You are on page 1of 65

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI

DALAM MEMAHAMI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK


DI MAN 11 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

OLEH :

DASUKI
NIM : 0011017647

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2006/1427 H
PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI
DALAM MEMAHAMI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI MAN 11 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

DASUKI
NIM : 0011017647

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Ahmad Syafi’ie Noor, M.A. Bahrissalim, M.Ag.


NIP. 150 009 403 NIP. 150 289 253

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2006/1427 H
KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memenuhi

persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Shalawat dan salam

semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa umatnya dari

alam kegelapan menuju alam yang terang benderang penuh dengan cahaya hidayah

Allah swt.

Membuat skripsi bukanlah tugas yang mudah dan ringan, melainkan tugas

yang berat dan membutuhkan banyak tenaga, biaya dan waktu. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu dan memberikan dukungan, baik dalam bentuk dukungan moril maupun

materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, karena dengan bantuan

pihak-pihak tersebutlah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima

kasih ini penulis tujukan khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Salman Harun, sebagai mantan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Abdul Fattah Wibisono, M.A. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

i
4. Bapak Drs. Sapiuddin, M.Ag. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Drs. H. Ahmad Syafi’ie Noor sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan, waktu dan dukungan, disela-sela kesibukannya

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Bahrissalim, M.Ag. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk teknis mengenai pembuatan skripsi dan penelitian lapangan kepada

penulis.

7. Bapak Drs. H. Muarif S.A.M., M.Pd. sebagai dosen penasehat akademik penulis

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap dosen yang telah mengajar penulis dalam menempuh pendidikan selama

kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga

ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

9. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan banyak buku-buku sumber kepada penulis dalam menyusun skripsi

ini.

10. Bapak Drs. H.U. Effendi Halba sebagai kepala sekolah MAN 11 Lebak Bulus

yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

ii
Dan tidak lupa ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada orang-orang

terdekat penulis diantaranya:

1. Ibu Kesih (Almarhumah) dan Bapak Castam (Almarhum) tercinta, yang telah

mencurahkan segenap kasih sayangnya serta segala bentuk pengorbanannya yang

tidak dapat dibayar dengan apapun juga.

2. Kak Dasri, Kak Carwan, Kak Carkim, dan Kak Tarsono yang selalu memberikan

dorongan dan doa kepada penulis.

3. Bapak H.M. Sofyan Sumhudi, S.H. dan Bapak Drs. H. Nawar Ilta sebagai Bapak

Angkat Penulis yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik berupa

moril dan materil kepada penulis.

4. Kak Ujang, Kak Ulil Albab, Kak Wawan, Kak Anton, Kak Nandang, Kak

Anikmah, Kak Ayu Febrian, dan semua sahabat-sahabat penulis serta semua

pihak yang turut memberikan dorongan, dukungan dan doa kepada penulis.

Penulis hanya mampu berdoa, semoga amal baik dan bantuan mereka

mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Penulis juga berdoa semoga

karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin

ya robbal ‘alamin.

Jakarta, 15 Desember 2006 M.


24 Dzul Qoidah 1427 H.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i

iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pemilihan Pokok Masalah ……………………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………………… 4

C. Metode Pembahasan …………………………………………………. 4

D. Sistematika Penyusunan ……………………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Ceramah …………………………………………………….. 7

1. Pengertian Metode Ceramah ……………………………………... 7

2. Kelebihan Metode Ceramah …………………………………….. 9

3. Kelemahan Metode Ceramah ………..……………………….….. 9

B. Metode Diskusi ……………………………………………………… 10

1. Pengertian Metode Diskusi…………………………………….… 10

2. Kelebihan Metode Diskusi………………………………………. 12

3. Kelemahan Metode Diskusi………..………………………….…. 12

C. Pelajaran Aqidah Akhlak ………………………………………….… 13

1. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak ………………………….… 13

2. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak ……………………………….. 15

3. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak …………………….… 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….… 19

iv
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 19

C. Populasi dan Sampel ………………………………………………… 20

D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………..…. 21

E. Teknik Analisa Data ……………………………………………...…. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 11 Lebak Bulus ……….. 24

B. Deskripsi Data ………………………………………………………. 29

C. Analisa dan Interpretasi Data ……………………………………….. 29

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 54

B. Saran-saran ………………………………………………………….. 54

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemilihan Pokok Masalah

Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak

hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan

disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia

mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiyah

Daradjat “… pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu

kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam

cara-cara mengajar.”1

Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh

terbina dalam kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga

kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat mengerahkan segala kemampuan dan

keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif.

Mengenai kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru dituntut untuk

mampu merecanakan atau mampu menyususun setiap program satuan pelajaran,

mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih

metode yang bervariatif dan efektif.

Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam

suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu

1
Zakiyah Daradjat, Metodi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Cet. Ke-I, h. 263

1
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang

guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka

akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu

tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan apa

yang diungkapkan oleh Sukadi bahwa “proses pembelajaran yang tidak mencapai

sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif.”2

Dalam pemilihan metode pengajaran ada beberapa faktor yang harus jadi

dasar pertimbangan yaitu: berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik,

kemampuan guru, sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas dan

kelebihan serta kelemahan metode pengajaran.3 Sehingga dengan memperhatikan

beberapa faktor pertimbangan tersebut guru dapat menentukan metode mana yang

tepat untuk digunakan ketika akan menyampaikan suatu materi pelajaran kepada

muridnya, mungkin ia akan menggunakan satu metode saja atau mungkin

menggunakan kombinasi dari beberapa metode pengajaran.

Dalam skripsi ini penulis ingin membandingkan penggunaan dua buah

metode pengajaran yaitu metode ceramah dan metode diskusi dalam pengajaran

bidang studi aqidah akhlak. Metode ceramah adalah suatu metode yang digunakan

untuk menyampaikan keterangan atau informasi tentang suatu pokok persoalan atau

masalah secara lisan. Dengan metode ceramah, guru akan mudah mengawasi

2
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), Cet. Ke-1, h. 10
3
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 191-193

2
ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan

kegiatan yang sama. Akan tetapi dengan metode tersebut guru sulit mengontrol

sejauh mana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan.

Sedangkan metode diskusi adalah suatu metode pengajaran melalui sarana

bertukar pikiran untuk menghadapi persoalan yang dihadapi. Dalam diskusi proses

interaksi terjadi antara dua individu atau lebih yang terlibat. Saling menukar

pengalaman informasi dalam memecahkan masalah. Akan tetapi dalam diskusi

biasanya hanya dikuasai oleh siswa yang suka berbicara. Disamping itu, ada

kemungkinan penyimpangan dalam pembicaraan sehingga membutuhkan waktu yang

panjang.

Dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dan

metode diskusi diatas, penulis tertarik untuk mengetahui manakah diantara kedua

metode tersebut yang lebih efektif untuk dipergunakan dalam pengajaran aqidah

akhlak terhadap siswa madrasah aliyah. Dalam diskusi penulis bersama teman-teman

pada saat perkuliahan bidang studi metodologi pengajaran agama Islam disimpulkan

bahwa metode diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah dalam

pengajaran aqidah akhlak pada siswa madrasah aliyah, pertimbangannya adalah

karena siswa aliyah telah dapat berfikir dewasa dan kritis dalam menyikapi berbagai

masalalah.

Akan tetapi bagi penulis jawaban tersebut tidak memuaskan, sehingga penulis

berminat untuk mencari jawabannya secara langsung dengan melakukan penelitian

3
pada salah satu madrasah aliyah yang ada di Jakarta. Dan akhirnya penulis

memutuskan memilih MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan sebagai objek penelitian.

Untuk tercapainya tujuan tersebut penulis merumuskan dalam sebuah judul

skripsi yaitu: “Perbandingan penggunaan metode cermah dan diskusi dalam

memahami pelajaran aqidah akhlak di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian tentang efektifitas tidaknya suatu metode, akan dilihat dari hasil

belajar siswa yang dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif bidang studi aqidah

akhlak, kelas II MAN 11, tahun ajaran 2005/2006.

2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan pembatasan masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran bidang studi aqidah akhlak

dengan menggunakan metode ceramah dan metode diskusi?

b. Metode apa yang paling efektif, ceramah atau diskusi dalam proses

pembelajaran bidang studi aqidah akhlak?

C. Metode Pembahasan

Dalam pembahasan karya tulis ini penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

4
1. Deskriptif, karena penulis meneliti kejadian yang kini sedang berlangsung,

yaitu penggunaan metode ceramah dan diskusi dalam pengajaran PAI

(Pendidikan Agama Islam) khususnya mata pelajaran aqidah akhlak.

2. Library research, yaitu penelitian kepustakaan yang ada hubungannya dengan

masalah karya tulis ini seperti: buku-buku, majalah, koran, Al-Qur’an, Al-

Hadits dan sebagainya.

3. Field research, yaitu penelitian lapangan dengan menggunakan:

a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke Madrasah

Aliyah Negeri 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan.

b. Wawancara, yakni mengadakan tanya jawab dengan kepala sekolah dan

guru aqidah akhlak serta guru lainnya yang dapat memberikan data yang

diperlukan.

c. Dokumentasi, mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya yang berhubungan dengan

penelitian.

d. Angket, yaitu teknik penelitian dengan cara memberikan pertanyaan

secara tertulis kepada siswa guna mendapatkan data yang lebih akurat.

Dalam teknik ini penulis menggunakan teknik random sampling, dengan

mengambil jumlah sampel yang akan menjadi responden sebanyak 25%

dari jumlah populasi yaitu 55 siswa dari 217 siswa. Adapun sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2.

5
Adapun dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” UIN Syarif hidayatullah Jakarta,

yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, cetakan kedua, tahun 2002.

D. Sistematika Penyusunan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi kedalam 5 bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, meliputi pemilihan pokok masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, metode pembahasan, dan sistematika penyusunan.

Bab II Kajian Teori, meliputi pengertian, kelebihan, dan kelemahan metode

ceramah dan diskusi, serta pengertian, tujuan dan ruang lingkup pelajaran aqidah

akhlak.

Bab III Metodologi Penelitian, meliputi tujuan dan manfaat penelitian, tempat

dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisa data.

Bab IV Hasil penelitian, meliputi Madrasah Negeri 11 Lebak Bulus, deskripsi

data, analisa dan interpretasi data.

Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran serta terakhir dilengkapi

dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Ceramah

1. Pengertian Metode Ceramah

Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah

materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.1

Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramah

adalah “teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan

oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian

bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan.”2 Pengertian senada juga

diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu

cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau

kelompok.3 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang

dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang

menekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajar

aktif, pelajar pasif).4

1
Armai Arief, Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Cet. Ke-I, 135-136
2
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Cet. Ke-I, h. 34
3
Mahfuz Sholahuddin dkk., Metodologi Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986),
h. 43
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 740

7
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepada

siswa secara lisan. Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah

Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa “dalam

metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa

apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah

semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut

oleh guru yang bersangkutan.”5

Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal

yang dilakukan Rasulullah saw dalam penyampaian wahyu kepada umat.

Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih

dominan. Sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan

oleh guru. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw bersabda:


   

 
Artinya: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”

Menurut M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru

dimuka kelas apabila:

a. Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;

b. Jumlah siswanya terlalu banyak;

5
Zakiyah Daradjat, dkk., op. cit., h. 289

8
c. Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang

siswa;6

2. Kelebihan Metode Ceramah

a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang
sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
b. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu
yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit
dapat diuraikan bahan yang banyak.
d. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik
sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan
cepat dan tepat. 7
e. Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar;
f. Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan
waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja,
sedangkan bila waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.8

3. Kelemahan Metode Ceramah

a. Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru).


b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah
menguasai bahan ceramah.
c. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan
apa yang dimaksudkan guru.
d. Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah
berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya
mengarah kepada verbalisme.
e. Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah.
Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat.
g. Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif.9

6
M. Basyiruddin, dkk., op. cit., h. 35-36
7
Armai Arief, op. cit., h. 139
8
M. Basyiruddin, dkk., op. cit., h. 35
9
Armai Arief, op. cit., h. 139-140

9
h. Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas,
menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan penerimaan
siswa.
i. Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, kerena guru kurang
memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan
menjadi kabur.10

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus

mengusahakan hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan,


hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan
contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang
refresentatif.
b. Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan
kebosanan peserta didik.
c. Susunlah ceramah secara sistematis.
d. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu
siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e. Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.11

B. Metode Dikusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan metode diskusi adalah “Cara belajar atau mengajar yang

melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai

peserta diskusi.”12 Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan

berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnya

adalah “Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok
10
Ibid., h. 140
11
Basyiruddin, dkk., op. cit., h. 35-36
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h. 740

10
kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,

dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.13 Sedangkan menurut Zuhairini

dkk., yang diaksud metode diskusi “…ialah suatu metode didalam mempelajari

bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga

berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.14

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran

dengan jalan bertukarpikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa

ataupun sesama siswa.

Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid

berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang

kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi

memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik

(alternatif terbaik).

Dari beberapa jawaban atau jalan keluar yang ada bagaimana mendapatkan

jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada

pada kita. Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan cara

untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi.

13
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Erlangga, 1991), Cet. Ke-2, h. 37
14
H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet.
Ke-8, h. 89

11
2. Kelebihan Metode Diskusi

Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi

Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara

keunggulan metode diskusi adalah antara lain:

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau


pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi,
demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti
proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib
layaknya dalam suatu musyawarah.
e. Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh
prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan
alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.15

3. Kelemahan Metode Diskusi

Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar

disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain:

a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi


masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi
menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-
fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.16

Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang

memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal

15
Armai Arief, op. cit., h. 148-149
16
Roetiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. Ke-2, h. 6

12
demikian guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa

supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi.

Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.


b. Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa
lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
e. Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.17

C. Pelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pelajaran Aqidah akhlak

Pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI). Secara etimologi (bahasa) kata “aqidah akhlak” terdiri dari
 
dua kata “aqidah” dan “akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu


 

yang berarti kepercayaan atau keyakinan.18

Sedangkan secara terminologi (istilah) aqidah berarti segala keyakinan

yang ditetapkan oleh Islam yang disertai oleh dalil-dalil yang pasti.19 Hal-hal

yang termasuk di dalam pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-

17
Armai Arief, op. cit., h. 149
18
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), h. 1024
19
Moh. Rifa’I, dkk., Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Jilid I, h. 1

13
sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya

alam.

Adapun pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari bahasa Arab,
-
 -
yaitu bentuk jamak dari kata yang berasal dari kata dengan
 

bentuk jamaknya yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau


tabi’at.20 Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakekat makna itu ialah gambaran


batin manusia yang tepat (jiwa dan sifatnya) sedangkan merupakan gambaran

bentuk luasnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain

sebagainya).21

Secara terminologi ada beberapa definisi akhlak yang telah dikemukakan oleh

para ahli, diantaranya:

a. Imam Ghozali

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan

dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.22

b. Ibnu Miskawaih

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk

melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.23

20
Hamzah Yaqub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar, (Bandung:
CV. Diponogoro, 1983), Cet. Ke-2, h. 11
21
Ahmad Musthofa, Akhlak Tashowuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999) Cet. Ke-I, h. 17
22
Asmaran A.S., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), Cet. Ke-I, h. 2
23
Abu Ali Ahmad Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. Helmi Hidayat
(Bandung: Mizan, 1994). h. 56

14
c. Abu Bakar Aceh

“Akhlak adalah suatu sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan

tindakan dan perbuatan manusia baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia serta

terhadap diri sendiri.24

Melihat pengertian aqidah akhlak yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah formal dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan budi pekerti yang

dapat mengembangkan kepribadian peserta didik.

2. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama

Islam. Maka tujuan umum pendidikan aqidah akhlak sesuai dengan tujuan umum

pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum

pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau

sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan

akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk

patuh secara total kepadaNya.25 Hal ini sesuai dengan firman Allah:


 


24
Abu Bakar Aceh, Mutiara Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1959), Cet. Ke-I, h.95
25
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005). Cet. Ke-III, h.133

15
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat : 56).

Sedangkan tujuan khusus pelajaran aqidah akhlak menurut Direktorat Jendral

Kelembagaan Agama Islam adalah sebagai berikut:

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang

diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak

Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan

kualitas keimanan dan ketakwaanya kepada Allah swt seta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.26

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak

searah dengan tujuan nasional yaitu: “Tujuan pendidikan nasional adalah

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,

bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat

jasmani dan rohani.27

26
Depag RI/Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum Berbasis Kompetensi Madrasah
Aliyah, (Jakarta: 2004), h. 22
27
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung: Sinar Baru,
1989) Cet. Ke-I, h. 21

16
3. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak yang terdapat di madrasah aliyah

memiliki isi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan

peserta didik untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengalaman dan

pembiasaan berakhlak Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang berikutnya.

Adapun ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak di dalam kurikulum 2004

untuk madrasah aliyah ada tiga aspek, yaitu:

a. Aspek Aqidah

Aspek aqidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran aqidah Islam,

hubungan aqidah, akhlak, ke-Esaan Allah swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha

Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Benar dan

Maha Adil.28 Dari beberapa sub aqidah ini tentu saja dengan menggunakan

argumen dalil-dalil aqli dan naqli. Selain itu juga meyakini bahwa, “Muhammad

saw adalah rosul terakhir, meyakini kebenaran Al-Qur’an dengan dalil aqli dan

naqli. Meyakini qodlo dan qodar, hubungan usaha dan do’a, hubungan prilaku

manusia dengan terjadinya bencana alam. 29

28
Ibid., h. 23
29
Ibid

17
b. Aspek Akhlak

Adapun yang menjadi aspek akhlak diantaranya: “Beradab secara Islam dalam

bemusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua,

guru, ulil amri, dan waliyullah”.30 Hal ini memiliki tujuan untuk memperkokoh

integrasi dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama rosul dalam membawa perdamaian,

terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri,

menyebar fitnah, membuat kekerasan, mengkonsumsi atau mengedarkan narkoba dan

malas bekerja.

c. Aspek Kisah Keteladanan

Aspek kisah keteladanan diantaranya mengapresiasi dan meneladani sifat dan

prilaku sahabat utama Rosulullah saw dengan landasan agama yang kuat.31

Ketiga aspek diatas merupakan bagian dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat

dalam Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu

diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertaqwa kepada

Allah swt dan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para nabi dan rosul.

30
Ibid
31
Ibid

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Penulis ingin mengetahui bagaimanakah proses pembelajaran aqidah

akhlak dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi.

b. Penulis ingin mengetahui metode apa yang paling efektif, ceramah atau

diskusi dalam pembelajaran aqidah akhlak di MAN 11 Lebak Bulus.

2. Manfaat Penelitian Skripsi ini sebagai berikut:

a. Skripsi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan para guru maupun calon

guru agama dalam memilih metode pengajaran aqidah akhlak yang tepat.

b. Skripsi ini dapat menambah khazanah dalam dunia pendidikan terutama

dalam masalah metodologi pengajaran agama Islam.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan, pada

kelas 2 semester 2.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 14 Nopember 2006 sampai akhir

penelitian 14 Mei 2006.

19
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan objek

penelitian”.1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 11

Lebak Bulus Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.2 Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dengan cara

sampel random atau sampel campur, yaitu suatu teknik sampling dimana penulis

“mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap

sama. Dengan demikian penulis memberi hak yang sama kepada setiap subjek

untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Setiap subjek yang

terdaftar sebagai sampel, diberi nomor urut mulai dari nomor 1 sampai dengan

nomor 55. Jadi dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan seluruh populasi

yang berjumlah 217 orang siswa sebagai objek penelitian. Tetapi penulis hanya

menetapkan 25% saja sebagai sampel penelitian, yaitu 55 responden. Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa “…, jika

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V,
Cet. Ke-12, h. 108
2
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Jakarta: CV. Alfabeta, 2003), Cet. Ke-10, h. 91

20
jumlah objeknya besar, maka sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25%

atau lebih”.3

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data dalam penelitian antara lain:

1. Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi diartiakan pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang

sebenarnya tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan penulis adalah

dengan melakukan pengamatan yang berkaitan dengan keadaan umum lokasi

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlansung secara

lisan, bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan, dalam hal ini yang diwawancarai adalah kepala sekolah, guru

bidang studi aqidah akhlak dan guru lainnya yang dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, agenda dan sebagainya.4


3
Suharsimi Arikunto, op. cit. h. 112

21
4. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data atau informasi dengan menyerahkan

atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.5

Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket tertutup atau

terstruktur dengan alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat dalam angket berkisar pada permasalahan yang dibahas

dalam skripsi ini. Adapun jumlah item pertanyaan dalam angket adalah sebanyak 25

item pertanyaan, jumlah tersebut sudah memadai sebagaimana disampaikan oleh

Sugiono bahwa “jumlah angket yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan”.6

E. Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul penulis kualifikasikan atau tuangkan kedalam

bentuk angka-angka, sehingga data tersebut bersifat kuantitatif, untuk selanjutnya

dianalisa dan diinterpretasikan secara deskriptif. Pengalihan data kedalam bentuk

kuantitatif ini ditempuh dengan menggunakan rumus:

f
P = X 100%
N

Keterangan : f = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya.

N = Number of cases (jumlah frekuensi).

4
Ibid, hal. 206
5
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet.
Ke-5, h. 65
6
Sugiono, op. cit. h. 164

22
P = Angka persentase.7

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan analisa dan interpretasi data,

maka penulis menentukan skala persentase sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tabel 1

SKALA PERSENTASE

NO PERSENTASE PENAFSIRAN

1. 100% Seluruhnya

2. 91-99% Hampir seluruhnya

3. 61-90% Sebagian besar

4. 51-60% Lebih dari separuh

5. 50% Separuhnya

6. 40-49% Hampir separuhnya

7. 11-39% Sebagian kecil

8. 1-10% Sedikit sekali

9. 0% Tidak ada

7
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), Cet.
Ke-11, h. 40

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 11 Jakarta

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 11 Jakarta

Pada awalnya MAN 11 Lebak Bulus adalah MAN 1 Filial Mampang Prapatan

yang berdiri pada tahun 1983, dimana pada waktu itu MAN 1 Filial Mampang

Prapatan masih menumpang atau menempati gedung yayasan “Raudhatul

Muta’alimin” sampai dengan tahun 1996 + 13 tahun. Kemudian pada kurun waktu

itu, Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam hal ini Kanwil Departemen Agama Propinsi

DKI Jakarta mencarikan tempat yang sekarang ini ditempati, yaitu MAN 11 Lebak

Bulus Cilandak Jakarta Selatan.

2. Tujuan Berdirinya Madrasdah Aliyah Negeri 11 Jakarta

Adapun Tujuan berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 11 Lebak Bulus adalah

untuk menyukseskan Program Pemerintah yaitu, Mencerdaskan Bangsa baik dibidang

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Ilmu Pengetahuan dibidang Agama

(IMTAQ).

3. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan Bapak

Kepala Sekolah MAN 11 Jakarta, bahwa keberadaan guru pada MAN 11 Jakarta

tertera pada tabel berikut:

24
Tabel 2

Keadaan Guru

PEND.
NO NAMA GURU JABATAN STATUS
TERAKHIR
1. Drs. H. U. Effendi Halba SL. IAIN Kep. Sekolah Tetap
2. Dra. Hj. Mardiyah SL. IAIN Guru Tetap
3. Drs. Sahrudin SL. IKIP Guru Tetap
4. Drs. Asy’ari SL. IAIN Guru Tetap
5. Dra. Hj. Ade Karmanah SL. IAIN Guru Tetap
6. Ahmad Latif Sueb, BA. SL. IAIN Guru Tetap
7. Dra. Hj. Siti Atiah SL. IAIN Guru Tetap
8. Dra. Hj. Nurmina Naenggolan SL. IAIN Guru Tetap
9. Drs. Sodri SL. IAIN Guru Tetap
10. Drs. Zaenal Abidin, M.Pd. S2.UHAMKA Guru Tetap
11. Sulistiowati, S.Pd. SL. IKIP Guru Tetap
12. Oktavizani SM. IKIP Guru Tetap
13. Anaverta Dinamarti, S.Ag. SL. IAIN Guru Tetap
14. Drs. Hanapi SL. IAIN Wakabidsis Tetap
15. Drs. Abidin SL. IAIN Guru Tetap
16. Naning Syarfiningsih, S.Pd. SL. IKIP Guru Tetap
17. Oktavizani NR, S.Pd. SL. IKIP Guru Tetap
18. Drs. Maryanto SL. IKIP Guru Tetap
19. Drs. Amir Kodir SL. IAIN Guru Tetap
20. Dra. Hj. Asnidar Meuraksa SL. IAIN Guru Tetap
21. Rosmalina, S.Pd. SL. UNJ Guru Tetap
22. Mohammad Yasin, S.Pd. SL. UHAMKA Wakabidkur Tetap
23. Sri Husniyahwati, S.Ag. SL. IAIC Guru Tetap
24. Ratri Sugesti Sumatra Dewi, S. Pd. SL. UNILA Guru Tetap
25. Nuraini, S.Ag. SL. STAIA Guru Tetap
26. Darmadi, S.Pd. SL. IKIP Guru Tetap
27. Hj. Masturoh, S.Ag. SL. IAIN Guru Tetap
28. Dra. Vivi Hafizah SL. IKIP Guru Tidak Tetap
29. Dra. Zubaidah SL. IKIP Guru Tidak Tetap
30. Syafriyatno D3. IKIP Guru Tidak Tetap
31. H. Ahmad Kamil, BA. SM. UAJ Guru Tidak Tetap
32. Tuti Janatun, S.Pd. SL. UNESA Guru Tidak Tetap

25
b. Keadaan Siswa

Keberadaan siswa MAN 11 Jakarta, tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Keadaan Siswa

BULAN
NO KELAS JULI AGUST. SEP. OKT.
L P JM L P JM L P JM L P JM
1 X. 1 6 19 25 6 19 25 6 19 25 6 18 25
2 X. 2 11 14 25 11 14 25 11 14 25 11 14 25
3 X. 3 11 14 25 11 14 25 11 14 25 11 14 25
JUMLAH 28 47 75 28 47 75 28 47 75 28 46 75
4 XI. 1 IPA 3 17 20 3 17 20 3 17 20 3 17 20
5 XI. IPS I 14 18 32 14 18 32 14 18 32 14 18 32
6 XI. IPS II 17 14 21 17 14 21 17 14 21 17 14 21
JUMLAH 34 49 73 34 49 73 34 49 73 34 49 73
7 3 IPA 12 20 32 12 20 32 12 20 32 12 20 32
8 3 IPS 19 18 37 19 18 37 19 18 37 19 18 37
JUMLAH 31 38 69 31 38 69 31 38 69 31 38 69
TOTAL 93 134 217 93 134 217 93 134 217 93 133 216

BULAN
NO KELAS NOP. DES. JAN. FEB.
L P JM L P JM L P JM L P JM
1 X. 1 6 18 25 6 18 25 6 18 25 6 18 25
2 X. 2 11 14 25 11 14 25 11 14 25 11 14 25
3 X. 3 11 14 25 11 14 25 11 14 25 11 14 25
JUMLAH 28 46 75 28 46 75 28 46 75 28 46 75
4 XI. 1 IPA 3 17 20 3 17 20 3 17 20 3 17 20
5 XI. IPS I 14 18 32 14 18 32 14 18 32 14 18 32
6 XI. IPS II 17 14 21 17 14 21 17 14 21 17 14 21
JUMLAH 34 49 73 34 49 73 34 49 73 34 49 73
3 IPA 12 20 32 12 20 32 12 20 32 12 20 32
8 3 IPS 19 18 37 19 18 37 19 18 37 19 18 37
JUMLAH 31 38 69 31 38 69 31 38 69 31 38 69
TOTAL 93 133 216 93 133 216 93 133 216 93 133 216

26
Tabel 3

(Lanjutan)

BULAN
NO KELAS MARET APRIL MEI
L P JM L P JM L P JM
1 X. 1 6 18 25 6 18 25 6 18 25
2 X. 2 11 14 25 11 14 25 11 14 25
3 X. 3 11 14 25 11 14 25 11 14 25
JUMLAH 28 46 75 28 46 75 28 46 75
4 XI. 1 IPA 3 17 20 3 17 20 3 16 20
5 XI. IPS I 14 18 32 14 18 32 14 18 32
6 XI. IPS II 17 14 21 17 14 21 17 14 21
JUMLAH 34 49 73 34 49 73 34 48 73
7 3 IPA 12 20 32 12 20 32 12 20 32
8 3 IPS 19 18 37 19 18 37 19 18 37
JUMLAH 31 38 69 31 38 69 31 38 69
TOTAL 93 133 216 93 133 216 93 132 216

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki MAN 11 Jakarta adalah:

a. Laboratorium Biologi

b. Laboratorium Bahasa

c. Laboratorium Komputer

d. Perpustakaan

e. Musik Gambus

f. Micro Teacing Room

g. Aula Serba Guna

h. Bangku Belajar

i. Kursi Belajar

j. Kantor Kepala Sekolah

27
k. Ruang Guru

l. Ruang Tata Usaha

m. Lapangan Olah Raga

n. Mushala

5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi MAN 11 Jakarta, tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

Struktur Organisasi

Kepala Sekolah
Drs. H. Ujang Effendi Halba

Ka. Tata Usaha


Tugiman, M.Si.

Wakamad Kesiswaan Wakamad Kurikulum Wakamad Sarana dan Prasarana


Drs. Hanapi Mohammad Yasin, S.Pd. Drs. Basinah Dasridal

Koordinator BP/BK Koordinator KBK dan Bhs. Inggris Pembina KIR Pembina Lab. IPA
H. A. Kamil, BA. Mohammad Yasin, S.Pd. Drs. Amir Kodir Sulistiowati, S.Pd.

Guru Pemb. Komputer Koord. Perpustakaan Pem. Paskibra/PMR Pem. Or. Pr.
Piket Betty Indriasari, S. Kom. Drs. H. Zaenal Abidin, M.Pd. Khairul Sani Syafriatno

Wali Kelas

Kls. Kls. Kls. Kls. Kls. Kls. Kls.


1.1 1.2 1.3 2 IPA 2 IPS 3 IPA 3 IPS

28
B. Deskripsi Data

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari angket-angket yang disebarkan

kepada responden di MAN 11 Lebak Bulus sebanyak 55 responden, maka hasilnya

penulis deskripsikan dalam bentuk tabel-tabel.

C. Analisa dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui perbandingan antara metode ceramah dan metode diskusi,

maka penulis menganalisa dan menginterpretasikan data yang telah diperoleh. Untuk

memudahkan penulis dalam menganalisa dan menginterpretasikan data dari hasil

penelitian, maka setiap item dibuat tabulasi yang merupakan proses perubahan data

dari intrumen penelitian (angket) menjadi tabel-tabel (persentase). Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5

Siswa menyenangi pelajaran aqidah akhlak

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Senang 55 100

1 b. Kurang senang 0 0

c. Tidak senang 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 5 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan tentang siswa

menyenangi pelajaran aqidah akhlak, adalah siswa yang menyatakan senang (100%),

29
siswa yang menyatakan kurang senang (0%), dan siswa yang menyatakan tidak

senang (0%). Maka analisa data pada tabel 5 di atas, bahwa seluruh siswa MAN 11

Lebak Bulus Jakarta menyenangi pelajaran aqidah akhlak, tidak ada siswa yang

kurang senang atau tidak senang terhadap pelajaran aqidah akhlak.

Tabel 6

Penyebab siswa menyenangi pelajaran aqidah akhlak

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Pelajarannya mudah dipahami 24 43,6

2 b. Cara guru mengajar enak 30 54,5

c. Nilai ulangannya selalu bagus 1 1,9

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 6 di atas menyebutkan, bahwa penyebab siswa menyenangi

pelajaran aqidah akhlak adalah, pelajarannya mudah dipahami (43,6%), cara guru

mengajarnya enak (54,5%), dan nilai ulangannya selalu bagus (1,9%). Maka analisa

data pada tabel 6 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11 Lebak Bulus

menyenangi pelajaran aqidah akhlak disebabkan cara guru mengajarnya enak, dan

kurang dari separuh siswa menyenangi pelajaran aqidah akhlak disebabkan

pelajarannya mudah dipahami, dan sedikit sekali siswa yang menyenangi pelajaran

aqidah akhlak disebabkan nilainya selalu bagus.

30
Tabel 7

Metode pengajaran yang sering digunakan guru dalam pengajaran aqidah akhlak

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Metode ceramah 18 32,7

3 b. Metode diskusi 35 63,6

c. Metode penugasan 2 3,7

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 7 di atas menyebutkan, bahwa metode pengajaran yang sering

digunakan guru dalam pengajaran aqidah akhlak, adalah metode ceramah (32,7%),

metode diskusi (63,6%), metode penugasan (3,7%). Maka analisa data pada tabel 7 di

atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan guru lebih

sering menggunakan metode diskusi dalam pengajaran aqidah akhlak, sebagian kecil

siswa menyatakan bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam

pengajaran aqidah akhlak, dan sedikit sekali siswa yang menyatakan bahwa guru

lebih sering menggunakan metode penugasan dalam pengajaran aqidah akhlak.

Tabel 8

Suasana kelas berjalan dengan tenang ketika guru mengajar aqidah akhlak dengan

metode ceramah

31
NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Tenang 13 23,6

b. Kurang tenang 40 72,7


4
c. Tidak tenang 2 3,7

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 8 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan suasana kelas

berjalan dengan tenang ketika guru mengajar aqidah akhlak dengan metode ceramah,

adalah siswa yang menyatakan tenang (23,6%), siswa yang menyatakan kurang

tenang (72,7%), dan siswa yang menyatakan tidak tenang (3,7%). Maka analisa data

pada tabel 8 di atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan

suasana kelas berjalan kurang tenang ketika pelajaran aqidah akhlak diajarkan dengan

metode ceramah, sebagian kecil siswa menyatakan bahwa suasana kelas berjalan

dengan tenang, dan sedikit sekali siswa yang menyatakan bahwa suasana kelas

berjalan tidak tenang.

Tabel 9

Suasana kelas tetap terkendali ketika guru mengajar aqidah akhlak dengan metode

diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

5 a. Terkendali 22 40

32
Tabel 9

(Lanjutan)

b. Kurang terkendali 33 60
5
c. Tidak terkendali 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 9 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan suasana kelas

tetap terkendaali ketika guru mengajar aqidah akhlak dengan metode ceramah, adalah

siswa yang menyatakan terkendali (40%), siswa yang menyatakan kurang terkendali

(60%), dan siswa yang menyatakan tidak terkendali (0%). Maka analisa data pada

tabel 9 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan

suasana kelas kurang terkendali ketika pelajaran aqidah akhlak diajarkan dengan

metode diskusi, hampir separuh siswa menyatakan bahwa suasana kelas tetap

terkendali, dan tidak ada siswa yang menyatakan bahwa suasana kelas berjalan tidak

terkendali .

Tabel 10

Siswa dapat menangkap dengan jelas apa yang disampaikan oleh guru ketika

pelajaran aqidah akhlak disampaikan dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

6 a. Jelas 30 54,5

33
Tabel 10

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang Jelas 25 45,5


6
c. Tidak Jelas 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 10 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa dapat

menangkap dengan jelas apa yang disampaikan oleh guru ketika pelajaran aqidah

akhlak disampaikan dengan metode ceramah, adalah siswa yang menyatakan jelas

(54,5%), siswa yang menyatakan kurang jelas (45,5%), dan siswa yang menyatakan

tidak jelas (0%). Maka analisa data pada tabel 10 di atas, bahwa lebih dari separuh

siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan dapat menangkap dengan jelas apa yang

disampaikan oleh guru ketika pelajaran aqidah akhlak diajarkan dengan metode

ceramah, hampir separuh siswa menyatakan kurang jelas dan tidak ada siswa yang

menyatakan tidak jelas.

Tabel 11

Siswa turut berperan aktif ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan

metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

7 a. Berperan aktif 29 52,7

34
Tabel 11

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang berperan aktif 22 40


7
c. Tidak berperan aktif 4 7,3

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 11 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa turut

berperan aktif ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode

diskusi, adalah siswa yang menyatakan berperan aktif (52,7%), siswa yang

menyatakan kurang berperan aktif (40%), dan siswa yang menyatakan tidak berperan

aktif (7,3%). Maka analisa data pada tabel 11 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa

MAN 11 Lebak Bulus menyatakan turut berperan aktif ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan guru dengan metode diskusi, hampir separuh siswa menyatakan kurang

berperan aktif dan sedikit sekali siswa yang menyatakan tidak berperan aktif.

Tabel 12

Guru memberikan dorongan untuk belajar kepada siswa ketika pelajaran aqidah

akhlak disampaikan dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

8 a. Memberikan dorongan 49 89,1

35
Tabel 12

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang memberikan dorongan 5 9,1


8
c. Tidak memberikan dorongan 1 1,8

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 12 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan guru memberikan

dorongan untuk belajar kepada siswa ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan

dengan metode ceramah, adalah siswa yang menyatakan memberikan dorongan

(89,1%), siswa yang menyatakan kurang memberikan dorongan (9,1%), dan siswa

yang menyatakan tidak memberikan dorongan (1,8%). Maka analisa data pada tabel

12 di atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan guru

memberikan dorongan untuk belajar kepada siswa ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode ceramah, sedikit sekali siswa yang menyatakan guru

kurang memberikan dorongan atau tidak memberikan dorongan.

Tabel 13

Guru aqidah akhlak menggunakan metode ceramah ketika materi yang disampaikan

cukup banyak

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

9 a. Selalu menggunakan 17 30,9

36
Tabel 13

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kadang-kadang menggunakan 34 61,8


9
c. Tidak pernah menggunakan 4 7,3

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 13 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan guru aqidah

akhlak menggunakan metode ceramah ketika materi yang disampaikan cukup banyak,

adalah siswa yang menyatakan menggunakan (30,9%), siswa yang menyatakan

kadang-kadang menggunakan (61,8%), dan siswa yang menyatakan tidak pernah

menggunakan (7,3%). Maka analisa data pada tabel 13 di atas, bahwa sebagian besar

siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan guru aqidah akhlak kadang-kadang

menggunakan metode ceramah ketika materi yang disampaikan cukup banyak,

sebagian kecil siswa menyatakan guru selalu menggunakan dan sedikit sekali siswa

yang menyatakan guru tidak pernah menggunakan.

Tabel 14

Siswa mendengarkan pendapat temannya dengan baik ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

10 a. Mendengarkan dengan baik 37 67,3

37
Tabel 14

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang mendengarkan dengan baik 18 32,7


10
c. Tidak mendengarkan dengan baik 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 14 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa

mendengarkan pendapat temannya dengan baik ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode diskusi, adalah siswa yang menyatakan mendengarkan

dengan baik (67,3%), siswa yang menyatakan kurang mendengarkan dengan baik

(32,7%), dan siswa yang menyatakan tidak mendengarkan dengan baik (0%). Maka

analisa data pada tabel 14 di atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus

menyatakan mendengarkan pendapat temannya dengan baik ketika pelajaran aqidah

akhlak disampaikan dengan metode diskusi, sebagian kecil siswa kurang

mendengarkan dengan baik, dan tidak ada siswa yang tidak mendengarkan dengan

baik.

Tabel 15

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan

guru dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

11 a. Diberi kesempatan 54 98,2

38
Tabel 15

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang diberi kesempatan 1 1,8


11
c. Tidak diberi kesempatan 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 15 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa diberi

kesempatan untuk bertanya ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan

metode ceramah, adalah siswa yang menyatakan diberi kesempatan (98,2%), siswa

yang menyatakan kurang diberi kesempatan (1,8%), dan siswa yang menyatakan

tidak diberi kesempatan (0%). Maka analisa data pada tabel 15 di atas, bahwa hampir

seluruhnya siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan diberi kesempatan untuk

bertanya ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode ceramah,

sedikit sekali siswa yang menyatakan kurang diberi kesempatan dan tidak ada siswa

yang menyatakan tidak diberi kesempatan.

Tabel 16

Jawaban atau pendapat peserta diskusi dapat diterima secara logis ketika pelajaran

aqidah akhlak disampaikan dengan metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

12 a. Dapat diterima 29 52,7

39
Tabel 16

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

b. Kurang dapat diterima 26 47,3


12
c. Tidak dapat diterima 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 16 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan jawaban atau

pendapat peserta diskusi dapat diterima secara logis ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode diskusi, adalah siswa yang menyatakan dapat diterima

(52,7%), siswa yang menyatakan kurang dapat diterima (47,3%), dan siswa yang

menyatakan tidak dapat diterima (0%). Maka analisa data pada tabel 16 di atas,

bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan jawaban atau

pendapat peserta diskusi dapat diterima secara logis ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode diskusi, hampir separuh siswa yang menyatakan kurang

dapat diterima secara logis dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak dapat diterima

secara logis.

Tabel 17

Pertanyaan siswa dijawab cukup jelas oleh guru ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode ceramah

40
NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Cukup jelas 47 85,5

13 b. Kurang Jelas 7 12,7

c. Tidak Jelas 1 1,8

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 17 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan pertanyaan siswa

dijawab cukup jelas oleh guru ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan dengan

metode ceramah, adalah siswa yang menyatakan cukup jelas (85,5%), siswa yang

menyatakan kurang jelas (12,7%), dan siswa yang menyatakan tidak jelas (1,8%).

Maka analisa data pada tabel 17 di atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak

Bulus menyatakan pertanyaan mereka dijawab cukup jelas oleh guru ketika pelajaran

aqidah akhlak disampaikan dengan metode ceramah, sebagian kecil siswa

menyatakan kurang jelas, dan sedikit sekali siswa yang menyatakan tidak jelas.

Tabel 18

Siswa dapat menyimpulkan dengan baik hasil diskusi pada mata pelajaran aqidah

akhlak

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Dapat menyimpulkan dengan baik 22 40


14
b. Kurang dapat menyimpulkan dengan baik 32 58,2

41
Tabel 18

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

14 c. Tidak dapat meyimpulkan dengan baik 1 1,8

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 18 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa dapat

menyimpulkan dengan baik hasil diskusi pada mata pelajaran aqidah akhlak, adalah

siswa yang menyatakan dapat menyimpulkan dengan baik (40%), siswa yang

menyatakan kurang dapat menyimpulkan dengan baik (58,2%), dan siswa yang

menyatakan tidak dapat menyimpulkan dengan baik (1,8%). Maka analisa data pada

tabel 18 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan

siswa kurang dapat menyimpulkan dengan baik hasil diskusi pada mata pelajaran

aqidah akhlak, hampir separuh siswa dapat menyimpulkan dengan baik, dan sedikit

sekali siswa yang tidak dapat menyimpulkan dengan baik.

Tabel 19

Siswa dapat menyimpulkan isi ceramah dengan baik setelah guru menyampaikan

pelajaran aqidah akhlak dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Dapat menyimpulkan dengan baik 22 40


15
b. Kurang dapat menyimpulkan dengan baik 31 56,4

42
Tabel 19

(Lanjutanan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

15 c. Tidak dapat meyimpulkan dengan baik 2 3,6

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 19 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa dapat

menyimpulkan isi ceramah dengan baik setelah guru menyampaikan pelajaran aqidah

akhlak dengan metode ceramah, adalah siswa yang menyatakan dapat menyimpulkan

dengan baik (40%), siswa yang menyatakan kurang dapat menyimpulkan dengan baik

(56,4%), dan siswa yang menyatakan tidak dapat menyimpulkan dengan baik (3,6%).

Maka analisa data pada tabel 19 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11

Lebak Bulus menyatakan siswa kurang dapat menyimpulkan isi ceramah dengan baik

setelah guru menyampaikan pelajaran aqidah akhlak dengan metode ceramah, hampir

separuh siswa dapat menyimpulkan isi ceramah dengan baik, dan sedikit sekali siswa

yang tidak dapat menyimpulkan isi ceramah dengan baik.

Tabel 20

Siswa merasa senang apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Senang 35 63,6
16
b. Kurang senang 19 34,5

43
Tabel 20

(Lanjutan)

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

16 c. Tidak senang 1 1,9

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 20 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa merasa

senang apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode ceramah, adalah siswa

yang menyatakan senang (63,6%), siswa yang menyatakan kurang senang (34,5%),

dan siswa yang menyatakan tidak senang (1,9%). Maka analisa data pada tabel 20 di

atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan merasa senang

apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode ceramah, sebagian kecil siswa

menyatakan kurang senang, dan sedikit sekali siswa yang mengatakan tidak senang.

Tabel 21

Siswa merasa senang apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Senang 38 69,1

17 b. Kurang senang 15 27,3

c. Tidak senang 2 3,6

JUMLAH 55 100%

44
Data pada tabel 21 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan siswa merasa

senang apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode diskusi, adalah siswa

yang menyatakan senang (69,1%), siswa yang menyatakan kurang senang (27,3%),

dan siswa yang menyatakan tidak senang (3,6%). Maka analisa data pada tabel 21 di

atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan merasa senang

apabila guru mengajar aqidah akhlak dengan metode diskusi, sebagian kecil siswa

menyatakan kurang senang, dan sedikit sekali siswa yang mengatakan tidak senang.

Tabel 22

Penyebab siswa senang belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan

metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Gurunya menarik 3 5,5

18 b. Belajarnya santai 40 72,7

c. Senang mendengarkan ceramah 12 21,8

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 22 di atas menyebutkan, bahwa penyebab siswa senang

belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan metode ceramah, adalah

siswa yang menyatakan karena gurunya menarik (5,5%), siswa yang menyatakan

karena belajarnya santai (72,7%), dan siswa yang menyatakan karena senang

mendengarkan ceramah (21,8%). Maka analisa data pada tabel 22 di atas, bahwa

sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan penyebab mereka senang

45
belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan metode ceramah adalah

karena belajarnya santai, sebagian kecil menyatakan menyenagi karena senang

mendengarkan ceramah, dan sedikit sekali yang menyatakan menyenangi karena

gurunya menarik.

Tabel 23

Penyebab siswa senang belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan

metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Terlatih berfikir kritis 9 16,4

b. Punya kesempatan belajar mengemukakan 28 50,9


19 pendapat

c. Dapat belajar memecahkan permasalahan bersama- 18 32,7


sama

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 23 di atas menyebutkan, bahwa penyebab siswa senang

belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan metode diskusi, adalah

siswa yang menyatakan karena terlatih berfikir kritis (16,4%), siswa yang

menyatakan karena punya kesempatan belajar mengemukakan pendapat (50,9%), dan

siswa yang menyatakan karena dapat belajar memecahkan permasalahan bersama-

sama (32,7%). Maka analisa data pada tabel 23 di atas, bahwa lebih dari separuh

siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan penyebab mereka senang belajar aqidah

46
akhlak bila guru menyampaikannya dengan metode diskusi adalah karena mereka

punya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, sebagian kecil siswa menyatakan

karena dapat memecahkan permasalahan bersama-sama, dan sebagian kecil lagi

menyatakan karena terlatih berfikir kritis.

Tabel 24

Penyebab siswa tidak senang ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru

dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Penampilan guru tidak menarik 0 0

20 b. Penjelasan guru sulit difahami 20 36,4

c. Bosan 35 63,6

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 24 di atas menyebutkan, bahwa penyebab siswa tidak senang

ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode ceramah, adalah

siswa yang menyatakan karena penampilan guru tidak menarik (0%), siswa yang

menyatakan karena penjelasan guru sulit difahami (36,4%), dan siswa yang

menyatakan bosan (63,6%). Maka analisa data pada tabel 24 di atas, bahwa sebagian

besar siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan penyebab mereka tidak senang belajar

aqidah akhlak bila guru menyampaikannya dengan metode ceramah adalah karena

47
bosan, sebagian kecil siswa meyatakan karena penjelasan guru sulit difahami, dan

tidak ada siswa yang menyatakan karena penampilan guru tidak menarik.

Tabel 25

Penyebab siswa tidak senang ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru

dengan metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Pembicaraan peserta diskusi sering menyimpang 16 29,1


dari topik bahasan

b. Pemimpin diskusi tidak mampu memimpin 16 29,1


21
diskusi dengan baik

c. Pendapat yang dikemukakan oleh peserta diskusi 23 41,8


sering tidak logis

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 25 di atas menyebutkan, bahwa penyebab siswa tidak senang

ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode diskusi, adalah

siswa yang menyatakan karena pembicaraan peserta diskusi sering menyimpang dari

topik bahasan (29,1%), siswa yang menyatakan karena pemimpin diskusi tidak dapat

memimpin diskusi dengan baik (29,1%), dan siswa yang menyatakan pendapat yang

dikemukakan peserta diskusi sering tidak logis (41,8%). Maka analisa data pada

tabel 25 di atas, bahwa hampir separuh siswa MAN 11 Lebak Bulus menyatakan

penyebab mereka tidak senang belajar aqidah akhlak bila guru menyampaikannya

dengan metode diskusi adalah karena pendapat yang dikemukakan peserta diskusi

48
sering tidak logis, sebagian kecil siswa menyatakan karena pembicaraan peserta

diskusi sering menyimpang dari topik bahasan, dan sebagian kecil lagi siswa

menyatakan karena pemimpin diskusi tidak dapat memimpin diskusi dengan baik.

Tabel 26

Prestasi siswa semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru

dengan metode ceramah

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Semakin meningkat 15 27,3

22 b. Tetap saja 40 72,7

c. Menurun 0 0

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 26 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan prestasi siswa

semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode

ceramah, adalah siswa yang menyatakan semakin meningkat (27,3%), siswa yang

menyatakan tetap saja (72,7%), dan siswa yang menyatakan menurun (0%). Maka

analisa data pada tabel 26 di atas, bahwa sebagian besar siswa MAN 11 Lebak Bulus

menyatakan prestasi siswa tetap saja ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru

dengan metode ceramah, sebagian kecil siswa menyatakan semakin meningkat, dan

tidak ada siswa yang menyatakan menurun.

49
Tabel 27

Prestasi siswa semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru

dengan metode diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Semakin meningkat 23 41,8

23 b. Tetap saja 30 54,5

c. Menurun 2 3,7

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 27 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan prestasi siswa

semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak disampaikan guru dengan metode

diskusi, adalah siswa yang menyatakan semakin meningkat (41,8%), siswa yang

menyatakan tetap saja (54,5%), dan siswa yang menyatakan menurun (3,7%). Maka

analisa data pada tabel 27 di atas, bahwa lebih dari separuh siswa MAN 11 Lebak

Bulus menyatakan prestasi siswa tetap saja ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan guru dengan metode diskusi, hampir separuh siswa menyatakan

semakin meningkat, dan sedikit sekali siswa yang menyatakan menurun.

Tabel 28

Metode pengajaran yang lebih disukai diantara metode ceramah dan metode diskusi

dalam kegiatan belajar mengajar aqidah akhlak

50
NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Saya lebih menyukai metode ceramah daripada 12 21,8


metode diskusi

b. Saya lebih menyukai metode diskusi daripada 23 41,8


24
metode ceramah

c. Saya meyukai metode ceramah sama dengan metode 20 36,4


diskusi

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 28 di atas menyebutkan, bahwa pernyataan metode

pengajaran yang lebih disukai diantara metode ceramah dan metode diskusi dalam

kegiatan belajar mengajar aqidah akhlak, adalah siswa yang menyatakan saya lebih

menyukai metode ceramah daripada metode diskusi (21,8%), siswa yang menyatakan

saya lebih menyukai metode diskusi daripada metode ceramah (41,8%), dan siswa

yang menyatakan saya meyukai metode ceramah sama dengan metode diskusi

(36,4%). Maka analisa data pada tabel 28 di atas, bahwa hampir separuh siswa MAN

11 Lebak Bulus menyatakan metode pengajaran yang lebih disukai diantara metode

ceramah dan metode diskusi dalam kegiatan belajar mengajar aqidah akhlak adalah

mereka lebih menyukai metode diskusi daripada metode ceramah, sebagian kecil

siswa menyatakan mereka menyukai metode ceramah sama dengan metode diskusi,

dan sebagian kecil lagi menyatakan mereka lebih menyukai metode ceramah daripada

metode diskusi.

51
Tabel 29

Prestasi aqidah akhlak siswa dengan adanya metode ceramah dan diskusi

NO. ALTERNATIF JAWABAN F %

a. Prestasi saya semakin meningkat ketika pelajaran


7 12,7
aqidah akhlak diajarkan dengan metode ceramah
daripada dengan metode diskusi

b. Prestasi saya semakin meningkat ketika pelajaran


22 40
25 aqidah akhlak diajarkan dengan metode diskusi
daripada dengan metode ceramah

c. Prestasi saya pada mata pelajaran aqidah akhlak sama


26 47,3
saja, baik diajarkan dengan metode ceramah maupun
diajarkan dengan metode diskusi

JUMLAH 55 100%

Data pada tabel 28 di atas menyebutkan, bahwa prestasi siswa pada mata

pelajaran aqidah akhlak dengan adanya metode ceramah dan diskusi, adalah siswa

yang menyatakan prestasi saya semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak

diajarkan dengan metode ceramah daripada dengan metode diskusi (12,7%), siswa

yang menyatakan prestasi saya semakin meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak

diajarkan dengan metode diskusi daripada dengan metode ceramah (40%), dan siswa

yang menyatakan prestasi saya pada mata pelajaran aqidah akhlak sama saja, baik

diajarkan dengan metode ceramah maupun diajarkan dengan metode diskusi (47,3%).

Maka analisa data pada tabel 28 di atas, bahwa hampir separuh siswa MAN 11 Lebak

Bulus menyatakan prestasi mereka pada mata pelajaran aqidah akhlak sama saja, baik

52
diajarkan dengan metode ceramah maupun diajarkan dengan metode diskusi, hampir

separuh lagi menyatakan prestasi mereka semakin meningkat ketika pelajaran aqidah

akhlak diajarkan dengan metode diskusi daripada dengan metode ceramah, dan

sebagian kecil menyatakan prestasi mereka semakin meningkat ketika pelajaran

aqidah akhlak diajarkan dengan metode ceramah daripada dengan metode diskusi.

53
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan metodologi

ceramah dan diskusi dalam memahami pelajaran aqidah akhlak di MAN 11 Lebak

Bulus, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:

1. Metode yang sering digunakan dalam pengajaran aqidah akhlak di MAN 11

Lebak Bulus Jakarta Selatan adalah metode ceramah dan metode diskusi.

Meskipun penggunaan metode ceramah dan metode diskusi tidak secara tuntas

dapat mencapai tujuan yang diharapkan, namun kedua metode tersebut cukup

efektif untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya dalam pengajaran aqidah

akhlak.

2. Metode pengajaran diskusi lebih efektif daripada metode pengajaran ceramah

dalam pengajaran aqidah akhlak di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Hal ini

terlihat dari prestasi mereka lebih meningkat ketika pelajaran aqidah akhlak

disampaikan dengan metode diskusi dibandingkan dengan metode ceramah.

B. Saran-Saran

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di MAN 11 Lebak Bulus

terutama dalam hal metodologi pengajaran aqidah akhlak, perlu kiranya penulis

memberikan sumbangan pikiran agar MAN 11 Lebak Bulus lebih baik lagi mutu

pendidikannya dan lebih maju lagi perkembangannya.

54
1. Kepala sekolah hendaknya memberikan pengawasan yang melekat kepada guru-

guru, agar mereka merasa diperhatikan sehingga terdorong untuk meningkatkan

potensi profesinya dan lebih memperkaya keterampilan mengajarnya.

2. Hendaknya guru-guru MAN 11 Lebak Bulus menjalin kerjasama yang lebih

baik dengan orang tua siswa dan masyarakat lainnya sehingga masyarakat

merasa memiliki dan merasa berkewajiban untuk turut memajukan Madrasah

tersebut.

3. Hendaknya guru aqidah akhlak lebih meningkatkan keterampilan mengajarnya

baik dalam menggunakan metode ceramah maupun metode diskusi dan metode-

metode yang lain, sehingga siswa mudah menerima pengajaran aqidah akhlak

dengan baik.

4. Hendaknya para siswa menyadari, bahwa belajar adalah kewajiban bagi setiap

muslim laki-laki dan perempuan, oleh karena itu para siswa hendaknya belajar

dengan giat dan ikhlas.

55
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Shaleh, Dr., Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,


Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, Cet. Ke-3.

Aceh, Abu Bakar, Mutiara Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1959, Cet. Ke-1.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002, Cet. Ke-1.

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12.

Arsyad, Maidar G., dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1991, Cet. Ke-2.

AS., Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press, 1992, Cet. Ke-1.

Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995, Cet. Ke-1.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-1.

Munawir, Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia,


Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Miskawaih, Ibn, Abu Ali Ahmad, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. Helmi
Hidayat, Bandung: Mizan, 1994.

Musthofa, Ahmad, Akhlak Tashawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1.

N.K., Roetiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Penyusun, Tim, Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Cet. Ke-3.

RI, Depag/Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum Berbasis Kompetensi


Madrasah Aliyah, Jakarta: 2004.

Rifa’i, Moh. dkk., Aqidah Akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994, Jilid 1.

56
Shalahuddin, Mahfudz, dkk., Metodologi Pendidikan Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1986.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,


2002, Cet. Ke-5.

Sudijono, Anas, Prof. Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001, Cet. Ke-11.

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, Bandung: Sinar


Baru, 1989, Cet. Ke-1.

Sugiono, Prof. Dr., Metode Penelitian Administrasi, Jakarta: CV. Alfabeta, 2003, Cet.
Ke-10

Sukadi, Drs., Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu, 2006, Cet. Ke-1

Usman, Basyiruddin, M., Metodologi Pembelajaran Islam, Jakarta: Ciputat Pers,


2002, Cet. Ke-1.

Yaqub, Hamzah, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengatar,


Bandung: CV. Diponogoro, 1983, Cet. Ke-2.

Zuhairini, H., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983,
Cet. Ke-8.

57

You might also like