You are on page 1of 9

SEJARAH, TEORI, JENIS, DAN FUNGSI HUMOR

Didiek Rahmanadji

Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: This article discusses some issues pertaining to humor. It touches on the as-
sumption that human beings are bound to be in search of happiness a portion of which is
met by enjoying funny and amusing humors. The article will talk about some theories
about humor. It will also address kinds of humors which include personal humors, slang
humors, and artistic humors. The article will also address the functions of humor which
encompass the notions of communication message, media critique, and anti-
depressant .

Keywords: happiness, humor, media critique, anti-depressant.

Naluri manusia untuk mencari kegirangan, seorang tertawa atau tersenyum. Pengala-
kesenangan, kegembiraan, dan hiburan su- man tentang kelucuan pada dasarnya meru-
dah dimiliki sejak masih bayi. Sejak se- pakan pengalaman personal (Sumarthana,
orang bayi dilahirkan, ibunya segera me- 1983).
latihnya untuk menyukai kegembiraan. Kelucuan juga selalu kena-mengena
Hampir setiap saat, ibu tersebut mengusa- dengan hal-hal yang tidak wajar atau
hakan dengan giat agar sang anak dapat ter- umum. Yang wajar dan umum, tidak me-
tawa girang. Ia sering menirukan tingkah merlukan perbaikan atau tidak lagi men-
laku binatang, mengeluarkan bunyi aneh- yediakan wadah untuk menjadi lucu. Hal-
aneh, dan memperagakan hal-hal yang tidak hal yang aneh dan nyeleneh dapat men-
masuk akal, selalu merangsang agar anak- jadikan humor (Setiawan, 1990). Semua itu
nya suka tertawa. Ketika sang anak sudah tidak menutup kemungkinan bahwa segala
beranjak dewasa, kebutuhan akan kegembi- sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi un-
raan itu sudah melekat erat dalam dirinya. tuk dijadikan bahan lelucon.
Manusia hidup dengan naluri kuat untuk Kelucuan atau humor berlaku bagi
mencari kegembiraan dan hiburan (Hen- manusia normal, untuk menghibur karena
darto, 1990). hiburan merupakan kebutuhan mutlak
Mereka yang dapat mencari kegembi- bagi manusia untuk ketahanan diri dalam
raan, biasanya tidak berminat untuk men- proses pertahanan hidupnya (Widjaja,
cari definisi tentang sesuatu yang disebut 1993). Dengan demikian, keberadaan hu-
lucu . Agaknya, bagian yang tersulit untuk mor sebagai sarana hiburan sangat penting.
dirumuskan adalah hal-hal yang menyang- Humor dapat tampil mantap sebagai pen-
kut perbedaan-perbedaan penga-laman pri- yegar pikiran dan sekaligus sebagai penye-
badi tentang sesuatu yang menyebabkan se- juk batin, dan penyalur uneg-uneg

213
Rahmanadji, Sejarah, Teori dan Fungsi Humor 215

(Pramono, 1983). Humor dapat juga mem- Kelebihan empedu kuning menyebabkan
berikan suatu wawasan yang arif sambil jadi angkuh, pendendam, ambisius, dan
tampil menghibur. Humor dapat pula men- licik (Manser, 1989).
yampaikan siratan menyindir atau suatu Teori mengenai cairan itu merupakan
kritikan yang bernuansa tawa. Humor juga upaya pertama untuk menjelaskan tentang
dapat sebagai sarana persuasi untuk mem- sesuatu yang disebut humor. Namun
permudah masuknya informasi atau pesan demikian, ajaran yang disusun oleh Plato itu
yang ingin disampaikan sebagai sesuatu tampaknya sudah tidak ada hubungannya
yang serius dan formal (Gauter, 1988). dengan pengertian umum di zaman
Dengan mengerti dan menyadari hal- sekarang ini. Dalam perkembangan selan-
hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jutnya, selama berabad-abad, lahirlah segala
humor memiliki suatu potensi penting. Hu- macam teori yang berupaya untuk mende-
mor dapat dijadikan suatu bahan untuk di- finisikan humor, yang mengacu pada artian
kaji sebagai semacam ilmu . Semakin kri- humor seperti yang sekarang lazim dimak-
tis suatu masyarakat, semakin tinggi pula sudkan, yang ada hubungannya dengan
permintaan mereka akan humor (Hassan, segala sesuatu yang membuat orang men-
1981). Dimensi keseriusan humor tampak jadi tertawa gembira (Setiawan, 1990).
pada penekanan syarat intelektual bagi Perkembangan humor di Inggris sudah
pelaku atau penikmatnya (Manser, 1989). terlembaga sejak abad ke-16 (Calley, 1997).
Pada masa tersebut, terdapat penulis dan
SEJARAH HUMOR pemain teater humor yang sering disebut
pemain komedi. Komedian yang terkenal
Humor mungkin sudah ada sejak manu- yaitu Ben Johnson, yang satu karyanya ber-
sia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. judul Man Out of His Humor . Karya
Humor sebagai salah satu sumber rasa gem- tersebut memperlihatkan dua bentuk humor
bira, mungkin, sudah menyatu dengan kela- yang berbeda dalam kehidupan, yaitu hu-
hiran manusia. Jika dilacak asal-usulnya, mor dalam kata-kata dan humor dalam ting-
humor berasal dari kata Latin umor yang kah laku. Abad ke-17 merupakan zaman
berarti cairan . Sejak 400 SM, orang yang sangat pesat bagi perkembangan hu-
Yunani Kuno beranggapan bahwa suasana mor di Inggris, terutama dalam hal teater
hati manusia ditentukan oleh empat macam komedi dan naskah humor. Teater komedi
cairan di dalam tubuh, yaitu: darah akhirnya menjadi tradisi masa selanjutnya.
(sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning Pertengahan abad ke-18, teater humor
(choler), dan empedu hitam (melancholy). bermetamorfosa menjadi satire. Sampai
Perimbangan jumlah cairan tersebut menen- akhir abad ke-18, bentuk teater etrsebut
tukan suasana hati. Kelebihan salah satu di menjadi mode di seluruh daratan Eropa.
antaranya akan membawa pada suasana Abad ke-19, humor di Eropa menentukan
tertentu. Darah menentukan suasana bentuk baru dalam wujud komik. Abad itu
gembira (sanguine), lendir menentukan ditandai de-ngan munculnya berbagai
suasana tenang atau dingin (phlegmatic), macam komik humor dari Jerman, yang
empedu kuning menentukan suasana marah kemudian menjadi kegemaran seluruh da-
(choleric), dan empedu hitam untuk suasana ratan Eropa bahkan sampai ke daratan
sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut Amerika dan Asia.
mempunyai karakteristik tersendiri dalam Di daratan Eropa dan sebagian
mempengaruhi setiap orang. Kekurangan Amerika, humor sudah dianggap menjadi
darah menyebabkan orang tidak pemarah.

215
Rahmanadji, Sejarah, Teori dan Fungsi Humor 215

bagian dari kehidupan (Gauter, 1988). TEORI HUMOR


Bahkan dianggap sebagai suatu seni yang
Teori humor jumlahnya sangat banyak,
setara dengan seni lainnya. Setelah peranan tidak satu pun yang persis sama dengan
humor meningkat, terutama dalam komik yang lainnya, tidak satu pun juga yang bisa
dan komedi, setara satire, pada awal abad
mendeskripsikan humor secara menyeluruh,
ke-20; humor memasuki era baru. Pada dan semua cenderung saling terpengaruh
awal abad itu, humor sangat dominan dalam (Setia-wan, 1990).
teater komedi dan film. Sampai saat itu,
Dewasa ini, pengertian humor yang pa-
media massa film masih merupakan ladang ling awam , ialah sesuatu yang lucu, yang
subur bagi kehidupan humor. Komedi dan menimbulkan kegelian atau tawa.
satire tetap bertahan di kalangan tertentu.
Humor identik dengan segala sesuatu
Charlie Chaplin, yang dilahirkan April yang lucu, yang membuat orang tertawa.
1889, merupakan seorang komedian terke- Pengertian awam tersebut tidaklah keliru.
nal di dunia humor modern. Film yang
Dalam Ensiklopedia Indonesia (1982),
dibintanginya memberi inspirasi yang besar seperti yang dinyatakan oleh Setiawan
sekali dalam perkembangan humor pada (1990),
umumnya. Humor menjadi salah satu objek
penelitian semenjak awal abad ke-20. Ber- Humor itu kualitas untuk menghim-
bagai tulisan mengenai humor telah diter- bau rasa geli atau lucu, karena kegan-
bitkan para ilmuwan dari berbagai cabang jilannya atau ketidakpantasannya
ilmu sosial, terutama dari perspektif psiko- yang menggelikan; paduan antara rasa
logi (Hendarto, 1990). kelucuan yang halus di dalam diri
Di Indonesia, secara informal, humor manusia dan kesadaran hidup yang
juga sudah menjadi bagian dari kesenian iba dengan sikap simpatik.
rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong,
wayang kulit, wayang golek, dan seba- Lebih lanjut, teori humor dibagi dalam
gainya. Unsur humor di dalam kelompok
tiga kelompok (Manser, 1989), meliputi: (1)
kesenian menjadi unsur penunjang, bahkan teori superioritas dan meremehkan, yaitu
menjadi unsur penentu daya tarik. Humor jika yang menertawakan berada pada posisi
yang dalam istilah lainnya sering disebut
super; sedangkan objek yang ditertawakan
dengan lawak, banyolan, dagelan, dan seba- berada pada posisi degradasi (diremehkan
gainya, menjadi lebih terlembaga setelah atau dihina). Plato, Cicero, Aristoteles, dan
Indonesia merdeka, seperti munculnya
Francis Bacon (dalam Gauter, 1988) men-
grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet gatakan bahwa orang tertawa apabila ada
Jaya, Loka Ria, Srimulat, Surya Grup, dan sesuatu yang menggelikan dan di luar kebi-
lain-lain (Widjaja, 1993).
asaan. Menggelikan diartikan sebagai se-
Perkembangan lain terjadi pada media suatu yang menyalahi aturan atau sesuatu
massa cetak, baik majalah maupun surat ka- yang sangat jelek. Lelucon yang menimbul-
bar. Tahun 60-an terbit beberapa majalah
kan ketertawaan, juga mengandung banyak
humor, namun tidak bertahan lama. Di anta- kebencian. Lelucon selalu timbul dari ke-
ranya adalah majalah STOP. Surat kabar salahan/kekhilafan yang menggoda dan
membuka rubrik khusus untuk humor.
kemarahan; (2) teori mengenai ketidak-
Cerita-cerita lucu, anekdot, karikatur, dan seimbangan, putus harapan, dan bisosiasi.
kartun sering dijumpai pada media massa Arthur Koestler (Setiawan, 1990) dalam
cetak (Kusmartiny, 1993).
teori bisosiasinya mengatakan bahwa hal
yang mendasari semua bentuk humor adalah
216 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 2, Agustus 2007

bisosiasi, yaitu mengemukakan dua situasi Persoalan humor oleh beberapa orang
atau kejadian yang mustahil terjadi seka- dianggap sebagai persoalan teori estetik ,
ligus. Konteks tersebut menimbulkan ber- yang dicoba untuk diterangkan lewat berba-
macam-macam asosiasi; (3) teori mengenai gai teori tentang humor. Teori humor men-
pembebasan ketegangan atau pembebasan coba menerangkan bagaimana suatu hal da-
dari tekanan. Humor dapat muncul dari se- pat membangkitkan tawa atau geli pada se-
suatu kebohongan dan tipuan muslihat; da- seorang.
pat muncul berupa rasa simpati dan penger- Seperti yang diungkapkan Setiawan
tian; dapat menjadi simbol pembebasan (1990) dalam majalah Astaga, teori humor
ketegangan dan tekanan; dapat berupa ung- digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: (1)
kapan awam atau elite; dapat pula serius teori keunggulan; seseorang akan tertawa
seperti satire dan murahan seperti humor jika ia secara tiba-tiba memperoleh perasaan
jalanan. Humor tidak mengganggu kebena- unggul atau lebih sempurna dihadapkan
ran. pada pihak lain yang melakukan kesalahan,
Fuad Hasan dalam tulisan Humor dan kekurangan atau mengalami ke-adaan yang
Kepribadian (1981) membagi humor da- tidak menguntungkan. Kita dapat tertawa
lam dua kelompok besar, yaitu: (1) humor terbahak-bahak pada waktu melihat pela-
pada dasarnya berupa tindakan agresif yang wak terjatuh, terinjak kaki temannya serta
dimaksudkan untuk melakukan degradasi melakukan berbagai kekeliruan dan ke-
terhadap seseorang; (2) humor adalah tinda- tololan; (2) teori ketaksesuaian; perasaan
kan untuk melampiaskan perasaan tertekan lucu timbul karena kita dihadapkan pada
melalui cara yang ringan dan dapat di- situasi yang sama sekali tak terduga atau ti-
mengerti, dengan akibat kendornya ke- dak pada tempatnya secara mendadak, se-
tegangan jiwa. bagai perubahan atas situasi yang sangat di-
harapkan. Harapan dikacaukan, kita dibawa
Arwah Setiawan (dalam Suhadi, 1989), pada suatu sikap mental yang sama sekali
mengatakan sebagai berikut: berbeda. Sebagai contoh adalah rasa humor
yang timbul karena kita melihat kartun yang
Humor itu adalah rasa atau gejala menggambarkan seseorang yang sedang
yang merangsang kita untuk tertawa mancing.
atau cenderung tertawa secara mental, Gambar pertama, menunjukkan orang
ia bisa berupa rasa, atau kesadaran, di dengan penuh harapan menunggu
dalam diri kita (sense of humor); bisa umpannya dilahap ikan. Gambar kedua
berupa suatu gejala atau hasil cipta menunjukkan rasa gembira orang itu karena
dari dalam maupun dari luar diri kita. ada tanda-tanda bahwa ikan yang besar te-
Bila dihadapkan pada humor, kita lah menarik kailnya. Gambar ketiga,
bisa langsung tertawa lepas atau menunjukkan tiba-tiba, orang itu tercebur
cenderung tertawa saja; misalnya ke sungai. Rupanya, ikan yang amat besar
tersenyum atau merasa tergelitik di telah menyeretnya ke dalam sungai; (3) te-
dalam batin saja. Rangsangan yang ori kelegaan atau kebebasan; inti humor
ditimbulkan haruslah rangsangan adalah pelepasan atas kekangan-kekangan
mental untuk tertawa, bukan rang- yang terdapat pada diri seseorang. Bila
sangan fisik seperti dikili-kili yang dorongan-dorongan batin alamiah mendapat
mendatangkan rasa geli namun bukan kekangan, dapat dilepaskan atau diken-
akibat humor . dorkan, misalnya lewat lelucon seks, sin-
diran jenaka atau umpatan, meledaklah
perasaan menjadi tertawa.
Rahmanadji, Sejarah, Teori dan Fungsi Humor 217

Kartun: Gambar lelucon yang mengundang senyum atau tawa

Seorang pakar humor dari Semarang, JENIS HUMOR


Jaya Suprana, rupanya sudah menjadi Jenis humor menurut Arwah Setiawan
korban kepusingan dalam upaya memahami
(1988) dapat dibedakan menurut kriterium
segala benang ruwet tentang teori humor, bentuk ekspresi . Sebagai bentuk ekspresi
yang akhirnya membuang segala pretensi dalam kehidupan kita, humor dibagi men-
untuk memasang perumusan apa pun terha-
jadi tiga jenis yakni (1) humor personal,
dap humor. Ia dengan ringan dan riangnya yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita,
mengumumkan bahwa humor itu indah, se- misalnya bila kita melihat sebatang pohon
buah misteri dalam kehidupan yang tak
yang bentuknya mirip orang sedang buang
perlu lagi dikekang dalam batasan pemaha- air besar; (2) humor dalam pergaulan, mis-
man (Suhadi, 1989).
218 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 2, Agustus 2007

alnya senda gurau di antara teman, kelucuan dan tak langsung); (2) humor rendah (yang
yang diselipkan dalam pidato atau ceramah kasar, yang terlalu eksplisit).
di depan umum; (3) humor dalam kesenian, Jaya Suprana mengatakan bahwa dalam
atau seni humor. Humor dalam kesenian situasi yang tidak tepat, humor bukan se-
masih dibagi menjadi seperti berikut. suatu yang lucu. Bahkan humor belum tentu
menyebabkan orang tertawa, misalnya hu-
Humor lakuan, misalnya: lawak, tari mor seks. Bagi sebagian orang yang puritan,
humor, dan pantomim lucu. humor jenis itu dianggap tabu dan kam-
Humor grafis, misalnya: kartun, kari- pungan sehingga dianggap tidak lucu dan
katur, foto jenaka, dan patung lucu. tidak menyebabkan tertawa. Humor menjadi
Humor literatur, misalnya: cerpen lucu, kurang ajar bila menggunakan kondisi fisik
esei satiris, sajak jenaka, dan sema- orang sebagai objek. Humor yang baik
camnya. adalah humor yang bisa membawa atau
menuju kepada kebaikan.
Jika yang digunakan adalah kriterium Kemudian, Bapak Psikoanalisis Freud,
maksud dalam komunikasi, dalam humor (dalam Suhadi, 1989), memilih-milih humor
ada tiga jenis komunikasi, yaitu: (a) si berdasarkan dua variabel, yaitu: (1) moti-
penyampai memang bermaksud melucu, vasi, yang berwujud komik, tergolong seba-
dan si penerima menerima sebagai lelucon; gai lelucon yang tanpa motivasi, karena ke-
(b) si penyampai tidak bermaksud melucu, lucuan hanya diperoleh dari teknik melucu
namun si penerima menganggap lucu; (c) si saja; dan humor yang tergolong lelucon
penyampai bermaksud melucu, namun si dengan motivasi; (2) kelompok sasaran
penerima tidak menganggap lucu (Manser, yang dijadikan lelucon, humor terdiri atas:
1989). humor etnik, humor seks, dan humor
Dalam komunikasi, keberhasilan se- politik.
orang komunikator dalam berkomunikasi Sedangkan, menurut Pramono (1983),
adalah, jika pesan yang disampaikannya ce- humor dapat digolongkan menjadi: (1) hu-
pat diterima oleh komunikan sesuai dengan mor menurut penampilannya, yang terdiri
apa yang dimaksud si komunikator. Keber- atas: humor lisan, humor tulisan/gambar,
hasilan seorang pelaku humor ketika stimu- humor gerakan tubuh; (2) menurut tujuan
lus humor yang dilancarkannya diterima dibuatnya atau tujuan pesannya, humor ter-
oleh penerima humor sebagaimana yang diri atas: humor kritik, humor meringankan
dimaksud oleh pelaku humor tersebut. beban pesan, dan humor semata-mata pesan.
Stimulus humor adalah kelucuan yang
mengharapkan senyum atau tawa sebagai FUNGSI HUMOR
efek dari penerima humor (Widjaja, 1993).
Menurut Sujoko (1982) humor dapat
Humor menurut kriterium indrawi
berfungsi untuk: (1) melaksanakan segala
berupa: (1) humor verbal; (2) humor visual;
keinginan dan segala tujuan gagasan atau
(3) humor auditif. Humor menurut kriterium
pesan; (2) menyadarkan orang bahwa dir-
bahan adalah: (1) humor politis; (2) humor
inya tidak selalu benar; (3) mengajar orang
seks; (3) humor sadis; (4) humor teka-teki.
melihat persoalan dari berbagai sudut; (4)
Humor kriterium etis dapat dibedakan seba-
menghibur; (5) melancarkan pikiran; (6)
gai: (1) humor sehat/humor yang edukatif;
membuat orang mentoleransi sesuatu; (7)
(2) humor yang tidak sehat. Humor ber-
membuat orang memahami soal pelik.
dasarkan kriterium estetis dapat dipisahkan
menjadi: (1) humor tinggi (yang lebih halus
Rahmanadji, Sejarah, Teori dan Fungsi Humor 219

Karikatur: Gambar sindiran atau kritikan yang bernuansa humor

James Danandjaya (dalam Suhadi, Beberapa fungsi humor yang sejak dulu
1989), mengatakan sebagai berikut. sudah dikenal masyarakat kita antara lain,
fungsi pembijaksanaan orang dan penyega-
Fungsi humor yang paling menonjol, ran, yang membuat orang mampu me-
yaitu sebagai sarana penyalur pe- musatkan perhatian untuk waktu yang lama.
rasaan yang menekan diri seseorang. Fungsi itu dapat kita amati di dalam pertun-
perasaan itu bisa disebabkan oleh jukan wayang, di mana punakawan muncul
macam-macam hal, seperti ketidak- untuk menyegarkan suasana. Humor puna-
adilan sosial, persaingan politik, kawan biasanya mendidik serta membijak-
ekonomi, suku bangsa atau golongan, sanakan orang (Hendarto, 1990).
dan kekangan dalam kebebasan gerak, Dari keterangan tersebut, dapatlah dije-
seks, atau kebebasan mengeluarkan laskan bahwa penyaluran ketegangan lewat
pendapat. Jika ada ketidakadilan bia- humor sangat positif karena membawa ke-
sanya timbul humor yang berupa pro- sejahteraan jiwa. Jika semua perasaan tidak
tes sosial atau kekangan seks, bia- puas dan ketegangan yang dialami tidak
sanya menimbulkan humor mengenai disalurkan, akan membawa bencana, tidak
seks . hanya bagi yang memendam, tetapi juga un-
tuk orang lain atau masyarakat sekitarnya.
220 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 2, Agustus 2007

Sujoko (1982) mengemukakan bahwa Fungsi humor yang lain adalah sebagai
di Indonesia kalangan mahasiswa gemar rekreasi. Dalam hal ini, humor berfungsi
menggunakan humor sebagai sarana kritik untuk menghilangkan kejenuhan dalam
sosial. Kegemaran itu menunjukkan bahwa hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifat-
mahasiswa adalah personal yang sedang nya hanya sebagai hiburan semata. Selain
dididik untuk menjadi manusia yang kritis, itu, humor juga berfungsi untuk menghi-
serta harus bersikap skeptis sehingga jalan langkan stres akibat tekanan jiwa atau batin
pikirannya akan menjadi ilmiah, tidak be- (Setiawan, 1990).
gitu saja menerima semua yang dihidang-
kan. Dengan ditanamkannya sikap itu, tidak Emil Salim (dalam Suhadi, 1989)
heran apabila mereka akan protes bila meli- berpendapat seperti berikut.
hat orang yang seharusnya menjadi penun-
tun mereka, malah menyeleweng atau Selain merupakan salah satu cara un-
membuat terobosan seenak hatinya, serta tuk menyampaikan kritik, juga meru-
bersifat munafik (Sumarthana, 1983). Sa- pakan bagian dari proses menjalin
ngat beralasan jika mereka (mahasiswa) komunikasi sosial antara manusia.
memilih humor sebagai media protes sosial Untuk komunikasi yang sifatnya
sebab media itu paling sesuai dengan kepri- serius, pesan-pesan yang akan disam-
badian tradisional bangsa kita yang tidak paikan biasanya tidak mudah terjalin
suka dikritik secara langsung. Dengan antara kedua belah pihak. Jika perte-
adanya sikap itu, di negara kita, protes tidak muan merupakan pertemuan baru,
langsung mempunyai pengaruh yang lebih maka medium humor dalam tahap
ampuh dibandingkan dengan protes yang komunikasi akan mempercepat terbu-
langsung. Kritik yang disampaikan secara kanya pintu keakraban .
tertulis sering menimbulkan bencana, ber-
beda jika kritik disajikan dalam bentuk hu- Bahkan, Kartono Muhamad (dalam
mor. Protes sosial dalam humor tidak Suhadi, 1989) berpendapat sebagai berikut.
mungkin ditanggapi secara serius karena
yang menyuarakan sama sekali tidak ber- Humor yang baik adalah humor
tanggung jawab. Tanggung jawab dalam yang dapat menertawakan diri sen-
protes sosial berupa humor sudah diambil diri, atau humor otokritik. Meskipun
kolektif sehingga kolektifanlah yang ber- membuat diri pribadi sakit hati, hu-
tanggung jawab. Sementara itu, Jatiman mor otokritik merupakan sesuatu
(dalam Suhadi, 1989), sosiolog dan staf yang menunjukkan kedewasaan sikap.
pengajar UI, mengatakan sebagai berikut. Artinya, mampu memberi kritik ter-
hadap diri sendiri, serta dapat pula se-
Di samping sebagai sarana kritik cara terbuka menerima opini orang
sosial, adakalanya, humor juga dibuat lain .
sebagai alat aktualisasi diri. Dalam
lingkungan tertentu, segolongan Pada akhirnya, untuk menjadikan hu-
orang yang tidak berdaya untuk me- mor yang baik , harus melihat situasi dan
lemparkan kritik langsung, mencoba kondisi. Humor dilakukan dengan tidak ter-
melakukannya dengan menciptakan lalu berlebihan, agar mutu humor tetap
humor tentang yang bersangkutan . terjaga. Humor sebagai sarana komunikasi
sosial diharapkan dapat dipahami dan di-
terima oleh berbagai ragam individu.
Rahmanadji, Sejarah, Teori dan Fungsi Humor 221

PENUTUP DAFTAR RUJUKAN


Humor merupakan sesuatu yang dibu- Calley, Alan. 1997. Humor in The Arts.
tuhkan oleh manusia normal, sebagai sarana London: Flower Press.
berkomunikasi untuk menyalurkan uneg- Gauter, Dick. 1988. The Humor of Cartoon.
uneg, pelampiasan tekanan problematik New York: A Pegrige Book.
yang dialami seseorang, dan memberikan Hassan, Fuad. 1981. Humor dan Kepribad-
suatu wawasan yang arif sambil tampil ian. Jakarta: Harian Kompas, 20 April,
menghibur. Keberadaan humor dalam hal. 6.
kehidupan manusia adalah sejak manusia Hendarto, Priyo. 1990. Filsafat Humor. Ja-
mengenal bahasa, melakukan komunikasi karta: Karya Megah.
antar-personal. Humor merupakan hal-hal Kusmartiny, Enny. 1993. Dibalik Karya
yang lazimnya berhubungan dengan Para Kartunis Indonesia. Jakarta: Ma-
tersenyum atau juga tertawa. Teori humor jalah Femina, No.20 Th.XXI, hal. 41-
amat beragam, namun secara menyeluruh 42.
semua cenderung ke maksud yang sama. Manser, Juan. 1989. Dictionary of Humor.
Sesuatu yang menggelikan, mempesona, Los Angeles: Diego and Blanco Pub-
aneh, identik dengan kelucuan, dan, lisher Inc.
akhirnya, merangsang seseorang untuk ter- Pramono. 1983. Karikatur-karikatur 1970-
tawa atau tersenyum. Jenis humor meliputi 1980. Jakarta: Sinar Harapan.
humor personal, humor dalam pergaulan, Setiawan, Arwah. 1990. Teori Humor. Ja-
dan humor dalam kesenian. Sedangkan, karta: Majalah Astaga, No.3 Th.III, hal.
fungsi humor antara lain adalah sarana 34-35.
menyatakan gagasan, sarana kritik/protes Suhadi. 1989. Humor dalam Kehidupan.
sosial, media informasi dan media hiburan, Jakarta: Gema Press.
serta menghilangkan stres karena tekanan Sujoko. 1982. Perilaku Manusia dalam
jiwa/batin. Humor. Jakarta: Karya Pustaka.
Sumarthana. 1983. Anekdot-anekdot dalam
Kehidupan Sehari-hari. Jakarta: Sinar
Buana Press.
Widjaja, A.W. 1983. Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara.

You might also like