Professional Documents
Culture Documents
a Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi
Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di Indonesia.
a Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over
head line).
a Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV),
dan tegangan rendah (LV).
a Tujuannya
j y adalah agar
g drop p tegangan
g g dan ppenampang
p g kawat dapat p direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
a Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km.
4
1.3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV
a Tegangan
T operasii antara
t 30 KV sampaii dengan
d 150 KV.
KV
a Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat.
kawat Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
a Apabila
p kapasitas
p daya
y yyangg disalurkan besar,, maka p
penghantar
g pada masing-
p g
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
a Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.
a Kelemahan SKTT :
9 Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
9 Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
a Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.
a Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu :
9 Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
9 Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
a Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi
yyangg menghubungkan
g g dari Gardu Induk,, Penyulang
y g ((Feeder),
), SUTM,, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
8
1.3.5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV
a Diti
Ditinjau
j d i segii fungsi
dari f i , transmisi
t i i SKTM memiliki
iliki fungsi
f i yang sama dengan
d
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
a Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik
tegangan rendah konsumen.
a Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
a Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
10
1.3.7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR)
40 VOLT – 1000 VOLT
a Diti
Ditinjau
j d i segii fungsi,
dari f i transmisi
t i i SKTR memiliki
iliki fungsi
f i yang sama dengan
d
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah.
a Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW)
tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan :
9 Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, ada misalnya : karena
menggunakan transmisi SKTM.
9 Faktor estetika.
a Ol
Oleh
h karenanya
k transmisi SKTR
S pada
d umumnya dipasang
d d daerah
di d h perkotaan,
k
terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek
estetika.
a Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi
tegangan tinggi.
a Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan
bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW)
dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
13
Lanjutan 1.5.
Gambar 1
1.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada
SUTT 150 KV.
14
Lanjutan 1.5.
Gambar 2.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTET 500 KV.
15
Lanjutan 1.5.
Gambar
G b 3 3.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTT 150 KV yang
melintasi sungai dan berada
pada daerah muara sungai
16
2.1. PONDASI TOWER (TIANG)
a Type pondasi :
9 Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam.
9 Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA,
CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain.
a Konstruksi pondasi :
9 Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, dipasang harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk
mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan
tower.
9 Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah),
baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang.
9 Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi
SUTT antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation),
SUTT, Foundation) Bump Pile,
Pile Mikro
Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile.
a Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar
royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
18
2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN
TAPAK TOWER
a Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada
umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang
bermacam-macam jenis.
a Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu,
maka harus dipasang
p g ((dibangun)
g ) tembok/ p
pasangan
g beton/ p
pasangan
g batu kali
yang berfungsi untuk menahan pondasi tower.
19
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH
a Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi
“PLN” dan dipasang diempat sudut batas tanah.
a Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower,
sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda
batas tanah.
tanah
a Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran
8 m x 8 m,
m 10 m x 10 m,m 12 m x 12 m,
m 14 m x 14 m,m dan seterusnya,
seterusnya mengikuti
besar kecilnya tower.
a T
Tanah
h yang berada
b d pada d patok
t k tanda
t d batas
b t tanah
t h diurug
di d diratakan,
dan di t k pada
d
umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya.
20
2.4. TOWER (TIANG) DAN PERLENGKAPANNYA
3
3. a B
Bagian-bagian
i b i Tower T :
9 Stub (Kerangka Tower),
adalah kerangka utama tower,
yang berfungsi untuk
menopang komponen
k li t ik
listrik
SUTT.
9 Silang-silang, berfungsi
sebagai penguat rangka tiang
(di
(diagonall tiang).
i )
9 Travers, berfungsi sebagai
tempat dudukan isolator dan
tempat pemasangan kawat
tanah (ground wire)
a K
Konstruksi
t k i Kayu
K ::
9 Terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi, yang mempunyai
kekuatan dan umur yang baik
d tidak
dan tid k perlul melalui
l l i proses
pengawetan.
9 Jenis ini jarang digunakan di
Indonesia, apalagi saat ini
untukk memperoleh l h k
kayu
sangat sulit dan bisa-
bisa lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan
konstruksi jenis lainnya.
lainnya
Gambar7
b :
Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT
25
2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT
26
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA
a Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
lainnya
a Jenis kawat yang digunakan :
9 Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang
mahal.
mahal
9 Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) :
¾ Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia.
¾ Saat ini dikembangkan g penggunaan
p gg T-ACSR ((Thermal-Alluminium Steel
Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7
kali KHA ACSR.
¾ Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi
ketentuan standard teknik,, jjuga
g memiliki kemampuan
p ((kekuatan)) mekanik
yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC.
a Hal-hal yang perlu diperhatikan :
9 Jika arus listrik mengalir
g pada p
p penghantar,
g , maka akan menimbulkan p panas
pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada
penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan
andongan (lendutan).
9 Konsdisi tersebut p perlu adanya
y ketentuan standard suhu operasi
p maksimum
penghantar yang diijinkan.
9 PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT
sebesar 750 C.
27
Lanjutan 3.1.
9 Repair Sleeve :
¾ Berfungsi sebagai pembungkus/
mereparasi/memperbaiki penghantar
yang urat-uratnya rusak (putus).
(putus)
¾ Terdiri dari dua bagian, yang pertama
sebagai penutup sebagian besar
konduktor dan bagian kedua penutup
kecil yang disambungkan ke bagian
kecil,
Gambar 13 : pertama.
Repair Sleeve
¾ Setelah terpasang , selanjutnya
diproses, sehingga akan berbentuk
segi enam.
enam
9 Perentang (Spacer) :
¾ Berfungsi sebagai pengatur jarak
(pemisah) dua atau lebih
k d k
konduktor pada
d tiap-tiap
phasa SUTT.
¾ Tujuannya adalah untuk menjaga
agar jarak antara konduktor
dengan konduktor dalam satu
phasa tidak berubah dan tidak
bertumbukan, karena adanya
Gambar
G b 15 : gaya elektromekanik atau angin.
angin
Perentang (Spacer)
31
3.2. INSULATOR STRINGS & FITTING
a U Bolt :
Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers
tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan).
a Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT
dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi
udaranya
uda a ya normal,
o a , dae
daerah
a ya
yangg mengandung
e ga du g po
polusi
us kimia
a ttinggi,
gg , dae
daerah
a ya
yang
g
udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain.
a Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan
) digunakan
asin), d k Isolator
l Type Normal. l Sedangkan
d k untukk daerah
d h yang udaranya
d
berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator).
35
3.3. KOMPONEN PENGAMAN (PERLINDUNGAN)
a Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang
j l SUTT.
jalur SUTT
a Untuk jjaringan
g pengaman
p g ((Safetyy Net)) dan bola p
pengaman
g dipasang
p g ppada
tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
36
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA
Gambar
G b 24 :
Jaring Pengaman(Safety Net)
39
3.3.4. BOLA PENGAMAN (BALISTOR)
40
4.1. KABEL TANAH
a P
Penggunaan isolasi
i l i jenis
j i ini
i i karena
k
dianggap relatip cukup baik, sebab
isolasi cukup tipis dan mempunyai
Gambar 26 : kekuatan secara elektris dan
Kabel Minyak 150 KV mekanis yang cukup baik.
41
4.2. SAMBUNGAN (JOINTING)
a Sambungan Langsung :
Konstruksi sambungan ini cukup
sederhana,, tidak menggunakan
gg
teknologi tinggi (konvensional),
tetapi mempunyai kekuatan dan
keandalan yang baik.
a Proses pengisian :
9 Sepanjang seksi kabel harus
terlebih dahulu di vacum.
vacum
9 Treatment minyak kabel.
9 Memasukkan minyak.
a P
Pengecekan
k terhadap
t h d semua route t SUTT,
SUTT terutama
t t pada
d lokasi
l k i tanah
t h yang akan
k
ditempati masing-masing pondasi tower.
Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh
pihak tertentu,
tertentu sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul
masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis.
a Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan
mobilisasi material.
a Jik
Jika patokk tanda d l k tower
letak
bergeser, secara teknis akan timbul
masalah, misalnya : seharusnya
Gambar 30 : tower suspension
p yyangg berubah
Uitzet/ Pematokan posisi menjadi tension.
46
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK
a Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik
pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As)
masing-masing
g g kaki tower.
47
5.4. GALIAN TANAH
48
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA
Gambar 32 :
Urug Pasir dan Lantai Kerja
a Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya
l b k dan
lembek d b l
berlumpur, sehingga
hi pada
d saatt pengecoran pondasi,
d i
dasar (landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras.
a Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi
betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali.
a Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk memasukkan
pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki tower (stub
tower).
49
5.6. STUB SETTING DAN PEMASANGAN PENTANAHAN TIANG
a Besar kecilnya
y ppenampang
p g besi dan
pembesian secara keseluruhan,
tergantung dari besar kecilnya
pondasi dan tower.
Gambar
G b 34 : a Pemasangan bekesting termasuk
sampai dengan kaki tower yang
Pembesian dan Pemasangan
Bekesting Pondasi Type Normal menyembul di atas tanah.
51
5.8. PERSIAPAN COR PONDASI
55
5.10. PEMBONGKARAN BEKESTING DAN URUG BALIK
a c a Pekerjaan lain-lain :
b
9 Pemasangan Vang Net (kalau
kebetulan 1 paket dengan
pekerjaan SUTT).
9 Pemasangan
P b l
bola pengaman//
Balistor (kalau ada).
Gambar 42 : 9 Pemasangan tembok penahan
a Plat Nomor Tower (Number Plate)
a. Plate). pondasi (kalau ada).
b. Plat Tanda Bahaya (Danger Plate).
c. Penghalang Panjat Tower.
59
6.1. PERSIAPAN PEKERJAAN
a Dampak
p jjika antisipasi
p kurang
g matangg:
9 Ada kemungkinan pada saat pelaksanaan pekerjaan berlangsung, harus
terhenti (dihentikan), misalnya : karena ganti rugi yang belum beres,
adanya protes dari masyarakat, dan lain-lain.
9 Akan muncul biaya tak terduga untuk pengamanan peralatan kerja dan
material yang ada di lapangan. Jika terhentinya pekerjaan berlangsung
lama, maka pembengkaan biaya menjadi sangat besar.
9 Timbulnya kerawanan keamanan dan dampak sosial.
sosial
9 Pengaruh terhadap sistem ketenagalistrikan secara lebih luas, karena akan
berdampak pada sistem yang lain.
9 Kerugian di sisi PLN karena penyerapan anggaran yang tertunda dan
penjualan energi listrik yang tertunda.
9 Kerugian masyarakat karena tertundanya dalam memanfaatkan listrik.
61
Lanjutan 6.1.
62
Lanjutan 6.1.
Gambar 43 :
Stegger
gg (Crossing
g dengan
g JTM dan
Jalan
l Raya))
a Menginventarisasi kebutuhan
isolator dan rangkaiannya
pada masing- masing tower dari
seluruh tower yang ada.
Gambar 47 :
Menaikkan Insulator Strings ke
Travers
66
Lanjutan 6.2.
Gambar 48 :
Single Suspension Insulator Strings(A), Suspension Clamp
(B), Armour Rod (C) dan Dumper (D)
67
Lanjutan 6.2.
Gambar
G b 49 :
Single Tension Insulator, Double Tension Insulator Strings dan
Jumper Support Insulator pada Tower Belokan (Tower Tension)
68
Lanjutan 6.2.
Gambar 50 :
Pemasangan Tension Insulator Strings & Proses Sagging
69
Lanjutan 6.2.
Gambar 51 :
Single dan Double Tension Insulator Strings
70
Lanjutan 6.2.
Gambar 52 :
Double Suspension Insulator Strings
71
Lanjutan 6.2.
Gambar 53 :
Single Tension & Jumper Supoort
I
Insulator
l t StStrings
i pada
d Tower
T Belokan
B l k (Tension)
(T i )
72
Lanjutan 6.2.
Gambar 54 :
Insulator Strings
g Terpasang
p g pada
p
Gantry Gardu Induk
73
6.3. PENARIKAN KONDUKTOR & GROUND WIRE
a Secara umum ada tiga bagian utama dalam pelaksanaan pekerjaan penarikan
konduktor dan ground wire yang harus dilakukan, yaitu :
9 Persiapan umum.
9 Persiapan penarikan (pemasangan pilot wire).
9 Proses dan pelaksanaan penarikan konduktor dan ground wire.
74
6.3.1. PERSIAPAN UMUM
a Pada masing-masing tower yang berada di depan mesin penarik dan dan mesin
penegang (Tensioner),
(Tensioner) semua cross arm-nya
arm nya dipasang achoer ke body tower.
tower
Tujuannya adalah untuk menahan Cross Arm dari kemungkinan timbulnya
pembengkokan pada saat dilaksanakan penarikan konduktor dan ground wire.
a Pada suspension insulator yang telah terpasang pada jalur penarikan, dipasang
Montage Roll yang berfungsi untuk lewatnya Pilot Wire dan konduktor serta
ground wire. Sedangkan
g g pada tower tension,, Montage
p g Roll langsung
g g dipasang
p g
pada cross arm, dengan dibantu Wire Rope yang telah dipotong dan
disesuaikan kebutuhan.
9 Konduktor dan ground wire ditarik dengan menggunakan Big Pilot Wire dari
Weight.
9 Pada saat Big Pilot Wire sudah sampai di tempat Engine Winch, maka Drum
77
6.3.3. PROSES DAN PELAKSANAAN PENARIKAN KONDUKTOR &
GROUND WIRE
a Ujung konduktor dan ground wire dihubungkan dengan Yoke yang telah
dilengkapi Counter Weight, dengan menggunakan Pulling Grip dan Beugel,
sedangkan ujung Big Pilot Wire dihubungkan dengan Yoke menggunakan
Beugel.
Beugel
a Proses penarikan :
9 Penarikan konduktor dan ground wire mengikuti jalur Pilot Wire.
Wire
9 Setelah Yoke sampai pada Rol-Rol yang terpasang pada tower, dilakukan
penyetopan Engine dan Tensioner.
9 Penyetopan dilakukan oleh pekerja pengawal Counter Weight dengan
menggunakan sarana komunikasi Handy Talky.
9 Memindahkan Yoke dari Rol sisi Drum Site dan Rol sisi Engine Site,
dilaksanakan oleh pekerja yang telah siap pada tower jalur Pilot Wire.
9 Penyambungan
P b d
dengan menggunakan
k Joint
J i t Sleeve
Sl t
type C
Compression.
i
9 Untuk sambungan konduktor (konduktor line/ phasa) yang pada umumnya
menggunakan kawat ACSR, proses penyambungannya dua kali, yaitu
penyambungan
b (j i t sleeve)
(joint l ) steel
t l dan
d penyambungan
b (j i t sleeve)
(joint l )
alluminium.
9 Untuk sambungan ground wire yang pada umumnya menggunakan kawat
GSW penyambungan dilakukan satu kali,
GSW, kali karena semua urat kawatnya
sama, terbuat dari steel.
9 Agar pada saat melalui rol-rol kabel sambungan tidak mengalami kerusakan,
maka diberi pengaman yang berupa Joint Protector.
Protector
9 Selanjutnya salah atu ujung konduktor dan ground wire dipasang Tension
Clamp dan dikaitkan (dipasang) pada Tension Insulator Strings.
9 Pada
P d sisi
i i ujung
j yang satunya
t b l
belum di
dipasang T i
Tension Cl
Clamp, k
karena
andongan (sagging) dari konduktor dan ground wire tersebut masih belum
sempurna.
p
9 Salah satu ujung konduktorn dan ground wire di klem dengan
mempergunakan Come Along pada tower yang lain, dengan terlebih dahulu
diatur andongannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PLN.
a Demikianlah
D iki l h proses dan
d pelaksanaan
l k penarikan
ik k d kt dan
konduktor d ground
d wire
i
pada masing-masing phasa/ line dilaksanakan. Untuk penarikan konduktor dan
ground wire p
g pada p
phasa// line yyang
g lain,, mengikuti
g ketentuan dan tatacara
seperti yang diuraikan di atas.
80
6.4. PENGATUBAN ANDONGAN (SAGGING)
a Setelah penarikan konduktor dan ground wire antar Section Drum Site dan
Engine Site selesai dilaksanakan seluruhnya, selanjutnya dilaksanakan
pekerjaan pengaturan andongan (sagging).
a Dengan selesainya pekerjaan sagging dan dead & clamp kedua ujung
konduktor dan ground wire dipasang pada masing-masing tower tension,
j y dilakukan p
selalnjutnya pemasangan
g Klem ((Clamping)
p g) ppada tower-tower
penyangga (Suspension Tower).
a Pekerjaan lainnya :
9 Pemasangan Jumper Support Insulator pada tower tension lengkap dengan
pemasangan Jumper Conductor dan Paralel Groove Clamp.
82
Lanjutan 6.5.
a Apabila jumlah konduktor pada masing-masing line (phasa) lebih dari satu,
misalnya : dua atau empat, maka harus dipasang pemisah atau perentang
(Spacer).
a Tujuan
T j pemasangan Spacer
S adalah
d l h untuk
t k menjaga
j j k antara
jarak t k d kt yang
konduktor
satu dengan konduktor lainnya dalam satu phasa, agar tidak berubah dan tidak
bertumbukan satu dengan lainnya, karena adanya gaya elektromagnetik atau
angin.
83
6.6. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN STRINGING SUTT
Gambar 55 :
Wire Rope (Pancingan Konduktor dan Ground Wire)
84
Lanjutan 6.6.
Gambar 56 :
Tensioner
85
Lanjutan 6.6.
Gambar
G b 57 :
Engine Winch (A) dan Reel Windeer (B)
86
Lanjutan 6.6.
Gambar 58 :
Counter Weight.
87
Lanjutan 6.6.
Gambar 59 :
Proses P
P Penyambungan
b K
Konduktor
d kt ACSR dengan
d menggunakan
k
Joint Sleeve Type Compression
88
Lanjutan 6.6.
Gambar 60 :
Penyambung Konduktor ACSR (Joint Sleeve) yang telah terpasang.
89
Lanjutan 6.6.
Gambar 61 :
Standby Conduktor dengan bantuan Montage Rol (Posisi konduktor
jauh dari Tensioner).
90
Lanjutan 6.6.
Gambar 62 :
Joint Sleeve Ground Wire.
91
6.7. PEKERJAAN FINISHING
a S
Secara umum pekerjaan
k j fi i hi
finishing adalah
d l h melakukan
l k k pengecekan
k t h d
terhadap
semua scope pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan maksud :
9 Untuk mengetahui apakah pekerjaan telah dilaksanakan secara baik dan
benar.
9 Dengan pengecekan akan diketahui apabila terjadi kekurangan pekerjaan,
sehingga langsung dilakukan langkah-langkah perbaikan.
a M
Menyelesaikan
l ik pembayaran
b ganti
ti rugii kerusakan
k k t
tanaman, b
bangunan, pohon-
h
pohon, dan lain-lain yang mengalami kerusakan atau karena ditebang, yang
diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan.
a Memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan oleh
proses pengangkutan peralatan dan material kerja pada saat pelaksanaan
stringing.
a Memperbaiki bangunan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan pada saat
pelaksanaan pekerjaan stringing.
92
Lanjutan 6.7.
a Memperbaiki
b k tanah h yang rusak,
k yang digunakan
d k sebagai
b l d
landasan (
(tempat)
)
peralatan kerja stringing.
93
7.1. PENGERTIAN COMMISSIONING TEST
a P
Pekerjaan
k j i t l i listrik
instalasi li t ik yang telah
t l h selesai
l i dikerjakan
dik j k d
dan akan
k di
dioperasikan,
ik
tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan
dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi listrik tersebut benar-
benar aman untuk dioperasikan.
p
94
7.2. RUANG LINGKUP COMMISSIONING TEST
a P
Pemeriksaan
ik :
Merupakan bagian dari Commisioning Test, dengan cara melihat langsung
terhadap peralatan/ material maupun konstruksi instalasi listrik yang telah
terpasang secara kasat mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal :
teropong tetapi tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur.
teropong, ukur
a Ada 2 (dua) jenis pemeriksaan, yaitu :
9 Pemeriksaan sifat tampak (visual check).
9 Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi.
konstruksi
a Pemeriksaan sifat tampak (visual check), yang meliputi :
9 Pemeriksaan item per item alat/ barang/material yang telah terpasang.
9 Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat/barang/material
yang dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak.
9 Melihat apakah perlengkapan yang dipasang dalam kondisi baik,
secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak, dan
lain-lain.
a Pemeriksaan pemasangan (konstruksi) yang meliputi :
9 Pemeriksaan rangkaian alat/barang/material yang telah terpasang.
9 Tujuannya
j y adalah mengetahui
g alat/ barang/material
g yyang
g dipasang,
p g
apakah telah sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku
(SNI, LMK, PUIL, SPLN, dan lain sebagainya).
95
7.3. COMMISSIONING TEST PADA TRANSMISI
a Untuk item pekerjaan tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata (tidak
bisa dilihat secara kasat mata), maka dilakukan pengujian dengan menggunakan
alat uji/ alat ukur.
a Pengujian transmisi relatif lebih sederhana dan tidak serumit pengujian instalasi
pembangkit tenaga listrik maupun gardu induk.
97
7.4. PENGOPERASIAN TRANSMISI
a Agak berbeda dengan pengoperasian Gardu Induk yang hanya di satu tempat,
tempat
pengoperasian Transmisi harus dilaksanakan secara lebih hati-hati, karena
berada pada area dan route yang panjang. Oleh karenanya sebelum
dioperasikan/ dimasuki tegangan (Energizing), harus diyakini bahwa seluruh
route jaringan benar
benar-benar
benar aman.
aman
98
8.1. SERAH TERIMA PERTAMA
a Dengan dilaksanakannya serah terima pertama ini, berarti phisik pekerjaan telah
mencapai 100 % (seratus persen). Tetapi pada umumnya pembayaran termijn
h
hanya dib ik 95% dari
diberikan d i total
t t l nilai
il i kontrak.
k t k
a Pada saat serah terima pertama ini, pelaksana pekerjaan (Kontraktor) masih
mempunyaii tanggungan
t pekerjaan
k j yang akan
k dil k
dilaksanakan
k (jik terdapat
(jika t d t
kekurangan yang tidak signifikan) selama masa pemeliharaan.
a S
Selanjutnya
l j t K t kt berkewajiban
Kontraktor b k jib memberikan
b ik J i
Jaminan P
Pemeliharaan
lih yang
berupa Bank Garansi (Garansi Bank).
a K
Kekurangan
k ( i ) pekerjaan
(sisa) k j dib tk
dibuatkan B it Acara
Berita A d l
dalam b t k “Pending
bentuk “P di
Item” pekerjaan.
99
8.2. MASA PEMELIHARAAN
a Yang dimaksud masa pemeliharaan adalah masa atau periode waktu tertentu
dimana Kontraktor harus melakukan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang
telah dikerjakan.
a Jadi jika selama masa waktu pemeliharaan terdapat kekurangan pekerjaan yang
menyebabkan tidak sesuai dengan kontrak, kewajiban Kontraktor untuk
menyelesaikan/
l ik / memperbaiki/
b iki/ menyempurnakan
k hingga
hi sesuaii dengan
d k t k
kontrak.
a Untuk pekerjaan Transmisi, sisa pekerjaan yang ditoleransi dikerjakan pada masa
pemeliharaan
lih (k
(karena b l
belum di l ik
diselesaikan pada
d saatt sebelum
b l S h Terima
Serah T i
Pertama), antara lain
9 Penyelesaian ganti rugi yang masih tersisa, yang keterlambatannya tidak
disebabkan oleh Kontraktor.
Kontraktor
9 Pengembalian (retour) material ke gudang PLN.
9 Pembuatan asbulit drawing.
9 Berita
B it acara penyelesaian
l i sisai pekerjaan
k j (P di Item).
(Pending It )
9 Pekerjaan lain yang diakibatkan bukan karena ketidaksiapan Kontraktor.
100
8.3. SERAH TERIMA KEDUA
a Apabila masa pemeliharaan (garansi) telah dilampaui dan sisa pekerjaan selama
masa pemeliharaan telah diselesaikan dengan baik, maka dapat dilaksanakan
penyerahan pekerjaan kedua (Serah Terima Kedua).
a Catatan :
9 Meskipun secara legal aspect seharusnya hubungan kontraktual berakhir,
kenyataannya Kontraktor masih harus memberikan jaminan terhadap
Peralatan Material yyang
g terpasang.
p g
9 Pada umumnya jaminan diberikan selama 1 (satu) tahun sejak Serah Terima
Kedua.
9 Jaminan yang diberikan berupa Jaminan Bank (Bank Garansi).
9 Jadi kalau ada kerusakan peralatan/ material yang disebabkan bukan karena
kesalahan operasi atau bencana alam, maka pihak Kontraktor masih
berkewajiban memperbaikinya.
a D
Dengan telah
l h dilaksanakannya
dil k k S h Terima
Serah T i K d
Kedua, maka
k pembayaran
b retensii
sebesar 5% (lima persen) dilaksanakan (dibayarkan).
101
9.1. ASPEK MANAJEMEN
a Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam
pembuatan “Network Planning”, sehingga :
9 Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
9 Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah dibuat.
dibuat
9 Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
9 Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan.
104
9.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK
a Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga
harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan.
a Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
a Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi
Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan
pelatihan khusus tentang
p g K3.
106