Professional Documents
Culture Documents
Wujud sebuah buku adalah hasil kerja maksimal berbagai unsur sebagaimana
disebutkan di atas Mengingat banyak kepentingan di dalamnya, maka menulis buku
bukan sekedar menumpahkan ide-ide agar bisa dicetak dalam bentuk buku. Seorang
penulis buku harus mampu menyelami pertanyaan di atas. Jika tidak, semangatnya
tidak akan membuahkan hasil dalam arti buku itu diterbitkan. Untuk itu, mengacu
pada pertanyaan di atas, maka seorang penulis buku harus memenuhi persayaratatan
sebagai berikut:
Penulis besar seperti Qurais Syihab, Toto Tasmara, Kartini Kartono, Muh. Fauzil
Adhim, dll (dalam jenis non fiksi) atau Helfi Tiana Rosa, Izzatul Jannah, Asma Nadia,
Mira W, dll (dalam jenis fiksi), mereka semua adalah penulis-penulis buku best
seller yang sebelumnya adalah penulis artikel mumpuni yang artikelnya kerap
menghiasi berbagai media cetak.
Seorang penulis artikel, secara otomatis (biasanya) telah memahami kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Maka ketika menulis buku, hal itu tidak aneh lagi. Ia
akan mampu menyusun kata, kalimat dan paragraf yang enak dibaca dengan tanda
baca yang sesuai tempatnya. Tulisannya mudah dicerna, mengalir laksana air
pegunungan yang mengalir deras, sejuk dan menyegarkan. Pada gilirannya,
pembaca merasa senang membaca keseluruhan buku itu, banyak hikmah yang
dapat dipetik dan tidak merasa dirugikan sekalipun harga buku itu cukup mahal
untuk ukuran “saku”nya.
Seorang penulis artikel, biasanya juga seorang yang berwawasan luas (terutama
pada bidang yang dispesialkannya). Mereka sudah terbiasa membaca buku, surat
kabar, majalah, dll. Sebagai rujukan untuk memperkuat artikelnya. Maka ketika
menulis topik tertentu untuk bukunya, mereka tidak akan kesulitan.
Seorang penulis artikel, biasanya juga pekerja keras yang tak kenal lelah. Mereka
sudah terbiasa memeras otak dan duduk seharian di depan komputer/mesin tik.
Ibarat seorang pelari, ia sudah terbiasa dengan panas dan hujan, jalan berliku dan
lurus, atau jalan menanjak dan menurun. Mereka sudah mengenal medan.
1
James Rompas
Memahami anatomi buku sangat penting, seorang penulis dengan sendirinya tidak
mempersulit diri sendiri dan penerbit. Penulisan buku yang semau gue, tidak
lengkap sesuai anatomi yang umum, sekalipun diterima oleh penerbit, nantinya
akan dikembalikan untuk dilengkapi.
Secara garis besar anatomi buku terbagi dalam tiga besar; pendahulu, isi naskah,
dan penutup (end matter). Tiga besar tersebut rinciannya sebagai berikut:
2
James Rompas
Berbicara buku-buku rujukan, jenis buku non fiksi jelas memerlukan rujukan buku-
buku yang memiliki kemiripan bahasan, atau setidaknya ada keterkaitan dengan
naskah yang tengah ditulis. Dimaksudkan agar tulisan padat dan lengkap.
Kredibilitas buku itu sendiri nantinya diakui sebagai buku yang berkualitas karena
menyertakan pendapat dari penulis lainnya. Semakin banyak rujukan yang dipakai
biasanya semakin besar pula kepercayaan pembaca.
Walau demikian, orisinalitas dan gaya tulisan harus tetap terjaga. Seorang penulis
tidak boleh hanya mengandalkan rujukan atau meniru gaya penulisan orang lain
apalagi jika nyata-nyata menjiplak. Rujukan hanya sekedar perbandingan untuk
menambah perbendaharaan pendapat. Pada gilirannya, penulis harus memiliki sikap
tersendiri.
4. Memahami EYD
Sekalipun sudah terbiasa menulis artikel dan sudah memahami bahasa Indonesia
dengan baik, namun penulis buku harus memahaminya lebih dalam terutama
korelasi antar paragraf, efektivitas kata, dan kalimat. Kata dan kalimat yang tidak
efektif sehingga memberikan kesan bertele-tele, hendaknya dibuang. Begitu pula
tanda baca yang kurang pada tempatnya agar diperbaiki. Sehingga buku tersebut
mengalir, enak dibaca, tidak kaku dan menjemukan.
Selain itu, seorang penulis harus mampu memilih kata (diksi) yang tepat untuk
tulisannya terutama untuk judul, sub judul atau pasal. Pilihlah kata atau kalimat
untuk judul bab, sub bab dan pasal yang dapat merangsang pikiran atau menarik
perhatian pembaca.
5. Memiliki Kepekaan
Tidak semua penulis memiliki kepekaan pemikiran. Dalam menjabarkan suatu ide,
banyak penulis yang hanya mengekor tanpa memiliki orisinalitas ide. Seorang
penulis yang peka, dapat melihat dengan mata bathinnya sesuatu yang layak
dituangkan dalam buku. Terkadang topik yang dituangkan dalam buku itu sangat
sederhana, namun begitu mengena di hati pembaca. Tidak semua buku best seller
itu buku yang berat, justru buku-buku yang ringan, yang akrab dalam keseharian
pembaca, kerap menjadi buku yang laku keras.
Jadi jangan pernah asal-asalan dalam menulis. Efektivkan pikiran, tenaga dan waktu
Anda untuk pembahasan ide yang benar-benar tepat sasaran.
6. Bermental Pejuang
Penulis buku yang cengeng, sering keluh kesah, dan kurang bersemangat, sangat
sulit bisa menjadi penulis yang sukses. Baru sekali bukunya ditolak oleh penerbit,
lantas frustasi. Padahal seorang penulis ternama di Barat, pernah naskahnya ditolak
oleh 600 penerbit. Setelah diterbitkan oleh penerbit ke 600 itu, bukunya ternyata
best seller. Jika ia frustasi ketika ditolak oleh penerbit ke 500 umpamanya, kini ia
takkan menikmati hasil tulisannya. Anda pernah ditolak oleh berapa penerbit?
3
James Rompas
Beberapa naskah saya sendiri pernah ditolak oleh hampir seluruh penerbit di
Bandung, ketika naskah itu diterbitkan, ternyata best seller.
Seorang penulis harus penuh optimisme, selalu bersemangat dan siap menghadapi
halangan dan rintangan dalam menulis buku. Kedepankan profesionalisme dan
kemahiran menulis dari pada sesuatu yang sifatnya materi. Dahulukan kerja keras,
hasil belakangan. Berprestasi dulu, baru memetik hasil. Teruslah berlatih, jangan
mudah putus asa karena putus asa adalah racun bagi kesuksesan dan kesuksesan
akan datang hanya pada mereka yang berusaha mendapatkannya bukan pada
mereka yang hanya mengharapkannya.
Saya akan coba mengurai sejumlah penyebab kegagalan menjadi penulis. Dalam
bidang apa pun kegagalan adalah jenis makhluk yang bikin tidak enak bagi yang
menjalaninya. Kita perhatikan dan kenali 7 sebab kegagalan dalam proses olah tulis
menulis.
1. Belajar Teori Saja
Aa Gym sering mengingatkan, “satu langkah bukti nyata, lebih baik daripada seribu
teori”. Saya setuju dengan apa yang dikemukakan Aa Gym.
Prestasi apa yang dapat dihasilkan oleh generasi, yang cuma berhenti sampai tingkat
teori saja. Dalam olah tulis menulis, betapa banyak jebolan perguruan tinggi,
ditambah alumni kursus-kursus pelatihan menulis atau mengarang, tapi tidak pernah
mampu menyelesaikan barang sejudul pun.
Maka tidak heran jika Abu Al-Ghifari sewaktu aktif di Ash-Shidiq Intelectual Forum,
sebuah lembaga pelatihan
jurnalistik yang dipimpinnya, menerima banyak keluhan dari sarjana S1. Keluhan
mereka yaitu tidak bisa menulis.
Kata DR. Deddy Mulyana, di negeri semisal Amerika, adalah kenyataan aneh bila
seorang dosen tidak bisa menulis. Dan apalagi bergelar S2 atau S3. Dengan
semangat tinggi, Bambang Trim mengutip sebuah pernyataan dari pusat pendidikan
AS, bahwa “semua ilmuwan adalah sama, sampai satu di antara mereka menulis
buku.”
Saya sepakat dengan Abu Al-Ghifari, kesulitan menulis bagi kaum intelektual bukan
terletak pada teori tulis menulis. Tetapi karena malas mempraktekkannya.
Kesimpulannya, siapa pun yang hanya mempelajari teorinya saja, tidak akan pernah
bisa menulis.
2. Ide Sebatas Ide
Boleh jadi ide sudah berjumpalitan di otak kepala. Mungkin baru saat ide ditemukan
rasanya tiada duanya. Perkiraan ide belum ditulis oleh penulis lainnya. Terbayanglah
di benak kita ide ini paling mutakhir bernilai jual tinggi.
Tetapi sayang, ide hanyalah bunga-bunga khayalan. Akhirnya, bunga-bunga ide lesu
dimakan waktu. Dan terkejutlah saat membaca tulisan yang ide utamanya sama.
4
James Rompas
Begitu pula dengan tulis menulis. Nulis apa saja kalau kita menguasai materinya
pasti lancar meski tidak bebas hambatan. Sebaliknya, nulis apa pun sekiranya
materi tidak dikuasai, niscaya menemui kemandegan atau kebuntuan.
Jangan cuma karena ingin gagah-gagahan, kita menulis bahasan yang sebenarnya
kita tidak memahami. Contoh: kita hendak menulis tentang Pemilu (Pemilihan
Umum). Sementara pengetahuan mengenai Pemilu tidak memadai bahkan masih
terbilang buta. Maksudnya, jangan memaksakan diri.
Setiap penulis memiliki spesialisasi ilmu yang khas. Jangan terjebak pada arus
gemuruh emosi sesaat. Ukurlah kemampuan diri.
4. Cepat Puas
Tidak sedikit penulis pemula yang tulisannya berhasil dimuat media massa. Tidak
cuma lokal, bahkan ada yang menembus media berskala nasional.
Namun sangat disayangkan, mereka cepat sekali merasa puas dengan capaian
seperti itu. Mereka terlena dengan satu, dua tulisan yang dimuat dibangga-
banggakan di setiap waktu dan diedarkan ke setiap forum pertemuan. Tentu saja
bangga itu boleh, tetapi bila dalam waktu yang cukup lama kemudian tidak lagi
menulis, nanti akan lupa bagaimana caranya menulis. Akibatnya sulit lagi untuk
menulis.
Cepat puas dalam konteks ini dapat menimbulkan kemacetan total. Sayang, padahal
sudah terbukti mampu menulis.
5. Ingin Cepat Populer
Para penulis pemula utamanya punya kebiasaan buruk, yakni ingin cepat popular.
Terkadang lupa bahwa ketenaran, kepopularan, keterkenalan memerlukan proses
waktu yang panjang dan perjuangan sangat keras. Tidak cukup dalam waktu singkat
sebab profesi menulis bukan pekerjaan instan.
Tidak adil jika kita menuntut diri dengan harapan sosial yang tak proporsional.
Robert B. Downs penulis “Buku-buku yang Merubah Dunia” (PT. Pembangunan
Djakarta, 1959) mengungkap, banyak para penulis yang menggerakkan sejarah
menulis di usia paruh baya atau tua: 44-54 tahun. Dua di antaranya, Thomas Paine
dan Adolf Hitler (lepas dari kejahatannya). Paine dinilai sebagai pelopor
kemerdekaan Amerika dengan karyanya “Pikiran Sehat (Common Sense).”
Sedangkan Hitler penulis “Perjuanganku (Mein Kampf)” begitu kuat mempengaruhi
gerakan komunis.
Hikmah yang kita petik adalah meraih popularitas perlu waktu panjang. Penulis yang
tidak tahan proses, jelas akan gagal.
6. Macet Terjebak Honor
Bagi penulis senior, apa lagi yang idealis, kegiatan menulis tidak lagi (terutama)
untuk mencari honor. Buat mereka yang terpenting ide sudah tersebar. Memasarkan
5
James Rompas
ide ke lebih banyak orang dan kalangan. Berbeda dengan penulis pemula, yang
dicari adalah honor berupa uang. Kelompok kedua jelas lebih banyak jumlahnya,
ketimbang kelompok pertama.
Di bulan Oktober 1996, dua tulisan saya dimuat sebuah harian lokal. Senang bukan
bikinan. Selang seminggu, setelah pemuatan tulisan kedua, saya menghubungi
bagian yang bertugas mengurusi honor. Waktu itu saya kecewa berat, karena
katanya tidak ada honor untuk penulis luar. Sifatnya hanya menyumbang naskah.
Petugas itu mohon maaf ditambah basa-basi sedikit. Saya pun segera tahu, dan
sangat memaklumi koran lokal yang memuat tulisanku, sedang berjuang keras
memperpanjang umurnya. Cerita yang sama dialami Toha Nasrudin, nama lahir Abu
Al-Ghifari sewaktu saya berkunjung ke Mujahid Press. Ia menyatakan, “tulisan saya
sudah 20 judul tidak dihonor oleh media yang sama, tapi bukan uang sebagai
tujuan.”
Begitu sering pengamat politik muda usia Eep Saefullah Fatah menulis kolom saat
menyetir. Caranya, Eep ngomong soal politik, sedang istrinya mencatat yang
dibicarakannya. Ada bekas menteri yang mengetik di atas kendaraan. Hernowo
mengaku bukan keturunan penulis. Ketiga orang ini jelas memiliki kelemahan dalam
mengolah tulisannya, namun mereka tetap produktif.
6
James Rompas
Diakui, ide atau inspirasi ini adalah modal awal seorang penulis dalam membuat
artikel. Ide dianggap langkah penting pertama sebelum menuju langkah berikutnya.
Ide yang baik ditunjang dengan pemahaman masalah dan penjabarannya yang baik
akan menghasilkan artikel yang berkualitas. Intinya, sebuah artikel akan sulit dan
tidak mungkin terwujud jika sebelumnya tidak ada ide.
Inspirasi berarti sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dalam pikiran kita. Munculnya
inpsirasi ini kadang erat kaitannya dengan pengalaman panca indera dalam
menangkap respon tertentu yang dialami saat itu. Inspirasi ini nantinya mengarahkan
penulis untuk menulis jenis karangan, baik artikel, cerpen atau puisi. Pemilihan jenis
karangan ketika muncul inspirasi tergantung minat penulis saat itu.
catatan kecil khusus untuk menuliskan inspirasi ini. Semakin banyak inspirasi yang
ditulis dalam catatan kita, maka akan semakin banyak pilihan dalam penulisan
artikel nantinya.
Thomas Alfa Edison mengatakan, "Genius itu; 1% inspirasi, dan 99% cucuran
keringat," dari sini semakin jelas, bahwa kecerdasan atau kesanggupan berpikir itu,
inspirasinya hanya 1% saja, sedangkan cucuran keringat atau kerja/usaha 99%.
Dalam mengarang pun diperlukan kerja keras, memeras otak, atau apa yang
dikatakan Edison "cucuran keringat". Namun sekalipun inspirasi itu hanya 1% tapi
cukup vital.
Inspirasi yang 1% itulah yang dikembangkan dengan kemampuan yang ada untuk
bisa berkembang sampai 100%. Dalam usaha pengembangannya, seorang
pengarang memerlukan modal atau pengetahuan "kemahiran berbahasa" Indonesia
yang baik dan benar. Dalam kemahiran berbahasa inilah terletaknya "seni
mengarang" yang ditunjang oleh disiplin yang ketat dalam berlatih.
By Abu Al-Ghifari
7
James Rompas
Tema dalam karang-mengarang adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang
akan disusun. Adapun dalam tulis-menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan
disusun menjadi tulisan. Tema bisa berarti juga gagasan utama. Dalam berbagai
kamus kontemporer, tema diartikan sebagai dasar isi cerita, amanat cerita,
persoalan, atau buah pikiran yang diuraikan dalam karangan.
Tema tulisan sangat menentukan arah tulisan atau tujuan dari tulisan tersebut.
Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarnya yang akan dibahas
atau diuraikan oleh penulis. Pentingnya posisi tema, sehingga ada sebagian penulis
yang mengatakan bahwa menemukan tema sama halya telah merampungkan tulisan.
Dalam sayembara penulisan, ketaatan pada tema dipakai sebagai patokan penilaian
secara obyektif. be
tapapun bagusnya tulisan kalau tidak taat pada tema akan disisihkan. Sehingga jika
ada dua tulisan yang sama bagus, maka yang keluar sebagai pemenangnya adalah
tulisan yang paling taat pada tema.
Apa dan bagaimana tema atau dasar pikiran yang akan disusun menjadi tulisan itu?
Menentukan tema tulisan beda dengan menentukan judul. Mentukan tema harus
jelas, singkat dan padat. Menentukan tema tidak cukup hanya dengan mencari
jawaban atas pertanyaan "apa" (yang dimaksud dengan) tema itu, tapi perlu juga
mencari jawaban atas pertanyaan "bagaimana" (pokok bahasan yang sudah
ditemukan itu terjadi atau dilakukan).
Misalnya ada tema tulisan: Pengolahan sale kesemek. Apa sale kesemek itu? Apa
pula kesemek itu? Bagaimana wujudnya, di mana diperoleh, di mana ditanam,
kapan musim buah kesemek. Begitu seterusnya. Penelaahan itu bisa menjalar ke
mana-mana. Tapi biasanya diuji dengan dua pertanyaan "apa" dan "bagaimana",
tema yang hendak ditelaah sudah mulai jelas. Lebih jelas lagi jika tema itu mudah
memberikan jawaban atas pertanyaan "Apa sebab?" (sampai terjadi demikian atau
harus dilakukan demikian?).
Kadang-kadang tema sudah jelas tapi rumusannya yang tidak tepat sehingga
menimbulkan salah tafsir. Kalau seseorang menulis tentang sukses Bimas
(bimbingan massal), ayam misalnya, padahal yang harus disusun adalah tulisan
tentang "Bagaimana cara meningkatkan hasil telur ayam melalui Bimas", maka
penulis itu salah tafsir. Apalagi jika dalam tulisannya tidak diceritakan langkah apa
8
James Rompas
saja yang harus ditempuh pada usaha peningkatan produksi telur ayam secara
intensif dan massal, melalui Bimas.
Ketidaksesuaian antara tema dan hasil garapan juga dapat terjadi kalau penulis
yang bersangkutan tidak taat tema, karena ia merasa karya tulis yang "mencari
jalannya sendiri" itu justru lebih alamiah bagusnya, daripada karya tulis yang
dipaksa patuh pada tema. itu memang bisa dan biasa terjadi. Tapi lebih bagus lagi
jika yang bagus itu terjadi pada tulisan yang temanya dikehendaki semula.
Menyimpang sedikit tidak apa, tapi kalau menyimpang terlalu banyak, tulisan tidak
mencapai sasaran.
Dalam menelaah tema, penulis yang bersangkutan juga harus senantiasa ingat
bahwa tema yang terlalu luas jangkauan selalu sulit digarap. Kalau dipaksa digarap
juga, hasilnya terlalu lebar sampai tidak mungkin mendalam. Padahal sebuah tulisan
nonfiksi untuk majalah dan surat kabar tidak boleh menjalar ke sana ke mari. Untuk
itu tema perlu dirumuskan kembali agar cakupannya lebih sempit, tapi konkret.
Tidak luas sampai abstrak.
By Abu Al-Ghifari
Judul dalam sebuah artikel ibarat kepala yang menopang alur kehidupan. Tanpa
judul, sebuah artikel ibarat seseorang tanpa kepala. Namun untuk membuat judul
yang baik dan menarik bukanlah hal yang mudah, diperlukan latihan dan menimba
pengalaman lebih dalam.
Judul harus singkat, padat, menarik dan menggambarkan isi bahasan. Untuk
membuat judul yang baik, terlebih dahulu Anda harus memahami tema yang akan
dibahas.
Tahap selanjutnya si penulis mesti bisa memilih kalimat atau kata yang tepat dan
menarik. Nah, memilih kata atau kalimat yang menarik ini biasanya menjadi
problema tersendiri. Tidak semua penulis langsung bisa memilih kata yang tepat.
Untuk itu, dalam pembuatan judul penulis terbagi dua; ada yang membuat judul
sebelum artikel dibuat dan ada juga yang membuat judul setelah artikel itu
rampung. Dalam hal ini tidak ada aturan baku. Boleh membuat judul sebelum atau
sesudah artikel dibuat. Namun sebaiknya agar berusaha membuat judul sebelum
9
James Rompas
Sekalipun pandai memilih kata atau kalimat, namun biasanya seorang penulis tidak
langsung bisa menentukan satu judul. Biasanya ada bebarapa judul sebagai
alternatif. Untuk itu jika ada bebarapa judul untuk suatu artikel, maka tuliskan saja
dulu, kemudian pilih mana yang terbaik dan lebih menarik.
Judul harus pendek maksudnya ringkas dan tidak bertele-tele. Sekalipun demikian
yang terpenting judul bisa menggambarkan isi bahasan. Artinya dalam keadaan
terpaksa boleh saja seorang penulis membuat judul agak panjang. Namun
sebaiknya usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Makna bahwa judul harus menarik bukan berarti "ekstrim" melainkan mampu
menarik pembaca bahwa isi artikel itu bagus. Terutama untuk artikel ilmiah,
seorang penulis harus jujur dalam membuat judul. Jangan memperkosa isi bahasan
hanya karena ingin tulisannya dibaca. Maksud ekstrim adalah keluar dari maksud
sesungguhnya. Contoh: Hotel Internasional di Teluk Banten. Judul ini tidak
mengisahkan sebuah hotel melainkan sebuah gua yang ada di teluk Banten tempat
singgah burung dari negara lain.
Selain itu, judul tidak boleh berisi fitnahan, hasutan, dan terkesan emosional. Jika
Anda masih juga kesulitan membuat judul, sebaiknya sering mengamati judul yang
diterbitkan media massa atau konsultasi langsung dengan para penulis profesional.
By Abu Al-Ghifari
Sulit memulai adalah masalah yang paling banyak dikeluhkan para penulis. Hal ini
tidak terbatas pada penulis pemula, tapi penulis profesional pun mengeluhkan
masalah ini. Bahkan jika dikalkulasikan dari semua masalah jusnalistik, masalah ini
memiliki prosentase tertinggi sebagai masalah yang paling populer.
Tak kurang Satryagraha Hoerip, cerpenis ternama, sebagaimana dikutip Faruk dalam
epilog kumpulan cerpen KOMPAS (1996) mengakui, "Anehnya, sekarang ini saya
bahkan ingat bahwa yang senantiasa sulit bagi saya ialah justru bagaimana memulai.
Kata-kata atau kalimat pembuka itulah agaknya yang selalu membuat saya gelisah,
mencoba dan mencoba. Bagaimanakah setidaknya menurut saya sendiri,
mendapatkan pembukaan yang enak, baik pembukaan yang mencekam atau sekedar
mengasyikkan pembaca.
Dalam artikel nonfiksi, kalimat pembuka ini disebut lead. Baik pembuka karangan
dalam artikel fiksi atau lead dalam artikel nonfiksi, keduanya mendapatkan kesulitan
yang sama. Kadang seorang penulis profesional menyarankan agar tulis saja apa
yang ada dalam pikiran saat itu, nanti juga akan menemukan korelasi dengan
bahasan yang sedang dibahas asal jangan terlalu jauh melenceng dari judul atau
topik yang dibahas. Setelah itu, nanti bisa dilihat mana kalimat yang tidak layak dan
harus dipangkas serta mana yang harus dipertahankan.
10
James Rompas
Khusus untuk artikel nonfiksi, Slamet Raharjo (1997) memberikan alternatif terbaik
untuk mempermudah kalimat pembuka ini, yaitu :
a. Ringkasan
Pendahuluan berbentuk ringkasan nyata-nyata mengemukakan topik dan pokok isi
tulisan secara garis besar. Tujuannya memberi gambaran kepada calon pembaca
yang akan disajikan dalam tulisan itu nanti. Kalau ringkasan ini ditulis begitu saja,
biasanya terasa kering dan tidak menarik. Tetapi kalau memulainya dengan sudut
pendang paling menarik, maka ringkasan sebagai lead biasanya akan diperhatikan,
lalu dibaca. Ada lima cara untuk memulai ringkasan, tergantung pada kapan-nya,
dimana-nya, mengapa-nya, ataukah bagaimana-nya?
Kalau yang menarik itu apa-nya, maka yang ini yang dijadikan lead. (What lead).
Misalnya :
Membuat lengkeng berbuah di dataran rendah tidak mudah. Apalagi Lubang Buaya,
Jakarta yang panas hawanya. Namun dengan menggelangi batang, Soenandar
berhasil membuahkan lengkengnya untuk pertama kali dalam sejarah
perkembangan. Kalau yang menarik itu dimana-nya, maka leadnya diubah sebagai
berikut : Di Lubang Buaya, Jakarta yang panas hawanya, pohon lengkeng yang
biasanya hanya mau berbuah di daerah sejuk itu ternyata bisa disuruh berbuah.
Bagaimana caranya?
c. Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan fakta, kejadian atau hal, dengan kata-kata yang
jernih, sering kali menggugah minat baca karena mengajak pembaca
membayangkan bersama penulis, apa-apa yang diceritakan itu. Kadang-kadang
cara melukiskan kejadian itu begitu bagus, sampai lead ini disebut lead sastra.
Misalnya:
Dari jauh saja sudah mempesona, pohon dadap Erythrina variegata itu, dengan
batangnya abu-abu dan bunga merah merona tersebar rata dipuncaknya. Seperti
Buket raksasa saja pesta agung di istana Rahwana Raja. Dan latar belakangnya biru
lazuardi ... Ah! Baiknya Anda melihat sendiri, pohon dadap itu kalau sedang
berbunga.
d. Anekdot/Dongeng/Sejarah
Pendahuluan bersisi anekdot, sering menawan juga karena membuat tulisan nonfiksi
seolah-olah menjadi fiksi. Anekdot (kisah pendek tentang kejadian penting yang
menarik karena aneh atau lucunya) biasanya memang benar-benar terjadi,
sekalipun sering dibumbui tambahan fiktif. Meskipun kebanyakan subyektif, namun
ia menggambarkan beberapa pokok obyektif tertentu yang dapat dipakai penulis
sebagai titik awal pembicaraan yang berhubungan dengan pokok bahasan. Misalnya:
Ketika pangeran Djajadiningrat dari Banten masih berumur balita dan akan diberi
nama dulu, nama-nama pemberian neneknya dan para sesepuh yang lain ditulis
pada secarik kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam batok kelapa jenggi.
11
James Rompas
Ibunya kemudian mengambil salah satu kertas yang tergulung dalam batok itu.
Setelah kertas pilihannya dibuka, ternyata bertuliskan nama Achmad. "Karena itu,
Achmad-lah, nama saya." Demikian Pangeran Arya Achmad Djajadiningrat,
menuturkan asal usul namanya.
e. Pertanyaan
Pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang keingintahuan merupakan
lead yang bagus, untuk memulai tulisan. Ia menggugah pembaca dan menolongnya
agar mulai berpikir aktif. Misalnya: Anda pernah mendengar istilah Dutch Wife?
Belum, tentunya. Itu bukan istri Belanda. Awalan dutch (yang selain Belanda juga
berarti fancy), menuju ke arah pengertian "semu". Namun Dutch wife tidak bisa
buru-buru ditafsirkan sebagai istri semu (atau gadungan). Ia hanya berarti guling.
g. Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat (atau pesan) langsung kepada pembaca, sudah
tentu lebih akrab rasanya, karena pembaca perorangan. Penulis lebih banyak
memakai kata "kita" dan "Anda" dalam tulisannya. Misalnya: Anda sudah pernah
menikmati kelezatan mangga manalagi? Inilah cara-cara bertanam agar
menghasilkan buah yang lezat.
By Abu Al-Ghifari
Sulit menjabarkan yang dimaksud di sini adalah bukan sebatas kesulitan membuat
kalimat pembuka tapi kesulitan menyelesaikan artikel itu hingga tuntas. Kadang ide
sudah ada, penulis masih bingung, apa yang mesti dilakukan dengan ide itu karena
begitu 'gelap' untuk menjabarkannya.
b. Kurang referensi
Untuk lebih jelas mengenai empat masalah tersebut, berikut kami bahas satu
persatu:
12
James Rompas
Untuk itu kami sarankan agar membahas suatu ide yang memang layak Anda bahas
atau sesuai dengan latar belakang pendidikan Anda. Membahas suatu ide yang
materinya sesuai dengan latar belakang sendiri akan sangat mengasyikkan, selain
itu nantinya kredebilitas penulis akan sangat diakui media. (Lihat bab I tentang
Fokus pada Spesialisasi Ilmu yang Dimiliki)
b. Kurang referensi
Referensi, baik buku-buku atau media lainnya sangat menunjang dalam
pembahasan suatu artikel. Sekalipun artikel yang dibuat sesuai latar belakang
pendidikan Anda, namun tidak ada salahnya sebelum Anda membuat artikel,
persiapkan dulu referensi atau rujukan yang mendukung pada artikel yang akan
dibuat.
Kerangka karangan untuk artikel cukup secara garis besar saja yaitu rangkaian
masalah yang akan dijabarkan dalam artikel, tidak mesti terlalu mendetail, cukup
pokok pikirannya saja.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat seseorang dari seorang pengarang
atau seseorang yang sangat terkenal, baik terdapat dalam buku, surat kabar,
majalah, atau media elektronika. Fungsinya sebagai bukti atau memperkuat pendapat
penulis. Bedanya dengan jiplakan, kalau jiplakan, mengambil pendapat orang lain
tanpa menyebut sumbernya sehingga dianggapnya pendapat diri sendiri. Penjiplak
sering disebut juga plagiator.
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak
13
James Rompas
langsung. Kutipan langsung adalah kutipan yang mengutip pendapat orang lain
secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.
Sebaliknya, kutipan tidak langsung adalah mengutip pendapat orang lain berupa
intinya yang terkadang teks kalimatnya diganti dengan kalimat gaya penulis
bersangkutan tanpa merubah maksud kalimat tersebut. Kutipan langsung diapit
dengan tanda petik sedangkan kutipan tidak langsung tidak dan biasannya diawali
dengan kata "bahwa".
Sumber kutipan, khusus artikel, dicantumkan dalam isi bahasan atau langsung
dalam tulisan bukan dalam catatan kaki seperti pada makalah, skripsi, tesis, dan
desertasi.
Berikut ini beberapa cara teknik pencantuman sumber kutipan. Penulis bisa memilih
beberapa cara di antaranya sesuai kebutuhan. Teknik tersebut adalah:
14
James Rompas
d. Bila sumber itu tidak diketahui nama pengarangnya, ditulis nama sumbernya
(penanggung jawab) kemudian ditulis data lainnya.
e. Bila sumber itu surat kabar atau majalah, maka ditulis judul artikel, nama surat
kabar/majalah, tanggal/bulan/tahun penerbitan.
By Abu Al-Ghifari
Seperti yang dikatakan Eka Budianta, dalam bukunya Menggebrak Dunia Mengarang
seperti yang pernah dikutip dimuka, bahwa meskipun setiap hari melihat langit,
belum tentu kita dapat melukiskan sebagus-bagusnya dalam kata.
Ada tamsil menarik soal ketrampilan menulis. Konon, belajar menulis itu seperti
belajar naik sepeda. Ketika awal-awal belajar naik sepeda, terasa sulit bukan main.
Jatuh-bangun berkali-kali. Tetapi setelah bisa, naik sepeda terasa mudah.
Terkadang sulit membayangkan, duduk di atas sedel sepeda bisa dilakukan dengan
tenang tanpa terjatuh, dan bahkan dapat mengayuh dengan santai atau cepat.
Begitu pula belajar menulis. Ketika awal-awal menulis, terasa susah bukan main.
Lalu, apa saja kiat-kiat agar bisa terampil menulis ? Berikut ini ada 7 kiat yang bisa
dipraktekkan.
Pertama, hobi membaca buku. Pater Bolsius SJ, seperti dikutip Wishnubroto
Widarso dalam bukunya Pengalaman Menulis Buku Non-Fiksi pernah berucap, “If
you don’t read, you don’t write”. Jikalau engkau tak (punya kebiasaan) membaca,
engkau tak bisa menulis.
Jose Daniel Parera dalam Konggres Bahasa ke-5 di Jakarta mengatakan, banyak-
banyaklah Anda membaca, biarkan ia mengendap dalam benak Anda, suatu saat
pemahaman Anda semakin luas, dan akan tiba saatnya Anda harus menulis.
15
James Rompas
Hernowo, dalam bukunya Mengikat Makna menyatakan, ibarat Anda buang hajat
besar lantaran kekenyangan, seseorang akan gampang mengungkapkan apa saja
yang diingininya lewat tulisan. Jadi, membacalah sebanyak-banyaknya, suatu ketika
hasrat menulis akan timbul pada diri Anda secara alami. Dan pengetahuan yang luas
yang Anda dapatkan dari membaca akan memudahkan Anda untuk menuangkannya
ke dalam tulisan.
Kedua, membaca alam. Membaca tak semata-mata membaca buku, tapi juga
membaca alam. Fenomena alam akan menjadi inspirasi sebagai bahan tulisan.
Termasuk, membaca alam adalah membaca peristiwa kehidupan. Di panggung
kehidupan ini ada banyak peristiwa yang bisa digali untuk bahan penulisan.
Ketiga, mempunyai buku harian. Ibarat pelari, perlu jogging harian. Penulis juga
begitu, memerlukan media untuk menuliskan ide-ide yang bekerjapan dan lalu
lalang setiap harinya. Maka, buku harian merupakan media yang tepat untuk itu.
Milikilah buku harian, tulislah apa saja sepanjang hari. Hal itu akan berguna untuk
mengasah ketrampilan menulis dan melatih kepekaan kepada kata-kata. Selain itu,
menulis setiap hari di buku harian juga berguna untuk membangun kepribadian.
Seorang psikolog dan ahli terapi menulis, James Pennebaker, menganjurkan, “Write
your wroung !”.
Kelima, mencintai bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi. Dari bahasa, indikasi
dari tingkat intelektualitas seseorang akan tampak. Apakah dia seorang yang
memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi atau tidak. Kekayaan kosakata-lah yang
membedakaannya. Karenanya, cintailah bahasa. Buka-bukalah kamus Bahasa
Indonesia. Ternyata ada banyak kata yang bagus yang dapat kita gunakan dalam
tulisan kita, tapi selama ini kita belum mengetahuinya karena itu kita tidak
menggunakannya.
Ke-enam, hobi meneliti. Minat meneliti merupakan sarana yang akan semakin
meningkatkan kedalaman dan luasnya jangkauan tulisan kita. Ia akan menjadi
inspirasi yang hebat untuk bahan tulisan kita. Menurut Eka Budianta, sebelum
menulis Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, YB Mangunwijaya mendalami masyarakat Maluku
dan pola hidup Maritim di sana. Begitu juga novel Para Priyayi Umar Kayam, yang
ditulis dengan mengadakan berbagai penelitian dan dukungan perguruan tinggi di
Amerika Serikat.
Ketujuh, suka diskusi. Diskusi merupakan ajang tukar pendapat. Dalam diskusi
akan banyak pendapat dari luar diri kita yang dapat menimbulkan letikan ide atau
inspirasi untuk bahan tulisan kita.
Itulah tujuh kiat yang bisa dipraktekkan. Prof. Dr. Floyd G. Arpan mengatakan,
“Kecakapan menulis tak akan begitu saja jatuh dari langit. Tapi kecakapan itu baru
bisa dicapai dengan jalan berlatih”.
16
James Rompas
Mengejutkan bisa berakibat senang atau sedih. Yang penting mengejutkan, kita
perhatikan contoh-contoh berikut:
Kita simak kata mutiara dari Geothe yang dicuplik Hernowo dalam “Kata Pengantar”
panduan penyusunan naskah (Mizan, 2000). “Apapun yang akan Anda lakukan atau
impikan dapat Anda mulai sejak sekarang. Di dalam keberanian mulai terpendam
17
James Rompas
Sapalah pembaca dengan guyonan segar, tapi mendidik. Dahulu sebelum majalah
tempo dibreidel (kemudian terbit kembali) seorang penulis bernama Bondan
Winarno seperti diakui Yosal Irantara (Dekan Fikom Uninus), amat rajin
menggunakan kata pembuka dengan anekdot. Misal: Pisang apa yang kulitnya enak
dimakan? Kemudian Bondan menjawab pisang goreng. Nabi Muhammad Saw.
pernah juga menginformasikan suatu kebenaran dengan gaya guyon. (Baca kisah
nenek yang tidak masuk surga).
5. Latar Sejarah
Menyapa pembaca bisa juga dengan penyebaran latar sejarah. Menuturkan
kronologis tertentu yang berhubungan dengan masalah yang sedang ditulis. Boleh
kisah sendiri, para nabi, tokoh atau siapa saja. Misal: kita akan menulis perihal
“pentingnya tafakur”.
Sebelum Muhammad bin Abdul Muthalib diangkat menjadi Rasul, beliau punya
kebiasaan menyendiri di Gua Hira. Di tempat ini Nabi Saw. melakukan perenungan
berbagai hal.
6. Kutipan Dialog
Dialog bisa kita ambil dari kejadian sehar-hari, antara guru dan muridnya, dua
tokoh yang berdebat, percakapan keluarga dan seterusnya.
Perhatikan dialog Imam Ghozali (IG) dengan para santrinya (PS).
IG: “Apakah yang paling dekat dengan kita?”
PS: “Keluarga”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih dekat dengan kita, yaitu kematian.”
IG: “Apa yang lebih jauh dari kita?”
PS: “Negeri Cina”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih jauh dari kita, yaitu masa lalu.”
IG: “Apa yang lebih ringan?”
PS: “Angin”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih ringan, yaitu menunda shalat.”
7. Pertanyaan
Pertanyaan mempunyai kandungan maksud untuk mengajak pembaca segera
berpikir. Keterlibatan pembaca terasa secara langsung. Cara ini cukup efektif. Misal:
Apakah mahasiswa Indonesia senasib dengan mahasiswa Thailand, yang awalnya
dipuja-puja oleh rakyat Thailand? Tetapi kemudian hari para mahasiswa itu
dimusuhi oleh rakyat karena dianggapnya tidak mampu merubah keadaan.
by Lilis Nihwan
18
James Rompas
Roesli Lahani Yunus dengan gaya kocak mengibaratkan judul sebagai wajah
perempuan dalam tatapan laki-laki. Kita kutip suatu alenia penuh.
“Umumnya kaum pria selalu memulai daya pandanganya yang ditujukan pada kaum
wanita, tertukik pada bagian kepala, yaitu muka wanita itu. Kemudian matanya,
bibirnya, hidungnya, dagunya, rambutnya, dadanya, dan terus sampai ke ujung kaki.
Akan lebih senang lagi pria melihatnya bila wanita itu tersenyum manis, pertanda
hatinya baik dan berbudi. Selesai memperhatikan bagian atas, pandangan akan
meluncur ke bawah” (Kiat Jadi Penulis dan Wartawan, BPJ, 1998).
Saya tahu maksud permisalan pak Roesli, dengan mendialogkan kaum Hawa dan
Adam supaya lebih gampang memahami uraian.
Judul identik dengan kandungan isi tulisan. Judul sering diartikan sebagai pintu
masuk.
Dari tiga penyataan tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa, peranan judul
amat penting. Untuk merumuskan dan membuat judul memerlukan beberapa
langkah.
1. Tulisan yang Dianggap Paling Menarik
Tahapan awal menulis judul yaitu tulis yang paling menarik, yang dianggap dapat
menyedot perhatian banyak pembaca. Jangan ragu-ragu tulis saja. Manjakan
bayangan-bayangan tulisan yang sedang dan akan kita garap dengan menulis judul
sesuai selera waktu menulis. Sekali lagi jangan ragu. Tulis saja.
2. Judul Awal Bukan Hal yang Final
Seiring proses penulisan dari satu alinea ke alinea lainnya, terkadang terjadi
pergeseran makna. Substansi tulisan tidak hanya satu jalur. Bisa merembet pada
masalah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan banyak kasus seperti ini.
Jika saat menulis judul pertama kali, kata-kata apa saja harus ditulis bagus, maka
pada tingkat kedua harus dilakukan perubahan judul sesuai perjalanan tulisan kata
lainnya. Judul awal bukanlah hal yang final kalau terjadi perubahan isi. Sekarang
kita baca langkah ketiga.
3. Jika Timbul Judul-judul Lain
Satu judul yang sedang kita rampungkan, tidak jarang beranak dan menjurus pada
dualisme judul atau lebih. Apa yang harus kita lakukan? Jangan terlalu panik.
Kepanikan menyebabkan frustasi. Akhirnya tidak percaya diri bahwa kita mampu
menulis.
Kalau menemukan kenyataan ada judul baru timbul, pilih yang paling mudah,
kondisikan dengan referen yang tersedia, dengan kemampuan kita.
19
James Rompas
Beberapa waktu lalu sebuah judul film yang dibintangi Dian Sastro Wardoyo begitu
mengemuka, “Ada Apa Dengan Cinta”. Sebelumnya lagi nyanyian Joshua “Diobok-
obok”.
Dengan memberikan judul “Tanpa Retorika Kita tak Berdaya”, Pak Haris
memaparkan, ada dua keuntungan (tujuan) yang ingin dicapai dari penulisan judul
itu. Pertama, secara umum mempengaruhi massa. Kedua, lebih khusus lagi yaitu,
meyakini berbagai manfaat retorika sekaligus menggiring pembaca untuk mengikuti
kursus pelatihan komunikasi di lembaga tempat ia beraktivitas.
Panganut (peminat) judul pendek biasanya menulis judul tidak lebih dari enam kata.
Misal, “Agar Komunis Tidak Bangkit Lagi”.
Sebenarnya penulisan judul dapat pula dilakukan dengan memanjangkan kata kata
tambahan. Lazimnya kata-kata tambahan diberi tanda kurung.
Berikut ini pemanjangan dari judul pendek di atas. “Agar Komunis Tidak Bangkit
Lagi” (Upaya Pencegahan Dampak Negatif Paham Komunis Melalui Pendekatan
Ekonomi yang Islami).
Jadi, penulisan judul boleh pendek, boleh panjang. Disesuaikan, patutkan dengan
selera sendiri, redaktur atau pembaca.
7. Sesuai Isi
Urutan ketujuh inilah yang paling prinsipil. Harga mati. Apa pun gaya tulisan,
dengan pendekatan apa saja, penulisan judul harus mencerminkan kandungan isi
tulisan.
by Lilis Nihwan
20
James Rompas
Bayangkan, bagaimana jadinya jika sebuah tulisan tidak ada penutupnya? Pasti
hambar rasanya. Kita bisa menutup artikel dengan 7 hal berikut.
Misal, sebuah artikel berjudul “Utang Ibadah yang Mulia” (MQ, Oktober 2003). Ditulis
oleh Purdi E. Chandra seorang Presdir Primagama Group. Ia menjelaskan, untuk
berani membuka usaha walau pun dengan jalan hutang. Kita perhatikan alinea
penutupnya.
Selayaknya, paling tidak setiap peringatan Isra Mi’raj (27 Rajab) umat Islam
memikirkan dan memprogram pola perjuangan bagi pembebasan Yerusalem
(Palestina), menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap Al-Aqsha di
kalangan umat, sehingga rakyat muslim di berbagai negara dapat mendesak
pemerintahnya untuk bersatu dengan pemerintah muslim lain, demi pembebasan
Yerusalem. Wallahu a’alam.”
3. Do’a atau Harapan
Ada kalanya artikel ditulis dengan nada permohonan atau harapan. Biasanya tulisan
semacam ini, dilatarbelakangi oleh berbagai kejadian sebelumnya yang dianggap
belum optimal.Namun bisa juga ditulis karena masa depan yang akan diraih masih
dalam tahap perhitungan-perhitungan tertentu atau belum jelas.
Kita simak kata penutup tulisan H. Rachmat M.A.S berjudul “Benang Hitam Khusus di
Malam Gelap” (Pikiran Rakyat,15 September 2003).
21
James Rompas
Contoh demikian terdapat dalam “Relevansi Dakwah dan Toleransi Beragama”, tulisan
Yusuf Burhanuddin (Republika, 22 Agustus 2003). Yusuf membuat judul kecil dengan,
“Epistomologi Dakwah”, “Tujuan Dakwah”, dan “Realitas Kosmologis.”
Toleransi akhirnya menjadi keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dalam
menata khidupan bersama. Dan bukanlah semata bertujuan untuk meng’agama’kan
seluruh segmen kehidupan melainkan bagaimana mewujudkan kesejahteraan dan
menegakkan nilai-nilai kemanusiaan terutama dalam enghargai keragaman. Wallahu
a’alam.
5. Anekdot
Pesan: kritik sosial, cukup efektif dengan menggunakan humor. Tidak keras, tapi
sasarannya tercapai serta mengena di hati pembaca.
Misal, kita menulis tentang “Rendahnya Budaya Berpikir di Kalangan Masyarakat
Indonesia”. Kita bisa menutup humor seperti di bawah. Saya tidak tahu persis siapa
pencipta anekdot ini.
Suatu saat di Jerman ada pameran otak. Otak yang paling mahal adalah otak yang
jarang digunakan untuk berpikir. Sebaliknya, otak yang sudah rusak nilai jualnya
rendah, sebab terus menerus digunakan untuk berpikir. Otaknya difungsikan.
Ternyata, seluruh pengunjung pameran menyerbu stand Indonesia untuk membeli
otak-otak orang Inonesia. Karena otaknya masih utuh.
6.Dalil Naqli
Tidak sedikit penulis memilih gaya tulisannya dengan menuliskan tujuan di akhir
alinea. Tujuan tertinggi yaitu tujuan yang dianggap sesuai dengan firman Allah atau
sabda Rasul-Nya.
Misal, untuk menutup artikel bertema “Keutamaan Ilmu”, kita akhiri dengan sabda
Nabi Muhammad Saw. mengenai ilmu:
Contoh: kita mengurai tentang “Kebebasan dalam Menulis Puisi”. Selama ini banyak
tata cara dan formula menulis puisi. Kita ingin bebas berekspresi dalam hal bahasa.
Lalu kutiplah pernyataan penyair “liar” Emha Ainun Nadjib yang mendukung isi tulisan
kita.
Puisi itu semacam bagian ruh dalam, suatu kesadaran atau suatu pengalaman, yang
bisa diungkapkan dengan berbagai jenis bahasa.
22
James Rompas
by Lilis Nihwan
Setiap penulis memiliki harapan, tulisan yang dikirimkannya dapat dimuat. Hal itu
merupakan suatu kewajaran. Namun dalalam kenyataan, tidak jarang tulisan yang
dikirim itu tidak dimuat atau dikembalikan. Banyak kemungkinan alasan mengapa
suatu tulisan yang dikirim tidak dimuat. Diantara kemungkinan itu bisa jadi karena
beberapa sebab.
Oleh karena itu, setiap media biasa mengadakan seleksi terhadap sejumlah tulisan
yang masuk. Untuk membangun seleksi yang objektif, redaksi media cetak umumnya
memiliki kriteria tentang tulisan yang layak
muat. Kriteria umum tersebut penting untuk disikapi oleh setiap penulis dakwah.
1. Memenuhi Kriteria Tulisan
Ada beberapa kriteria umum tulisan yang biasanya diterapkan diberbagai media
cetak. Kriteria itu sebagai seleksi awal bagi layak tidaknya suatu pemuatan tulisan.
a. Kriteria umum
1) tulisan asli, bukan jiplakan/ saduran/ terjemahan, belum pernah dimuat dalam
penerbitan lain, dan hanya ditulis/ dikirim khusus untuk penerbit itu.
2) mengandung unsur baru, baik data konkret, pandangan baru, saran-saran, dan
atau opini.
3) Gagasan tulisan menyangkut kepentingan sebagain besar pembaca media.
4) Memiliki kelengkapan dan kedalaman fakta, yang diperlukan, ntuk mendukung
ide pokok.
5) Memiliki akurasi fakta yang diperlukan.
6) Tidak memiliki, bagian pargraf, kalimat, atau kata, yang memungkinkan
diperkarakan.
7) Memenuhi aspek-aspek yang menyangkut etika Jurnalistik dan tidak bernuansa
“SARA”.
8) Berakibat baik bagi pendidikan publik.
b. Kriteria Teknis.
1) Struktur tulisan uraiannya telah terorganisir dengan baik.
2) Lead telah berfungsi secara akurat dalam membangkitkan orang untuk membaca.
3) Bahasa yang dipakai telah sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa jurnalistik,
terutama hematdan jelas.
4) Penembpatan dan formulasi topic sentence dalam suatu paragraf telah tepat.
5) “Jembatan” atau “kata penghubung” telah sesuai.
6) Tidak ada kata yang menimbulkan misleading.
23
James Rompas
Jika suatu tulisan telah memenuhi kriteria itu, maka ada harapan untuk dimuat.
Namun jika belum terpenuhi, sebaiknya kita menulis ulang, untuk memperbaiki hal-
hal yang masih janggal. Akan tetapi masih ada lagi yang perlu diperhatikan yaitu
bernilai aktual.
by Aef Kusnawan
2. Mengaktualkan Tulisan
Mengenai.aktualitas sendiri bisa dipahami dalam dua hal:
Pertama, tidak teragenda. Masalah aktual seperti ini yang berkaitan dengan kejadian
yang ada di tengah-tengah masyarakat, seperti dengan terjadinya kasus bom, kasus
narkoba, kekeringan, wabah penyakit, banjir besar, banyaknya demonstrasi,
kenaikan harga BBM dan sebagainya.
Kedua, aktual teragenda. Aktualitas ini berkaitan dengan adanya hari-hari tertentu,
seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj atau hari-hari Nasional dan dunia
yang monumental.
Ketiga, menyimak tajuk rencana suatu media. Sebagaimana dimaklum bahwa tajuk
rencana adalah tulisan opini yang isinya mengulas hal-hal aktual yang dibuat oleh
pihak redaksi suatu media.
Apa yang ditulisnya merupakan ulasan terhadap fenomena yang menarik perhatian
media itu. Oleh sebab itu, jika penulis menghendaki aktualitas dalam tulisannya,
akan ia peroleh dengan memperhatikan apa yang tengah banyak disoroti oleh media
yang akan dikirimi tulisan olehnya.
Jika semua itu diperhatikan, maka ia akan menjadi salah satu daya tarik bagi pihak
redaksi untuk lebih menominasikan pemuatan tulisan yang memiliki relevasi dengan
kondisi dan situasi yang sedang berkembang. Lebih lanjut tentang akutalitas
teragenda dan yang tidak teragenda, berikut uraian tambahannya.
24
James Rompas
25
James Rompas
Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai
arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan
26
James Rompas
dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban
media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas
artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang
mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan
sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.
Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan,
ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi
dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak
atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.
Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan
sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing
perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme
yang dibangunnya.
Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah
kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia
bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta),
harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan
bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional,
sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.
Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang
bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk
daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.
Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di
sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi
para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing
media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan
dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini
seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar
atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat,
artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini
menjadi kendala bagi penulis pemula.
Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya
bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana
layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual
kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-
dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan
sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian
halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai
dengan visi serta misi media yang diembannya.
Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang
gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu
lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media
massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana
27
James Rompas
yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang
sesuai.
Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi
koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering
menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan
berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di
dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing,
dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika
tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu
tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus,
seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan
koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang
tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang
dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau
barangkali ada sebab-sebab lain.
Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa
menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim,
bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.
28
James Rompas
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita,
tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis
lagi dalam menulis.
by Aef Kusnawan
Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai
arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan
dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban
media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas
artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang
mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan
sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.
Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan,
ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi
dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak
atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.
Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan
sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing
perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme
yang dibangunnya.
Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah
kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia
bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta),
harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan
bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional,
sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.
Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang
bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk
daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.
Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di
sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi
para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing
29
James Rompas
media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan
dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini
seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar
atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat,
artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini
menjadi kendala bagi penulis pemula.
Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya
bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana
layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual
kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-
dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan
sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian
halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai
dengan visi serta misi media yang diembannya.
Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang
gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu
lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media
massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana
yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang
sesuai.
Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi
koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering
menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan
berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di
dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing,
dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika
tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu
tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus,
seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan
koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang
tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang
dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau
barangkali ada sebab-sebab lain.
Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa
menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim,
bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.
30
James Rompas
profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya
bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini
memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak
dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.
Naskah buku yang berkualitas adalah dambaan setiap penerbit. Hampir dipastikan
penerbit hanya akan menerbitkan naskah-naskah yang berkualitas. Naskah yang
berkualitas tidak hanya memiliki bobot isi yang baik, tapi juga bidikan pasar yang
marketable. Bobot isi yang baik tidak terletak pada tema yang diangkat. Tema tidak
menentukan apakah sebuah buku—meminjam istilah Hernowo—“bergizi” atau tidak.
Tema hanya menentukan selera.
Pertama, bahasa buku. Sehebat apapun materi yang disajikan, tapi penataan
bahasanya kacau—tidak memenuhi kaidah-kaidah reasoning (penalaran)—naskah
buku tersebut akan menjadi tidak
31
James Rompas
menarik. Karenanya, bahasa perlu diolah sedemikian rupa agar ketika naskah
dibaca, terasa enak, mengalir, mudah dicerna, dan mengasyikkan, serta
merangsang nalar.
Untuk membuat sebuah bahasa yang mampu merangsang nalar, maka, 1) susunan
kalimat dan gerombolannya harus logis. 2) seluruh kalimatnya diupayakan memiliki
diksi (pilihan kata) yang indah dan menggairahkan. 3) penyajian keseluruhan
bahasa memiliki koherensi (keterkaitan) dan komposisi (ketersusunan) yang selain
harmonis juga menyimpulkan.
Kedua, mengemas “daya pikat”. Sebuah buku, dikatakan berkualitas, selain karena
materinya oke, bahasanya tertata dengan baik, juga karena tampilan bukunya yang
memikat. Untuk naskah buku, tak banyak yang bisa diperbuat oleh penulis untuk
mengemas daya pikat. Pihak penerbit yang banyak berperan.
Tapi, membuat judul yang “menggigit”, satu dari banyak hal yang bisa dilakukan
oleh penulis untuk mendongkrak kualitas naskah buku. Perhatikan buku-buku yang
berhasil best seller, judul-judulnya menggigit bukan? Bahkan acapkali judulnya lebih
“menggigit” ketimbang isi buku itu sendiri.
Dalam sebuah acara diskusi buku Seks In The Kost di Aula Fakultas Psikologi Unair
Surabaya, Iip Wijayanto pernah diprotes dengan judul bukunya itu yang teramat
provokatif. Isi buku itu dinilai beda jauh dengan judulnya. Karenanya Iip dituding
hanya mengejar keuntungan.
Dari aspek judul, buku-buku Iip memang cukup kontroversial. Di antaranya, 97,05
Persen (hasil penelitian tentang virginitas mahasiswi Jogja), Seks In The Kost, Seks
Kalangan Terpelajar, dan Kampus Fresh Chiken. Tapi kalau membaca isinya, buku-
buku itu lebih kepada analisis seks menggunakan ilmu tasawuf.
Apa kata Iip? Iip mengaku sengaja memilih judul-judul yang kontroversial dan
komersial. Bagi Iip, judul buku yang “heboh” itu adalah strategi saja. Karena,
menurutnya, kalau judul bukunya mengandung unsur religius, maka pangsa
pembacanya hanya kalangan tertentu. Judul-judul yang “heboh” merupakan strategi
agar pesan dakwah sampai ke banyak kalangan.
Maka, tak heran bila buku-buku Iip dapat menembus angka penjualan yang
lumayan spektakuler. Buku Seks In The Kost-nya Iip misalnya, terjual 20.000
eksemplar pada dua bulan pertama.
Terlepas dari benar-tidaknya apa yang dilakukan Iip, “kasus” judul-judul Iip yang
kontroversial, memberi pelajaran kepada kita pentingnya membuat judul yang
“menggigit”. ***
by Badiatul Muchlisin Asti
32
James Rompas
Termasuk pula ketika seseorang ingin menapak jalan menuju kesuksesan sebagai
seorang penulis buku, maka tak pelak ia terlebih dahulu harus membangun tradisi
membaca yang kuat dalam hidupnya. Tanpa ini, maka hampir dipastikan jalan untuk
menjadi penulis buku yang sukses akan sia-sia.
Logikanya sederhana, menulis buku tentu berhubungan dengan banyak hal yang
berbasis pada ilmu, informasi, dan pengetahuan. Dan kesemua hal itu hanya bisa
diperoleh dari hasil kerja membaca, baik membaca dalam arti tekstual seperti
membaca buku, atau pun membaca dalam arti kontekstual seperti membaca alam
atau peristiwa kehidupan.
1. Teori Kendi
Ada sebuah teori sederhana yang bisa menjadi bahan untuk menjelaskan pentingnya
“membaca” (sebagai proses menyerap ilmu dan informasi) sebagai kunci bagi
seseorang yang ingin menjadi penulis buku. Teori itu adalah “teori kendi”.
Pernah Anda melihat kendi ? Benda yang sederhana dan terbuat dari tanah liat yang
dibakar itu ternyata menyimpan sebuah teori yang sangat penting, khususnya
mengenai menulis buku.
Sebuah kendi, ada kalanya diisi air. Namun, kadang juga airnya ditumpahkan untuk
diminum. Kendi itu akan tumpah airnya seandainya dimasuki air terus-menerus.
Lalu apa hubungannya antara kendi dengan menulis buku ?
Menulis buku pun tidak jauh berbeda dengan kendi. Diibaratkan kendi itu adalah
tubuh manusia. Seseorang yang jenius sekalipun tidak akan bisa menulis buku kalau
tak pernah memberi “air” dalam “kendinya”. Air itu adalah ilmu, pengetahuan, data,
informasi, pengalaman, pengamatan, dan lain-lain. Tentu kita tidak akan bisa
menulis buku tentang “pendidikan seks Islami”, misalnya, apabila kita tak pernah
menyerap ilmu, pengetahuan, informasi, tentang hal itu.
Serupa dengan teori kendi adalah “teori ember” yang dikemukakan oleh YB.
Mangunwijaya. Dalam wawancara dengan majalah sastra Horison (XXI/365-367)
YB. Mangunwijaya mengatakan yang intinya adalah, bahwa penulis itu ibarat ember
yang penuh berisi air. Jika ember ini diisi air lagi, pasti ada air yang akan luber.
Penulis diandaikan penuh (secara relatif) oleh pengetahuan, apa pun itu. Kalau ia
“diisi” (dalam arti membaca) pasti lama-lama akan ada “luber”, maksudnya
dibagikan kepada khalayak ramai melalui karya tulisan.
2. Penulis (Buku) yang Baik adalah Pembaca (Buku) yang Baik Pula
Untuk itu, tradisi membaca memang merupakan tradisi yang tak bisa ditawar-tawar
lagi bagi seorang calon penulis buku. Seorang penulis (buku) yang baik tentu adalah
juga seorang pembaca (buku) yang baik pula. Karena seorang penulis buku
haruslah seorang yang kaya wawasan. Menulis buku berarti memberi informasi atau
wawasan kepada masyarakat. Sehingga seorang penulis buku haruslah “lebih
pandai” dari pembacanya.
Dengan tradisi membaca pula, banyak pengetahuan yang akan didapat dan
wawasan pun akan kian luas membentang. Pengetahuan yang banyak dan wawasan
yang luas adalah “bahan baku utama” yang siap “dimasak” menjadi aneka buku
33
James Rompas
yang akan dinikmati masyarakat. Dengan banyak membaca pula seorang penulis
akan selalu produktif menghasilkan karya dan tidak akan kehabisan ide.
by Badiatul Muchlisin Asti
Rasanya bukan merupakan kebetulan bila hampir semua (untuk tidak menyebut
semua) penulis buku (atau non-buku) adalah memiliki tradisi atau paling tidak
memiliki hobi membaca yang kuat.
Sebut saja Mohammad Fauzil Adhim sekadar sebagai contoh. Penulis muda yang
populer sebagai “penulis spesialis pernikahan” ini adalah seorang pembaca buku yang
kuat. Ketika kecil Fauzil diperkenalkan ibunya bacaan-bacaan menarik, hingga
membuat Fauzil jadi keranjingan membaca. Buntutnya, pada usia sekolah dasar,
Fauzil bahkan sudah tak mau lagi membaca majalah anak-anak. Bacaannya saat itu
adalah buku-buku yang terhitung berat untuk anak seusianya, misalnya buku-buku
filsafat dan sejenisnya. Majalah-majalah berita, semisal Tempo dan Panji Masyarakat,
menjadi pilihannya.
Tak hanya itu, ia pun melahap kitab-kitab agama lain, seperti Injil dan telaah-telaah
kitab Wedha. Alhamdulillah, ada sang kakek yang mengarahkan apa yang dibaca
cucunya itu. Sehingga Fauzil tak bingung dan terjerumus pada pikiran-pikiran yang
ada pada bacaan ‘kelas beratnya’.
Kegemaran atau kegilaan membaca pada masa kecil itulah, rupanya yang kelak
memberi manfaat terhadap proses menulisnya. Keakrabannya dengan buku,
menjadikan tulisannya mengalir dan gagasannya tertuang rapi.
Debut kepenulisan Fauzil yang lahir 29 Desember 1972 di Mojokerto, Jawa Timur ini
dimulai sejak SD kelas V. Saat SMP, sudah bisa membuat cerpen. Cerpennya
pertama dimuat di Koran Surabaya Minggu dengan judul Melewati Kabut Cinta. Buku
pertama Fauzil terbit ketika ia masih kuliah di semester empat. Judulnya Mengajar
Anak Anda Mengenal Allah (1994) yang diterbitkan Mizan. Buku keduanya berjudul
Mendidik Anak Menuju Taklif terbit tahun 1996 oleh penerbit Pustaka Pelajar.
Setahun kemudian, muncul bukunya yang best seller berjudul Kupinang Engkau
dengan Hamdalah. Hingga kini Fauzil sudah menulis sekitar 20 judul buku, hampir
semua tentang pendidikan anak dan keluarga. Buku terakhir Fauzil berjudul
Indahnya Pernikahan Dini (2002) dan Agar Cinta Bersemi Indah (2002), keduanya
diterbitkan penerbit Gema Insani Press.
34
James Rompas
Kecamatan Jatilawang, Banyumas, 13 Juni 1942 ini juga dikenal suka membaca
sejak kecil. Sejak kecil Thohari sudah terbiasa membaca koran sebelum masuk
Sekolah Dasar. Ia juga suka membaca komik-komik wayang. Ketika duduk di
bangku SMP, ia sudah melahap buku-buku novel klasik Indonesia seperti: Belenggu,
Atheis, Salah Asuhan, Layar Terkembang, Azab dan Sengsara, Di Bawah Lindungan
Ka’bah, dan lain sebagainya.
Kegemaran Thohari membaca itulah yang kelak juga menjadi basic ia menjadi
penulis (fiksi/novel) yang sukses. Nama Ahmad Thohari sebagai penulis sastra saat
ini tidak hanya dikenal masyarakat Indonesia saja, tapi juga masyarakat
Internasional.
Trilogi novelnya Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1984),
dan Jantera Bianglala (1985) telah diterjemahkan dalam 5 bahasa dunia. Karya-
karya Thohari lainnya, Di Kaki Bukit Cibalak (1979), Kubah (1981), Bekisar Merah
(1992) telah diterjemahkan dalam bahasa Jepang. Selain novel, peserta
International Writing Program Iowa, USA, tahun 1969, dan mantan Redaktur
Amanah (1986-1993) ini juga melahirkan kumpulan cerpen semisal Senyum
Karnyamin, juga kumpulan kolom antara lain Berhala Kontemporer, Mas Mantri
Menjenguk Tuhan, Mas Mantri Menggugat, serta Kamus Dialek Banyumas-Indonesia.
Dan masih banyak karya Ahmad Thohari yang lain.
Contoh lainnya lagi adalah Al-Chaidar. Penulis buku yang cukup produktif ini, sejak
kecil juga “gila” membaca. Sejak SMP, Chaidar yang kelahiran Lhokseumawe, Aceh,
22 November 1969 itu sudah gemar membaca buku-buku berat seperti filsafat. Di
sekolah menengah pertama itu ia sudah lahap membaca buku-buku karya Ali
Syari’ati, Sayyed Hussein Nasr, maupun Fazlurrahman. Ketika duduk di bangku
SMA, minat baca Chaidar semakin menggila. Buku-buku seperti Madilog
(Materialisme, Dialektika, Logika) karya Tan Malaka dan buku Das Kapital karya Karl
Marx begitu lahap disantapnya. “Kegilaan” membaca itu pula kelak yang
mengantarkan Chaidar dikenal sebagai penulis buku produktif.
Ketika SMP, Al-Chaidar sudah membuat album puisi sendiri. Bahkan ketika kelas II
SMP, Chaidar sudah berani melempar tulisannya ke majalah Prisma, majalah
dengan tulisan-tulisan berat yang dikenal sebagai standar prestise para intelektual
Indonesia. Kendati tulisannya hanya dimasukkan dalam rubrik “komentar dan
kritik”, tak urung itu membuatnya senang dan semakin aktif menulis. Kebiasaan
menulis itu dilanjutkan ke berbagai Koran daerah seperti harian Analisa, Bukit
Barisan, dan Waspada.
Sekarang, peneliti di Lembaga Studi Pengkajian Etika dan Usaha (LSPEU) ini masih
rajin menulis artikel di media massa nasional, selain itu juga menulis banyak buku.
Banyak buku yang telah lahir dari “tangan kreatif” Al-Chaidar. Di antaranya, tahun
1998 Chaidar menelorkan buku berjudul Reformasi Prematur. Tak terpaut lama,
muncul buku-buku yang lain yang ia luncurkan tepat waktu. Bukunya berjudul
Wacana Ideologi Negara Islam, Aceh Bersimbah Darah muncul setelah kasus DOM
Aceh mulai terkuak. Bahkan bukunya Pemilu 1999, Pertarungan Ideologis Partai-
partai Islam dan Partai Sekuler muncul menjelang kampanye Mei 1999. Karya lain
Chaidar adalah Pengantar Politik Kartosoewiryo, Federasi atau Disentegrasi (2000),
NU, ICMI dan DI, Islam Kultural Islam Politik Islam Radikal di Medan Laga Politik
Indonesia (2000), dan lain-lain.
Harap diketahui, semua buku yang ditulis Chaidar disertai catatan kaki yang cukup
35
James Rompas
lengkap dari berbagai bahasa. Itu pun dikerjakan dengan memakan waktu rata-rata
satu bulan. Menurut Zulkarnaen, editor buku-buku Chaidar, rata-rata buku Chaidar
mengalami cetak ulang 6 kali. Bahkan buku Chaidar berjudul Pengantar Politik
Kartosoewiryo dalam tempo singkat, yakni 2 minggu, sudah cetak ulang tiga kali.
Masih ada banyak contoh lagi yang bisa disebut di sini. Tapi cukuplah tiga penulis di
atas sebagai contoh, betapa tradisi membaca yang kuat telah mengantarkan
mereka menjadi penulis yang sukses. Anda pengin menjadi penulis sukses? Bila
Anda belum suka membaca, saatnya Anda mulai membangun tradisi membaca yang
kuat dalam hidup Anda. Kelak, kendati Anda tak bisa menjadi penulis sukses pun,
tradisi membaca yang telah Anda bangun tak akan membuat Anda rugi. Bahkan
malah akan membuat hidup Anda semakin bermakna. Percayalah!
by Badiatul Muchlisin Asti
Membangun tradisi membaca tidak seperti “main sulap”, sim salabim aba kadabra
langsung suka membaca. Tidak. Tapi ia harus dibangun dan dibiasakan. Bagi yang
sudah terbiasa membaca sejak kecil sih, tidak ada masalah. Tapi, bagi yang tidak
terbiasa membaca sejak kecil, sulit sekali untuk punya tradisi membaca. Keinginan
sih ada, tapi baru lihat buku saja, apalagi yang tebal, sudah bete dulu. Atau baru
membaca dua atau tiga halaman buku, sudah ngantuk.
Survei membuktikan, tak banyak orang yang memiliki tradisi membaca. Banyak yang
lebih memilih tradisi mendengar dan menonton. Padahal, tradisi membaca lebih baik
dibanding dengan hanya sekedar menonton dan mendengar. Informasi yang diserap
dari kerja membaca jauh lebih efektif dan mengendap ketimbang yang diperoleh dari
mendengar dan menonton.
Dalam bahasa Hernowo di bukunya Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, gizi
membaca buku melebihi ceramah atau hal-hal lain yang diperoleh dari telinga
(mendengar) dan mata (melihat). Sebab, hanya lewat membaca bukulah kita
mampu menumbuhkan saraf-saraf di kepala kita.
Dan, manfaat lainnya, membaca buku akan membuat seseorang tetap berpikir.
Seorang peneliti dari Hanry Ford Health System bernama Dr. C. Edward Coffey,
sebagaimana dikutip Hernowo, membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku,
seseorang akan terhindar dari penyakit demensia.
Demensia adalah nama penyakit yang merusak jaringan otak. Apabila seseorang
terserang demensia, dapat dipastikan akan mengalami kepikunan atau (dalam
bahasa remaja disebut) “tulalit”.
36
James Rompas
Bayangkan Anda memiliki kacamata minus 2. Lima tahun kemudian, Anda harus
mengganti kacamata Anda dengan kacamata minus 3. Namun, Anda bersikukuh tak
mau mengganti kacamata minus 2 Anda. Apa yang terjadi ? Anda akan merasa
pusing apabila melihat sesuatu. Inilah akibat yang timbul karena Anda
mempertahankan paradigma kacamata minus 2 Anda.
Apa ya paradigma Anda berkaitan dengan membaca buku? Mungkin ini: “Wah,
boring deh baca buku yang tebal-tebal itu.” Atau ini: “Setiap kali baca buku ilmiah,
saya pasti ngantuk.” “Saya pilih nonton sinetron aja deh ketimbang baca buku. Baca
buku bikin kepala cepat botak!”
Demikian jugalah yang terjadi dengan ruhani kita. Buku adalah salah satu jenis
“makanan ruhani” kita yang sangat bergizi. Mendengarkan pengajian dan ceramah
adalah juga sebentuk “makanan ruhani”. Namun, buku kadang memiliki gizi lebih
dibandingkan ceramah.
Kedua, cicipilah “kelezatan” sebuah buku sebelum membaca semua halaman. Anda
dapat mengenali lebih dahulu siapa pengarang buku tersebut. Atau, Anda bisa
bertanya kepada seseorang yang menganjurkan Anda untuk membaca sebuah buku
(misalnya guru, orangtua, atau sahabat Anda). Mintalah mereka untuk
menunjukkan lebih dahulu hal-hal yang menarik yang ada di buku itu.
Ketiga, bacalah buku secara ngemil (sedikit demi sedikit, laiknya Anda memakan
kacang goreng). Apabila Anda bertemu dengan buku ilmiah setebal 300 halaman,
ingatlah bahwa tidak semua halaman buku itu harus dibaca. Cari saja halaman-
halaman yang menarik dan bermanfaat. Anda dapat ngemil membaca pada pagi hari
37
James Rompas
Meier menamai tip-tipnya ini “metode belajar gaya SAVI”. SAVI adalah singkatan
dari Somatis (bersifat raga/tubuh), Auditori (bunyi), Visual (gambar), dan
Intelektual (merenungkan). Nah, silahkan menggunakan gaya SAVI dalam membaca
sebuah buku, sebagaimana petunjuk berikut.
Pertama, membaca secara Somatis. Ini berarti, pada saat membaca, cobalah Anda
tidak hanya duduk. Berdiri atau berjalan-jalanlah saat membaca buku. Gerakkan
tubuh Anda saat membaca. Misalnya, setelah membaca 5 atau 7 halaman,
berhentilah sejenak. Gerakkan tangan, kaki, dan kepala Anda. Setelah itu, baca
kembali buku Anda.
Ketiga, membaca secara Visual. Ini berkaitan dengan kemampuan dahsyat Anda
yang bernama imajinasi atau kekuatan membayangkan. Cobalah bayangkan saat
Anda membaca sebuah konsep atau gagasan. Kalau perlu, gambarlah! Ini, insya
Allah, juga akan mempercepat pemahaman Anda.
Keempat, membaca secara Intelektual. Ini juga berkaitan dengan kemampuan luar
biasa Anda. Anda perlu jeda atau berhenti sejenak setelah membaca. Dan
renungkanlah manfaat yang Anda peroleh dari pembacaan Anda. Akan lebih bagus
apabila—saat merenung itu—Anda juga mencatat hal-hal penting yang Anda peroleh
dari halaman-halaman sebuah buku. Insya Allah, Anda akan dimudahkan dalam
menuangkan atau menceritakan kembali apa-apa yang Anda baca.
Dorongan ingin (menjadi) penulis buku, dengan demikian, hanya satu saja dari
sekian dampak positif yang akan Anda dapatkan dengan tradisi membaca yang
kuat. Itu pun harus diniati, menulis bukunya untuk berdakwah: menyampaikan
kebenaran, mengajak manusia kepada jalan yang lurus, dan menghindarkan
manusia dari jalan hidup yang sesat. Untuk itu, mari kita baca dan tafakkuri kembali
wahyu pertama Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 agar kita senantiasa mengingat bahwa
aktivitas membaca adalah pesan penting pertama Al-Quran yang sudah selayaknya
kita sambut untuk menjadi bagian dalam hidup kita.
38
James Rompas
Kunci dari meraup penghasilan dengan menulis buku adalah pada semakin larisnya
buku yang kita tulis. Atau dalam bahasa yang lain “buku kian laris, rezeki kian
manis” atau “kian laris buku, kian tebal saku”. Artinya, semakin terjual banyak
(laris) buku yang kita tulis, maka rezeki (penghasilan) yang akan kita dapatkan juga
akan semakin tebal atau banyak.
Selain memakai sistem royalty, beberapa penerbit juga ada yang menerapkan
sistem jual putus (flat). Besar angka yang dipatok untuk sitem jual putus ini
umumnya berkisar Rp 7.000,- sampai Rp 10.000,- per halaman. Namun, amat
jarang sistem ini digunakan oleh penerbit. Masalahnya, jika buku itu meledak (laris)
di pasaran, maka sang penulis buku itu tidak dapat menikmati kesuksesan itu.
Sistem ini memang cenderung tidak adil, sehingga jarang digunakan.
Dari gambaran singkat sistem “penghargaan” terhadap sebuah karya buku di atas,
maka kita akan menjadi tahu peluang meraih penghasilan yang dapat kita tangkap
dari kerja menulis buku.
Taruhlah sekedar contoh, kita menulis buku dengan jumlah halaman 50 lembar.
39
James Rompas
Dengan sistem beli putus, kita akan mendapatkan paling tidak uang senilai Rp
375.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). Itu bila per halaman tulisan kita
dihargai Rp 7.500,-. Tapi bila per halaman tulisan kita dihargai Rp 10.000,-, kita
paling tidak akan bisa mengontangi uang lebih besar lagi, yakni Rp 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah). Padahal, bila kita biasa menulis, tulisan sejumlah 50 halaman
dapat kita selesaikan dalam jangka waktu 5-7 hari (1 minggu) atau paling lama 1
bulan dengan tanpa meninggalkan pekerjaan utama kita, misalnya menjadi guru
atau dosen.
Naskah buku adalah tulang punggung penerbit. Tanpa sebuah naskah, tidak akan ada
penerbitan. Naskah buku bisa didapatkan dengan berbagai cara, di antaranya
kreativitas penerbit dengan menyusun langsung buku-buku tertentu, kiriman penulis,
hasil kajian ilmiah pakar tertentu, atau jika mungkin penerbit mengadakan
sayembara mengarang/menulis buku, yang terbaik nanti diterbitkan.
Menurut Sofia Mansoor dan Niksolim (1993), untuk menerbitkan sebuah buku
sebuah penerbitan harus bisa memenuhi kriteria berikut ini:
1. Keperluan
Apakah buku ini memang diperlukan masyarakat? Mengapa?
2. Sasaran pembaca
Siapakah pembaca buku ini: umum, dewasa, anak-anak, kaum ibu, orang tua,
mahasiswa (jurusan apa, tingkat berapa).
3. Jumlah Pembaca
Berapa kira-kira ukuran pasar? Hal ini tidak mudah dijawab, tetapi untuk buku
tertentu jawabannya mudah. Misalnya, buku pelajaran mudah diperkirakan jumlah
pembacanya karena yang menggunakannya pelajar pada jenjang pendidikan
40
James Rompas
tertentu.
4. Isi Naskah
Apakah isi naskah tidak menyinggung SARA (suku, ras, agama, dan antar
golongan/adat istiadat), tidak menentang ideologi negara, sesuai dengan tingkat
pembaca?
5. Saingan
Apakah ada buku lain yang menjadi saingan buku tersebut? Sebutkan judulnya. Apa
kelemahan dan kelebihan naskah buku ini dibanding saingannya?
6. Penyajian
Apakah isi ditulis dengan susunan tertib, apakah bahasa pengarang mudah
dipahami, apakah ilustrasi mendukung uraian?
7. Kemutakhiran
Apakah isi buku ini tidak ketinggalan zaman? Jawabannya dapat diperolah dengan
mengamati daftar pustaka yang diacu pengarang.
8. Hak cipta
Apakah penelaah mengenali ada bagian yang dikutip dari buku lain? Penerbit harus
waspada agar jangan sampai penerbit dituntut karena menerbitkan buku jiplakan.
9. Kelayakan terbit
Apakah buku tersebut layak diterbitkan oleh penerbit yang bersangkutan? Sejumlah
penerbit hanya menerbitkan buku-buku tertentu, buku agama, sekolah, universitas
misalnya.
Seorang penulis yang mampu menyelami nurani massa, akan mampu menulis buku
yang bukan hanya berkwalitas, tapi juga disukai khalayak pembaca. Buku yang
laku, akan menguntungkan dari segi dakwah, semakin banyak pembaca berarti
dakwah semakin tersebar luas. Dari sudut ekonomi, baik penerbit maupun penulis,
jelas akan diuntungkan dengan buku best seller (laris di pasaran).
By Abu Al-Ghifari
41
James Rompas
1) surat pengantar
Penyertaan surat pengantar penting, terutama yang baru pertama kali mengajukan
naskah ke penerbit itu. Surat pengantar adalah etika yang harus disertakan yang
berfungsi sebagai prolog kerjasama antara penerbit dan penulis. Format surat
pengantar ini terserah penulis, yang penting berisi pengajuan naskah.
3) sinopsis naskah
Editor sebuah penerbitan biasanya tidak langsung membaca naskah buku Anda,
sekalipun Anda penulis ternama. Biasanya diperhatikan dulu sinopsis atau ringkasan
dari buku yang Anda tulis. Untuk itu jangan lupa menyertakan sonopsis ini.
c. Pengiriman Naskah
Naskah yang sudah siap termasuk sudah dilengkapi kelengkapan di atas, segera
kirimkan ke penerbit yang Anda maksud. Pengiriman naskah dapat diantar langsung
atau via pos/kurir.
By Abu Al-Ghifari
Buku kuno ketika itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas kertas modern
seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan di atas keping-keping batu (prasasti)
atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus. Papyrus adalah tumbuhan
sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi Sungai Nil.
Mesir merupakan bangsa yang pertama mengenal tulisan yang disebut hieroglif.
Tulisan hieroglif yang diperkenalkan bangsa Mesir Kuno bentuk hurufnya berupa
gambar-gambar. Mereka menuliskannya di batu-batu atau pun di kertas papyrus.
Kertas papyrus bertulisan dan berbentuk gulungan ini yang disebut sebagi bentuk
awal buku atau buku kuno.
42
James Rompas
Selain Mesir, bangsa Romawi juga memanfaatkan papyrus untuk membuat tulisan.
Panjang gulungan papyrus itu kadang-kadang mencapai puluhan meter. Hal ini
sungguh merepotkan orang yang menulis maupun yang membacanya. Karena itu,
gulungan papyrus ada yang dipotong-potong. Papyrus terpanjang terdapat di British
Museum di London yang mencapai 40,5 meter.
Di Cina dan Jepang, perubahan bentuk buku gulungan menjadi buku berlipat yang
diapit sampul berlangsung lebih cepat dan lebih sederhana. Bentuknya seperti
lipatan-lipatan kain korden.
Buku-buku kuno itu semuanya ditulis tangan. Awalnya yang banyak diterbitkan
adalah kitab suci, seperti Al-Qur’an yang dibuat dengan ditulis tangan.
Di Indonesia sendiri, pada zaman dahulu, juga dikenal dengan buku kuno. Buku
kuno itu ditulis di atas daun lontar. Daun lontar yang sudah ditulisi itu lalu dijilid
hingga membentuk sebuah buku.
Sebagai tindak lanjut penemuan kertas, penemuan mesin cetak pertama kali
merupakan tahap perkembangan selanjutnya yang signifikan dari dunia perbukuan.
Penemu mesin cetak itu berkebangsaan Jerman bernama Johanes Gensleich Zur
Laden Zum Gutenberg.
Gutenberg telah berhasil mengatasi kesulitan pembuatan buku yang dibuat dengan
ditulis tangan. Gutenberg menemukan cara pencetakan buku dengan huruf-huruf
logam yang terpisah. Huruf-huruf itu bisa dibentuk menjadi kata atau kalimat.
Selain itu, Gutenberg juga melengkapi ciptaannya dengan mesin cetak. Namun,
tetap saja untuk menyelesaikan satu buah buku diperlukan waktu agak lama karena
mesinnya kecil dan jumlah huruf yang digunakan terbatas. Kelebihannya, mesin
Gutenberg mampu menggandakan cetakan dengan cepat dan jumlah yang banyak.
43
James Rompas
Gutenberg memulai pembuatan mesin cetak pada abad ke-15. Teknik cetak yang
ditemukan Gutenberg bertahan hingga abad ke-20 sebelum akhirnya ditemukan
teknik cetak yang lebih sempurna, yakni pencetakan offset, yang ditemukan pada
pertengahan abad ke-20.
Bahkan sampai sekarang ini pun, di negara kita Indonesia, kendati sedang diterpa
krisis, kondisi ekonomi masih gonjang-ganjing, tapi penerbit-penerbit buku malahan
bermunculan. Banyak sekali jumlahnya, hingga tak terhitung, sebab tak tersedia
data yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak juga di Ikatan Penerbit Indonesia
[IKAPI]. Sebab tidak semua penerbit bergabung dengan lembaga ini.
Namun, dari pengamatan sekilas saja, kita akan dapat segera menyimpulkan,
betapa penerbit-penerbit buku saat ini semakin banyak saja jumlahnya. Tengoklah,
di toko-toko buku yang ada di berbagai kota di negeri ini, maka akan kita jumpai,
berderet-deret bahkan bertumpuk-tumpuk buku-buku baru terbit silih berganti bak
musim semi dengan beragam judul dan beraneka desain sampul yang menawan dari
berbagai penerbit, baik dari penerbit besar yang sudah mapan dan lebih dulu eksis,
maupun dari penerbit kecil yang baru merintis dan masih kembang-kempis.
Animo masyarakat pun terhadap buku nampak juga mengalami peningkatan. Ini
nampak dari banyaknya buku-buku bestseller yang laris manis diserbu masyarakat.
Memang, dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang nyaris 200 juta orang,
sungguh mengherankan bahwa sebuah judul buku yang laku beberapa ribu saja
sudah terasa menyenangkan dan dianggap bestseller. Akan tetapi, kondisi ini tentu
jauh lebih baik bila dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Bagi seorang muslim da’i yang memiliki komitmen dengan dakwah, kondisi di atas
akan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Menulis buku-buku bernuansa
dakwah adalah pilihan yang sudah selayaknya untuk dilakukan. Agar buku benar-
benar menjelma fungsinya sebagai pencerdas dan pencerah umat, bukan
sebaliknya.
By Badiatul Muchlisin Astii
44
James Rompas
Etika Menulis
Di dunia ini hampir tidak ada suatu pekerjaan pun yang dilakukan tanpa etika. Profesi
dokter punya etika, guru, sopir, karyawan pabrik, masinis, dan masih banyak lagi,
semuanya ada aturan main baik secara tertulis maupun tidak.
Keberadaan suatu etika pada umumnya didasarkan pada itikad baik untuk kebaikan
bersama. Dengan adanya itikad baik itu diharapkan masyarakat dapat menggunakan
etika tersebut sebagai acuan dalam setiap perbuatan yang dilakukan berkaitan
dengan pekerjaan dan profesinya itu.
Mentaati etika dari sebuah profesi, dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk
menghargai dan loyal terhadap profesi yang ditekuni seseorang. Sebab jika
seseorang melanggar etika profesi yang telah menjadi
Profesi sebagai penulis juga mempunyai etika. Akan tetapi etika profesi penulis ini
belum baku sebagaimana etika profesi yang telah mapan lainnya. Seperti etika
profesi dokter, etika profesi wartawan, etika profesi guru dan sebagainya. Belum
mapannya etika profesi penulis ini disebabkan masih merupakan profesi baru dan
belum berkembang sebagaimana profesi lainnya di Indonesia.
Aturan main adalah dunia kepenulisan ini secara garis besar dapat disebutkan
sebagai berikut:
3. Seorang penulis hendaknya bersikap jujur dalam segala hal yang berkaitan
dengan materi kepenulisannya. Misalnya berkaitan dengan penyebutan identitas
diri, penyebutan pekerjaan, penyebutan alamat tempat tinggal, status jabatan dan
sebagainya. Ketidakjujuran seorang penulis akan merugikan dirinya sendiri.
6. Tidak melanggar hak cipta orang lain. Seperti menjiplak, mengutip tanpa
disebutkan sumbernya, dan hal-hal semacam itu.
7. Tidak mengirim tulisan yang sama kepada media yang lain. Kecuali telah
mempunyai kesepakatan dengan pihak yang terkait. Perlu diketahui bahwa
sebenarnya hal ini belum diundangkan secara baku, tetapi masih merupakan
konvensi atau aturan tak tertulis di masing-masing media. Konsekuensi jika penulis
45
James Rompas
ketahuan menulis dengan tulisan yang sama di media berbeda, biasanya ia akan
dikenakan sanksi yang biasa disebut black list atau daftar hitam. Artinya jika
seseorang telah terkena daftar hitam ini pada media tertentu, maka tulisan-
tulisannya tidak akan dimuat pada media tersebut dalam jangka waktu tertentu.
By Abu Al-Ghifari
Ketiga, bandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang dimuat. Selera redaktur sangat
menentukan. Dengan segala keobyektifan dan kesubyektifan menjadi kata kunci.
Karenanya, mempelajari tulisan yang dimuat itu penting. Koran, tabloid atau
majalah masing-masing punya karakter tersendiri. Bila tulisan yang kita kirim sama
“nafasnya”, besar peluang untuk diterima.
Simak tulisan Jalaluddin Rakhmat. Kiai yang pakar komunikasi itu jika membuat
tulisan kaya dengan berbagai tinjauan. Misal, ia menulis tentang “istiqomah”, tapi
tidak sebatas menggunakan dalil naqli (Al-Qur’an, As-Sunnah) saja. Beliau mengurai
dengan pendekatan sejarah, psikologi, logika, budaya dan data-data teranyar.
Kelima, membebaskan tulisan dari teori baku. Memang penulis pemula sangat
meniru gaya idola penulis pujaanya. Kata Aristoteles, meniru adalah awal dari
sebuah seni.
Pada urutan kelima ini bukan berarti meniadakan teori-teori yang sudah ada. Teori
menulis yang sudah dipelajari tetap kita pertahankan. Cuma jangan terpaku. Masih
ada teori atau gaya lain. di luar negeri terdapat teori bernama teori lingkaran.
46
James Rompas
Belakangan antara lain dikenalkan oleh DR. Dedi Supriadi. Untuk menuju ke titik
tengah lingkaran, kita boleh memasukinya dari garis mana saja. Sederhananya,
banyak cara untuk menulis. Keterkaitan dengan unsur emosi ini bisa membuat
tulisan lebih segar dan renyah. Contoh, biasanya dari umum ke khusus, kita dapat
memulai dari khusus ke umum.
Keenam, rutin menulis lagi. Sudah menjadi alasan klasik untuk menyembunyikan
diri dari ketidakberdayaan dalam olah tulis menulis. “Waktu saya tersita, besoklah
saya akan memulai”, betapa sering kita mendengar kata-kata itu. Padahal mulanya
menggebu-gebu sesemangat 45.
Ketujuh, adakah silaturahmi dengan para penulis yang jadi atau milih profesi
menulis sebagai pilihan mencari nafkah.
Langkah ini sangat membantu. Banyak yang menyangka orang tenar sulit
dihubungi. Benar, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Pasti ada dan menerima
kesempatan unuk kita. Kita mendapatkan berbagai pengalaman dan ilmu yang
menguatkan “ruh” semangat kepenulisan.
Saya pernah mengunjungi tempat aktivitas dan bertemu dengan sosok penulis
bergengsi negeri ini, antara lain: Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, Gola Gong,
Amin Rais, Kuntowijoyo dan sejumlah penullis kawakan yang berdomisili di
Bandung. Alhamdullillah, dari beliau-beliau saya memperoleh tambahan tenaga
berlipat-lipat. Meski ratusan naskah saya ditolak, saya bersyukur semangat dan
kreativitas tulis menulis masih terpelihara. Lumayan, sudah belasan media yang
mempublikasikan. Dan teramat yakin bilangan angka terus menanjak.
Tidak ada alasan untuk berhenti menulis. Cuma karena belum dimuat. Menulis
kembali dan kembalilah menulis. Penolakan naskah itu persyaratan wajib bagi siapa
saja yang ingin sukses menulis. Selamat menulis.
By Lilis Nihwan
BANDUNG, itb.ac.id- Jika Anda senang menulis dan berniat menjadi seorang penulis
buku, jangan lewatkan tulisan yang satu ini. Marketing Manager Sagung Seto
Jakarta H. Miyoto, S. Psi. memaparkan 7 kiat menjadi penulis buku pada seminar
"Kiat Sukses Menjadi Penulis Buku" yang diadakan oleh Perpustakaan Pusat ITB
bersama Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YYPI) pada Rabu
(17/02/2010). Berikut ringkasan materinya.
Hal pertama yang harus Anda pahami ketika memulai karier sebagai penulis buku
menurut Miyoto adalah dengan menetapkan segmentasi pasar. Dengan
menetapkan segmentasi, Anda dapat menentukan siapa dan seberapa besar target
pembaca Anda.
Setelah menetapkan segmentasi pasar hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah
menentukan kebutuhan buku. Lalu, segeralah menulis judul.
47
James Rompas
"Pilihlah bidang disiplin yang sesuai dengan bidang keahlian ," saran dia. "Judul
tersebut masih bersifat sementara karena bisa diubah sesuai dengan kebutuhan."
Kemudian, lakukan survei pasar dengan melihat katalog dari penerbit, ke toko
buku, atau mengunjungi perpustakaan nasional. Hal ini berguna untuk
memperkokoh ancangan untuk menerbitkan buku.
Langkah berikutnya, kata Miyoto, menetapkan besaran pasar dan daya beli.
Pasaran dihitung untuk memperkirakan taksiran jumlah cetak karena jumlah cetak
yang keliru akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
"Di samping jumlah cetak, penulis juga perlu mengetahui kemampuan baca dan
daya beli mahasiswa (pembaca- red)," seperti yang tertulis dalam seminar kit
darinya.
Hal yang tak kalah penting lainnya adalah promosi. Ia mengatakan promosi dapat
dilakukan bahkan sebelum buku tersebut diterbitkan. Beberapa cara
mempromosikan buku adalah dengan menjadi pemateri dalam seminar-seminar,
menulis artikel di jurnal ilmiah, dan membuat selebaran.
Kiat berikutnya, papar Miyoto, adalah memilih penerbit. Ia mengatakan bahwa saat
ini penerbit mulai menjurus pada bidang disiplin ilmu tertentu. Untuk bidang
kedokteran misalnya, Anda bisa memilih penerbit Sagung Seto. Atau untuk karya
fiksi, penerbit Gramedia sepertinya lebih tepat.
"Pilihlah penerbit yang sesuai. Penerbit akan sangat tertarik jika bisa diterbitkan
pada jumlah cetak minimum 3000 eksemplar. Royalti untuk pengarang pun bisa
mencapai kisaran 8% -10% dari Harga Eceran Tertinggi (HET)," kata dia.
Kiat terakhir dari Miyoto adalah pemasaran. Kegiatan pemasaran merupakan ujung
tombak dari hasil penerbitan buku.
Tidak hanya 7 kiat sukses menjadi penulis buku yang dipaparkan oleh Miyoto pada
seminar ini. Ia juga menegaskan agar pembajakan terhadap buku dihentikan.
Penulis dengan Penerbit memiliki kedudukan setara; secara umum Penulis memandang Penerbit
bertindak sebagai intermediary karya-karya yang akan disampaikan kepada masyarakat,
sedangkan Penerbit memandang Penulis sebagai aset penting perusahaan yang menyebabkan
proses penerbitan tetap berlangsung.
Kepentingan apa di balik dorongan untuk menulis? Menulis dapat meningkatkan kredit point
(bagi pengajar), meningkatkan kredibilitas, dan pemenuhan finansial. Hal tersebut yang
memotivasi penulis untuk menghasilkan suatu karya yang berkualitas.
Dengan sinergi kerja sama antara Penulis dengan Penerbit akan diperoleh hasil berupa
penerimaan masyarakat terhadap buku terbitan ANDI.
Bentuk Royalti Penerbit ANDI
Mengingat Penerbit ANDI memiliki bentuk kerja sama yang beragam pada saluran distribusi
pemasaran, maka perhitungan royalti adalah berdasarkan buku yang benar-benar telah terbayar
lunas, dengan demikian buku yang sifatnya konsinyasi atau kredit belum dianggap sebagai buku
laku. Dalam hal ini Penerbit ANDI akan selalu menjaga kejujuran dan kepercayaan bagi semua
relasinya, ini semua karena nama baik sangat penting bagi Penerbit ANDI.
Bentuk Kerja Sama Penerbitan
49
James Rompas
. Penjelasan perihal: pasar sasaran yang dituju, prospek pasar, manfaat buku ybs.
. Profil penulis, memberi keterangan singkat tentang penulis.
Penilaian Naskah
Penerbit menilai naskah dari berbagai aspek:
Aspek Ideologis
Apakah topik bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila, apakah topiknya akan meresahkan
kondisi masyarakat seperti: politik, hankam, sara, sopan santun, harga diri, dll.
Aspek Keilmuan :
§ Apakah topik yang dibahas merupakan topik baru bagi masyarakat, dan apakah masyarakat
sudah siap menerima topik tersebut?
§ Apakah naskah tersebut gagasan asli atau jiplakan?
§ Terkait dengan akurasi data maka diperlukan sumber daftar pustaka yang lengkap.
Aspek Penyajian:
§ Apakah sistematika kerangka pemikiran baik sehingga alur logika pemaparan mudah
dipahami?
§ Bahasa yang digunakan apakah komunikatif sesuai dengan jenis naskah dan sasaran pembaca?
§ Apakah cara penulisannya sudah benar, yaitu menggunakan tata bahasa dan ejaan yang baku?
§ Kelengkapan naskah secara fisik seperti kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, batang tubuh,
daftar gambar, tabel, lampiran, index, daftar pustaka, sinposis, apakah sudah lengkap?
§ Pengetikan menggunakan media dan alat apa, apakah tulis tangan, diketik manual, ketik
komputer menggunakan software tertentu?
§ Mutu gambar, tabel dan objek lain yang dipasang (capture) apakah layak atau masih harus
diperbaiki lagi?
§ Apakah urusan perizinan penggunaan gambar tertentu, izin terjemahan, izin pengutipan dll.
sudah diselesaikan?
Aspek Pemasaran:
§ Apakah tema naskah mempunyai pangsa pasar jelas dan luas sehingga buku akan dapat dan
mudah diterima pasar?
§ Apakah naskah memiliki selling point atau potensi jual tertentu, seperti judul, keindahan,
bahasa, kasus aktual, dsb?
§ Apakah ada buku sejenis yang beredar dan telah diterbitkan? Apa kelebihan naskah tersebut
dibandingkan dengan buku lain?
Untuk Apa dan Mengapa Penerbit Harus Menilai Naskah? Penerbit adalah suatu badan usaha
yang bercita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk tujuan tersebut Penerbit
mengusahakan, menyediakan, dan menyebarluaskan bagi khalayak umum, pengetahuan dan
50
James Rompas
pengalaman hasil karya ilmiah para Penulis dalam bentuk sajian yang terpadu, rapi, indah, dan
komunikatif, baik isi maupun kemasan fisik, melalui tata cara yang sesuai, dan bertanggung
jawab atas segala risiko yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Berdasarkan pengertian mengenai
penerbitan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerbit tidak bermaksud untuk menghakimi hasil
karya Penulis, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menghargai karya tersebut karena Penulis
adalah “rekan sejawat” bagi Penerbit.
Penilaian naskah bukan untuk menjatuhkan vonis naskah baik atau buruk, layak terbit atau tidak.
Langkah tersebut digunakan sebagai sarana untuk memperlancar proses penerbitan secara
optimal.
Proses penilaian ini adalah proses standar penerbitan sehingga perlu ada komunikasi yang baik
antara Penerbit dan Penulis. Dengan demikian tidak ada salah-pengertian bahwa Penerbit
menganggap remeh Penulis atau Penulis merasa naskahnya sudah yang terbaik.
Keputusan Naskah
Setelah Penulis menyerahkan naskah, Penerbit memberikan keputusan melalui surat resmi
kepada Penulis, apakah buku diterbitkan atau tidak. Untuk naskah yang diterima, Penerbit akan
mengirim surat pemberitahuan resmi. Penulis wajib melengkapi kelengkapan naskah - softcopy.
Untuk naskah yang ditolak, naskah akan dikembalikan kepada Penulis bersama dengan surat
pemberitahuan penolakan penerbitan.
Pengiriman Softcopy: Disket atau CD
Softcopy naskah dikirim dapat dengan cara: Lewat pos/paket ditujukan ke:
Penerbit ANDI
Jl. Beo 38-40 Yogyakarta 55281
Telp (0274) 561881; Fax (0274) 588282
Datang langsung ke kantor Penerbit ANDI dan menemui bagian penerbitan ANDI.
Atau lewat email (Maksimal 1 Mb per kiriman):
penerbitan@andipublisher.com
Format Naskah
51
James Rompas
Footnote : Font sama, 8 point; dapat menggunakan font lain yang serasi.
Alignment : Justified
Spacing : Before – 0, After – 0,6
Line Spacing : Single
Gambar-gambar tangkapan (capture) layar sebaiknya menggunakan format jpg. Gambar
sebaiknya dikirimkan dalam file tersendiri yang di kumpulkan dalam sebuah folder gambar dan
dilakukan link terhadap naskah.
Catatan: Segala bentuk aturan layout di dalam template adalah layout standar di Penerbit Andi,
Anda dapat memodifikasi perwajahan buku Anda dengan terlebih dahulu melakukan konfirmasi
dengan Penerbit.
Setelah Anda menentukan sistematika penulisan buku Anda, hal penting berikutnya adalah
format buku yang akan Anda tulis. Format buku terdiri dari beberapa ukuran yaitu ukuran besar,
standar, kecil, atau buku saku serta format spesial. Penentuan format ini akan berpengaruh
terhadap ketebalan buku dan kedalaman materi yang Anda inginkan.
Banyak Penulis tidak memperhatikan format ini sehingga saat dilakukan pengaturan layout dan
setting, beberapa bagian buku menjadi tidak sesuai dengan maksud Penulis. Ketidaksesuaian
tersebut contohnya: proporsi gambar yang tidak benar, pemotongan kata yang tidak tepat
(terutama pada listing program pada buku pemrograman), dan ketebalan buku yang tidak
proporsional.
52
James Rompas
Kabar untuk para Penulis mengenai kebijakan Pemerintah yang berlaku mulai tahun 2009.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai prosedur pemungutan pajak bagi yang ber-NPWP dan yang
tidak ber-NPWP:
Pemotong/pemungut pajak harus memastikan terlebih dahulu apakah Wajib Pajak yang pajaknya
akan dipotong atau dipungut sudah memiliki NPWP atau belum. Mengapa? Karena tarif yang
akan digunakan berbeda.
Untuk Penulis, akan diberlakukan ketentuan dari “UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN
2008 TANGGAL 23 SEPTEMBEER 2008 – TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS
Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN”, yang mulai
berlaku sejak Januari 2009 khususnya pasal 23 tentang royalty.
Perhatikan bunyi ketentuan yang terdapat dalam Pasal 21 ayat (5a), Pasal 22 ayat (3) dan Pasal
23 ayat (1a) UU Nomor 36 Tahun 2008.
Kantor Pusat
Penerbit & Percetakan ANDI
Jl. Beo 38-40, Demangan
Yogyakarta 55281
INDONESIA
Telp. 0274-561881
Fax. 0274-588282
Cabang Jakarta
Jl. Raden Saleh No.68
Karang Tengah, Ciledug - Tangerang
Telp. 021-70601240, 70601241
Email jkt@andipublisher.com
53
James Rompas
Cabang Bandung
Jl. Srimahi Baru No.18
Bandung - Jawa Barat
Telp./Fax 022-5200290 / 022-520 4135
Email bdg@andipublisher.com
Cabang Semarang
Perum Semarang Indah Blok C-IX No.20
Semarang 50144
Telp./Fax 024-7605523
Cabang Surabaya
Jl. Raya Tenggilis R-17 Surabaya
Telp./Fax 031-8436604, 8473115 / 031-8410731
Email sby@andipublisher.com
Cabang Bali
Jl. Ganetri III/2 Denpasar Bali
Telp. 031-8080797
Email bali@andipublisher.com
Cabang Medan
Komplek Perumahan Setiabudi Indah I
Blok vv No.5 Tanjung Rejo-Medan
Telp./Fax. 061-8217623
Email mdn@andipublisher.com
Cabang Palembang
Villa Bangun Indah B-1
Jl. Sukabangun I KM 6, Palembang
Telp.0711-412624
Email plb@andipublisher.com
Cabang Makassar
Jl. Beruang No.86, Mamajang Luar
Mamajang, Makassar- Sulawesi Selatan
Telp. 0411-858803
Email mks@andipublisher.com
Cabang Riau
Jl. Kakatua No.19
Sukajadi, Pekanbaru - Riau
Telp. 0761-45952
Email riau@andipublisher.com
54
James Rompas
Cabang Manado
Jl. Stadion Klabat Barat No.43
Manado - Sulawesi Utara
Telp./Fax. 0431-822887
Email man@andipublisher.com
Cabang Samarinda
Komplek Batu Alam Permai
Jalan Anggrek Merpati VIII No. 39
Samarinda
Telp. 0541-7773562
Email smd@andipublisher.com
ID MEMBER PU0710004861
NAMA MEMBER Bpk. James Rompas
Jln. G. Nagiri lrg STM Kelurahan Pakadoodan linkg.6 Kecamatan Maesa Kota Bitung Prov. SULUT
ALAMAT
95512
TELP. 08124300872
EMAIL jamesrompas@yahoo.com
Administrator AndiPublisher.com
Top of Form
1 1_2540_AIJ7bHw 0 Inbox date
dow n a9DGbPP6sMk 0 1 25
Bottom of Form
Top of Form
55
James Rompas
dow n a9DGbPP6sMk 0 1 25
30 Spam
Bottom of Form
Top of Form
1 1_2540_AIJ7bHw 0 Inbox date
dow n a9DGbPP6sMk 0 1 25
Move... Move...
Pertama-tama memang menulis buku. Tapi setelah buku jadi lalu apa? Ada yang memilih tak
menerbitkannya. Ada yang memutuskan menerbitkannya sendiri saj dengan modal yang ada di
kantong. Tapi ada juga yang mencoba mencari-cari penerbit. Tanya sana tanya sini. Nah, berikut
ini Indonesia Buku menurunkan daftar penerbit-penerbit buku di Indonesia. Silakan dilihat-lihat,
siapa tahu jenis naskah Anda sama dengan misi dan ciri salah satu penerbit di bawah ini. Selamat
mencoba.
Djambatan
JL.Paseban 29 Jakarta Pusat telp (021) 3908790 atau (021) 3908175
The Critique
Jl. H Najihun No. 6 Gandaria Utara Kebayoran Baru
Telp. (021)7393685
Pustaka Zahra
Jl. Batu Ampar III No. 14 Condet Jakarta Timur
Telp. 021-8092269, 80871671
UI Press
Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta
Telp. 021-31935373, 31930172
PPM
Jl. Menteng Raya No.9 Jakarta
Telp. 021-2303247, 2302047
AL I’tishom Cahaya Umat
Jl. Pemuda III No. 10 Rt03/02 Rawamangun
Jakarta
Telp. 021-4701795
Balai Pustaka
Jl. Gunung Sahari Raya No.4
Jakarta
Telp. 021-3451616, 3804439
Bhuana Ilmu Populer
Jl. Kebahagiaan 11-11A
56
James Rompas
Jakarta
Telp. 021-2601234 ext 4441, 6340757
Bina Kasih, YK
Jl. Letjend Suprapto28 Cempaka Putih
Jakarta
Telp. 021-4209586, 4250357
Bumi Aksara
Jl. Sawo Raya 18
Jakarta
Telp. 021-4700988, 4700989
CSIS
Jl. Tanah Abang III/23-27
Jakarta
Telp. 021-3865532-35, 3847517,3809641
PT Dinastindo Adiperkasa Int’l
Jl. Kemiri Raya 68 Pd.Cabe Ciputat
Tangerang, Jakarta
Telp. 021-7496733, 7407078
EGC-Arcan
Jl. Agung Timur 4 Blok o/1 No.39
Jakarta
Telp. 021-65306283,65306712, 6518178
Gaya Favorit Press
Jl. H.R. Rasuna Said Kav.B32-33
Jakarta Selatan
Telp. 021-5253916,5209370,5266566, 5201080
Gema Insani
Jl. Ir.H. Djuanda (Jl.Baru ) Depok
Jakarta
Telp. 021-7708891, 7708894
Grasindo
Jl. Palmerah Selatan 22
Jakarta
Telp. 021-5483008,5480888 ext 3262, 5491412
Ichtiar Baru Van Hoeve
Jl. Raya Ps.Jum’at No.38D-E Pd.Pinang
Jakarta Selatan
Telp. 021-7511901, 7511855
Java Books Indonesia
Jl. Kelapa Gading Kirana I Blok A14 No.17
Jakarta
Telp. 021-4515351, 4534987
57
James Rompas
58
James Rompas
AK Group
AK Group, Fajar Pustaka, Madani, Pustaka Hikmah, Tiga Lentera Utama, Benteng Press, Izzan
Pustaka, Al-Manar, Al-Farqon
Jl. Purbayan Mutihan 154 RT 04 RW 18, Wirokerten, Banguntapan, Bantul 55194.
Telp (0274) 380714
AKY Press
Blimbingsari CT IV/38, Yogyakarta 55281
Website : www.onoff.or.id dan www.insist.or.id
Telp. (0274) 377623, 373631
Alenia Press
Jl. Kapten Hariyadi No.19 Ngentak, Ngaglik, Sleman
Yogyakarta
Telp. (0274) 7442238
Alfa Media
Jl. Monjali 75 A Yogyakarta
Telp. 0274-584780
Andi Offset
Jl. Beo No.38-40 Yogyakarta
Telp. 0274-561881
Amara Books
Puri Arsita A6
Jl. Kalimantan, Purwosari, Mlati, Sleman, Yogyakarta
E-mail : amara_books@yahoo.com
Telp. (0274) 7470601
Analisa (Anggota IKAPI)
Jl. Djazuli Karangkajen MG III 918 A, Yogyakarta
Telp. (0274) 379250
Ar-Ruzz Media Group
Ar-Ruzz, Saujana, Prismasophie, Mediawacana, Ad-Dawa’, Waqtu, Ar-Ro’I, Indiebooks
Ringinsari No. 123, RT 02/49, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
E-mail : arruzzmedia@yahoo.com
Telp. (0274) 7482086, 8164772234
Jl. Sambilegi Baru No. 119 Yogyakarta
Telp. 0274-7482086
Bentang Pustaka (Group Mizan)
Jl. Pandega Marta 19, Yogyakarta
Bentara Budaya
Jl. Suroto 2, Kota Baru, Yogyakarta
Telp. (0274) 560404
Bigraf Publishing (Anggota IKAPI)
Jl. Sisingamangaraja 93, Yogyakarta 55153
Website : www.bigraf.com
E-mail : corporate@bigraf.com
Telp. (0274) 373019
59
James Rompas
60
James Rompas
61
James Rompas
Grasindo
Ndalem Tedjokusuman MG II/525
Yogyakarta
Hidayat, PO
Jl. Tentara Rakyat Mataram 9, Yogyakarta 55231
Telp. (0274) 563767
IAIN Sunan Kalijaga Press
Jl. Laksda Adisutjipto, Yogyakarta
Idea Press
Jl. Kaliurang, Gg. Tedomoyo CT III/3, Yogyakarta
Telp. (0274) 583900
Indonesia Tera
Jl. Mayjend Bambang Soegeng No. 262A, Magelang 56172
Website : www.indonesiatera.or.id
Bumi Prayudan blok BB-8 Magelang
Telp. 0293-327290
Dunia Tera
Jl. Suroto 10, Kotabaru, Yogyakarta
E-mail : duniatera@yahoo.com
Telp. (0274) 520138
Insist Press
Jl. Gandok Tambakan No.85 RT04 RW20, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Tel/Faks:
0274-883452.
Email: tb.insistpress@gmail.com., infobuku_insist@yahoo.co.id.
Website: http://press.insist.or.id/
http://bukuinsistpress.blogspot.com/
facebook: tokobuku insistpress
InterFidei
Jl. Banteng Utama No. 59 Sinduharjo Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581
E-mail : dianinterfidei@yahoo.com
Telp. (0274) 880149
IRCiSod
Ircisod, Diva Press
Jl. Nogorojo No. 208 C Gowok, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 7418727, 0818462244
IRE Press
Jl. Kaliurang Km 5,5 Blok B No. 9A, Karangwuni, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 581068
Jalasutra
Jl. Mangunegaran Kidul 25 Yogyakarta
Telp. (0274) 370445
Jendela Group
Jl. Gejayan Gg. Buntu II No. 5A, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 518886
62
James Rompas
Kalika
Jl. Wahid Hasyim No. 99, Yogyakarta 55262
Telp. (0274) 418312
CV Kaliwangi (Anggota IKAPI)
Jl. Monumen Yogya Kembali 93, Yogyakarta 55284
Telp. (0274)566307
Kanisius
Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 588783, 565996, 563349
Karang Press
Jl. Krasak Barat 14, Kotabaru Yogyakarta
E-mail : karang_press@publicist.com
Telp. 0818731044
Kepel Press
Parwanggan PA I/551 Yogyakarta 55112
Telp. (0274) 516714
Kota Kembang
Jl. Bantul 130, Yogyakarta 55262
Telp. 0274-372939
Kreasi Wacana
Kadipaten Kulon KP I/73, Yogyakarta 55132
Telp. (0274) 381682
Kurnia Kalam Semesta
Jl. Lempongsari 3A Monjali, Ringroad Utara, Yogyakarta
Telp (0274) 884011
Kutub
Minggiran MJ II/1482, Yogyakarta
Jl. Ringroad Utara
Yogyakarta
Telp. (0274) 379406
Lapera Pustaka Utama
Jl. Minggiran No. 61 A Lt1
Yogyakarta 55141
Telp. (0274) 375416
Lesfi
Jl. Solo Km 8 Nayan No. 108A, Maguwoharjo
Yogyakarta 55282
E-mail : lesfi-jogja@telkom.net
Telp. (0274) 377542, 486872
L Kis
Jl. Parangtritis km.4,4 Salakan Baru No 1 Sewon, Bantul
Yogyakarta
Telp. 0274-7472110
63
James Rompas
64
James Rompas
PT Niaga Swadaya
Perum Sendok Indah KG II/360 Yogyakarta
Telp. 0274-376084
Ombak
Jl. Jatimulyo TR I/273 RT 04 RW 02
Yogyakarta 55242
Telp. (0274) 589243
Perum. Nogotirto III, Jl. Progo B-15 Yogyakarta
Telp. 0274-620606
Oracle
Pandega Buku Utama, Mata Bangsa
Sambilegi Baru No. 35 RT01 RW 53, Yogyakarta 55282
E-mail : matabangsa@hotmail.com
Persatuan
Jl. KH A Dahlan 107, Yogyakarta 55262
Telp. (0274) 376627, 381772
Phanta Rhei Books
Jl. Magelang Km 10 Ngancar, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55511
Telp. 08156884239
Pilar Media
Jl. Ori I/2 Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
Telp. 0274-541888
Pondok Edukasi
Puri Sewon Asri Blok D No. 23, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta
Telp. (0274) 7481634, 7497421
Prisma Media
Prisma Media, Qonun Al-Ghiyats
Stan RT 04 RW 44 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282
Jl. Cangkringan Km 3 Kalimati Tirtomartani Kalasan Sleman, Yogyakarta
Telp. (0274) 881229
Prisma Media Utama
Griya Karanganyar Asri, blok G-15 Yogyakarta
Telp. 0274-376236
Pro-U Media
Jl. Jogokaryan 35, Yogyakarta 55143
E-mail : pro-u@eramuslim.com
Telp. (0274) 380215
Pustaka Cendekia
Jl. Parangtritis Km 7, Yogyakarta
Telp. (0274) 7482495
Pustaka Dian
Babadan RT 04 RW 02 Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta
65
James Rompas
Pustaka Gondhosuli
Jl. Sendang Mulyo 4 Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta 55673
Telp. (0274) 621752
Yayasan Pustaka Nusatama (Anggota IKAPI)
Jl. Sawit 21 Sawitsari, Yogyakarta 55283
Telp. (0274) 885471
Pustaka Pelajar
Pustaka Pelajar, Mitra Pustaka, Pustaka Semesta Press
Celeban Timur UH III/548
Yogyakarta 55167
Telp. (0274) 381542
Putera Langit
Minomartani, Jl. Blanak II/8
Yogyakarta 55581
Telp. 08156851792
Qalam
Qalam, Tinta, Qirtas
Jl. Kaliurang Km 7,5 Kayen Gg. Anggrek 57A
Yogyakarta 55283
Website : www.qalam-online.com
Telp. (0274) 7474039
PT Remaja Rosdakarya
Jl. Langenastran Kidul 28A Yogyakarta
Telp. 0274-340817
Resist Book
Jl. Magelang Km 5 Gg. Bima No. 39 Kutu Dukuh, Yogyakarta 55284
E-mail : resistbook@gmail.com ; resistinfo@gmail.com ; ippibook@yahoo.com
Telp/Faks. (0274) 580439
Sadasiva
Sadasiva, Mikraj, Tirai
Jl. Tamansiswa Gg. Permadi 1591, Yogyakarta
E-mail : penerbit_sadasiva@hotmail.com ; tiraipenerbit@yahoo.com
Telp. 08157959060
Safiria Insania Press
Jl. Ringroad Timur No. 39 Nanggulan RT 01 RW 19, Maguwoharjo, Yogyakarta
Telp. (0274) 484584, 523637
Sajadah Press
Jl. Mangkuyudan MJ III/216, Yogyakarta
Telp. (0274) 380228
PT Salemba Emban Patria
Jl. Magelang km.2 Kricak kidul TR1/1216 Yogyakarta
Telp. 0274-521860
66
James Rompas
67
James Rompas
Tri-DE
Krapyak Wetan No. 165, Yogyakarta
Telp. (0274) 417434, 0818270719
UII Press
Jl. Cik Di Tiro No. 1
Yogyakarta 55223
E-mail : uiipress@mailcity.com
Telp. (0274) 513091, 547865, 547864, 08122958220
UPP-AMP YKPN
Jl. Langensari 45 Balapan, Yogyakarta 55222
Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 7, Yogyakarta
Telp. (0274) 586115, 885805, 885700
Venus Corporation
Gowok Kompleks Polri Blok A1, No.2
Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 489718
Victory Jaya Abadi
Jl. Gowongan Kidul 18, Yogyakarta 55232
Telp. (0274) 566277
Widya Dara
Jl. Petung No. 13 A Yogyakarta
Wihdah Press
Jl. Suryodiningratan MJ II/721
Telp. (0274) 381204
Yayasan Obor Indonesia
Perum Jombor Baru, Blok 2 No.21 Yogyakarta
E-mail : yayasan_obor@cbn.net.id
Telp. 0274-865557
Yayasan Untuk Indonesia
Jl. Karangmiri 17
Yogyakarta
Telp. (0274) 415757
Yudhistira
Jl. Sugeng Jeroni No.8, Yogyakarta
Telp. 0274-373961
Pustaka Elba
Ruko Galaxy Bumi Permai G-6/16 Surabaya
Telp. 031-70595271
PT Grafindo Media Pratama
Jl. Kutisari Indah Utara IV No.17
Surabaya
Penerbit Mizan
Kantor Pusat : Jl. Cinambo No. 135, Cisaranten Wetan Ujungberung, Bandung 40294. Telp.
68
James Rompas
69
James Rompas
Telp/Faks. (0274) 580439 , (0274) 7422761, 08157926208 (Mas Aan – Resist Book cabang
Malang) Email : resistbook@gmail.com website: www.resistbook.or.id
Penerbit Jalasutra
Kantor Jalasutra Yogyakarta : Jl. Mangunnegaran Kidul No. 22-25, Yogyakarta 55131. Telp.
(0274) 370445 Email : pemasaran@jalasutra.com
Kantor Jalasutra Bandung : Jl. Sapujagat blok E-4 No. 137, Bandung 40123. Telp. (022)
2502261 Email : apuy@jalasutra.com
Penerbit UMM Press
Kantor Pusat : Jl. Raya Tlogomas 246 Malang. Telp/Faks. (0341) 7059981, 464318 pswt 140
Email : ummpress@yahoo.com Website : http://ummpress.umm.ac.id
Penerbit Castle Books
Kantor Pusat :Jl. Sorowajan 136x Lantai 2 Banguntapan, Yogyakarta 55198. Telp. (0274)
7481390, 7473004 Email : hanggar_kreator742001@yahoo.com
Penerbit Navila Group
Kantor Pusat : Jl. Kaliurang Km 12 No. 34 Candi 2 RT03/RW06 Sardonoharjo Ngaglik Sleman
Yogyakarta. Telp. (0274) 886866 Email : navila_book@yahoo.com
Kantor Pemasaran : Jl. Paketmulyo UH V/411 Golo Umbulharjo Yogyakarta. Telp/Faks. (0274)
377034, 886866
Kantor cabang Malang : Jl. Sidodadi 07 Kebon agung, Malang. Telp. (0341) 800528 HP.
08123315198
Penerbit SmartBooks
Kantor Pusat : Jl. Musi Raya No. 9 Semarang. Telp/Faks. (024) 3550069 Email :
smartbooks@lycos.com
Kantor Perwakilan Yogyakarta : Ringroad Utara Km 1.6 Tobongsari RT 04 / RW 68 No. 3
Maguwoharjo Depok Sleman, Yogyakarta 55282. Telp HP. 08175482295 Email :
ribut1@lycos.com
Penerbit PT. Elex Media Komputindo
Kantor Pusat : Jl. Palmerah Selatan 22, Jakarta 10270. Telp. (021) 5483008, 5490666, 5480888
Ext 3323 Website : www.elexmedia.co.id
Penerbit Gava Media
Kantor Pusat : Jl. Klitren Lor GK III / 15 Yogyakarta. Telp. (0274) 558502, 491047, 541324
HP.08122597214 Email : infogavamedia@yahoo.com , infogavamedia@telkom.net ,
info@gavamediayk.zzn.com
Penerbit Andi Publishing
Kantor Pusat : Jl. Beo 38 – 40 Yogyakarta 55281. Telp. (0274) 561881 Faks. (0274) 588282
Email : andi_pub@indo.net.id website : www.andipublisher.com ; pengiriman naskah softcopy
buku bisa melalui E-mail : penerbitan@andipublisher.com
Penerbit DataKom Lintas Buana
Kantor Pusat : Jl. Pemuda IV No. 20 Jakarta 13220. Telp/Faks. (021) 4759405 Email :
datakom@telkom.net
Penerbit CV. Maxikom
Kantor Pusat : Jl. Residen H. Abdul Rozak No. 33 B5 – B6 Palembang 30114. Email :
maxi@maxikom.co.id website : www.maxikom.co.id
70
James Rompas
Bottom of Form
71