You are on page 1of 7

Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama dengan caplak, menjadi

anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama
berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan
anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.

Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan
berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga kurang menarik perhatian
hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar.

Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada anggotanya yang menjadi
parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang.
Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian,
ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang
pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat
buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun
ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan
penyakit skabies, penyakit pada kulit

Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera
(kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan
sebagai wereng (di bawah subordo Auchenorrhyncha)namun sekarang telah dipisah secara taksonomi.
Karena eksklusif hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya menjadi hama penting dalam budidaya
tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan sejumlah
penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok virus.

Contoh wereng penting:

wereng hijau (Nephotettix spp.), hama utama padi penyebar virus tungro.

wereng coklat (Nilaparvata lugens)

wereng punggung putih (Sogatella furcifera)

Wereng sebagai hama sulit dikendalikan karena memiliki berbagai biotipe yang masing-masing memiliki
kesukaan tersendiri terhadap kultivar yang berbeda-beda pula.

Musuh alami bisa berupa predator, parasit maupun patogen. Berikut ini akan diperkenalkan beberapa
jenis musuh alami hama padi dan wereng hijau.

Predator

Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata)


Laba-laba ini aktif mencari dan memburu mangsanya. Kemampuan memangsa¬nya tinggi bergantung
pada ukuran mangsa dan keaktifan mangsanya. Mangsa yang lebih besar akan diperlukan lebih kecil
jumlahnya dibandingkan dengan mangsa yang kecil. Kemampuan predator ini menangkap dan memangsa
hama yang kurang aktif seperti nimfa N. virescens, sangat kecil sekitar 0,293 - 3,75 ekor/hari. Demikian
juga terhadap imago yang sangat aktif (lincah), laba-laba ini hanya dapat menangkap 0,13 ekor/hari pada

1
Hama tanaman SMP
ruangan 35 x 35 x 35 cm, tetapi kemampuan memangsanya tinggi mencapai 20 ekor per hari bila laba-
laba diberi mangsa imago wereng hijau pada tabung berdiameter 3 cm dan panjang 15 cm. Kemampuan
memangsa terhadap wereng coklat mencapai 10-¬20 ekor imago/hari atau 15-20 nimfa/hari. Beberapa
jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih
palsu dan lalat bibit.

Laba-laba ini mempunyai ukuran 5-18 mm dengan ciri-ciri pada bagian punggungnya terdapat 3 buah
garis dan pada tubuh bagian 'cephalothorax' depannya terdapat tanda bentuk Y serta di sekitar matanya
berwarna gelap (hitam). Kebiasaan hidupnya berada di bagian bawah batang atau di atas permukaan air
pada siang hari dan pada malam hari biasanya berada pada daun bagian atas. Rentang hidupnya 100 hari
dan jumlah telur yang dihasilkan 380/betina.

Laba-laba betina dan jantan dapat dibedakan dengan melihat palpus yang me¬nyerupai sarung tinju di
kedua samping kepala, namun hanya dijumpai pada betina.:

Laba-laba Bermata Jalang (Oxyopes javanus)


Laba-laba ini merupakan laba-laba aktif yang memburu mangsanya. Jenis mangsanya wereng batang
coklat, wereng hijau, wereng punggung putih (8 ekor/hari), wereng zigzag, lalat padi, hama putih dan
hama putih palsu. Laba-Iaba ini mem¬punyai ciri-ciri sebagai berikut: ukuran 7 - 10 mm, pada tungkai
terdapat duri-duri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam. Rentang hidup 150 hari dengan
jumlah telur yang dihasilkan 350/betina.

Laba-laba Berahang Empat (Tetragnatha spp.)


Laba-laba ini tidak begitu aktif menyerang mangsanya. Di siang hari laba-laba ini banyak diam dan di
malam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terjerat oleh sarangnya baru ditangkap dan dimakan.
Jenis serangga yang dimangsa adalah wereng coklat, wereng hijau, wereng pungguh putih, wereng hijau,
wereng punggung putih, wereng zigzag dan lalat padi. Ciri-ciri predator tersebut sebagai berikut: panjang
tubuh 10-25 mm, memiliki rahang, tungkai-tungkainya panjang dan dalam keadaan diam/ beristirahat
sering terjulur dalam satu garis. Rentang hidupnya 150 hari dan jumlah telur yang dihasilkan 120
butir/betina. Kebiasaan hidupnya adalah berada pada daun di mana laba-laba tersebut membentuk
sarangnya.

Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi atrolineata)


Kepik ini hidupnya bergerombol dipermukaan air dan sangat aktif menyerang hama/serangga yang jatuh
dipermukaan air dan tertarik oleh sinar. Jenis mangsa predator ini adalah wereng coklat, wereng hijau,
wereng punggung putih, larva penggerek batang padi dan yang baru menetas. Kepik ini panjangnya 1,5
mm dengan ciri-ciri pada bagian bahu melebar, warna bahu hitam mengkilat, tungkai-tungkainya terletak
pada jarak yang sama di sepanjang tubuhnya dan alat mulutnya tipe mengisap. Rentang hidupnya 45 hari
dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 100 butir

Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis)


Kepik ini berwarna hijau dan biasanya dijumpai pada tempat yang hamanya tinggi. Predator ini aktif

2
Hama tanaman SMP
memburu mangsa dan gerakannya seperti wereng coklat dan pada malam hari mempunyai silat tertarik
terhadap cahaya sinar. Jenis mangsanya coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zig-zag
dan lalat padi. Predator tersebut mempunyai ukuran tubuh 2,5 - 3,25 mm dengan ciri-ciri ber¬warna hijau
terang dan pada bagian kepala dan bahu terdapat warna hitam. Alat mulut predator ini bertipe mengisap.
Rentang hidupnya 30 hari dan seekor betina dapat menghasilkan telur 30 butir. Predator ini hidup pada
tanaman padi, gulma dan tanaman lain.

Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)


Predator ini aktif mencari mangsa pada malam hari dan dapat berenang di air atau pada bagian tanaman.
Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung
putih dan larva ulat bulu yang masih muda.
Predator ini mempunyai ukuran 7 mm dengan ciri-ciri sayapnya hanya separuh tubuh, ujung abdomen
berwarna biru, tubuh bergaris-garis dan alat mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupya 90 - 110 hari
dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina sebanyak 24 butir.

Kumbang Karabid (Ophionea nigrofasciata)


Predator ini aktif mencari mangsa pada siang hari dan dapat berenang. Jenis mangsanya adalah wereng
coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan
penggerek batang padi. Tempat hidupnya di pangkal batang atau di tanah yang tidak berair. Predator ini
mempunyai ukuran panjang tubuh 8 mm dengan ciri-ciri tubuh mengkilat, kulit halus, kepala dan perut
bagian tengah berwarna hitam kebiru-biruan. Atau mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupnya 15
hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 45 butir.

Kinjeng Dom (Agriocnemis spp.)


Kinjeng dom atau sering juga disebut capung kecil biasanya dijumpai di bawah tajuk tanaman dan bila
hinggap pada batang tanaman tubuhnya mengarah lurus ke bawah. Capung ini merupakan predator
wereng hijau, wereng coklat, wereng punggung putih dan hama putih palsu. Predator ini mempunyai
panjang tubuh 30 mm dengan ciri-ciri tubuhnya ramping berwarna merah oranye atau abu-abu kebiru-
biruan dan sayapnya mempunyai bentuk jaringan yang rumit. Rentang hidupnya 10-30 hari dan jumlah
telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 30 butir.

Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis)


Predator ini sangat aktif di pagi hari, merupakan predator telur penggerek batang dan predator wereng
coklat, wereng hijau, wereng zig-zag dan wereng punggung putih.
Predator ini mempunyai panjang tubuh 25-32 mm dan mempunyai ciri khas antenanya 2-3 kali panjang
tubuhnya dan tubuh berwarna hijau. Tempat hidupnya pada daun atau malai tanaman padi. Rentang hidup
predator ini 110 hari dan jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 15-30 butir/betina.

Kumbang Koksinelid (Synharmonia octomaculata)


Kumbang ini merupakan predator wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng
zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang padi. Larva predator ini aktif memangsa secara
berkelompok. Predator ini mempunyai ukuran tubuh 6-7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar
memanjang berwarna kuning, tubuh larva beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya
pada seluruh bagian tanaman. Rentang hidupnya 150 hari dengan jumlah telur yang diletakkan 45
butir/betina.

3
Hama tanaman SMP
PENDAHULUAN
Jeruk termasuk jenis buah- buahan yang digemari oleh masyarakat dam memiliki kapasitas
dalam menunjang perbaikan gizi masyarakat, karena kandungan vitamin C nya cukup tinggi dan
baik dikonsumsi baik dalam bentuk segar (sebagai buah meja) maupun lahan (jus dan sirop).
Salah satu jenis jeruk yang berkembang di sulawesi selatan adalah siem. Jeruk siem tersebut
merupakan salah satu komoditas andalan dikabupaten luwu utara, yakni kecamatan malangke
dan malangke barat khususnya. Luas pertanaman jeruk di kecamatan malangke dan Malangke
Barat masing- masing tercatat 10.000 ha dan 6.246 ha.
Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan jeruk di daerah ini adalah organisme
pengganggu (OPT) termasuk penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration). Penyakit ini
termasuk penyebab matinya pohon jeruk secara besar- besaran pada tahun 1980-an di kabupaten
jeneponto, bantaeng dan bulukumba (sub balithor jeneponto, 1988) selanjutnya nurjanani et, el
(1992) melapotkan bahwa penyakit CVPD telah mengancam kelangsungan hidup jeruk di
kabupaten sidrapdan pada tahun 2001 kembali dilaporkan bahwa CVPD telah ditemukan pada
tanaman jeruk keprok diselayar (armiati et el, 2001)
Beberapa tahun terakhir, gejala CVPD juga telah ditemukan di kecamatan malangke dan
malangke barat, dengan perkiraan luas serangan sudah mencapai ± 1.040 ha (4.217 pohon)
(diperta luwu uatar,2002). Khusus di desa baku- baku, serangan vector CVPD (D. citri) telah
ditemukan 1-5 ekor per pucuk.
Untuk menjaga kelansungan tanaman jeruk di kabupaten Luwu Utara, perlu adanya perhatian
khusus terhadap penyakit CVPD, terutama pada kebun- kebun jeruk yang masih bebas CVPD,
karena pengendalian penyakit tersebut jika sudah ada dipertanaman sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itu, pengenalan penyakit CVPD dan upaya pengendaliannya sangat penting bagi pertugas
lapangan maupun petani, agar kehadiran CVPD dan serangga vektornya pada tanaman jeruk
dapat diketahui lebih dini. Dengan demikian, penyebarannya dapat dibatasi.
GEJALA PENYAKIT CVPD
1. Gejala Luar
Pada tanaman muda gejala yang nampak adalah adanya kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhannya mencuat keatas dengan daun- daun kecil dan belang- belang kuning. Tanaman
biasanya menghasilkan buah berkualitas jelek.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang dsaun- daunnya kuning
dan kontras dengan cabang lain yang daun- daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan
sebutan greening sektoral. Daun pada cabang- cabang yang terinfeksi menjorok keatas seperti
sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning diantara
tulang daun. Gejala- gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut
disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama biasanya
akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan indicator yang sangat
penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak
begitu tampak.
Buah pada cabang- cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran
kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal buah biasanya
muncul warna orange yang berlawanan dengan buah- buah sehat. Buah- buah yang terserang
rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.

4
Hama tanaman SMP
2. Gejala Dalam
Pada irisan melintang tulang daun tengah jruk berturut- turut dari luar hingga ketengah daun
akan terlihat jaringan- jaringan epidermis, kolengkim, sklerenkim, phloem. Menurt tirta widjaja
(1984) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah :
• Phloem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari phloem tulang daun tanaman sehat.
• Pada phloem tulang daun tanaman sakit terdapat sel- sel berdinding tebal yang
merupakan jalur- jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal
tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak- desakan
• Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir- butir
halus zat pati.
PENYEBAB
Berdasarkan hasil identifikasi terakhir dilporkan bahwa penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri
liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan phloem, akibatnya sel-
sel phloem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Walaupun
terdapat diphloem, tetapi penyebarannya dibagian tanaman adalah lambat. Penyakit CVPD dapat
ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat d Indonesia.
KERUGIAN
Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp. 26,4 milyar (cholil mahfud,
1985). Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan (1984) melaporkan bahwa
CVPD telah memusnahkan jutaan pohon jeruk di Indonesia. Kehilangan jeruk oleh penyakit
tersebut ditaksir 50.000 t buah pertahun (hutagalung, 1989).
Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan
penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Gejala
yang ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar, seperti mosaik. TMV
adalah virus pertama yang ditemukan orang.
Adolf Meyer (1883) menunjukkan pertama kali bahwa gejala mosaik ini dapat menular, seperti
penyakit bakteri. Keberadaan adanya substansi non-bakteri pertama kali ditunjukkan oleh Dmitri
Ivanovski, biologiwan Rusia, pada tahun 1892. Daun sehat yang diolesi ekstrak daun tembakau
yang menunjukkan gejala mosaik dapat tertular. Ketika ekstrak itu disaring dengan saringan
keramik -- yang sangat halus sehingga bakteri pun tidak dapat menembus -- dan dioleskan pada
daun sehat, daun itu pun tetap tertular. Ivanovski berpendapat ada substansi super kecil yang
bertanggung jawab atas gejala tersebut. Martinus Beijerinck mengonfirmasi hal ini. Isolasi
pertama kali dilakukan oleh Wendell M. Stanley (1935) dari Institut Rockefeller AS.

Dampak Negatif dari Penggunaan Pestisida Kimia


Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak
buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia
antara lain adalah:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)

5
Hama tanaman SMP
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami
5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia
6. Kecelakaan bagi pengguna
Kira-kira sudah berapa lama petani menggunakan pestisida kimia ini? Jadi bisa dibayangkan
sendiri akibatnya bagi tanah pertanian di Indonesia.
Fungsi dari Pestisida Organik
Pestisida Organik memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4. Menghambat reproduksi serangga betina
5. Racun syaraf
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri

Bahan dan Cara Umum Pengolahan Pestisida Organik


• Bahan mentah berbentuk tepung (nimbi, kunyit, dll)
• Ekstrak tanaman/resin dengan mengambil cairan metabolit sekunder dari bagian tanaman
tertentu
• Bagian tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai insektisida (serai,
tembelekan/Lantana camara)
Contoh beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida Organik :
MIMBA (Azadirachta indica)
Bahan Pestisida Organik ini mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin.
Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan
(antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat
sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormone
dan pertumbuhan serangga.
Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak
(200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga
untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal
berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk,
cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung
(powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan
serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk
mengendalikan serangga di dalam tanah.

6
Hama tanaman SMP
AKAR TUBA (Deris eliptica)
Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak
menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air.
Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang
menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai
beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang.
Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut.
Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan
akarisida (tungau).
TEMBAKAU
Tembakau sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata
nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun
serangga Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf
yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak
1

daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

7
Hama tanaman SMP

You might also like