You are on page 1of 98

1.

HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT


Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores
mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir
tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950,
p. 5).

Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu
kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri
yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau
duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir
tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok
burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang
sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja

Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para
individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu
dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran
kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145),

Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut
memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang
telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok
itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul
secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling
memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini
dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.

Parson menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi prasyarat yang bersumber dan
dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat. Sistem sosial terdiri dari
pluralitas prilaku-pnilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fsik.
Jika masing masing individu ini berinteraksi dalam waktu yang lama dari generasi ke generasi dan
terjadi pada proses sosialisasi pada generasi tersebut maka aspek ini akan menjadi aspek yang
penting dalam sistem sosial. Dalam berintegrasi dan bersosialisasi ini kelompok tersebut
mempergunakan kerangka acuan pendidikan.

Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan bahwa
masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu
yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls
tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun
dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai
sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam
keselurühan yang terorganisasi.

Pendapat tersebut di atas tidak berbeda dengan pendapat Liton yang dikutip oleh Indan Encang
(1982, p.14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tartentu.

Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat luas. Penduduk
Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda dengan
kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain seperti penduduk Singapura, kelompok Jawa,
Sunda, Banjar, Maluku, Sasak merupakan kelompok bagian dari penduduk Indonesia.
2. Penduduk Indonesia ini secara relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri sebagai suatu kelompok
yaitu mencukupi kehidupannya dalam masyarakatnya terutama dengan bercocok tanam yang
ditopang dengan perindustrian.
3. Penduduk Indonesia telah ada sebagai kelompok sosial yang diakui pada periode waktu yang
lama sampai sekarang, yaitu sejak Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. Mereka hidup dan bekerja dalam beribu-ribu pulau besar dan kecil yang terletak di daerah
geografis antara Samudera India dan Samudra Pasifik antara benua Asia dan Australia.
5. Pengarahan anggota dari masyarakat Indonesia ini melalui unit-unit keluarga yang kecil seperti
kelompok-kelompok etnik dan keluarga merupakan kelompok yang terkecil.
6. Sosialisasi anak-anak melalui sekolah terutama pada anak-anak umur empat atau lima tahun
sampai 18 tahun baik melalui sekolah negeri maupun swasta baik melalui pendidikan formal
maupun pendidikan non-formal.
7. Masyarakat Indonesia ini mengikat anggota-anggotanya melalui sistem yang digeneralisasikan
dan suatu kekerabatan. Sistem ini didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, dalam kehidupan
sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan kehidupan yang lain. Ikatan yang paling kuat
adalah adanya satu pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dasar hukum
nasional yang satu yaitu UUD 1945.
Pengertian individu :

Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian
pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.

Hubungan individu dan masyarakat secara umum :

Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto (1981,
p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang hubungan
individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah bahwa pembahasan
tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates guru Plato.

Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf maupun
para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga
pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2)
individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan masyarakat saling menentukan.

Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa
masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendini. Masyarakat yang penting dan Individu itu hidup
untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran filsafat yang mengatakan
bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon, keadaan, keindahan dan sebagainya
itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka. Jadi di luar manusia yang sedang berpikir ada
suatu realitas tertentu yang bersifat umum. Oleh karena itu berlaku secara umum dan tidak terikat
oleh yang satu persatu. Jika mengatakan manusia itu makhluk jasmani dan rohani, maka kita
membicarakan setiap manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di manapun. Konsekuensi
dari pendapat itu maka masyarakat itu merupakan suatu realitas. Masyarakat memiliki realitas
tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang
dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri.
Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak
terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga pandangan yang
memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organis dan kolektivitis.

Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan bahasa
Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan terhadap totalitas
(keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari adanya perbedaan di antara
manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang melebihi dari bagian-bagian. Pandangan
yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte (1798 - 1853). Menurut Aguste
Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam bentuk dan arahnya tidak tergantung pada
inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi
manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung
secara bertahap, merupakan proses alam yang tak terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini
dikuasal Oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang di manapun dan kapanpun Dan
pandangan Comte in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan,
individu merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.

Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu aliran
yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu pninsip
intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau makhluk hidup. Prinsip
perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan anggota masyarakat.
Pandangan hubungan antara individu dan masyarakat sesuai dengan konsep organisme muncul dari
Herbart Spencer (1985) diringkas oleh Margaret H Poloma (1979) sebagai berikut:
1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
2. Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh sosial (social body)
maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula, dimana semakin
besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti halnya
dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin
besar Binatang yang lebih kecil, misalnya cacing tanah, hanya sedikit memiliki bagian-bagian
yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya manusia.
3. Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organissme biologis maupun organisme sosial
memiliki fungsi dan tujuan tertentu: “mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan tugas
yang berbeda pula”. Pada manusia, hati memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan
paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai struktur institusional memiliki tujuan yang
berbeda dengan sistem politik atau alconomi.
4. Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan
mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara
keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke suatu
pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya.
Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.
5. Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur-mikro yang dapat
dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem pembuangan
merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti halnya sistem politik atau
sistern ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang sebagai
organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial diterangkan
berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh manusla juga mcngatur
pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam menentukan arah pertumbuhan
masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh masyarakat dalam pertumbuhannya.
Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari kemauan dan tanggung ja anggotanya di
bawah kuasa hukum alam.

Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif


masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh
masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif.

Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer dan
Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan, kebebasan
pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan mengatas namakan
rakyat banyak.

Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis seperti
RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur kepentingan diari
sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu partai politik komunis.
Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja diatur oleh negara, individu tidak
punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh negara. Semua hak milik individu seperti yang
dimiliki orang-orang atau keluarga di negara kita ini tidak ada.

Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu paham yang
menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang
lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak
masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu mempunyai
hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.

Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara
individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu
hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting
dalam masyarakat.

Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang
menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi
realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka
masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat.

J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya "kotrak sosial" menjelaskan paham liberalisme dan
individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi di mana-
mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan hidup pada
lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari lingkungan dan sesamanya
itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu kumpulan atau jumlah orang yang
secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti butli-butir pasir tersebut di atas. Tidak
ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat terbina karena orang-orang yang kebetulan tidak
berhubungan satu sama lain itu berhubungan disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, sehingga
masing-masing individu itu mengadakan kontrak sosial untuk hidup bersama. Bentuk kerja sama
dalam hidup bersama itu dibatasi oleh kebutuhan masing-masing individu. Hanya sampai pada batas
tertentu saja individu itu hidup dalam masyarakat. Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat
dtharapkan dari masyarakat maka hubungan dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin
sedikit kebutuhannya dalam masyarakat makin renggang hubungannya dengan masyarakat.

Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari uraian
tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih berpijak pada
satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham individualisme. Totalisme
mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham individualisme mengabaikan
peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu kedua-duanya diliputi oleh kesalahan
detotalisme. Pabam individu memandang manusia sebagal seorang individu itu sebagai segala-
galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada yang ada hanya
individu. Sebaliknya paham totalisme memandang masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak
ada. Jadi individu itu hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya
masyarakat.

Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses di mana manusia sendiri
mengusahakan kehidupan bersama mcnurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas hasilnya.
Manusia tidak berada
di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat.
Masyarakat bulcan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari sejumlab
pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang berkontak dan
berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku tertentu, yang entah
dengan suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat dikatakan bahwa
kebanyakan orang akan menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola itu. Seandainya tidak,
hidup sebagai manusia menjadi mustahil. “Masyarakat sebagai proses” dapat dipandang dari dua
segi yang dalam kenyataannya tidak dipisahkan satu dengan yang lain karena merupakan satu
kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung,
menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua
masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh struktumya atas anggotanya. Pengaruh ini sangat
penting sehingga boleh dikatakan bahwa tanpa pengaruh ini manusia satu persatu tidak akan hidup.
Marilah kita perhatikan bagaimana jika pengaruh masyarakat yang berupa kepemimpinan, bahasa,
hukum, agama, keluarga, ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya. Tanpa itu semua
manusia satu persatu tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke dalam suatu keadaan, di mana-mana
manusia tidak akan berdaya dan manusia akan hancur oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya
sendin.

Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha manusia
sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat. Keluarga,
kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri di luar. Mereka
ada usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau apabila perlu-diubahkan
atau diganti oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka adalah bentuk perilaku yang
tergantung dari dia. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan untuk
memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup
individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya
sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup
sendiri atau hidup berbagai dengan orang lain. Ia harus hidup berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara
dan bentuk hidup berbagai itu ditentukannya dengan bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang
mutlak dan universal. Jadi ada relasi timbal balik antara individu. Di satu pihak individu ikut
membentuk dan menegakkan masyarakat, dan ia bertanggungjawab. Di lain pihak masyarakat
menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia.

Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif
pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya
dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan
individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan
masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.

HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu
dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme)
dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini
maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia? Profesor Supomo menyatakan
bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang integral.
Driyarkara SY menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah hubungan
yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut
untuk menggambarkan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham
integralisme.

Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu merupakan


suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu
berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti
sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang dan
bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun besar, seperti keluarga,
desa dan negara.
Menurut peneitian J. H. Boeke (1953) yang dikutip oleb Driyarkara SY (1959, p. 229-230) terhadap
masyarakat Tenganan dan masyarakat Badui serta Tengger disimpuilcan bahwa dalam masyarakat
yang integral akan terlihat adanya unsur-unsur pokok sebagai berikut: (1) keyakinan tentang adanya
hubungan antara manusia dan dunia yang tak terlihat, (2) hubungan antara manusia dengan tanah
tumpah darah yang sangat erat, (3) hubungan antara manusia dengan keluarga yang erat, (4) suatu
bentuk masyarakat di mana semua anggotanya mengerti seluk beluk masyarakatnya, (5) kehidupan
material yang layak karena orang mengerti bagaimana mencari kehidupan itu.

Hubungan individu dan masyarakat dalam Indonesia merdeka seperti yang dimaksud Prof. Supomo
dapat diperhatikan dalam rumusan Proklamasi Kemerdekaan RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan
GBHN. Dalam Proklamasi dirumuskan: Kami bangsa Indonesia dengan mi menyatakan
kemerdekaannya. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Atas nama bangsa Indonesia.
Sukarno Hatta. (Nugroho Notosusanto, 1983, p. 17). Penggunaan kata kami dan atas nama bangsa
Indonesia menunjukkan bahwa negara yang dikemer dekaan itu untuk semua warga bangsa
Indonesia, bukan untuk Sukarno maupun Hatta. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan untuk seluruh
bangsa Indonesia diperjuangkan oleh masing-masing warga bangsa Indonesia. Jadi individu dan
masyarakat terinntegrasi untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemederkaan Indonesia.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa. Pada alinea kedua dinyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
mengantarkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pada alinea
yang ketiga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan yang luhur
supaya berkebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada
alinea keempat dinyatakan bahwa pemerintahan negara Indonesia yang dibentuk adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa kepentingan yang diperjuangkan adalah masyarakat secara keseluruhan dan
individu-individu sebagai warga bangsa secara perseorangan.

Perhatian terhadap masyarakat dan individu dapat dijumpai pada pasal-pasal dalam UUD 1945
seperti pasal 30 yang mengatur hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara, pasal 31
yang mengatur hak dan kewajiban tentang pengajaran bagi tiap-tiap warga negara dan pemerintah,
pasal 33 yang mengatur tentang (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan, (2) cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara, (3) bumi dan air dan kekayaan-kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya
kemakmuran rakyat, pasal 34 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara. Dalam pasal 27 dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tidak ada
kecualinya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Pasal 28 menyatakan tiap-tiap warga negara mempunyai kemerdekaan berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-
undang. Pasal 29 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pada pasal 1
dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan
kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Jika pasal demi pasal tersebut di
atas diperhatikan maka jelas bahwa individu dan masyarakat diberi kewajiban dan hak dalam
mengejar kehidupan yang bahagia sejahtera.

Dalam Ketetapan MPR nomor II/MPR/l988 tentang tujuan pembangunan nasional dijelaskan bahwa
pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material
dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Kesatauan Republik Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib dan damai.
Dan pemyataan ini dapat diketahui bahwa kepentingan individu dan kepentingan bersama-sama
mendapat perhatian dan diberi tempat yang sama dalam menciptakan kehidupan yang bahagia
sejahtera.
Berdasarkan ketetapan MPR NO. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dijelaskan tentang Pandangan Pancasila terhadap hubungan individu dan masyarakat
bahwa. kebahagian manusia akan tercapai jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi,
dan seimbang antara manusia dan masyarakat. Hubungan sosial yang selarasdan serasi, selaras dan
seimbang itu antara individu dan masyarakat itu tidak netral, tetapi dijiwai oleh nilai-nilal yang
terkandung dalam lima sila dalam Pancasila secara kesatuan.

Dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan integralisme ini tidak lain adalah
pandangan Pancasila yang memandang hubungan individu dan masyarakat itu secara serasi selaras
dan seimbang dalam menciptakan manusia yang sejahtera dan bahagia lahir batin, dunia dan akhirat.

Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok
sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah
tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu
keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.Hubungan individu dan masyarakat secara umum :
Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto
(1981, p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang
hubungan individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah
bahwa pembahasan tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates
guru Plato.
Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf
maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang
menentukan individu, (2) individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan
masyarakat saling menentukan.
Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan
bahwa masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendini. Masyarakat yang penting dan
Individu itu hidup untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran
filsafat yang mengatakan bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon,
keadaan, keindahan dan sebagainya itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka.
Jadi di luar manusia yang sedang berpikir ada suatu realitas tertentu yang bersifat umum.
Oleh karena itu berlaku secara umum dan tidak terikat oleh yang satu persatu. Jika
mengatakan manusia itu makhluk jasmani dan rohani, maka kita membicarakan setiap
manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di manapun. Konsekuensi dari pendapat itu
maka masyarakat itu merupakan suatu realitas. Masyarakat memiliki realitas tersendiri dan
tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan
oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum
individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak
terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga pandangan
yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organis dan
kolektivitis.
Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan
bahasa Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan
terhadap totalitas (keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari
adanya perbedaan di antara manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang
melebihi dari bagian-bagian. Pandangan yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan
Aguste Comte (1798 – 1853). Menurut Aguste Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di
mana dalam bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan
pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang
berpikir berkembang dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan
proses alam yang tak terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini dikuasal Oleh hukum
universal yang berlaku bagi semua orang di manapun dan kapanpun Dan pandangan Comte
in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan, individu
merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.
Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu
aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu
pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau
makhluk hidup. Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan
kemauan anggota masyarakat.
Pandangan hubungan antara individu dan masyarakat sesuai dengan konsep organisme
muncul dari Herbart Spencer (1985) diringkas oleh Margaret H Poloma (1979) sebagai
berikut:
1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
2. Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh sosial (social
body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula,
dimana semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-
bagiannya, seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks
sementara ia tumbuh menjadi semakin besar Binatang yang lebih kecil, misalnya
cacing tanah, hanya sedikit memiliki bagian-bagian yang dapat dibedakan bila
dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya manusia.
3. Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organissme biologis maupun organisme
sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu: “mereka tumbuh menjadi organ yang
berbeda dengan tugas yang berbeda pula”. Pada manusia, hati memiliki struktur dan
fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai
struktur institusional memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau
alconomi.
4. Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian
akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem
secara keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke
suatu pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan
sebagainya. Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.
5. Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur-mikro yang
dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem
pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti
halnya sistem politik atau sistern ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli
politik dan ekonomi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang
sebagai organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial
diterangkan berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh
manusla juga mcngatur pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam
menentukan arah pertumbuhan masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh
masyarakat dalam pertumbuhannya. Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari
kemauan dan tanggung ja anggotanya di bawah kuasa hukum alam.
Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif
masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan
oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif.
Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles,
Wailer dan Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai
kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa)
dengan mengatas namakan rakyat banyak.
Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis
seperti RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur
kepentingan diari sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu
partai politik komunis. Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja
diatur oleh negara, individu tidak punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh
negara. Semua hak milik individu seperti yang dimiliki orang-orang atau keluarga di negara
kita ini tidak ada.
Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu
paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan
kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani
kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh
masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan
antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul.
Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka
ragaman yang penting dalam masyarakat.
Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran
filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari
sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu
itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak
tergantung pada adanya masyarakat.
J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya “kotrak sosial” menjelaskan paham liberalisme
dan individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi
di mana-mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan
hidup pada lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari
lingkungan dan sesamanya itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu
kumpulan atau jumlah orang yang secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti
butli-butir pasir tersebut di atas. Tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat
terbina karena orang-orang yang kebetulan tidak berhubungan satu sama lain itu berhubungan
disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, sehingga masing-masing individu itu mengadakan
kontrak sosial untuk hidup bersama. Bentuk kerja sama dalam hidup bersama itu dibatasi oleh
kebutuhan masing-masing individu. Hanya sampai pada batas tertentu saja individu itu hidup
dalam masyarakat. Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat dtharapkan dari masyarakat
maka hubungan dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin sedikit kebutuhannya
dalam masyarakat makin renggang hubungannya dengan masyarakat.
Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari
uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih
berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham
individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya,
paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh
karena itu kedua-duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Pabam individu memandang
manusia sebagal seorang individu itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada.
Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada yang ada hanya individu. Sebaliknya paham
totalisme memandang masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak ada. Jadi individu itu
hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat.
Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses di mana manusia sendiri
mengusahakan kehidupan bersama mcnurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas
hasilnya. Manusia tidak berada
di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat.
Masyarakat bulcan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari
sejumlab pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang
berkontak dan berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku
tertentu, yang entah dengan suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat
dikatakan bahwa kebanyakan orang akan menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola
itu. Seandainya tidak, hidup sebagai manusia menjadi mustahil. “Masyarakat sebagai proses”
dapat dipandang dari dua segi yang dalam kenyataannya tidak dipisahkan satu dengan yang
lain karena merupakan satu kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang dari segi
anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan
tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh
struktumya atas anggotanya. Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa
tanpa pengaruh ini manusia satu persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana
jika pengaruh masyarakat yang berupa kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga,
ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya. Tanpa itu semua manusia satu persatu
tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke dalam suatu keadaan, di mana-mana manusia tidak akan
berdaya dan manusia akan hancur oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya sendin.
Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha
manusia sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat.
Keluarga, kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri
di luar. Mereka ada usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau
apabila perlu-diubahkan atau diganti oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka
adalah bentuk perilaku yang tergantung dari dia. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan
diciptakan sendiri, bertujuan untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia.
Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus
membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas
dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang
lain. Ia harus hidup berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara dan bentuk hidup berbagai itu
ditentukannya dengan bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi
ada relasi timbal balik antara individu. Di satu pihak individu ikut membentuk dan
menegakkan masyarakat, dan ia bertanggungjawab. Di lain pihak masyarakat menghidupi
individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia.
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok
kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu
sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahrikan individu
dengan berbgai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala
yang universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep
keluarga .
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau
adopsi. Yang mengiakt suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua
dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang adopsi.
2. para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka
membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya
terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan
anak perempuan
4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas.
Dalam bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang belum menikah, biasanya tinggal
dalam satu rumah, dalam antropologi disebut keluarga inti.. satu keluarga ini dapat juga
terwujud menjadi keluarga luas dengan adanya tambahan dari sejumlah orang lain, baik yang
kerabat maupun yang tidak sekerabat, yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah
tangga dengan keluarga inti. Emile Durkheim mengemukakan tentang sosiologi keluarga
dalam karyanya : Introduction a la sosiologi de la famile (mayor Polak, 1979: 331).
Bersumber dari karya ini muncul istilah : keluarga conjugal : yaitu keluarga dalam
perkawinan monogamy, terdiri dari ayah, ibi, dan anak-anaknya. Keluarga conjugal sering
juga disebut keluarga batih atau keluarga inti. Koentjaraningrat membedakan 3 macam
keluarga luas berdasarkan bentuknya :
1. keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti senior
dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak perempuan
2. keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga inti senior
dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki
3. Keluarga luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu keluarga inti senior
dengan keluarga-keluarga batih/inti anak-anak perempuan
Dalam keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu
pekerjaan yagn harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakn didalam atau oleh keluarga itu. Macam-macam
fungsi keluarga adalah
1. Fungsi biologis
2. Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Keagamaan
5. Fungsi Sosial
Dikutip dari sumber :
1. Materi ISD minggu ke 3

Scribd
Upload a Document
Top of Form

Search Books, Presentations, Business, Academics...


Bottom of Form
Explore

Documents
• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories

• Featured
• Recent

People
• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories

• Most Followed
• Popular
• Sign Up
• |
• Log In

1
First Page
Previous Page
Next Page

/ 9
Sections not available
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode

View Mode
BookSlideshowScroll
Top of Form
Search w it

Bottom of Form
Readcast
Add a Comment
Embed & Share

Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what
you're reading. Select the sites below and start sharing.

Readcast this Document


Top of Form
e6e4d17202f295

Login to Add a Comment


4gen

Bottom of Form

Share & Embed


Add to Collections
Download this Document for Free
Auto-hide: on
MAKALAH SOSIAL DASAR
DISUSUN OLEH :
Hendry Ulaen
080113086
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2009
BAB II
ISI
1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah

inggrisnya adalahsociety , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa ArabSyakara yang berarti

ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.

Masyarakat dapat diartikan bermacam-macam menurut pendapat tiap orang. Berikut ini akan dijelaskan

beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli :


 M e n u r u t P r o f . D r .
K o e n t j a r a n i n g r a t
m a s y a r a k a t a d a l a h
m a n u s i a y a n g s a l i n g
berinteraksi yang memiliki perasaan untuk kegiatan tersebut dan adanya suatu
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.
 M a c I v e r d a n P a g e
m e n g a t a k a n b a h w a :
“ M a s y a r a k a t i a l a h s u a t u
s i s t e m d a r i

kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari

pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan

masyarakat.”
 M e n u r u t R a l p h L i n t o n
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s e t i a p k e l o m p o k m a n u s i a
y a n g

telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas- batas yang dirumuskan dengan jelas.
 S e l o S o e m a r d j a n
m e n y a t a k a n b a h w a
m a s y a r a k a t a d a l a h o r a n g -
o r a n g y a n g
hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
 M e n u r u t K a r l M a r x
m a s y a r a k a t a d a l a h s u a t u
s t r u k t u r y a n g m e n d e r i t a
s u a t u
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
 M e n u r u t E m i l e D u r k h e i m
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s u a u k e n y a t a a n o b j e k t i f
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
 M e n u r u t P a u l B . H o r t o n
& C . H u n t m a s y a r a k a t
m e r u p a k a n k u m p u l a n
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
2
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
 F . Z n a n i e c k i
m e n y a t a k a n b a h w a
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s u a t u s i s t e m y a n g
meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah
geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi.
 S m i t h , S t a n l e y d a n
S h o r e s m e n d e f i n i s i k a n
m a s y a r a k a t s e b a g a i s u a t u
kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berpikir tentatang diri mereka
sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
 D a r i b e r b a g a i p e n d a p a t
t e r s e b u t d i a t a s m a k a W
F C o n n e l l ( 1 9 7 2 , p . 6 8 -
6 9 )

menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka

sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap

untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah

geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun

temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai

sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam

keselurühan yang terorganisasi.


2. Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini :

1.Beranggotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.


3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru

yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota

masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan

satu sama lain sebagai anggota masyarakat.


3. Kriteria masyarakat yang baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
3

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
4. Pengertian Individu

Individu dalam Bahasa Latin berarti bagian terkecil yang tak dapat dibagi- bagi. Individu dalam

Bahasa Prancis artinya orang seorang, kata ini selalu mengacu pada manusia dan tidak pada yang bukan

manusia, dalam hal ini adalah satu orang manusia “Individere” berarti makhluk individual yang tidak dapat

dibagi-bagikan.

Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak

dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Misalnya keluarga sebagai kelompok sosial yang

terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi,

demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
5. Hubungan Individu dan Masyarakat

Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf

maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga

pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu

yang menentukan masyarakat, dan


(3)
individu
dan
masyarakat
saling
menentukan.
Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa

masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku

umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang

masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu

masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga

pandangan yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organisme dan

kolektivitis.

Pertama, pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Pandangan yang

bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte (1798 - 1853). Menurut Aguste Comte

masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam


4

bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan

otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang dengan

sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan proses alam yang tak terelakkan dan tak

terhentikan. Perkembangan ini dikuasai oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang di manapun

dan kapanpun dan pandangan Comte in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu

keseluruhan, individu merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.

Kedua, Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme

suatu aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu

pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau makhluk hidup.

Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan anggota masyarakat.

Ketiga, hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan

kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh

masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif. Menurut Peter Jarvis (1986)

yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer dan Illich tokoh paham kolektif

yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok

elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan mengatasnamakan rakyat banyak.

Pandangan yang kedua adalah hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis.

Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan
kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang

menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentingan individu. Individu

mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum. Paham

individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti

hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan ini bersifat

lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat. Pandangan

individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan

bahwa konsep-konsep umum itu


5

tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada

karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu

tidak tergantung pada adanya masyarakat.

Paham yang ketiga yaitu paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari

segi interaksi. Dari uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang

masih berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham

individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham

individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu kedua-

duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Paham individu memandang manusia sebagai seorang individu

itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada,

yang ada hanya individu. Sebaliknya paham totalisme memandang segala di luar masyarakat itu tidak ada.

Jadi individu itu hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat.

Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses dimana manusia sendiri

mengusahakan kehidupan bersama menurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas hasilnya.

Manusia tidak berada di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia

bermasyarakat. Masyarakat bukan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari

sejumlah pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang berkontak dan

berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku tertentu, yang entah dengan

suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang akan

menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola itu. Seandainya tidak, hidup sebagai manusia menjadi

mustahil. “Masyarakat sebagai proses” dapat dipandang dari dua segi yang dalam kenyataannya tidak
dipisahkan satu dengan yang lain karena merupakan satu kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang

dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan

tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh strukturnya atas

anggotanya. Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa tanpa pengaruh ini manusia satu

persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana jika pengaruh masyarakat yang berupa

kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga, ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya.

Tanpa itu semua manusia satu


6

persatu tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke dalam suatu keadaan, di mana-mana manusia tidak akan

berdaya dan manusia akan hancur oleh kekuatan-kekuatan alam dan


nalurinya
sendiri.

Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup

negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan

baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan

individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat

akan lebih bermakna dan hidup serta bergairah.


7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha

manusia sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat. Keluarga,

kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri di luar. Mereka ada

usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau apabila perlu-diubahkan atau diganti

oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka adalah bentuk perilaku yang tergantung dari dia.

Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan untuk memungkinkan

perkembangannya sebagai manusia. Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi.

Jadi manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia

tidak bebas dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang lain.

Ia harus hidup berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara dan bentuk hidup berbagai itu ditentukannya dengan

bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi ada relasi timbal balik antara
individu. Di satu pihak individu ikut membentuk dan menegakkan masyarakat, dan ia bertanggungjawab.

Di lain pihak masyarakat menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia.
SaranPenulis menyarankan kepada kita semua agar kita bisa menerapkan hubungan

indivudu dan masyarakat yang telah dijelaskan di atas, dan kita seharusnya mengikuti hubungan yang

ketiga, yang bersifat interaksi supaya terjalin hubungan yang baik antar individu dan menghasilkan

masyarakat yang rukun.


Penulis percaya bahwa makalah ini masih belum sempurna, karena itu mohon
kritik dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
 R u m a m p u k , S e l v i e . 2 0 0 8 . B a h a n
K u l i a h I l m u S o s i a l D a s a r .
 M u h a m m a d , A b d u l K a d i r . 2 0 0 5 .
I l m u S o s i a l B u d a y a D a s a r .
B a n d u n g : P T .
Citra Aditya Bakti
 w w w . o r g a n i s a s i . o r g
 h t t p : / / p a k g u r u o n l i n e . p e n d i d i k a
n . n e t 9

Hubungan masyarakat dan individu dalam


kehidupan sosial antar manusia
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document
Report this document?
Please tell us reason(s) for reporting this document
Top of Form
e6e4d17202f295

doc

Spam or junk

Porn adult content

Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
Bottom of Form

This is a private document.


Info and Rating
Reads:
737

Uploaded:
09/18/2010
Category:
School Work>Homework
Rated:
0 5 false false 0

dengan individu
peranan
dgn kelompok
antar individu
indivudu dgn
hubungan indivudu
manusia individu
(more tags)
dengan individu
peranan
dgn kelompok
antar individu
indivudu dgn
hubungan indivudu
manusia individu
kelompok dalam
daftar pustaka
individu dgn
(fewer)
Follow

Hendry C R Ulaen
Share & Embed
Related Documents
PreviousNext
1.

3 p.
p.

p.

2.

p.

p.

p.

3.
p.

p.

p.

4.

p.

514 p.
p.

5.

514 p.

514 p.

514 p.

6.

p.

More from this user


PreviousNext
1.

9 p.
11 p.

7 p.

2.

1 p.

27 p.

5 p.

3.
28 p.

8 p.

45 p.

4.

16 p.

5 p.
17 p.

5.

10 p.

24 p.

17 p.

6.

49 p.
18 p.

20 p.

7.

12 p.

10 p.

16 p.

8.
21 p.

104 p.

12 p.

9.

16 p.

Recent Readcasters

Add a Comment
Top of Form
e6e4d17202f295
Submit
Characters: 400
document_comme

4gen

Bottom of Form

Print this document


High Quality
Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).

Scribd Archive > Charge to your Mobile


Phone Bill
You Must be Logged in to Download a Document
Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.
Other login options

Login with Facebook


Top of Form
http://w w w .scrib http://w w w .scrib

37660854 dow nload Scribd.logged_in 37660854 dow nload Scribd.logged_in

37660854 dow nload Scribd.logged_in 37660854 dow nload Scribd.logged_in

Bottom of Form
Signup
I don't have a Facebook account
Top of Form
e6e4d17202f295

37660854 dow nload Scribd.logged_in

email address (required)

create username (required)

password (required)
Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications.

Sign Up Privacy policy


You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage these
notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.
Bottom of Form

Why Sign up?

Discover and connect with people of similar interests.

Publish your documents quickly and easily.

Share your reading interests on Scribd and social sites.

Already have a Scribd account?


Top of Form
e6e4d17202f295

37660854 dow nload Scribd.logged_in

email address or username

password

Log In Trouble logging in?


Bottom of Form

Login Successful
Now bringing you back...
« Back to Login
Reset your password
Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email
with instructions on how to continue.
Top of Form
e6e4d17202f295

Email address:

You need to provide a login


for this account as well.

Login:

Submit
Bottom of Form
Upload a Document
Top of Form

Bottom of Form

• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd
• About
• Press
• Blog
• Partners
• Scribd 101
• Web Stuff
• Scribd Store
• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms
• Copyright
• Privacy
scribd. scribd. scribd. scribd.

Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok
sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah
tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu
keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Hubungan individu dan masyarakat secara umum :
Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto
(1981, p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang
hubungan individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah
bahwa pembahasan tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates
guru Plato.
Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf
maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang
menentukan individu, (2) individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan
masyarakat saling menentukan.
Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan
bahwa masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendini. Masyarakat yang penting dan
Individu itu hidup untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran
filsafat yang mengatakan bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon,
keadaan, keindahan dan sebagainya itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka.
Jadi di luar manusia yang sedang berpikir ada suatu realitas tertentu yang bersifat umum.
Oleh karena itu berlaku secara umum dan tidak terikat oleh yang satu persatu. Jika
mengatakan manusia itu makhluk jasmani dan rohani, maka kita membicarakan setiap
manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di manapun. Konsekuensi dari pendapat itu
maka masyarakat itu merupakan suatu realitas. Masyarakat memiliki realitas tersendiri dan
tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan
oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum
individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak
terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga pandangan
yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organis dan
kolektivitis.
Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan
bahasa Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan
terhadap totalitas (keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari
adanya perbedaan di antara manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang
melebihi dari bagian-bagian. Pandangan yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan
Aguste Comte (1798 – 1853). Menurut Aguste Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di
mana dalam bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan
pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang
berpikir berkembang dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan
proses alam yang tak terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini dikuasal Oleh hukum
universal yang berlaku bagi semua orang di manapun dan kapanpun Dan pandangan Comte
in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan, individu
merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.
Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu
aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu
pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau
makhluk hidup. Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan
kemauan anggota masyarakat.
Pandangan hubungan antara individu dan masyarakat sesuai dengan konsep organisme
muncul dari Herbart Spencer (1985) diringkas oleh Margaret H Poloma (1979) sebagai
berikut:
1.
Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
2.
Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh sosial (social body)
maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula, dimana
semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti
halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi
semakin besar Binatang yang lebih kecil, misalnya cacing tanah, hanya sedikit memiliki
bagian-bagian yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna,
misalnya manusia.
3.
Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organissme biologis maupun organisme sosial
memiliki fungsi dan tujuan tertentu: “mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan
tugas yang berbeda pula”. Pada manusia, hati memiliki struktur dan fungsi yang berbeda
dengan paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai struktur institusional memiliki
tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau alconomi.
4.
Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan
mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara
keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke suatu
pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya.
Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.
5.
Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur-mikro yang dapat
dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem pembuangan
merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti halnya sistem politik atau
sistern ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang
sebagai organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial
diterangkan berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh
manusla juga mcngatur pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam
menentukan arah pertumbuhan masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh
masyarakat dalam pertumbuhannya. Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari
kemauan dan tanggung ja anggotanya di bawah kuasa hukum alam.
Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif
masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan
oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif.
Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles,
Wailer dan Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai
kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa)
dengan mengatas namakan rakyat banyak.
Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis
seperti RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur
kepentingan diari sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu
partai politik komunis. Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja
diatur oleh negara, individu tidak punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh
negara. Semua hak milik individu seperti yang dimiliki orang-orang atau keluarga di negara
kita ini tidak ada.
Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu
paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan
kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani
kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh
masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan
antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul.
Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka
ragaman yang penting dalam masyarakat.
Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran
filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari
sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu
itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak
tergantung pada adanya masyarakat.
J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya “kotrak sosial” menjelaskan paham liberalisme
dan individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi
di mana-mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan
hidup pada lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari
lingkungan dan sesamanya itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu
kumpulan atau jumlah orang yang secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti
butli-butir pasir tersebut di atas. Tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat
terbina karena orang-orang yang kebetulan tidak berhubungan satu sama lain itu berhubungan
disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, sehingga masing-masing individu itu mengadakan
kontrak sosial untuk hidup bersama. Bentuk kerja sama dalam hidup bersama itu dibatasi oleh
kebutuhan masing-masing individu. Hanya sampai pada batas tertentu saja individu itu hidup
dalam masyarakat. Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat dtharapkan dari masyarakat
maka hubungan dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin sedikit kebutuhannya
dalam masyarakat makin renggang hubungannya dengan masyarakat.
Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari
uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih
berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham
individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya,
paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh
karena itu kedua-duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Pabam individu memandang
manusia sebagal seorang individu itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada.
Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada yang ada hanya individu. Sebaliknya paham
totalisme memandang masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak ada. Jadi individu itu
hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat.
Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses di mana manusia sendiri
mengusahakan kehidupan bersama mcnurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas
hasilnya. Manusia tidak berada
di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat.
Masyarakat bulcan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari
sejumlab pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang
berkontak dan berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku
tertentu, yang entah dengan suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat
dikatakan bahwa kebanyakan orang akan menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola
itu. Seandainya tidak, hidup sebagai manusia menjadi mustahil. “Masyarakat sebagai proses”
dapat dipandang dari dua segi yang dalam kenyataannya tidak dipisahkan satu dengan yang
lain karena merupakan satu kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang dari segi
anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan
tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh
struktumya atas anggotanya. Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa
tanpa pengaruh ini manusia satu persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana
jika pengaruh masyarakat yang berupa kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga,
ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya. Tanpa itu semua manusia satu persatu
tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke dalam suatu keadaan, di mana-mana manusia tidak akan
berdaya dan manusia akan hancur oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya sendin.
Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha
manusia sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat.
Keluarga, kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri
di luar. Mereka ada usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau
apabila perlu-diubahkan atau diganti oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka
adalah bentuk perilaku yang tergantung dari dia. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan
diciptakan sendiri, bertujuan untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia.
Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus
membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas
dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang
lain. Ia harus hidup berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara dan bentuk hidup berbagai itu
ditentukannya dengan bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi
ada relasi timbal balik antara individu. Di satu pihak individu ikut membentuk dan
menegakkan masyarakat, dan ia bertanggungjawab. Di lain pihak masyarakat menghidupi
individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan
kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu
memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan
masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan
suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta
bergairrah.
Tags: Soft Skill
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pergaulan hidup antara
seseorang dengan seseorang, perseorangan dengan golongan, atau golongan dengan
golongan. Ada dua unsur pokok dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial
(masyarakat). Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang dahulunya berinduk pada ilmu
filsafat. Sehingga pokok-pokok pikiran sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran para ahli
filsafat yang mengkaji tentang masyarakat. Sosiologi mempunyai bidang kajian yang sangat
luas, antara lain Sosiologi Industri, Sosiologi Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi
Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi Kesehatan, dan lain-lain. Sosiologi kesehatan
merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Merupakan pendahulunya dan masih terkait
erat dengan ilmu ini, di masa lalu dikenal sosiologi medis, yang juga menjadi cabang
sosiologi.
Perkembangan ilmu sosiologi kesehatan dimulai sejak manusia itu sadar bahwa kesehatan
tidak hanya sebatas fisik, melainkan juga mental serta kondisi sosial seseorang. Dalam ilmu
ini dikenal beberapa istilah yang menunjukkan sumbangan atau peran sosiologi pada bidang
kesehatan, yaitu:
1. Sociology in Medicine, adalah sosiolog yang bekerjasama secara langsung dengan dokter
dan staf kesehatan lainnya di dalam mempelajari faktor sosial yang relevan dengan terjadinya
gangguan kesehatan ataupun sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan
pasien atau untuk memecahkan problem kesehatan masyarakat.
2. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau
mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau mempengaruhi kesehatan mereka
ataupun tingkah laku lain setelah sakit dan penyakit terjadi.
3. Sociology of Medicine, berhubungan dengan organisasi, nilai, kepercayaan terhadap
praktek kedokteran sebagai bentuk dari perilaku manusia yang berada dalam lingkup
pelayanan kesehatan, misalnya bentuk pelayanan kesehatan, sumberdaya manusia untuk
membangun kesehatan, pelatihan petugas kesehatan.
4. Sociology for medicine berhubungan dengan srtategi metodologi yang dikembangkan
sosiologi untuk kepentingan bidang pelayanan kesehatan. Misalnya teknik skala pengukuran
Thurstone, Likert, Guttman yang membantu mengenali atau mengukur skla sikap. Peran ini
juga meliputi prosedur matematis multivariate serta analisis faktor dan analisis jaringan yang
biasa digunakan para sosiolog dalam mengumpulkan data atau menjelaskan hasil penelitian.
5. Sociology from medicine menganalisa lingkungan kedokteran dari perspektif sosial.
Misalnya, bagaimana pola pendidikan, perilaku, gaya hidup para dokter, atau ‘sosialisasi’
mahasiswa kedokteran selama mengikuti pendidikan kedokteran. Read the full story
Kalau kita berbicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksud adalah keseluruhan
kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama,
Keseluruhan peraturan tentang tingkah laku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari ikatan-ikatan antar
individu dan masyarakat dan antar individu itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak
dan kewajiban. Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan
dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Berusaha mencari kesimbangan
antara memberikan kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat terhadap
kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi, maka akan selalu terjadi komplik atau ketegangan antara
kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung
ketegangan atau komplik ini sebaik-baiknya.
Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang bersifat umum dan
normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang
seyokyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta
menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.
Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan yaitu
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
Sehingga diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu
hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat
membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara
kepastian hukum.
Dengan melihat materi diatas, maka dapatlah kita membedakan antara hukum dan
moral yaitu :
1. Hukum lebih dikodifikasi dari pada moralitas, artinya dituliskan dan secara kurang lebih
sistematis disusun dalam kitab undang-undang sehingga norma yuridis mempunyai kepastian
lebih besar dan bersifat lebih obyektif.
2. Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia namun hukum membatasi diri
pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangku juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum untuk sebagaian besar sanksinya dapat dipaksakan, tetapi norma-norma
etis/moral tidak dapat dipaksakan.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara (tidak
secara langsung berasal dari negara) sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma
moral yang melebihi para individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara
lain masyarakat dapat merubah hukum, tetapi tidak pernah masyarakat dapat mengubah
/membatalkan suatu norma moral.

A. Pengertian
Kelompok kepentingan (Interest Group) adalah setiap organisasi yang
berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tampa berkehendak
memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok
kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara
langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-pemimpin atau anggotanya
memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan pemilihan umum,
kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi yang
menguasai pemerintahan.

B. Latar Belakang
Setiap individu maupun masyarakat memiliki kepentingan yang harus
diraih dan dipertahankan bagi kelangsungan kehidupannya, baik dalam
keluarga, masyarakat, Negara maupun dengan Negara lain. Dalam rangka
meraih dan mempertahankan kepentingannya ini, tentu saja memerlukan kerja
keras, perjuangan yang semuanya bersentuhan dengan individu atau
masyarakat, maupun yang lebih luas yaitu Negara dan pihak
Internasional.Untuk itu semua, memerlukan kekuatan dan dukungan dari
semua pihak.sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat
atau pihak tertentu yang menjadi tujuan dari kepentingan. Bentuk kekuatan
yang memilki daya dukung adalah kekuatan yang didalamnya berisi dua atau
lebih orang yang bekerjasama, untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk
kekuatan itu disebut juga dengan Organisasi. Organisasi yang berdiri dan
mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi kepentingan adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat, Organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan organisasi
social lainnya. Hal lain yang melatarbelakangi lahirnya kelompok
kepentingan ini adalah adanya dominasi individu, masyarakat, Negara dan
Negara lain yang memiliki kekuatan yang besar terhadap individu,
masyarakat, Negara dan Negara lain lemah (terbelakang, baru dan
berkembang) yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupannya dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Bentuk Artikulasi Kepentingan


Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum disemua system politik
adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota,
parelemen, pejabat pemerintahan atau dalam masyarakat tradisional kepada
kepala desa atau ketua suku.

D. Jenis-jenis kelompok Kepentingan


Kelompok-kelompok kepentingan berbeda-beda antara lain dalam hal
struktur, gaya, sumber pembiayaan dan basis dukungannya. Perbedaan ini
sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik, ekonomi, dan social suatu
bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga diorganisir
berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama ataupun berdasarkan
issue-issue kebijkasanaan, kelompok kepentingan yang paling kuat, paling
besar, dan secara financial paling mampu adalah kelompok yang sehari-hari
dan karier seoranglah yang paling cepat dan paling langsung dipengaruhi oleh
kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Karena itu sebagian besar negara
memiliki serikat buruh, himpunan pengusaha, kelompok petani, dan
persatuan-persatuan dokter, advokat, insinyur dan guru.
Jenis-jenis kelompok kepentingan ini menurut Gabriel a. Almond adalah
meliputi :
1. Kelompok anomic
Adalah kelompok yang terbentuk diantara usnur-unsur dalam masyarakat
secara spontan dan hanya seketika, dank arena tidak memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang mengatur, maka kelompok ini sering tumpang
tindih (overlap) dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non
konvensional, seperti, demontrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik dll.

2. Kelompok Non Assosiasional


Adalah kelompok yang termasuk kategori kelompok masyarakat awam
(belum maju) dan tidak terorganisir raoi dan kegiatanya bersifat temporer
(kadangkala). Wujud kelompok ini antara lain adalah kelompok keluarga,
keturunan, etnik, regional yang menyatakan kepentingan secara
kadangkala melalui individu-individu, klik-klik, kepala keluarga dan atau
pemimpin agama.

3. Kelompok Institusional
Adalah kelompok formal yang memiliki struktur, visi, misi, tugas, fungsi
serta sebagai artikulasi kepentingan.
Contohnya, Partai politik, korporasi bisnis, Badan Legislatif, Militer,
Birokrasi, dan lain-lain.

4. Kelompok Assosiasional
Adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat dengan fungsi untuk
mengartikulasi kepentingan anggotanya kepada pemerintah atau
perusahaan pemilik modal.
Contoh lembaga ini adalah Serikat Buruh, KADIN, Paguyuban, MUI, NU,
Muhammadiyah, KWI dan lain-lain.
E. Saluran Artikulasi Kepentingan
Saluran untuk menyatakan pendapat dalam masyarakat berpengaruh besar
dalam menentukan luasnya dan efektifnya tuntutan kelompok kepentingan.
Saluran-saluran paling penting adalah sebagai berikut :
1. Demonstrasi dan tindakan kekerasan.
Demonstrasi dan tindakan kekerasan ini merupakan salah satu sarana
untuk menyatakan tuntutan/kepentingan. Sarana ini banyak
dipergunakan oleh kelompok anomik.
2. Hubungan Pribadi
Adalah salah satu sarana penyampaian kepentingan melalui media
keluarga, sekolah, hubungan kedaerahan sebagai perantara kepada elit
politik.
3. Perwakilan Langsung
Sarana artikulasi dan agregasi kepentingan yang bersifat resmi,
seperti, legislative, eksekutif dan yudikatif serta lembaga resmi
lainnya.
4. Saluran Formal dan Institusional lain
Sarana artikulasi yang meliputi antara lain media massa cetak,
elektronik, televisi (formal) dan partai politik (Institusional) lainnya.

F. Efektivitas Kelompok Kepentingan


Faktor penting dalam meciptakan efektivitas kelompok kepentingan adalah
kemampuan untuk mengerahkan dukungan (support), tenaga dan sumber daya
anggotanya.

G. Tujuan Interest Group (Kelompok Kepentingan)

Tujuan yang didirikannya lembaga Interest Group ini adalah :


a. Untuk melindungi kepentingannya dari adanya dominasi dan penyelewengan oleh
pemerintah atau Negara.
b. Untuk menjadi wadah bagi pemberdayaan masyarakat dalam kehidupannya
c. Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas dan
fungsi pemerintah dan Negara
d. Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek-aspek pembangunan nasional
dalam semua bidang kehidupan.

H. Sifat Interest Group (Kelompok Kepentingan)

Sifat lembaga ini antara lain adalah sebagai berikut :


a. Independen.
Artinya bahwa dalam menjalankan visi, misi, tujuan, program, sasaran dan lain-
lainnya dilakuakan secara bebas dengan tampa ada intervensi pihak lain.
b. Netral
Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya, tidak tergantung pada pihal lain.
c. Kritis
Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan berdasarkan pada
data, fakta dan analisis yang mendalam yang dilakukan dengan metode teknik analisis
yang sahih.
d. Mandiri
Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan konsep dari, oleh
dan untuk masyarakat itu sendiri yang ditujukan bagi kesejahtraan masyarakat luas.

1.Klasifikasi Kelompok Kepentingan (Interest Group).


Menurut realitas social yang ada di Indonesia, Interest Group dapat
diklasifikasi menurut Organisasi Kemasyarakatan yang ditinjau dari aspek
agama, sosial budaya, kemasyarakatan, kepemudaan, profesi, kewanitaan, dan
Kependidikan.
1. Organisasi Kemasyarakatan
Adalah organisasi yang anggotanya meliputi anggota masyarakat
yang memiliki ideology, garis perjuangan (platform) serta komitmen
yang sama dalam mencapi tujuan yang sama pula.
Jenis Organisasi ini adalah antara lain :
a. MKGR ( Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong)
b. KOSGORO
c. SOKSI, dan lain-lain

2. Organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama


Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan
masyarakat /komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan
Negara yang dapat yang berkaitan dengan perlindungan dan
kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah :
a. Nahdatul Ulama ( NU)
b. Muhammadiyah
c. Parmusi
d. KWI
e. Parisade Hindu dharma

3. Organisasi kemasyarakatan berdasarkan Kepemudaan


Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan
masyarakat /komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan
Negara yang dapat yang berkaitan dengan perlindungan dan
kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah :
a. KNPI (Komite Pemuda Nasional Indonesia)
b. PII (Pelajar Islam Indonesia)
c. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia)
4. Organisasi berdasarkan Sosial kedaerahan
Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan
masyarakat /komunitas social kedaerahan guna membangun
kebersamaan dan perlindungan serta kesejahtraannya. Contoh
organisasi ini adalah antara lain adalah :
a. Paguyuban Masyarakat asal Bima
b. Paguyuban masyarakat asal wonosobo, dll.

5. Organisasi berdasarkan Profesi


Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan
masyarakat /komunitas sesame profesi guna membangun
kebersamaan dan perlindungan serta kesejahtraannya. Contoh
organisasi ini adalah antara lain adalah :
a. Aliansi Jurnalistik Indonesia ( AJI)
b. PERHUMAS
c. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
d. Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
e. Forum Rektor Indonesia (FRI), dll.

KASUS KELOMPOK KEPENTINGAN :

Muhammadiyah Tak Tertarik Gemerlap Politik, Kenapa?

TANGGAL 3-8 Juli mendatang, Muhammadiyah menggelar Muktamar ke-45 di Kota


Malang, tepatnya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan akbar organisasi
sosial kemasyarakatan Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini mencatat momentum
penting di tengah pergumulan kehidupan keormasan dan kepartaian yang banyak
dihadapkan perpecahan.

Adalah Prof Dr Ahmad Syafi'i Ma'arif MA, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat ini
mengingatkan agar Muhammadiyah tak sampai meniru pola berorganisasi partai politik
(parpol) dan ormas lain yang dirundung perpecahan internal setelah mereka menggelar
muktamar, munas, atau kongres. "Muktamar Muhammadiyah jangan sampai seperti itu,"
kata Buya, panggilan akrab Syafi'i Ma'arif, ketika membuka soft launching muktamar ke-45
organisasi ini di Kota Surabaya beberapa waktu lalu.

Kepemimpinan puncak Muhammadiyah lima tahun ke depan hendaknya tak menjadikan


organisasi sosial Islam yang memiliki anggota sekitar 30 juta ini, sebagai tangga politik
merebut jabatan politik di legislatif, pemerintahan, ataupun institusi publik lainnya. Ketua
Umum PP Muhammadiyah mendatang mesti istikamah memegang khitah organisasi yang
didirikan KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912 tersebut untuk berkhidmat di bidang
sosial keagamaan dan sosial kultural.

Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid dan pencerahan teologi Islam umat Muhammad
SAW di Indonesia dari pengaruh sinkretisme (pencampuradukan ajaran Islam dengan nilai-
nilai budaya lokal non-Islami) dalam ritual keagamaan umat. Gerakan Muhammadiyah di
Indonesia dilandasi semangat gerakan purifikasi Islam di Timur Tengah yang dipelopori
Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad Abduh, Djamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridha,
dan lain-lainnya.

Oleh sebab itu, hakikat gerakan Muhammadiyah sangat jauh dengan gerakan politik, apalagi
mencoba mengubah Muhammadiyah sebagai kekuatan politik seperti yang pernah
dilakukan NU sejak tahun 1952 (setelah keluar dari Masyumi) sampai tahun 1972 (ketika
dipaksa berfusi ke PPP akibat kebijakan fusi partai oleh rezim Orba Soeharto).

Peneguhan Muhammadiyah di jalur kultural sesuai dengan khitahnya sangat penting dalam
konteks sekarang, sebab sistem multipartai yang diterapkan dalam sistem perpolitikan
nasional pascatumbangnya rezim Orde Baru, belum menunjukkan perkembangan signifikan
dalam perspektif pendewasaan politik rakyat. Partai-partai lebih banyak dirundung konflik
internal dan pembelahan kekuatan internal setelah mereka menggelar munas, kongres,
muktamar, dan lain sebagainya.

Warna potret politik nasional yang cenderung muram tentunya tak menarik minat aktivis dan
tokoh gerakan Islam seperti Muhammadiyah dan NU. Seperti dikatakan kiai berpengaruh di
NU, KH Mustofa Bisri, praktik politik Indonesia masih brengsek, tak jarang antarpolitikus
mengerjai koleganya sendiri dengan cara-cara sangat menyakitkan dan tak mengindahkan
etika. "Karena itu saya ingatkan agar politikus bertobat," kata Gus Mus, ulama-budayawan
saat menyampaikan mauizah hasanah dalam kegiatan Munas Alim Ulama dan Mukernas
PKB ulama pimpinan Alwi Shihab-Saifullah Yusuf di Surabaya.

Pola perpolitikan Indonesia yang masih banyak diwarnai dengan praktik menghalalkan
segala cara makin menjauhkan minat Muhammadiyah bergerak di tataran ini. Gerakan
politik praktis dinilai bisa mendegradasi teologi dan landasan dasar gerakan Muhammadiyah
sebagai persyarikatan tadjid demi pencerahan kehidupan beragama (Islam) di Indonesia.

Sebenarnya Muhammadiyah pernah terlibat langsung dalam aktivitas politik praktis setelah
negara ini baru saja diproklamasikan 17 Agustus 1945. Bersama dengan NU, PSII, Perti,
Persis Bandung, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (Pusa), Al Irsyad, Al Washliyah, Nahdatul
Wathan, dan ormas Islam lainnya, Muhammadiyah adalah pendiri dan jadi "anggota
istimewa" Partai Masyumi. Partai Islam ini didirikan di Yogyakarta pada 7 November 1945
sebagai respons kekuatan Islam politik terhadap imbauan pemerintah melalui maklumat 3
November 1945. Imbauan yang ditandatangani Wapres M Hatta itu berisi ajakan pemerintah
kepada semua kekuatan bangsa untuk membentuk partai politik.

Enam Pergantian

Apalagi pada kepemimpinan DPP Masyumi pertama, dari 24 tokoh yang duduk di puncak
struktur kepemimpinan partai ini, sebanyak 11 tokoh di antaranya berasal dari
Muhammadiyah. Siapa saja mereka? Dr Sukiman Wirjosandjojo, Wali Alfatah, KH Faqih
Usman, Prawoto Mangkusasmito, RA Kasmat, HM Farid Ma'ruf, Junus Anies, Muhammad
Roem, M Mawardi, R Prawirojuwono, dan HA Hamid.

Sejak Masyumi berdiri tahun 1945 hingga dibubarkan Presiden Soekarno tahun 1960, akibat
kebijakan partai ini yang tak mau mengikuti gendang irama politik Soekarno yang
mengakomodasi kekuatan komunis (PKI), Masyumi mengalami enam kali pergantian
kepemimpinan nasional, yakni tahun 1949, 1951, 1952, 1954, 1956,

dan 1959. Dalam enam kali pergantian kepemimpinan Masyumi tersebut, tokoh-tokoh
Muhammadiyah menempati banyak posisi penting di partai yang merebut tempat kedua
Pemilu 1955 tersebut.

Kiprah politik Muhammadiyah di Masyumi berakhir sejalan dengan dibubarkannya partai ini
oleh Presiden Soekarno tahun 1960. Pada awal berdirinya rezim Orde Baru, ada spirit dari
beberapa tokoh Muhammadiyah untuk memimpin Parmusi. M Roem dan Lukman Harun
pernah terpilih sebagai ketua umum dan sekjen Parmusi ketika partai ini dilahirkan dalam
kongres di Malang. Tapi, rezim represif-militer Soeharto tak mengizinkan mantan petinggi
Masyumi dan tokoh muda Muhammadiyah itu memimpin Parmusi. Akhirnya, Parmusi jatuh
ke pelukan tokoh-tokoh yang bisa dikendalikan rezim Orba Soeharto.

Kendati PPP adalah sintesa antarpartai Islam yang melibatkan beberapa tokoh
Muhammadiyah aktif di dalamnya, tapi kenyataan menunjukkan bahwa Muhammadiyah
secara organisatoris tak pernah terikat atau mengikatkan diri ke dalam PPP. Itu berbeda
dengan Partai NU yang meleburkan diri ke PPP sebelum ormas Islam ini menyapih PPP
melalui Muktamar ke-27 di Pondok Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo tahun 1984.

Di tubuh PPP memang ada unsur Parmusi yang secara teologis dekat dengan
Muhammadiyah, dan banyak pula tokoh Muhammadiyah yang terlibat aktif di PPP seperti
Djarnawi Hadikusumo, namun kenyataan tersebut tak bisa disimpulkan bahwa
Muhammadiyah terlibat di PPP secara institusional. (Ainur Rohim-46h)

Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah

inggrisnya adalahsociety , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa ArabSyakara yang berarti

ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.
Masyarakat dapat diartikan bermacam-macam menurut pendapat tiap orang. Berikut ini akan dijelaskan

beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli :


 M e n u r u t P r o f . D r .
K o e n t j a r a n i n g r a t
m a s y a r a k a t a d a l a h
m a n u s i a y a n g s a l i n g
berinteraksi yang memiliki perasaan untuk kegiatan tersebut dan adanya suatu
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.
 M a c I v e r d a n P a g e
m e n g a t a k a n b a h w a :
“ M a s y a r a k a t i a l a h s u a t u
s i s t e m d a r i

kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari

pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan

masyarakat.”
 M e n u r u t R a l p h L i n t o n
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s e t i a p k e l o m p o k m a n u s i a
y a n g

telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas- batas yang dirumuskan dengan jelas.
 S e l o S o e m a r d j a n
m e n y a t a k a n b a h w a
m a s y a r a k a t a d a l a h o r a n g -
o r a n g y a n g
hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
 M e n u r u t K a r l M a r x
m a s y a r a k a t a d a l a h s u a t u
s t r u k t u r y a n g m e n d e r i t a
s u a t u
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
 M e n u r u t E m i l e D u r k h e i m
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s u a u k e n y a t a a n o b j e k t i f
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
 M e n u r u t P a u l B . H o r t o n
& C . H u n t m a s y a r a k a t
m e r u p a k a n k u m p u l a n
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
2
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
 F . Z n a n i e c k i
m e n y a t a k a n b a h w a
m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s u a t u s i s t e m y a n g
meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah
geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi.
 S m i t h , S t a n l e y d a n
S h o r e s m e n d e f i n i s i k a n
m a s y a r a k a t s e b a g a i s u a t u
kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berpikir tentatang diri mereka
sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
 D a r i b e r b a g a i p e n d a p a t
t e r s e b u t d i a t a s m a k a W
F C o n n e l l ( 1 9 7 2 , p . 6 8 -
6 9 )

menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka

sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap

untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah

geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun

temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai

sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam

keselurühan yang terorganisasi.


2. Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini :

1.Beranggotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru

yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota

masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan

satu sama lain sebagai anggota masyarakat.


3. Kriteria masyarakat yang baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
3

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
4. Pengertian Individu

Individu dalam Bahasa Latin berarti bagian terkecil yang tak dapat dibagi- bagi. Individu dalam

Bahasa Prancis artinya orang seorang, kata ini selalu mengacu pada manusia dan tidak pada yang bukan
manusia, dalam hal ini adalah satu orang manusia “Individere” berarti makhluk individual yang tidak dapat

dibagi-bagikan.

Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak

dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Misalnya keluarga sebagai kelompok sosial yang

terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi,

demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
5. Hubungan Individu dan Masyarakat

Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf

maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga

pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu

yang menentukan masyarakat, dan


(3)
individu
dan
masyarakat
saling
menentukan.

Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa

masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku

umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang

masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu

masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga

pandangan yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organisme dan

kolektivitis.

Pertama, pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Pandangan yang

bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte (1798 - 1853). Menurut Aguste Comte

masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam


4

bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan

otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang dengan

sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan proses alam yang tak terelakkan dan tak

terhentikan. Perkembangan ini dikuasai oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang di manapun
dan kapanpun dan pandangan Comte in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu

keseluruhan, individu merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan.

Kedua, Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme

suatu aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu

pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau makhluk hidup.

Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan anggota masyarakat.

Ketiga, hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan

kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh

masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif. Menurut Peter Jarvis (1986)

yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer dan Illich tokoh paham kolektif

yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan, kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok

elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan mengatasnamakan rakyat banyak.

Pandangan yang kedua adalah hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis.

Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan

kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang

menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentingan individu. Individu

mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum. Paham

individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti

hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan ini bersifat

lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat. Pandangan

individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan

bahwa konsep-konsep umum itu


5

tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada

karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu

tidak tergantung pada adanya masyarakat.

Paham yang ketiga yaitu paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari

segi interaksi. Dari uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang

masih berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham
individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham

individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu kedua-

duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Paham individu memandang manusia sebagai seorang individu

itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun pada dasarnya tidak ada,

yang ada hanya individu. Sebaliknya paham totalisme memandang segala di luar masyarakat itu tidak ada.

Jadi individu itu hanya ada jika masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat.

Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses dimana manusia sendiri

mengusahakan kehidupan bersama menurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas hasilnya.

Manusia tidak berada di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia

bermasyarakat. Masyarakat bukan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari

sejumlah pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang berkontak dan

berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku tertentu, yang entah dengan

suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang akan

menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola itu. Seandainya tidak, hidup sebagai manusia menjadi

mustahil. “Masyarakat sebagai proses” dapat dipandang dari dua segi yang dalam kenyataannya tidak

dipisahkan satu dengan yang lain karena merupakan satu kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang

dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan

tertentu yang kita sebut masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh strukturnya atas

anggotanya. Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa tanpa pengaruh ini manusia satu

persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana jika pengaruh masyarakat yang berupa

kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga, ekonomi, pertahanan, moralitas dan lain sebagainya.

Tanpa itu semua manusia satu


6

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan
dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan
budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi
mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang
dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
• Peru
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi individu itu sendiri. Jika
individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas dan
sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan ini akan banyak menimbullkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Pada umumnya secara pskologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri
individu, yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan
sosial/pskologis. Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang
individu yang sama persis didalam aspek pribadinya baik jasmani maupun rohani,
maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya.
Perbedaan tersebut secara garis besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
pembawaan dan lingkungan sosial sebagai komponen utama bagi terbentuknya
keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu
dalam hal kepentingannya, meskipun dengan lingkungan yang sama. Sebaliknya
lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu dalam
hal kepentingan meskipun pembawaannya sama
Perbedaan kpentingan itu antara lain berupa :
1. kepentingan indivdu untuk memperoleh kasih saying
2. kepentingan indivdu untuk memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk memperoleh pengharagaan yang sama
4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5. untuk dibutuhkan oleh orang lain
6. untuk memperoleh kedudukan didalm kelompoknya
7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Diambil dari:http://annisaiqlima93.blogspot.com/2010/11/bab-8-pertentangan-
pertentangan-sosial.html

Opini saya:bahwa setiap manusia atau individu itu sendiri mempunyai suatu kebutuhan-
kebutuhan yang ingin dimilinya dan apabila terpenuhi maka si individu akan terpuaskan dan
kebutuhan itu bisa bersufat penting dan bahkan tidak penting sama sekali

Diposkan oleh TAEKWONDO DIPO 1 di 17.17


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke
Google Buzz
0 komentar:
Poskan Ko

You might also like