Professional Documents
Culture Documents
Point
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di
dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar.
Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-
pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan.
Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh
karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point,
sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit
Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
c. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan
tidak menderita rugi.
3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan
tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan.
Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga
tidak ada laba tidak ada rugi.
6. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba
sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan
break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan
fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya
sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan
fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah
break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul
apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi
perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka
suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan
hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang
tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya
variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya,
sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian
disebut Break Even Point.
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan
perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan
jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan
mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga
memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi
tersebut adalah :
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan
dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun
ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika
perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang
diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan
rumus break even point untuk mengetahui :
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus dapat
dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus
memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan
grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya
informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai contoh, dengan
menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik
impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang
diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP :
Salah satunya dengan rumus Matematik
analisis titik BEP dalam unit
FC
BEP =
P−VC
keterangan :
BEP = Break Even Point
FC = Fixed Cost
VC = Variabel Cost
P = Price per unit
S = sales volume
3. total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1. Fixed Cost
Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-
Total biaya tetap Rp.150.000.000,-
2. Variable Cost
Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-
Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-
Total biaya variabel Rp.250.000.000,-
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-
tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk
mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point
mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat
volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak
dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari
analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan
penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri
terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati
suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini
tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung.
Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan
meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan
karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan
biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu
dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan
volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara
sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal
ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada
potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan . contoh
biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi
penjualan biaya variabel lainnya.
Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang
terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya
tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang
terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun.
Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang
cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat
dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya
jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup
semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
KESIMPULAN
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi
pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
1. perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
2. bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu
periode tertentu.
3. tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik
digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4. tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah
ditentukanmelebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal
lainnya dianggap sama.