You are on page 1of 24

PENGARUH FLUKTUASI KURS VALUTA ASING (EURO, JPY & USD)

TERHADAP INDEKS SAHAM LQ-45 DI BEI

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar
modal. Adanya globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling
mempengaruhi dari hampir seluruh pasar modal di dunia. Selain itu juga memberikan
pengaruh besar terhadap pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar
keuangan di negara-negara berkembang. Hal ini tentunya akan mendorong persaingan
antar emerging market menjadi semakin ketat dan memaksa setiap negara untuk
membuat kebijakan yang lebih market-friendly dalam menghadapi persaingan
tersebut.
Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha dan sebagai sarana untuk berinvestasi. Dana yang diperoleh dari
pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi dan penambahan
modal kerja. Selain itu, pasar modal juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksadana.
Masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan resiko masing-masing instrumen pada pasar modal. Fakta
menunjukkan bahwa pasar modal merupakan salah satu indikasi perkembangan
perekonomian suatu negara sehingga mengisyaratkan betapa pentingnya pasar modal
di suatu negara.
Salah satu alternatif investasi yang menarik di pasar modal adalah saham. Tujuan
seorang investor berinvestasi dalam bentuk saham adalah memaksimalkan return, tanpa
melupakan faktor resiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu
faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas
keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Agar
keputusan investasinya tepat atau menghasilkan return seperti yang diharapkan maka
investor perlu melakukan analisis terhadap saham-saham yang akan dipilihnya. Analisis
yang harus dilakukan meliputi analisis teknikal dan analisis fundamental. Dalam

1
melakukan analisis teknikal, para investor bisa melihat tren dari harga saham yang
akan dipilih. Sedangkan untuk analisis fundamental dapat dilakukan secara top-down
yakni meliputi analisis ekonomi, analisis industri dan analisis perusahaan.
Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan
investor dalam penentuan keputusan investasinya. Hal ini perlu dilakukan karena
kecenderungan ada hubugan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan
ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang
terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas
yang diharapkan serta tingkat return yang diisyaratkan atas investasi tersebut, dan
kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro
(Tandelilin; 2010). Perubahan pada iklim makro akan sangat mempengaruhi investor
dalam mengambil keputusan investasi.
Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu
indeks yang disebut indeks harga saham (stock price index). IHSG merupakan
cerminan kinerja pasar modal secara umum, tetapi intensitas transaksi setiap sekuritas
di pasar modal berbeda-beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat
tinggi dan aktif diperdagangkan di pasat modal, namun sebagian sekuritas lainnya
relatif sedikit frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Hal ini menyebabkan
perkembangan dan tingkat likuiditas IHSG menjadi kurang mencerminkan kondisi
real yang terjadi di bursa efek. Oleh karena itu, digunakan indeks LQ-45. Indeks LQ-
45 adalah indeks dari kelompok 45 saham terpilih yang memenuhi kriteria memiliki
likuiditas, kapitalisasi pasar yang besar, memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi dan
memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Dengan kriteria
tersebut, kelompok LQ 45 merupakan kelompok saham-saham perusahaan yang diminati
dan menjadi fokus perhatian investor.
Indeks LQ45 menujukkan perkembangan yang cukup baik selama tahun 2010..
Pada grafik di bawah terlihat garis tren menunjukkan terjadi peningkatan dalam indeks
LQ-45. Berdasarkan statistic tahunan idx 2010, pada awal Januari 2010 berada pada
level 515.188, sedangkan penutupan di akhir tahun indeks LQ-45 berada pada level
661,380. berarti terjadi kenaikan sebesar 146,19 poin atau sekitar 28,37%.

2
Perkembangan Indeks LQ-45 Tahun 2010
LQ45

750
725
700
675
650

Indeks LQ-45
625
600
575
550
525
500
475
450

D 0
Ja

Fe

M 0

Ap

M 0

Ju 0

Ju 0

O 0
ep

ov

ec
ug
ar

ay

ct
n-

n-

l-1
b-

r-

-1
-1

-1

-1

-1
-1
1

-1
10

0
0

0
0
Periode
Sumber: Data Diolah

Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang
terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro seperti kurs valuta asing. Menurut
Sharpe (1999), terdapat tiga perangkat faktor yang dikelompokkan dalam faktor
makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham, yaitu: indikasi aktivitas ekonomi
agregat (nilai tukar mata uang, GNP), tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga. Kurs
valuta asing merupakan harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang
domestik (Samuelson, 1992:450),. Grafik berikut memperlihatkan perkembangan
beberapa kurs valuta asing selama tahun 2010. Mencermati perubahan kurs valuta
asing tersebut, terlihat bahwa Euro, Yen maupun US Dollar berfluktuasi kadang
berapresiasi (+), dan kadang terdepresiasi (-) terhadap mata uang domestik yakni
Rupiah. Atau sebaliknya, Rupiah berapresiasi (-) dan terdepresiasi (+) terhadap mata
uang Euro, Yen dan US Dollar selama periode tersebut.

3
Perkembangan Kurs Valuta Asing (Euro, Yen dan US Dollar)

EURO JPY /100

13400 11100
13200
10900
13000
12800 10700
12600
10500
12400
12200 10300
12000
10100
11800
11600 9900
11400
9700
11200
11000 9500
7/8/2010
1/8/2010

2/8/2010
3/8/2010

4/8/2010

5/8/2010

6/8/2010

8/8/2010

9/8/2010

4/8/2010

6/8/2010

9/8/2010
1/8/2010

2/8/2010

3/8/2010

5/8/2010

7/8/2010

8/8/2010
12/8/2010

11/8/2010
10/8/2010

11/8/2010

10/8/2010

12/8/2010
USD

9500

9400

9300

9200

9100

9000

8900

8800

8700
10/8/2010

11/8/2010

12/8/2010
1/8/2010

2/8/2010

4/8/2010

5/8/2010

6/8/2010

9/8/2010
3/8/2010

7/8/2010

8/8/2010

Sumber: Data diolah

Fluktuasi nilai tukar uang sangat mempengaruhi investasi asing yang masuk
di Indonesia. Selain itu juga berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan, daya
saing dalam pasar internasional dan sebagai konsekuensinya berdampak pada harga
saham perusahaan tersebut. Pada level makro, dampak dari fluktuasi nilai tukar
terhadap pasar modal tergantung dari ekonomi perdagangan internasional dan
ketidakseimbangan perdagangan dari negara tersebut. Pada level mikro, hubungan
konseptual antara harga saham sebuah perusahaan (atau perusahaan dalam sebuah
industri) dan nilai tukar didasarkan pada daya saing perusahaan tersebut. Fluktuasi

4
nilai tukar secara substansial dapat memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan
melalui perubahan persaingan, perubahan harga input, dan perubahan dalam nilai
mata uang asing yang menjadi aset perusahaan.
Melihat pada data-data yang telah disajikan sebelumnya, nampak bahwa kurs
valuta asing (Euro, Yen Jepang dan US Dollar) cenderung terdepresiasi (-) terhadap
Rupiah, sementara pada periode yang sama Indeks LQ-45 mengalami peningkatan.
Hal tersebut memberikan argumen yang kuat untuk menjelaskan hubungan antar
variabel kurs valuta asing dengan Indeks LQ-45. Berdasarkan fakta inilah, maka
penulis tertarik untuk mengangkat judul: “PENGARUH FLUKTUASI KURS
VALUTA ASING (EURO, JPY & USD) TERHADAP INDEKS SAHAM LQ-45 DI
BURSA EFEK INDONESIA”.

B. IDENTIFIKASI, PEMBATASAN & PERUMUSAN MASALAH


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
selanjutnya perlu diidentifikasi masalah-masalahnya yakni sebagai berikut:
• Indeks saham LQ-45 berfluktuasi (naik-turun) namun cenderung mengalami
peningkatan setiap bulannya selama tahun 2010 di setiap minggunya
• Kurs Euro berfluktuasi kadang terdepresiasi namun kadang berapresiasi
terhadap Rupiah.
• Kurs Yen berfluktuasi namun cenderung berapresiasi terhadap Rupiah
• Kurs US Dollar juga berfluktuasi namun cenderung terdepresiasi oleh Rupiah

2. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka fokus penelitian
ini terletak pada adanya keterkaitan antara variabel kurs valuta asing (EUR, JPY dan
USD) dengan Indeks LQ-45. Dari pernyataan tersebut, maka masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi yaitu bagaimana pengaruh kurs valuta asing
(EUR, JPY dan USD) terhadap Indeks Saham LQ-45.

5
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian perlu
dirumuskan sebagai berikut:
1. Secara parsial, bagaimana pengaruh kurs valuta asing (Euro, Yen dan US
Dollar) terhadap Indeks LQ-45?
2. Secara simultan, bagaimana pengaruh kurs valuta asing (Euro, Yen dan US
Dollar) terhadap Indeks LQ-45?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana dan
pengaruh kurs valuta asing (Euro, Yen dan US Dollar) terhadap Indeks LQ-45 baik
secara parsial maupun secara simultan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu
manajemen dalam mengelolah manajemen keuangan sehingga dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian manajemen keuangan di
masa yang akan datang
b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen
yang menyangkut kurs valuta asing dan indeks harga saham.
c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan (insight) bagi para
manajer investasi ataupun investor dalam mengambil keputusan investasi
terhadap berbagai instrumen di pasar modal yang memberikan return tertinggi
sebagai imbalan dari resiko dana dan waktu yang telah ia ambil atas investasi
tersebut.

6
E. LANDASAN TEORI
1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain
sistem perbankan. Menurut Tandelilin (2010), pasar modal adalah pertemuan
antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual-beli sekuritas
disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti pasar modal
secara fisik.
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar
modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang
dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun
modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan
swasta. Pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan
eksternal jangka panjangbagi dunia usaha khususnya perusahaan
yang go public dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat (Farid
Harianto dan Siswanto Sudomo, 1998). Kepemilikan saham oleh
masyarakat melalui pasar modal, dapat menjadikan masyarakat
bisa menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian
deviden dan peningkatan harga saham yang diharapkan.
Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan
pengaruh positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui
pengawasan langsung oleh masyarakat.
Beberapa definisi di atas menyiratkan bahwa seperti pasar modal umumnya,
pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan
perusahaan atau instirusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai
kelebihan dana, sedangkan perusahaan atau institusi pemerintah memerlukan dana

7
untuk membiayai proyeknya. Dalam hal ini pasar modal berfungsi sebagai
pengalokasi dana kepada perusahaan atau institusi pemerintah tersebut.

1.1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia


Pasar modal Indonesia ada pada jaman pemerintah Hindia Belanda yang
mendirikan Bursa Efek di Jakarta pada tahun 1912. Efek-efek yang diperdagangkan
pada bursa ini meliputi saham dan obligasi yang diterbitkan perusahaan miik Belanda
yang beroperasi di Indonesia, obligasi pemerintah Hindia Belanda dan efek-efek
Belanda lain. Pendirian Bursa Efek oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu
bertujuan untuk memobilisasi dana dalam rangka membiayai perkebunan milik
Belanda yang pada saat itu sedang dikembangkan di Indonesia secara besar-besaran.
Bursa efek tak hanya didirikan di Jakarta, tapi juga diikuti dengan pendirian di
daerah Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Bursa efek yang didirikan ini
berkembang cukup pesat karena adanya pengalaman sebelumnya pada bursa efek di
Belanda. Namun, perkembangan dari bursa efek yang didirikan pemerintah Hindia
Belanda ini terhenti karena adanya Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1950, bursa efek
aktif kembali ditandai dengan dikeluarkannya obligasi Pemerintah RI. Pemerintah
memantapkan keberadaan bursa efek dengan mengeluarkan undang-undang darurat
tentang Bursa No.13 Tahun 1951, yang selanjutnya ditetapkan dengan undang-
undang No. 15 Tahun 1952. Penyelenggaraan bursa efek dilakukan oleh Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) dimana Bank Indonesia terlibat sebagai
penasehatnya. Untuk lebih memantapkan pelaksanaan pasar modal di Indonesia,
maka dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Pengaktifan kembali bursa efek pada masa itu tidak memberikan perkembangan yang
signifikan. Keadaan tersebut berlangsung hingga dekade 1970-an. Pada tanggal 10
Agustus 1977, pemerintah akhirnya memulai usahanya untuk mengaktifkan kembali
pasar modal di Indonesia, dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal
(BAPEPAM). Pada tahun 1991, nama Badan Pelaksana Pasar Modal berubah nama
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tujuan diaktifkannya kembali pasar modal
ini adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui mobilisasi dana untuk
memenuhi pembiayaan pembangunan agar tidak tergantung pada sektor perbankan.

8
Usaha pengaktifan kembali pasar modal kali ini cukup berhasil, ditandai dengan 23
perusahaan telah melakukan emisi saham dan 1 perusahaan melakukan emisi obligasi
dengan nilai emisi mencapai Rp 117 miliar pada tahun 1983. Pemerintah melakukan
banyak usaha untuk menarik minat perusahaan agar mau melakukan emisi. Usahanya
antara lain pemberian keringanan atas pajak perseroan (Pps) sebesar 10% - 20%
selama 5 tahun sejak perusahaan tersebut go public, dan meniadakan pajak
pendapatan bagi para WNI yang membeli saham melalui pasar modal atas capital
gain yang didapatkan, pajak bunga, dividen, royalti, dan pajak kekayaan atas nilai
saham atau bukti kepemilikan modal. Namun sayangnya, pada tahun 1983-1987 pasar
modal Indonesia kembali lesu. Hal ini bisa terlihat pada periode tersebut, jumlah
perusahaan yang melakukan emisi saham tidak berubah yakni 23 perusahaan,
sedangkan jumlah perusahaan yang melakukan emisi obligasi meningkat hanya 3
perusahaan. Kelesuan pada pasar modal di periode ini disebabkan oleh ketatnya
persyaratan dan tata cara emisi. Adapun ketentuan-ketentuan emisi tersebut meliputi:
a. Rasio laba bersih dengan modal sendiri untuk tahun terakhir minimal 10%.
b. Penetapan harga saham diteliti BAPEPAM.
c. Pemeriksaan secara ketat dan intensif oleh BAPEPAM terhadap emiten.
Untuk memacu kembali pasar modal, pemerintah melakukan deregulasi di
sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang dianggap
sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal antara lain adalah Pakto 27, 1988
dan Pakdes 20, 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paket 24 Desember 1987 yang
berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok sebagai
berikut:
a. Kemudahan syarat go public antara lain laba tidak harus mencapai 10%.
b. Diperkenalkannya Bursa Paralel.
c. Penghapusan fee pendaftaran dan pencatatan di Bursa yang sebelumnya dipungut
BAPEPAM.
d. Investor asing boleh membeli saham yang go public.
e. Saham boleh diterbitkan atas unjuk.
f. Batasan fluktuasi harga saham di Bursa Efek sebesar 4% dari kurs sebelumnya
ditiadakan.

9
g. Proses emisi harus sudah diselesaikan BAPEPAM dalam waktu selambat-
lambatnya 30 hari sejak dilengkapinya persyaratan.
Dalam Pakto 27, 1988 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar
modal antara lain adalah dinaikkannya pajak atas bunga deposito atau tabungan
secara final sebesar 15%. Dengan adanya ketentuan tersebut maka, perpajakan di
pasar uang dan pasar modal diperlakukan sama. Sementara itu, Pakdes 88
memberikan kemudahan kepada perusahaan swasta untuk menyelenggarakan Bursa
Efek swasta dan diperkenankannya company listing yang memungkinkan
perusahaan–perusahaan dapat mencatatkan seluruh saham yang ditempatkan dan
disetor penuh di Bursa. Deregulasi yang dilakukan pemerintah membawa hasil yang
baik. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya minat emiten maupun investor terhadap
pasar modal di Indonesia, hal ini tercermin dalam peningkatan emisi saham maupun
obligasi serta naiknya kapitalisasi dana. Pada tanggal 22 Mei 1995, pasar modal di
Indonesia mulai menggunakan sistem otomatisasi perdagangan yang dilaksanakan
dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). Selanjutnya
pada tahun 2000 BEJ mulai mengaplikasikan Sistem Perdagangan Tanpa Warkat
(scripless trading) dan pada tahun 2002 BEJ mengaplikasikan sistem perdagangan
jarak jauh (remote trading). Pada tahun 2007, akhirnya Bursa Efek Surabaya yang
sudah merger dengan Bursa Paralel pada tahun 1995 kembali melakukan
penggabungan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama Bursa Efek
Indonesia (BEI).

1.2. Instrumen Pasar Modal


Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan
sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga,
merupakan aset finansial yang menyatakan klaim keuangan. Undang-undang Pasar
Modal No.8 tahun 1995 mendefinisikan efek adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit
penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari
efek.

10
Sekuritas jangka pendek
(Pasar Uang)

Saham biasa

Saham preferen
Sekuritas di Pasar
Sekuritas
Ekuitas
Bukti right

Waran

Obligasi
Sekuritas jangka panjang Sekuritas di Pasar
(Pasar Modal) Obligasi
Obligasi konversi

Kontrak berjangka
Sekuritas di Pasar
Derivatif
Kontak opsi

Reksadana

Gambar 1.1 Sekuritas di Pasar Modal Indoneia


• Saham
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perseroan terbatas. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk.
Saham dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu saham preferen (preferred stock) dan
saham biasa (common stock). Perbedaan antara kedua jenis saham tersebut antara
lain:
Saham biasa (common stock) :
a. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b. Memiliki hak suara.
c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan setelah semuakewajiban
perusahaan dilunasi.
Saham Preferen (preferred stock)
a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen.

11
b. Tidak memiliki hak suara.
c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi.
e. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan
disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
Saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain sebagai berikut:
a. Saham unggul (blue chips). Yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan
besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya
memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen.
b. Growth stock. Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik
penjualannnya, perolehan laba, dan pangsa pasarnya mengalami
perkembangan yang sangat cepat dari rata-rata industri.
c. Emerging growth stock. Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan meskipun dalam kondisi ekonomi
yang kurang mendukung. Harga jenis saham ini biasanya berfluktuasi.
d. Income stock. Yaitu saham yang membayar dividen melebihi jumlah ratarata
pendapatan.
e. Cyclical stock. Yaitu saham perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi dan
sangat dipengaruhi oleh siklus usaha dan kondisi ekonomi.
f. Defensif stock. Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil
dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.
g. Speculative stock. Pada dasarnya saham biasa yang diperdagangkan di Bursa
Efek merupakan speculative stock, karena ketika investor membeli saham,
mereka tidak mengetahui dengan pasti tingkat pengembalian yang mereka
peroleh.

• Bukti Right
Bukti Right merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan

12
selama periode tertentu. Dari pengertian itu, bukti right juga dikenal dengan sebutan
hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bukti right diterbitkan melalui
penawaran umum terbatas (right issue). Dalam penawaran umum terbatas,
perusahaan tidak menjual saham barunya kepada masyarakat umum melainkan
menawarkannya kepada para pemegang sahamnya dengan maksud untuk menjaga
proporsi kepemilikan.
• Waran
Seperti bukti right, waran (warrant) adalah hak untuk membeli sahampada waktu
dan harga yang sudah ditentukan sebelummnya. Keputusan perusahaan menjual
waran ditetapkan pada waktu RUPS. Perusahaan yang menerbitkan waran harus telah
mencatatkan sahamnya di bursa efek karena mungkin nantinya dikonversi oleh
pemegang saham. Tetapi berbeda dengan right issue, waran biasanya dijual
bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi dan saham. Periode perdagangan
waran adalah jangka panjang, umumnya antara 3 sampai 5 tahun.

1.3. Indeks Pasar Saham


Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu
indeks yang disebut indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham
merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar. Karena
merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka
indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index). Berikut ini
adalah berbagai jenis indeks yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
• Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index
menggunakan seluruh saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
• Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas yang tinggi dan
kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria
pemilihan.
• Indeks Sektoral merupakan sub indeks dari IHSG. Indeks sektoral menggunakan
semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Saham yang tercatat di
BEI diklasifikasikan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah
ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Stock Exchange Indutrial

13
Classification). Selain 9 sektor tersebut, BEI juga menghitungkan indeks saham
industri manufaktur yang merupakan indeks gabungan dari tiga sektor industri.
• Indeks Kompas 100, pada prinsipnya sama dengan LQ-45, yakni terkait dengan
isu likuiditas saham. Secara lebih spesifik proses pemilihan 100 saham
mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transakasi dan kapitalisasi pasar
serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.
• Jakarta Islamic Index (JII) terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-
saham yang sesuai dengan syariah islam dan termasuk saham yang likuid. JII
dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur kiberja investasi pada saham
dengan basis syariah dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk berinvestasi secara syariah.
• Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukkan bagi
perusahaan dengan track record yang baik.
• Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk
mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa
memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori
perusahaan berprospek. Disamping itu Papan Pengembang
diperuntukkan bagi perusahaan yang mengalami restrukturisasi
atau pemulihan performa.
Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam
penelitian ini hanya menggunakan saham LQ-45 sebagai obyek
penelitian karena indeks LQ-45 merupakan 45 saham di BEI dengan likuiditas yang
tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar sehingga mencerminkan kondisi real yang
terjadi di Bursa Efek Indonesia.
Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai
kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan
kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus
dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus).
Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham
lain yang memenuhi syarat. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi
kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

14
1) Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2) Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir)
3) Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan
4) Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan indeks lq 45, yaitu :
a) Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio investasi di
pasar keuangan Indonesia,
b) Tingkat toleransi investor terhadap risiko, dan
c) Saham-saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene
merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45 adalah :
a) Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak
mentah dunia, dan
b) Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke zone
positif.
Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk
menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer
investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan
harga dari saham-saham yang aktif diperdagangka

2. Kurs Valuta Asing (Foreign Exchange Rates)


2.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) a foreign exchange rate is
defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another
currency, or the price of one currency in items of another currency.
Sependapat dengan Fabozzi dan Franco, selanjutnya Paul
Samuelson (1992:450) mendefinisikan kurs (nilai tukar) valuta asing

15
adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang
domestik.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor
cenderung akan berhati-hati\ untuk melakukan investasi.
Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya
Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar
modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Kurs


Mata Uang
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai
tukar, yaitu (Jeff Madura, 1993):
1.Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan
antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan
permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan
permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan
naik dan sebaliknya.
3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau
berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong
harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.
Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar
akan kembali normal.

2.3. Sistem Kurs Mata Uang

16
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs
mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini
ditentukanoleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya
stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang
ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada
campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean
floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa
tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya
untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam
menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu,
cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas
moneter perlu membeli atau menjual valas untuk
mempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini,
suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu
mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang
utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata
uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan
tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap
mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem
ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata

17
uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju
nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian
kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs
tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari
kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau
devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak
negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan
dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu
negara karena pergerakan mata uang disebar dalam
sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan
dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam
membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya
terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi
suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.
5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu
negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya
dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau
membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut.
Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas
yang sangat sempit.

2.4. Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia


Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga
sistem nilai tukar,
yaitu:

18
1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia
menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$,
sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar
rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada
tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif
di pasar valuta asing.
2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem
sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan
bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978.
Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi
(pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs
bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3. Sistem kurs mengambang bebas (14 Agustus 1997-sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$
semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam
rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka
pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi
(sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut
sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada
tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga
dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah
terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter
dalam negeri.

F. KERANGKA BERPIKIR
Fluktuasi kurs valuta asing akan sangat mempengaruhi iklim
investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Perubahan nilai tukar
berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan, daya saing dalam pasar

19
internasional dan sebagai konsekuensinya berdampak pada harga saham perusahaan
tersebut.Misalnya US dollar terdepresiasi terhadap rupiah dalam hal ini
berarti rupiah mengalami apresiasi, akan memberikan dampak
langsung terhadap perusahaan domestik dengan kegiatan
operasionalnya yang internasional, dimana misalnya perusahaan
tersebut harus mengimpor bahan baku dari luar. Dengan adanya
depresiasi US Dollar maka harga bahan baku tersebut menjadi lebih
murah dengan demikian memberikan stimulus yang positif bagi
perkembangan produksinya dan sebagai konsekuensinya berdampak
pada harga saham perusahaan tersebut.
Selanjutnya bila rupiah terdepresiasi terhadap Euro, Yen, dan US
Dollar (berapresiasi), maka akan berdampak pada perusahaan-
perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap
barang-barang impor dari negara-negara tersebut. Besarnya belanja
impor dari perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi,
serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga
saham perusahaan itu akan anjlok.
Selanjutnya, kerangka berpikir dapat digambarkan pada
bagan berikut ini:

EURO

YEN LQ-45

USD

G. PENGAJUAN HIPOTESIS

20
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka selanjutnya hipotesis dapat
diajukan sebagai berikut:
1. Diduga ada pengaruh yang signifikan kurs valuta asing (Euro, Yen dan US
Dollar) terhadap Indeks LQ-45 secara simultan.
2. Diduga ada pengaruh yang signifikan kurs valuta asing (Euro, Yen dan US
Dollar) terhadap Indeks LQ-45 secara parsial.

H. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian koreasional dengan pendekatan
kuantitatif, dimana penelitian ini mencoba untuk mengetahui pernagaruh dari kurs
valuta asing (Euro, Yen dan US Dollar) terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek
Indonesia.

2. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57). Nazir (1988:3)
mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.
Kemudian populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung
ataupun pengukuran kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan
objek yang lengkap. (Handati, 1995:14).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan fluktuasi kurs valuta asing (Euro, Yen dan US Dollar) terhadap Indeks
saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Karena yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah indeks LQ 45 maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh indeks saham LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti, maka selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dimana sampel diambil
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dengan demikian sampel yang

21
digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Saham LQ-45 mingguan selama tahun
2010 dengan jumlah (n) sebanyak 52 sampel.
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa kurs valuta asing
(Euro, Yen dan US Dollar) dan Indeks Saham LQ-45. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik dokumenter. Data kurs valuta asing (Euro,
Yen dan US Dollar) merupakan kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli yang
diperoleh dari website BI (www.bi.go.id) sedangkan Indeks saham LQ-45 merupakan
data penutupan mingguan selama tahun 2010 yang diperoleh pada website BEI
(www.idx.co.id).
4. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel, yang terbagi
dalam 3 (tiga) variabel independen (X) atau variabel yang
mempengaruhi, diantaranya: kurs Euro (X1), kurs Yen (X2) dan kurs US
Dollar (X3) serta 1 (satu) variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi
yaitu Indeks Saham LQ-45 (Y).
5. Definisi Operasional Variabel
a. Kurs Euro menunjukkan harga mata uang Euro dalam satuan mata
uang rupiah, misalnya Rp 15.000/EUR.
b. Kurs Yen menunjukkan harga mata uang Yen dalam satuan mata uang
rupiah, misalnya Rp 10.000/JPY 100. (untuk setiap ¥100 sama dengan Rp
10.000).
c. Kurs US Dollar menunjukkan harga mata uang US Dollar dalam
satuan mata uang rupiah, misalnya Rp 9.000/USD.
d. Indeks Saham LQ-45 merupakan 45 saham di BEI dengan likuiditas
yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut
beberapa kriteria pemilihan.
6. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan
variabel independen (Kurs Euro, Yen dan US Dollar) terhadap Indeks
Saham LQ-45, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear

22
berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat
terkecil (Ordinary Least Square) dengan model dasar sebagai berikut:

LQ-45 = α + β1 EUR1 + β2 JPY2 + β3


USD3 + ε

Adapun dalam melakukan metode ini, penulis harus melakukan


beberapa pengujian untuk mendapatkan model penelitian yang terbaik. Pengujian itu
antara lain: uji normalitas, uji asumsi klasik (uji heteroskedastis, uji autokorelasi, uji
multikolinearitas), dan uji hipotesis (t-test untuk mengetahui signifikansi pengaruh
fluktuasi kurs valuta asing (Eur, Yen dan US$) terhadap Indeks LQ-45 secara parsial
dan F-test untuk mengetahui signifikansi pengaruhnya secara simultan).

I. DAFTAR PUSTAKA

Anwar Jusuf, , Pasar modal sebaga Sarana Pembiayaan dan Investasi,


Fabozzi, E.J. and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and
Instrument. Upper Saddle River New Jersey.
Husnan Suad, 1994, Dasar-dasar Portofolio dan Investasi
Kuncoro, Mudrajad 1996, Manajemen Keuangan
Internasional.Yogyakarta:BPFE.
Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.
Moehar Daniel, 2002, Metode Penelitian Sosial Ekonomi dan
Manajemen, Dilengkapi Beberapa Alat Analisa dan Pentunjuk
Penggunaan, Bumi Aksara, Jakarta
Nachrowi Djalal, Usman Hardius, 2002, Penggunaan Teknik
Ekonometri, Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi
Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan
Paket Program SPSS, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Samuelson Paul A., Nordhaus William D., 1992, Macroeconomics 14th
ed., McGraw-Hill, Inc.,
Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

23
Tandelilin, Eduardus, 2010, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi, Kanisius,
Yogyakarta
Website Bank Indonesia. www.bi.go.id
Website Indonesian Stock Exchange. www.idx.co.id

24

You might also like