dilakukan uji benedict. Didapatkan dua hasil yang berbeda pada sampel yang sama.
Kemungkinan terjadi kelsalahan, baik pemberian jumlah reaktan, jumlah urin, waktu
pemanasan, ataupun kebersihan alat sehingga sampel bercampur dengan sampel lainnya yang
terjadi pada salah satu praktikan sehingga didapatkan hasil yang berbeda pada sampel yang
sama.
Uji Asam Urat
Adapun pada percobaan uji urin kali ini yaitu memeriksa kandungan asam urat dalam
urin dengan cara melakukan test benedict dengan prinsipnya asam urat itu ndapat diisolasi
berdasarkan sifatnya yang akan mengendap pada urin asam. Dimana pemeriksaan kimiawi
berdasarkan sifat mereduksi asam urat yaitu asam urat akan mereduksi asm fosfotungstat
sehingga membentuk zat berwarna biru.
Pada percobaan test benedict asam urat yang dilakukan untuk tes yang pertama yaitu
dengan menggunakan 1 tetes asam urat dari hasil percobaan tidak adanya warna biru yang
dihasilkan dalam arti kata asam uratnya tidak kelihatan hal ini di sebabkan karena larutan asam
urat yang digunakan pada saat pratikum tidak memakai larutan asam urat murni,larutan asam
uratnya terlalu encer sehingga tidak bisa bereaksi dengan larutan lain.Pada urin dapat
disimpulkan semakin banyak tetes urin kandungan asam uratnya juga semakin banyak.
Uji Protein Heller
Pada percobaan keenam dilakukan uji protein pada urin. Albumin merupakan salah satu
protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam
urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan
dalam proses metabolisme tubuh.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan asam nitrat pekat pada urin. Setelah
ditambahkan asam nitrat pekat tidak terbentuk cincin putih atau endapan wanrna putih. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam urin tersebut tidak mengandung albumin. Ini berarti kinerja ginjal
masih berfungsi dengan baik dan bisa menfiltrat protein yang masuk ke dalam ginjal.
Jika pada urin setelah ditambahkan asam nitrat pekat terdapat cincin putih atau
endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa terdapat albumin di dalam urin tersebut. Ini berarti
orang tersebut mengidap penyakit albuminuria. Albuminuria adalah penyakit yang ditunjukkan
oleh adanya molekul albumin dan protein lain dalam urine. Penyebabnya karena adanya
kerusakan pada alat filtrasi.
Uji Koagulasi
Pada percobaan ini, dilakukan test koagulasi terhadap urin. Urin yang telah disaring
dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk kemudian di panaskan hingga mendidih. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya endapan yang terbentuk setelah proses
pemanasan. Endapan yang terbentuk setelah pemanasan bisa merupakan endapan protein dan
bisa juga merupakan endapan fosfat. Jika setelah pemanasan terbentuk endapan, maka harus
dilakukan penambahan asam asetat agar dapat diidentifikasi jenis endapan apa yang terbentuk.
Jika setelah penambahan asam asetat tetap terbentuk endapan, maka menandakan bahwa
endapan tersebut merupakan endapan protein. Jika setelah penambahan asam asetat
endapannya menjadi hilang maka menandakan bahwa endapan yang terbentuk setelah
pemanasan adalah endapan fosfat.
Pada percobaan yang kami lakukan, urin yang dipanaskan selama 1’-2’ tidak
menunjukkan adanya endapan. Sehingga uji selanjutnya dengan menggunakan asam asetat
tidak kami lakukan. Hasil yang kami peroleh menandakan bahwa urin yang menjadi sampel
pada percobaan ini tidak mengandung protein maupun fosfat.
PENUTUP

Kesimpulan
Urine normal adalah Urine yang terdiri dari air, urea dan natrium klorida, serta tidak
mengandung glukosa maupun protein. Dari hasil percobaan yang dilakukan, tidak ditemukan
adanya glukosa maupun protein dalam urin, sehingga dapat kita katakan sampel urine yang
dipakai dalam percobaan kali ini adalah urine yang normal dan sehat.
Saran
Bahan-bahan dan alat-alat dalam percobaan kali ini seharusnya bisa lebih dilengkapi
sehingga percobaan bisa lebih kondusif dan hasil dari percobaan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Clark J.2004. OXIDATION OF ALDEHYDES AND KETONES (terhubung berkala) http://ww
w.chemguide.co.uk/organicprops/carbonyls/oxidation.html (25 September 2010)
Rita.2008.Memantau Penyakit Lewat Urin (terhubung berkala) http://www.blogger.com/email-po
st.g?blogID=1610006998642175737&postID=3memantau penyakit lewat urin (25
September 2010.
Safrizal R.2010. ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT (terhubung berkala) http://www.d
ocstoc.com/docs/26657917/ANALISAM-KUANTITATIF-KARBOHIDRAT (25 Septemb
er 2010)
Soewoto, Hafiz.2001.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta:UI Press
LAMPIRAN

You might also like