You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam
bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan kesehatan, dan kemudahan -
kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.Pemerintah Indonesia yang berorientasi
mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan mapan dari segi ekonomi tentu
menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus segera diselesaikan disamping
masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi pemerintahan, inflasi, defisit
anggaran dan lain lain.

Sensus penduduk yang baru akan berlangsung di bulan Mei 2010 diduga akan
mengalami peningkatan drastis. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 231
juta jiwa atau naik 25 juta penduduk dibandingkan dengan sensus penduduk terakhir tahun
2000 yang mencatat adanya 206 juta penduduk Indonesia (BPS, 2000). Laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia juga mengalami fluktuasi diantara tahun 1996-2009. Dari data
pertumbuhan penduduk bisa didapatkan jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa.
Kemiskinan penduduk dapat dianalisis melalui tingkat angkatan kerja, tingkat penduduk yang
bekerja dan tingkat penduduk yang menganggur.

Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap negara akan selalu di barengi dengan masalah laju
pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan pengangguran, ketimpangan dalam
distribusi pendapatan nasional maupun pembangunan, dan pendidikan yang menjadi modal
utama untuk dapat bersaing di dunia kerja dewasa ini. Karena itu dalam makalah ini, penulis
akan banyak membahas ketiga masalah tersebut sebagai beberapa faktor faktor pemicu
kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah definisi dari kemiskinan?


1.2.2. Apa saja faktor ± faktor penyebab kemiskinan di Indonesia?
1.2.3. Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan?
1.2.4. Bagaimana strategi pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1. Untuk mengetahui lebih lanjut definisi dari kemiskinan.


1.3.2. Untuk mengetahui definisi kemiskinan menurut para ahli.
1.3.3. Untuk mengetahui faktor ± faktor penyebab kemiskinan.
1.3.4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan.
1.3.5. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pengentasan kemiskinan.

1.3.6.Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai masalah ± masalh


perekonomian di Indonesia khususnya maslah kemiskinan.
1.3.7. Selain itu makalah ini digunkan sebagai salah satu syarat memperoleh nilai pada
mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi dan Teori Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk
merujuk kepada negara-negara yang "miskin".

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-


hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan,
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada
bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi
di seluruh dunia.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan relatif, kemiskinan


kultural dan kemiskinan absolut. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha
dari fihak lain yang membantunya. Kemiskinan Absolut adalah sejumlah penduduk yang
tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuha dasar.

3
Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil minimum tertentu atau dibawah ³garis
kemiskinan internasional´.Garis tersebut tidak mengenal tapal batas anatar negara, tidak
tergantung pada tingkat pendapatan per kapita di sutau negara ,dan juga memperhitungkan
perbedaan tingkat harga antar negara dengan mengukur penduduk miskin sebagai orang yang
hidup kurang dari Rp 10.000,- perhari. (Todaro, 2006)

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi


kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John KennethGalbraith melihat
kemiskinan terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum, kemiskinan kepulauan, dan
kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni kemiskinan
massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan kemiskinan individu.

Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan pola


kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dan disebabkan oleh
perbedaan akses dalam modal. Sedangkan lingkaran setan kemiskinan versi Nurkse sangat
relevan dalam menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di negara-negara terbelakang.
Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poorcountry is poor because it is
poor). Baldwin dan Meier mengemukakan enam sifat ekonomis yang terdapat di negara-
negara miskin atau sedang berkembang yaitu:

• Produsen barang primer : struktur produksinya terdiri dair bahan mentah dan
bahan makanan. Sebagian besar penduduknya bekerja disektor pertanian dan
sebagian besar penghasilan nasionalnya berasal dari sektor pertanian dan produksi
primer nonpertanian. Hanya sebagian kecil penduduknya yang bekerja di sektor
produksi sekunder dan sektor produksi tersier.
• Masalah tekanan penduduk : ada tiga tekanan penduduk yaitu adanya
pengangguran di desa-desa karena luas tanah yang relative sedikit dibanding
penduduk yang tinggal disitu, kenaikan jumlah penduduk yang pesat karena
menurunnya tingkat kematian dan naiknya tingkat kelahiran, serta naiknya
tingkat beban ketergantungan yang kemudian akan menurunkan tingkat
konsumsi rata-rata.
• Sumber-sumber alam belum banyak diolah : masih banyak sumber daya yang
belum diusahakan, artinya masih potensial sehingga belum menjadi sumber
yang riil karena kurangnya kapital, tenaga ahli dan wirausahawan.

4
• Penduduk masih terbelakang : Kualitas penduduknya sebagai faktor produksi
(tenaga kerja) adalah rendah. Mereka masih merupakan faktor produksi yang
kurang efisien, kurang mobilitas dalam pekerjaan baik vertical maupun
horizontal. Mereka tidak mudah meninggalkan tempat kelahirannya.
• Kekurangan kapital : adanya lingkaran yang tak berujung pangkal (vicious
circle) menyebabkan kekurangan capital. Kekurangan capital disebabkan
kurangnya investasi. Kurangnya investasi disebabkan rendahnya tingkat
tabungan yang merupakan akibat dari rendahnya penghasilan. Rendahnya
penghasilan akibat dari tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja,
sumber alam, tanah dan capital. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
• Orientasi ke perdagangan luar negeri : kebanyakan negara berkembang
mengekspor komoditi yang bersifat produksi primer dan hampir sama
seluruhnya. Disamping itu komoditi yang di ekspor bukan menunjukan
adanya surplus dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi lebih kepada
ketidakmampuan dalam mengolahnya menjadi barang yang lebih berguna.
(Irawan, 1999)

Dari keenam sifat ekonomis diatas, sangat mengambarkan keadaan ekonomi Indonesia saat
ini. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Indonesia adalah negara miskin yang sedang
berkembang.

Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami
kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan
itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun
atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan
individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak
yatim, kelompok lanjut usia

2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan


Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
• Laju Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di
setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk.
5
• Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran. Secara garis
besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam
batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan
yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa
batas umur maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk berumur 10 tahun
tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang
selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori bebabn ketergantungan.

Tenaga kerja (manpower) dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja
(labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga
kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun
untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Seangkan yang termasuk
sebagai bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni
orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang
menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

(Dumairy, 1996)

• Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan.

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian


hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan
versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga
lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin);
40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan
tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan
parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen
pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen pendapatan nasional.
Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17 persen pendapatan
nasional makan ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
nasional dikatakan cukup merata. (Dumairy, 1996)

6
• Tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah
satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan
ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang
mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker
pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-
faktor produksi lain. ( Irawan, 1999)
• Kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah yang kurang peka terhadap
laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan.
Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat
kemiskinan di negaranya.

BAB III
PEMBAHASAN

7
3.1 Dampak Kemiskinan bagi Masyarakat Indonesia

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan


kompleks. Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka
tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup ³fantastis´ mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.

Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki


penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah
menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara
langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.

Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya pembangunan manusia di
Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap
digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-
bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli
masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali
Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan
terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya (74,99 persen).

Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat


pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu
memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan (growth). Ketika terjadi krisis ekonomi
di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan
perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat
defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan
kata lain meraka terpaksa di-PHK (Putus Hubungan Kerja).

Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini


merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah
melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, atau menipu (dengan cara mengintimidasi orang lain) di atas

8
kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh
biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.

Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang
terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi
menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia
pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali
sehari saja mereka sudah kesulitan.

Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal.
Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau
ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.

Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA
muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami.semuanya ini adalah ekspresi berontakan identitas
diri setiap individu. Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini
yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya
menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap
daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.

3.2 Strategi pengentasan kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang perlu diatasi dengan


melibatkan peran serta banyak pihak, termasuk kalangan perguruan tinggi. Dari sekian
banyak strategi mengentaskan kemiskinan, pendekatan social enterpreneurship yang
bertumpu pada semangat kewirausahaan untuk tujuan-tujuan perubahan sosial, kini semakin
banyak digunakan karena dianggap mampu memberikan hasil yang optimal. Konsep atau
pendekatan ini layak diujicobakan dalam lingkup perguruan tinggi karena gagasan dasarnya
sebenarnya sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek pengabdian
masyarakat. Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi
berbagai maslah kemiskinan ini, seperti :

9
1. Kebijaksanaan tidak langsung : Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan
kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi
yang dimaksudkan anatara lain adalah suasana social politik yang tentram,ekonomi yang
stabil dan budaya yang berkembang. Upaya penggolongan ekonomi makro yang yang
berhati-hati melalui kebijaksanaan keuangan dan perpajakan merupakan bagian dari upaya
menaggulangi kemiskinan. Pengendalian tingkat inflasi diarahkan pada penciptaan situsasi
yang kondusif bagi upaya penyediaan kebutuhan dasar seperti
sandang,pangan,papan,pendidikan,dan kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh
penduduk miskin.

2. Kebijaksanaan langsung : Kebijaksaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan
peroduktifitas sumber daya manusia,khususnya golongan masyarakat berpendapatan
rendah,melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang pangan papan kesehatan dan
pendidikan,serta pengembangan kegiatan- kegiatan sosial ekonomi yang bekelanjutan untuk
mendorong kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemenuhan
kebutuhan dasar akan memberikan peluang bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan
sosial ± ekonomi yang dapat memberikan pendapatan yang memadai.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

10
Untuk mengatasi kemiskinan, Indonesia harus berbenah. Kemiskinan memang tidak
mungkin dihilangkan, namun bukan tidak mungkin untuk mengurangi persentase kemiskinan.
Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu meningkatkan standar hidup
penduduk negaranya. Indonesia sebagai negara berkembang memenuhi aspek standar
kemiskinan diantaranya merupakan produsen barang primer, memiliki masalah tekanan
penduduk, kurang optimalnya sumberdaya alam yang diolah, produktivitas penduduk yang
rendah karena keterbelakangan pendidikan, kurangnya modal pembanguan, dan orientasi
ekspor barang primer karena ketidakmampuan dalam mengolah barang- barang tersebut
menjadi lebih berguna.

4.2 Kritik dan Saran


Upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat berpendapatan rendah harus
ditempatkan sebagai prioritas. kemudian, penyedia modal dan kemampuan peningkatan
kemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan nasional yang dijelaskan dalam program
pembangunan sektoral,regional dan khusus. Pembangunan baik secara langsung maupun
tidak langsung dirancang untuk memecahkan maslah kemiskinan.

Selain itu Pemerintah harus lebih berkonsentrasi kepada aspek riil mengenai
kemiskinan dan peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya berfokus pada masalah politik
dan perebutan kekuasaan demi kepentingan sebagian golongan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan di Indonesia Februari 2009, diakses


20 Desember 2010 (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf)

11
Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009, diakses 2
Desember 2010 (http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf)

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga

Fadliansyah,Teori Kemiskinan, diakses 20 Desember


2010(http://www.scribd.com/doc/14597304/TEORI-KEMISKINAN)

Heryawan Ahmad, Diskriminasi Pendidikan dan Buta Huruf, diakses tanggal 22 April
2010 (http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/4041-diskriminasi-
pendidikan-dan-buta-huruf.html)

Iluvmyclass, Melembagakan Social Enterpreneurship di Lingkungan Perguruan


Tinggi, diakses 20 April 2010 (http://iluvmyclass.wordpress.com/2008/09/08/makalah-ttg-
cara-mengatasi-kemiskinan//)

Irawan. 1999. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Rajasa M Hatta, Mengatasi Kemiskinan di Indonesia, diakses 20 Desember 2010


(http://cidesonline.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=118)

Todaro Michael P dan Smith Stephen C. Pembangunan Ekonomi. Terjemahan :


Mundandar Haris. Jakarta : Penerbit Erlangga

12

You might also like