You are on page 1of 3

Apotek berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) merupakan mata rantai terakhir dari pelayanan kesehatan di bidang obat, alat-alat kesehatan dan kefarmasian
lainnya kepada masyarakat. Usaha apotek merupakan gabungan antara usaha sosial dan usaha dagang, yaitu tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian (tempat pengabdian profesi apoteker) dan tempat mencari laba (profit oriented).
Tetapi dalam pelaksanaannya, terkadang lebih menitikberatkan pada keuntungan tanpa memperhatikan fungsi
sosialnya. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI nomor 25 tahun 1980, secara tegas menempatkan posisi
apoteker sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya baik dari segi kefarmasian maupun dari segi hukum (perdata,
administratif maupun hukum publik) (Anonim,1987).

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang apotek antara lain :

1. Peraturan pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang apotek.

2. Peraturan pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas peraturan pemerintah No. 26
tahun 1965 tentang apotek.

3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No.1.

5. Keputusan Menkes No. 924/MenKes/PER/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek No. 2.

6. Keputusan MenKes No. 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Obat Wajib Apotek No. 3.

7. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika.

8. Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika.

9. Permenkes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002, tentang perubahan atas Permenkes RI No.


922/MenKes/PER/X/1993, tentang ketentuan dan tata cara penberian izin apotek.

10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek

Peraturan perundang-undangan mengenai perapotekan di Indonesia telah beberapa kali mengalami


penyempurnaan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek merupakan peraturan perundang-undangan mengenai perapotekan
yang berlaku di Indonesia sebagai pengganti Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002,
yang ketentuannya adalah sebagai berikut :
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker.

3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika.

4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.

5. Alat kesehatan adalah bahan, instrument apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.

6. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker pengelola
apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

7. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian di apotek.

8. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

9. Medication record adalah catatan pengobatan setiap pasien.

10. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.

11. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.

12. Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan
kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi
kronis lainnya (Yustina Sri Hartini dan Sulasmono, hal 16-17 ).
Menurut undang-undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pekerjaan kefarmasiaan yang
dimaksud diatas adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, penyimpanan
dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter. Sedangkan yang dimaksud dengan
perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang


Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pada pasal 10 menyatakan bahwa
Pengelolaan Apotek meliputi :

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran,


penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi (Anonim a, 1993).

Persyaratan Apotek dan Apoteker pengelola Apotek menurut PerMenKes No.922/MenKes/Per/1993


yaitu :

1. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana
Apotek yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat perlengkapan termasuk sediaan farmasi
dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi.

3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

You might also like