You are on page 1of 22

Permasalahan Sampah di DKI Jakarta

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran PLKJ

oleh

Nama : Ayu Diar Sari

Kelas : XI IPA SCI

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA

Jalan Bhakti IV/1, Kompleks Pajak, Kemanggisan, Palmerah

JAKARTA BARAT
BAB I
PENDAHULUAN

Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat
dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu
akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan
multinasional didunia. Prospektif pangsa pasar dan kemudahan-kemudahan lainya yang
mendorong perusahaan multinasional mencari negara-negara yang dapat dijadikan sasaran
investasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia mempunyai jumlah
penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan
tersebut. Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang
positif maupun negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari
perusahaan tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan
kendala yang akan dihadapi dikemudian hari.

Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan menimbulkan dampak dikemudian hari.
Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan
dampaknya yang penting dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan apakah rencana
tersebut perlu dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak.

Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa
kemasa terus berlanjut secara berkesinambungan dan selalu ditingkatkan pelaksanaanya guna
memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.

Secara umum Perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya dibarengi
dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan-perkembangan tersebut
membawa perubahan dalam kehidupan di dunia. Disamping itu perkembangan teknologi yang
semakin pesat membawa manusia pada suatu masa dimana banyak barang dapat dibuat secara
sintesis. Hidup menjadi lebih praktis dan mudah, seolah-olah manusia tidak bergantung lagi
pada alam dan dapat memperlakukanya tanpa batas. Namun apa yang diperlakukan oleh
manusia terhadap alam akan berbalik kepada dirinya karena manusia adalah bagian dari alam.
Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun
bahan sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang
sangat besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi.

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi


dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah
baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan
lagi oleh si empunya yang mengakibatkan timbulnya sampah.

Sampah sebagai barang yang masih mempunyai nilai tidak seharusnya diperlakukan
sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah
atau bahan yang berguna lainya. Prinsip asal buang tanpa memilah-milah dan mengolahnya
terlebih dahulu selain akan menghabiskan lahan yang sangat luas sebagai tempat pembuangan
ahir juga merupakan pemborosan energi dan bahan baku yang sangat terbatas tersedia di alam.
sebaliknya mengolah sampah dan menggunakan sampah sebagai bahan baku skunder dalam
proses produksi adalah suatu penghematan bahan baku, energi dan sekaligus mengurangi
pencemaran lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam
proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang
dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-
jenisnya.

Jenis-jenis sampah

Berdasarkan sumbernya

1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan

Sampah dapat dibagi menjadi 4 macam berdasarkan sumbernya, yaitu :

1) Sampah Rumah Tangga


Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.

2) Sampah Komersial
Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan,
tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios dan sebagainya. Demikian pula dari institusi
seperti perkantoran, tempat pendidikan, tempat ibadah, dan lembaga-lembaga komersial
dan nonkomersial lainya.

3) Sampah Bangunan
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran
suatu bangunan berupa semen, kayu, batu bata, genting dan sebagainya.

4) Sampah Fasilitas Umum


Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman lapangan,
tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dapat terdiri dari bermacam-macam jenis
sampah yaitu :

1) Sampah Basah
Sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah membusuk.

2) Sampah kering
Sampah yang terdiri dari logam dan sampah kering non logam. Sampah plastik termasuk
sampah kering ini.

3) Sampah Lembut
Debu, penggergajian kayu, sisa pembakaran kayu, sampah rokok dan sebagainya.

4) Sampah Besar
Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar, seperti lemari, kulkas,
televisi dan sebagainya.

Berdasarkan sifatnya

1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)


2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Berdasarkan bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang.
Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair.
Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun
dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi
baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan
perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat
dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.

Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah.

 Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen
yang berbahaya.
 Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua
fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan
misalnya membuang ke selokan.

Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,
seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan
pemukiman.

Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius
bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan
sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

Sampah Konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah
yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih
jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
industri.
Limbah radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu
sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan
aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau
jarang namun kadang masih dilakukan).

Data dan Fakta

Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi menyebutkan, akibat dijadikan kawasan


tersebut sebagai TPA, warga sekitar menuai derita yang tiada berujung. Dampak, seperti
Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi,
dan lain-lain merupakan hasil penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.

Dilihat dari komposisi sampah di DKI Jakarta terlihat bahwa secara umum sampah
terdiri dari sampah organik (65,05 %) dan unorganik (34.95 %). Dari perbandingan komposisi
sampah pada tahun 1996 dan 2001 terlihat adanya kenaikan jenis sampah plastik, kayu dan
kain sedangkan sampah organik menurun.

Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat pendidikan, jumlah limbah
domestik dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000
ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang bersumber dari
industri pengolahan sebesar 8.206.824,03 ton/tahun.

penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI
Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif :
701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah
(efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga : gerobak
sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.

Bahwa,produksi sampah di kota Jakarta mencapai 7.500,58 m3 / hari. Sumber sampah


terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman yang mencapai 4.951,98 m3 / hari. Disusul
sampah dari pasar sekitar 618,50 m3, komersial 302,80 m3, jalan 452,30 m3, industri 798 m3,
non komersial 363 m3, dan sampah saluran 12,90 m3 / hari. Akumulasi dari sampah yang tidak
terangkut sejak 15 April lalu diperkirakan sekitar 225.017,4 m3 sampah.

Hasil estimasi jumlah sampah di DKI Jakarta berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari atau
25.000 m3/hari dan berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat
tertangani ± 87,72 persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk
menimbun.

Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat
Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas
yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim
pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan
sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun
2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim
penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.

Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air di
sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas
methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara
lain :

1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan


sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.

2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary landfill”.

3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan
ambulance.

4. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.

Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber
penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur
ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa
pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran
bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi cepat
terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga mempengaruhi biaya pengelolaan. Tahun
2005, sedikitnya dibutuhkan Rp 8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya kebijakan
penanganan sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah.
Penyebab Permasalahan Sampah

Permasalahan sampah bagaikan bom waktu bagi Ibukota DKI Jakarta ini, tentu saja
dibutuhkan upaya secepatnya dalam penangggulangan permasalahan pelik tersebut. Namun,
akan lebih jika kita kita mulai mengatasi permasalahan tersebut dari akar penyebabnya.
Penyebab permalahan samapah Di DKI Jakarta ini antara lain, yaitu :

1. Kepadatan Penduduk
2. Penggunaan barang sekali pakai yang tidak terkontrol
3. Kurangnya kesadaran masyarakat
4. Tindakan pemerintah yang sangat lambat
5. Kurangnya masyarakat dalam melakukan tindakan.
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan.
7. Keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah.

Sistem Pengelolaan Sampah Dan Kebijakan Pemerintah.

Manusia hidup di dunia menentukan lingkunganya atau ditentukan oleh lingkunganya.


Perubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada
lingkungannya. Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dalam
mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak baik dan tidak sehat dan
dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatanya tidak sesuai dengan kemampuan serta melihat
situasinya.

Begitu pula dengan sampah, dapat membuat hidup jadi tidak sehat. Karena itu sampah
harus dapat diolah dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai penyakit. Dengan
menumpuknya sampah dibandung dan menggunungnya sampah di TPA leuwigajah perlu
diambil langkah-langkah yang efektif dalam menanggulagi masalah sampah tersebut.

Langkah Pertama, faktor penyebab secara INTERNAL. Dilihat dari sudut pandang
internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah antara lain adalah minimnya kesadaran
warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah
tangganya sendiri. Banyak warga yang merasa bahwa dengan membayar retribusi sampah
berarti tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab PD Kebersihan. Faktor internal lain
adalah munculnya pola pikir / paradigma yang salah tentang sampah seperti :

 Masalah sampah adalah masalah kecil yang tidak perlu mendapat prioritas perhatian

 Sampah adalah barang yang tidak berguna, bukan sebagai sumber energi / pendapatan
 Sindrom “not in my backyard” / Urusan sampah “bukan urusan gue”

 Filosofi pengelolaan sampah : dikumpulkan → ditampung → dibuang di tempat akhir.

Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM
yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah
tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya
adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe
solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.

Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL. Faktor penyebab eksternal yang paling
klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala
umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan ke
daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan
Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan
eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras dari
warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya. Faktor
lain adalah tidak adanya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) melalui kajian geologi,
hidrogeologi, transportasi, sosial-ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya AMDAL
membuat pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat kerusakan
lingkungan. yang mendukung masalah AMDAL sehingga seringkali kita temui TPA yang berada
di tempat tinggi meskipun struktur tanah di sebagian besar Jawa Barat bersifat labil. Faktor
eksternal dominan lainnya adalah pengelolaan sampah / kebersihan kota yang belum
dimasukkan ke dalam prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi anggaran yang ada
sama sekali kurang.

Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah minimnya kualitas
SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti
sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab
utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of
pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.Sistem pengelolaan sampah yang
selama ini berjalan pada TPA-TPA di Indonesia adalah :

1. OPEN DUMPING SYSTEM

Sampah diturunkan dari DAM (Kendaran pengangkut sampah) dan dibiarkan saja
terbuka di lokasi tanpa penimbunan. Cara ini merupakan cara yang sangat tradisional,
ketinggalan zaman dan sudah lama ditinggalkan oleh negara-negara lain. Pak Nu’man Abdul
Hakim bahkan pernah memaparkan bahwa teknologi semacam ini merupakan warisan lama
yang telah berkembang sejak tahun 1970-an. Meskipun demikian, cara inilah yang justru
digunakan oleh mayoritas TPA pada saat ini padahal dampak yang ditimbulkan sangat besar
dan beresiko tinggi seperti yang terjadi pada kasus TPA bantar gebang. Penggunaan teknologi
ini menjadi sumber malapetaka di sana di mana timbunan sampah yang dibiarkan menggunung
secara terbuka dalam jangka waktu lama, pada suatu fase tertentu menghasilkan gas metana
yang terus-menerus terakumulasi dan akhirnya meledak. Gas metana yang berdekomposisi
biasanya menghasilkan panas yang sangat tinggi ketika tekanan udara datang dari atas
sementara bagian sampah di bawah mengandung bakteri anaerob yaitu bakteri yang tidak bisa
bersenyawa dengan udara. Akibatnya, tekanan udara berbalik ke atas yang hasilnya berupa
ledakan besar mirip bom berkekuatan tinggi.

2. LANDFILL SYSTEM

Landfill pun bukan merupakan alternatif yang sesuai karena landfill tidak berkelanjutan,
membutuhkan lahan yang sangat luas dan menimbulkan masalah lingkungan.

a. Sanitary Landfill

Sampah diratakan dan ditimbun dengan menggunakan lapisan tanah dan pasir

b. Reusable Sanitary Landfill

Sampah diratakan dan ditimbun dengan menggunakan lapisan tanah dan pasir dengan
dilengkapi pipa untuk menyalurkan gas yang dihasilkan selama proses pembusukkan
sampah menjadi humus.

c. Controlled Landfill

Sampah diratakan di lokasi dan dilakukan kontrol secara periodik.

Dengan menggunakan landfill system maka akan membutuhkan lahan pembuangan


sampah yang sangat luas, Oleh karena itu pengolahan sampah yang baik di indonesia masih
ketinggalan dengan negara-negara maju yang telah merubah sistem seperti diatas.

Secara umum, pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah sampah seharusnya


mempunyai rencana pengelolaan lingkungan hidup yang baik bagi warga sekitar. Dimana dalam
menyusun pengelolaan lingkungan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat
dipisahkam yaitu:
a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang
harus dilakukan

b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan
yang bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar
hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah

c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan
lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada
kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek
sebagai sumber pencemar.

Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya
kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Karena
itu pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan efektif

 Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap lingkungan

 Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat
 Produk harus dapat terjual habis.

Karena itu, untuk memenuhi kriteria tersebut diatas, teknologi yang layak dalam
pengelolaan sampah di TPA bantar gebang dan untuk diterapkan adalah kombinasi dari
berbagai teknologi serta penunjang lainya yaitu :

 Teknologi landfill untuk produksi kompos dan gas metan

 Teknologi anaerobik komposting dranco untuk produksi gas metan dan kompos

 Incinerator untuk membakar bahan anorganik yang tidak bermanfaat serta pengeringan
kompos
 Unit produksi tenaga listrik dari gas metan

 Unit drainase dan pengolah air limbah

 Unit pemasaran (kompos,listrik,limbah laku jual).


Akibat Permasalahan Sampah

 Sampah sebagai bahan pencemar lingkungan

Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan
ketidakseimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan
menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di
sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu
banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain
menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.

A. Pencemaran udara
Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas seperti methan
(CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas ini
merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena
mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu,
dan menyebabkan hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau
tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang dibuang
di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA ditutup atau ditimbun terutama dengan
bangunan akan mengakibatkan gas methan tidak dapat keluar ke udara. Gas methan yang
terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak
sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di
Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian.

B. Pencemaran air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan merupakan sumber
timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air tanah. Akibatnya, berbagai
sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah pemukiman
telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan
manusia /penduduk.
Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar
terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari
berbagai jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air
permukaan saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi
manusia.

C. Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah membusuk; yang
terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran air dan
memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan berkurang,
sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir tentunya akan
mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam kehidupan manusia (hanyut /
tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat lanjutan dari banjir
yang selalu membawa penyakit.

 Sampah sebagai sumber penyakit


Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung. Secara
langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan patogen;
sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vector (pembawa penyakit)
seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik;
merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena
sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria, kaki gajah
(elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit ini merupakan ancaman bagi manusia, yang
dapat menimbulkan kematian.

 Sampah sebagai bahan baku


Persepsi manusia terhadap sampah harus berubah; bahwa sampah tidaklah merupakan suatu
barang yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Sampah nonorganik; seperti plastik,
kertas / kardus, kaleng, besi / logam telah banyak dimanfaatkan kembali (daur ulang). Sebagian
anggota masyarakat telah memanfaatkannya sebagai mata pencaharian dengan
mengumpulkannya, baik yang terserak di jalan, di tempat-tempat sampah maupun di TPA. Akan
tetapi masalah sampah tetap belum terpecahkan karena sampah umumnya merupakan sampah
organik; padahal justru jenis sampah inilah yang paling rawan dalam menimbulkan penyakit
bagi manusia. Sampah organik, yang merupakan sisa-sisa rumahtangga dan pasar / pertanian,
seperti sayur dan buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organic
(kompos), makanan ternak dan ikan (bokashi) ataupun bahan baku pembuatan batako. Namun
demikian, dalam pembuatan bokashi, bahan-bahan yang digunakan dan hasil yang diperoleh,
tetap harus dikontrol untuk menghindari adanya bahan yang beracun bagi ternak. Bila
masyarakat menjadikan sampah sebagai bahan baku, maka sampah tidak lagi dibuang tetapi
dikumpulkan dan diolah. Pemanfaatan sampah tidak hanya akan berdampak positif terhadap
terpeliharanya estetika dan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia; tetapi juga dapat
menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat.

Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat

Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.
Sesuai dengan ketentuan tersebut bahwa setiap orang berhak menolak dengan adanya hal-hal
yang dapat merugikan kesehatan baginya. Dalam hal ini, Tidak ada teknologi yang dapat
mengolah sampah tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengelolaan sampah selalu
membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan ahir.

Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan mempengaruhi
kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya. Seperti contoh yang terjadi di TPA bantar
gebang, dengan adanya TPA maka warga sekitarnya TPA menuai derita yang tiada berujung.
Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma,
Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian di Bantar Gebang selama
kawasaan tersebut dijadikan TPA.

Dengan adanya TPA tersebut juga dapat merusak lingkungan dan ekologi disekitarnya.
beberapa kerusakan lingkungan yang hingga kini tidak bisa ditanggulangi akibat sebuah
kawasan ekologi dijadikan TPA antara lain: pencemaran tanah dimana Kegiatan penimbunan
sampah akan berdampak terhadap kualitas tanah (fisik dan kimia) yang berada di lokasi TPST
dan sekitarnya. Tanah yang semula bersih dari sampah akan menjadi tanah yang bercampur
dengan limbah/sampah, baik organik maupun anorganik baik sampah rumah tangga maupun
limbah industri dan rumah sakit. Tidak ada solusi yang konkrit dalam pengelolaannya, maka
potensi pencemaran  tanah secara fisik akan berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.
Akibat lain yang dapat ditimbulkan adanya TPA adalah terjadinya pencemaran air, dimana hal
tersebut dapat mempengaruhi kualitas air tanah akibat limbah sampah yang akan meresap ke
tanah dan akan terkumpulnya berbagai macam penyakit di sekitar wilayah proyek. Potensi
tercemarnya air tanah oleh limbah B3 pun tidak dapat dihindari, akibat adanya limbah indstri
dan limbah rumah sakit. Sedangkan akibat yang selanjutnya dengan adanya TPA tersebut
adalah tercemarnya udara disekitar TPA dengan bau yang tidak sedap yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit yang antaranya adalah TBC.
Solusi Permasalahan Sampah

1. Menggalakan kebiasaan 3R

Reduce / Mengurangi

Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material yang dapat
menghasilkan sampah yang berlebihan.Jadi produksi sampah bisa berkurang.

Reuse / Digunakan kembali

Dengan menggunakan atau memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat diolah kembali,
penggunaan bahan-bahan yang ramah linkungan, tidak menggunakan kantong-kantong
plasik.Karena kantong plastik sangat sulit diuraikan kembali.

Recycle / Daur ulang

Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah itu menjadi
barang-barang bermanfaat.Contohnya: pembuatan pupuk kompos, pembuatan tas dari sampah
plastik dan lain-lain.

Daur ulang atau Recycling adalah proses pengembalian suatu produk yang sudah
dipakai atau sisa ke dalam siklus produksi. Dengan kata lain produk yang sudah dipakai
mestinya dibuang dipakai lagi. Daur ulang dibedakan menjadi 3 jenis :
a. Menggunakan ulang (Reuse)
Menggunakan kembali suatu produk untuk bertujuan yang sama, misalnya tabung
gas, botol dan sebagainya.

b. Menggunakan lagi (Reutilization)


Menggunakan buangan untuk keperluan yang berbeda dari konsep awal. Untuk itu
diperlukan perlakuan fisi, kimia atau biologis misalnya mengubah dari bekas menjadi
granulat sebagai bahan pengisi materi bangunan atau menjadi sandal.

c. Mendapatkan bahan dasar kembali (Recovery)


Misalnya mendapatkan bahan dasar lagi dari peleburan mobil bekar.

Keterbatasan sumber daya alam, pelestarian lingkungan, penghematan energi,


penghematan biaya dan penerimaan masyarakat merupakan faktor yang sangat
menentukan terselenggaranya program recyling.

2. Pola penanganan sampah yang benar

Berdasarkan pola penanganan sampah yang dilakukan pada daerah perkotaan bahwa
tanggung jawab pengelolaan sampah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
(PEMDA), untuk itu PEMDA berkewajiban untuk melaksanakan :

1. Perbaikan manajemen serta peraturan daerah.


2. Promosi dan meningkatkan peran serta masyarakat
3. Mengembangkan program persampahan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing demi
terciptanya lingkungan bersih dan sehat.
4. Exploitasi dan pemeliharaan peralatan persampahan secara terus menerus dengan penuh
tanggung jawab, antara lain berkaitan dengan besarnya investasi yang tertanam dalam
sarana persampahan.
Dalam penanganan persampahan hendaknya pihak PEMDA melibatkan masyarakat
khususnya dari segi teknis pengumpulan dan pengelolaan setempat. Masalah utama dibidang
persampahan yang dewasa ini umum dihadapi diberbagai kota di Indonesia adalah :

1. Aspek teknis/fisik
Keterbatasan kemampuan PEMDA dalam menyediakan sarana fisik untuk memenuhi
tingkat pelayanan sesuai peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan penduduk dari waktu
ke waktu berkaitan dengan tata ruang kota dan memberikan dampak pada lingkungan
seperti gangguan adanya lalat dan estetika sehingga banyaknya TPA dan pengelola yang
didemo bahkan sampai berakibat anarkhi oleh masyarakat.
2. Aspek Pengelolaan
Menyangkut keterbatasan PEMDA dalam melaksanakan pengelolaan seperti masalah
organisasi tenaga kerja dan pendanaan.

Kasus-kasus yang dijumpai pada penanganan sampah yang berhubungan dengan


pengelolaan adalah :

a. Belum baiknya planning dan programming jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya
operasional dan pemeliharaan.
3. Aspek Sosial
Menyangkut keterbatasan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam berperan serta
selaku warga kota dan sekaligus penghasil sampah, yang memiliki hak dan kewajiban dalam
menikmati serta mendukung pelayanan kota hal ini dengan sendirinya mengakibatkan
rendahnya tingkat pelayanan perkotaan, sehingga sampah menumpuk akibat tidak
terangkut.

4. Aspek Pengaturan Hukum


Menyangkut kurang lengkapnya peraturan yang ada atau telah kedaluwarsa dan tidak
tegasnya sanksi sehingga peraturan tersebut menjadi mandul.

5. Aspek Lingkungan.
Menyangkut dampak negatifnya dari masalah sampah terhadap lingkungan perkotaan,
seperti adanya banjir dan bau.

Penanganan sampah dilakukan melalui system pengelolaan yang terdiri dari :

1. Pengumpulan dari timbulan baik dari rumah tangga, tempat umum, perkantoran dan
pertokoan serta kawasan industri.
2. Pengangkutan dari tempat pengumpulan ke tempat pengolahan/tempat pembuangan akhir.
3. Pengolahan, yaitu memproses sampah menjadi bernilai ekonomis berupa : pembuatan
kompos, pengecilan volume, dan pemanfaatan hasil pengolahan.
4. Pembuangan akhir.

Dalam penanganan sampah, aspek pembiayaan merupakan faktor yang menentukan


terhadap keberhasilan. Komponen utama dalam pembiayaan pengelolaan sampah meliputi
biaya pengadaan kendaraan pengangkutan (truk dan gerobak), operasional dan perawatan
kendaraan, tenaga kerja (sopir, penyapu jalan, pengangkut sampah, pengawas dan pegawai
administrasi) serta sistem pembuangan akhir sampah. Jumlah kendaraan dan tenaga kerja
sangat tergantung dari luasnya lokasi dan volume sampah yang dikelola serta kondisi TPS
(Tempat Pengumpulan Sementara)

Penyusunan rotasi jadwal pengangkutan sampah yang tepat dapat menjamin


terangkutnya semua sampah tepat pada waktunya, sampah yang tidak berserakan akan
mempermudah tenaga pengangkut untuk melaksanakan pengosongan dan pembersihan TPS
dari tempat sampah, adanya pemisahan antara sampah organik dengan sampah non-organik
akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembuangan akhir sampah.

Masyarakat sebagai penghasil sampah mempunyai kemampuan untuk menekan biaya


penangangan sampah kota melalui beberapa tindakan dan kegiatan yang sederhana yang dapat
dilakukan di tiap rumah tangga. Ketertiban dan kedisiplinan masyarakat didalam pembuangan
sampah seperti memisahkan sampah basah dan sampah kering dan membuang sampah pada
tempatnya (TPS) tidak berserakan.

Upaya memperkecil pengelolaan sampah yang baik perlu melibatkan masyarakat


sehingga akan didapatkan efisiensi dan ketepatan dalam pengelolaan sampah. Penanganan
sampah yang buruk akan berdampak terjadinya perubahan iklim, hal ini terutama diakibatkan
oleh kebakaran sampah, gas Metana (CH4), pengaruh terhadap kesehatan berupa penyebaran
penyakit menular, gangguan pernapasan akibat dari kualitas udara yang rendah dan lain
sebagainya.

3. Pentingnya tindakan pemerintah

Dalam menangani masalah sampah dikota jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat
kebijakan-kebijakan, dimana masalah sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan
hidup.

Upaya yang telah ditempuh adalah melalui EPR (Extended Producer Responsibility) atau
perluasan tanggung jawab produsen. EPR adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta
produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan
insentif kepada mereka untuk mendesain ulang produk mereka agar memungkinkan untuk
didaur ulang tanpa material-material yang berbahaya dan beracun. Banyak komunitas yang
telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill dan incenerator (incenerator = alat
pembakar sampah untuk membakar sampah non organik yang tidak memiliki nilai jual hingga
menjadi bubuk terkecil yang tidak berbahaya bagi manusia.
Dalam hal ini pemda DKI Jakarta seharusnya melakukan seperti apa yang diuraikan
diatas agar permasalahan sampah dapat ditanggulangi. Selama ini pengelolaan sampah DKI
jakarta yang dilakukan oleh pengelola tidak dilakukan dengan profesional seolah-olah menutupi
anggaran yang dikeluarkan yang akibatnya membuat pencamaran lingkungan semakin menjadi-
jadi didaerah bantar gebang.

Sebanarnya untuk menangulangi permasalahan-permasalahan tersebut, pemerintah


melalui PP No. 16 tentang Air Minum dan Sanitasi, salah satunya menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah dibenarkan menerbitkan Perda tentang persampahan. Perda ini
menjelaskan tata cara masyarakat dalam upaya mengurangi volume sampah sejak dari
sumbernya. Pengurangan sampah juga dapat dilakukan dengan cara inovasi teknologi dalam
komposting misalnya, pemanfaatan limbah dan gas hasil pembakaran untuk berbagai
keperluan, dalam upaya menerapkan 3 R (reduce, reuse dan recycling). 3 R perlu
disosialisasikan kepada masyarakat. ”Penanganan sampah tidak memerlukan teknologi tinggi,
melainkan kepedulian semua pihak,” .

Dengan adanya pengaturanyang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah,
dari segala bentuk pelanggaran dan kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan
maupun badan hukum dengan upaya pencegahan (preventif) maupun penindakanya(represif).
Untuk tindakan represif ada beberapa jenis instrumen yang diterapkan antara lain melihat
dampak yang ditimbulkan.
BAB III

KESIMPULAN

A. Dari keseluruhan aspek pengelolaan sampah mencakup aspek teknis/fisik, pengelolaan,


social peraturan / hukum, swadaya masyarakat dan lingkungan yang dapat diserahkan
kepada pihak swasta aspek teknis operasional dari system pengelolaan persampahan tetap
ditangani oleh PEMDA yang perlu menjamin bahwa hasil restribusi secara optimal
dipergunakan untuk mengelola seluruh tahap dalam pengelolaan sampah.
B. Agar peran serta masyarakat dapat optimal hendaknya masyarakat telah mengelola sampah
dirumah masing-masing dengan cara mengemas sampah dan memisahkan antara sampah
basah dan kering atau sampah organic dan anorganic, sehingga petugas pengumpul dari
segi waktu lebih efisien.
C. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah lebih efisien maka dilakukan kegiatan seperti :
1. Kegiatan sub system pengumpulan, hendaknya mengaktifkan kembali peran RT dengan
memakai mekanisme swadaya masyarakat.
2. Sub system angkut, kegiatan yang berjalan sekarang melalui pihak swasta dapat
dipetahankan.
3. Sub sistem pembuangan akhir, dapat diserahkan kepada pihak swasta atas dasar
perhitungan nilai ekonomis.
4. Pada penataan dan penentuan lahan TPA hendaknya dalam pembebasan bukan hanya
sesuai dengan kebutuhan. Pembuangan sampah jangka pendek tetapi pembebasan
memperhatikan aspek akan bermunculannya pemukiman baru sehingga TPA menjadi
masalah dengan masyarakat yang ada di sekitarnya, metode pembuangan yang baik
adalah sanitary landfill.
5. Hendaknya para pengusaha yang memusnahkan sampah dari produk yang sudah
kadarluarsa lebih memikirkan akibat dari produk yang dibuang ke TPA apabila diambil
oleh pemulung dan dijual kepada oknum diganti kemasan sehingga merugikan terhadap
kesehatan masyarakat.
BAB IV

SARAN

A. Boleh dikatakan masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat mengenai sampah,
maka dalam upaya mengatasi masalah sampah, salah satu upaya yang penting adalah
merubah persepsi masyarakat terhadap sampah dan menimbulkan kesadaran peran serta
masyarakat dalam penanganan sampah. Kelompok masyarakat dan swasta yang terlibat
dalam penanganan sampah adalah:
1. Konsultan
Konsultan menangani perencanaan, perencanaan ini meliputi perencanaan sampah
pada jangka panjang tidak hanya jangka pendek seperti dalam pembebasan lahan
jangan berorientasi pada jangka pendek sehingga beberapa tahun kondisi di TPA
bermasalah akibat keresahan (gangguan bau dan lalat)

2. Sector swasta adanya keterlibatan sector informal dalam mengumpulkan sampah


memperdagangkan dan memanfaatkan barang-barang bekas. Para pemulung
(scavengers) mereka dari berpendidikan rendah sampai dengan pendidikan menengah,
bekerja dari pagi bahkan ada yang bekerja sampai dengan jam 21.00 WIB
mengumpulkan barang bekas, rata-rata pendapatan mereka berkisar antara 30.000 –
60.000 perhari dan mereka menjual kepada perantara atau pembeli lain, suatu bentuk
lapangan kerja dan perlu dilakukan pembinaan tentang dampak sampah terhadap
kesehatan.
3. Sangat penting pula dalam dukungan masyarakat yang sudah ada dewasa ini kegiatan
pengumpulan sampah melalui koordinasi RT atau organisasi kemasyarakatan dan
karang taruna disamping adanya peran swasta dalam teknis operasional penanganan
persampahan juga peran swasta dalam pembiayaan.
4. Pertokoan yang ada hendaknya menyediakan tempat penampungan sampah sementara
baik individual atau kelompok dan pihak pedagang juga menangani pengelolaan seperti
sampah diadakan pemisahan antara sampai organic dan anorganic.

You might also like