You are on page 1of 16

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PERMASALAHAN

PERLINDUNGAN TKI PEREMPUAN

1. Latar Belakang

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara

bertindak. Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan

publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat

kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam

penyusunannya melalui berbagai tahapan.

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn. [1] adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam

realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa

yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik

dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah

publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut

berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik

yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy

issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy

issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor

mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan

pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn

(1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik

tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah

tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,

1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) [2] diantaranya:

1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang

serius;

2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;

3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat

manusia) dan mendapat dukungan media massa;

4. menjangkau dampak yang amat luas ;


5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;

6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah

dirasakan kehadirannya)

Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya

ditunda untuk waktu lama.

Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-

undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan

disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi

dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh

mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.

b. Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari


berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan

perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap

perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih

sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.[3]

c. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar

pemerintahan.[4] Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh

kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. [5]Namun

warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung.

Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat

baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir

pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-

simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung

pemerintah.[6]

d. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,


implementasi dan dampak.[7] Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu

kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap

akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan

demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah

kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah

kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. [8]

Kebijakan public atau public policy yaitu suatu aturan yang mengatur

kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengkita seluruh warganya.

Setiap pelanggaran yang dilakukan akan diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggaran (Nugroho, 2004)

Tugas Pokok dan fungsi Kementerian PP dan PA (sesuai Perpres Nomor 24 Tahun

2010)

Tugas Kementerian PP dan PA adalah : menyelenggarakan urusan di bidang

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam pemerintahan untuk

membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Kementerian PP dan PA menyelenggarakan

Fungsi, diantaranya adalah : Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; koordinasi dan sinkronisasi


pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan

anak.

Kebijakan Pemerintah memfasilitasi tenaga kerja (laki-laki dan perempuan)

bekerja kelur negeri berarti mengeliminasi pengangguran dan mewujudkan hak

serta kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara agar memperoleh

pekerjaan dan penghasilan yang layak (Pasal 27 ayat (2) UUD Tahun 1945)

Pemerintah wajib menjamin dan melindungi hak asasi tenaga kerja Indonesia

(laki-laki dan perempuan) dengan mengutamakan prinsip persamaan hak,

keadilan dan kesetaraan gender, anti diskriminasi dan anti perdagangan orang.

Kebijakan pemerintah terkait penanganan TKI LN selain pasal 27 (2) UUD di atas,

adalah mengacu pada :

 Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi

mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita

(Konvensi CEDAW)

 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM

 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


 Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang PPTPO (penghapusan

tindak pidana perdagangan orang)

2. Permasalahan

a. Kemiskinan (merupakan akar dari segala permasalahan) disebabkan :

- Belum meratanya SDM yang unggul yang berdaya saing tinggi

- Belum terciptanya lapangan kerja khususnya pasar domestic yang

memadai

b. Peraturan Peundang-undangan (UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang

PPTKLN)

1. Undang-undang ini lebih menitikberatkan pada sisi regulasi

penempatan saja, sedangkan sisi perlindungan sangat kurang

2. Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan undang-undang tersebut

sebanyak 25 peraturan,yang dibentuk baru 11 peraturan, sedangkan

14 peraturan lagi belum terbentuk, padahal usia UU tersebut sudah 5

tahun

c. Penegakan Hukum
1. Di dalam pengurusan TKI banyak pemerasan/pungli oleh oknum yang

terkait perektrutan, penempatan sampai pemulangan kembali TKI ke

kampong halaman

2. Tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang merugikan dan

menyengsarakan TKI dirasakan kurag tegas dilaksanakan

3. Pemecahan Masalah

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat

pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan

pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami

istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya

dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut

ilmiah yang telah mapan.

Penyebab kemiskinan : Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

 penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;


 penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan

keluarga;

 penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan

sekitar;

Menghilangkan kemiskinan : Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

 Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin.

Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman

pertengahan.

 Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang

dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan,

termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

 Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung

kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk

orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti

orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang

membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.


Alternatif Solusi dalam perlindungan TKI di luar negeri :

a. Menciptakan SDM yang unggul dengan memperbaiki faktor kesehatan sejak

dari kandungan, anak-anak, remaja dan orang dewasa, misalnya pemberian

ASI, asupan gizi, pola hidup sehat, dll. Peningkatan mutu pendidikan

(kognitif, afektif, dan psikomotor) khususnya di bidang IPTEK dan IMTAQ,

misalnya wajib belajar 9 tahun, hendaknya ditingkatkan menjadi wajib

belajar 12 tahun, meningkatkan sekolah kejuruan baik segi kuantitas

maupun kualitas.

b. Menciptakan lapangan kerja dengan menitikberatkan pada pengembangan

pasar domestic, agar ada alternative lain selain mencari pekerjaan keluar

negeri, contoh kongkrit yaitu dikembangkan produksi pertanian (buah local)

harus dapat masuk ke supermarket, serta produk-produk dalam negeri lain

harus lebih diutamakan, dll.

Dari segi Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang PPTKLN perlu direvisi yang

lebih berprespektif perlindungan


2. Bila masih belum memungkinkan paling tidak peraturan pelaksananya agar

dilengkapi untuk mendukung dan mempermudah implementasi

pelaksanaannya

3. Perlu dirumuskan mekanisme yang jelas dan tegas dalam pengawasan

perlindungan TKI

4. Menindak tegas kepada pihak-pihak yang memeras/pungli terhadap TKI

- Pra Penempatan

a. Perlu sosialisasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

PTPPO ke kantong-kantong TKI secara lebih intensif, perlu melibatkan

organisasi perempuan hingga tingkat paling bawah, yang lebih

mengetahui keadaan lapangan dan dapat mendampingi serta

sosialisasi hak-hak TKI dan melibatkan badan PP dan KB di tingkat

Provinsi/Kabupaten/Kota

b. Pelanggaran pada BLK PPTKIS, perlu dicari terobosan agar dapat

memperbanyak pengawas ketenagakerjaan yang professional dan

kredibel
c. Penguatan jejaring melalui forum perlindungan TKI yang melibatkan

seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, dunia usaha

maupun elemen masyarakat

d. Penampungan di PPTKIS, harus menyediakan tempat penampungan

yang lebih memadai dan manusiawi sesuai standar yang disyaratkan

Permennaker Nomor R-07/Men/IV/2005, perlu dilakukan percepatan

proses dokumen untuk pemberangkatan di PPTKIS agar TKI tidak

menunggu terlalu lama sehingga menumpuk di penampungan

e. Asuransi TKI,perlu dilakukan sosialisasi tentang hak TKI perempuan

tentang asuransi, polis asuransi seharusnya bersifat personal bukan

kolektif

- Penempatan (di Negara Tujuan)

a. Perlu dilakukan percepatan proses dokumen baik di KBRI/KJRI agar

TKI tidak menunggu terlalu lama sehingga menumpuk di

penampungan, disamping itu perlu dipikirkan perluasan shelter

sesuai dengan daya tamping.

b. Paspor sebaiknya disimpan di KBRI/KJRI, sedangkan TKI diberikan

identitas (ID card) sebagai pengganti paspor, masalah paspor perlu

dimasukkan dalam MOU dengan Negara tujuan penempatan TKI


c. Perlu dibangun sekolah-sekolah berasrama diperbatasan untuk

menampung anak-anak TKI,karena dengan membangun sekolah di

perbatasan lebih menguntungkan yaitu: anak didik mendapatkan

pelajaran cinta tanah air, dan asetnya tetap milik Pemerintah

Indonesia

- Purna Penempatan

a. TKI yang melalui bandara Soekarno Hatta di Terminal IV

(Selapanjang) sebaiknya diberi kebebasan untuk memilih dua

alternatif: 1) pulang sendiri karena sudah mampu menjaga diri

sendiri atau dijemput keluarganya, 2) bagi yang bermasalah serta

tidak mampu menjaga diri sebaiknya kepulangannya dikoordinir oleh

BNP2TKI di Selapanjang

b. Perlu diadakan wadah Bina Keluarga TKI untuk menangani

penggunaan modal/keuangan hasil kerja di luar negeri untuk

keperluan produktif tidak bersifat konsumtif, mencegah tingkat


perceraian tinggi, membina anak-anak TKI sehingga dapat mencegah

kenakalan anak di masa yang akan dating.

5. Penutup

Perbandingan Penanganan TKI di Indonesia dengan Philipina

 Mata rantai penempatan tenaga kerjanya terorganisir dalam tiga institusi

yang saling terkait dan ada di dalam pemerintahan

 Perlu institusi yang menyiapkan SDM-nya dengan kegiatan melakukan

pelatihan keterampilan yang diperlukan oleh pasar (semacam BNP2TKI/

PPTKIS) tapi berada dibawah naungan pemerintah

 Institusi yang mengurusi dokumen (semacam imigrasi dan Kesra) tetapi

dilakukan satu atap seperti dalam pengurusan paspor, ID card, Account

book, dan sebagainya

 Institusi yang mengawasi diluar negeri sampai kepulangan dilakukan oleh

semacam atase ketenagakerjaan

 Ketiga institusi tersebut saling terkait sehingga input dan outputnya jelas,

juga yang berangkat dan pulang dapat terpantau

 Perlindungan lainnya semua tenaga kerja mempunyai ID card semacam

ATM, yang memuat semua biodata yang bersangkutan


 Pelayanan TKP di dalam negeri dengan institusi atase ketenagakerjaan di

luar negeri bersifat online dan ada di semua Negara penempatan TKP

 Di bandara keberangkatan mereka mendapat pelayanan pada ruang tunggu

tersendiri, serta ada help desk yang siap membantu tenaga kerja bila ada

permasalahan

 Ijazah minimal SLTA, sementara di Indonesia sesuai Undang-undang Nomor

39 adalah SLTP dan telah class action melalui mahkamah konstitusi menjadi

“asal bisa baca tulis”, SD tidak tamat juga bisa menjadi TKI

 Semua TKP harus mengikuti pelatihan,kalau tidak ikut, tidak mendapat

sertifikat, sementara di Indonesia tidak ikut pelatihan pun mendapat

sertifikat

 Konsulat jenderal Philipina sangat aktif, contohnya tetap buka pada hari

libur, bahkan membuat pos pengaduan di tempat berkumpulnya tenaga

kerja Philipina, semacam Victoria Park di Hong Kongm sedangkan KJRI pada

saat hari libur tetap libur.

Upaya-upaya yang telah dilakukan KPP dan PA

1. Penyerasian peraturan perundang-undangan melalui pengkajian UU No. 39


tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di luar negeri
2. Menerbitkan buku pegangan TKI
3. Menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi oleh TKI perempuan
4. Sosialisasi dan advokasi kebijakan perlindungan TKI perempuan
5. Memfasilitasi kerjasama antar daerah pengirim dengan daerah transit

You might also like