You are on page 1of 17

Kelompok 5:

Miftaahul Jannah FA/07744


Maliha Kholiqotul Husna FA/07751
Whisnu Dhani H. FA/07754
Aditya Ocky Prananca FA/07770
Ilani Abu Bakar FA/08229
Mamta Ramesh FA/08233
Pendahuluan
• Pityriasis versicolor atau panu adalah penyakit jamur
superfisial yang kronik, tidak memberikan keluhan
subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna
putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan,
ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala yang berambut.

• Panu (Pityriasis versicolor) merupakan infeksi jamur di


permukaan kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur
dan merupakan penyakit kronis yang sering berulang.
Biasanya diderita oleh seseorang yang banyak beraktifitas
dan mengeluarkan keringat. Dapat menyerang anak kecil,
orang muda atau orang tua.
Epidemiologi
• Penyakit ini merupakan penyakit universal
• Prevalensinya di dunia paling tinggi terdapat di daerah tropis dan
paling rendah pada daerah dingin di Swedia.
• Prevalensi nasional panu sekitar 2-8% dari populasi.
• Panu terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan
sebanyak 50% di lingkungan yang panas dan lembab di kepulauan
Samoa Barat dan hanya 1,1% di temperatur yang lebih dingin di
Swedia.
• Insidensinya sama pada semua ras, menyerang semua umur, namun
sering pada remaja dan dewasa muda.
• Tidak ada jenis kelamin yang lebih dominan pada penderita panu.
• Di negara-negara tropis, frekuensi usia bervariasi. Sebagian besar
kasus dijumpai pada usia 10-19 tahun di negara-negara yang lembab
dan lebih hangat, seperti: Liberia dan India.
Patogenesis & Patofisiologis
 Panu merupakan penyakit kulit yang tidak berbahaya (benign skin
disease) yang menyebabkan papula atau makula bersisik pada kulit.
 Memicu terjadinya perubahan warna (discoloration) pada kulit,
berkisar dari putih menjadi merah menjadi coklat. Keadaan ini tidak
menular karena patogen jamur kausatif (causative fungal pathogen)
merupakan penghuni normal pada kulit.
 Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase
[hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang
terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh
(unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit] secara
kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan
pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula
hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang
dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.
lanjutan
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi
miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam
dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam
lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase
pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu
hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme
(Malassezia).
Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa
disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic
deficiencies).
Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi
beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya
bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast)
menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor
tersebut antara lain: Kecenderungan (predisposition) genetik.;
Lingkungan yang lembab, hangat; Immunosuppression;
Cushing disease.
Gejala Klinis
• Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan
warna (bercak-bercak berwarna-warni)
• Berbentuk tidak teratur sampai teratur
• Berbatas jelas sampai difus
• Ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan)
• Asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan
hanya gangguan kosmetik saja. Pseudoakromia,
akibat tidak terkena sinar matahari atau
kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap
pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
• Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah
satu alasan penderita datang berobat.
Pemeriksaan Fisik
• Efloresensi
(Gambaran Ruam atau Lesi Kulit atau Ujud Kelainan Kulit)
Makula, berbatas tegas (sharply marginated), berbentuk
bundar atau oval, dan ukurannya bervariasi. Beberapa
pasien disertai Malassezia folliculitis dan dermatitis
seboroik. Pada kulit yang tidak berwarna coklat (untanned
skin), lesi berwarna coklat terang. Pada kulit coklat (tanned
skin), lesi berwarna putih. Pada orang yang berkulit gelap,
terdapat makula coklat gelap. Beberapa lesi panu berwarna
merah.
Selain itu, panu merupakan makula yang dapat
hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, atau kehitam-
hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di
atasnya.
Pemeriksaan Lab
Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan untuk
menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan
(coppery-orange) dari panu.
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, tampak
fluoresensi kuning keemasan atau blue-green fluorescence
of scales.
Pemeriksaan potassium hydroxide (KOH), yang
menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang
pendek.
Ciri khas panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH
adalah gambaran hifa filamentosa dan bentuk globose
yeast, yang sering disebut: spaghetti dan meat balls, yaitu
kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron,
dikelilingi spora berkelompok yang berukuran 1-2 mikron.
Deskripsi Kasus
• Bapak AD seorang pekerja bangunan, umur 24 tahun
datang ke apotik X dengan keluhan terdapat bercak
putih pada wajah, leher, dan ekstrimitas. Bercak
memiliki tepi yang jelas dan semakin banyak dari
waktu ke waktu. Bercak terasa gatal saat berkeringat.
Beliau meminta dipilihkan obat untuk mengatasi
penyakitnya.
• Dari gejala dan bentuknya, bercak tersebut
merupakan Panu (Pityriasis versicolor) yang
disebabkan oleh infeksi jamur Malassezia furfur.
Penatalaksanaan
Pengobatan Rasional
• Agen Topikal
• selenium sulfide lotion,
• sodium sulfacetamide,
• ciclopiroxolamine,
• azole  ( Topical azole antifungals)
• allylamine antifungals

Agen Oral
• Ketokonazole
• Fluconazole
• Itraconazole
• Pasien perlu memperhatikan kebersihan diri dan
menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin terhindar dari
infeksi jamur.
• Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan
antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada
tingkat infeksi yang terjadi serta pengobatan
diusahakan dilakukan sampai penyakit hilang dan
sembuh benar dan memilih jenis obat antijamur yang
efektif membasmi jamur dengan efek samping yang
minimal.
Obat terpilih
Agen topikal

Canesten (Bayer Consumer Care)


Komposisi : clotrimazole
Indikasi :dermatomikosis, disebabkan oleh
dermatofit, ragi, jamur, dan fungi lain, ptiriasis versikolor,
dan eritrasma.
Kontraindikasi :Hipersensitif terhadap clotrimazole
Efek samping : eritema, rasa tersengat, lepuh, kulit
mengelupas, edema, gatal, urtikari, rasa terbakar, dan
iritasi pada kulit.
Dosis : oleskan 2 – 3x sehari
Analisis biaya : krim 1% 3g Rp 9.700,00; 5 g Rp
12.100,00; 10 g Rp 28.100,00
Agen oral

Mycozid (Soho)
• Kandungan : Ketokonazole
• Indikasi : Kandidiasis pada saluran cerna, vaginalis, mulut.
Infeksi jamur sistemik kandidiasis, histoplamosis, blastomikosis,
kryptokokosis, non-meningeal, koksidioidomikosis,
parakoksidiomikosis, kromomikosis. Tinea vesikolor,
dermatofitosis.
• Kontraindikasi : Hipersensitif, penyakit hati akut.
• Efek samping : Gangguan GI. Urtikaria, sakit perut, pusing,
demam, pruritis, fotofobia, diare, ginekomastia, trombositopenia,
lekopenia, anemia hemolitik, impotensi, oligospermia.
• Interaksi obat : Antikolinergik, antasida, antagonis reseptor
H2 menurunkan absorbs obat. Peningkatan siklosforin, reaksi
seperti disulfiram dengan alcohol. Pasien yang menerima derifat
kumarin dapat meningkatkan waktu protrombin. Menghambat
metabolism terfenadin, dan astemizole. Konsentrasi menurun
dengan rifampisin.
• Dosis : 1 x/hr setelah makan
• Analisis biaya: 200 mg x 3 x 10 Rp 33.400,00
ketoconazole

• merupakan anti jamur sistemik pertama yang dapat


diberikan peroral karena dapat diserap baik melalui
saluran percernaan dan menghasilkan kadar plasma
yang cukup untuk menekan aktifitas berbagai jenis
jamur.
• Penyerapan melalui saluran pencernaan akan
berkurang pada penderita dengan pH lambung yang
tinggi pada pemberian bersama antagonis atau
bersama antasida. Obat ini sangat efektif untuk
pengobatan jamur sistemik yang parah dan menahun.
Canesten
• mengandung klotrimazol.
• Obat ini merupakan anti jamur dengan spektum luas yang
berkhasiat fungisid.
• Klotrimazol mempunyai absorpsi dalam saluran cerna sangat
rendah, sedangkan pemberian secara intra-vena menimbulkan
toksisitas cukup besar seperti kerusakan darah. Oleh karena itu,
klotrimazol lebih banyak digunakan secara setempat untuk
pengobatan dermatomikosis.
• Mekanisme kerjanya adalah melawan pembelahan dan 
pertumbuhan organisme.
• Oleskan krim Canesten secukupnya pada daerah kulit sakit 2-3 kali
sehari.Dapat juga digunakan sebagai pengobatan lanjutan untuk
mencegah berjangkitnya kembali penyakit jamur pada kulit /
lipatan - lipatan kulit. Perkembangan positif dengan hilangnya
rasa gatal biasanya terjadi dalam minggu pertama pengobatan. Jika
tidak memperlihatkan perkembangan positif setelah 4 minggu
maka diagnosa harus diulang.
Tips pencegahan
 Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
 Mandi rutin dan bersih
 Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
 Pola hidup sehat, maka kemungkinan untuk menderita penyakit ini
sangat kecil. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya
udara yang panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan,
sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-obatan yang lama, adanya
penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan penyakit endokrin
(diabetes mellitus).
 Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka
kita harus rajin menyeka keringat yang menempel di badan. Baju yang
dikenakan juga sebaiknya yang menyerap keringat. Bila terpaksa
harus mengenakan baju yang tidak menyerap keringat, kita harus
sesering mungkin mengganti baju tersebut.
 Selain itu, setelah terkena air, maka sebaiknya segera
mengeringkannya, karena jamur senang dengan tempat yang lembab.
Dianjurkan pula untuk menggunakan pakaian, ataupun handuk
secara terpisah antar keluarga. Sebab bila salah satu keluarga sudah
terkena panu atau penyakit jamur lainnya, maka bila memakai
handuk atau baju secara bergantian, jamur akan menular dari satu
anggota keluarga ke anggota lainnya. Akibatnya nanti seluruh
keluarga akan menderita panu.
 Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada
orang yang mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak
mengeluarkan keringat. Bila tidak rajin menyeka keringat ataupun
menggunakan baju yang menyerap keringat, maka kemungkinan
sangat besar ia akan menderita panu.
 Bila berenang di kolam renang umum, kebersihan air kolam belum
tentu terjaga. Untuk mencegah terkena penyakit panu yang dapat
ditularkan, maka sebaiknya sesudah berenang, segera mandi dengan
sabun antiseptik seperti yang banyak dijual di pasaran dan segera
mongering

You might also like